Khutbah Jumat: Jalan Menuju Evolusi Rohani

Tim Ahmadiyah.id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.

Ringkasan Khotbah Jumat

Jalan Menuju Evolusi Rohani

oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

30 September 2016 di Masjid Baitul Futuh, UK.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *

صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

 

Ijtima Majlis AnsharuLlah dan Lajnah ImaiLlah di Britania dimulai dari hari ini. Ruh hakiki (inti) ijtimaijtima kita, yang wajib kita ciptakan dalam diri kita ialah menguatkan hubungan dengan Allah Ta’ala dan juga menambah kecintaan dalam hubungan dengan sesama kita. Semangat dari program-progam maupun kegiatan-kegiatan keilmuan kita ialah kita harus belajar dari program-program tersebut dan menjadikannya bagian dalam hidup kita sehari-hari. Ada juga diselenggarakan kegiatan-kegiatan olahraga yang mana itu penting untuk menjadikan tubuh yang sehat agar dapat memenuhi حقوق الله huquuquLlah (kewajiban kita kepada Allah) dan juga حقوق العباد huquuqul ‘ibaad (kewajiban kepada sesama makhluk-Nya).

Telah diketahui bahwa para anggota Majlis Ansharullah bukan pada tingkatan usia kebanyakan orang yang gemar pada aktivitas-aktivitas olahraga. Demikian pula kaum wanita, yang secara umum tidak banyak tertarik pada permainan setelah mereka berumur 22 atau 23 tahun. Namun, kegiatan-kegiatan ini penting untuk menjaga tubuh tetap sehat dan agar menyadari kondisi kesehatan masing-masing. Maka dari itu, tujuan perlombaan-perlombaan keolahragaan ialah mengekalkan perhatian seseorang pada kesehatan jasmani; dan hal mendasar ini tidak dibatasi hanya pada para peserta lomba saja melainkan selain mereka juga harus membiasakan diri dengan kegiatan-kegiatan sehat seperti berjalan kaki atau berolahraga yang meski ringan guna menjaga hidup mereka agar tubuh tetap aktif. Namun, tujuan sejati Ijtima-Ijtima ini adalah untuk berfokus pada kemampuan dan ketrampilan keagamaan dan ilmu pengetahuan.

Tn. Sadr Majlis Ansharullah (di Inggris) meminta saya untuk mengatakan sesuatu dalam khotbah sebagai nasihat yang ditujukan pada para anggota مجلس أنصار الله Majlis Ansharullah. Telah diketahui bahwa Ansharullah berada dalam tingkatan umur yang seseorang mencapai usia mature (matang) dalam pemikirannya sehingga mereka sendiri harus tahu benar mengenai tanggungjawab-tanggungjawab mereka. Lebih jauh lagi, mereka harus berkonsentrasi dan memenuhi tanggungjawab tanggungjawab ini.

Setiap Ahmadi yang telah mencapai usia kematangan dan keadaannya sebagai anggota Majlis Ansharullah yang berisi para pria berusia diatas 40 tahun itu sendiri sudah cukup untuk memberikan kesadaran dalam diri mereka akan tanggungjawab mereka. Apa tanggungjawab-tanggungjawab yang harus dipenuhi oleh para pria ناصر (penolong) ini? (nashir artinya seorang penolong, bentuk tunggal dari kata jamak أنصار) Tanggungjawab-tanggungjawab yang harus dipenuhi oleh para pria ini terangkum dalam Janji Ansharullah. Hal pertama dari janji itu bahwa setiap pria yang tergabung dalam Ansarullah harus mencoba dengan hatinya yang paling bersih di jalan penguatan keislaman dan membuktikan diri sebagai pengikut Ahmadiyah yang setia dengan hati yang jujur. Dan untuk itu, hal itu tidak akan terjadi hanya dengan kekuatan atau pengetahuan seseorang saja.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah dan merupakan agama yang lengkap ajaran-ajarannya. Dari segi ini, tidak ada orang yang dapat merubah agama atau ajaran-ajaran Islam; namun seseorang Muslim harus mereformasi (memperbaiki) diri mereka untuk membentuk ikatan kuat dengan agama sempurna ini. Demi hal ini, setiap Ahmadi dan termasuk setiap Anshar tentunya harus berupaya dengan segenap usaha memperlihatkan standar yang terkuat; dan kalian tidak dapat meraih hal ini tanpa menegakkan sebuah hubungan yang kuat dengan Allah Ta’ala. Untuk tujuan ini, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini sangat penting. [Ikatan sejati dengan Allah tidak dapat ditegakkan sampai seseorang membentuk hubungan sejati dengan Nabi Muhammad saw – yang mana Allah telah memerintahkan kita.]

Kemudian, kita juga harus memenuhi hak-hak baiat (janji setia) yang telah kita buat kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Maka, hanya setelah kita menunaikan tugas inilah yang membuat kita dapat menjadi pengikut sejati Ahmadiyah dengan hati yang jujur. Dalam dunia zaman ini, Allah telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud as untuk menyempurnakan tugas penyebaran pesan Islam. Keterikatan sejati kepada Ahmadiyah dengan hati jujur hanya akan terbukti ketika anggota Majlis Ansharullah ambil bagian dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan menyeru ke arah itu dengan segala kemampuan dan membuktikan diri sebagai ‘AnsharuLlah’ (penolong agama Allah) dengan perbuatan mereka. Inilah salah satu tanggungjawab kita.

