Pengorbanan Harta dan Waqf-e-Jadid Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
pada 08 Januari 2016 di Baitul Futuh, London
“Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah”
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَ حْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَ رَسُوْلُهٗ .
. أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْم . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .
. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ . الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ . إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ . إِهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ . صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ .
Diwahyukan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as : “لا إله إلا أنا فاتّخِذْني وكيلا”
“Tidak ada tuhan lain selain Aku, karena itu ambillah Aku saja sebagai penjagamu.”[1]
Di dalam ilham ini, Allah Ta’ala memberikan jaminan ketentraman kepada Hadhrat Masih Mau’ud as: “Engkau tidak perlu berpaling mengharap kepada siapapun selain Aku. Aku (Allah Ta’ala) sendiri yang akan memperbaiki segala pekerjaanmu. Aku sendiri yang akan menjadikan segala pekerjaanmu berjalan. Aku sendiri yang akan menjadi Penjaga segala pekerjaanmu dan Aku sendiri yang akan menyediakan segala sarana-prasarana untuk tugas-tugasmu.
Jika engkau menjadikan-Ku sebagai satu-satunya Tuhan, sedangkan Aku telah mengutus engkau untuk menyebarkan agama, maka janganlah engkau cemas. Hanya Akulah yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk membuat segala pekerjaanmu berjalan dengan baik dan sungguh Aku akan berbuat demikian.”
Hadhrat Masih Mau’ud as memberikan keterangan ringkas atas firman ini, “Ilham itu artinya, ‘Aku sendirilah Yang mengurus segala hal. Jadikanlah Aku sebagai Sandaranmu dan janganlah memikirkan andil keterlibatan siapapun dalam pekerjaanmu.’”
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Saat wahyu ini turun hati saya takut dan menggigil. Dan saya pun berkata pada diri saya sendiri bahwa jangan-jangan dalam pandangan Allah, Jemaatku tidak layak karena dia menyandang nama-Nya.”
Dengan memandang ilham ini, beliau as mengarahkan perhatian Jemaatnya agar setiap orang dalam Jemaat senantiasa harus ingat bahwa Allah Ta’ala tidak bergantung dan memerlukan pengkhidmatan kalian, juga pertolongan kalian, atau pengorbanan kalian. Tatkala Dia Sendiri Yang telah mendirikan Jemaat ini maka Dia pula Yang akan mengatur segala urusannya agar berjalan. Apapun cara, kesempatan dan keberuntungan yang seorang Ahmadi lakukan untuk mengkhidmati Jemaat ini hendaknya anggap itu semua sebagai karunia Ilahi.”[2]
Maka dari itu, para anggota Jemaat beliau as memahami betul akan hal ini dan siap sedia untuk memberikan setiap pengorbanan demi menarik karunia Ilahi dan menyempurnakan misi Hadhrat Masih Mau’ud as. Diantaranya ialah dengan pengorbanan harta yang mereka tunjukan teladan tinggi untuk itu di masa kehidupan beliau as dan setelahnya juga mereka perlihatkan teladan ini hingga masa kita ini. Mereka yang melakukan pengorbanan itu tidak menganggap yang mereka berikan itu sebagai suatu ihsaan (jasa kebaikan) dari mereka, namun mereka malah bersyukur kepada Allah Ta’ala karena Dia telah memberikan taufik kepada mereka untuk dapat memberikan pengorbanan. Semangat ini senantiasa hidup pada hari ini.
Demikian pula, pada ilham ini juga terdapat petunjuk bahwa Nizham Khilafat yang akan berlanjut terus setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as harus memperhatikan hal ini bahwa dengan semangat dan upaya untuk memenuhi hak dan kewajiban dalam mengabdikan diri dan bertawakkal kepada Allah Ta’ala, maka pertolongan dan ketawakkalan pun hendaknya kita mintakan kepada Allah Ta’ala. Maka, Allah Ta’ala memudahkan semua hal, memperbaikinya dan menyediakan sarana-sarana guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan, insya Allah.
Hari ini, kita terus menyaksikan dan mengalami pertolongan serta karunia Ilahi sebagaimana telah saya katakan. Allah Ta’ala senantiasa meletakan pengertian mengenai pentingnya memberikan pengorbanan harta di dalam hati para Ahmadi dan mereka senantiasa menunjukan teladan yang sama secara luar biasa.
Di dalam Jemaat ada Nizham Washiyat dan Nizham Candah tingkat dunia, di samping itu juga ada Candah-candah lainnya. Para anggota Jemaat senantiasa menunjukan suri teladan yang menakjubkan dalam pengorbanan harta. Ada gerakan pengorbanan harta yang tetap, yaitu Tahrik-e-Jadid dan Waqf-e-Jadid. Awalnya, gerakan Waqf-e-Jadid ini dimulai untuk mendukung upaya tarbiyat dan tabligh di daerah-daerah pedesaan dan terpencil di Pakistan tetapi kemudian dicanangkan ke seluruh dunia dan kemudian menjadi sangat meluas. Waqfi Jadid telah berkembang secara luar biasa dan contoh-contoh pengorbanan harta yang menakjubkan senantiasa terlihat di kalangan para anggota Jemaat.
Seperti telah diketahui oleh para anggota Jemaat, tujuan candah ini ialah guna menggiatkan pekerjaan-pekerjaan Tabligh dan Tarbiyat di desa-desa dan tempat-tempat terpencil. Lalu, ketika diluaskan untuk seluruh dunia, saat itulah gerakan ini memiliki tujuan-tujuan khusus dan beberapa tempat tertentu memperoleh dibiayai dari gerakan ini. Beberapa negara dan daerah khusus yang diberikan dana dari pengorbanan Waqfi Jadid ini ialah Pakistan dan India pada mulanya. Selanjutnya, gerakan ini diperluas guna percepatan pekerjaan Tarbiyat dan Tabligh di Afrika dan di negara-negara miskin.
