Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
3 Desember 2004 di Masjid Baitul Futuh, London, UK
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan dengan tujuan supaya mereka menyembah-Ku.Az-Zaariat 57
Beberapa hari yang lalu seorang dari Amerika menulis kepada saya bahwa sejumlah orang yang terpengaruh dengan masyarakat Barat melontarkan pertanyaan ini bahwa apa perlunya Allah menganjurkan orang untuk melakukan ibadah ? Dari itu nampak seolah-olah Allah –nauzubillah – seperti orang-orang duniawi juga,yakni perlu pada orang-orang yang mengimani-Nya, perlu pada orang-orang yang mengamalkan perintah-perintah-Nya atau menginginkan orang-orang yang setiap saat senantiasa memuji-Nya atau yang senantiasa tunduk di hadapan –Nya. Di dalam surat memang tidak jelas bahwa yang memiliki pemikiran-pemikiran seperti itu adalah orang-orang Ahmadi atau orang-orang non Ahmadi atau anak-anak dalam lingkungan itu atau ada lain. Bagaimanapun juga dari itu saya memperolah kesan bahwa mungkin ada remaja-remaja Ahmadi atau di dalamnya ada beberapa orang ahmadi juga; tidak hanya para pemuda namun yang lanjut usiapun terkadang menjadi terlibat juga, yang terkadang karena terpengaruh oleh orang-orang yang tidak beragama atau terpengaruh oleh orang-orang lain lalu berbicara seperti itu atau mereka sendiri yang menjadi terpengaruh. Jadi pengaruh atau kesan itu adalah bahwa shalat-shalat lima waktu yang Allah telah perintahkan ini sepertinya merupakan beban lebih dan mentaatinya dengan cara seperti itu atau tunduk/setia di hadapan-Nya merupakan hal yang tidak penting dan di zaman yang penuh kesibukan ini, ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Singkatnya, karena terpengaruh oleh atheis atau Kristen kedua-duanya, orang-orang seperti itu dapat mengatakan kata-kata seperti itu dan hal-hal ini ada pengaruhnya pada mereka.
Beribu-ribu Syukur kepada Allah bahwa kendati tinggal di Eropa, dengan karuni Allah -illa masyaallah-kecuali jika Allah menghendaki- pada umumnya orang Ahmadi boleh jadi mereka dalam ibadah –ibadah, dalam shalat-shalat timbul kemalasan tetapi mereka tidak memiliki idiologhi /sudut pandang seperti ini bahwa apa perlunya Allah mengajurkan pada orang-orang untuk beribadah pada-Nya; atau zaman ini yang merupakan era ilmu pengetahuan dan merupakan era mesin di dalamnya tidak dapat melakukan ibadat seperti itu, peraturan-peratutran tidak harus ada. Tetapi sebagaimana saya telah katakan bahwa pada umumnya tidak seperti itu, tetapi jika ada satu dua orang ahmadi seperti itu yang dengan Jemaat tidak sebegitu banyak relevansinya. Relevansi/hubungan maksud saya adalah yang tidak ikut serta atau tidak ikut mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan Jemaat atau tidak datang pada Jalsah-jalsah dll atau yang ilmu pengetahuan agamanya tidak ada dan orang-orang seperti itu menganggap diri mereka sangat terpelajar juga.Nah, orang-orang seperti itulah yang pada umumnya melontarkan pertanyaan-pertanyaan/ungkapan-ungkapan seperti ini. Ungkapan-ungkapan seperti itu dapat menanam benih-benih keburukan di dalam lingkungan mereka sendiri. Atau terkadang sebagaimana saya telah katakan bahwa orang-orang yang tidak beragama semacam itu merekapun berpengaruh pada lingkungan. Dan oleh sebab manusia sangat cepat teperangkap dalam perangkap keburukan karena itu terdapat pula rasa khawatir bahwa di dalam lingkungan masyarakat Barat seperti itu dimana orang-orang lebih banyak bersifat materialistis sehingga jangan-jangan hal-hal seperti itu akan melibatkan orang-orang lain juga di dalamnya. Oleh sebab itu saya mengambil tema ini.
Tetapi sebelum mengatakan sesuatu, ini merupakan tanggung jawab badan-badan Jemaat, Khuddamul-Ahmadiyah dan Lajnah imaillah juga bahwa mereka pun seyogianya harus terus menerus melakukan pemeriksaan pada lingkungan mereka masing-massing. Pada umumnya orang-orang yang disebut orang-orang Ahmadi secara umum jangkauan mereka hendaknya sampai pada hal-hal seperti itu. Para pemuda yang terus bergeser /sedikit demi sedikit menyimpang hendaknya ditarik lebih dekat supaya pemikiran-pemikiran seperti itu dan hal—hal seperti itu keluar dari benak mereka.
Ayat yang baru saya tilawatkan dan terjemahannya juga kalian telah dengarkan,di dalamnya Allah dengan sedemikian jelas berfirman bahwa : “ Saya telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah pada-Ku”. Tetapi disini tidak ada peraturan /ketetapan bahwa siapapun jin dan manusia yang Allah telah ciptakan yang besar di dalam lingkungannya dari sejak kelahiran maka pasti dia menjadi orang-orang yang beribadah pada Allah. Mereka diizinkan untuk terpengaruh dengan lingkungan. Kendati maksud dari penciptaan adalah supaya menjadi orang yang beribadah dan ibadah dilakukan,namun bersama itu -sebagaimana saya telah katakan – syaitahn juga Allah telah berikan kebebasan, lingkungan pun Dia telah berikan kebebasan bahwa lingkunganpun dapat berpengaruh/atau mempengaruhi manusias.
