Tim Ahmadiyah.Id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.
Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz pada 18 Desember 2015 di Baitul Futuh, London
“Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah”
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
Semenjak Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam mendakwakan diri sebagai Al-Masih dan Mahdi, para penentang Ahmadiyah dan orang-orang yang disebut sebagai ulama-ulama Muslim telah melancarkan banyak fitnah dan penentangan terhadap beliau. Ini adalah kebiasaan mereka dan mereka akan terus melakukan hal tersebut. Dengan demikian, mereka terus membawa umat Islam yang biasa kepada kesesatan atau setidaknya mereka terus berupaya untuk menyesatkan mereka.
Fitnah terbesar yang mereka coba buat untuk menghasut umat Islam adalah bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as, naudzubillah, menganggap diri lebih unggul dibandingkan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam. Yang paling mengerikan sekali adalah bahwa mereka mengarang-ngarang kebohongan tersebut dan membuat pernyataan palsu seperti itu agar meraih tujuan keji mereka untuk menghasut orang-orang sehingga mereka bahkan terus maju melancarkan tuduhan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah menggunakan bahasa yang menggelisahkan berkenaan dengan Hadhrat Rasulullah saw.
Mereka selanjutnya melancarkan berbagai fitnah kepada para anggota Jemaat. Orang-orang yang bijak, setelah menelaah tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as, akan menyadari bahwa segala fitnah ini ditujukan hanya untuk tujuan menciptakan kekacauan.
Saya (Hudhur atba) akan menyinggung hanya beberapa kutipan dari tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as berkenaan dengan derajat Hadhrat Rasulullah saw karena semuanya tidak dapat disampaikan dalam kurun waktu yang ada saat ini. Saya telah memilih beberapa kutipan dari berbagai buku Hadhrat Masih Mau’ud as mulai dari Barahin Ahmadiyah hingga buku terakhir sebelum kewafatan beliau as. Empat bagian Barahin Ahmadiyah ditulis dari tahun 1880 hingga 1884 dan dikompilasi ke dalam Ruhani Khazain Vol I.
Di dalam buku ini, beliau as bersabda di suatu tempat bahwa di bawah langit ini hanya ada satu Rasul dan hanya ada satu Kitab. Rasul itu adalah Hadhrat Muhammad saw yang lebih luhur dan agung serta paling sempurna dibanding semua Rasul, beliau adalah Khataman Nabiyin, manusia yang terbaik dimana jika kita mengikuti teladannya maka kita akan bertemu dengan Allah Ta’ala dan semua tabir kegelapan akan terangkat serta kita akan bisa menyaksikan keselamatan hakiki bahkan ketika masih di dunia ini. Kitab tersebut adalah Al-Quran yang merangkum bimbingan yang benar dan sempurna, yang melaluinya manusia bisa memperoleh pengetahuan dan pemahaman Ilahi dan hati menjadi bersih dari segala kelemahan manusiawi serta diangkat kerak kebodohan, keacuhan dan keraguannya sehingga ia mampu mencapai tingkat kepastian yang paling sempurna. Kemuliaan Hadhrat Rasulullah saw dan Al-Quran dapat zahir dari kutipan ini.
Kemudian di dalam buku yang sama, yakni Barahin Ahmadiyah, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Dan seorang hamba yang lemah ini juga berasal dari kalangan para khadim yang paling rendah dari Nabi Mulia Hadhrat Rasulullah saw yang merupakan pemimpin serta penghulu semua nabi Allah Ta’ala.
Kemudian pada tahun 1886 di dalam buku Surma Chashma Arya, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Dengan demikian, wahyu Ilahi merupakan cermin dimana sifat-sifat sempurna daripada Allah yang Maha Agung bisa dilihat, dan kemampuan melihat ini tergantung kepada kadar kebersihan daripada Nabi yang menjadi penerima wahyu. Hal ini berarti bahwa suatu derajat yang mana orang yang menerima wahyu memiliki hati yang suci hingga derajat dan kedudukan para nabi Allah Ta’ala senantiasa ditampakan sifat-sifat sempurna Allah Ta’ala.
Dan kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as terus bersabda bahwa karena Hadhrat Rasulullah saw lebih unggul dari semua nabi maka Allah Ta’ala menganugerahkan beliau saw wahyu-wahyu dengan derajat yang paling tinggi. Jiwa yang paling suci tersebut menganggap bahwa wahyu-wahyu yang memiliki derajat yang paling tinggi sedang diturunkan kepadanya.