Ada seorang pemuda bertanya kepada saya, sementara Waqfi Jadid telah diumumkan untuk seluruh dunia padahal sebelumnya hanya untuk India dan Pakistan saja; maka sekarang untuk apa melanjutkan gerakan Tahrik-e-Jadid? Apa tujuannya? Mungkin di benak sebagian orang lain ingin bertanya hal yang serupa, yaitu ada berbagai gerakan pengorbanan, maka apa tujuannya?
Untuk memperjelas sedikit tema ini, telah saya katakan, Waqfi Jadid dibelanjakan di negara-negara tertentu dan di wilayah tertentu. Candah yang datang dari negeri-negeri Barat dan kaya umumnya dibelanjakan di pedesaan Afrika dan India. Bahkan, ketika Hadhrat Khalifatul Masih IV رحمه الله rha mengumumkan memperluas gerakan Waqf-e-Jadid ini ke seluruh dunia, beliau menggerakkan Waqf-e-Jadid di negara-negara kaya supaya dari Waqf-e-Jadid tersebut dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan Jemaat India dan Qadian. Sementara itu, Tahrik-e-Jadid dibelanjakan dari Markaz untuk membantu keperluan Jemaat di tiap negara di dunia. Karena uang datang ke Markaz maka dikirimkanlah dari Markaz untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pendek kata, banyak sekali proyek-proyek di negara miskin atau tidak maju diselesaikan dengan dana Waqf-e-Jadid. Tahun baru Waqf-e- Jadid biasanya diumumkan pada Jumat pertama atau kedua dari bulan Januari. Maka dari itu, saya hendak mengumumkan tahun baru Waqf-e- Jadid juga dan menyampaikan laporan capaian tahun lalu.
Dengan karunia Allah Ta’ala, tahun Waqf-e-Jadid yang ke-58 telah berakhir pada 31 Desember 2015. Jumlah pengorbanan yang telah terkumpul selama tahun tersebut adalah 6,891,155 Poundsterling yang mengalami peningkatan sebesar 682,000 poundsterling dari tahun sebelumnya. Pakistan menduduki posisi teratas di seluruh dunia dari kategori negara-negara yang memberikan candah tersebut.
Sebelum saya sampaikan peringkat negara-negara lainnya, saya hendak merinci detil Waqf-e-Jadid. Sebagaimana telah saya sampaikan Jumlah pengorbanan yang telah terkumpul selama tahun tersebut adalah 6,891,155 Poundsterling. Sepertiga dari terkumpulnya candah ini berasal dari negara-negara miskin itu sendiri, yaitu dari keseluruhan, 1/3 diambil dari negara-negara tidak maju atau miskin, dan itu alokasikan untuk mereka [setelah dikirim ke Markaz, dikembalikan lagi ke mereka]. Artinya, sepertiga dari candah Waqf-e-Jadid yang terkumpulkan berasal dari negara-negara miskin atau kurang maju dan dibelanjakan candah tersebut untuk negara asal pembayar Waqf-e-Jadid itu. Adapun 2/3 nya dibelanjakan pertama: di Qadian dan daerah India lainnya; dan itu adalah tujuan yang untuk itu Waqf-e-Jadid dicanangkan oleh Khalifatul Masih IV rha; keduanya: di negara-negara Afrika dan beberapa negara lainnya.
Pada tahun lalu, di India 19 mesjid telah dibangun dan dua buah lainnya sedang dibangun, sementara 23 rumah misi telah didirikan dan 4 lainnya tengah dibangun yang didanai dari Waqf-e-Jadid. Biaya Jalsah Gah di Qadian serta beberapa proyek lainnya juga dipenuhi dari Waqf-e-Jadid ini. Dua mesjid yang sudah lengkap dan dua gudang sementara didirikan di Nepal yang diatur oleh Wakalat at-Ta’mil wat Tanfizh dari India. Demikian pula dibangun di Bhutan. Pembangunan beberapa mesjid dan rumah misi menjadi fokus utama candah Waqf-e-Jadid.
Utusan kami suatu kali mengunjungi sebuah Jemaat di India di pedesaan setelah sekian lama tidak dikunjungi. Mereka mengatakan pada orang-orang bahwa mereka telah menjadi Ahmadi dalam jangka waktu lama. Karena pada mereka tidak ada masjid dan rumah missi maka para penentang mengatakan kepada mereka, “Sia-sia/tidak ada gunanya kalian menjadi Ahmadi. Tidak ada masjid. Tidak ada Mualim. Pengurus wilayah pun tidak ada untuk kalian di sini. Tinggalkanlah Ahmadiyah!”
Demikianlah, kenapa terjadi kehilangan dalam pembaiatan yang telah terjadi di masa lalu akibat tidak adanya kontak dengan mereka/para Mubayyi’in baru. Selama tidak ada masjid, selama tidak ada rumah missi, selama tidak ada Muballigh lokal; tidak mungkin bagi sebuah Jemaat untuk tetap bertahan. Oleh karena itulah, sebagian orang mengkritik, “Kemana perginya jumlah Jemaat yang besar itu?” Jumlah besar tersebut hilang karena kontak yang tidak berkelanjutan. Karena itu, sebuah rencana ditetapkan bahwa dimana saja ada pembaiatan dan bertambah jumlah Jemaat maka di sana dibangunlah masjid dan rumah missi juga seperti di Afrika, di India dan di tempat lain.
Selain itu, ada juga pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan pengeluaran. Di india juga diselenggarakan Kelas Tarbiyat dalam jumlah besar dan juga didanai dari Waqf-e-Jadid. Ada 1127 orang Muballigh di India. Biaya perumahan, biaya hidup dan biaya perjalanan para Muballigh tersebut juga dari gerakan ini. Dengan demikian, ruang lingkup biayanya sangat luas. Di 26 negara Afrika juga terdapat lebih dari 1287 orang muallimin Lokal. Diperlukan pula perumahan, dan tunjangan untuk ini. Di beberapa tempat di desa-desa di negara-negara Afrika itu tempat tinggal Muballigh juga dibangun berupa kamar-kamar/ruangan, disamping membangun masjid. Banyak juga tempat Jemaat yang belum punya rumah untuk Muballigh.
