[box icon=”info”] Tim Ahmadiyah.id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.[/box]
Ringkasan Khotbah Jumat
Jalsah Salanah Kanada 2016
oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
07 Oktober 2016 di Kanada
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *
صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Dengan karunia Allah Ta’ala, Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah Kanada dimulai hari ini. Cabang-cabang Jemaat kita di seluruh dunia mengadakan Jalsah Salanah setiap tahun. Kenapa? Karena setelah dengan izin Allah, Hadhrat Masih Mau’ud as memulai Jalsah ini. Beliau meminta para anggota Jemaat untuk berkumpul di Qadian selama 3 hari setiap tahun. Mereka berkumpul di sini bukan untuk mengadakan perayaan duniawi, bermain-main atau terlibat dalam mengejar hal-hal. Bukan demikian, melainkan kita berkumpul untuk menambah pengetahuan keagamaan dan juga memperluas ma’rifat (wawasan pengetahuan) kita. Apa maksud wawasan pengetahuan dalam hal ini? Maksudnya adalah memahami sesuatu secara mendalam. Ma’rifat seperti apa yang beliau as inginkan kita untuk berkembang dan maju? Beliau as ingin kita tidak hanya menyatakan, “Kami adalah Muslim” atau bersaksi لا إله إلا الله محمد رسول الله “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah Rasul Allah” secara dangkal saja. Melainkan, kita harus meningkatkan keimananan kita keIslaman kita.
Beliau bersabda:
“Jika engkau bersaksi لا إله إلا الله محمد رسول الله, maka berupayalah dengan sangat untuk mencari tahu siapa Allah itu dan apa yang Dia kehendaki dari kita. Apa saja hak hak Allah dan bagaimana kita perlu memenuhi hak-hak-Nya tersebut. Bagaimana kita dapat memahami hukum-hukum Allah dan harus bagaimana kita beramal berdasarkan itu semua? Jika kita telah mengimani Muhammad saw sebagai Rasul-Nya dan juga sebagai Khataman Nabiyyin, maka menjadi kewajiban kita untuk mengetahui hukum-hukum dan sunnah-sunnah beliau saw serta berusaha mengamalkannya.
Bagaimana kehidupan beliau saw dan bagaimana memahaminya secara mendalam? Untuk tujuan tersebut, Hadhrat Aisyah ra menjawab ketika ditanya mengenai kehidupan dan akhlak Nabi Muhammad saw, [yaitu, يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‘Yaa Ummal Mu-miniin, ambi-iinii ‘an khuluqi RasuuliLlaahi shallaLlahu ‘alaihi wasallam!’ Wahai Ummul mu-minin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah saw!] Setelah ditanya, Hadhrat Aisyah ra berkata yang mana perkataan itu mencakup segala jenis detil dan rincian, أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ ‘A-lasta taqra-ul Qur’aana?’ “Apakah kalian tidak membaca Al Quran? فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ الْقُرْآنَ ‘fa-inna khuluqa NabiyyiLlaahi shallaLlahu ‘alaihi wasallam kaanal Qur’aan.’ “Jadi, apa saja yang dikatakan oleh Al-Quran, itulah gambaran kehidupan dan rincian perbuatan dan keutamaan beliau saw.”[1]
Ini adalah kedalaman pengetahuan mengenai kehidupan Nabi Muhammad saw yang mana seorang mukmin harus berupaya dengan sangat untuk mencapainya! Pembacaan dan pemahaman Al-Quran diperlukan untuk itu. Selanjutnya, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa diantara tujuan-tujuan Jalsah Salanah adalah untuk memajukan keruhanian. Ketika ma’rifat ini tersedia pada diri seseorang, ia hendaknya tidak hanya menikmatinya terbatas sebagai pengetahuan saja; namun juga merupakan sarana bagi kemajuan dalam keruhanian dan perilaku. Jika salah seorang dari kalian tidak memajukan dirinya dalam keruhanian, maka tidak ada gunanya menghadiri Jalsah.
Beliau as kemudian bersabda,
“Diantara keuntungan lain menghadiri Jalsah yang mana semua peserta harus berusaha untuk melakukannya ialah memperbanyak saling berkenalan satu dengan yang lain. Perkenalan dan penciptaan jalinan ini seharusnya bukan perkenalan yang seperti orang-orang duniawi [keuntungan materi semata]. Melainkan, setiap Ahmadi harus berkembang dalam hubungan kasih sayang dan persaudaraan diantara sesama saudara Ahmadi lainnya. Hubungan persaudaraan ini harus demikian kuatnya sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat merusaknya.”
Beliau as juga bersabda,
“Kalian harus bertambah dalam ketakwaan. Ini adalah salah satu tujuan terpenting Jalsah ini. Tanpa ketakwaan, seorang mukmin bukanlah mukmin sejati. Ketakwaan artinya mengekalkan dan melindungi ilmu pengetahuan dan ma’rifat yang kita peroleh, tingkat tinggi keruhanian yang telah kita capai, hubungan cinta kasih yang kita buat dengan Rasul-Nya saw, dan keindahan yang dicapai dalam hubungan persaudaraan sebagaimana diperintahkan… sekarang buatlah hal-hal tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kalian.”
Hal-hal ini adalah tujuan-tujuan yang untuk itu dari semula Hadhrat Masih Mau’ud as memulai untuk mengadakan Jalsah Salanah ini. Beliau as bersabda bahwa orang-orang seharusnya datang ke Qadian sekali setiap tahun demi tujuan ini.
