بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نحْمَدُهُ وَنُصَلِّى ْعَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 5 Juni 2009 dari Baitul Futuh London, U.K.
اللّٰهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الْحَـىُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لاَ تَاْخُذُه سِنَةٌ وَّلاَ نَوْمٌ لَه مَا فِىْ السَّمٰوٰتِ وَمَا فِىْ اْلاَ رْضِ مَنْ ذَا الَّذِىْ يَشْفَعُ عِنْدَهۤ اِلاَّ بِاِذْنِه يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۤ اِلاَََّ بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَ رْضَۚ وَلاَ يَئُوْدُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْم
Artinya : Allah, tiada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang tegak atas Zat-Nya sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyerang-Nya dan tidak pula tidur. Kepunyaan Dialah apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada dibumi. Siapakah dapat memberi syafa’at dihadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan dibelakang mereka; dan mereka tidak menguasai barang sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. Ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi; dan tidaklah memberatkan-Nya menjaga keduanya; dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar. (Al Baqarah : 256)
Ayat ini dikenal sekali dengan nama Ayat Kursi. Terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. bahwa Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Setiap benda mempunyai bahagian paling tinggi sebagai puncaknya. Dan bahagian yang paling tinggi sebagai puncak dari Al Qur’an adalah Surah Albaqarah dan didalamnya terdapat sebuah ayat yang menjadi penghulu bagi semua ayat yaitu Ayatul Kursi.” Ada lagi sebuah riwayat, Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa yang tidur setelah membaca sepuluh ayat dari Surah Albqarah, maka syetan tidak akan masuk kedalam rumah itu sampai tiba waktu subuh. Diantara sepuluh ayat itu adalah ayatul Kursi.” Sabda Hazrat Rasulullah saw ini bukan hanya setakat membaca ayat saja terus langsung tidur, namun ayat ini dan ayat yang lainnya harus dibaca sambil memperhatikan dan merenungkan maknanya dan kandungan tafsirnya, kemudian manusia mengoreksi dirinya dan tengok sampai dimana ia telah mengamalkan hukum-hukumnya sesuai dengan ayat itu dan sampai dimana ia telah mengadakan perubahan terhadap dirinya dan sampai dimana ia telah berusaha mensucikan dirinya. Setelah mengadakan koreksi terhadap dirinya dan mengenal keadaan dirinya ia harus berjanji didalam hati untuk mengadakan perobahan dan mensucikan dirinya. Azam serupa itulah yang bisa menjauhkan syaitan dari padanya.
Diantara sepuluh ayat yang telah disebutkan itu adalah empat ayat pertama dari surah Albaqarah, yang didalamnya dilukiskan tentang amal perbuatan suci orang mukmin, sesudah itu ayat kursi ditambah dua ayat berikutnya yang didalamnya dilukiskan sifat-sifat Allah swt dan tiga lagi ayat terakhir surah Albaqarah. Ayat terakhir dari ketiga ayat itu telah saya jelaskan tafsirnya pada khutbah Jum’ah yang lalu dengan mengutip sabda-sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. Sebelum saya menjelaskan ayat Kursi terlebih dahulu akan saya jelaskan empat ayat permulaan surah Albaqarah itu. Sebuah kutipan dari sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. tentang Tafsir keempat ayat berikut ini akan saya bacakan, yang memberi bimbingan kepada kita untuk memahami maksud dan tujuan serta tafsir ayat-ayat itu:
الٓمّٓۚ 0 ذٰلِكَ اْلكِتٰبُ لاَ رَيْبَ ۛۚ ۖ فِيْهِ ۛۚ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ 0 الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ 0 وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْن 0