Kemudian pada tahun 1891 di dalam buku beliau as, yakni Tauzeehi Maraam, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis seraya mendiskusikan tahapan-tahapan kecintaan dan hubungan yang akrab dengan Allah Ta’ala dalam konteks kerohanian serta menyebutkan tingkatan tertingginya. Beliau as bersabda: Kondisi tertinggi itu hanya dikaruniakan kepada satu manusia saja yang merupakan manusia yang sempurna dimana keseluruhan sistem manusia berujung pada wujud beliau dan lingkaran fitrat manusia telah disempurnakan. Sesungguhnya beliau itu adalah kulminasi titik tertinggi dari mahluk ciptaan Tuhan dan merupakan puncak dari segala derajat keagungan. Kebijakan Ilahi telah memulai proses penciptaan dari titik yang paling sederhana dan berakhir pada ciptaan yang paling mulia yaitu Muhammad saw dengan segala manifestasi keluhurannya yang sempurna. Karena kedudukan beliau yang paling tinggi itu maka sewajarnya kepada beliau dikaruniakan wahyu dan kecintaan pada tingkatannya yang paling mulia. Ini adalah derajat tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh Nabi Isa as mau pun diriku.
Kemudian pada tahun 1892-1893 di dalam buku yang didapati pada Ruhani Khazain Vol 5, yakni Ayena Kamalat-e-Islam, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda berkenaan dengan kedudukan Hadhrat Rasulullah saw: Nur akbar telah dianugrahkan kepada sesosok manusia yang sempurna, dan bukan kepada malaikat, bukan kepada bintang-bintang, bukan kepada bulan, bukan kepada matahari, bukan kepada samudra atau sungai, tidak juga kepada batu mirah, emerald, mutiara atau zamrut, singkatnya bukan kepada benda lain di bumi atau langit. Nur tersebut hanya bagi wujud suci yang contoh kehidupannya demikian sempurna sebagai penghulu dan junjungan kita, Penghulu segala Nabi, Penghulu semua mahluk hidup, yang terpilih, Muhammad saw. Nur tersebut dikaruniakan kepada manusia suci ini dan sejalan dengan derajat mereka, juga kepada mereka yang memiliki warna yang mendekati sama dengan beliau. Dan semua kekuatan dan kemampuan yang diberikan kepada seorang manusia sempurna tersebut, kebijaksanaan, pengetahuan, hatinya, kehidupan, kecakapan, ketakutan, kecintaan, rasa hormat dan kagum serta segala keberkatan rohani dan jasmani yang diberikan kepadanya oleh Allah Ta’ala diperuntukan sebagai amanat. Dan kemudian manusia sempurna tersebut akan mengembalikan amanat tersebut kepada Allah Ta’ala, sesuai dengan ayat:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya, Allah Ta’ala memerintahkan kamu supaya menyerahkan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya…” [An-Nisa, 4:59]
Maksudnya ialah menjadi hilang secara sempurna di dalam wujud-Nya tercurahkan pada jalan-Nya, karena-Nya, sebagaimana kita telah menjelaskan hal ini semua ketika membicarakan hakikat dan makna dari Islam.
Keagungan demikian terdapat dalam bentuknya yang paling sempurna dalam wujud penghulu, junjungan dan pembimbing kita, yang suci Rasulullah Muhammad saw sebagai insan yang terpilih, Shalallahu Alaihi Wasallam. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku dan pengorbananku dan kehidupanku serta kematian ku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam; Tidak ada sekutu bagi-Nya dan untuk itulah aku diperintah dan akulah orang pertama yang menyerahkan diri.”[Al-Anam, 6:163-164]
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan katakanlah, “Inilah jalan-Ku yang lurus. Maka, ikutilah jalan ini; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain. karena jalan itu akan menjauhkan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia telah memerintahkan kepadamu mengenai hal itu supaya kamu bertakwa.” [Al-Anam, 6:154]
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, ”Jika kamu mencintai Allah swt., maka ikutilah aku, kemudian Allah swt. akan mencintai dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [Ali Imran, 3:32]
فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ
“…Maka katakanlah, ”Telah kuserahkan seluruh diriku kepada Allah Ta’ala…” [Ali Imran, 3:21]
وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“… Dan aku telah diperintahkan menyerahkan diri hanya kepada Tuhan semesta alam.” [Al-Mu’min, 40:67]
Kemudian pada tahun 1894, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis buku Nurul Haq bagian I dalam Ruhani Khazain Vol VIII, dalam bahasa Arab, yakni: Beberkatlah ia yang berdiri untuk mengkhidmati agama. Ia berdiri mencari jalan untuk memenangkan keridhaan ilahi. Atas nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan kita senantiasa memanjatkan shalawat dan salam bagi penghulu segala nabi.