Betapa diberkatinya Jaksah-Jalsah yang diikuti sendiri oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dan beliau as juga di dalamnya memberikan nasihat-nasihat kepada para anggota Jemaat secara langsung, menarbiyati mereka dan memuaskan dahaga keruhanian mereka. Setelah beliau as, maka hal-hal itu tidak akan mungkin pernah sama tingkatannya, karena bagi seorang Nabi terdapat status khusus. Beliau as yang datang sesuai dengan nubuatan Nabi Muhammad saw, yang datang sesuai dengan janji Allah, yang diutus untuk menghidupkan kembali agama sebagai ghulam shadiq (pengikut sejati) Nabi Muhammad saw, pastinya memiliki status agung khusus untuk beliau as sendiri. Namun, hal ini juga merupakan karunia dari Allah bahwa yang diberitakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, bahwa Nizham Qudrat Tsaniyah (sistem manifestasi kedua) akan didirikan setelah beliau as, yaitu Khilafat. Kemudian, secara perbuatan, didirikanlah Khilafat setelah beliau as guna menyempurnakan pekerjaan (misi) beliau as. Ia pun berlanjut. Diadakannya Jalsah tiada lain kecuali sebagai sebuah rantai dari jalinan mata rantai penyempurnaan pekerjaan itu juga.
Selama berdirinya Nizham Khilafat setelah wafatnya Hadhrat Masih Mau’ud as, di Qadian Jalsah Salanah telah diadakan selama 40 tahun dalam kehadiran dan panduan Khilafat. Kemudian, setelah hijrahnya Khalifah ke Pakistan, Jalsah diadakan di Rabwah. Bersamaan dengan hal itu, Jemaat menyebar luas di banyak negara. Memang benar pendirian misi-misi (pusat-pusat) dakwah dengan pengiriman para Muballigh ke negara-negara lain telah dimulai bahkan sebelum hijrahnya Jemaat dari Qadian. Khususnya, tatkala itu cabang-cabang Jemaat telah berdiri di negara-negara Afrika, namun penguatan dan perluasan Jemaat terus berlangsung di luar Pakistan setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahunnya. Penyebaran ini demikian banyaknya sehingga pihak-pihak yang memusuhi, dalam hal ini Pemerintah Pakistan yang melihat perkembangan dan kemajuan para Ahmadi, menerapkan hukum yang sangat represif terhadap para Ahmadi. Hal inilah, yang membuat Khalifah dan Ahmadi lainnya dalam jumlah besar harus pindah dari Pakistan.
Setelah pindahnya Hadhrat Khalifatul Masih IV رحمه الله (RahimahuLlah) ke London (Inggris), Jalsah Salanah yang biasa dilakukan sebelumnya di London menjadi berubah dalam dimensi baru, membesar dan meluas, sebagaimana di waktu yang sama, Negara-negara lain juga mendapatkan corak baru dalam Jalsah Salanah mereka dan terus berkembang. Sekarang setiap tempat memiliki karakteristik Jalsah yang berbeda.
Sekarang bukanlah tidak mungkin Ahmadi dalam jumlah yang banyak dari berbagai negara bepergian ke Qadian untuk menghadiri Jalsah, dan para Ahmadi juga dapat ikut serta dalam Jalsah pada skala yang besar di tempat yang Khalifah sekarang hadir. Dengan melihat bagaimana Jemaat meluas dan maju secara cepat, maka suatu keharusan untuk mengadakan Jalsah Salanah dalam jalur penyelenggaraan Jalsah pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah memerintahkan kita untuk berkumpul selama tiga hari dalam setahun setidaknya satu kali dengan tujuan untuk melatih kita dan membuat perubahan baik pada kondisi-kondisi kita. Kalian juga berkumpul di sini hanya untuk memenuhi tujuan yang disabdakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. Setiap tahun kalian berkumpul di sini untuk tujuan tersebut dan khususnya tahun ini karena sudah 50 tahun Jemaat sudah berdiri di sini (di Kanada). Beberapa orang mungkin berbeda dalam hitungan ini, namun beberapa standar dan ukuran penghitungan harus ditegakkan. Telah diumumkan bahwa lima puluh (50) tahun telah berlalu dengan dasar sejak Jemaat terregristrasi (terdaftar secara resmi) di negeri ini. Namun, Muslim Ahmadi awal sebenarnya telah sampai di sini pada sekitar tahun 1919 [97 tahun lalu]. Walau bagaimana pun, Jemaat merayakan 50 tahun mereka di Negara ini. Dalam rangka itu, Tn. Amir Jemaat Kanada meminta saya untuk datang secara khusus dengan mengatakan Jemaat Kanada merayakan 50 tahun didirikannya Jemaat di Kanada tahun ini, dan mengadakan banyak acara dalam rangka hal ini. Ini akan jadi Jalsah yang besar juga. Ia berharap saya datang.
Seperti yang baru saja saya katakan, ketika Khalifah hadir di sebuah Jalsah, makin banyak orang yang akan datang. Tahun ini, karena keikutsertaan saya, banyak orang dari berbagai Negara selain Kanada yang mungkin telah datang dan masih sedang datang. Walau bagaimana pun, kalian para Ahmadi di sini juga mementingkan hal ini secara khusus pada tahun ini. Meskipun demikian, setiap Ahmadi harus ingat bahwa tahun ini tidak akan memiliki kepentingan yang sesungguhnya kecuali hanya jika setiap Ahmadi yang tinggal di Kanada ini berusaha harus memenuhi perjanjian baiat yang mana telah kita ikatkan diri kita dengan Hadhrat Masih Mau’ud as. Kita harus bisa memenuhi ekspektasi (harapan) Hadhrat Masih Mau’ud as. Jika tidak demikian, tidak ada artinya apa-apa, entah 50 tahun atau lebih [Jemaat di Kanada].