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : Selama tidak ada‘ilal arba’ah (empat keistimewaan) didalam sebuah kitab, maka kitab itu tidak bisa dikatakan sebuah kitab yang sempurna. Maksud dari “ilal arba’ah” adalah empat keistimewaan asas (dasar). Jika terdapat keempat asas keistimewaan itu didalam sebuah kitab barulah kitab itu disebut kitab yang kamil atau
02
sempurna. Itulah sebabnya Allah swt telah menguraikan ‘ilal arba’a itu didalam ayat-ayat Alqur’an ini, yaitu ada empat macam : Pertama ‘illati fa’ili, kedua ‘illati madi, ketiga ‘illati suri dan keempat ‘illati ghaii. Semua ‘illat itu mencapai tingkat kesempurnaannya. Maka alif, laam meem mengisyarahkan kepada ‘illati fa’ili yang artinya Ana Allah ‘alamu (Aku Allah Yang lebih Mengetahui) Yang telah menurunkan Kitab ini. Jadi, oleh karena Allah swt adalah ‘Illati Fa’ili yakni pelaku Yang telah Menurunkan Kitab Qur’an ini adalah Zat Yang Maha Gagah Perkasa, dan Kamil yang tidak ada tandingan-Nya. Jadi dalil kesempurnaan Kitab Alqur’an dan tantangan terhadap lawan telah diberikan oleh Allah swt dimulai dari permulaan tiga huruf Alif Laam dan Miim ini. Orang-orang yang beriman kepadanya tidak boleh merasa takut dari apapun dan jangan terpengaruh oleh rasar rendah diri. Sebab surah ini terdapat didalam Kitab Allah Yang tidak bisa difahami oleh setiap orang.
Terdapat tangtangan terbuka terhadap lawan bahwa tidak ada satu surahpun didalam Alqur’an yang bisa ditiru sekalipun semua lawan bersatu-padu untuk membuatnya, mereka samasekali tidak akan bisa membuatnya. Ringkasnya mengapa Alqur’an disebut Kitab yang Kamil (sempurna) sebab Yang telah Menurunkan Kitab Qur’an ini adalah Tuhan Yang Kamil, Yang Memiliki semua Kudrat dan ‘Alimul Ghaib.”
Yang kedua beliau a.s. bersabda : “ Perkataan yang mengisyarahkan kepada ‘illati maadi yaitu ذٰلِكَ اْلكِتٰبُ yakni ini adalah Kitab yang telah diturunkan oleh Tuhan Yang Kamil Yang memiliki semua ilmu yang kamil (sempurna). Bahkan Allah swt berfirman:“ Ilmu-Ku sangat luas tidak mempunyai batas.” Manusia tidak bisa meliput ilmu-Nya. Allah swt telah memberi tahu sebagian dari ilmu-Nya yang sangat luas itu kepada kita melalui Hazrat Nabi Muhammad saw.”
Perkara ketiga yang telah dijelaskan oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. adalah : “ Perkataan yang mengisyarahkan kepada Illati Suri adalah لاَ رَيْبَ ۛۚ ۖ فِيْهِ yakni Kitab ini suci dari pada sebarang keraguan. Apa pula yang akan diragukan jika Kitab ini telah turun dari Allah swt Yang ‘Alim, yang kesohihannya dan kesucian serta kebersihan isinya tidak ada tandingnya tidak mengandungi sebarang keraguan sedikitpun. Secara kamil tidak mengandungi keraguan dan ia sangat kukuh-kuat.
Selanjutnya beliau bersabda tentang perkara keempat yakni Illati Ghaii mengisyarahkan kepada perkataan هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ yakni Kitab ini hidayah kamil bagi orang-orang yang bertaqwa. Melalui Kitab Qur’an ini manusia memperoleh hidayah sebanyak-banyaknya untuk menjadi muttaqi (orang-orang bertaqwa).” Maka dengan merenungkan ajaran Kitab Suci Alqur’an dan mengamalkannya, akan terbuka jalan-jalan baru tentang hidayah dan irfan Ilahi. Itulah empat macam perkara yang harus selalu diingat diwaktu kita membaca Kitab Suci Alqur’an ini. Dan kita harus beriman serta yakin secara sempurna kepadanya. Baru kita akan memperoleh bimbingan dari Allah swt untuk mendapatkan pengertian yang sebenarnya tentang rahasia yang terkandung didalam Kitab Suci Alqur’an.