Demikian pula, disebutkan dalam Janji Ansharullah yang telah kalian janjikan atau dalam kata lain kalian telah mengumumkan untuk memenuhi janji ini dan menanggung tanggungjawabnya bahwa kalian akan berusaha dengan segenap usaha yang dapat kalian lakukan supaya selamanya tetap terdapat ikatan kesetiaan yang kuat dan erat dengan Khilafat Ahmadiyah dan menjaga ikatan tersebut. Namun, bagaimana kita dapat memenuhi hal ini? Itu dapat terpenuhi jika kalian berupaya keras untuk menjadi أنصار الخليفة Ansharul Khalifah (penolong Khalifah) secara perbuatan dalam menyukseskan program dan rencana Khilafat. Tujuan itu pasti terlaksana ketika para anggota Anshar mendengarkan Khalifah dengan penuh perhatian dan menaatinya.

Pada masa kini, Allah telah memuliakan kita dengan MTA yang mana melalui MTA kita bisa mendengarkan Khalifah meskipun terpisah jarak yang jauh dan kita bisa mendapatkan manfaat darinya. Oleh karena itu, para anggota Majlis Ansharullah harus memperbanyak menonton stasiun televisi kita (MTA). Demikian pula, kalian juga telah berjanji untuk mendidik anak keturunan kalian dengan cara yang membuat mereka dapat menjadi orang-orang yang taat setia terhadap Khilafah dan juga menghubungkan secara erat anak-anak kalian dengan Khalifah selamanya sehingga mata rantai hubungan ketulusan dan kesetiaan terhadap Khilafat ini berlangsung terus dari generasi ke generasi; dan [berjanji untuk] mengekalkan pekerjaan pengkhidmatan terhadap Islam dan juga membantu dalam penyebarannya. Sebab, setelah Hadhrat Masih Mau’ud as, penyebaran Islam harus diteruskan oleh Kudrat Kedua, yaitu Nizam Khilafat; sebagaimana telah diumumkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as sendiri.

Karena itu, demi hal ini, berikanlah perhatian senantiasa pada persembahan setiap pengorbanan di jalan ini. Kalian telah berjanji mempersembahkan tiap jenis pengorbanan. Semoga Allah menolong kalian semua untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

Begitu pula, اجتماع Ijtima Lajnah Imaillah UK juga dimulai pada hari ini, sebagaimana tadi telah saya katakan. Lajnah Imaillah juga mempunyai Janji Lajnah yang harus selalu mereka sadari! Merupakan karunia luar biasa dari Allah bahwa dengan rahmat-Nya, sebagian besar Lajnah mengikuti ajaran agama dengan ketulusan yang sepenuhnya; Insya Allah. Mereka kuat bahkan ketika berkaitan dengan keyakinan mereka. Namun setiap wanita Ahmadi harus meningkatkan keruhanian mereka seperti yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw. Sebagaimana telah saya katakan tadi, para anggota Lajnah juga memiliki janji yang mereka ulangi pada setiap acara dan program mereka yang menyatakan siap untuk pengorbanan apapun demi agama.

Maka dari itu, pengorbanan pertama yang dituntut oleh agama adalah perilaku keseharian harus sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menempatkan ajaran-ajaran ini diatas segala hasrat dan cita-cita duniawinya. Seorang wanita Ahmadi harus memiliki standar tinggi kebenaran (kejujuran); dan ia harus mengikuti segala perintah yang berkaitan dengan hal ini. Hijab (pardah) adalah hal penting terbesar diantara ajaran-ajaran yang Allah Ta’ala jelaskan guna menjaga kesucian dan kehormatan wanita. Jika ada wanita Ahmadi yang lemah dalam persyaratan yang disebutkan di atas, maka sangat disayangkan ia tidak hidup sesuai dengan janjinya. Seharusnya ketakutan terhadap masyarakat ataupun kenikmatan duniawi tidak membawa seorang Ahmadi jauh dari agamanya. Alih-alih demikian, setiap kehidupan wanita harus sesuai dengan ajaran-ajaran yang diturunkan Allah.

Janji lainnya ialah berpegang teguh pada janji dan pemenuhannya senantiasa. Setiap Ahmadi terkait dengan kebenaran. Setiap orang dari kita harus mengaudit diri kita sendiri – apakah kita benar benar mengikuti perintah perintah agama atau tidak. Demikian juga, ada sebuah janji tentang membesarkan anak-anak yang harus dipenuhi dengan sepenuh dan segenap kemampuan. Setiap orang harus memenuhinya dengan seharusnya dan memastikan apakah anak keturunannya teguh dalam agama sebaik-baiknya atau tidak.