Kemudian pada buku Itmamul Hujja, Ruhani Khazain vol VIII, juga pada tahun 1894, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Manusia yang dalam wujud, perilaku dan sifat-sifatnya serta yang melalui fitrat keruhaniannya yang suci telah memberikan contoh kesempurnaan dalam ketulusan dan keteguhan, dan dikenal sebagai manusia yang sempurna adalah Hadhrat Muhammad saw. Manusia yang paling sempurna, baik sebagai manusia mau pun sebagai seorang Rasul, yang datang membawa berkat akbar, wujud siapa telah menimbulkan kebangkitan kembali keruhanian dan dengan demikian telah menghidupkan kembali dunia, Rasul yang berberkat itu, Khataman Nabiyin, penghulu para muttaqi, terbaik dari antara semua Rasul adalah Muhammad saw. Ya Allah, turunkanlah berkat dan rahmat yang belum pernah Engkau turunkan sebelumnya kepada siapa pun sejak awal masa dunia ini. Jika Rasul akbar ini tidak muncul di dunia maka kami tidak akan memiliki bukti kebenaran dari Rasul-rasul yang berada di bawah derajat beliau seperti Yunus, Ayub, Isa Ibnu Maryam, Maleakhi, Yahya, Zakaria dan lain-lain. Walaupun mereka itu semuanya adalah sosok-sosok orang yang dihormati dan menjadi kekasih Allah Ta’ala namun mereka berhutang budi kepada Rasul akbar ini bahwa mereka kemudian diakui sebagai Nabi-nabi yang benar. Ya Allah, turunkanlah berkat-Mu atas diri beliau dan para pengikut beliau serta para sahabat beliau. Semua puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Kemudian pada tahun 1895, di dalam buku Arya Dharam, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Para penentang Islam hanya percaya kepada dongeng belaka dan mereka memfitnah Hadhrat Rasulullah saw. Hati kami hancur tatkala mereka melancarkan tuduhan-tuduhan kepada Hadhrat Muhammad saw dan melemparkan caci-maki kepada beliau berdasarkan kebohongan semata. Mereka mengatakan hal tersebut terhadap seseorang yang menurut penyelidikan kami merupakan orang yang paling suci yang kami anggap sebagai materai semua nabi/ Khatamun Nabiyin.
Kemudian pada tahun 1897, di dalam buku Siraj-e-Munir, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Kalau kita pertimbangkan secara adil maka dari semua rangkaian para Nabi, kita akan menemukan satu sosok yang paling gagah berani dan amat dikasihi Allah Ta’ala, penghulu segala Nabi, kebanggaan dan mahkota para Nabi yang bernama Muhammad Mustafa dan Ahmad Mujtaba. Jika seseorang berjalan di bawah naungan bayangan beliau selama sepuluh hari maka ia akan memperoleh Nur yang sebelumnya tidak akan pernah diperolehnya dalam seribu tahun.
Kemudian pada tahun 1898, di dalam buku Kitabul Bariyyah, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Tanda-tanda Nabi Muhammad saw ada 2 jenis. Pertama adalah yang ditunjukan melalui tangan beliau saw atau yang dizahirkan melalui perkataan atau perbuatan beliau saw. Tanda-tanda seperti itu berjumlah 3000. Dan kemudian ada mukjizat-mukjizat yang terus zahir melalui para pengikut beliau saw dan tanda-tanda ini berjumlah ratusan ribu. Dan tidak ada suatu abad pun yang berlalu tanpa manifestasi dari tanda-tanda ini. Dan pada zaman ini, melalui hamba yang lemah ini, Allah Ta’ala sedang mezahirkan tanda-tanda tersebut sekali lagi. Melalui tanda-tanda ini, kita menyadari bahwa nabi termulia dan tercinta itu adalah Hadhrat Rasulullah saw karena para pengikut dari nabi-nabi yang lain sekarang hilang di dalam kegelapan dan tidak ada apapun bersama mereka kecuali dongeng dan cerita belaka. Akan tetapi, para pengikut Hadhrat Rasulullah saw senantiasa terus menerima tanda-tanda baru dari Allah Ta’ala. Inilah kenapa di antara umat ini banyak terdapat orang-orang suci yang memiliki pengetahuan mengenai Allah Ta’ala yang sedemikian rupa sehingga mereka mencapai tingkat haqqul yaqin terhadap Allah Ta’ala seolah-olah mereka melihat-Nya. Sedangkan orang-orang dari para nabi lain tidak memiliki tingkat kepastian terhadap Allah Ta’ala.
Dengan demikian, jiwa kita menyaksikan bahwa agama yang sejati dan benar hanyalah Islam. Kita tidak melihat apapun yang ada pada Hadhrat Isa as. Jika Al-Quran tidak memberikan kesaksian terhadap kebenaran beliau as, maka akan menjadi tidak mungkin bagi kita untuk menerima beliau as sebagai nabi Allah Ta’ala yang sejati karena ketika suatu agama tidak menyisakan apapun kecuali dongeng dan cerita belaka maka kebenaran sang pendiri agama tersebut pun tidak dapat ditegakan berdasarkan dongeng dan cerita seperti itu. Alasannya adalah bahwa cerita dan dongeng yang telah berumur ratusan tahun tersebut seringkali mengandung kebohongan di dalamnya – sungguh ini lebih dari sekedar kemungkinan karena terdapat banyak kebohongan di dunia ini. Lalu, bagaimana cerita-cerita tersebut dapat dianggap benar.