Seperti telah saya sampaikan, jika kita hendak mengekalkan Jemaat, kita harus mengirim para Muballigh ke berbagai tempat. Jumlah mereka saat ini sangat sedikit sehingga kita perlu memperbanyaknya. Kita harus berusaha sedapat mungkin. Bila tidak mampu membangun rumah, bisa dengan menyewa rumah. Saat ini di Afrika terdapat 372 Jemaat lokal yang Muballighnya tinggal di rumah kontrakan/rumah sewa.
Di Afrika pada tahun lalu terdapat 130 buah mesjid yang selesai dibangun, 47 buah masjid dalam proses penyelesaian pembangunan. Sejumlah 18 buah negara Afrika telah selesai mendirikan 82 Darut Tabligh (Rumah Tabligh/Mission House) Afrika pada tahun lalu. Sejumlah 21 buah Darut Tabligh di 13 negara masih dalam proses pembangunan. Ada juga proyek lain dalam pembangunan. Kursus Ta’lim dan Workshop (lokakarya) Tarbiyat yang ekstensif bagi para mubayin baru juga diselenggarakan di negara-negara Afrika.
Tahun lalu, di 2156 tempat diselenggarakan sejumlah mendekati 3700 Kursus Ta’lim dan Workshop (lokakarya) Tarbiyat yang mana ada seratus ribu mubayin baru ikut berpartisipasi. Sejumlah 1132 Imam- Imam diberikan pelatihan. Seperti telah saya katakan, disamping para Mubayyi’in baru dari kalangan biasa yang diberikan pelatihan talim tarbiyat guna menjadikan mereka aktif dalam Nizham Jemaat, juga ada sejumlah Imam masjid yang bergabung dengan Jemaat dan mereka juga diberikan sejumlah pelatihan dan wawasan mengenai Islam yang sebenarnya. Itu memakan waktu seminggu atau dua minggu dalam waktu yang berbeda selama satu tahun. Kelas-kelas ini dan pengadaan akomodasi dan konsumsi tentu perlu biaya. Laporan yang ada pada saya, saya perhatikan Burkina Faso dan Nigeria sangat perlu fokus dan perhatian dan perbaikan kerja yang mereka kerjakan baru-baru ini.
Walau bagaimana pun, saya hendak mempersembahkan statistika Candah Waqf-e-Jadid. Telah saya sampaikan seberapa jumlah peningkatan dalam candah ini, dan sekarang saya ingin menyampaikan jumlah peserta Waqf-e-Jadid. Pada tahun 2010 terdapat sejumlah 600.000 orang di seluruh dunia yang ikut serta dalam gerakan Waqf-e- Jadid. Pada saat itu, saya (Hadhrat Khalifatul Masih) memberikan nasehat bahwa pengorbanan harta merupakan suatu bagian integral dari tarbiyat. Saya juga menggerakkan para pengurus Jemaat bahwa tarbiyat tidak bisa berjalan dengan baik selama tidak mengikutsertakan anggota dalam pengorbanan harta.
Dengan karunia Allah Ta’ala, jumlah peserta gerakan ini pada tahun ini (2015) lebih dari 1.200.000 orang. Masih ada peluang terhadap peningkatan jumlah ini. Sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, menarik perhatian pada pembayaran candah adalah hal yang sangat penting. Allah Ta’ala berfirman bahwa tanpa pengorbanan maka seseorang takkan maju dalam keimanan. [Segi kedua,] Nizham pengorbanan harta juga menjadi penyebab terjadinya keterikatan diantara para anggota Jemaat. Para pembayar candah menjadi paham keberkatan Candah dan muncul di dalam diri mereka kegemaran dan keasyikan dalam membayar candah-candah. Selanjutnya saya hendak menceritakan beberapa kisah menggugah keimanan berkenaan dengan pengorbanan harta [berbagai negara di Afrika (Tanzania dan Gambia), Finlandia, India, Mauritius, Australia, Norwegia, Jerman dan Kanada.]
Muballigh kita di Tanzania melaporkan mengenai seorang wanita Mubayyi’ baru yang baru 1 bulan baiat karena tidak punya uang lalu menjual telur guna membayar Candah Waqf-e-Jadid supaya lunas mengingat periode akan berakhir. Ia telah menyadari pentingnya membayar candah. Seorang Mubayyi’ baru yang lain lagi menjelaskan melunasi candahnya seseorang yang meminjam uang padanya mengiriminya kabar akan membayarkan utangnya kepadanya. Jumlah total 5 kali lipat dari candahnya.
Amir Jemaat Gambia menjelaskan perihal keberkatan membayar candah. Seorang wanita dari Gambia baiat dua tahun lalu. Ia belum pernah melahirkan, bahkan setelah berakhirnya sepuluh tahun pernikahannya. Ketika dia ditanyakan perihal sumbangan Waqf-e- Jadidnya maka ia membayarnya sesuai dengan kapasitasnya. Ia juga menulis surat kepada saya untuk doa, Allah memuliakannya dan menganugerahinya dua anak kembar. Dia mengatakan, “Sekarang saya memahami keberkatan candah.”