Guru terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Karena itu, para Ibu harus bekerja keras untuk melakukan hal itu. Jika semua wanita kita memenuhi dengan benar tanggungjawab ini – bahkan seperti yang disabdakan oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bahwa jika 50% saja dari kaum wanita memenuhi tanggungjawab ini (membesarkan keturunannya dengan baik dan benar), maka akan menjamin perlindungan atas beberapa generasi. (Lajnah Imaillah, sanjidqi se auratong ki ishlah kare, Anwarul ‘Ulum jilid 17, h. 296)

Mereka akan memperelok keadaan keagamaan mereka dan terhubung dengan Allah. Demikian juga, tugas para Ibu untuk menanamkan dalam diri anak-anak mereka benih pengorbanan demi bangsa dan negara sebagaimana disebut dalam janji mereka. Para Ibu juga bertanggungjawab untuk membentuk pikiran anak-anak mereka atas semua kewajiban, menaati hukum dan membantu anak-anak mereka untuk membedakan mana yang salah dan yang benar. Juga menolong mereka untuk menyadari peran penting mereka dalam pembangunan negara. Juga, membantu anak-anak mereka terhubung dengan Khalifah. Usaha ini ada pada batas yang sama antara kaum laki-laki dan perempuan. Karena itu, setiap Ibu harus bekerja untuk mengerti dan memenuhi tanggungjawabnya. Semoga Allah memberikan mereka kekuatan untuk melakukannya. (Aamiin).

Ijtima ناصرات الأحمدية Nashiratul Ahmadiyah juga diselenggarakan bersama dengan لجنة إماء الله Lajnah Imaillah. Telah diketahui bahwa Nashiratul Ahmadiyah juga melafalkan janji mereka dan mereka juga harus memenuhi janji mereka itu. Usia 14-15 tahun adalah usia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dan bahkan pada usia akhir Nashiratul Ahmadiyah ini, muncul banyak hasrat dan keinginan. Jika mereka fokus pada hal-hal duniawi, maka mereka akan berusaha memenuhinya melebihi agama mereka. Karena itu, setiap gadis Ahmadi harus sangat sadar akan janjinya dan menaruh tujuan-tujuan luhur daripada mengikuti keinginan duniawi yang rendah.

Telah saya ingatkan perihal tujuan-tujuan luhur dalam janji Nashiratul Ahmadiyah bahwa mereka harus selalu siap untuk mengkhidmati agama, umat dan negara, tetap teguh dalam kebenaran (kejujuran), siap berkorban di jalan Khilafat dan Ahmadiyah. Sebab, jika janji ini dibuat sebagai bagian dari kehidupan mereka oleh para gadis kita, mereka tidak hanya akan menyelamatkan diri mereka sendiri di dunia ini, namun menjadi sarana perlindungan bagi generasi mendatang dan mengeratkan anak keturunan mereka dengan Khilafat. Semoga Allah menolong mereka untuk meraih hal ini dan memberkati Ijtima-Ijtima kita yang berbuah manfaat dari berbagai sisi dan segi. [Aamiin]

Setelah pembicaraan singkat mengenai Ijtima-Ijtima, sekarang saya akan memakai kesempatan ini untuk mendiskusikan tentang seorang terkasih yang telah meninggalkan kita baru-baru ini. Beberapa hari yang lalu, kita kehilangan seorang yang sangat baik dan menyenangkan karena sebuah tragedi kecelakaan [yaitu Tn. Raza Salim], dan sekarang kita menyaksikan seseorang yang wafat karena penyakit. Ia mahasiswa Jamiah Ahmadiyah Britania. Anak muda ini meninggalkan kita padahal hampir menyelesaikan pendidikan di Jamiah setelah berjuang melawan penyakitnya إنا لله وإنا إليه راجعون (Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun).

Pemuda ini adalah مظهر أحسن Tn. Mazhhar Ahsan. Ia belum diberikan ujian tahun terakhir pelajarannya karena penyakitnya. Namun, proses yang ia lalui di akhir hidupnya memperlihatkan bahwa ia adalah seorang Murabbi (Mubaligh) sejati sama saja apakah telah lulus ujian Jamiah atau belum. Allah telah menanamkan antusiasme yang sangat besar dalam dirinya untuk melayani agama. Bagaimana ia telah dapat menyesuaikan dirinya dengan perintah-perintah Allah.

Setiap insan yang datang ke dunia ini akan mengalami mati, namun beruntunglah mereka yang berupaya segenap tenaga untuk mengadakan perubahan besar dalam diri mereka menjadi lebih baik sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan dan berhasil dalam hal itu. Setiap orang yang terkait dengan anak muda tersayang ini, baik teman-temannya, guru-gurunya, menulis kepada saya. Dan tulisan-tulisan mereka bukan cuma sekedar ucapan bela sungkawa biasa, namun menyebutkan, “Saya mengenalnya secara pribadi. Almarhum seorang teladan dalam ketulusan dan keikhlasan, kesetiaan, dan tindakan-tindakan keruhanian.” Semoga Allah meninggikan derajatnya (Aamiin).

Ia adalah satu-satunya anak lelaki dari orang tuanya dan memiliki dua saudara perempuan. Kedua orang tuanya dan dua saudarinya, terutama ibunya telah menunjukkan contoh luar biasa dari kesabaran dan menerima ketetapan Allah. جزاهم الله تعالى وزادهم صبرا Semoga Allah memberikan pahala pada mereka dan menambahkan ketabahan untuk menghadapi kehilangan ini serta mengaruniai mereka dengan ketenangan dan penghiburan.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa tidak ada salep (obat) yang bisa menolong dan menenangkan dalam waktu kesedihan dan kehilangan selain bertawakkal kepada Allah.[1] Karena itu, hendaknya bertawakkal hanya kepada Allah saja. Sebagaimana Almarhum itu juga meninggalkan dunia ini menyerukan tentang kesabaran dan himmah (tekad kuat). Kesedihan dan kesusahan memang hal yang biasa; dan memang kesedihan orang tua dan saudara menjadi lebih besar. Namun, rasa sakit harus dibentuk menjadi sarana doa-doa bagi jiwa yang meninggal agar Allah meninggikan derajat almarhum, menyabarkan kita dan menenangkan hati kita. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kerabat almarhum dalam hal ini.