Jika Mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan junjungan kita Hadhrat Rasulullah saw bukanlah hanya dongeng semata. Dengan mematuhi beliau, kita sendiri bisa mengalami mukjizat-mukjizat tersebut dan dengan berkat renungan dan pengalaman, kita akan memperoleh kepastian yang sempurna. Betapa luhurnya derajat Nabi Suci yang sempurna itu yang kenabiannya selalu memberikan bukti-bukti baru kepada para pencari kebenaran sehingga melalui keberkatan dapat menyaksikan berbagai tanda-tanda yang berkesinambungan, kita mencapai tahapan dimana kita bisa melihat Allah Ta’la dengan mata kita sendiri. Dengan demikian, agama yang benar hanyalah Islam dan Nabi yang benar adalah beliau saw yang menjadi sumber mata air kebenaran. Bersandar kepada dongeng-dongeng yang bisa disangkal dengan segala macam dalih bukanlah pilihan bagi seorang yang bijak. Ratusan manusia sudah dipertuhan di bumi ini dan mereka bertumpu pada berbagai dongeng-dongeng kuno, padahal pencipta keajaiban yang sebenarnya adalah beliau yang menjadi sungai dengan mukjizat yang tidak pernah mengering. Sosok tersebut adalah junjungan dan penghulu kita, Hadhrat Rasulullah saw.
Pada setiap abad, Allah yang Maha Agung telah membangkitkan seseorang yang akan memperlihatkan tanda-tanda dari wujud yang sempurna dan suci tersebut. Dalam abad ini Dia telah mengutus aku dengan derajat sebagai Al-Masih yang Dijanjikan. Banyak tanda-tanda yang diperlihatkan di langit dan beraneka kejadian luar biasa sedang berlangsung sekarang ini. Setiap pencari kebenaran silakan datang dan tinggal bersamaku guna menyaksikan tanda-tanda tersebut, apakah kalian dari umat Kristiani, Yahudi atau pun Arya. Semua ini merupakan berkat dari Hadhrat Rasulullah saw.
Kemudian pada tahun 1900 dalam buku Arba’in No 1 yang dapat ditemukan dalam Ruhani Khazain Vol 17, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Aku berkata dengan sebenarnya bahwa hanya beliau-lah yang merupakan manusia sempurna yang nubuatannya, pengabulan doanya dan penzahiran hal-hal ajaib lainnya merupakan sesuatu yang bahkan sekarang menjadi begitu hebat seperti samudra melalui para pengikutnya. Selain Islam, agama mana yang memiliki kualitas dan kekuatan seperti ini? Dimana para pengikutnya dan di negara mana mereka tinggal? Siapa yang dapat menyaingi Islam dalam hal keberkatan dan tanda-tanda ilahi?
Kemudian pada tahun 1902 dalam buku Bahtera Nuh, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Bagi umat manusia di atas permukaan bumi ini, kini tidak ada kitab lain kecuali Al-Quran dan bagi seluruh Bani Adam kini tidak ada seorang rasul juru syafaat selain Muhammad Musthafa saw. Maka berusahalah untuk menaruh kecintaan yang setulus-tulusnya kepada Nabi agung itu dan janganlah meninggikan seseorang selain beliau dalam segi apapun agar di langit kamu dicatat di dalam daftar orang-orang yang memperoleh keselamatan.
Dan ingatlah, bahwa najat (keselamatan) bukanlah sesuatu yang akan nampak nanti sesudah mati, melainkan najat yang hakiki ialah yang memperlihatkan cahayanya di alam dunia ini juga. Siapakah yang memperoleh keselamatan? Ialah dia yang berkeyakinan bahwa Tuhan benar-benar ada dan bahwa Muhammad saw adalah juru syafaat yang menjadi penengah antara Tuhan dan seluruh makhluk; bahwa di bawah bentangan langit ini tidak ada rasul lain semartabat dengan beliau dan tidak ada kitab lain semartabat dengan Al-Quran; bahwa Tuhan tidak menghendaki siapa pun untuk hidup selama-lamanya, akan tetapi Nabi pilihan ini hidup untuk selama-lamanya.