Seperti yang saya katakan, dikarenakan situasi yang terjadi di Pakistan, banyak Ahmadi juga berpindah dari sana ke negara lain dan mayoritas dari kalian datang ke sini (Kanada) karena itu. Kalian telah bermigrasi demi menikmati kebebasan beraagama dan pemerintah di sini memberikan kalian kewarganegaraan sehingga kalian dapat mengamalkan hukum-hukum agama dengan leluasa. Sebagai tambahan janji untuk mengutamakan iman diatas perkara-perkara duniawi, setiap Ahmadi memiliki tanggung jawab besar untuk berupaya meraih tujuan yang untuk mana dia telah bermigrasi. Anda sekalian harus mengatakan kepada anak keturunan kalian bahwa keadaan dan situasi di Pakistan yang menyebabkan kalian bermigrasi, dan perubahan yang lebih baik atas kondisi kita di negeri ini (Inggris) menuntut kita harus menjadi hamba-hamba Tuhan yang bersyukur dan berperilaku sesuai dengan perintah-perintah-Nya. Juga, memenuhi janji yang telah kita buat ketika kita berbaiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud as dan satu bagian dari janji itu ialah kita akan menerapkan secara menyeluruh aturan-aturan Al-Quran pada diri kita sendiri.
Kita perlu menelaah perkara apa saja dan perintah apa saja yang mana pada era ini, Hadhrat Masih Mau’ud as telah jelaskan secara menyeluruh, karena tidak ada seorang pun selain beliau as yang lebih memahami dengan baik firman-firman Allah dan sabda-sabda Nabi Muhammad saw. Kita dapat mencerahkan pikiran kita dan memperkuat iman kita dengan mengikuti petunjuk yang disediakan pada jalurnya oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, dan dengan lebih jauh merenungkannya. Dalam hal ini, Hadhrat Masih Mau’ud as telah telah memberikan kita nasihat-nasihat yang tidak terbilang yang penting untuk menguatkan antara pengetahuan dan amal perbuatan. Beliau as ingin melihat kita pada standar-standar tertentu setelah Bai’at. Tujuan Jalsah tiada lain selain berusaha untuk mencapai standar tersebut. Jadi perkara ini harus selalu diperhatikan oleh setiap Ahmadi.
Pada saat ini, beberapa Ahmadi datang ke Jalsah, namun datang hanya secara lahiriah saja. Mereka tidak menyimak dengan penuh perhatian [pidato-pidato dan program Jalsah]. Beberapa mungkin kelelahan karena perjalanan mereka, mungkin mengantuk. Bersamaan dengan itu, saya mengatakan kepada mereka semua bahwa apa-apa saja yang akan saya terangkan, harus mereka dengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran akal. Setengah jam atau dua per tiga jam mendengarkan bukanlah sesuatu yang sulit. Tujuan datang ke Jalsah akan terlaksana hanya jika kalian mendengarkan apa-apa yang saya (Khalifah) katakan dan juga pidato-pidato yang akan disampaikan oleh para pembicara yang lain lalu berupaya mengamalkannya semampunya. Banyak hal dalam pidato-pidato Jalsah ini yang dapat meningkatkan iman dan keruhanian. Jangan hanya mengangkat tangan tinggi-tinggi ketika meneriakkan slogan atau takbir. Melainkan, buatlah hal-hal ini sebagai bagian dari hidup Anda sekalian.
Seperti yang saya katakan, saya akan mengemukakan beberapa topik yang merupakan sabda Hadhrat Masih Mau’ud as sendiri, sehingga kata-kata beliau as akan langsung memasuki telinga kalian, meraih kepala dan hati kalian, dan menciptakan perubahan ruhani yang diharapkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as agar terjadi pada diri kita.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda di satu kesempatan,
“Saya telah berulangkali memberitahukan kepada Jemaat saya, jangan hanya mengandalkan baiat saja. Tidak akan ada keselamatan kecuali kalian mencapai hakekat baiat. Orang yang puas hanya dengan cangkang (kulit), akan kehilangan intisarinya.” (Artinya, jika kalian senang karena mendapatkan kulit atau cangkang dari sesuatu buah maka itu hal yang sia-sia. Kalian kehilangan kenikmatan daging buah yang sesungguhnya.) “Seorang yang cerdas berupaya mendapatkan daging dan inti buah, dan tidak hanya sekedar kulit dan cangkangnya.”
“Jika seorang murid tidak mengamalkan ajaran yang diajarkan kepadanya oleh seorang Mursyid (guru), maka kebijaksanaan dari sang guru tidak ada gunanya.” (Artinya, jika kalian datang berbaiat kepadaku namun tidak memperbaiki amal perbuatan kalian. Kalian cukup merasa senang karena manusia yang kalian imani diutus oleh Tuhan. Tak syak lagi, status luhur manusia yang dikirim oleh Tuhan itu benar. Namun, seorang murid tidak akan mendapatkan manfaat dari gurunya jika amalan-amalannya tidak sesuai dengan yang dikatakan oleh guru yang dikhidmatinya.)