Kemudian, Amir Jemaat dari Gambia melaporkan, “Salah satu saudara di salah satu desa tengah sakit sehingga tidak bisa berjalan dan tidak bekerja. Keadaan keuangannya terlalu buruk. Pada tahun lalu ketika kami meminta dia dalam Waqf-e-Jadid, dia menyumbangkan lima Dalasi. Salah satunya sebagai sedekah. Allah mengabulkan pengorbanannya dengan baik dan menganugerahinya kesehatan secara signifikan. Tadinya sebagai orang yang tidak bisa bergerak dan berjalan sekarang memiliki kawanan domba dan aktif di bidang pertanian. Ia mengatakan, ‘Allah telah memuliakan saya sehingga pertanian saya berkembang dan makmur. Saya memiliki jseumlah ternak juga, itu adalah kebertakan candah’”
Amir Jemaat di Gambia melaporkan: “Suami seorang wanita Ahmadi secara tiba-tiba tujuh tahun yang lalu menghilang. Wanita itu sangat khawatir tentangnya. Orang-orang mengatakan kepadanya, ‘Mungkin ia telah meninggal karena ketidakhadirannya telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya Anda menikah saja.’ Tapi dia menolak. Singkatnya, ketika tiba petugas Jemaat ke rumahnya perihal pungutan candah Waqf-e-Jadid yang telah dijanjikannya segera saja ia lunasi sejumlah 5 Dalasyaat. Dia katakan bahwa beberapa waktu kemudian menemukan kedamaian dan ketenangan, dan tidak hanya itu, tapi suaminya tiba-tiba kembali ke rumah dengan selamat tanpa cedera. Ia mengatakan telah terperangkap di tempat atau telah tiba ke tempat yang tidak bisa baginya untuk kembali. Singkatnya, kondisi telah membaik dan kemudian kembali ke rumah dengan karunia Allah mereka akhirnya dianugerahi dengan anak perempuan.”
Seorang Ahmadi dari Finlandia mengatakan, “Saya telah berjanji untuk membayar 510 Uero pada tahun lalu. Kemudian, keadaan ekonomi saya tahun ini memburuk dan janji dikurangi menjadi sebesar 100 Euro. Saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya tidak mampu lebih dari itu. Allah telah meraih tangan saya untuk mengajari saya sebuah pelajaran ketika pada suatu hari mobil saya terganggu di jalan dan tiba-tiba harus saya bawa ke bengkel yang tagihannya sama dengan janji Waqf-e-Jadid saya sebelumnya, € 510. Ketika saya pulang saya berkata sendiri, ‘Allah mengajarkan saya pelajaran.’” Ia lalu meningkatkan janjinya dengan jumlah sebelumnya dan memenuhinya segera.
Seorang wanita Ahmadi dari Sierra Leone yang juga direktur sekolah dasar di sana melaporkan: “Bapak Muballigh menganjurkan saya untuk membayar candah, dan saya telah membayar di muka dan tidak memiliki sejumlah kemudian. Saudara saya telah menjadi orang Kristen selama beberapa waktu. Ia juga telah menasehati saya dan meminta saya untuk meninggalkan Islam dan menjadi Kristen, kemudian melakukan perjalanan ke Amerika. Candah telah saya bayar dalam kondisi kesulitan, dan kemudian suatu hari saya menerima panggilan telepon dari saudra saya dan dia berkata kepada saya, ‘Engkau boleh tetap menjadi Muslim Ahmadiyah. Tidak ada keberatan dari saya.’ Namun, bukan hanya itu saya dibantu olehnya dengan kiriman sejumlah besar uang. Demikianlah, saya terhubung dengan saudara saya dan keluasan dalam rezeki juga.”
Seorang Dai Ahmadi mengatakan dari India, “Seorang Ahmadi dari kota Combaitor pergi ke pasar untuk membeli perhiasan untuk putrinya, dan dia masih di toko perhiasan toko hingga waktu untuk sholat Jumat. Ia berkata kepada pemilik toko, ‘Kami akan datang kembali setelah salat Jumat dan membeli pernak-pernik.’
Dia berada di masjid mendengarkan khotbah saya tentang mengumumkan tahun baru Tahrik Jadid, saya menyebutkan pengorbanan seorang Ibu yang buta. Hal ini menimbulkan kesan pada Ahmadi tersebut sehingga membuatnya membayar apa yang dia layak untuk itu yaitu sisa Waqf-e-Jadid yang belum dilunasinya daripada membeli ornamen perhiasan. Dan ketika ia menceritakan kepada istrinya setelah meninggalkan masjid, istrinya pun bersukacita juga dan berkata kepadanya, “Saya juga telah memutuskan hal yang lain ketika mendengarkan khotbah bahwa kita harus membayar jumlah Waqf-e- Jadid yang belum dilunasi dengan keyakinan dalam diriku bahwa Allah akan mengatur untuk membeli perhiasan bagi putri kita.”
Pengurus yang bertanggungjawab dalam bidang Waqf-e-Jadid dari Sharnbur India mengatakan bahwa ia pergi ke rumah Ahmadi di sebuah desa di negara bagian UP (Uttar Pradesh) untuk memungut candah Waqf-e-Jadid. Dia mengatakan kepada istrinya, “Hari Id sebentar lagi. Saya memiliki 200 ratus rupee saja. Apakah baik untuk membeli pakaian Hari Raya atau membayar Waqf-e-Jadid?” Dia berkata kepadanya, “Bayar dulu Waqf-e-Jadid, pakaian bisa ditunda.”
Lalu beberapa bulan kemudian ketika pengurus tersebut sampai ke rumahnya lagi untuk memungut candah dan sangat senang melihat rumah Ahmadi yang dikunjunginya beberapa bulan lalu itu. Pemilik rumah mengatakan kepadanya, “Sejak kami membayar sejumlah candah tersebut saya mendapatkan pekerjaan yang banyak. Di masa lalu, saya menjalankan traktor di ladang orang-orang, dan sekarang Allah telah memuliakan saya sehingga saya bisa beli traktor sendiri dan mendapat berkat-berkat saya tidak terhitung.”
Seorang Ahmadi dari desa yang saya pikir namanya Jagatgiri di wilayah Orisa-India, telah meminjam uang ke banyak orang, dan itu membuatnya menghilang dari orang-orang karena ketidakmampuannya untuk membayar, dan akhirnya meninggalkan negara bagian itu serta bermigrasi ke Hyderabad. Ketika Muballigh kita atau pengurus yang bertanggung jawab atas candah di sana mengenalinya dan mengatakan kepadanya tentang pentingnya candah, membayar apa yang telah dijanjikan, dan tetap kontak dengan Jemaat. Allah memberkati pekerjaannya begitu banyak sehingga ia mulai mendapatkan uang dan mendapat taufik dari Allah untuk membayar semua utangnya, penyebab ia bersembunyi dari orang-orang dan tidak hanya itu, tetapi ia telah membeli rumah sendiri, sekarang berjanji untuk melipatgandakan janji pengorbanan daripada sebelumnya.