Saya hendak menyajikan sebagian rincian perihal orang yang patut disayangi ini. Anak muda ini menderita kanker. Pada awalnya dirawat dan dengan karunia Allah, sembuh dengan pengobatan. Namun kemudian ia menderita penyakit di dada yang para dokter pun tidak mengetahuinya. Ini menyebabkannya meninggal. إنا لله وإنا إليه راجعون

Kakek buyutnya, Hadhrat Mistri Nizamuddin seorang sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as. Kakeknya pihak Ibu yaitu Tn. Cauhdri Muhammad Munawar Ali Khan, dan kakeknya pihak Ayah yaitu Tn. Haji Manzur Ahmad, keduanya Darweisy tinggal di Qadian. Anak muda ini yaitu Mazhar Ahsan adalah seorang siswa Jamiah dan juga seorang Mushi. Banyak hal yang diangkat dapat menjadi terbawa perasaan yang tidak bisa dijelaskan, karena itu saya bicarakan secara singkat.

Ibunya berkata: “Ia selalu memberikan saya musyawarah, bisa dipercaya dalam menjaga rahasia-rahasia saya, dan juga bagaikan seorang guru bagi saya. Selain dari hubungan Ibu dan anak, kami berbagi pengertian dan pemahaman yang istimewa. Kami saling memahami satu dengan yang lain. Dia tahu betul tentang hal-hal yang membuat saya bahagia dan yang membuat saya marah. Dia biasa berbicara kepada saya tentang Nizham Khilafat, Khalifah-e-Waqt dan Jemaat; dan yang lebih banyak dari itu ialah tentang Baginda Nabi Muhammad saw, para Sahabat dan pecinta beliau, Hadhrat Masih Mau’ud as. Ia sangat menyukai topik-topik ini.

Jika topik yang kami bicarakan kemudian mengarah kepada hal-hal duniawi, maka ia akan berkata, “Kita ganti topik, karena kita tidak ada urusan dengan hal-hal duniawi tersebut.” Keinginannya ialah untuk menghadiri Jalsah Salanah tahun ini namun ia menyadari itu akan sulit baginya, ia sendiri menonton semua program Jalsah di rumah di Glasgow melalui MTA sementara seluruh keluarganya ia kirim (dorong) agar mengikuti Jalsah sambil mengatakan, ‘Jangan mencemaskan saya di Glasgow ini. Tinggalkanlah saya.’”

“Ia terbiasa melakukan semua pekerjaan rumahnya sendiri dan ia menjadi lebih lembut dalam sakitnya dan tidak pernah terganggu ataupun menunjukkan amarah. Ia menderita kanker darah (leukemia), seperti telah saya sebutkan, dan ketika ia sembuh dan pulih dari leukemia, ia berkata kepada Bapak Amir Skotlandia untuk memberikannya pekerjaan Jemaat meski baru pulih dari penyakitnya. Demikianlah, ia mulai bekerja untuk newsletter. Ia in touch (mengontak) para pengurus lainnya, memberikan input dan nasihat kepada semua pengurus dengan usulan-usulannya yang berharga.

Ia juga mendesain sertifikat untuk Lajnah dan Nasirat di Skotlandia dalam Ijtima mereka. Ia pembaca regular buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as. Pada 12 September 2016, ia terkena infeksi di dada, Mazhar Ahsan memanggil saya (Ibunya) untuk duduk di sebelahnya dan meminta saya menghitung karunia-karunia Allah dengan jari-jari saya. Ketika melakukannya, saya berkata padanya karunia-karunia Allah begitu besar dan tak terhitung. Ia berkata, ‘Inilah yang saya katakan; orang harus mengingat karunia Allah yang tak terhitung banyaknya.’ Saya tidak mengerti saat itu, namun sekarang saya mengerti bahwa ia sedang mempersiapkan saya secara psikologis untuk kehilangannya.”

Ibunya melanjutkan, “Para tamu Tabsyir (pengurus pusat Jemaat di London) datang (setelah Jalsah) ke Skotlandia, ketua rombongan ialah dosen Jamiah, Tn. Rajah Burhan, menengok Mazhar. Saya senang kesehatannya membaik. Saya berkata kepada Tn. Rajah bahwa Mazhar sangat menyukai bekerja untuk Jemaat dan membuat rencana tentang pekerjaannya setelah lulus dari Jamiah dan menjadi seorang Mubaligh. Ketika ia didiagnosa kanker pada Oktober 2015, dia menasihati saudarinya untuk mengatakan kepada saya (ibunya) dengan sangat hati-hati karena ia tidak bisa melihat Ibunya menangis. Ia shalat dan berdoa, melantunkan bacaan Al Quran dan menonton Khotbah Jumat secara teratur di Rumah Sakit. Ia akan mendengarkan Nazm dan melihat foto-foto kegiatan Jemaat secara online. Ia menghubungi guru-guru dan teman-temannya via telepon. Selama treatment (perawatan)nya, ia selalu bertabligh kepada para dokter dan perawat tentang Konferensi perdamaian, Jalsah dan juga aktivitas-aktivitas Jemaat lainnya.