“Jika seorang dokter memberikan resep kepada seseorang, dan orang tersebut hanya menyimpan resep itu tempat simpanannya, maka ia resep tersebut tidak akan memberinya manfaat sama sekali. Sebab, manfaat hanyakan didapat dengan bertindak sesuai dengan yang tercantum di dalamnya.” (Resep tersebut hanya akan berguna jika ditebus dan diminum obatnya sesuai dengan ketentuan. Dalam kata lain, setelah mendapatkan resep, seseorang menghilangkan manfaat tersebut dari dirinya sendiri dengan tidak menggunakannya selayaknya.)
Lalu, beliau as menyuruh, “Pelajari kembali dan berulang-ulang buku ‘Bahtera Nuh’! dan bentuklah diri kalian sendiri sesuai dengan ajaran tersebut.”
Kemudian beliau kembali bersabda dengan menyebutkan sebuah ayat Al Quran, “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ‘Sesungguhnya benar benar beruntunglah bagi yang menyucikan jiwanya.’ [91:10] Artinya, telah sukses-lah orang yang telah bertumbuh dalam ketakwaan. Ada ribuan pencuri, pezina, pelaku kejahatan, pemabuk dan berandal yang menyatakan diri termasuk dalam umat Nabi Muhammad Rasulullah saw. Namun, apakah memang mereka benar mereka itu umat Nabi saw? Tidak sama sekali. Hanya yang mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah saw secara sempurna saja yang merupakan umat beliau saw.”
Lalu pada satu kesempatan, beliau lebih lanjut menjelaskan tolok ukur-tolok ukur baiat dengan bersabda,
“Demikian pula, orang yang menyatakan diri berbaiat dan beriman, ia harus memeriksa dirinya sendiri, apakah ia hanya meraih sebuah cangkang (kulit), atau sudah meraih inti. Pernyataan tentang iman, kecintaan, ketaatan, baiat, keyakinan, muridiyah (kepengikutan atau menjadi murid), dan mengikuti Islam tidak akan terhitung benar selama tidak ada inti (esensi)nya. Ingatlah! Di hadapan Tuhan, sekedar cangkang tidaklah bernilai tanpa adanya inti. Ingatlah selalu! Waktu kematian tidaklah kita ketahui, tapi ia pasti datang. Jadi, janganlah merasa cukup hanya pada pernyataan (dakwa) saja. Janganlah merasa senang hanya karenanya selamanya. Sekedar pernyataan (dakwa) saja sudah pasti tidak berguna kecuali ia mengalami banyak kematian. Manusia tidak dapat mencapai tujuan kemanusiaan selama it tidak mengalami banyak taghyiraat (transformasi) dan inqilaab (revolusi).
(Apakah kematian-kematian ini? Artinya untuk mengutamakan keimanan di atas perkara-perkara duniawi. Kilauan glamor duniawi ini terlihat nyata di negara-negara ini [Amerika dan Eropa], Pengaturan-pengaturan duniawi ini telah dilakukan di tiap langkah sebagai rintangan dan hambatan untuk mengalihkan seseorang dari jalan Allah Ta’ala. Kita harus menghindarinya.)
Hadhrat Masih Mau’ud as lebih lanjut mengundang kita untuk melihat keadaan dunia saat ini dengan bersabda:
“Lihatlah keadaan dunia saat ini! Yang Mulia Nabi kita Hadhrat Rasulullah saw dengan amal beliau saw memperlihatkan hidup-mati beliau saw serta segalanya adalah demi Allah Ta’ala. Adapun keadaan umat Islam di dunia pada hari ini ialah jika salah seorang diantara mereka ditanya apakah ia seorang Muslim, maka ia akan menjawab ‘Alhamdulillah’. Tetapi, perhatikanlah prinsip hidup orang yang ia ikuti (yaitu Nabi Muhammad saw) ialah untuk Allah Ta’ala sedangkan hidupnya orang yang mengaku Islam itu ialah untuk dunia dan matinya pun juga untuk dunia saja hingga saat ia berkumur-kumur (menjelang ajal kematiannya. Hari terakhir kalinya. Ia hampir terengah-engah). Dunia tetap menjadi tujuan keinginannya. Lalu bagaimana ia dapat mengatakan bahwa ia mengikuti Hadhrat Rasulullah saw?”
“…Seorang bijak tidak merasa cukup senang hanya dengan nama (gelar) saja. Itu bukan perbuatan orang bijak. Ada seorang Muslim berkata kepada seorang Yahudi dan memintanya untuk masuk Islam. Orang Yahudi itu menjawab, ‘Jangan merasa cukup hanya dengan nama saja. Saya menamai anak saya dengan nama ‘Khalid’ (abadi) tapi saya malah telah menguburkannya sebelum malam menyelimuti.” Dengan demikian, carilah hakikatnya dan jangan merasa senang hanya karena gelar (nama-nama) semata. Betapa memalukannya seseorang yang dikenal berasal dari umat seorang Nabi agung saw, namun malah menghabiskan kehidupannya seperti orang-orang kafir. Tunjukanlah teladan Hadhrat Rasulullah saw dalam kehidupan kalian dan warnailah kondisi kalian yang serupa dengan corak beliau saw.”[2]
Suatu kali beberapa orang datang dan melakukan baiat. Setelah itu, Hadhrat Masih Mau’ud memberikan mereka beberapa nasihat,
“Setelah berbaiat, seseorang seharusnya tidak hanya merasa cukup dengan mengimani bahwa Jemaat ini benar dan ia akan diberkahi hanya dengan menerima hal tersebut. Jadikanlah kalian orang-orang saleh, bertakwa, dan selalu menyibukkan diri kita dengan berdoa.”