Berfirman,”Bahwa barangsiapa yang ingin menjadi hamba-hamba-Ku, ingin meraih kedekatan-Ku,maka bagaimanapun juga hendaknya mereka mencamkan maksud ini di benak mereka bahwa mereka akan melakukan ibadat sesuai dengan hukum-hukum Allah. Dan sebab itulah kini, untuk seorang Muslim ini merupakan metode-metode ibadah yang Rasulullah beritahukan pada kita. Pada syareat/cara yang Rasulullah saw bawa inilah kita akan beramal. Sebagaimana dari hukum-hukum Allah yang beliau fahami beliau ajarkan cara ibadah kepada kita seperti itulah kita melakukan ibadah. Dan sesuai penetapan waktu-waktu yang beliau beritahukan, di dalam waktu-waktu itu dilakukan ibadah. Jika tidak, maka tidak ada hak kita untuk dikatakan sebagai seorang Muslim dan tidak ada hak pula untuk dikatakan sebagai hamba Allah. Kemudian kalau begitu mereka adalah merupakan orang yang dikatakan sebagai hamba syaithan. Tetapi, orang-orang sepemikiran seperti itu jika mereka merupakan orang –orang Islam, maka itu merupakan pengaruh lingkungan rumah tangga orang-orang Islam. Jika mereka adalah orang-orang Ahmadi maka itu merupakan pengaruh rumah orang-orang beriman yang lebih teguh yang mengamalkan syareat Islam. Dan oleh sebab dia besar dalam lingkungan itu maka kapan saja mereka menemui kesulitan, kapan saja mereka tertimpa suatu musibah maka akan timbul perhatiannya pada doa dan mereka memohon juga untuk didoakan. Kendati mereka menyatakan keberatan bahwa metode ibadah dalam Islam itu sangat sulit. Seolah-olah di benak mereka ada juga gambaran/pandangan mengenai ibadah; dan terdapat juga pemikiran bahwa pada saat menemui kesulitan apa saja,maka kita akan sujud juga di hadapan Tuhan. Tetapi oleh sebab melakukan shalat lima waktu terasa berat karena itu komentar /penjelasan mengenai ibadah mereka ingin tafsirkan sesuai keinginan mereka sendiri, ingin lari mendapat kebebasan dari itu. Tetapi, sebagaimana saya telah katakan – jika mereka dikatakan sebagai Ahmadi, dikatakan sebagai orang-orang Islam maka inilah penjelaan /keterangan ibadah yang contohnya Rasulullah telah tunjukkan kepada kita dan kemudian pada zaman ini khususnya untuk orang-orang Ahmadi Hadhrat Masih Mauud a.s setelah memahami Al-Quran dan contoh-contoh itu secara benar beliau sajikan tafsirnya dihadapan kita.
Oleh karena itu, pada zaman ini, untuk memahami perintah-perintah itu dan untuk tetap secara dawam menjalankan itu seperti itulah kita akan mengamalkannya dan pada jalan itulah kita akan berjalan yang Hadhrat Masih Mauud a.s telah berikan pemahaman kepada kita dan dengan berjalan pada jalan-jalan itu kita dapat tetap tegak berdiri pada metode-metode ibadah dan kebaikan-kebaikan.
Beliau bersabda bahwa: “Oleh karena secara alami manusia lahir hanya untuk Allah, sebagaimana Dia berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.Az-Zariat 57), karena itu, di dalam fitrah manusialah Allah telah meletakkan ada sesuatu untuk-Nya dan dengan sarana-sarana /fasilitas-fasilitas yang terselubung dibalik yang terselubung itu Dia telah telah menciptakannya untuk diri-Nya. Dari itu dapat diketahui bahwa Allah telah menetapkan tujuan utama kelahiran kalian adalah ini, yaitu kalian harus beribadah hanya kepada-Nya. Tetapi orang-orang yang meninggalkan tujuan utamanya dan tujuan alaminya lalu seperti laron-laron menyangka bahwa tujuan hidup ini hanya untuk makan,minum dan tidur , maka mereka akan jauh dari karunia Tuhan dan tidak ada lagi tanggung jawab Allah tersangkut dengan mereka. Tanggung jawab kehidupan itu adalah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.Az-Zariat 57 ) Yakni, tanggung jawab Allah pun baru akan ada apabila kalian mengamalkan perintah-perintah-Nya dan beribadah pada-Nya.
