Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
Tanggal 8 Tabligh 1392 HS/Februari 2013
Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلٰهَ إلا اللّٰهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فأعوذ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
Hari ini juga saya akan menyampaikan beberapa mimpi, rukya para sahabat Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam.. Bagaimana hubungan Allah Ta’ala dengan mereka serta hubungan mereka dengan Allah Ta’ala dan bagaimana perlakuan Allah Ta’ala kepada mereka? Bahkan, terkadang terjadi demikian bahwa apa yang Allah Ta’ala jelaskan kepada mereka, diantaranya saat ini pun mengandung beberapa nasehat atau pelajaran bagi kita.
Hadhrat Mian Zuhuruddin Sahib ra: Kesamaan Mimpi dengan Kenyataannya
Hadhrat Mian Zuhuruddin Sahib ra yang baiat pada tahun 1905 menceritakan, “Di suatu hari saat saya dalam keadaan sangat lapar saya berbaring pada jam 12 siang dan istri saya sedang memijat saya. Dalam keadaan demikian, saya merasa ngantuk. Dalam mimpi saya melihat bahwa seorang perempuan yang berpakaian biru datang ke rumah saya. Dia datang dengan membawa sebuah mangkuk susu dan memberikannya kepada saya. Dia berkata, ‘Mian Ji! Saya membawa susu ini untuk tuan. Tuan minumlah.’
Ketika beliau mulai meminumnya, maka perempuan itu berkata, ‘Ada gula pasir di dalamnya. Aduklah oleh Tuan.’ Ketika saya mulai mengaduk gula pasir itu dalam susu (dalam mimpi), lalu mataku terbuka (saya bangun). Istri saya yang sedang memijat saya mulai berkata, ‘Apakah Anda takut?” Saya berkata, ‘Tidak takut.’
Saya melihat sebuah mimpi dan menceritakan mimpi itu kepada istri saya dan saya lupa lagi (kelanjutannya karena sudah lama terjadi). Lima menit berlalu [setelah mimpi itu], seorang perempuan berpakaian biru yang membawa semangkuk susu datang ke rumah saya. Perempuan itu adalah seorang ibu salah satu murid saya. Dia datang dan memberikan semangkuk susu itu kepada saya dan berkata, ‘Tuan minumlah.’ Ketika saya mulai meminumnya, maka dia berkata, ‘Ada gula pasir di dalamnya. Aduklah oleh Tuan.’ Istri saya menyaksikan peristiwa ini dengan seksama. Dia tersenyum dan mulai berkata, “Ini toh mimpi Tuan yang sebelumnya Tuan telah ceritakan kepada saya. Kata per kata telah sempurna.”[2]
Terkadang Allah Ta’ala menta’birkan mimpi-mimpi dalam keadaan yang sebenarnya. Untuk menjauhkan keadaan lapar seseorang yang saleh, Allah Ta’ala menyediakan pengaturan dengan segera. Orang-orang yang tidak percaya Tuhan pasti selalu mengatakan, “Pada laki-laki itu muncul khayalan atau pemikiran alami dan secara kebetulan perempuan itu datang membawa susu. Ini adalah peristiwa kebetulan saja.”
Namun, poin yang perlu dicatat di sini adalah Allah Ta’ala telah memberikan pemberitahuan sebelumnya dalam mimpi, ini tidak bisa menjadi peristiwa kebetulan saja. Allah Ta’ala dengan Kudrat-Nya telah menyampaikan kedalam hati seorang perempuan guna memikirkan untuk menghilangkan lapar seorang yang saleh. Lalu, dengan segera ia memenuhinya.
Hadhrat Maulwi Abdur Rahim Nayyar Sahib ra: ‘No Tournament, No Games’ (Tidak ada perlombaan, tidak ada permainan).
Hadhrat Maulwi Abdur Rahim Nayyar Sahib r.a yang baiat pada tahun 1901 menceritakan, “Ketika saya menjadi seorang pengajar di High School, maka suatu hari Hadhrat Maulwi Sher Ali Sahib ra yang pada waktu itu seorang Kepala Sekolah, dalam masalah permainan adalah beberapa perselisihan, dimana saya sebagai incharge-nya (ketuanya). Pada malam itu, saya berdoa dalam tahajud. Dikarenakan perselisihan, konon timbul kegelisahan yang lebih. Lalu diperlihatkan kepada saya suatu tulisan, suatu tulisan dalam kertas tipis, ‘No Tournament, No Games’ (Tidak ada perlombaan, tidak ada permainan).
Setelah itu, saya sakit dan tidak dapat mengikuti turnamen. Selanjutnya karena hujan deras terus menerus pada hari-hari turnamen, Gurdaspur Tournament Comittee (Komite Perlombaan Gurdaspur) memberhentikan turnamen. Murid-murid kami sangat senang karena sebuah ilham telah sempurna. Ketika mereka datang ke Qadian sambil meneriakkan takbir, maka semua rincian ilham tersebut sampai kepada Hadhrat Aqdas. Saya menulisnya secara rinci dan menyampaikannya.
Atas hal itu, Hudhur menulis kepada saya, ‘Ilham Tuan telah sempurna secara nyata. Ini adalah tanda kesucian hati Tuan’. Demikianlah, Hudhur mengungkapkan kesenangannya atas kasyaf-kasyaf dan rukya para khadim.”[3]
Hadhrat Syeikh Ata Muhammad Sahib ra: Kelahiran Bayi yang Tidak Berumur Panjang
Hadhrat Syeikh Ata Muhammad Sahib ra, mantan pemungut pajak pertanian di daerah Wanjawan menceritakan, “Ketika Hadhrat Aqdas pergi ke Batala untuk sidang pengadilan perihal tembok dinding pembatas, (anak paman/sepupu beliau membangun dinding di jalan untuk menghalangi orang-orang yang hendak mengunjungi beliau). Hudhur bersabda, ‘Siapa saja dari antara saudara-saudara yang datang mimpi, hendaklah menyampaikan kepada saya.’ Karena Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, ‘Allah Ta’ala mewahyukan kepadaku: ‘Engkau adalah Yusuf Tsani (Yusuf Kedua).’ Yusuf yang mendapatkan penderitaan karena saudara-saudaranya.
Lalu saya menceritakan sebuah mimpi kepada Hudhur bahwa saya sedang makan sebuah melon yang manis. Ketika saya memberikan sepotong melon tersebut kepada anak saya, Abdullah, maka potongan melon itu menjadi kering. Atas hal itu, Hudhur bersabda, ‘Di rumah engkau akan ada seorang anak laki-laki dari istri engkau ini, tetapi dia tidak akan hidup lama’. Oleh karena itu, seorang anak laki-laki lahir di rumah saya tetapi setelah 11 bulan dia meninggal dunia. Setelah itu, dari istri ini tidak lahir lagi anak (meskipun mimpi ini tidak ada kaitannya dengan sidang, tapi beliau menceritakan mimpi yang beliau lihat pada waktu itu).”[4]
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra: Raja Memohon Doa
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra yang baiat pada tahun 1903 menceritakan, “Pada bulan Januari 1917 hari Kamis, saya melihat dalam mimpi seseorang sedang melarikan kuda dengan kencang dan saya sedang berdiri di sebuah lapangan dekat sebuah sumur. Orang itu turun dari kuda dan berkata kepada saya, ‘Saya adalah raja dan nama saya Ahmad Ali. Doakanlah saya’. Kemudian saya mengangkat tangan untuk berdoa dan dia juga mengikuti saya berdoa. Ketika kami selesai berdoa, maka dia segera menunggang kuda dan kembali pulang dengan melarikan kuda sangat kencang. Setelah dia pergi agak jauh, lasykarnya yang banyak bertemu dengannya dengan menerbangkan debu (beliau menceritakan mimpi ini), yang dia bawa dan berhenti di depan lasykar penentang.