Baiklah sekarang akan saya jelaskan tentang Ayatul Kursi. Didalam ayat ini juga terdapat pokok pembicaraan tentang jami’us sifaat (kumpulan sifat-sifat) Allah swt yang sangat luas sekali. Dipermulaan sekali ayat ini dimulai dengan nama Allah swt. Apa Allah itu ? Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Allah adalah nama Zat Tuhan, Yang menjadi Wujud yang merangkum semua sifat-sifat-Nya. Itulah yang disebut Ismu ‘Azam yang mengandungi berkat-berkat yang sangat Agung. Akan tetapi bagi orang yang sama-sekali tidak ingat kepada Allah, faedah dan berkat apa yang akan dia ambil
dari pada-Nya? Maka apabila seorang mendakwakan diri sebagai mukmin yang benar, harus meyakini Tuhan sebagai sumber semua kekuatan dan dia harus beriman kepada semua sifat-sifat-Nya yang demikian luasnya melingkupi segala sesuatu tanpa batas sehingga fikiran manusia tidak bisa menjangkaunya. Apabila iman sudah mencapai tingkatan demikian maka barulah manusia akan selalu ingat kepada Tuhan. Banyak sekali manusia yang terlibat didalam berbagai macam keburukan atau timbul kemalasan dan kelengahan didalam menjalankan perintah-perintah Tuhan atau dalam menunaikan hak-hak Allah swt dan hak-hak
03
sesama hamba-hamba-Nya karena manusia sudah tidak ingat lagi kepada Tuhan. Manusia tidak tahu bahwa pandangan Tuhan setiap sa’at atau setiap detik selalu tertuju kepada gerak-gerik manusia.
Pada suatu ketika Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Tuhan berfirman kepada saya agar saya memberi tahu Jema’at saya barang siapa yang telah beriman dan imannya tidak dicampuri dengan keduniaan dan imannya itu tidak dicampuri kemunafikan dan sifat penakut, yaitu iman yang mempunyai darjah atau mutu, orang demikianlah yang disukai oleh Allah swt. Dan Allah swt berfirman : “Langkah seperti itulah langkah yang bernilai kebenaran.” Kita harus berusaha sekurang-kurangnya untuk mendapat iman seperti itu kepada Allah swt dan berusaha melangkah demi memperoleh derajat atau tingkatan yang telah dijelaskan oleh Hazrat Masih Maud a.s.
Didalam permulaan ayat yang telah Allah swt firmankan اللّٰهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ yakni hanya kepada Tuhanlah kalian harus tengok, sebab hanya Dialah Tuhan Yang patut kalian sembah. Tidak ada Tuhan lain yang patut disembah. Telah diterangkan dengan jelas bahwa Allah swt adalah Jami’us sifaat dan Pemilik semua Qudrat dan Kekuasaan. Setiap orang harus menghindarkan diri dari semua sembahan-sembahan palsu dan hanya Dialah satu-stunya Zat Yang patut disembah. Apabila kalian telah sungguh-sungguh bersujud kepada Tuhan Yang Wahid ini maka kalian akan menjadi penerima berbagai macam nikmat dan barkat dari pada-Nya. Didunia ini setiap benda ada gantinya, namun bagi Allah swt tidak ada gantinya. Jika orang sudah tahu tidak ada ganti bagi Tuhan, maka alangkah bodohnya manusia jika Tuhan Yang tiada gantinya ini ditinggalkan. Atau merubah priority dengan yang lain sekalipun hanya untuk sementara. Bagi seorang tak bertuhan bisa saja dia lakukan demikian sambil berkata ; Saya tidak percaya kepada Tuhan, mengapa saya harus hadir dihadapan-Nya? Namun bagi seorang yang mengaku dirinya muslim mengatakan اللّٰهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ tetapi dia memberikan priority-nya lebih banyak kepada urusan duniawi dibanding kepada Tuhan, maka nasibnya sungguh sangat malang sekali. Sehubungan dengan itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Tuhan Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, selain Dia tidak ada yang patut disembah