Setelah Jalsah, ada pertemuan para Muballigh. Kawan-kawan Jamiahnya yang telah lulus pun ada di pertemuan tersebut. Dia mengirim pesan kepada mereka untuk mengirimkan catatan berisi pokok-pokok bahasan pertemuan tersebut supaya itu menjadi bagian dari hidupnya karena ia tidak mampu hadir secara langsung. Ia sangat mencintai Khilafat. Saya pertama kali melihatnya menangis dengan tersedu-sedu setelah mendengar tentang wafatnya Tn. Raza. Mazhar juga merasa khawatir tentang kesedihan yang diakibatkan wafatnya Raza bagi orang tua Raza dan Khalifah. Kami rela dengan Tuhan kami. Kami milik-Nya. Almarhum pun berbicara tentang itu. Kita tugasnya berdoa, sementara mengabulkan adalah wewenang-Nya. Mazhar menyebabkan reformasi dalam diri kami bahkan hingga kewafatannya.”

Ibunya berkata, “Pada tanggal 13 September, pagi Hari Idul Adha [di Inggris], ia menderita batuk parah dan meminta saya untuk membuat teh hijau. Ia di tempat tidur. Ketika saya mendatanginya saya menyadari ia sedang demam tinggi. Ambulan pun dipanggil dan ketika pergi dengan ambulans ia mengatakan pada kami, ‘Hari ini hari Idul Adha. Kalian semua pergilah sholat Id karena tidak perlu menemaniku ke Rumah sakit. Saya akan menelepon kalian nanti dan juga akan mendengarkan Khotbah Idul Adha melalui handphone di Rumah Sakit.’ Ia bahkan mengingat soal ini saat sedang sakit.

Kewafatannya terjadi pada pagi hari (waktu Subuh). Ia memiliki suara yang indah sehingga saudara perempuannya merekam suaranya ketika mengumandangkan adzan dan menggunakan rekaman itu sebagai alarm untuk bangun shalat Subuh atau shalat Tahajjud.”

Saudarinya berkata, “Ketika Mazhar dalam nafas-nafas terakhirnya (akan meninggal), suara Adzan dari rekaman suaranya mulai berbunyi. Hal ini membuat mereka semakin emosional. Bagaimanapun, terjadilah apa yang terjadi sesuai kehendak Allah. Saudarinya menulis sangat banyak, diantaranya berkata, “Ketika saudara saya tahu ia terkena kanker, ia mengatakan kepada saya untuk dengan sangat hati-hati mengatakannya pada ibu karena ia tidak bisa melihat ibunya menangis.”

Untuk melewati perawatan yang diperlukan, para dokter menanam bone marrow (sumsum tulang) saudari almarhum yang ternyata cocok dengan almarhum. Para dokter juga awalnya merasa terkejut karena tadinya merasa itu tidaklah mungkin. Namun, Allah Ta’ala dengan karunia-Nya, menyembuhkannya dari kanker. Tapi, pada akhirnya kehendak Allah-lah yang terjadi. Selama kemoterapi, ia terus-menerus memberikan tabligh kepada para dokter. Ia memiliki ketawakkalan yang kuat pada Allah. Ia tak takut pada apa pun. Dia biasa berkata bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Saat ia diambil oleh Allah dari alam dunia ini, kita berharap semoga Allah memenuhi keinginan-keinginannya di akhirat. إن شاء الله تعالى (Aamiin).

Tn. Dokter Hafiz mengatakan: “Saya pergi menemui Mazhar di Glasgow setelah ia didiagnosa kanker, dan saya menyaksikan bahwa ia memiliki keimanan yang sempurna pada Allah. Ibunya berkata kepada saya bahwa Mazhar selalu meminta mereka untuk bersyukur atas karunia-karunia dan berkat dari Allah.”

Ibu Benazir Rafay dari Glasgow berkata: “Saya berasal dari Srilanka. Saya adalah teman baik Ibunya Mazhar dan saudara-sadara perempuannya. Ketika saya pergi menengok Mazhar di Rumah Sakit, ia dengan sangat sabar dan tenang memberitahukan kepada saya dan juga orang lain yang mengunjunginya tentang penyakitnya. Ketika awalnya Mazhar pulih dari penyakit kankernya tersebut – ia beberapa waktu sembuh -, ia ikut serta dalam jalan 5 km untuk amal yang diselenggarakan di Glasgow dan mengabarkan bahwa ia melakukannya dengan sangat mudah. Padahal ia baru saja sakit dalam waktu lama menjalani procedure kemoterapi yang tidak nyaman.”

Tn. Hafiz Fazl–e-Rabbihi berkata, “Mazhar sangat tertarik mempelajari Al Quran dan membaca ayat-ayat Quran dengan suara yang sangat indah dan menenangkan. Bahkan sebelum bergabung dengan Jamiah, Mazhar bepergian secara regular dari Glasgow ke London bersama dengan keluarganya untuk ikut serta dalam kelas Ta’limul Quran. Karena masalah imigrasi, Mazhar terpaksa harus pulang dari London ke Glasgow setiap minggu dua kali padahal ia dalam masa belajar di Jamiah di sini (London). Ketika saya menanyakan dan berkata bahwa akan sangat sulit untuk bepergian dengan jarak demikian jauh begitu sering. Mazhar lalu menjawab, ‘Ini perkara kecil yang tidak ada arti ketika seseorang bertujuan untuk meraih sesuatu yang sangat penting dan agung [secara rohani].’”