Lasykar musuh bersenjatakan lengkap dan berseragam perang, yang dengan melihatnya, melawannya pun nampak sulit, ditambah lagi jumlah lasykar musuh yang lebih banyak. Lalu seseorang berkata, ‘Keduanya tidak ada kaitannya dengan peperangan.’ Tetapi, seseorang berkata kepada mereka: ‘Apakah hiasan merak itu kurang? (para tentara ini terhias dengan senjata dan kostum seragam. Akan tetapi, burung merak juga terhias indah sekali, namun demikian, seketika terdengar suara letusan pistol segera saja ia lari atau kabur melarikan diri). Tetapi baru saja mendengar suara senapan, maka segera lasykar itu lari dan bersembunyi di dalam goa. Demikianlah, lasykar musuh lari.’
Lalu, beliau mengatakan, ‘Mata saya terbuka (bangun tidur).”[5]
Jadi, kekuatan yang sebenarnya ialah dengan adanya karunia, pertolongan dan dukungan Allah Ta’ala, bukan kemegahan lahiriah semata. Pekerjaan-pekerjaan (prestasi-prestasi) yang selesai dengan disertai doa-doa dan dengan untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala, maka itu tidak akan selesai dengan kemegahan dan sarana lahiriah semata. Ya, setiap pekerjaan ada waktu yang ditetapkan dan Allah Ta’ala menampakkan hasil akhirnya tepat setelah datang waktu tersebut.
Hadhrat Mian Imamuddin Sekwani Sahib ra:
Hadhrat Mian Imamuddin Sekwani Sahib ra Beliau baiat pada tanggal 23 Nopember 1889. Beliau menceritakan mimpi beliau, “Hudhur sedang jalan-jalan di sebuah tempat di Kanda. Di sana pada waktu itu beliau sendirian. Saya menyodorkan sedikit uang sebagai hadiah kepada Hudhur, mungkin itu kurang dari 20 rupee. Setelah melihatnya, beliau tersenyum dan bersabda, ‘Bagaimana?’ Saya mengatakan, ‘Hudhur , saya melihat mimpi bahwa saya memberikan sedikit uang kepada Hudhur dan mimpi itu saya genapi.’ Beliau menerimanya.”[6]
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra, yang baiat pada tahun 1903 menceritakan, “Saudara saya, Choudry Ata Muhammad Khan Sahib sedang mengiuti persidangan mengenai sebidang tanah. Saya melihat dalam mimpi pada tanggal 21 Januari 1913 bahwa istri beliau menikah dengan yang lain. Oleh karena itu, sidang tersebut selesai dan tanah itu pun tidak menjadi miliknya.”[7]
Terkadang sebagian orang mengirimkan mimpinya (menceritakan mimpi-mimpinya). Ketika melihat sebuah mimpi, maka segera saja muncul persangkaan-persangkaan dan pemikiran-pemikiran terhadap penyempurnaannya. Memang mimpi-mimpi itu memiliki beragam ta’bir (penjelasan). Kini, di sini beliau melihat sebuah mimpi bahwa istri beliau menikah dengan yang lain. Ta’birnya adalah sidang jaidad (urusan tanah) dan beliau kalah dalam bersidang.
Masih Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib r.a yang baiat pada tahun 1903 meriwayatkan. Hampir semua riwayat beliau berkenaan dengan mimpi-mimpi. Beliau mengatakan, “Pada malam hari tanggal 18 Desember 1912, saya melihat dalam mimpi bahwa di rumah saya telah lahir seorang anak laki-laki yang saya peluk sambil membaca shalawat dan membagikan makanan. Anak laki-laki itu memang tampan, tetapi kurus dan lemah. Pada tanggal 15 Pebruari 1913 Allah Ta’ala telah menganugerahi saya dengan seorang anak yang diberi nama Abdullah Khan oleh Hadhrat Khalifah Awwal ra. Kelemahannya berlangsung sampai usia 24 tahun pada tahun 1938.”[8]
Lalu, ada mimpi beliau yang lain. Seraya menceritakannya, Amir Muhammad Khan Sahib ra mengatakan, “Pada malam tanggal 24 Nopember 1913, dalam mimpi diperlihatkan kepada saya seorang Sadhu (Petapa Hindu) yang terinfeksi penyakit kusta. Tetapi, meskipun demikian badannya tetap kuat. Dia memperlihatkan kekuatan badannya kepada para pemuda dan menyuruh mereka untuk rahbaniyah (hidup membujang, tanpa menikah), dan dengan perantaraan belerang dan sulfur pada tembaga, ia menampilkannya seperti emas (mimpi ini diceritakan).
Saya berkata kepada Sadhu, ‘Lihatlah, kini saya perlihatkan hakikat emas engkau yang istimewa.’ Yakni, saya meletakkannya di atas api dan memukulnya dengan martil, yang menyebabkan kemurniannya nampak dengan segera bahwa ia bukan emas, melainkan tembaga. Tiba-tiba Sadhu merasa malu dan berkata kepada saya, ‘Tuan jangan lakukan ini. Kedok saya akan terbuka’.
Setelah itu, saya mulai menablighi para pengikut Sadhu tersebut. Saya mulai menjelaskan kepada mereka hakikat Islam yang sebenarnya untuk menyingkirkan mereka dari jalan yang tadinya hendak dia tunjukkan kepada mereka. Sadhu selalu mendengarnya dengan seksama (mimpi ini sedang diceritakan). Ketika para murid Sadhu terkesan, maka mereka mengatakan, ‘Tolong perdengarkan kepada kami buku Mirza Sahib’.
Setelah itu, saya mengatakan kepada Sadhu, ‘Lihatlah, Allah Ta’ala telah menaruh beberapa kekuatan kepada manusia. Jika manusia menggunakannya dengan benar maka dia akan meraih faedahnya. Jika kekuatan-kekuatan itu tidak digunakan, maka dia akan mendapatkan kerugian.
Misalnya, kekuatan rahimiyat (kasih-sayang) yang Allah Ta’ala tanamkan dalam diri manusia, tetapi jika seorang yang teraniaya menuntut seorang zalim di pengadilan supaya menghukum sang penganiaya, tetapi orang-orang memberikan kesaksian dukungan terhadapnya (si zalim) dengan alasan menghukum seseorang adalah perbuatan tanpa kasih-sayang. Apakah melakukan demikian diperbolehkan? Sama sekali tidak. Sebaliknya, sang penganiaya mesti dihukum. Dalam hal ini, ia tak layak dikasihani.” [Maksudnya, belas kasihan pun pada tempatnya, redaksi]
Selanjutnya saya melihat dalam mimpi, saya katakan kepada mereka, ‘Mata yang Tuhan anugerahkan kepada kita untuk melihat, jika tidak digunakan maka kita akan menanggung kerugian yang fatal. Lihatlah, jika seorang tuan tanah menutup matanya dan tidak bekerja bercocok tanam, apakah dia akan memperoleh ketenangan?’
Dengan permisalan tersebut para pengikut Sadhu itu tanpa ada yang melarang lalu angkat bicara, ‘Kekuatan yang Tuhan tanamkan dalam diri manusia untuk melahirkan anak jika itu tidak digunakan, maka dari mana anak-anak kesayangan itu dapat diperoleh?’
Setelah itu, saya berbicara kepada para murid Sadhu, ‘Lihatlah, Sadhu yang mendakwakan diri menjadi penasehat Saudara-saudara, jika ayah dan ibu beliau tidak melakukan hubungan suami istri atau tidak pernah bertemu, maka dari mana mereka berdua melahirkan beliau?’