Kemudian pada tahun 1902 dalam buku beliau berjudul Naseem-e-Dawat, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Ruh kami dan setiap partikel zarah dari wujud kami bersujud di hadapan Allah yang Maha Perkasa, Maha Benar dan Maha Sempurna yang dari Tangan siapa setiap ruh dan setiap partikel penciptaan lengkap berikut semua inderanya jadi mewujud, dan yang melalui Dukungan-Nya setiap mahluk dipelihara. Tidak ada yang berada di luar jangkauan Pengetahuan-Nya atau Pengendalian-Nya atau pun di luar Ciptaan-Nya. Kami memanjatkan ribuan berkat dan salawat bagi Nabi Suci Muhammad saw yang melaluinya kami telah menemukan Tuhan yang hidup yang telah membuktikan kepada kami Eksistensi-Nya melalui Firman-Nya. Dia telah memperlihatkan kepada kami Wujud-Nya yang cemerlang melalui tanda-tanda yang luar biasa dan memiliki kekuasaan yang sempurna dan abadi. Kami telah menemukan Rasul yang telah memanifestasikan Tuhan kepada kami dan menemukan Tuhan yang menciptakan segala sesuatu melalui kekuasaan-Nya yang sempurna. Betapa agung kekuasaan-Nya dimana tidak ada yang mewujud tanpa-Nya dan tidak ada yang bisa terus eksis tanpa bantuan-Nya. Tuhan kami yang Maha Benar itu memiliki berkat yang tidak terbilang, kekuasaan yang tidak terhitung, keindahan dan karunia yang tidak terkira. Tidak ada tuhan lain di sisi-Nya.
Kemudian pada tahun 1903 dalam buku beliau bejudul Lecture Sialkot, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Dengan demikian, agama-agama ini mengalami suatu pengakit yang beberapa di antaranya tidak layak disebutkan dan bahkan bertentangan dengan kesucian kemanusiaan. Semua gejala ini mengindikasikan perlu adanya agama Islam. Setiap orang yang berfikir pasti mengakui bahwa sejenak sebelum turunnya Islam, agama-agama lain telah membusuk dan kehilangan keruhaniannya.
Nabi kita Hadhrat Rasulullah saw adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak akan wafat sebelum bangsa yang kepadanya beliau diutus menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian dunia lain. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadhrat Rasulullah saw dibangkitkan di saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadikan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.
Tidak diragukan bahwa Nabi Suci saw adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian yang melaluinya nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.
Kemudian pada tahun 1905 dalam buku Barahin Ahmadiyah bag. V, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Beribu syukur kepada Engkau Yang telah menganugerahkan kami sebuah agama, yang merupakan sarana untuk meraih pengetahuan mengenai Tuhan dan rasa takut terhadap-Nya, yang tidak ada padanannya sepanjang masa. Beribu berkat semoga diturunkan kepada Yang Mulia Nabi Suci saw yang melaluinya kita masuk dalam agama ini dan beribu rahmat semoga dilimpahkan kepada para sahabat beliau yang telah mengairi taman ini dengan darah mereka.
Kemudian di dalam buku yang sama, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Keindahan yang sama terdapat pada diri Nabi Nuh as dimana berdasarkan hal itu Allah yang Maha Agung telah menghancurkan semua musuhnya melalui siksaan air bah. Kemudian muncul Nabi Musa as dengan keindahan keruhanian yang sama dan beliau, setelah sebelumnya menderita beberapa hari, telah menjadi sebab kejatuhan Firaun. Yang terakhir adalah Penghulu para Nabi dan Insan Kamil, Penghulu dan Junjungan kita Muhammad saw muncul dengan keindahan keruhanian yang akbar yang juga dipuji dalam ayat Al-Quran:
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
“Maka jadilah ia, seakan-akan, seutas tali dari dua buah busur atau lebih dekat lagi” [An-Najm, 53:10]
Berarti bahwa Rasulullah saw telah mendekat rapat kepada Allah Ta’ala kemudian mendekati umat manusia dan dengan cara demikian beliau telah memenuhi kewajiban beliau kepada Tuhan dan kepada manusia. Dengan begitu melalui beliau telah diperlihatkan kedua jenis keindahan keruhanian. Sehingga beliau seolah-olah sebagai seutas tali busur yang menghubungkan kedua ujung busur panah. Penzahiran keindahan ini tidak dapat dikenali oleh orang yang kotor dan tidak suci, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَى لا يَسْمَعُوا وَتَرَاهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ وَهُمْ لا يُبْصِرُونَ
“Dan, jika kamu menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar. Dan, engkau melihat mereka memandang engkau padahal mereka tidak melihat.” [Al-Araf, 7:199]
Dan pada akhirnya orang-orang seperti itu akan menemui kehancuran mereka.
Kemudian pada tahun 1907 dalam buku Haqiqatul Wahyi, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Aku selama ini selalu menduga-duga sebenarnya berapa tingginya derajat Nabi dari bangsa Arab yang bernama Muhammad saw ini. Tidak akan ada yang bisa mencapai ketinggian derajat beliau dan tidak ada manusia yang akan mampu menduga secara tepat keluhuran keruhanian beliau. Sayang sekali belum semua manusia mengakui hal itu sebagaimana mestinya. Beliau itulah pahlawan ruhani yang telah mengembalikan Ketauhidan Ilahi yang telah hilang kepada dunia. Beliau mencintai Tuhan-nya dengan sepenuh hati sedangkan hatinya luluh dalam kasih kepada umat manusia. Karena itulah maka Allah yang mengetahui isi hati beliau, telah mengangkatnya di atas semua Nabi-nabi dan umat manusia dari kelompok awal maupun kelompok akhir, serta menganugrahkan kepada beliau apa pun yang diinginkannya dalam masa hidupnya.