Tn. Wasim Fadhl, seorang guru lainnya di Jamiah berkata, “Mazhar Ahsan bertekad luhur, berani, sungguh-sungguh, dan penuh rasa hormat dengan karakter sangat konsisten. Mahir dalam urusan administrasi. Mazhar sangat bagus dalam merancang dan mengatur aktivitas-aktivitas Jemaat. Terbukti ia berkhidmat sebagai prefect ‘Ketua’ di hostel (asrama) Jamiah selama beberapa tahun.

Ketika sebuah pekerjaan penting diberikan kepadanya, sebagian dosen mempertanyakan apakah Mazhar akan bisa menghasilkan target yang diinginkan dari pekerjaan tersebut. Atas hal ini, salah satu dari gurunya berkata, ‘Setelah menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Mazhar, kami harus sembunyi (menghindar karena malu) sebab Mazhar melakukan pekerjaan tersebut dengan penuh tanggungjawab, sungguh-sungguh dan konsisten.’ Beberapa tahun lalu di acara olahraga tahunan Jamiah, ia diminta untuk bekerja di bagian penyambutan tamu. Pada hari terakhir, banyak tamu yang mendatangi departemen tersebut sehingga Mazhar melibatkan dirinya untuk bekerja semalaman dan tidak beristirahat meski sebentar. Hari berikutnya, ia menunjukkan antusiasme yang sama untuk bekerja dan setelah acara tersebut, ia menulis laporan yang sangat lengkap dan menyeluruh yang tercatat sampai hari ini dan terbukti sangat membantu.”

Tn. Hafiz Masyhud Ahmad berkata: “Beberapa hari lalu saya bicara dengan Mazhar lewat telepon. Ia menyatakan bahwa setelah sembuh dari penyakitnya, ia ingin melayani Jemaat sebagai Mubaligh sesegera mungkin. Dan saat ia melakukan perawatan atas penyakitnya, ia mengkhidmati Jemaat lokalnya. Saya ingat suatu kali ia berniat ikut perlombaan jalan kaki untuk amal sejauh 5 km di Glasgow.”

Tn. Malik Akram (Muballigh Jemaat Glasgow) mengatakan, “Pada hari keluarga Mazhar hijrah dari Dubai (Uni Emirat Arab) ke Inggris, saya sedang bertugas di Skotlandia. Saat itu ada acara di masjid kami. Seluruh keluarganya hadir pada acara tersebut. Saya lihat Mazhar pergi ke dapur. Setelah mengucap salam, ia mulai menolong tim yang mengurus acara tersebut dengan segera dan rajin. Mulai dari hari ia datang sampai hari ketika ia bergabung di dalam Jamiah, ia telah menolong Jemaat lokal dan para Jemaat di dekat rumahnya sebisa mungkin. Dia sangat pendiam, sopan dan halus, sangat Indah dan bersih. Ia tidak akan pernah menghabiskan waktunya dengan pembicaraan yang tidak berarti. Ia mengetahui nilai waktu dan menggunakannya sebaik-baiknya. Dia dekat dengan saya yang seorang Muballigh. Dia memiliki karakter yang utama dan bertutur kata lembut. Dia menghormati semua orang yang berbicara dengannya.

Keinginannya yang paling utama ialah supaya waqf hidupnya diterima dan menjadi seorang mubaligh setelah menyelesaikan pendidikan yang diperlukan di Jamiah. Pada hari ia diterima di Jamiah, ia begitu bahagia seakan menerima karunia dan berkat sejagad. Ia memiliki kecintaan dan rasa hormat yang sangat besar untuk Khilafat.”

Tn. Arshad Mahmud, Qaid Khuddamul Ahmadiyah di Glasgow menulis, “Saya pernah terpilih sebagai Qaid Khuddamul Ahmadiyah di Sharq. (ia tinggal di sana sebelumnya) Almarhum Mazhar ada di sana. Ia biasa berpartisipasi dalam semua perlombaan baik keilmuan maupun olahraga di berbagai kesempatan program Jemaat maupun Ijtima. Kami biasa mengadakan Ijtima dan acara-acara lain di daerah, jauh dari pusat kota, sehingga membutuhkan pekerjaan yang sangat banyak sebelum acaranya berlangsung. Meskipun masih sangat muda, Mazhar akan selalu siap untuk pekerjaan apapun.

Ia sangat pemberani dan terbukti dari peristiwa berikut. Suatu saat ada sebuah lomba pidato dadakan (tanpa persiapan) dan topiknya sangat sulit. Mazhar ikut ambil bagian dan para Khudam mulai menertawakannya ketika mendengar pidatonya. Namun Mazhar menyelesaikan pidatonya dan tidak kehilangan kepercayaan diri. Malahan ia berkata, ‘Jika saya menderita penyakit malu-malu, apa untungnya? Rasa malu hilang dengan menyampaikan pidato. Kita, para Khuddam haruslah bersungguh-sungguh dan serius selama lomba pidato seperti ini berlangsung.’ Almarhum tidak berpikiran apakah pendengar akan menertawainya atau tidak. Ia tetap berpidato dengan pemikiran tidak ada cara menghilangkan rasa takut berpidato selain dengan terus menyampaikan pidato semampunya.”