Lebih lanjut beliau as memberikan nasehat,
”Allah Ta’ala menyebutkan dalam Al-Quranul Karim bahwa iman berdampingan dengan amal saleh . Yang dikatakan Amal Saleh adalah amal yang murni sedikitpun tidak dicampuri oleh suatu keburukan. Ingatlah bahwa amal manusia selalu diintai oleh pencuri. Apakah gerangan pencuri itu? Tiada lain adalah riya (pamer). Itu artinya, apabila manusia berbuat kebaikan itu karena pamer, untuk dilihat orang. Di dalam hatinya timbul rasa bangga setelah melakukannya. Artinya, ia merasa gembira karena mengharapkan pujian. Akibatnya ia membuka jalan keburukan yang menjurus kepada perbuatan dosa sehingga amal salehnya itu menjadi bathil (batal). Amal saleh ialah amal yang murni. Ia tidak tercemar oleh suatu keburukan misalnya; kekejaman, kebanggaan, riya (pamer), takabbur (sombong) dan tidak tercemar oleh pikiran untuk merampas hak-hak orang lain. Sebagaimana karena Amal Saleh manusia akan mendapat keselamatan di alam akhirat nanti, begitu juga di dunia ini mendapat keselamatan dari berbagai kesusahan. Jika di dalam sebuah rumah ada satu orang saja yang beramal saleh, seluruh rumah itu akan terpelihara. Ketahuilah, jika tidak ada amal saleh yang kalian lakukan, hanya beriman saja, itu tidak mendatangkan faedah apapun.”[3]
(Ketika seorang dokter menulis resep, ia bermaksud agar pasiennya meminum obat sesuai dengan yang telah ia resepkan. Tidaklah berguna jika sang pasien tidak menggunakan obat tersebut dan menyingkirkan resepnya.)
Beliau bersabda,
“Engkau telah bertobat sekarang ini, dan Tuhan ingin melihat seberapa banyak engkau menyucikan dirimu sendiri di masa kemudian sebagai konsekuensi dari taubat ini. Inilah zaman yang mana Tuhan ingin membedakan berdasarkan ketakwaan. Ada banyak orang yang mengeluh kepada Tuhan tanpa memeriksa diri mereka sendiri. Manusia kejam kepada diri mereka sendiri sedangkan Tuhan begitu Maha Pengasih dan Maha Mulia.”
(Seluruh kehilangan yang dialami oleh seorang manusia adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Allah tidak pernah kejam pada siapapun. Dia Maha Pengasih dan Penyayang.)
“Sebagian orang menyadari dosa-dosa mereka. Sebagian lagi tidak mengenali dosa-dosa mereka. (Mereka begitu terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut sehingga bahkan tidak sadar bahwa itu dosa) Karena itulah, Allah telah memerintahkan untuk selalu beristighfar (meminta pengampunan).” (Maka dari itu, perbanyaklah beristighfar. Khususnya, di hari-hari yang kalian menaruh perhatian untuk berdoa di suasana Jalsah. Ketika itu perbanyaklah beristighfar dan menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad saw.) Seorang insan hendaknya terus berdoa meminta perlindungan Allah dari segala kesalahan dan dosa, baik ia nyata ataupun tersembunyi, apakah diketahui atau tidak diketahui, dan dari keburukan yang dilakukan oleh tangan atau kaki atau lidah atau hidung atau telinga, atau kedua matanya. Pada hari-hari ini, kita harus berdoa dengan doa Nabi Adam as, رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ‘Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, pastilah kami akan merugi.’ (7:24) Doa ini telah diterima sejak Allah mengajarkannya. Doa ini telah diajarkan untuk dikabulkan.
Janganlah hidup kehidupan penuh dengan kelalaian. Kita harus membaca doa ini dengan serius. Setiap orang yang hidup tidak dengan kelalaian tidak akan menghadapi bencana yang luar biasa. Tidak ada bencana yang datang tanpa persetujuan-Nya. Sebagaimana doa ini diajarkan kepada saya, رَبِّ كلُّ شيء خادمُك، ربِّ فاحفظْني وانصرْني وارحمني ‘Oh Tuhanku, segalanya tunduk kepada-Mu. Jadi, lindungilah aku Tuhanku, tolonglah aku dan ampunilah aku.’” (Doa ini harus dibaca dengan sering)
Suatu kali Maulvi Abdul Karim Sialkoti (semoga Allah meridhainya) meminta Hadhrat Masih Mau’ud as dalam sebuah pertemuan untuk mengatakan sesuatu perihal persatuan dan solidaritas antara satu dengan yang lain. Atas hal itu, beliau as mengemukakan beberapa buah nasehat yang akan saya sebutkan diantaranya,
“Saya datang dengan dua hal saja. Pertama, supaya kalian berpegang teguh pada Wahdaniyyat (Keesaan) Allah Ta’ala. Kedua, supaya diantara kalian saling menyayangi dan bersimpati satu dengan yang lain. Tunjukanlah teladan yang bisa menjadi karamah (mukjizat) bagi orang-orang lain. Inilah dalil yang tercipta dalam diri para Sahabat, إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ ‘Ketika dahulunya kalian saling bermusuhan maka kini Dia lekatkan hati-hati kalian dalam kecintaan.’(Surah Ali Imran; 3:104)