Beliau adalah sumber mata air semua keberkatan dan jika ada manusia yang mengaku dirinya lebih tinggi tanpa mengakui derajat beliau, sesungguhnya ia itu bukan manusia tetapi anak Syaitan. Beliau telah dikaruniakan kunci kepada semua keagungan dan beliau telah dirahmati dengan khazanah dari setiap pemahaman. Mereka yang tidak memperoleh bimbingan melalui beliau, sama dengan orang yang kehilangan segalanya.
Aku ini bukan apa-apa dan tidak memiliki apa pun. Aku akan menjadi orang yang tidak bersyukur jika aku tidak mengakui bahwa aku mendapat pemahaman tentang Ketauhidan Ilahi melalui Rasul ini. Dengan Nur beliau, pengakuan akan adanya wujud dari Tuhan yang Maha Hidup, aku peroleh melalui Rasul yang sempurna ini. Kehormatan untuk bisa berbicara dengan Allah Ta’ala dimana aku bisa memandang Wujud-Nya adalah juga melalui Rasul akbar tersebut. Sinar dari matahari pembimbing ini menerpa tubuhku layaknya sinar surya dan aku akan memperoleh pencerahan terus menerus sepanjang aku tetap terarah kepadanya.
Kemudian di dalam buku yang sama, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Sekarang, dengan semua itu kami telah nyatakan tujuan kami yakni adalah untuk menyatakan bahwa Allah Ta’ala telah menganugerahkan kecintaan-Nya kepada seseorang dengan syarat bahwa orang tersebut mengikuti Hadhrat Rasulullah saw. Menurut pengalaman pribadiku, kepatuhan kepada Hadhrat Rasulullah saw dengan kecintaan dan ketulusan hati, pada akhirnya akan menjadikan seseorang dicintai oleh Allah Ta’ala. Tuhan akan menciptakan kecintaan kepada Wujud-Nya di dalam kalbu yang bersangkutan sehingga ia akan menarik diri dari segalanya dan condong sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan segala kecintaan dan hasrat. Pada saat itu akan turun manifestasi kasih Ilahi ke atas dirinya yang akan mewarnai kalbunya dengan kecintaan dan pengabdian kepada Wujud-Nya dengan kekuatan akbar. Ia kemudian akan mengalahkan semua hasrat-hasrat pribadinya dan dari segala penjuru akan muncul tanda-tanda ajaib dari Allah yang Maha Kuasa yang akan membantu dan menolongnya.
Kemudian di dalam buku yang sama, Hadhrat Masih Mau’ud as kembali bersabda: Hanya dengan karunia-Nya dan bukan karena suatu kebaikan diriku, aku telah diberikan karunia dengan sepenuhnya sebagaimana yang dianugerahkan terhadap para nabi dan rasul serta orang-orang pilihan-Nya sebelum diriku. Tidak akan mungkin bagiku untuk dianugerahi karunia ini jika aku tidak mengikuti jalan penghulu dan junjunganku, kebanggaan para nabi, manusia terbaik, Muhammad saw. Apapun yang aku telah berikan adalah atas dasar kesetiaan ini dan aku mengetahui melalui pengetahuanku yang sejati dan sempurna bahwa tidak ada seorang pun yang dapat meraih Allah Ta’ala kecuali dengan mengikuti Hadhrat Rasulullah saw dan tidak pula seorang pun dapat sampai pada pemahaman yang sepenuhnya berkenaan dengan Tuhan kecuali melalui beliau saw.
Sekarang, mari aku beritahukan kepada kalian bahwa satu hal yang paling pertama yang akan dihadiahkan kepada kalian setelah menyerahkan diri kalian secara sempurna kepada petunjuk dan ajaran Hadhrat Rasulullah saw adalah bahwa kalian akan dianugerahi dengan kalbu yang baru yang selalu condong kepada kebenaran, yakni, sebuah kalbu yang telah dingin dari kecintaan terhadap dunia materiil dan sebagai gantinya, kalbu itu mulai merindukan kebahagiaan samawi yang abadi. Setelah meraih hasrat ini, kalbu ini sekarang siap menerima kecintaan yang sempurna dan paling suci tersebut yakni kecintaan Allah Ta’ala. Disebabkan oleh ketaatan kalian yang sempurna kepada beliau saw, segala keberkatan ini diwariskan kepada kalian sebagai warisan rohani.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, ”Jika kamu mencintai Allah swt., maka ikutilah aku, kemudian Allah swt. akan mencintai dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [Ali Imran, 3:32]
Dan kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as terus bersabda bahwa karena Hadhrat Rasulullah saw lebih unggul dari semua nabi maka Allah Ta’ala menganugerahkan beliau saw wahyu-wahyu dengan derajat yang paling tinggi. Jiwa yang paling suci tersebut menganggap bahwa wahyu-wahyu yang memiliki derajat yang paling tinggi sedang diturunkan kepadanya.