Mendengar dalil ini, Sadhu sangat terpengaruh dan mulai berkata, ‘Orang-orang terdahulu menganggap cara ini baik dan seseorang pun tidak memperhatikan dalil-dalil ini, tetapi Mirza Sahib telah mengungkap semua kebatilan.’
Lalu saya berkata, ‘Jika cara ini diperbolehkan kepada hewan ternak maka dari mana hewan untuk tunggangan, hewan untuk penghasil susu dan untuk bercocok tanam dapat diperoleh? Dengan cara ini, tujuan penciptaan makhluk: وَ مَا خَلَقْتُ اْلجِنَّ وَ اْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ “Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali untuk beribadah.” (Adz-Dzariyat 57) menjadi tak berguna dan silsilah kedatangan para Nabi dan Avatar (orang-orang suci) menjadi berakhir, yang dengan perantaraan beliau-beliau, orang-orang meraih mukti (keselamatan).’
Ketika saya mengatakan ini, maka (dalam mimpi) saya melihat Hadhrat Khalifatul Masih Awal ra sedang menyampaikan daras, menunjuk diri beliau sendiri dan bersabda, ‘Kalian yang sedang belajar makrifat-makrifat Al-Qur’an dari saya, bilamana orang-orang tengah mempraktekkan cara rahbaniyat (hidup membujang?’
(Yakni, orang-orang yang mempraktekkan rahbaniyat dengan menjadikan diri mereka sebagai rahib; mereka juga menganggap diri mereka sudah mencapai tingkat kebaikan yang sangat tinggi di sisi Allah dengan cara demikian, akan tetapi Allah Ta’ala mengajarkan ma’rifat-ma’rifat kepada sahabat tersebut dalam mimpi, setelahnya sahabat itu berkata)
Ketika saya sadar, maka saya pun paham, saya diberi penjelasan bahwa: Lihatlah, Sadhu yang menderita penyakit kusta itu pun sebagai akibat dari secara tidak benar menentang hukum alam.”[9]
Demikian pula, apa pun amal yang dilakukan yang bertentangan dengan hukum Allah Ta’ala dan amal perbuatan yang di luar fitrat alami manusia, – sebagaimana saat ini pemerintahan-pemerintahan, parlemen-parlemen atau lembaga-lembaga pembuat hukum (legislasi) yang membuat hukum (peraturan negara) yang memperbolehkan untuk itu – maka hukum Allah Ta’ala juga segera bergerak dan menjadi faktor kebinasaan bangsa-bangsa. [Contoh kongkrit yang beberapa kali disebut oleh Hudhur dalam khotbah-khotbah jumat lainnya ialah, parlemen beberapa negara yang membuat peraturan membolehkan pernikahan sesama jenis, redaksi.]
Oleh karena itu, para Ahmadi yang saat ini sudah menyebar di mayoritas negara di dunia dimana penduduk negara-negara itu sudah demikian sangat cinta duniawi (materialistik) dan mereka hendak menjadikan setiap amal yang di luar fitrat manusia sebagai bagian dari hukum negara mereka; sehingga dewasa ini perlu sekali bagi mereka (para Ahmadi) untuk banyak membaca istighfar (beristighfar) supaya tidak menjadi bagian dari mereka (para penduduk negara tersebut) dalam kesalahan mereka itu.
Hadhrat Abdul Sattar Sahib ra
Hadhrat Abdul Sattar Sahib ra, putra Abdullah Sahib menceritakan. Beliau baiat pada tahun 1892. “Istri saya menceritakan mimpi bahwa saya diberi uang dua rupee oleh Hadhrat Sahib. Ketika menang dalam sidang maka Hadhrat Sahib memberikan uang dua rupee kepada saya. Demikianlah, mimpi itu tergenapi dan saya menyempurnakan mimpi itu dengan memberikan uang dua rupee kepada istri saya.”[10]
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra: Gempa Dahsyat di Kangra dan beberapa Mimpi Lainnya
Kemudian, ada satu riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra lagi. Beliau mengatakan, “Tanggal 1 Juni 1905, dalam mimpi saya mulai memancing dari air yang bersih. Tiba-tiba datang tofan dan hembusan udara. Dalam keadaan itu juga, bumi mulai goncang dengan adanya gempa dan seraya melihat bumi goncang, saya bersujud dan dalam keadaan sujud saya mulai membaca doa: يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ ‘Yaa Hayyu Yaa Qayyumu bi rahmatika astaghitsu’ – ‘Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Mandiri, dengan rahmat Engkau tolonglah aku.’
Sementara itu, ada lagi gempa yang orang-orang katakan bahwa ini adalah gempa biasa. Bukan gempa dahsyat. Ketika orang-orang mulai mengatakan demikian, maka ditanamkan dalam hati saya bahwa ‘Engkau sekarang harus sujud, karena gempa datang.’ Setelah itu, ada lagi gempa yang sangat membinasakan.”[11]
Beliau menceritakan mimpi bulan Juni 1905. Gempa Kangra yang dahsyat itu terjadi pada bulan April. Setelah itu, datang juga gempa-gempa lain. Mungkin gempa-gempa yang akan datang juga telah diberitahukan kepada beliau. Bisa jadi mengarah pada perang dunia.
Tetapi ada satu hal (pelajaran) di dalamnya bahwa ketika sudah menyaksikan serangan gempa atau bencana-bencana lain, manusia hendaknya mempedulikannya. Bahkan hendaknya selalu menundukkan kepala di hadapan Allah Ta’ala dan dengan memohon kepada-Nya, barulah bisa selamat dari bencana. Karena ini adalah zaman Hadhrat Masih Mau’ud as yang di dalamnya mengandung banyak nubuatan tentang gempa dan bala bencana. oleh karena itu kita mendapati isyarat bahwa kita hendaknya selalu tunduk di hadapan Allah Ta’ala dan hendaknya memperdulikannya.
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra menceritakan lagi, “Pada tanggal 29 Mei 1905 saya melihat dalam mimpi bahwa terjadi hujan dan topan badai yang dengan melihatnya orang-orang berlari ke lapangan di luar rumah karena takut rumah itu akan roboh dan menimpa mereka. Akan tetapi, orang-orang miskin menganggap naungan pohon sebagai tempat perlindungan dan pergi dari lapangan untuk bernaung di bawah pohon dan seketika orang-orang miskin tersebut bernaung di bawah pohon. Sedangkan orang-orang yang ada di lapangan hancur karena tofan. Melihat hal ini, mengalirlah kata-kata pada lidah saya ‘Berakhirlah apa yang semestinya berakhir.”[12]
Secara umum disaksikan bahwa orang-orang miskin lebih banyak menerima para nabi daripada orang-orang kaya dan mereka berupaya untuk berada dalam naungan belia-beliau (para nabi).
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra menceritakan, “Pada tanggal 25 Juni 1905, saya melihat Hadhrat Masih Mau’ud as dalam mimpi sedang beribadah di rumah kediaman saya. Ketika beliau selesai ibadah, maka Hudhur menunggang kuda. Ketika beliau pergi agak jauh, maka beliau bersabda, ‘Adakah orang yang mau mengatakan kepada Maulwi Sahib, (yakni Hadhrat Khalifah Awal) sehingga dia segera bersiap-siap dan memberikan sepucuk surat atas nama (dari) Nawab Sahib ini kepada Maulwi Sahib?’