Ingatlah! Ta-liif (kelekatan hati dalam saling menyayangi) adalah sebuah mukjizat. Ketahuilah! Selama setiap orang diantara kalian tidak menyukai bagi saudaranya, apa-apa yang dia sukai bagi dirinya, maka ia bukan dari Jemaatku… Ingatlah, menyingkirkan kedengkian adalah alamat (tanda kebenaran) zaman al-Mahdi. Tidakkah tanda ini terbukti dengan sempurna? Sungguh, pasti sempurna. Mengapa kalian tidak bersabar? Sebagaimana tercantum dalam kaidah-kaidah pengobatan, sebagian penyakit tidak bisa hilang selama tidak dibasmi seluruhnya bersama akar-akarnya. Sebuah Jemaat orang-orang saleh akan didirikan melalui saya, insya Allah! Apa gerangan penyebab adanya saling permusuhan? Tiada lain ialah dendam dan kebencian, sempit dada (pemarah), congkak atau sombong dan bertindak berdasarkan emosi semata.” (Memang, Jemaat ini pasti akan berdiri dan akan ada di dalamnya orang-orang besar dalam keikhlasan, dengan izin Allah)
Selanjutnya, bersabda,
“Senantiasalah ingat, mereka yang tidak dapat menguasai emosinya dan tidak bisa hidup dengan saling mencintai satu sama lain dan saling bersaudara. Orang-orang yang demikian keadaannya, ingatlah! Mereka berada di sini [hidup di dunia] hanya-lah sebagai tetamu untuk beberapa hari saja, kecuali mereka menjalani peri kehidupan yang indah dan penuh kebaikan. Saya tidak ingin ada seseorang yang melakukan tikaman (tuduhan menyakitkan) terhadap diri saya disebabkan kelakuan seseorang [diantara Jemaatku]. Orang yang masuk ke dalam Jemaat saya namun tidak berlaku sesuai dengan kehendak saya, laksana sebatang dahan kering. Apa yang akan dilakukan oleh seorang tukang kebun selain memotongnya [menyingkirkannya]? Sekalipun dahan kering bersatu dengan dahan yang segar, ia menyerap air namun ia tetap kering, tidak segar dan menghijau. Bahkan dahan itu merusak dahan segar lainnya. Oleh sebab itu, kalian takutlah! Orang yang tidak memperbaiki dirinya sendiri, tidak akan tetap tinggal bersama kami!”[4]
Jadi, mereka yang meningkatkan permusuhan diantara mereka sendiri, mereka berada pada titik besar menakutkan. Ketika kita telah menerima orang yang telah datang untuk mereformasi kita [yaitu Hadhrat Masih Mau’ud as]; kita perlu berusaha untuk beliau juga sebaik-baiknya. Ada suatu keharusan untuk mendengarkan dan bertindak atas kata-kata beliau.
Menguraikan pengertian“الإنسانية” al-insaniyyat (kemanusiaan), apa saja tolok ukur-tolok ukurnya dan bagaimana hendaknya seorang beriman mewarnai diri dengannya, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda,
“Kata “الإنسان” ‘al-insaan’ telah diturunkan dari kata “أُنسان“ ‘unsaan’ (dua jenis hubungan, keterikatan atau kecintaan). Maka dari itu, seseorang harus memiliki dua jenis hubungan yang benar; pertama dengan Allah Ta’ala dan yang kedua simpati dengan umat manusia. Dia disebut insaan (manusia) pada saat kedua jenis kecintaan ini diciptakan dalam dirinya. Ini adalah apa yang disebut inti seorang manusia. Ini adalah apa yang disebut hakekat kemanusiaan yang menciptakan dua jenis hubungan. (Artinya, kalian harus menciptakan hubungan dengan Allah dan memenuhi hak-hak sesama manusia.) Seseorang disebut أولي الألباب ulil albaab (cerdas) pada saat itu. Tanpa menunaikannya, maka ia bukanlah apa-apa. Apa pun yang Anda mungkin berikan pernyataan, tapi semua itu tidak nilainya di mata Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-malaikat-Nya.”
Selanjutnya, Hadhrat Masih Mau’ud as menjelaskan bahwa Allah Ta’ala tidak melarang kalian mencari kesibukan duniawi dan perdagangan, bahkan memerintahkan agar tidak malas. Maka dari itu, kalian harus bekerja tetapi harus menjadikan ridha Allah menjadi bagian perhatian kalian senantiasa. Artinya, ketika berusaha meraih kenikmatan duniawi, kalian harus berusaha kearah itu guna memperolah kebaikan akhirat juga. Beliau as bersabda,
“Allah Ta’ala telah mengajarkan kita doa, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً ‘Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat.’ (Surah Al-Baqarah, 2:202) Dalam doa ini disebutkan mengenai kebaikan di dunia, apa maksudnya? Maknanya ialah kebaikan dunia yang menjadi penyebab kebaikan-kebaikan di akhirat. Secara jelas diajarkan dalam doa ini bahwa orang-orang beriman harus menaruh perhatian pada kebaikan-kebaikan akhirat tatkala mereka sedang mencari penghidupan dunia. Demikian pula, pada kalimat ‘kebaikan di dunia’, disebutkan perihal seluruh metode kebaikan yang wajib diikuti oleh seorang beriman demi mendapatkan penghidupan dunia. Berusahalah mencari penghidupan dunia dengan setiap jalan yang mengarah pada kesuksesan dan kebaikan, bukan dengan jalan yang menyebabkan tersakitinya seseorang diantara umat manusia.”