Kemudian pada tahun 1908 dalam buku Chashma-e-Maarifat, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Ada berjuta-juta manusia yang berfitrat bersih di dunia ini dan masih akan banyak pula ditemui di masa depan, namun manusia terbaik yang pernah ditemui serta hamba Allah yang paling mulia adalah Muhammad saw saja.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang mukmin, ucapkanlah shalawat untuknya dan mintalah selalu doa keselamatan baginya.” [Al-Ahzab, 33:57]
Kita sementara tidak perhatikan orang-orang suci yang penjelasannya tidak terlalu lengkap di dalam Al-Quran. Kita konsentrasikan perhatian kepada para Rasul yang disebutkan di dalam Al-Quran seperti Musa, Daud, Isa dan Nabi-nabi lain, keselamatan atas mereka semua. Kami bersumpah dengan memanggil Allah sebagai saksi bahwa jika Hadhrat Rasulullah saw tidak turun di dunia ini dan Al-Quran tidak diwahyukan, dan kami tidak ada menyaksikan segala berkat yang telah disaksikan ini, maka kebenaran dari semua Rasul-rasul lainnya akan tetap merupakan suatu hal yang meragukan di kalbu kami.
Tidak ada realitas yang bisa diungkapkan dari dongeng-dongeng yang beredar karena bisa jadi cerita itu tidak benar dan bisa saja semua mukjizat yang diakukan kepada masing-masing Rasul tersebut merupakan hal yang dilebih-lebihkan karena tidak ada tandanya yang tersisa di zaman ini. Dari Kitab-kitab lama tersebut kami pun tidak akan mungkin bisa meyakini secara pasti bahwa Tuhan itu benar ada, karena kami tidak diberi keyakinan bahwa Tuhan memang berbicara kepada manusia. Namun dengan kedatangan Hadhrat Rasulullah saw maka semua cerita tersebut menjadi kenyataan.
Kita tidak meyakininya semata-mata sebagai suatu pernyataan saja tetapi sebagai hasil pengalaman dari apa yang namanya berbicara dengan Tuhan, bagaimana tanda-tanda Tuhan dimanifestasikan dan bagaimana doa-doa dikabulkan. Semua hal ini telah kami temui dengan mengikuti Hadhrat Rasulullah saw. Sedangkan apa yang diungkapkan orang-orang sebagai cerita malah telah kami saksikan. Kami telah melekatkan diri kami kepada seorang Rasul yang telah memanifestasikan Tuhan kepada kami.
Seorang penyair mengemukakannya sebagai:
Muhammad dari Arab, Raja dua dunia, dengan perbatasan yang dijaga Rohul Kudus.
Aku takkan menyebutnya Tuhan, namun mengenali wujudnya berarti mengenali Tuhan.
Bagaimana caranya kami bisa bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah mengaruniakan rezeki mulia untuk menjadi pengikut seorang Rasul yang menjadi matahari bagi kalbu manusia yang muttaqi sebagaimana layaknya sang surya bagi tubuh kita. Beliau muncul di saat kegelapan dan telah mencerahkan dunia dengan Nur beliau. Beliau tidak ada merasa lelah dan pegal hingga membersihkan jazirah Arab dari perbuatan menyekutukan Allah Ta’ala. Beliau adalah bukti dari kebenaran wujud beliau sendiri karena Nur beliau tetap kemilau di segala zaman, sedangkan kepatuhan sepenuhnya kepada beliau akan mensucikan seseorang sebagaimana air jernih sebuah sungai membersihkan kain yang kotor. Siapakah yang telah datang kepada kami dengan hati yang tulus dan masih juga belum menyaksikan Nur tersebut, padahal sebelumnya ia telah mengetuk di pintu yang sama tanpa hasil? Hanya saja sayangnya kebanyakan manusia lebih memilih kehidupan akhlak yang rendah dan tidak menginginkan adanya Nur masuk ke dalam batinnya.
Kemudian dalam buku Chashma-e-Maarifat ini, Hadhrat Masih Mau’ud as kembali bersabda: Karena itu pertimbangkanlah, apakah keagungan dan kemuliaan ini, beserta beribu-ribu tanda samawi dan keberkatan Ilahi ini bisa dikaruniakan kepada seorang pendusta? Kami berbangga hati bahwa Hadhrat Rasulullah saw yang kepadanya kami telah melekatkan diri, dikaruniai demikian banyak rahmat agung oleh Allah Ta’ala. Beliau itu jelas bukanlah Tuhan namun melalui beliau, kita bisa mengenal Tuhan. Agama beliau yang turun kepada kita merupakan cerminan dari Kekuasaan Ilahi. Kalau bukan karena agama Islam, sulit bagi manusia di masa ini untuk memahami apa itu Kenabian dan apakah mukjizat-mukjizat masih mungkin terjadi serta apakah mukjizat itu hanya merupakan bagian dari hukum alam. Teka-teki ini telah dipecahkan melalui rahmat abadi dari Nabi yang mulia tersebut dan karena berkat beliau itulah maka kita sekarang ini tidak terbatas hanya menjadi pendongeng kisah-kisah kuno sebagaimana halnya umat lain, melainkan bisa menikmati bantuan dari Nur Ilahi dan pertolongan samawi. Tidak akan pernah cukup besar syukur yang bisa kita panjatkan kepada Allah Ta’ala dimana melalui Nabi Suci-Nya ini kita telah mengenal Tuhan yang Maha Mulia yang tersembunyi bagi umat lain.