Ternyata tertulis dalam sepucuk surat itu bahwa beliau (Hadhrat Khalifah Awal) harus membawa besertanya barang sejenis uang atau perhiasan. Maka saya memohon, ‘Hudhur, saya siap!’ Dengan menerima sepucuk surat itu dari Hudhur, saya segera menyampaikannya ke hadapan Hadhrat Maulwi Sahib.
Ketika kami sampai di tanah Mekkah (perjalanan ini masih berlangsung dan kami sedang menuju Mekah; ketika kami sampai di Mekah), maka di sana nampak bukit-bukit kecil yang mengandung bebatuan, kerikil dan kapur, dan di tengah-tengah bebatuan, kerikil dan kapur tersebut terdapat aliran-aliran sungai yang bersih, sehingga orang yang melihatnya berpikir bahwa ini semua adalah karunia Ilahi yang mengalir lewat air. Jika aliran sungai ini kacau balau karena gempa, maka airnya akan rusak.”[13]
Allah Maha Mengetahui apa ta’bir yang sebenarnya? Tetapi ini mengandung isyarat, bahwa, di suatu hari dari Makkah Mukarramah para pelayan pecinta sejati Rasulullah saw mendapatkan taufik akan berupaya untuk membersihkan dunia dengan ajaran Islam yang sebenarnya, suci dan menyucikan bagi jiwa dan ruh; dan pancaran karunia ini akan mengalir di bawah Nizam Khilafat dan berbagai bangsa akan minum darinya serta mengambil faedahnya. Pancaran ini akan terus mengalir, Insya Allah.
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib menceritakan, “Beberapa hari sebelum kewafatan Hadhrat Khalifah Awal r.a, saya melihat Gerhana Matahari dalam mimpi yang saya ta’birkan sebagai kewafatan beliau.”[14]
Kemudian, beliau menulis, “Di tengah-tengah malam tanggal 12-13 Januari 1938, saya melihat Hadhrat Khalifatul Masih Tsani ra sedang berdoa bersama beberapa anggota, seolah-olah beliau sedang melindungi mereka dengan memutari di sekeliling mereka, tetapi kaki beliau terbuka (tanpa alas kaki) dan Choudry Fatah Muhammad Sahib bersama beliau.”
Pada tanggal 13 Januari beliau berdoa bersama beberapa anggota di mesjid Mubarak untuk putra dari Mirza Aziz Ahmad Sahib dan pengumuman doa bersama Hudhur ini dilakukan oleh Choudry Fatah Muhammad Sahib di mesjid Mubarak sebelum doa.[15]
Kemudian, beliau menulis, “Pada bulan September 1912, saya melihat Hadhrat Khalifah Awal ra bersama beberapa anggota dalam mimpi. Hudhur bersabda, ‘Kita tidak merasa rela hidup dengan aman sementara orang-orang kafir itu melampaui batas dalam hal berbicara keji terhadap Nabi Karim saw. Kita ingin menghancurkan terlebih dahulu orang-orang kafir yang telah melampaui batas dalam hal ini.’ Ketika mimpi ini saya ceritakan kepada Hadhrat Khalifah Awal, maka Hudhur bersabda bahwa ini adalah mimpi yang sangat beberkat.”[16]
Kemudian, beliau menulis, “Pada malam tanggal 20 Pebruari 1913, saya melihat Hadhrat Khalid bin Walid dan Dhirar bin Azwar dalam mimpi. Di tangan mereka berdua ada pedang dan mereka sedang meraih kemenangan demi kemenangan. Bahkan, kebanyakan orang dengan sendirinya sedang meletakkan senjata di depan mereka (menyerah), sehingga Yazid juga ikut meletakkan senjata dan ikut serta bersama mereka.”[17]
Hadhrat Mirza Muhammad Afzal Sahib
Dalam kaitan perjalanan Hadhrat Masih Mau’ud as ke kota Jehlum, Hadhrat Mirza Muhammad Afzal Sahib, putra Mirza Muhammad Jalaluddin Sahib, menceritakan (beliau baiat pada tahun 1895), “Pada tahun 1903, ketika Hadhrat Masih Mau’ud as sedang datang ke Jehlum dan saya pergi ke sana. Ada serombongan yang tak terhitung [mendatangi Hudhur].
Atas pertanyaan beberapa orang Hudhur bersabda, ‘Ini adalah nur Ilahi (yakni, Jemaat Ahmadiyah) yang tidak akan padam dengan sikap orang-orang.’ Dalam perjalanan ini, Hadhrat Sahibzada Abdul Latif Syahid Kabul ra berkata juga, ‘Jika Tuhan memerintahkan kepadaku untuk memberikan kepalaku selama tiga kali maka saya akan berikan.’”[18]
Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
Kemudian, Amir Muhammad Khan Sahib ra menulis; “Pada malam tanggal 6 Desember 1913, saya melihat Hadhrat Khalifatul Masih Awal ra dalam mimpi. Di tangan beliau terdapat tongkat, dan ada seekor kerbau berwarna coklat datang guna menubruk Hadhrat Khalifatul Masih Awal ra. Tetapi karena takut tongkat, kerbau itu mundur dan tetap berdiri dengan mengarahkan mukanya kepada Hadhrat Khalifatul Masih Awal ra.
Beliau sampai di suatu tempat (toko) untuk pembuatan segel. Pemilik toko sedang duduk di tokonya dan bersamanya ada orang lain yang hendak membuat materai palsu dari pemilik toko itu dan dia masih berada di toko dimana Hadhrat Khalifatul Masih Awal sampai di sana.
Pemilik toko tersebut bertanya kepada saya, ‘Apakah beliau ini Maulwi Nuruddin Sahib?’ Ketika saya mengatakan, ‘Ya’, maka pemilik toko tersebut segera menangkap pembuat materai palsu, sementara Hadhrat Khalifah Awal masuk ke dalam toko tersebut dan kerbau itu pun ikut serta. Pemilik tempat itu adalah orang yang berkarakter baik, berwajah tampan, berwibawa dan orang saleh. Dia sangat menghormati Hadhrat Sahib dan menyuguhkan makanan.
Ketika Hudhur keluar dari tempat tersebut, maka di sekitar beliau terdapat sekumpulan orang yang tak dapat dihitung jumlahnya. Sementara itu, orang yang membuat materai palsu keluar dari rombongan tersebut. Banyak orang mencarinya, tetapi tidak ditemukan. Saya mencarinya sambil terbang (dalam mimpi), tetapi tidak kelihatan.”
Beliau (Sahabat yang melihat mimpi itu) menjelaskan sendiri ta’bir mimpi ini, “Mimpi ini sempurna (terjadi) tepat saat sakitnya Hadhrat Khalifatul Masih Awal ra yang diderita cukup lama dan kepergian beliau ke rumah Hadhrat Nawab Sahib untuk penyembuhan (pengobatan); Maulwi Muhammad Ali Sahib menerbitkan selebaran yang berisi menentang Khilafat pada masa masih hidupnya Hadhrat Khalifatul Masih Awwal; adanya rombongan orang yang tidak terhitung jumlahya pada saat mengiringi jenazah Hudhur I ra; dan perginya Maulwi Muhammad Ali Sahib dari Qadian.”[19]
Kemudian, beliau mengatakan, “Pada malam tanggal 13 Maret 1914, saya melihat dalam mimpi madu yang dikeluarkan oleh lebah dan kami memasukkannya ke dalam mangkuk. Setelah itu Hadhrat Khalifah Awal ra bersabda, ‘Setelah kewafatanku biarkanlah yang memandikan jenazah saya ialah Maulwi Sher Ali Sahib ra. Beliau adalah saudara saya dan orang saleh.’