Maka dari itu, usaha mencari penghidupan dunia tidak dilarang, bahkan dimungkinkan untuk diupayakan tetapi tidak dengan cara menyakiti orang lain, merampas hak dan harta mereka.
Hadhrat Masih Mau’ud as melanjutkan,
“…[mencari penghidupan] bukan dengan jalan yang menyebabkan tersakitinya seseorang diantara umat manusia, merendahkan mereka atau memalukan mereka. Jika kalian mencari penghidupan dengan cara-cara ini maka itu akan menjadi penyebab kebaikan akhirat. Jika kalian mencari penghidupan dunia dengan menempatkan ajaran ini senantiasa sebagai panduan maka itu menjadi sebab bagi kebaikan-kebaikan di akhirat. Sebab, mereka yang mengusahakan penghidupan dunia sesuai dengan ajaran yang telah disebutkan tadi maka mereka akan menafkahkan hasil usaha mereka di jalan Allah dan demi kebaikan makhluk-Nya serta demi agama-Nya.”
“Seseorang terhitung termasuk Jemaat kami hanya jika ia menganggap pengajaran kami sebagai dustuurul ‘amal (aturan bertindak dan berperilaku) dan berupaya untuk mengamalkannya sekuat yang ia mampu. Tetapi orang yang hanya mempertahankan nama saja dan tidak bertindak sesuai ajaran- ajaran tersebut, harus ingat bahwa Allah telah bermaksud untuk menciptakan sebuah Jemaat yang istimewa. Jika, pada kenyataannya, ia tidak mengikuti ajaran Jemaat, ia tidak bisa tinggal di dalam Jemaat hanya dengan memiliki namanya yang mengaitkan diri dengan Jemaat. Dia akan melihat waktunya ketika dengan sendirinya dia memisahkan diri dari Jemaat. Untuk itu, cobalah menyelaraskan perbuatan Anda dengan ajaran yang diberikan kepada Anda. Amal perbuatan itu seperti sayap. Tanpa perbuatan, manusia tidak dapat melambung terbang untuk sebuah bentangan medan kerohanian.” (Amal perbuatan manusia menerbangkannya secara rohani sebagaimana burung yang sebenarnya terbang dengan sayap-sayapnya.)
“Seseorang tidak dapat mencapai tujuan-tujuan luhur yang dijaga terus oleh Allah di bawahnya (di perbuatan-perbuatan itu). Burung-burung memiliki pemahaman. Jika mereka tidak menerapkannya, mereka tidak bisa melakukan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, jika lebah tidak memiliki indera, ia tidak dapat menarik madu. Serupa juga merpati pembawa pesan yang membawa pesan dari satu tempat ke tempat lain setelah mereka dilatih. Mereka membawa surat ke sebuah jarak yang jauh dengan menggunakan indera mereka yang luar biasa masih digunakan. Merpati pembawa pesan biasa digunakan di zaman dahulu. Demikian pula, burung-burung yang digunakan untuk berbagai tujuan menakjubkan lainnya. Maka dari itu, suatu hal yang perlu bahwa manusia harus menggunakan akal sehatnya dan berpikir bahwa tindakan yang ia hendak ia ambil, berada di bawah perintah dan ridha Allah atau tidak.
Jadi, sebelum melakukan segala sesuatu, seseorang harus berpikir bahwa apa yang dia akan lakukan, dibolehkan oleh agama atau tidak, diperbolehkan oleh Allah atau tidak, adalah sah atau tidak, dan hendaknya manusia tidak mulai menggunakan semua sarana yang tidak adil untuk mendapatkan penghidupan di dunia ini. Ketika ia telah melakukan penilaian dan menggunakan pemahamannya, maka, perlu untuk menggunakan tangan-tangannya. Dia seharusnya tidak lalai dan malas. Sangat jelas bahwa ajarannya itu benar. Kadang-kadang terjadi bahwa sesuatu ajaran ialah benar namun seseorang bisa terjebak dalam kesalahan karena adanya salah penilaian, ketidaktahuan atau karena salah pernyataan atau merusak dan kebohongan dari orang lain. Untuk itu, seseorang harus melakukan penelitian dengan pikiran yang tanpa bias [adil, netral, kosong, tanpa prasangka dan emosi negative].”
Selanjutnya, beliau as mengemukakan perihal pentingnya takwa,
“Allah Ta’ala telah memaparkan kepada saya bahwa medan [tanah garapan] ketakwaan itu tengah kosong sepenuhnya. Kalian harus berpegang teguh pada takwa. Janganlah menghunus pedang. Itu haram (tidak diizinkan). Jika kamu bertakwa, seluruh dunia akan bersamamu. Jadi, terapkanlah ketakwaan. Dia yang minum minuman keras sedangkan meminum itu adalah bagian terbesar dari keimanan mereka, maka mereka tidak akan memiliki apa-apa dengan ketakwaannya. Mereka tengah berperang dengan kemuliaan. Jadi, jika Allah membuat Jemaat kita ini beruntung dan memampukannya berjuang melawan perilaku tercela, dan kita maju dalam kesalehan dan kesucian, maka itu akan menjadi capaian besar dan tidak akan ada yang lebih efektif.