Seorang Mubaligh kita, Tn. Abdur Rahman Jawin dari Gambia yang lulus dari Jamiah tahun lalu berkata, “Selama di Jamiah, saya menghabiskan waktu bersama Mazhar. Setelah lulus, kami tetap berhubungan melalui WhatsApp. Saya membagi salah satu pesan yang dikirim almarhum Mazhar kepada saya setelah Mazhar didiagnosa kanker. Mazhar menulis dalam pesan tersebut: ‘Meskipun saya sedang mengalami penyakir ini, namun Allah merahmati dan memberkati saya dengan begitu banyak hal. Karena itu, saya harus banyak beryukur kepada Allah; dan tidak menganggap sulit untuk melalui sakit ini. Saya tidak berpikir tentang penyakitku. Alih alih demikian, saya berpikir tentang bagaimana dapat melayani Jemaat dengan cara terbaik.’”

Tn. Sheikh Samar, seorang temannya yang telah menjadi Muballigh, berkata, “Almarhum Mazhar selalu tersenyum dan akan terus membuat orang-orang bahagia. Ia memperlakukan setiap orang setara dan tidak akan membiarkan temannya merasa kurang penting baginya. Ia takkan membuat temannya merasa jauh atau sangat dekat dengannya. Mazhar tidak pernah melibatkan diri dalam pertengkaran atau perselisihan apapun. Ia seorang berhati besar. Ia tidak akan pernah melepaskan kesempatan untuk bertabligh. Di Rumah Sakit juga ia dikenal sebagai Muslim yang suka bertabligh ke sekelilingnya. Tidak ada orang yang ditimpakan rasa sakit karenanya. Dia tidak pernah mengatakan hal buruk tentang siapapun. Ia akan membantu semua orang sebisa mungkin. Ia akan memperhatikan perasaan orang-orang lain dan membantu hal yang kecil dan remeh sekalipun. Ia memperlakukan semua orang dengan belas kasih dan lemah lembut.”

Tn. Sahil Mahmud (seorang Muballigh dan temannya) berkata: “Saya merasa terhormat untuk menghabiskan waktu selama 7 tahun dengan orang yang demikian mulia. Ia memiliki banyak kualitas terpuji. Ia teladan dalam hal keramahan dan rendah hati. Senantiasa berbaik sangka dan berniat baik di tiap pekerjaannya. Ia adalah prefect (ketua kelas) sejak awal-awal tahun di Jamiah dan menasihati sesama siswa Jamiah untuk segera tidur tepat waktu dan membersihkan kamar-kamar mereka. Ia akan membangunkan teman-temannya untuk shalat dan menghentikan adu argumen jika itu terjadi. Teman-temannya suka mencandainya dan mereka mendapatinya sangat baik dalam menangani candaan tersebut.”

Tn. Sahir berkata: “Satu kali saya melakukan kesalahan yang mana saya dimarahi oleh Tn. Mazhar. Namun segera beberapa menit setelah itu, ia mendatangi saya dan meminta maaf sambil menangis. Demikianlah, ia orang yang sangat lembut hatinya. Kapan pun saya jatuh sakit dan beristirahat di ranjang pada hari libur, Mazhar akan datang meletakkan sarapan dekat tempat tidur saya. Jka saya terkena flu, ia akan datang kepada saya sambil membawa air hangat dicampur madu. Padahal saya tidak meminta bantuannya. Ia akan dengan sangat menarik menyebutkan pertemuan-pertemuannya dengan Hudhur.”

Singkatnya, ia adalah orang yang berhati sangat baik, setia, tulus, rendah hati, saleh, berdaya juang sejati demi agama, bertakwa dan pekerja keras. Kualitas dan sifatnya yang lain adalah apapun yang ia sukai untuk dirinya, ia akan memilihkan hal yang sama untuk teman-temannya. Tiap kali ia membawa makanan dan minuman, dia juga akan membawakannya untuk teman-temannya. Ia hidup dengan sangat sederhana dan tidak pernah membelanjakan uangnya dengan boros. Ia sangat memperhatikan kebersihan dan melaksanakan shalat Tahajjud secara teratur. Ia biasa membangunkan saya Tahajjud.”

Teman temannya berkata: “Sering kali saya melihat ia melakukan shalat sunah di malam hari dan saya lihat tengah bersujud di sajadah. Ia biasa berpuasa setiap minggu tanpa putus. Ia akan memberikan sedekah dan ia adalah orang yang sangat rapih, teratur dan terorganisir dalam tiap hal.” Ia membagi waktu-waktunya dengan bijak. Selain dari pendidikan Jamiah sehari-hari, ia akan membaca Al Quran dengan tekun dan membaca buku-buku Jemaat setiap hari. Tidak peduli cuacanya, ia akan secara teratur berolahraga. Ia biasa membaca suratkabar, tidur siang beberapa menit dan menulis buku harian setiap hari sebelum tidur. Inilah gambaran kepribadiannya.