dan patut dita’ati. Hal ini dikatakan demikian sebab jika ada sekutu bagi Tuhan, barangkali kekuatan musuh akan mengungguli kekuatan-Nya. Dalam keadaan demikian ma’rifat Ilahi akan berada pada posisi yang berbahaya. Kedudukan Allah swt dan ma’rifat-Nya akan berada dalam posisi yang berbahaya. Apa yang difirmankan اللّٰهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ selain Dia tidak ada yang patut disembah maksudnya adalah Dia adalah Tuhan Yang Kamil Yang sifat-sifat-Nya, kemuliaan-Nya, kesempurnaan-Nya, demikian luhur dan agungnya, sekalipun umpamanya dari benda-benda yang nampak, disebabkan sifat-sifat benda itu begitu kamil dan sangat agung, seseorang ingin memilihnya sebagai tuhan atau didalam hati seseorang timbul perkiraan adanya tuhan lain yang sifat-sifatnya sangat tinggi dan luhur, maka Allah swt adalah Pemilik sifat-sifat yang paling tinggi, tidak ada yang lain yang lebih tinggi dan lebih agung dari pada Tuhan. Dialah Tuhan yang walaupun hanya sedikit menyekutukan-Nya dengan sesuatu adalah dosa besar.” Maka didalam hati seorang mukmin akan timbul rasa takut kepada Tuhan jika sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. tersebut selalu diingat didalam hatinya: Dialah Tuhan yang sekalipun sedikit menyekutukan sesuatu dengan-Nya adalah dosa besar. Dia akan selalu memeriksa dirinya.
Banyak sekali hal-hal yang nampak dihadapan kita setiap hari yang tanpa disadari kita berbuat aniaya terhadap diri sendiri kerana menyekutukannya dengan Tuhan. Kita menjadi lupa bahwa Tuhan adalah Rab kita Yang rububiyat-Nya tersebar luas memenuhi langit dan bumi. Semoga Allah swt menutupi kelemahan kita seperti itu dengan selimut maghfirah dan rahmat-Nya diatas kita. اِنِّىْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ لاۤ اِلٰهَ اِلاَّۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ ۖArtinya : Tiada Tuhan selain Engkau, Engkaulah Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang aniaya. (Al Anbiya:88)
04
Untuk memperoleh bimbingan yang lurus kearah tauhid اللّٰهُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ (Allah, tiada tuhan selain Dia) maka do’a ini sangat penting sekali dan harus dibaca sebanyak-banyaknya, yaitu :
اِنِّىْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ لاۤ اِلٰهَ اِلاَّۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَartinya : Tiada Tuhan selain Engkau, Engkaulah Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang aniaya). Setelah berfirman : Allah adalah Tuhan kalian yang patut disembah dan Tuhan Yang Sejati, Dia berfirman الْحَـىُّ الْقَيُّوْمُ yakni Tuhan Yang Hidup selama-lamanya dan berdiri sendiri diatas Zat-Nya. الْحَـىُّ artinya bukan hanya Dia sendiri Zat Yang hidup, melainkan Dia Pemberi kehidupan kepada semua makhluk-Nya. Dan الْقَيُّوْمُ artinya bukan hanya Tuhan Yang Berdiri sendiri diatas Zat-Nya, melainkan Dia Penegak setiap makhluk dan benda diatas alam dunia ini. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Arti secara harfiah dari ayat ini الْحَـىُّ الْقَيُّوْمُ adalah : Tuhan Yang Hidup dan Yang Berdiri diatas Zat-Nya. Jadi jika Dialah Yang Hidup dan Dialah Berdiri diatas Zat-Nya, maksudnya setiap benda yang nampak kepada setiap orang, mendapat kehidupan dari pada-Nya. Dan setiap benda yang berdiri diatas langit dan bumi ini, telah berdiri karena Zat-Nya. Jadi, dengan mengatakan hidup-Nya dan berdiri-Nya Tuhan meyakinkan orang-orang mukmin dengan firman-Nya : Kalian jangan sekali-kali terlibat didalam desakan dan keserakahan duniawi. Yakinlah sepenuhnya terhadap janji-janji yang