Pengurus yang bertanggungjawab di bidang keuangan dan pemungutan candah di Bengal dan Sikkim berkata, “Seorang Ahmadi yang telah bergabung dengan Jemaat selama sepuluh tahun di “Darjeeling” selalu giat dalam perlombaan untuk mengorbankan uang, saat menghubungi kami ketika telah datang tahun ini untuk mengambil janjinya dalam Waqf-e-Jadid, ia berkata, ‘Saya telah mengeluarkan untuk biaya operasi ibu saya sejumlah 100.000 (seratus ribu) rupee sehingga menderita kesulitan keuangan. Jadi janji saya sebelumnya 22.000 telah diubah menjadi 17.000 rupee.’ Tapi ketika kami pergi mendatanginya ia membayar 22000 sebagai pembayaran Waqf-e-Jadid dan mengatakan, ‘Pikiranku terganggu memikirkan sepertinya itu tidak diperbolehkan untuk membatalkan amal baik yang telah dijanjikan.’” Tuhan memberkati keimanan karena itu, tatkala Dia menciptakan gejolak semangat di hati orang-orang agar harus telah menerapkan pengorbanan untuk memiliki lebih banyak lagi karunia-Nya.
Seorang Ahmadi dari Mauritius mengatakan, “Saya tenggelam dalam pemikiran yang mendalam saat mendengarkan pengumuman tahun baru Waqf-e-Jadid dalam khotbah Jumat, yang belum pernah saya bayar untuk dana ini. Selama khotbah itu sendiri, saya berjanji kepada Allah a jika saya menemukan pekerjaan akan membayar 25.000 rupee lokal (£ 500) di dana Waqf-e-Jadid, dan kemudian dalam beberapa hari dan mendapatkan suatu usaha dalam jumlah setengah juta rupee. Yakinlah saya bahwa Allah telah memberkati saya dalam pertukaran untuk janji saya dua puluh dua kali lipat dari apa yang dijanjikan. Dan itu mendorong saya segera membayar apa yang telah dijanjikan.”
Seorang Ahmadi muda yang setia bernama Omo Qudus berusia hampir 17 tahun dari Benin di Afrika. Ia bekerja dan biasa membayar candah-candah. Saudaranya sakit dan tidak juga membaik bahkan setelah pengobatan di beberapa rumah sakit besar. Ia merasa khawatir tentang kesehatannya. Ia menulis surat kepada saya berisi permintaan didoakan dan juga secara pribadi ia terlibat dalam tekun berdoa. Ia membayar sumbangan candah 1.000 Frank dengan niat supaya Allah menyembuhkan saudaranya. Allah menganugerahinya begitu banyak dan menyembuhkan saudaranya dengan kesembuhan di luar kebiasaan. Muballigh kita melaporkan, “Saya telah mengatakan kepadanya supaya tidak membayar sekarang karena ia membutuhkan uang untuk mengobati adiknya dan bisa bayar kemudian, tapi ia menolak sehingga Allah memberkatinya.”
Seorang saudara Jemaat dari Benin yang secara teratur membayar candah melaporkan, “Pada 4 Desember, geng besar bandit datang ke desa kami mencuri kerbau kami sembari mengancam dengan senjata. Sebelumnya mereka mencuri kerbau di banyak desa lainnya. Kerbau-kerbau kami pun mereka tuntun keluar desa. Tapi, begitu mereka keluar dari desa ada badai besar yang membuat lari semua ternak karena panik dan mereka tidak bisa mengendalikan hewan-hewan itu. Saya memiliki hampir dua puluh sapi. Semuanya kembali lagi ke tempat saya, tapi semua datang dengan hewan-hewan lain juga yang segera saya berikan kepada para pemiliknya. Saya sampaikan kepada orang-orang bahwa binatang yang dikembalikan kepada Anda karena saya telah membayar candah dengan dawam.”
Perhatikanlah! Bagaimana kemajuan iman orang di daerah terpencil negara Afrika setelah bergabung dengan Jemaat Masih Mau’ud.
Sekretaris Waqf-e-Jadid di Australia di salah satu cabang lokal Jemaat, “Salah satu wanita Jemaat mendengar khotbah tentang Waqf-e-Jadid pada tahun lalu dia terpengaruh sekali. Seribu dolar yang ada di tangannya pada saat itu, langsung ia berikan ke dalam dana tersebut.” Dai kita di Australia juga menceritakan kisah seorang anak muda dan mengatakan, “Kami sedang berbicara tentang pengorbanan Waqf-e-Jadid. Seorang anak telah duduk dengan keluarganya mendengarkan kami dan kemudian datang setelah beberapa saat, membawa sedikit dana seratus dolar dan berkata, ‘Ini adalah sumbangan dari saya dalam Waqf-e-Jadid.’”
Tn. Amir Jemaat di Norwegia mengatakan, “Seorang wanita Norwegia yang baru berbaiat, ketika diberitahu tentang Waqf-e-Jadid dia segera membayar dua ratus crown (mata uang lokal) dan beberapa hari kemudian mengatakan, ‘Beberapa hari setelah saya membayar candah Boss saya memanggil saya dan menambahkan dua ratus crown pada gaji saya meskipun saya tidak meminta untuk itu. Saya akan membayar dua ratus crown satu kali tapi mulai mendapat tambahan dua ratus crown setiap bulan dari Boss-nya”
Salah seorang saudara berbaiat baru-baru ini di Kongo Kinshasa, ketika diberitahukan kepadanya tentang Nizham keuangan dalam Jemaat, ia mulai berkomitmen membayar candah di hari yang sama. Mubayyi’ baru ini mengatakan bahwa kondisi keuangannya telah meningkat secara signifikan sebagai akibat dari membayar candah. Dia mengatakan bahwa semua pekerjaan yang ia lakukan sebelumnya belum pernah jadi booming (maju pesat), tapi semenjak dia mulai membayar candah, Tuhan memberkatinya rezekinya begitu banyak dan menjadikan dirinya punya banyak sapi.