Berfirman : Tanggung jawab kehidupan itu adalah berimana pada :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah) lalu mereka kemudian merubah aspek kehidupan/menciptakan perubahan. Maut tidak dapat diketahui … Fahamilah oleh kalian bahwa tujuan Allah menciptakan kalian adalah supaya kalian menyembah Dia dan menjadi milik Dia. Jangan dunia menjadi maksud utama kalian. Oleh karena itu saya berkali-kali menerangkan akan hal itu karena menurut saya hanya inilah hal yang untuk mana manusia itu datang dan dari inilah justru manusia itu jauh. Saya tidak mengatakan bahwa tinggalkan urusan/bisnis di dunia atau berpisah dengan anak istri lalu tinggal di satu hutan atau di gunung. Islam tidak membenarkan hal itu dan rahbaniyat tidak dikehendaki oleh Islam. Islam ingin menjadikan manusia menjadi cekatan, lincah dan senantiasa siap siaga,karena itu saya katakan bahwa lakukanlah bisnis kalian dengan usaha keras. Tertera dalam sebuah hadis bahwa barangsiapa memiliki tanah lalu dia tidak mengolahnya maka itu akan dia pertanggungjawabkan. Jadi, jika ada yang menyimpulkan dari itu bahwa dia harus menjadi terpisah dengan urusan dunia maka dia telah melakukan kesalahan. Tidak,pokok masaalahnya adalah semua bisnis yang kalian lakukan di dalam itu lihatlah supaya di dalamnya hendaknya terdapat keredhaan Allah dan dengan keluar dari kehendak-Nya janganlah kalian mendahulukan maksud dan gejolak-gejolak hawa nafsu kalian sendiri”.Al-Hakam tanggal 10 Agustus 1901:2
Beliau dengan sedemikian jelas bersabda bahwa maksud dan tujuan kalian hendaknya adalah untuk meraih keredhaan Allah. Sebab fitrah yang benar, yang merupakan fitrah manusia yang diatas mana dia diciptakan, itu adalah manusia itu cenderung pada wujud yang menciptakan-Nya. Tetapi jika dia tidak menyembah-Nya, tidak sujud dihadapan-Nya maka Tuhan tidak akan terikat bahwa pada saat kesulitan dan kesusahan Dia harus datang memberikan pertolongan dan menurunkan karunia-Nya bagi orang yang tidak beribadah pada-Nya. Jadi jika ingin mencari karunia-Nya maka harus juga beribadah pada-Nya. Bersabda,jika kalian memiliki pekerjaan duniawi lakukan pulalah itu, jika anda ingin menjadi pegawai atau karyawan maka jadilah kalian sebagai pegawai dan lakukanlah bisnis. Jika kalian sebagai petani maka olahlah tanah pertanian kalian.Tetapi maksud kalian bagaimanapun juga hendaknya adalah untuk mencari keredhaan Allah dan keredhaan Allah adalah di dalam beribadah pada-Nya. Di dalam urusan-urusan dunia secara umu juga, apabila seorang menjadi pemilik sesuatu maka dia ingin menggunakannya sesuai dengan keinginannya. Jika memiliki pegawai maka kepada pegawai terdapat perintah bahwa kamu akan bekerja sesuai dengan perintah yang saya berikan dan jangan mendengarkan kata orang lain. Jadi Allah yang adalah Rabb.Pemilik,Sembahan, kenapa kita keberatan untuk mengimani /mengitaati firman-Nya.
Berkenaan dengan itu Hadhrat Muslih Mauud r.a juga sedikit telah memberikan penjelasan. Keberatan orang-orang yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan (manusia) untuk beribadah pada-Nya karena itu Dia menghendaki supaya hamba-hamba-Nya beribadah pada-Nya, keinginan-Nya ini di dalamnya telah memberikan jawaban keberatan itu.
Beliau bersabda: Kendati adanya ajaran bahwa Allah menciptakan hamba-Nya adalah untuk beribadah pada-Nya nampak merupakan hal yang memberikan pemahaman hal yang egoisme dan nampak sedemikian rupa seolah –oleh Allah perlu pada ibadah hamba-hamba-Nya. Tetapi jika Al-Quran direnungkan maka hakekatnya sama sekali akan nampak berbeda. Sebab,Al-Quran dengan sedemikian jelas menerangkan bahwa Allah tidak perlu pada ibadah hamba-Nya. Oleh karena itu dalam surat Ankabut ruku’ I
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Yakni barangsiapa yang berjuang untuk kemajuan ruhani-Nya, maka itu Dia lakukan adalah untuk faedah /keuntungan dirinya sendiri. Kalau tidak Allah tidak perlu pada semua makhluk dan pada segala macam pekerjaan-pekerjaannya”. Allah adalah maha kaya Dia tidak perlu pada apapun juga bahwa apa yang hamba-Nya kerjakan atau apa yang hamba-Nya tidak kerjakan. Kedepan saya akan memaparkan satu hadis secara terinci. Apa saja yang manusia itu lakukan adalah untuk faedah dirinya sendiri..”Demikian pula dalam surat Hujurat Dia berfirman:
قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ
(Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi ni`mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan ni`mat kepadamu dengan memberikan petunjuk kepada kamu “. Al-Hujurat 18)
Yakni dengan menerima Islam bukanlah merupakan kebaikan kamu pada
Rasulullah saw dan tidak pula kepada Allah,bahkan ini merupakan kebaikan Allah bahwa Dia telah memberitahukan jalan yang merupakan faktor kesuksesan dan kemajuan manusia itu sendiri. Jadi ibadah dari segi Al-Quran adalah untuk kepentingan hamba itu sendiri dan sebabnya adalah bahwa ibadah bukanlah hanya merupakan nama beberapa gerakan lahiriah,tetapi merupakan nama dari segenap upaya-upaya lahir maupun batin yang menjadikan manusia menjadi mazhar sifat-sifat Allah. Sebab arti عبد-‘abd pada dasarnya adalah menerima bekas (gambar) sesuatu dan berjalan secara sempurna sesuai dengan keinginan benda itu dan sungguh jelas bahwa barangsiapa yang berjalan /beramal sesuai dengan kehendak Allah, menciptakan sifat-sifat Allah di dalam dirinya dan meraih tingkat-tingkat tertinggi kemajuan maka perkara ini untuknya mendatangkan faedah untuknya dan bukan untuk Allah. Apa yang tertera dalam Baibel bahwa Allah telah menciptakan Adam dalam bentuknya.( Kelahiran bab I ) Jadi itu pada dasarnya adalah merupakan isyarah pada hal itu bahwa manusia itu diciptakan adalah dengan tujuan supaya menusia itu bisa menciptakan sifat Allah di dalam dirinya; kalau tidak, Allah itu adalah bersih dari segenap bentuk.
Jadi, maksud dari pada menekankan pada ibadah hanya artinya adalah letakkanlah (gambaran) wujud Allah di hadapan mata kalian, sebab gambar yang sempurna baru dapat diambil manakala gambar/ukiran wujud yang ingin diambil itu ada di dalam benak /fikiran,yakni gambar yang ingin diambil; dan ibadah adalah merupakan nama meletakkan sifat-sifat Allah di depan dan menancapkan gambarnya di dalam benak, yang di dalamnya terdapat faedah manusia, bukan faedah untuk Allah”.