telah Aku berikan kepada orang-orang mukmin. Kehidupan anak-keturnan kalian dan kelanggengan mereka terpulang kepada sangat eratnya hubungan mereka dengan Aku dan dengan Jema’at-Ku juga. Disebabkan keadaan sarana duniawi yang tidak menentu, jangan melibatkan diri hanya sibuk didalam memikirkan hal itu. Beribadahlah terus kepada-Ku dan berdo’alah selalu kepada-Ku agar dengan itu kalian mendapat kehidupan dan kebaikan yang kekal. Allah swt berfirman : وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَـىِّ الَّذِىْ لاَ يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِه Artinya : Dan bertawakkallah kepada Dia Yang hidup kekal dan Dia adalah sumber segala kehidupan, Yang tidak mati. Dan sanjunglah Dia dengan pujian-Nya.(Al Furqan : 59) Jadi, setiap mukmin sekalipun dalam keadaan sangat susah dan sulit jangan menaruh keraguan sedikitpun tentang Zat Allah swt atau tentang sesuatu sifat-Nya. Melainkan adanya kesulitan itu harus memicu dirinya agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Hayyu Qayyum sambil merundukkan kepala dihadapan-Nya. Dan Allah swt dengan firman-Nya لاَتَاْخُذُه سِنَةٌ وَّلاَ نَوْمٌ (Kantuk tidak menyerang-Nya dan tidak pula tidur) telah menjelaskan bahwa, jangan sekali-kali timbul pikiran didalam benak orang-orang mukmin bahwa Tuhan Yang Hayyu Qayyum bisa lengah dipengaruhi kantuk dan tidur. Ingatlah sifat Allah swt tidak terbatas dan tidak pula Dia dipengaruhi kelemahan sehingga hilang kestabilan perhatian-Nya. Tuhan tidak memerlukan rehat. Kekuatan dan kemampuan-Nya tidak seperti yang dimiliki oleh manusia, kerana manusia memerlukan rehat dan tidur. Sesungguhnya Tuhan adalah Pemilik segala macam kudrat. Oleh sebab itu Dia tidak memerlukan tidur dan tidak pula merasa ngantuk kerana penat atau lelah. Tidak ada alasan mengapa Dia harus lalai terhadap kehidupan dan kelanggengan hidup hamba-hamba-Nya.
Dibawah hukum-hukum alami-Nya dan sifat-sifat-Nya, Tuhan juga selalu menguji dan mencoba hamba-hamba-Nya. Namun Tuhan-pun telah mengumumkan akan adanya kehidupan hakiki yang akan dijalani oleh hamba-hamba-Nya. Dan orang-orang yang mati dijalan-Nya juga mendapat kehidupan yang kekal. Dan ketika Tuhan mengumumkan bahwa para Utusan-Ku dan Jema’at-Ku akan hidup dan mendapat kemenangan, Dia telah membuktikan kesempurnaannya, Jema’at-Nya selalu mendapat kemenangan. Setelah Tuhan berfirman :
اْلاَ رْضِ لَه مَا فِىْ السَّمٰوٰتِ وَمَا فِىْ ( Kepunyaan Dialah apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada dibumi) Siapapun juga tidak boleh merasa ragu tentang kebenaran pernyataan Allah swt didalam ayat tersebut. Dan firman-Nya : “Aku dan Utusan-Ku akan mendapat
05
kemenangan”. Bagaimanakah kemenangan itu akan terjadi, sebab jika dilihat dari segi dunia dan diperhatikan sarana-sarana yang dimiliki oleh Jema’at-Nya, kemenangan yang dimaksudkan itu sangat tidak mungkin dan sulit untuk diperoleh. Bahkan nampaknya sangat jauh dan tidak mungkin. Akan tetapi apabila Allah swt berfirman kepada Hazrat Rasulullah saw didalam Alqur’anul Karim : كَتَبَ اللّٰهُ َلا َغْلِبَنَّ اَنَا وَرُسُلِىْ اِنَّ اللّٰهَ قَوِىٌّ عَزِيْزٌ Artinya : Allah telah menetapkan, Aku dan Rasul-Ku amat pasti akan menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa. (Al Mujadalah : 22) Sekalipun keadaan yang sangat tidak memungkinkan Allah swt telah memperlihatkan kebenaran janji-Nya itu. Demikian juga apabila Allah swt berjanji kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. Dia telah memperlihatkan kebenaran janji-janji-Nya itu dan sampai sekarang selalu memperlihatkan