Oleh karena itu, saya menceritakan mimpi tersebut kepada Sahibzada Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Hadhrat Khalifatul Masih Tsani ra pada waktu yang tepat. (perawi ini melihat mimpi tersebut pada masa masih hidupnya Khalifah Awal) dan Maulwi Sher Ali Sahib memandikan jenazah beliau (Khalifah Awal). Ya, saya tidak dapat mengatakan bahwa berdasarkan pada mimpi saya ini beliau dimandikan atau ada kepentingan lain. Tetapi, memandikan itu dilakukan oleh Maulwi Sahib dan mimpi saya tergenapi.”[20]
Hadhrat Khair Din Sahib ra
Hadhrat Khair Din Sahib ra, putra Mustaqim Sahib yang baiat pada tahun 1906, menceritakan, “Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as wafat dan sudah masa Khilafat Ula, maka Allah Ta’ala memperlihatkan sebuah mimpi dengan perantaraan Khilafat yang dihadirkan pada saya. Pada suatu hari saya melihat dalam rukya bahwa ada seorang kuda raja yang sangat cantik sedang terikat. Warnanya gandum.
Di dekat kuda tersebut ada sebuah ranjang yang dipasangi tempat tidur dan diberi bantal. Di dalam mimpi diketahui bahwa sedang terjadi badai. Badai itu adalah badai musim panas, seperti halnya secara umum terjadi badai pada waktu malam musim panas” – (orang-orang yang tinggal di India-Pakistan mengetahui, malam hari biasa terjadi badai.) “Ranjang itu penuh oleh tanah, ranting dan bebatuan kecil” — orang-orang yang biasa tidur di luar mengetahui hal ini. “Saya membersihkan ranjang tersebut, menyapunya dan ranjang itu diketahui milik Khalifah Awal ra. Demikianlah, semua peristiwa saya kemukakan kepada Hadhrat Khalifah Awal ra. Ta’birnya beliau sampaikan bahwa apapun yang kami dapati, diantaranya engkau pun telah dapati juga.”
Hadhrat Allah Data Sahib ra
Hadhrat Allah Data Sahib ra, kepala sekolah, putra dari Mian Abdul Sattar Sahib (baiat pada tahun 1898) menceritakan, “Pada masa beberkat Hadhrat Khalifah Awal ra, diperlihatkan kepada saya pemandangan yang sangat hebat. Pada hakikatnya, itu merupakan kabar suka berbagai kondisi kehidupan saya. Yakni, pada hari-hari haji, pada waktu tahajud, saya melihat ada dua orang yang sedang bercakap-cakap. Seseorang berkata, ‘Perhatikanlah, dari sini nampak wajah-wajah para sahabat Rasulullah saw?’ Ia berkata, ‘Ya. Nampak dari Jhelum’. Kemudian, dia berkata, ‘Lihatlah ini!’ Saya melihat bahwa itu adalah sebuah istana kaca yang kacanya berwarna hitam. Tiba-tiba itu menjadi laami’an buraqan (berubah menjadi bersinar cemerlang) dan di dalamnya terdapat empat sahabat Nabi saw sedang duduk di atas kursi (yakni, keempat Khalifah beliau). Pemandangan yang sangat hebat.
Kemudian, pemandangan itu hilang dan yang nampak hanya Hadhrat Utsman. Kemudian, pemandangan itu berubah dan yang nampak hanya Hadhrat Abu Bakar Shiddiq. Pemandangan ini saya saksikan dengan sepuas hati. Hadhrat Shiddiq menampakkan wajahnya kepada saya dengan sangat baik. Itu benar-benar wajah Hadhrat Khalifah Awal ra.
Dalam hati saya timbul pemikiran bahwa ini adalah Hadhrat Khalifatul Masih. Maka muncul sebuah ilham, ‘Abu Bakar dalam wajah Nuruddin. Para sahabat tidak akan wafat selama tidak melihat Nuruddin’.
Saya menulis ke hadapan Hadhrat Khalifah Awal. Sebagai jawaban, Hudhur bersabda, ‘Rukya shalihah Tuan termasuk diantara kabar-kabar suka. Demikian juga, dalam berbagai kesempatan kepada saya juga sering datang kabar-kabar suka. Salah satu diantaranya ialah [bahasa Persia], “امن است در مكان محبت سرائي ما” ‘Aman ast dar makan-e-mohabbat sara-e-ma’. (ini ilham yang turun kepada Hadhrat Masih Mau’ud as) Yakni, “Keamanan untuk orang yang tinggal di rumah kami, rumah kecintaan.”[21] Dan sering juga datang ilham kepada saya. Ini adalah syair-syair Hadhrat Masih Mau’ud as:
“اب گيا وقت خزاں آئے ھیں پھل لانے كے دن”
خدا كے پاك لوگوں كو خدا سے نصرت آتی ھے
جب آتی ھے تو پھر عالم كو اك عالم دكھاتی ھے
‘Ab geya waqt-e-khizan ae hain phal lane ke din’
‘Khuda ke pak-e-logong ko Khuda se nusrat ati hai
Jab ati hai to ik alam ko ik alam dikhati hai’
“Sekarang musim gugur telah berlalu, sekarang adalah masanya untuk memetik buah-buahannya (musim semi).”
“Pertolongan Tuhan senantiasa datang kepada orang-orang suci-Nya
Ketika pertolongan itu datang, Dia perlihatkan keajaiban-keajaiban kepada dunia.”[22]
Kabar-kabar suka ini selalu diperlihatkan kepada para sahabat tentang kemajuan Jemaat sejak zaman itu.
Beliau berkata, “Banyak sekali mimpi yang saya telah saksikan. Hadhrat Utsman ra pernah memberi saya nasi kebuli (nasi dengan campuran daging). Kemudian Rasul Karim saw memberikan manisan kepada saya supaya dibagikan kepada orang-orang.
Saya berada di belakang Hadhrat Masih Mau’ud as dan mengerjakan shalat bersama beliau. Pernah juga salat bersama beliau di samping beliau. Pernah juga [dalam mimpi] Hudhur meminumkan air kepada saya. Hudhur berdiri di atas sebuah bukit dan saya berada dalam sebuah lubang. Hudhur mengulurkan tangannya kepada saya dan mengangkat saya supaya keluar dari lubang itu. Demikian pula, Hudhur sedang memilih bunga. Saya juga memilihnya dan memberikannya kepada Hudhur.
Demikian juga saya pergi menunaikan haji, saya melihat Mekah Al-Mukarramah, mengelilingi Kabah dan setelah tawaf, di Baitullah tumbuh pohon-pohon yang bermuatkan bunga-bunga. Pohon mangga, kurma dan lain-lain. Saya melihat pemandangan ini.”
Kemudian, beliau menulis bahwa, “Saya mendapatkan kabar-kabar suka tentang berakhirnya masa ujian saya. Beberapa orang suci, Qadhi Abdullah Sahib dan yang lainnya juga mendapatkan kabar-kabar suka tentang diri saya.”
Kemudian, beliau menulis bahwa, “Pada tanggal 11 Mei 1936, pada waktu tahajud, dan hari itu kami berpuasa nafal Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki Sahib melihat dalam mimpi beliau melihat Viceroy (Raja Muda India, wakil raja/ratu Inggris untuk memerintah India, biasanya keluarga istana Inggris) datang ke Qadian, dan saya (Hadhrat Allah Data Sahib) mendahulukan beliau dari para Ahmadi di antara para pengunjung. Yakni, kami sedang mengadakan mulaqat dan saya beserta Maulana.