Kemudian bersabda: Terdapat sebuah isyarah juga terkait dengan topik ini, yang di dalamnya terdapat sebuah keterangan bahwa seorang bertanya kepada Rasulullah saw : مًا اََُلاٍحْسًاُنُ –mal ihsaan -Apa kebaikan itu ? Maka beliau menjawab : اًنْ تًعْبُدً اللًهً كًانَكً تًرًاهُ-an ta’budallah kaannaka taraahu – Bahwa engkau menyembah Allah lakukanlah sedemikian rupa seolah-olah secara maknawi Dia berdiri di hadapan engkau bersama sifat-Nya. Tafsir kabir jilid 3:142-143
Kemudian sebagaimana disebutkan bahwa untuk menganugerahkan kepada hamba-Nya-lah Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk beribadah dan menganugerahkan untuk faedah hamba mereka. Dalam kaitan itu topik ini Dia firmankan dalam tempat lain:
أَمَّنْيُجِيبُالْمُضْطَرَّإِذَادَعَاهُوَيَكْشِفُالسُّوءَوَيَجْعَلُكُمْخُلَفَاءَالْأَرْضِأَئِلَهٌمَعَاللَّهِقَلِيلًامَاتَذَكَّرُونَ
Atau siapakah yang memperkenankan do`a orang yang resah dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai waris bumi ini ? Apakah bersama Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikit sekali kalian yang mengambil pelajaran.An-Naml 63
Jadi, sebagaimana sebelumnya juga saya telah terangkan bahwa orang-orang seperti itu adalah menentang melakukan ibadah atau tampa alasan yang benar mereka mengajukan keberatan, dalam keadaan susah pun mereka teringat juga akan doa. Mereka adalah seperti orang yang berkenaan dengan mereka terdapat kisah bahwa apabila taufan mengepung mereka maka mereka mulai menangis berdoa sambil memukul-mukul diri mereka dan tatkala taufan itu reda dan mereka kembali ke daratan maka mereka menjadi orang yang ingkar. Jadi bersabda,”Jadi ini adalah Allah yang mendengar doa orang yang resah dan menjauhkan kesulitan-kesulitan dan pemandangan ini di masa yang lalupun telah kita saksikan. Orang-orang yang banyak memanjatkan doa-doa inilah yang telah memerintah dunia dan Allah telah menjadikan mereka sebagai pewaris dunia ini. Oleh karena itu untuk kalian pun inilah perintah itu bahwa jika kalian terus melakuikan ibadah maka kalianpun akan terus mendapat bagian dari hadiah-hadiah Tuhan.
Perhatiakanlah, manakala mutu ibadah itu mulai berkurang, maka lama kelamaan wibawa ummat Islampun terus menjadi hilang. Hari ini setiap negara adidaya dapat memperlakukan ummat Islam sebagaimana yang mereka inginkan dan seluruh dunia kini tengah menyaksikan itu. Oleh karena itu ingatlah bahwa hadiah ini adalah akibat ibadah-ibadah yang nenek moyang kita telah lakukan atau mereka dulu terus lakukan, yang para sahabah telah lakukan, karena mereka itulah kemenangan- kemenangan itu telah diraih; dan hadiah ini, kinipun kita bisa dapatkan dan kita akan terus dapatkan jika perhatian kita senantiasa tertuju pada ibadah. Dan jika kalian menyangka bahwa di dalam dunia yang serba materi ini dengan menyembah selalin Allah kalian dapat meraih warisan yang telah hilang itu maka ini adalah merupakan angan-agan belaka. Tetapi kesulitannya adalah bahwa keduniaan dan penyembahan pada hawa nafsu dan keajaiban dunia sedemikian rupa menciptakan kelarutan di dalam diri pribadi manusia sehingga kalian tidak dapat meraih peluang untuk berfikir bahwa apa yang kini telah terjadi dan kalian berkenaan dengan itu tidak ingin berfikir. Negara-negara Islam dan pemuka –pemuka Islam yang memiliki pemerintahan- pemerintahan mereka sama sekali tidak dapat peluang untuk berfikir ke arah ini dan tidak pula mereka ingin untuk berfikir. Dan semua ini sebagaimana saya telah katakan hanya merupakan urusan-urusan dunia,ini adalah kekurangan dalam ibadah yang telah menjadikan atau menyampaikan ummat Islam pada kondisi seperti ini. Jadi daripada memunculkan pertanyaan bahwa apa perlunya beribadah kepada Tuhan dan ibadah itu adalah sulit dan pada zaman ini menjalankan seperti ini, itu tidak bisa; setiap orang Ahmadi hendaknya memberikan pengertian kepada semua orang Islam bahwa keagungan yang telah hilang itu jika kembali ingin untuk meraihnya maka berilah perhatian kepada ibadah. Amalkanlah perintah-perintah Allah; sebab, dengan dikatakan sebagai seorang Islam lalu tidak beribadah kepada Allah,maka kita tidak akan bisa menjadi pewaris hadiah-hadiah-Nya.