kebanarannya. Manusia terpaksa berfikir, melihata kenyataan sarana-sarana yang dimiliki oleh Jema’at ini mungkinkah janji-janji itu akan sempurna? Yakni secara zahirnya sangat jauh dan tidak mungkin Jema’at ini akan menang secara kamil. Akan tetapi Allah swt berfirman : “Apa yang ada diseluruh langit dan bumi semuanya berada didalam kekuasaan Tangan Tuhan.” Bumi dan Langit ini bukan tanpa pemilik. Semua makhluk yang tinggal didalam dunia ini berada didalam genggaman qudrat-tangan-Nya. Dan Dia Pemilik kekuasaan yang sangat luas dan tak mengenal batas. Dan pandangan-Nya selalu tertuju kepada dunia ini. Kehidupan dan kematian, fana dan baqaa berada ditangan-Nya, semua kekayaan didalam bumi yang tersembunyi maupun yang nampak berada didalam kekuasaan-Nya. Maka apabila Dia telah memutuskan bahwa Utusanku dan Jema’at-Ku akan mendapat kemenangan, maka tidak ada kekuatan didunia ini yang mampu menghalang-halanginya. Apakah kekuatan adikuasa atau pemerintahan yang besar-besar atau orang yang menamakan diri pembela agama, tidak akan mampu menghalanginya. Keputusan Allah swt pasti akan benar dan sempurna. Padahal sejak permulaan telah dijelaskan kepada orang-orang mukmin bahwa kemenangan, kehidupan kekal dan abadi akan diperoleh orang-orang yang yakin sepenuhnya kepada Tuhan Jami’us sifaat. Dan mereka itu adalah orang-orang yang menunaikan ibadah kepada-Nya. Maka inilah kewajiban setiap orang Ahmadi untuk memahaminya. Dan hal itu sangat penting sekali bagi mereka.
Setelah itu berfirman : مَنْ ذَا الَّذِىْ يَشْفَعُ عِنْدَهۤ اِلاَّ بِاِذْنِه (Siapakah yang dapat memberi syafa’at dihadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya?) Maka syafa’at macam apapun tidak akan berfaedah di-hadhirat-Nya kecuali dia yang akan diberi ilmu atau izin oleh Tuhan. Terdapat riwayat didalam hadis bahwa Hazrat Rasulullah saw akan diberi ilmu oleh Allah swt kemudian beliau saw akan memberi syafa’at kepada ummat beliau. Apa yang dimaksud dengan syafa’at itu? Tentang ini terdapat berbagai macam penjelasan dari Hazrat Masih Mau’ud a.s. Beliau bersabda : “ Pemberi syafa’at yang benar dan kamil adalah Hazrat Rasulullah saw yang telah membersihkan kekotoran kaum penyembah berhala, pembuat berbagai macam kejahatan dan kejahilan menjadi bangsa yang bermartabah sangat tinggi. Jadi, telah diketahui dari hadis ini bahwa dengan izin dan ilmu Allah swt beliau akan memberi syafa’at hanya kepada orang-orang yang bersih dari syirik. Yaitu orang-orang yang beribadah kepada Allah swt Yang Tunggal, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan kejahatan. Dan orang-orang yang melakukan kesalahan atau kejahatan kecil-kecil juga akan mendapat syafa’at dari beliau saw. Lebih jelas lagi Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Jangan mengira bahwa syafa’at itu tidak berarti apa-apa. Kita beriman bahwa syafa’at adalah benar. Dan terdapat nas yang nyata dari firman Tuhan bahwa : صَلِّ عَلَيْهِمْ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ Inilah falsafah syafa’at yakni desakan hawa nafsu yang timbul untuk melakukan perbuatan dosa-dosa akan menjadi kembali reda. Sebagai natijah dari syafa’at adalah kehidupan yang penuh dengan dosa akan mengalami kehidupan seperti keadaan mau mati. Dan desakan-desakan hawa nafsu dan perasaan-perasaan yang memanas timbul daripadanya akan berobah menjadi reda dan dingin. Karenanya kecenderungan untuk berbuat dosa hilang lenyap dan timbullah keinginan untuk berbuat kebaikan. Yakni
06