Viceroy khawatir bahwa Maulana Sahib hendak membunuhnya. Saya memiliki hubungan persahabatan dengan Viceroy. Saya memberikan keju kepadanya dan berkata, ‘Tuan, tidak perlu mengkhawatirkan Maulwi Sahib!’ — ini adalah mimpi Maulwi Ghulam Rasul Sahib. ‘Saya bertanggung jawab menjamin keamaan tuan dari beliau.’ Demikian pula, orang lain juga pernah melihat mimpi yang baik tentang saya.[23]
Hadhrat Syeikh Muhammad Ismail Sahib ra
Hadhrat Syeikh Muhammad Ismail Sahib ra, putra Syeikh Masita Sahib (beliau baiat pada tahun 1894) menceritakan, “Wahai Tuhan Yang Maha Gagah! Orang yang bersumpah palsu terhadap Engkau, dia ditolak dalam singgasana Engkau. Maka aku beriman kepada kudrat Engkau dan bersumpah demi Dzat Engkau bahwa Engkau telah membuka rahasia ini kepada hamba yang lemah ini. Jika aku bersumpah palsu terhadap Engkau dan semata-mata membuat ilham atau mimpi palsu serta menisbahkannya kepada Dzat Engkau Yang Suci, maka Engkau berkuasa untuk menghukumku”.
Saya melihat dalam mimpi bahwa ada sebuah kebun, di dalamnya terdapat semua anggota Jemaat. Orang-orang miskin di satu sisi dan orang-orang kaya di sisi yang lainnya. Orang-orang kaya menetapkan Janab Hadhrat Maulana Maulwi Abdul Karim Sialkoti Sahib sebagai leader-nya (pemimpinnya).”
Beliau melihat mimpi ini di masa masih hidupnya Hadhrat Masih Mau’ud as dan mimpi ini mempunyai kaitan dengan Khilafat Hadhrat Khalifah Awal. Beliau mengatakan, “Orang-orang kaya menetapkan Maulwi Abdul Karim Sahib. Orang-orang miskin menetapkan saya sebagai pemimpinnya, dan memutuskan bahwa pidato pertama akan disampaikan oleh Janab Hadhrat Maulana Maulwi Abdul Karim Sialkoti Sahib, dan jawaban beliau ditetapkan sebagai tanggung jawab saya yang lemah ini.
Hadhrat Maulana menyampaikan dalil-dalil tentang Khilafatnya dalam pidatonya dan saya menyampaikan dalil-dalil tentang Khilafat Janab Hadhrat Maulana Nuruddin Bherwi Sahib dalam pidato saya. Menyampaikan dalil-dalil dan menolak pidato Maulana.
Kemudian Maulana menjelaskan dalil-dalil tentang Khilafatnya, lalu saya menolak dalil-dalil Maulana dalam pidato saya dan mulai menerangkan dalil-dalil Khilafat Hadhrat Maulwi Nuruddin Sahib, sehingga Maulwi Abdul Karim Sahib melakukan lompatan pertama, kemudian lompatan kedua dan lompatan ketiga, sehingga sampai di hadapan Hadhrat Khalifah Awal dan memohon, ‘Hadhrat! Terimalah baiat saya.’ Hadhrat Khalifah Awal menerima baiat Maulwi Sahib dan beliau duduk sambil terdiam.Saksi rukya saya ini adalah Janab Syeikh Habib Ali Irfani Sahib dan Janab Master Abdul Rahman Mahar Sing Sahib. Saya melihat mimpi ini dalam masa kehidupan Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as.”[24]
Rukya mengenai Khilafat, dengan karunia Allah Ta’ala, selalu diperlihatkan oleh Allah Ta’ala dalam Jemaat. Ini bukanlah perkara sekarang. Sebagian orang ada yang mengajukan keberatan, “Ya. Sekarang lihatlah mimpi-mimpi itu. Dari masa Khalifah Awal banyak sekali mimpi-mimpi, lalu begitu juga pada masa Khalifah Tsani. Kemudian [masa Khalifah] setelah itu?”
Pendeknya, inilah beberapa mimpi yang telah saya terangkan.
Jalsah Salanah di Bangladesh
Kini, perkara selanjutnya yang hendak saya terangkan, itu adalah saat ini Sierra Leone dan Bangladesh adalah dua negara yang sedang menyelenggarakan Jalsah Salanah. Mungkin di Sierra Leone baru hari ini dimulai Jalsah dan di Bangladesh sudah berlalu satu hari.
Tahun ini di Bangladesh sudah genap seabad sejak sampainya Ahmadiyah ke sana. Sebagaimana, tahun ini juga genap seabad Jemaat Inggris. Jemaat Inggris juga sedang membuat program perayaan Tasyakur. Jemaat Bangladesh sudah membuat program ini dan sudah mulai terealisasi.
Jalsah Salanah dulu merupakan satu bagian yang sangat besar dari program tersebut, bahkan sampai sekarang. Oleh karena itu, mereka pada tahun ini sudah menyewa sebuah tempat yang sangat luas dan mengatur Jalsah dalam sebuah studium, supaya semua program dapat dilaksanakan dengan mudah dan penginapan serta yang lainnya dapat terorganisir, orang-orang dapat hadir dalam jumlah yang banyak.
Pengaturan dan persiapan-persiapan Jalsah Salanah sudah sempurna, sehingga kemarin lusa ada beberapa ulama yang hanya nama saja mengumpulkan murid-muridnya dan banyak orang dari Jamaah Islami, mereka melakukan serangan dengan jumlah mereka kira-kira 2000-3000 orang. Polisi memang ada berdiri di sana, tetapi tidak berbuat apa-apa. Akhirnya, para teroris (para penyerang) telah membuat hampir seluruh sarana dan prasarana menjadi kacau-balau. Kemudian, mereka membakar semua barang-barang yang disewa termasuk kursi, tenda dan barang-barang yang lainnya. Kerugiannya mencapai puluhan juta rupiah. Ini adalah sikap para ulama Islam yang hanya nama saja.
Walau bagaimana pun, Jalsah tetap tidak dibatalkan. Sebagaimana telah saya katakan, insya Allah tetap berlangsung. Jalsah berlangsung di tempat milik Jemaat di sana [bukan menyewa tempat lagi seperti tempat yang diserang diatas]. Benar bahwa jumlah pesertanya jadi lebih sedikit dan hal itu dikarenakan tempatnya sempit. Tetapi, Jalsah pendeknya insya Allah akan berlangsung seperti biasa.
Semoga Allah Ta’ala melindungi semua peserta Jalsah yang tahun ini banyak sekali delegasi dan para tamu dari negara-negara lainnya dan dengan karunia Allah Ta’ala semoga Jalsah ini juga berakhir dengan lancar.
Semoga Allah Ta’ala membalikkan kejahatan para ulama ini pada diri mereka sendiri. Kerugian harta yang sangat besar, sebagaimana saya telah katakan, semoga Allah Ta’ala menggantikannya (kerugian itu). Oleh karena itu, kita harus banyak berdoa.
Jalsah Salanah di Sierra Leone
Jalsah kedua, sebagaimana saya telah katakan, sedang berlangsung di Sierra Leone. Perbedaan ulama di Sierra Leone dan Bangladesh adalah sebagian ulama di sana menyampaikan amanat-amanat mereka dengan menuangkan semua perasaan baiknya dan ikut hadir. Mereka memiliki harapan-harapan baik. Dalam pribadi mereka didapati sikap kemanusiaan. Meskipun menentang tetapi mereka tetap ikut serta dalam program-program kita. Semoga Allah Ta’ala membalasnya dan membuka hatinya, supaya memahami pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as dan amanat beliau.