Ingatlah, inilah keagungan dan ciri khas kebesaran ummat Islam dan inilah pula kebesaran dan keagungan seorang Ahmadi dan hendaknya menjadi ciri khasnya orang-orang Ahmadi bahwa mereka adalah orang-orang setia beribadah pada-Nya. Dan inilah ibadah- ibadah yang menjadikannya menjadi tambah lebih rendah hati. Dan inilah rasa rendah hati yang kemudian menyiapkan juga peluang untuk meraih kedekatan Allah. Semoga Allah menganugerahkan tempat yang dekat disisi-Nya dan mereka juga akan meraih hadiah. Oleh karena itu gunakanlah akal dan ingatlah pula bahwa hadiah ini hanya diraih oleh orang yang melakukan ibadah dengan rendah hati. Dan kemudian orang-orang yang melakukan ibadah itu mereka juga tidak merasa letih dsan lesu dalam ibadah mereka juga dan tidak pula mereka menjadi orang yang tidak sabaran. Mereka juga tidak mengajukan pertanyaan bahwa sulit untuk melakukan shalat lima waktu. Bahkan sejalan dengan menggenal akan tujuan kelahiran mereka,mereka senantiasa tunduk di hadapan Tuhan. Sebagaimana berfirman
وَلَهُمَنْفِيالسَّمَوَاتِوَالْأَرْضِوَمَنْعِنْدَهُلَايَسْتَكْبِرُونَعَنْعِبَادَتِهِوَلَايَسْتَحْسِرُونَ
Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Al-Anbiya 20 . Jadi manakala segala sesuatu yang di langit dan di bumi adalah milik-Nya, maka lebih dari Dia siapa yang lebih penting yang perlu diberikan perhatian kepadanya.
Setiap orang yang berakal akan lebih tertarik tentu ke arah dimana lebih banyak nampak faedah di dalamnya. Dalam urusan dunia setiap orang melihat faedah tetapi dalam urusan Allah pandangan itu tidak tertuju ke arah itu. Padahal Allah dengan sangat jelas berfirman : Bahwa semua faedah dari Saya-lah kalian akan dapatkan dan kembalilah kepada Saya. Beribadahlah dan tinggalkanlah takabbur. Dan kenapa dalam urusan Allah ini tidak ada ? Itu karena Allah telah menganugerahkan kebebasan. Kebanyakan terhadap orang yang tidak beribadah pada-Nya atau terhadap orang-orang menyekutukan-Nya tidak secepat itu menangkap mereka; sebab Dia telah memberikan kebebasan bahwa kalian ingin datang kepada Saya atau kalian pergi kepada syaitan.(silahkan) Tetapi Dia juga memberitahukan bahwa setelah sampai kepada syaitan kalian juga akan luput dari hadiah-hadiah Saya dan di dunia juga terkadang bisa mendapat hukuman juga dan di akherat azab merupakan hal yang mutlak akan didapatkan jika kalian tetap tidak menjadi orang yang senantiasa beribadah kepada Allah. Jadi, bagaimanapun juga sang Pemilik berhak bahwa peraturan-peraturan yang telah Dia tetapkan bagi mereka yang tidak mengamalkannya Dia memberikan hukuman. Tetapi dalam urusan Allah sejumlah orang yang merasa dirinya bijak mengatakan bahwa terhadap “hukuman” pun hendaknya dia jangan mempunyai hak dan ibadatpun siapa yang ingin boleh lakukan dan boleh tidak,bebas hendaknya. Bebas memang, tetapi dari segi kapasitas sebagai Pemilik Dia juga memiliki hak dalam ihwal hukuman, Dialah pula yang berhak dalam hal mengazab. Atas hal itu timbul keberatan bahwa manusia yang Dia ciptakan dengan asas /landasan untuk beribadah itu benar-benar salah, Allah ingin dengan paksa menyuruh manusia untuk menyembah-Nya. Padahal Allah dengan menyuruh melakukan semua ini adalah alam rangka Dia tengah menganugerahkan hadiah-hadiah. Dia tidak seperti kepala pemerintahan yang zalim, Dia tidak mengatakan bahwa dalam kondisi bagaimanapun lakukan ini layaknya sebagaimana dipekerjakan secara paksa pada orang-orang . Tetapi Dia tidak hanya menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya, namun dimana perlu kemudahan Dia juga menciptakan kemudhan dalam ibadah-ibadah. Sebagaimana dalam perjalanan dan dalam keadaan sakit banyak kemudahan-kemudahan yang tersedia. Untuk orang-orang yang berpuasa dan untuk orang-orang yang melakukan shalat juga. Jadi atas itu,maka daripada menimbulkan gambaran paksa seberapapun manusia merenungkan maka akan tampil kepermukaan pandangan akan rahmat Allah. Dan kemudian akan menjadi bertambah pujian dan perhatian untuk beribadah pada-Nya. Tetapi kemudian jika seorang berulang-ulang mengatakan bahwa ibadah itu sulit dan untuk apa di lakukan ibadah lalu tidak tidak tertarik melakukan ibadah dan seperti orang –orang yang tidak mempunyai akal dia terus saja memberikan hanya argumentasi-argumentasi belaka dan itupun merupakan dalil yang sia-sia tidak ada artinya. Maka Allah yang untuk menganugerahkan Dia memerintahkan untuk beribadah kepada hamba-hamba-Nya, Dia telah memerintahkan beribadah adalah untuk faedah hamba-hamba-Nya sendiri,maka Dia berfirman bahwa jika kamu tetap saja tidak mengimani dan bersikeras untuk tetap membandel tidak ada perubahan prilaku, maka Allah-pun tidak akan menghiraukan kalian. Dia tidak ingin untuk mengumpulkan orang-orang yang pembangkang seperti kalian disekelilingnya. Sebagaimana Dia berfirman
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Katakanlah : “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, kalau tidak ada doa-doa kamu. Oleh karena, kamu telah mendustakan-Nya,maka niscaya kelak azab-Nya pasti akan menimpamu)”. Al-Furqan 78
Jadi, telah menjadi jelas bahwa Allah tidak perlu pada doa dan ibadah,tetapi kalian-lah yang memerlukan. Oleh karena itu,jika kalian bersikeras untuk mengingkari maka Allah swt pun tidak akan menghiraukan kalian. Kini bersiaplah untuk mendapatkan hukuman, ini bagaimanapun juga merupakan hak-Nya, Dia adalah Pemilik.
Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda:
Seorang ‘abid /yang beribadah yang sempurna adalah yang dapat memberikan faedah pada orang lain, tetapi di dalam ayat ini tambah lebih jelas lagi dan ayat itu adalah
قُلْمَايَعْبَأُبِكُمْرَبِّيلَوْلَادُعَاؤُكُمْ
Yakni, katakanlah kepada orang-orang jika kalian tidak menyeru Allah maka Tuhan-ku apa perlunya kepada kalian. Atau di dalam kata-kata lain kalian dapat mengatakan bahwa Dia memperdulikan/memperhatikan seorang ‘abid yang menyembah-Nya”.Al-Hakam jilid 6:24 tgl 10 juli 1902:4 Seorang yang beribadah kata-katanya Dia dengar dan Dia berdiri untuknya. Dia melindunginya dari musuh.
Sejalan dengan menyinggung ru’ya yang beliau lihat beliau bersabda: Tujuan utama penciptaan manusia adalah beribadah pada Tuhan,tetapi jika dia menghancurkan fitrah alaminya dengan menukarnya dengan fasilitas-fasilitas exteren /luar dan pertalian-pertalian luar” . Yakni jelas bahwa tujuan ibadah adalah ini tetapi jika pengaruh lingkungan menerpanya/mempengaruhinya dan sesuatu yang Allah telah letakkan di dalam fitrahnya telah dia hancurkan dan sia-siakan “ maka Allah tidak akan menghiraukannya. Ke arah inilah ayat ini mengisyarahkan
قُلْمَايَعْبَأُبِكُمْرَبِّيلَوْلَادُعَاؤُكُمْ
(Katakanlah : “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada doa-doa kamu ) Saya sekali sebelumnya pernah menerangkan bahwa saya telah melihat dalam sebuah ru’ya bahwa saya berdiri di tengah –tengah suatu hutan. Dari timur ke barat mengalir sebuah parit besar, di atas parit itu dibaringkan domba-domba dan setiap jagal berdiri menguasai seekor domba” Yakni di dekat seekor hewan berdiri seorang jagal yang siap untuk menyembelih hewan itu.” Di tangan masing-masing ada sebilah pisau yang mereka letakkan di leher hewan itu dan wajah menatap ke langit “ bahwa apa perintah yang akan turun berkenaan dengan hewan-hewan itu. “ Saya tengah berjalan-jalan di dekat mereka “. Setelah melihat pemandangan ini saya menganggap bahwa mereka ini tengah menunggu perintah langit. Maka inilah ayat yang saya baca
قُلْمَايَعْبَأُبِكُمْرَبِّيلَوْلَادُعَاؤُكُمْ
(Katakanlah : “Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, melainkan kalau ada doa kamu) Surat Furqan 77. Begitu mendengar itu semua jagal itu menjalankan pisau mereka “ Yakni, mereka menyembelih hewan-hewan itu “ Dan berkata apalah kamu ini ? Akhirnya kalian adalah merupakan domba-domba pemakan kadal”. Kalian ini adalah domba-domba pemakan kekotoran kan ?
Bersabda: Singkat kata Allah mempedulikan kehidupan orang yang bertakwa dan menyukai keabadiannya dan barangsiapa yang berjalan bertentangan dengan kehendak-Nya Dia tidak mempedulikannya dan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam. Oleh karena itu setiap orang harus mengeluargakn jiwanya dari penghambaan terhadap syaitan. Sebagaimana klorofom /pembius mendatangkan kantuk, seperti itulah syaitan menghancurkan manusia dan menidurkannya dengan tidur kelalaian dan di dalam itulah dia menghancurkannya . Al-Hakam jilid 5:30 tgl 17 1901 :1
Jadi, disini ru’ya yang diperlihatkan kepada beliau adalah bahwa orang-orang yang tidak beribadah kepada Tuhan status mereka adalah seperti hewan-hewan dan andaikata mereka ditimpa kerugian maka tidak ada yang memperdulikannya. Allah sama sekali tidak melindungi mereka, bahkan Dia bersabda bahwa Dia akan memasukannya ke dalam neraka jahanam.
Tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Nu’man bin Basyir meriwayatkan bahwa Rasululah saw bersabda: Doa pada hekekatnya adalah ibadah. Kemudian Hudhur menilawatkan ayat ini
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhan-mu berfirman: “Panggillah Aku, niscaya Aku akan menjawab kamu. Bahwasanya orang-orang yang menganggap dirinya tinggi mereka tidak mau menyembah-Ku, maka mereka akan masuk ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.Al-Mu’min 61 Turmudzi Abwaabuddakwat bab maa jaa’a fi fadhliddu’a. Jadi, yang dapat memahami yang tinggi adalah mereka yang terdapat ketakabburan di dalam diri mereka atau yang syaitan masuk di dalam diri mereka. Oleh karena itulah syaitan terus menciptakan pemikiran-pemikiran seperti itu di dalam benak-benak orang-orang,sebab dia adalah syaitan dan syaitan kapan saja dapat berpengaruh. Oleh karena itu ,baik mereka yang terpengaruh atau yang tidak, di dalam lingkungan masing-masing – sebagaimana lingkungan tersedia di dunia ini – perlu sangat banyak beristigfar kepada Tuhan supaya terus selamat dari azab neraka jahannam.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Abu Dzar r.a meriwayatkan bahwa hal-hal yang Rasulullah saw telah riwayatkan dari Allah swt dari itu satu adalah bahwa Allah berfirman : Hai hamba-hamba-Ku ! Saya telah mengharamkan aniaya itu pada diri Saya. Oleh karena itu hai hamba-hamba-Ku ! Jangalah kalian aniaya pada satu dengan yang lainnya ( Hadis ini panjang di dalamnya terdapat berbagai macam perintah) Setiap di antara kalian adalah sesat,melainkan yang saya berikan petunjuk. Oleh karena itu, mintalah petunjuk kepada Saya, maka Saya akan memberikan petunjuk kepada kalian. Kemudian berfirman.”Hai hamba-hamba-Ku ! Setiap diantara kalian adalah lapar kecuali yang Saya beri makan. Oleh karena itu, mintalah makanan kepada Saya, maka Saya akan memberikan makan kepada kalian. Hai hamba-hamba-Ku setiap di antara kalian adalah telanjang kecuali dia yang saya pakaikan pakaian. Maka kalian mintalah pakaian kepada Saya maka Saya akan memberikan pakaian kepada kalian. Dan kemudian berfirman,”Hai hamba-hamba-Ku ! Kalian siang malam melakukan kesalahan dan Saya memaafkan semua dosa. Maka kalian minta ampunlah kepada Saya, Saya akan mengampuni dosa-dosa kalian. Hai hamba-hamba-Ku! ( disini Allah menarik perhatian hamba-hamba-Nya kepada ibadat) Kalian tidak akan sampai pada kedudukan sehingga kalian mampu menimpakan kerugian kepada Saya dan tidak pula kalian memiliki kemampuan untuk mendatangkan kemamfaatan kepada Saya. Jadi, hamba-hamba tidak mempunyai wewenang. bahwa mereka dengan melakukan ibadat atau tidak melakukan ibadat lalu menimpakan kerugian atau mendatangkan mamfaat kepada Allah. Selanjutnya beliau menerangkan : Hai hamba-hamba-Ku ! Jika orang-orang sebelum kalian dan semua orang-orang yang sesudah kalian, orang-orang awam dan orang-orang khas kalian menjadi seperti seorang yang paling bertakwa diantara kalian, maka ini sedikit pun sama sekali tidak akan dapat menambah pada kerajaan Saya. Dan hai hamba-hamba-Ku ! Jika orang-orang sebelum kalian dan orang-orang sesudah kalian, orang-orang awam kalian dan orang-orang istimewa kalian menjadi seperti seorang yang sangat berdosa sekalipun maka sedikitpun tidak akan mengurangi kerajaan Saya. Dan hai hamba-hamba-Ku ! Jika orang-orang sebelum kalian dan orang-orang sesudah kalian, orang-orang awam dan orang-orang khas kalian berdiri di satu medan dan mulai meminta pada Saya dan kemudian Saya memberikan kepada setiap orang barang yang dia minta, maka apa yang ada pada Saya, tidak menjadi faktor untuk mengurangi sedikitpun dari itu melainkan seberapa air samudera berkurang dengan memasukkan lubang jarum ke dalam samudera itu lalu mengeluarkannya. Dan hai hamba-hamba-Ku inilah amal-amal kalian yang saya hitung untuk kalian. Kemudian saya akan memberikan kepada kalian ganjaran sepenuhnya. Saya tidak perlu menghitung-hitung. Untuk memberikan ganjaran pada kalian Saya menghitung. Jadi diantara kalian yang mendapat kebaikan ( Kebanyakan terjadi bahwa bukannya menghitung malah Dia membiarkan pergi tampa dihitung-hitung,terdapat juga riwayat serupa itu ) Oleh karena itu, barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, hendaknya dia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapat selain (kebaikan)itu maka seyogianya dia hanya mencela dirinya sendiri.Said berkata bahwa pada saat perawi menjelaskan hadis ini maka dia lantas berdiri /duduk di atas lututnya.
Jadi, disini yang beliau sabdakan bahwa pujilah Dia, ini adalah ibadah juga; seberapa banyak perhatian kepada pujian terhadap Allah, maka sebanyak itulah banyaknya perhatian kepada ibadat. Berfirman :” Jika kalian tidak melakukan ini maka bagi Saya tidak ada perbedaan,sebab semuanya adalah merupakan hamba-hamba-Saya dan jika semuanya sebelumnya dan yang akan datang ke dunia menjadi orang-orang yang bertakwa dan semuanya seperti seorang yang bertakwa,maka dengan itu dalam pemerintahan Saya dan kepemilikan Saya tidak akan terjadi penambahan. Dari itu Saya tidak akan ada perbedaan. Bagi Saya tidak ada perbedaan. Sedikitpun juga tidak akan berkurang dan sesedikit apapun tidak akan kurang. Jika semuanya melakukan keburukan dan dosa-dosa maka dalam pemerintahan Saya dan kerajaan Saya sedikitpun tidak akan terjadi kekurangan,baik sebanyak air yang menempel di lubang jarum yang dicelupkan di dalam lautan lalu dikeluarkan. Semua barang-barang ini adalah untuk faedah kalian. Kalian beribadah ini adalah untuk kemaslahatan dunia dan akhirat kalian, jika kalian tunduk di hadapan-Ku.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat beliau bersabda: Manusia paling dekat pada Tuhan-Nya adalah pada saat dia sedang dalam keadaasn sujud, karena itu perbanyaklah berdoa dalam sujud”. Muslim Kitabushshalat
Ini merupakan metode-metode ibadah. Merupakan perhatian ke arah shalat. Barangsiapa yang melakukan shalat maka dia juga akan melakukan sujud. Maka hendaknya memberikan perhatian pada shalat. Kemudian di dalam shalat-shalat dan di dalam sujud-sujud lah yang paling banyak ditarik perhatian kita. Sebab, di satu tempat bersabda:”Shalat adalah sumsum ibadah”. Di dalam shalat-shalat lah – sebagaimana saya telah katakan- yang merupakan peluang paling baik untuk kedekatan dengan Allah itu adalah di dalam sujud. Yakni manakala manusia dengan sangat rendah hati meletakkan mukannya di hadapan Tuhan, tunduk pada-Nya , dan memohon pada-Nya. Inilah kondisi manakalaAllah berfirman bahwa itu merupakan saat dimana manusia paling dekat dengan Saya. Oleh karena itu pada saat itu hendaknya banyak memohon kepada-Nya. Dan mohonlah pada saat itu supaya kalian dapat menggugah turunnya karunia Tuhan,dan kalian dapat menimbulkan gejolak turunnya kasih sayang Allah.