Sekretaris Waqf-e-Jadid tingkat Nasional di Jerman mengatakan, “Jemaat kami mengadakan konferensi dengan partisipasi dari seorang wanita Mubayyi’ baru. Setelah akhir konferensi, Ketua Lajnah Imaillah mengabarkan Mubayyi’ baru ini membayar € 400 (Euro), jumlah yang cukup besar, dalam Candah Waqf-e-Jadid. Ia Ahmadi sendirian di keluarganya yang menghadapi penentangan keras, kita berdoa kepada Allah untuk keselamannya.
Amir Jemaat di Kanada melaporkan, “Salah satu anggota Majlis Khuddamul Ahmadiyah membayar iuran Humanity First sejumlah 25 ribu dolar untuk membantu para pengungsi Suriah dan meminta untuk tidak mengungkapkan namanya. Ia Shaf Awwal (baris pertama) pejanji dalam Candah Waqf-e-Jadid atau mungkin memintanya untuk berada di baris pertama, tapi sedikit ragu-ragu dan berjanji bahwa ia akan membayar apa yang diperlukan untuk bergabung dengan baris kedua, tapi ketika melunasi sumbangan janji, katanya akan membayar sesuai dengan standar baris pertama supaya tergolong baris pertama.”
Muballigh kita di Tanzania melaporkan, “Seorang Kristen bergabung dengan Jemaat beberapa tahun yang lalu. Ia berkata, ‘Kebakaran terjadi di pasar di bulan Ramadhan secara tiba-tiba dan membakar banyak toko. Toko saya juga terbakar. Semua modal saya ada di sana. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemudian beberapa teman menunjukkan untuk meminjam uang dari bank dan mulai bekerja lagi. Tetangga saya melakukannya.
Tapi saya mengatakan bahwa Tuhan tahu keadaan saya dan kebutuhan saya.’ (Lihat betapa keyakinannya kepada Tuhan bertambah. Ia bergabung dengan Ahmadiyah setelah meninggalkan iman Kristen kemudian telah berkembang imannya hingga ke tingkat itu) ‘Saya tidak akan melakukan apa yang Tuhan melarangnya, dan tidak akan mengambil uang dengan bunga, meskipun itu tampak ada manfaatnya.
Kemudian beberapa saudara setempat membantu saya sedikit. Jemaat membantu saya sedikit tanpa saya memintanya. Saya memulai bekerja kembali, dan Tuhan memberkati pekerjaan saya demikian banyak. Seiring dimulainya pekerjaan itu, saya menaikkan jumlah sumbangan candah dan membayar lebih dari janji saya. Saya sudah tidak membuka lagi toko saya selama enam bulan sampai Tuhan memberkati rizki saya demikian banyak dan pekerjaan saya praktis berkembang di daerah yang baru dan penghasilan saya telah meningkat dengan cepat yang belum pernah saya lihat bahkan dalam enam bulan. Istri saya yang sakit juga telah meningkat kesehatannya. Semua ini adalah hasil dari pembelanjaan demi Allah.’”
Disebutkan dalam Hadits Nabi Muhammad saw bahwa jika seseorang menafkahkan hartanya di jalan Allah dari usahanya yang halal, maka Dia akan memberkahi hartanya. Perhatikanlah bagaimana Allah menganugerahi mereka yang menginfakkan hartanya yang telah disebutkan tadi, dengan buah-buah hasil infaqnya setelah ia memutuskan untuk tidak mengambil harta dengan cara yang tidak syar’i (sesuai syariat Islam), melainkan ia memutuskan untuk menerima bantuan dan mengambil sesuatu pinjaman dan tetap bekerja maka Allah memberkati pekerjaannya begitu besarnya.
Dalam Hadits lain, Nabi Muhammad saw bersabda bahwa bahwa jika seseorang menafkahkan hartanya senilai sebiji buah kurma di jalan Allah dari usahanya yang halal maka Dia akan menukarnya dengan sebesar gunung. Nabi Muhammad saw juga bersabda bahwa sebagaimana lapisan kecil berubah menjadi gumpalan besar begitu juga Allah menambahkan pengorbanan-pengorbanan yang dipersembahkan dari usaha yang halal.[3] Maka, Allah Ta’ala memperlihatkan pemandangan ini kepada Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as.
Urutan 10 negara pertama setelah Pakistan dalam hal candah Waqf-e-Jadid ini pada tahun 2015 adalah Inggris, Amerika, Jerman, Kanada, India, Australia, Indonesia, satu Jemaat dari sekian Jemaat Ahmadiyah di negara Timur Tengah, Belgia, dan Ghana. Dalam hal peningkatan pengorbanannya berdasarkan mata uang lokal, urutan 3 negara pertama adalah Ghana, Amerika dan Inggris. Dalam hal pengorbanan per kapita, beberapa negara di urutan pertama adalah satu Jemaat di negara Timur Tengah, Amerika, satu Jemaat di negara lain di Timur Tengah, Swiss, Inggris, Australia, Belgia, Jerman dan Kanada.
Tadi telah saya katakan bahwa jumlah peserta dari gerakan ini pada tahun 2015 lebih dari 1.200.000 orang, sebenarnya itu lebih dari 1.235.000 orang peserta. Tambahannya 106.000 dibanding tahun lalu. Dalam peningkatan jumlah pembayar candah selain negara Afrika, berikut negara-negara yang berada di urutan pertama yaitu India, Kanada, Inggris dan Amerika. Tetapi peningkatan jumlah pembayar candah terbanyak ada di negara-negara Afrika yakni Nigeria, Kamerun, Guinea Conakry, Niger, Burkina Faso, Mali, Benin, Tanzania dan Uganda. Tiga Jemaat pertama di Pakistan dalam hal pembayar candah dewasa yakni Lahore, Rabwah dan Karachi. Dari tingkat daerahnya ialah Faisalabad, Islamabad, Sargodha, Gujrat, Multan, Umerkot, Narowal, Hyderabad dan Bahawalpur. Tiga Jemaat pertama di Pakistan dalam hal pembayar candah bagi athfal yakni Lahore, Karachi dan Rabwah. Dari tingkat daerahnya ialah Islamabad, Faisalabad, Gujranwala, Gujrat, Hyderabad, Dera Ghazi Khan, Multan, Kotli (Azad Khasmir), Mirpur Khas dan Peshawar.