kecenderungan manusia untuk berbuat dosa semakin berkurang sebaliknya mulailah timbul keinginan untuk melakukan kebaikan. Jadi, dalam masalah syafa’at amal perbuatan manusia tidak disia-siakan bahkan dianjuran untuk melakukan amal saleh. Sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Dalam masalah syafa’at amal perbuatan manusia tidak menjadi sia-sia bahkan dianjurkan untuk selalu melakukan amal-amal saleh.” Maka syafa’at Hazrat Rasulullah saw bermula dari kehidupan didunia ini. Dan syaratnya manusia harus beramal saleh. Syafa’at tidak bisa ditandingi dengan sistim kaffarah. Filsafah kaffarah menimbulkan keberanian manusia untuk berbuat dosa semakin bertambah. Sedangkan didalam filsafah syafa’at timbul perhatian manusia untuk melakukan amal-amal saleh dan perhatian untuk mengamalkan hukum-hukum Allah swt serta perhatian manusia semakin terpusat kepada Allah swt. Dan pada zaman sekarang melalui do’a ini izin syafa’at telah diberikan kepada Hazrat Rasulullah saw. Hazrat Masih Mau’ud a.s bersabda : “ Saya dan kebanyakan dari orang-orang terhormat didalam Jema’at-ku sangat mengerti bahwa dengan syafa’at-ku banyak orang-orang mendapat keselamatan dari berbagai macam musibah dan penderitaan-penderitaan penyakit. Akan tetapi selain dari menjelaskan tentang syafa’at Allah swt juga berfirman bahwa Dia mengetahui apa hakikat yang sebenarnya tentang itu. Firman-Nya : يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ (Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan dibelakang mereka) Jadi, Tuhan kita adalah ‘Alimul Ghaib (Maha Mengetahui yang ghaib) oleh sebab itu orang-orang yang terlibat didalam kejahatan dan terbenam didalam lembah dosa, mereka tidak ada hubungannya dengan Syafa’at baik didunia ini maupun diakhirat nanti. Demikianlah yang kita ketahui dari Al Qur’anul Karim. Setelah itu sambil mengingatkan pengetahuan-Nya yang sangat luas Allah swt berfirman :
وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۤ اِلاَََّ بِمَا شَآءَ (dan mereka tidak menguasai barang sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki) Didalam ayat ini Allah swt telah menerangkan dengan sangat jelas bahwa : “ Tidak akan ada orang yang menguasai Ilmu-Ku.” Namun Hazrat Rasulullah saw sebagai seorang Rasul yang paling dicintai oleh Allah swt dan tentang beliau Allah swt berfirman kepada orang-orang mukmin, barangsiapa yang hendak mencintai Allah ia harus mengikuti langkah kekasih-Ku (Muhammad saw), yang kepadanya telah diserahi semua ilmu pengetahuan oleh Allah swt, melalui beliau telah diberitahukan keadaan tentang zaman yang akan datang juga dan untuk mendapatkan dan memahaminya juga telah diberi tahukan kepada Hazrat Rasulullah saw. Dizaman itu banyak sekali perkara yang tidak dapat difahami oleh para sahabah, namun Hazrat Rasulullah saw mendapatkan pemahaman dan penjelasannya. Akan tetapi tentang itu semua Allah swt berfirman : “ Itu semua bukanlah ilmu yang kamil. Tidak akan ada yang mampu menguasai atau menjangkau luasnya ilmu pengetahuan-Ku” Namun demikian Allah swt membukakan jalan-jalan baru bagi orang-orang yang mencari martabah ruhani maupun mencari ilmu-pengetahuan agama ataupun yang mencari ilmu pengetahuan duniawi. Dan Dia menunjukkan peringkat-peringkat baru kepada mereka. Dan apabila manusia telah sampai kepada tingkatan demikian maka akan terbuka jalan-jalan baru bagi mereka. Hal itu menjadi dalil bagi kemajuan sains bahwa Allah swt membuka jalan-jalan baru bagi mereka yang melakukan survey dan penelitian pengetahuan. Dan pengetahuan tentang alam semesta tidak bisa dihitung banyaknya. Demikian juga tingkatan-tingkatan keruhanian.