Pokoknya, kita berdoa juga untuk Sierra Leone. Semoga Jalsah mereka beberkah dan sukses dari segala segi dan semua Ahmadi dan tamu yang hadir mendapatkan curahan dari berkah-berkah Jalsah. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jemaat Sierra Leone adalah sebuah Jemaat diantara Jemaat orang-orang yang banyak sekali memiliki keikhlasan.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa meningkatkan keikhlasan dan kesetiaan mereka dan dengan segera negara ini dan semua Afrika masuk dalam pangkuan Ahmadiyah, supaya mereka mendapatkan taufik untuk mengamalkan ajaran Islam yang hakiki.
Shalat Jenazah Gaib: Almarhum Kerifa Conde (Mahasiswa Jamiah Sierra Leone)
Setelah shalat Jumat, saya akan memimpin beberapa shalat jenazah gaib. Jenazah pertama adalah saudara Kerifa Conde, mahasiswa Jamiah Ahmadiyah Sierra Leone. Beliau sedang belajar di Jamiah tingkat ke-2. Beliau wafat pada tanggal 31 Januari. إنا لله وإنا إليه راجعون. Innaa liLLaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Sebagaimana telah saya jelaskan, beliau sedang mempersiapkan Jalsah Salanah seperti halnya para khuddam yang lain. Dalam kaitan persiapan-persiapan Jalsah, selama wikari amal, disebabkan terjatuh dari tangga, kepala beliau terluka cukup parah. Beliau segera dibawa ke rumah sakit. Beliau dirawat di sana. Diketahui melalui sinar x bahwa pada tulang kepala ada keretakan di bagian sculp. Para dokter mengusulkan operasi. Operasi sedang dipersiapkan, tetapi beliau wafat sebelumnya. إنا لله وإنا إليه راجعون. Innaa liLLaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Beliau datang dari negara tetangga Sierra Leone yaitu Guenea Conakry untuk belajar di Jamiah. Beliau adalah mahasiswa yang sangat baik, mukhlis dan pekerja keras (rajin). Almarhum adalah Ahmadi pertama dalam keluarganya. Ketika beliau mewakafkan diri dan berkeinginan untuk belajar di Jamiah Ahmadiyah, maka semua keluarganya sangat menentang. Tetapi, beliau kukuh dalam janjinya.
Pada tahun lalu, ketika beliau pulang ke Guenea Conakry pada hari-hari libur dari Sierra Leone, maka kedua orang tua beliau melihat perubahan yang signifikan dalam diri anaknya dan setelah melihat perubahan ini, kedua orang tua almarhum juga baiat dan masuk kedalam Jemaat Ahmadiyah.
Ayahanda beliau bernama Facine Conde dan ibunda beliau bernama Siwili Douno. Mereka menulis, “Pemuda ini sangat saleh, mutaki dan sangat mencintai Jemaat dan Khilafat.” Selanjutnya, apapun tanggung jawab yang diserahkan kepada beliau, beliau berusaha menyempurnakan tanggung jawab tersebut dengan semampunya. Seorang temannya menjelaskan bahwa beliau selalu memanjatkan doa ini: “Ketika kematian saya tiba, semoga selalu berada dalam Ahmadiyah”.
Almarhum Choudry Bashir Ahmad Saraf Sahib
Jenazah kedua adalah Choudry Bashir Ahmad Saraf Sahib, mantan Sadr Halqah Gharabi Deskakot. Beliau wafat pada tanggal 24 Nopember 2012 dalam usia 82 tahun. إنا لله وإنا إليه راجعون. Innaa liLLaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Beliau adalah putra Hadhrat Mian Allah Data Sahib, sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau mendapat taufik untuk berkhidmat dalam beragam kepengurusan selama 61 tahun. Enam belas tahun sebagai Qaid Majelis Khuddamul Ahmadiyah, 36 tahun sebagai Sekertaris Maal, 25 tahun sebagai Sekretaris Rishtanata, 23 tahun sebagai Sadr Jemaat (Ketua Jemaat) dan 10 tahun sebagai Amir Halqah. Selain itu, beliau kira-kira 40 kali atau telah 40 tahun atau lebih ditetapkan sebagai anggota perwakilan Syura.
Beliau taat shalat dan puasa, rajin tahajud, simpati, pelayan tamu, setia kepada Khilafat dan Nizam Jemaat, orang yang melakukan pengorbanan luar biasa. Beliau memiliki banyak kelebihan. Beliau adalah seseorang yang baik, muttaqi. Beliau mendapatkan kesempatan mengkhidmati 3 Khalifah.
Demikian pula beliau mendapat taufik untuk berkhidmat kepada beberapa sahabat dan para pengurus Jemaat selama perjalanan beliau. Juga ikut membangun mesjid dengan mengambil cukup luas tanah di Deskakot. Beliau seorang pemberani dan tidak mengenal takut. Orang-orang ghair Ahmadi juga terkesan dengan kepribadian beliau. Selama 3 kali beliau pernah mengalami masa sebagai Asiraan-e Rahe Maula (tahanan di jalan Allah).
Beliau meninggalkan istri dan 3 anak perempuan serta 3 anak laki-laki. Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau.
Almarhum Mukarram Abdul Ghaffar Dar Sahib
Jenazah ketiga adalah Mukarram Abdul Ghaffar Dar Sahib yang wafat pada tanggal 5 Pebruari 2013. إنا لله وإنا إليه راجعون. Innaa liLLaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Ini terjadi di Rawalpindi. Beliau sehat sampai akhir hayat. Secara lahir tidak ada hal yang berbahaya. Kesehatan beliau sampai akhir memang baik, kecuali di masa tua.
Meskipun usianya sudah 97 tahun, tetapi beliau biasa menaiki 25 bahkan lebih anak tangga di lantai kedua. Kira-kira jam 6 sore hari kewafatan, setelah minum chae, beliau mengatakan, “Saya tidak mau makan. Kecuali berikan obat tidur malam.” Kira-kira jam 10 malam, ketika cucu beliau masuk ke dalam kamar untuk meminumkan obat, maka lampu mati, wajah berwarna kuning dan tubuh tidak bergerak. Mungkin pada saat itulah beliau wafat. Pendeknya, setelah dibawa ke rumah sakit, baru ketahuan. Ketika dokter memeriksanya, beliau sudah wafat.
Beliau lahir pada tahun 1916. Beliau berasal dari Asnur (jajahan Kashmir). Keluarga beliau adalah para Ahmadi awwalin Kashmir. Kakek beliau Hadhrat Haji Umar Dar Sahib dan ayahanda beliau Hadhrat Abdul Qadir Dar Sahib termasuk diantara para sahabat Hadhrat Aqdas. Demikian pula, paman beliau Hadhrat Abdul Rahman Sahib termasuk sahabat. Kakek beliau Alm. Muhammad Butt Sahib bermukim di perkampungan Kashmiriya, Sialkot. Beliau biasa pulang pergi ke mesjid terkenal, Kabutran Wali, di perkampungan Allama Iqbal.
Beliau menulis, “Di perkampungan inilah, berkat da’wah ilallah Hadhrat Maulwi Abdul Karim Sahib, kakek beliau telah menempuh perjalanan ke Qadian.” Hadhrat Maulana Abdul Karim Sahib ra berkata kepada kakek almarhum, ‘Khawaja Sahib! Tuan telah keluar dari rumah tuan, dari tanah air tuan untuk menunaikan kewajiban agama yang sangat penting.” (Beliau telah pergi bermaksud untuk berhaji. Tetapi, disebabkan penyakit dan wabah di sana, beliau tidak dapat berangkat haji.)