Jadi, keberatan utama para ulama ini adalah bahwa mengapa Allah Ta’ala berbicara kepada Hadhrat Masih Mau’ud as atas dasar kecintaan dan ketaatannya yang mutlak kepada Hadhrat Rasulullah saw dan mengapa Dia menganugerahkannya Qurb Ilahi? Bukanlah Jemaat Ahmadiyah ini yang bersalah atas kejahatan ini namun adalah karena para ulama ini sehingga menyebabkan keberkatan Hadhrat Rasulullah saw, naudzubillah, tidak lagi ada dan segala kekuatan dan sifat Allah Ta’ala sekarang telah menjadi terbatas. Jika tuduhan ini sesuai dengan siapapun, maka hal ini sesuai dengan para ulama ini.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa kekuatan Allah Ta’ala masih terus berlanjut. Dalam Chashma-e-Maarifat, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Kemudian ketika Nabi kita Hadhrat Muhammad saw datang ke dunia ini, sebuah revolusi yang sangat luar biasa terjadi di dunia dan dalam waktu singkat jazira arab yang terkenal tidak tahu apapun kecuali penyembahan terhadap berhala menjadi penuh terisi seperti ke dalam lautan ketauhidan Ilahi. Mukjizat dan tanda-tanda yang dikaruniakan Allah Ta’ala kepada junjungan dan penghulu kita Hadhrat Rasulullah saw tidak dibatasi hanya selama masa kehidupan beliau saja tetapi tetap akan berlanjut terus sampai dengan Hari Penghisaban nanti.
Pada masa sebelumnya tidak ada Nabi yang mendapat karunia demikian meskipun yang bersangkutan datang dari pengikut Nabi terdahulu dan telah ia bantu dalam penyiaran ajarannya, sedangkan kepada Hadhrat Rasulullah saw telah diberikan karunia khusus ini karena beliau adalah Khatamal Anbiya. Sebagai Khatamal Anbiya maka beliau, pertama, telah mencapai puncak dari kemuliaan Kenabian dan kedua, karena setelah beliau tidak ada lagi Nabi pembawa syariat baru, tidak juga seorang Nabi yang bukan dari pengikut beliau. Siapa pun yang mendapat kehormatan untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, bisa mencapai derajat itu melalui berkat dan syafaat beliau, dikenal sebagai pengikut beliau dan bukan menjadi Nabi yang bersifat langsung.
Derajat beliau demikian tinggi sehingga sekarang ini ada sekitar 200 juta manusia yang merupakan umat Muslim dan tegak di hadapan beliau sebagai hambanya. [Hudhur aba menjelaskan bahwa ini adalah jumlah pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as]. Raja-raja akbar yang menaklukkan bagian-bagian dari dunia telah bersimpuh di kaki beliau sebagaimana layaknya seorang hamba sahaya dan menerima turun dari tahta mereka jika disebut nama beliau. Umat Islam di seluruh dunia merasakan kebanggaan yang luar biasa berkenaan dengan Hadhrat Rasulullah saw. Jika kita bukanlah pengikut Hadhrat Masih Mau’ud as, kita tidak akan dapat memahami derajat Hadhrat Rasulullah saw secara rinci.
Beberapa orang menuduh bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah mengubah keyakinannya. Saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) menampilkan beberapa petikan tulisan beliau as sejak pendakwaan hingga kewafatan. Semua petikan ini menunjukan adanya suatu pertalian. Jika Hadhrat Masih as mengacu kepada diri beliau sendiri sebagai seorang nabi, maka hal itu adalah sebagai pengikut seorang nabi.
Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan umat Islam dari belenggu mereka yang dipanggil ulama. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada mereka untuk menerima Hadhrat Masih Mau’ud as karena hanya inilah cara agar umat Islam kembali menegakan kehormatan dan kemuliaan mereka di dunia ini. Semoga Allah Ta’ala juga memberikan kita taufik untuk membaca dan memahami tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita pemahaman yang tepat yang dibutuhkan agar dapat sampai pada Hadhrat Rasulullah saw. Amin
Penerjemah: Hafizurrahman
(Juga dikutip dari buku Inti Pokok Ajaran Islam Jilid I)