Hadhrat Masih Mauud bersabda: Singkat kata, setiap saat dan setiap detik harus kembali kepada-Nya dan seorang mu’min tidak akan dapat sampai /jalan selama pehatiannya tidak setiap saat senantiasa tertuju kepada-Nya. Jika ada yang tidak merenungkan akan hal itu dan tidak memberikan kemuliaan pada hal itu dari sudut pandang agama maka pehatikanlah pada urusan-urusan dunia masing-masing bahwa apakah ada pekerjaan manusia yang dapat berjalan tampa dukungan dan pertolongan Allah ? Dan apakah ada mamfaat dunia yang dapat dia raih ? Sama sekali tidak. Baik dari segi dunia maupun dari segi agama dalam setiap urusan dia sangat perlu pada zat Allah. Dan setiap saat dia senantaisa perlu kepada Zat Tuhan. Seorang yang ingkar pada-Nya dia berada dalam kesalahan yang sangat besar. Tuhan sama sekali tidak memperdulikan bahwa kalian mempunyai kecenderungan pada-Nya atau tidak, Dia berfirman :
قُلْمَايَعْبَأُبِكُمْرَبِّيلَوْلَادُعَاؤُكُمْ
(Katakanlah : “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, kalau bukan karena doa kamu ) Surat Furqan 77. Yakni, jika kalian senatiasa menaruh perhatian pada-Nya, maka di dalam itu hanya untuk kalianlah faedah itu. Manusia seberapa banyak dia menjadikan dirinya menjadi wujud yang bermamfaat maka sebanyak itulah dia akan mendapatkan hadiah-hadiahnya. Lihatlah betapapun seorang petani sayang pada seekor sapinya, namun manakala itu tidak ada mamfaatnya sedikitpun, dia tidak menarik pedati,tidak membajak, tidak menarik kincir air,maka akhirnya kecuali disembelih itu tidak akan ada lagi gunanya”. Nah, disinipun hewan yang tidak digunakan untuk apa-apa lagi, itu akan disembelih. Atau selain itu, secara khusus itu dipelihara. Kemudian beliau bersabda: Pada suatu hari sang pemilik akan menyerahkannya kepada jagal.”.( Beliau memberikan contoh seekor sapi ) Maka,” Demikian jugalah manusia yang tidak berguna di jalan Tuhan, maka Allah sama sekali tidak akan bertanggung jawab untuk melindunginya.Hendaknya menjadikan wujudnya sendiri seperti sebutir buah atau seperti pohon yang rindang supaya sang pemilik juga terus melindungi-Nya. Tetapi jika tidak sepeti pohon yang tidak berbuah dan tidak berdaun sehingga orang-orang duduk untuk bernaung maka kecuali itu dipatahkan atau dimasukkan dalam api maka untuk pekerjaan apa lagi itu berguna.
Allah menciptakan manusia untuk supaya manusia mengenal-Nya meraih kedekatan-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.Az-Zariat 57). Barangsiapa yang tidak memperhatikan tujuan utama itu dan siang malam dia tenggelam sibuk dalam memikirkan dunia bahwa tanah anu saya beli, rumah itu saya buat, harta anu saya kuasai. Maka dengan orang seperti itu kecuali Allah dengan memberikan kesempatan sedikit lalu memanggilnya. Maka apa lagi perlakuan yang akan diperlakukan padanya.
Di dalam hati manusia hendaknya ada rasa perih untuk meraih kedekatan dengan Tuhan yang karenanya pada pandangan-Nya dia menjadi barang yang berharga. Jika rasa perih ini tidak ada di dalam hatinya dan hanya ada rasa perih pada dunia dan apa yang ada di dalamnya, maka pada akhirnya dengan memperoleh kesempatan sedikit dia akan menjadi binasa. Allah memberikan tempo karena Dia adalah Maha lembut, tetapi bagi orang yang mengambil mamfaat dari sifat lembut-Nya. Jadi. Kemujuran manusia adalah di dalam bahwa harus menciptakan ikatan dengan-Nya. Semua pusat ibadah-ibadah adalah hati. Jika ibadah dia lakukan tetapi hati tidak tertuju pada Tuhan, maka apa guna ibadah itu padanya. Oleh karena itu, kembali secara sempurna hati pada-Nya adalah perlu”. Malfuzhat jilid 4:221-222 Edisi Baru
Yakni, hendaknya hati secara sempurna setiap saat cenderung kepada Tuhan.
Semoga Allah senantisa melindungi kita dari was-was syaitan dan fikiran-fikiran syaitan. Di dalam hati kita jangan pernah terlintas bahwa Allah dengan menyuruh kita beribadah Dia telah memasukan kita dalam kesulitan. Bahkan kitapun dalam mengikuti majikan kita,kita menjadi orang yang mencari kesejukan mata kita di dalam shalat dan dalam ibadat-ibadat. Semoga Allah menganugerahi taufik kepada kita. Amin.
Qamaruddin Syahid