Beliau (Hadhrat Maulwi Abdul Karim Sahib ) mengatakan, “Hadhrat Imam Mahdi as telah muncul. Sabda Hadhrat Nabi Karim saw adalah menerima Imam Mahdi bukan hanya keharusan, bahkan lebih dari itu menyampaikan salam dari Hudhur saw termasuk diantara kewajiban-kewajiban. Oleh karena itu, Marilah Tuan! Pergi dengan kami ke Qadian. Kita kunjungi orang suci dan Waliullah yang telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan mengenalinya.”
Oleh karena itu, beliau pergi ke Qadian. Ketika sampai di sana, maka di mesjid Hadhrat Masih Mau’ud as sedang ada majelis. Para anggota majelis sedang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan Hudhur memberikan jawaban-jawaban.
Pada waktu itu kakek berpikir bahwa, “Majelis ini adalah majelis soal jawab para ulama dan orang-orang terpelajar, kenapa saya tidak mengajukan pertanyaan? Jika beliau ini adalah ma’mur minallah (utusan Allah), maka pasti dalam hati saya sudah ada jawaban atas pertanyaan yang diajukan.”
Oleh karena itu, beliau menyimpan persoalan dalam hati beliau.
“Dalam hati saya terpikir bahwa tanpa saya ditanya, saya hendaknya mendapatkan jawaban dan instruksi dalam hal ini bahwa apa perkara yang sebenarnya?
Beliau baru berpikiran demikian, maka Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, ‘Sebagian orang mengerjakan shalat dan haji juga, tetapi tidak tampil dengan perlakuan baik terhadap kerabat-kerabatnya. Padahal, hal ini benar-benar bertentangan dengan ajaran Islam dan ketakwaan.’”
Beliau mengatakan, ”Dengan hal ini, pertanyaan yang ada dalam hati saya, sekarang saya sudah mendapatkan jawabannya. Hati saya sudah lapang dan saya pun mengambil baiat.”
Beliau tidak memberikan tanah saudaranya kepadanya. Beliau menahan tanah milik saudaranya. Maka dengan segera beliau menulis surat kepada menantunya, ‘Beritahukanlah, apa yang menjadi bagiannya, berikanlah kepadanya’. Maka hal ini mempengaruhi dengan segera kepada kakek beliau sehingga menjadi Ahmadi.
Pendeknya, Abdul Ghaffar Dar Sahib lulus kelas lima dari Yaripura Middle School Kashmir. Pada tahun 1928, beliau datang ke Qadian untuk menuntut ilmu. Setelah lulus ketujuh kelas Madrasah Ahmadiyah, beliau masuk Jamiah Ahmadiyah. Pada tahun 1938, beliau mendapat gelar H.A.. Istri beliau wafat pada tahun 2005. Beliau memiliki 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Ghaffar Sahib memiliki suara yang sangat lantang dan juga merdu sekali. Beliau mengatakan, ‘Karena suara saya bagus, maka pada kesempatan Jalsah dengan kehadiran Hadhrat Khalifatul Masih Tsani, saya mendapatkan kesempatan untuk membacakan nazm. Saya memperdengarkan sebuah nazm Hadhrat Malik Abdul Rahman Khadim Sahib dalam kehadiran Hudhur [di masa masih hidupnya Hudhur II].” Ketika beliau menulis ini, maka beliau mengatakan bahwa “Saya sudah berusia 85 tahun saat ini. Tetapi, saya ingat sebuah syair (nazm tentang Hadhrat Khalifah Tsani):
“Wo bachcha jo akaila reh gaya tha ashyane me
Khuda ke fazl se uske hue hain bal-o-par paida”
“Anak burung yang telah ditinggalkan hidup sendiri di sarang itu
Dengan karunia Allah, telah tumbuh bulu dan telah terkepak sayap-sayapnya.”[25]
Beliau mengatakan, “Sambil membaca nazm, sesekali saya memandang Hadhrat Khalifah Tsani dan sesekali saya mendengar suara teriakan (narae takbir dan lainnya) dari orang-orang yang duduk di depan. Saya menceritakan suatu peristiwa berkenaan dengan Hadhrat Khalifah Tsani bahwa ketika ayah saya sakit di Qadian, maka saya dikirim oleh ayahanda untuk mengambil obat dari Hadhrat Khalifah Tsani. Saya pun pergi dan mendapat Hadhrat Khalifah Tsani sedang keluar rumah untuk mengerjakan sesuatu. Saya memohon, ‘Bapak saya sakit’. Maka beliau langsung memintakan obat.” Beliau pulang lagi dan membawa obat.
Hadhrat Khalifah Tsani ra memiliki ikatan kecintaan yang khusus dengan keluarga ini. Bahkan, dengan semua orang-orang Kashmir. Kemudian, beliau melakukan tugas-tugas Jemaat. Hadhrat Khalifah Tsani ra selalu memberikan tugas khusus kepada beliau. Di sana, dari Kashmir terbit sebuah majalah ‘Ishlah’ yang selalu dibimbing oleh Hadhrat Khalifah Tsani ra. Setelah menyelesaikan tugas mengajar, beliau ditempatkan di sana. Pendeknya, beliau adalah orang yang cukup tangkas dalam memberikan pendapat. Beliau selalu memberikan opini dalam Syura.
Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau. Ada sebuah riwayat dari Sayyid Abdul Hayye Shah Sahib bahwa Hadhrat Khalifatul Masih Tsani ra menetapkan beliau sebagai anggota Syura sampai akhir hayat beliau.
Cucu-cucu beliau mengatakan bahwa “Beliau selalu menyuruh kami shalat dan setiap waktu bertanya: ‘Berapa waktu yang telah dihabiskan dalam shalat?’ Beliau selalu menceritakan peristiwa-peristiwa saat bersama para Khalifah dengan penuh ghairat.”
Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau. Sebagaimana saya katakan, insya Allah shalat ketiga jenazah tersebut akan dilaksanakan setelah shalat Jumat.
[1] Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa
[2] Register Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 11, halaman 362-363; Riwayat Hadhrat Mian Zuhuruddin Doli Sahib ra
[3] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 11, halaman 312-313; Riwayat Hadhrat Maulwi Abdur Rahim Nayyar Sahib ra
[4] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 10, halaman 355; Riwayat Hadhrat Syeikh Ata Muhammad Sahib ra (mantan muhasib)
[5] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 151; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[6] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 7, halaman 424; Riwayat Hadhrat Mian Imamuddin Sekwani Sahib ra
[7] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 144; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[8] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 143; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[9] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 144-146; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[10] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 188; Riwayat Hadhrat Abdul Sattar Sahib ra
[11] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak jilid 6, halaman 138; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[12] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 137-138; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[13] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 138-139; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[14] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 146; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[15] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 156-157; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[16] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 143; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[17] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 144; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[18] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 225-226; Riwayat Hadhrat Mirza Muhammad Afzal Sahib ra
[19] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 225-226; Riwayat Hadhrat Mirza Muhammad Afzal Sahib ra
[20] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 149-150; Riwayat Hadhrat Amir Muhammad Khan Sahib ra
[21] Amanun li may yaskunu fii daariina daaril mahabbah أمنٌ لمن يسكن في دارنا دارِ المحبة.
[22] Terjemahan Arab dari syair diatas adalah: الآن قد ولّى الخريف، وجاءت أيام الثمار.
أي: أن عباد الله الأطهار يأتيهم النصر من الله تعالى
وعندما يأتي يُري العالَمَ العجائبَ.
[23] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 7, halaman 119-121; Riwayat Hadhrat Allah Datta Headmaster Sahib ra
[24] Register Riwayat Para Sahabat, tanpa cetak, jilid 6, halaman 74-75; Riwayat Hadhrat Syeikh Muhammad Ismail Sahib ra
[25]“الفرخ الذي كان قد بقي وحيدًا في العش، قد نبتتْ له الآن رياش وأجنحة.”