Di Inggris, 10 Jemaat yang terdepan dalam Waqf-e-Jadid ialah Worcester Park, Raynes Park, Birmingham West, Fazl Mosque, Wimbledon Park, Gillingham, Cheam South, New Malden, Bradford South dan Glasgow. Dari wilayahnya ialah Midlands, North East, London A, London B dan Middlesex.
Jemaat-Jemaat terdepan di Amerika dalam sisi penerimaan ialah Silicon Valley, Seattle, Detroit, Central Virginia, Los Angeles, Silver Spring, York, Harrisburg, Boston, Houston North dan Dallas. Lima kepengurusan lokal terdepan di Jerman dalam hal sisi penerimaan ialah Hamburg, Frankfurt, Grosgrau, Wiesbaden dan Moirfeldn Waldruf. Sepuluh kepengurusan lokal di Jerman dalam hal jumlah penerimaan total: Rodermark, Nawes, Fredburg, Floszheims, Hamburg, Koblez, Hanau, Hannover, Neda, Weingarten dan Volda.
Tiga tempat yang terdepan di Kanada adalah Calgary, Vaughan and Vancouver. Sedangkan 5 jemaat terdepannya ialah Milton Georgetown, Durham, Edmonton West, Saskatoon North dan Ottawa West. Beberapa Jemaat Kanada yang terdepan dalam hal pengorbanan dari Athfal ialah Durham, Calgary North West, Milton – Georgetown, Peace Village East dan Woodbridge. Saya sebelumnya juga telah menarik perhatian bahwa negara-negara lainnya yang merupakan Jemaat besar hendaknya bekerja meniru apa yang telah dilakukan dengan cara yang bagus dan pengaturan yang teratur oleh Jemaat Kanada dalam hal pengorbanan Waqf-e-Jadid oleh Athfal. Sementara pada Waqf-e-Jadid ada daftarnya bagi Athfal, sedangkan Tahrik Jadid tidak ada.
Beberapa wilayah yang terdepan dalam hal jumlah total uang yang terkumpul di India ialah Kerala, Tamil Nadu, Jammu Kashmir, Telangana, Karnataka, West Bengal, Orissa, Punjab, Uttar Pradesh, Delhi dan Maharashtra. Beberapa Jemaat yang terdepan di India dalam hal ini ialah Kerala, Calicut, Hyderabad, Pathapiriyam, Qadian, Kannur Town, Calcutta, Solor, Bangalore, Gadi dan Rishinagar.
Di Australia, 10 Jemaat yang terdepan dalam hal ini adalah Melbournne South, Castle Hill, Mount Druitt, Adelaide South, Lambton, Brisbane South, Logan, Marsden Park dan Blacktown.
Seperti telah saya katakan, seorang di Australia memunculkan pertanyakan pada saya, “Terdapat Daftar Athfal di Candah Waqf-e- Jadid, apakah juga ada di Candah Tahrik-e-Jadid?”
Semoga menjadi jelas bahwa itu tidak ada di Candah Tahrik Jadid. Candah yang diambil dari para Athfal atau ditekankan pada mereka secara khusus ialah Candah Waqf-e-Jadid saja. Ada catatan khusus perihal ini dalam Candah Waqf-e-Jadid tersebut.
Semoga Allah Ta’ala menurunkan keberkatan-Nya kepada jiwa dan harta para pembayar candah ini serta menganugerahi mereka keuangan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga kita senantiasa dapat memberikan pengorbanan yang lebih besar pada tahun ini baik dalam hal jumlah maupun pembayar candahnya.
Selanjutnya, shalat jenazah ghaib diumumkan bagi Tn. Muhammad Aslam Shaad Mangla yang meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 2015 karena serangan jantung. Beliau berumur hampir 71 tahun. إنا لله وإنا إليه راجعون Ayah almarhum, Haji Shalih Muhammad Mangla tinggal di desa Chak Mangla 168/171, Sargoda. Nama ibu almarhum Shahib Bibi. Pada 1955 sejumlah 80 orang mengadakan perjalanan ke Rabwah dari Chak Mangla dibawah pimpinan Haji Shalih Muhammad Mangla dan baiat di tangan Hadhrat Mushlih Mau’ud, Khalifatul Masih II ra. Hadhrat Mushlih Mau’ud juga menuliskan pertemuan dengan Jemaat tersebut, diantara mereka ialah Muhammad Aslam Shaad Mangla yang berumur 10 tahun saat itu. Menjalani sekolah dasar di kampunya tapi selanjutnya melanjutkan di Rabwah. Ayah almarhum menyerahkan kepada Sahibzada Mirza Nashir Ahmad, yang waktu itu kepala sekolah Talimul Islam High School, “Saya menyerahkan seeokor burung pipit. Tuan, jadikanlah ia falcon (burung elang).” Hadhrat Khalifatul Masih III rha menjawab, “Insya Allah, dia akan menjadi burung elang dan akan banyak berkhidmat di Jemaat.”
Berkhidmat di berbagai bidang di Majlis Khuddamul Ahmadiyah dari tahun 1968 hingga 1983 dan di berbagai bidang di Majlis Ansharullah dari tahun 1986 hingga 2015. Beliau meninggalkan seorang istri, 6 anak laki-laki dan dua anak perempuan. Putra beliau, Muhammad Nayyar Mangla, Muballigh Jemaat, bertugas di Research Cell (bidang penelitian soal-jawab, isi buku dan sebagainya). Putra kedua, Atiq Mangla bertugas di Laboratorium Medikal, Waqaf Jadid.