Perhatikanlah semua agama lain di dunia yang tujuan hakikinya berupa ketakwaan telah hilang. Keagungan duniawi telah dituhankan. Tuhan hakiki telah disembunyikan. Tuhan Hakiki telah tidak dihormati. Tapi sekarang, Tuhan berkehendak untuk dikenali Diri-Nya dan dunia harus mengenali-Nya. Mereka yang menganggap dunia ini sebagai tuhan mereka, tidak akan bisa mencukupi dirinya sendiri. Kesusahan terbesar ada di depan mata. Ini adalah peringatan agung! Dan, Dia-lah yang membedakan antara yang tidak bersih dengan yang saleh.
Dia akan menganugerahi kalian dengan kekuatan membedakan ketika Dia mengamati tidak adanya kesenjangan di hati-hati kalian. Jika seseorang mengiyakan dalam baiatnya bahwa dia akan memberikan pengutamaan pada agama diatas hal-hal duniawi tetapi tidak memperlihatkan kebenaran janji itu dan kejujuran dalam menjaga janjinya itu, maka Tuhan tidak akan peduli padanya. Jika bukan satu tapi ratusan orang mati seperti dia, kita katakan bahwa dia sendiri yang tetap menjaga jarak dari Dia yang Maha Tunggal Yang menghalau kegelapan dengan cahaya kebenaran dan kedalaman wawasan ilmu pengetahuan, dan menganugerahi hati dengan keimanan dan kelezatan. Dia mati dengan alasan itu.”
Keadaan dunia saat ini membuat cemas bahwa akankah itu menjadi akhir dunia ini! Seseorang berkata beberapa hari lalu, “Apa yang akan terjadi pada kita karena dunia tengah bergerak cepat menuju kehancuran.” Apakah yang hendaknya kita perhatikan? Jawabannya telah diberikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dalam sebuah bait syair beliau, “Ini adalah api yang tengah turun. Namun, mereka semua yang menyintai Tuhan Pemilik Keajaiban akan diselamatkan darinya.”
Hal yang pokok ialah menguatkan jalinan kita dengan Allah Ta’ala dan menunaikan hak-hak-Nya dan juga hak-hak para hamba-Nya. Kita berupaya bersungguh-sungguh meraih kebaikan-kebaikan yang terhitung kebaikan menurut penilaian Allah Ta’ala. Kita berupaya bersungguh-sungguh menjauhi keburukan-keburukan yang terhitung sebagai keburukan menurut pandangan hukum Allah Ta’ala yang mana dengan rinci telah dijelaskan-Nya dalam Al-Qur’an. Kita harus semakin kuat dan semakin kuat dalam keimanan dan amal perbuatan kita setelah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as (Imam Mahdi). Sebab, inilah yang membawa kita kearah keselamatan kita dan inilah yang Allah Ta’ala senangi. Jika tidak demikian, capaian waktu 50 tahun, 75 tahun atau 100 tahun sebuah Jemaat ialah sebuah hal yang tidak ada artinya tanpa sebuah inqilaab (revolusi rohani). Orang-orang duniawi amat sangat gembira dengan hal-hal yang seperti ini, namun, tidak demikian dengan Jemaat rohani. Jika kita bergembira atas kemajuan kita dalam amal perbuatan sesuai perintah-perintah Allah dan kita akan maju lagi di masa mendatang, maka kegembiraan ini memperlihatkan rasa syukur kepada Allah dan itu dibolehkan. Namun, jika jejak langkah kita tetap di tempat tanpa kemajuan atau bahkan mundur ke belakang, maka itu suatu hal yang patut kita sedihkan. Maka dari itu, tetaplah menempatkan sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud as di pelupuk mata kita selalu dan kita mengoreksi diri kita sendiri guna menyesuaikan perbuatan kita supaya sesuai dengan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya saw.
Kita hendaknya mengevaluasi diri sendiri secara terus-menerus dalam hal ini sehingga kita dapat mengatakan saat Jemaat Kanada ini yang telah mencapai 75 tahun di sini bahwa kita tidak hanya teguh dalam janji kita mengutamakan agama dibanding hal-hal duniawi, tapi juga membuat kemajuan yang baik dalam hal itu. Semoga Allah memampukan semuanya agar melakukan hal itu. Saya telah mengatakan sebelumnya juga agar kita melewati tiga hari di Jalsah ini dalam doa-doa secara khusus; dan menyimak program-program Jalsah dengan perhatian. Semoga Allah Ta’ala menganugerahi taufik kepada semuanya. (Aamiin)
Penerjemah: Dildaar Ahmad Dartono dari sumber referensi: www.Islamahmadiyya.net (bahasa Arab) & Ratu Gumelar dari sumber referensi www.alislam.org (bahasa Inggris)
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ‑ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ‑ عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ ‑ أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] Shahih Muslim, Kitab Shalatnya Musafir dan Penjelasan tentang Qashar, bab shalat malam, orang yang meninggalkannya karena tidur atau sakit, yaitu, قَالَ قَتَادَةُ وَكَانَ أُصِيبَ يَوْمَ أُحُدٍ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قُلْتُ بَلَى قَالَتْ فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ Hadhrat Aisyah ditanya; “Wahai Ummul mu-minin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!.’ ‘Aisyah menjawab; “Bukankah engkau telah membaca Al-Qur’an?” Aku menjawab; “Benar,” Aisyah berkata; “Akhlak Nabi saw adalah Al-Qur’an.”
[2] Malfuzat jilid 2, hal. 187-188, Edisi 1985, Terbitan UK
[3] Malfuuzhaat, jilid 4, halaman 274-275, edisi 1985, terbitan Inglistan.
[4] Malfuzhat, jilid 1, halaman 336, edisi 2003, terbitan Rabwah