Ia secara teratur mencatat khotbah-khotbah saya (Khalifatul Masih) dan mendiskusikannya dengan teman-temannya. Ia pengabdi sejati Khilafat dan Jemaat. Ia tidak akan menerima perkataan apapun yang menentang Khilafat atau Nizham Jemaat. Ia siap untuk setiap seruan baru dan mengingatkan yang lain tentang itu. Ia manganggap dirinya seorang prajurit Khalifah-e-Waqt dan selalu bersedia mengorbankan hidupnya untuk Khilafat. Ia tidak hanya berkata di bibir saja, namun bahasa tubuhnya juga mereflesikan ikatan emosional dengan Khilafat. Setelah terdiagnosa kanker, ia malahan menenangkan teman-temannya dan meminta mereka untuk beriman dan percaya kepada Allah. Ia menerima penyakitnya sebagai sebuah ujian dari Allah dan tidak pernah menunjukkan kekhawatiran atau kesusahan apapun di depan siapa pun.”

Salah satu temannya, Tn. Sharjeel menulis bahwa Mazhar memiliki kepribadian yang hebat dan merupakan teman yang sangat disayang. Ia memiliki kualitas-kualitas diri yang sangat banyak. Dia sangat peduli pada orang lain. Ia mengenal betul kedudukan Khilafat dengan sebenar-benarnya. Ia selalu percaya kepada rencana Allah. Ia adalah abdi Islam sejati yang akan mengorbankan apapun untuk Islam. Ia sangat mukhlish. Ia tidak akan pernah menyakiti atau membawa kesusahan pada siapapun. Ia murah senyum. Ia tidak akan pernah marah atau melibatkan diri dalam pembicaraan yang tidak relevan. Saya tidak pernah melihatnya berbicara buruk tentang siapapun.

Saya tak pernah melihatnya berbicara cabul. Ia melakukan setiap pekerjaan dengan kesabaran, optimisme, ketekunan, bersungguh-sungguh, penuh keasyikan dan sadar tanggungjawab. Ia tidak menunjukkan kebencian terhadap tugas yang diberikan padanya. Ia suka membantu semuanya. Padanya tidak terdapat kemalasan apapun. Ia sangat menyintai Jamiah. Ia orang yang bertekad kuat. Ia tidak kehilangan harapan meskipun perjuangannya sangat berat dan melawan penyakitnya dengan sangat berani. Ia tidak pernah mengejek siapapun dan bahkan akan menghentikan orang lain yang melakukan ejekan.”

Ia dikaruniai dengan kualitas-kualitas Mubaligh. Teman-temannya berkata, “Sejak kelas satu ia telah menjadi Muballigh yang sempurna. Ia menjalani dengan sangat takut kepada Tuhan. Ia memperhatikan hal-hal yang sangat kecil seperti tidak pernah menggunakan trimmer (cukuran) ketika orang lain sedang tidur [suaranya mengganggu]. Ia tidak bermuka dua. Batinnya sama dengan tindakannya. Perbuatannya pun sesuai dengan perkataannya. Ia secara teratur mengikuti ajaran-ajaran Al-Quran. Catatannya bagus. Ia rutin mecatat terjemahan Al-Quran sehingga terjemahan Al-Qurannya baik.”

Tn. Aafaq yang beserta keluarganya hijrah dari Pakistan, telah lulus dari Jamiah di sini. Dulu ia belajar di Jamiah Ahmadiyah Pakistan berkata: “Orang-orang datang kepada saya ketika saya pindah. Ia berkata Tuan Mazhar juga datang menemui saya. Dan setelah beberapa lama, ia datang lagi membawa sebuah bantal dan matras untuk tidur. Seluruh kelas kami pergi ke Glasgow untuk menemui Tn. Mazhar sehingga ia terlihat sangat bahagia. Ia mengatur jamuan makan bagi kami semua dan berkeras agar kami semua makan dengan lahap.”

Ringkasnya, ia adalah seorang mulia yang memahami ruh waqf (intisari mewakafkan diri). Meskipun ia wafat pada usia yang sangat muda yaitu di usia 26 tahun, namun kapanpun ia mempunyai kesempatan untuk mengajarkan teman-temannya, ia takkan melewatkannya. Kapan pun ada kesempatan untuk bertabligh ceramah tentang Islam dengan cara yang sangat terbuka. Ia memiliki beberapa materi ceramah yang ditempelkannya di dinding kamarnya sehingga para staff yang mengunjunginya dapat membacanya.”

Kapanpun saya berkesampatan bicara kepada Tn. Mazhar di telepon, Mazhar terdengar tenang. Ibunya berkata karena obat yang diminumnya, maka muncul sariawan di mulutnya. Namun kapanpun ia berbicara kepada saya, suaranya tetap sangat jelas.

Walhasil, ia adalah orang yang sangat loyal dan berdedikasi pada tujuannya. Ia seorang pemuda Ahmadi yang mengerti tujuan hidupnya. Semoga Allah menurunkan rahmat dan berkat kepadanya, meninggikan derajatnya. Semoga kita melihat ia diridhai dengan ridha Allah. Semoga Allah memberikannya tempat diantara orang-orang terkasih-Nya.

Semoga Allah memberikan kita para pewakaf yang lebih banyak lagi seperti Mazhar yang memahami tanggungjawabnya dengan rajin. Berdoalah khususnya untuk keluarganya semoga Allah memberikan mereka kesabaran untuk mengatasi kehilangan ini (Aamiin).

[1] Malfuzhat, Jilid 8, h. 45.

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.