Kesaksian-kesaksian perihal keistimewan akhlaknya dari menantunya; “Penyabar dalam menghadapi kesulitan. Tidak pernah saya dengar keluhan darinya. Seluruh kehidupannya untuk khidmat agama. Pagi, siang, sore dan malam sibuk dalam pekerjaan Jemaat.”
Kesaksian dari Nayyar Ahmad, putranya; “Rajin shalat tahajjud dan menasehati keluarganya. Berdoa dengan sangat keperihan. Mendampingi anak-anaknya pergi ke masjid untuk shalat berjamaah.” Putrinya, Abidah berkata, “Sangat bertawakkal kepada Allah. Meski tengah menghadapi masalah berat tapi tidak pernah terlihat di wajahnya ada masalah. Senantiasa menulis surat kepada Khalifah untuk meminta doa atau menanyakan masalah penting dan masalah kecil. Sangat memperhatikan keluarga yang miskin.”
Menantunya yang merupakan putri Tn. Aslam Bharwanah; “Lemah lembut. Tidak pernah bicara urusan kantor di rumah…”
Keponakannya, “Beliau sangat menyintai Khilafat.” dari Tn. Doktor Mas’ud Hasan Nuri; dari para karyawan kantor Sekretaris Khas di Rabwah, “Sangat rendah hati, berakhlak luhur, melaksanakan shalat di masjid, mukhlish dan setia pada Khilafat.” Tn. Basyir Ahmad, “Saya 22 tahun bersama beliau di kantor. Beliau memperlakukan saya dengan kecintaan, menolong saya dan senantiasa memberi petunjuk dengan baik.” Tn. Wasim, “Kami bertetanggaan. Suatu kali ibu saya sakit dan beliau memperhatikan dan menanyakan kabar perkembangan ibu saya.”
Tn. Mirza Daud Ahmad, “Saya 24 tahun bersama beliau di kantor. Beliau mempercayai saya. Beliau menghargai tiap pekerjaan dan membimbing guna penyelesaiannya. Terkadang bila ada seseorang kesal pada beliau, beliau sendiri yang segera memulai mengontaknya dan membuat baik-baik pemikirannya.” Tn. Khalid Imran, “Beliau dihiasi dengan berbagai keistimewaan, tetapi sifat pemaaf-lah dan pendamai yang paling menonjol. Tidak peduli seberapa marahnya beliau, beliau segera memaafkan saat orang yang membuat beliau kesal meminta maaf.” Tn. Salim Zhafr, “Beliau senantiasa tersenyum dan tidak memendam kemarahan yang lama pada seseorang.”
Tn. Athaul Mujib Rasyid, Imam Masjid London; Telah terjalin kontak sudah lama. Almarhum bersamanya berkhidmat saat masih di Majlis Khuddamul Ahmadiyah. Almarhum secara cepat menyediakan informasi yang dibutuhkan guna kelangsungan program Liqa Ma’al Arab dan Question and Answer pada masa Hadhrat Khalifatul Masih IV rha.
Tn. Malik Nasim, Nazhim Khidmad Khalq di Rabwah, saat almarhum menjabat sebagai Muhtamim Lokal di Rabwah. Ketika terjadi penembakan sehingga membuat orang-orang terluka dan membutuhkan, almarhum bergegas ke tempatnya untuk bersama-sama menolong meski tengah sakit flu.
Sifat-sifat yang telah dijelaskan oleh orang-orang selain dari anakanak almarhum tidak terdapat sedikit pun hiperbolik (melebihlebihkan). Telah saya (Hudhur V atba) jelaskan sebelumnya bahwa sifat Almarhum sangat luhur dan lebih banyak lagi dari yang telah disebut. Hubungan saya dengannya telah terjalin sangat lama dan mungkin saat saya belajar padanya di perkuliahan pada masa awal kuliah saya ketika saya datang ke tempatnya di Universitas. Lalu, kami bekerja sama di Majlis Khuddamul Ahmadiyah dan di Ansharullah. Kami juga bekerja sama secara efektif saat Hadhrat Khalifatul Masih IV rha mempercayakan saya sebagai Nazhir A’la. Setelah saya menempati jabatan Khilafat, tiap kali saya berikan ia pekerjaan pasti diselesaikannya. Beliau sangat rendah hati sedemikian rupa sehingga saat saya mengundangnya seara khusus supaya ikut Jalsah di sini ia akan datang dan duduk-duduk bersama para panitia lainnya di kantor dan ikut bekerja. Saya tidak pernah mendengarnya berkata ke orang-orang, “Saya sekretaris Khas di sini. Saya minta kursi dan kantor terpisah.” Melainkan, ia duduk-duduk bersama para karyawan lain dan bersama mereka mengerjakan pekerjaan kecil. Semoga Allah meninggikan derajat-derajatnya dan memperlakukannya dengan rahmat dan maghfirah. Aamiin.
Kemudian bagi Tn. Ahmad Sher Joya yang meninggal dunia pada umur 67 tahun. إنا لله وإنا إليه راجعون Beliau tinggal di Belgia. Beliau bekerja dengan rajin dan bersosial. Disiplin shalat dan perhatian terhadap kaum fakir-miskin. Beliau meninggalkan dua putri dan tiga putra. Salah seorang putranya, Tn. Usamah Joya, telah lulus Jamiah Ahmadiyah UK dan bertugas di Mioti dan tengah bertugas di medan tugas. Dengan karunia Allah, lulusan dari sini yaitu para Dai dan Muballigh bekerja dengan hasil cemerlang. Semoga Allah mengaruniai taufik perlindungan secara berkelanjutan kepada mereka dalam kerendahanhati dan kapabilitas di pekerjaan mereka dengan hasil yang tinggi. Aamiin.
[1] [Tadhkirah, hal 626]
[2] Majmu’ah Isytihaarat jilid 3, h. 498, no. 253, Asy-Syirkatul Islamiyah, Rabwah.
[3] Shahih al-Bukhari, Kitab tentang Zakat, bab shadaqah, kasb thayyib 1410.