Selain itu ilmu Allah swt sangat luas sekali tidak ada batasnya sehingga tidak ada yang mampu merangkumnya. Bukan hanya Zat Allah swt tidak bisa diliput bahkan alam semesta juga yang Dia ciptakan tidak bisa diliput semuanya oleh manusia. Tuhanlah yang menzahirkan rahasia ilmu-Nya atau memberi sebahagian ilmu-Nya kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Dan sesungguhnya anugerah rahasia ilmu-Nya itu harus membuat manusia lebih runduk kepada Tuhan Yang Memiliki semua sifat-sifat-Nya yang ruang lingkupnya itu tak terbatas.
07
Sesudah itu Tuhan berfirman : السَّمٰوٰتِ وَاْلاَ رْضَ َوسِعَ كُرْسِيُّهُ (Ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi) Kerajaan-Nya tersebar kesegenap penjuru langit dan bumi dan Dia-lah Pemberi semua keperluan hidup setiap makhluk dan setiap benda yang berada dialam semesta raya itu. Dan berapapun banyaknya alam semesta itu Dia-lah yang menegakkannya. Ilmu kalian sangat terbatas dan Dialah Yang memberi ilmu pengetahuan kepada kalian. Sejauh mana kalian memperoleh kemajuan dalam kemahiran atau kalian berusaha memperoleh ilmu pengetahuan, ilmu itu terbatas sampai waktu yang dikehendaki oleh Tuhan. Oleh sebab itu Dialah Yang patut kalian sembah dan tinggalkanlah semua jenis penyembahan terhadap yang lain. Pemerintahan-Nya tersebar luas kesegenap penjuru langit dan bumi. Dan Dialah Yang bertanggung jawab untuk menjaga dan memeliharanya. Tidak ada yang tersembunyi dari padanya, semua benda berada didalam pengawasan penglihatan-Nya. Lembaga pemerintahan-Nya demikian luas dan kolektif sehingga kekuatan manusia tidak bisa meliput semuanya. Oleh sebab itu Dia berfirman, layangkanlah pandangan kalian barangkali kalian bisa melihat sesuatu kelemahan atau kekurangan didalam penciptaan Tuhan. Akan tetapi manusia tidak berhasil menemukannya. Allah swt adalah Zat Yang menjalankan Lembaga Pemerintahan-Nya ini dan sejak awal Dia menjalankannya. Dan Dia jalankan Nizam Pemerintahan-Nya ini tanpa mengenal lelah dan tanpa mengenal tidur dan kantuk. Apakah semua perkara tersebut diatas tidak mengundang perhatian kalian untuk menundukkan kepala dihadapan Tuhan dan mengurangi pelanggaran ?
Pada akhirnya Tuhan berfirman :
(dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar) وَ هُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ
Untuk menjalankan semua Nizam itu Tuhan tidak memerlukan sebarang pembantu atau penolong. Itulah Tuhan, Tuhan Agama Islam. Dia Pemilik semua sifat-sifat yang jami’ dan sesungguhnya Dia-lah Tuhan yang patut disembah. Semoga Allah swt memberi kekuatan pemahaman kepada kita dan semoga dengan itu kita bisa mengenal-Nya dan menjadi orang-orang yang selalu tunduk dihadapan-Nya dan yang selalu beribadah kepada-Nya. Dan dengan keyakinan kepada Tuhan sebagai Pemilik semua sifat-sifat yang paripurna semoga kita menjadi orang-orang yang selalu meraih barkat dan rahmat dari sifat-sifat-Nya itu. Amin !!
Alihbahasa Hasan Basri