Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
1 September 2017di Masjid Baitul Futuh, UK
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
Allah Ta’ala dengan karunia-Nya, Dia telah mengabarkan kepada seluruh Ahmadi di dunia melalui MTA (Muslim Television Ahmadiyya), dan membuat kita mengetahui banyak informasi tentang lawatan khalifah, kegiatan-kegiatan Jemaat dan kabar berita lainnya. Dengan MTA menjadikan para anggota tidak harus menunggu-nunggu terbitnya suratkabar atau media lainnya demi mengetahui informasi tersebut. Sebaliknya, melalui MTA setiap berita dikabarkan seketika itu juga dan setiap kegiatan dapat ditonton dari rumah secara luas. Bahkan, terkadang para pemirsa seketika itu juga mengirimkan kesan dan pesan serta rasa haru mereka tentang acara, kegiatan dan suasana Jalsah saat acara tersebut berlangsung.
Namun, sebagaimana semua orang ketahui, Jalsah Salanah Jerman baru saja terlaksana. Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah Ta’ala, karena telah menganugerahi MTA yang melaluinya telah menyatukan Jemaat Masih Mau’ud (as) ini sebagai satu kesatuan dan merangkainya menjadi satu untaian mutiara. Olehkarena itu, disamping kita bersyukur kepada Allah, kita pun harus berterimakasih kepada para pekerja MTA baik yang relawan maupun yang paruh waktu. Semoga Allah Ta’ala memberikan ganjaran kepada mereka semua. Dan ini pun yang ditulis banyak orang dalam surat mereka bahwa mereka mengungkapkan rasa terimakasih kepada para pekerja MTA tersebut dan mendoakan semoga Allah Ta’ala menganugerahi keberkatan kepada mereka.
Begitu juga, para pekerja yang terlibat diberbagai macam bidang seksi lainnya yang memberikan pengkhidmatannya secara sukarela. Mereka melayani para tamu tanpa kenal lelah. Oleh karena itu seluruh peserta harus berterimakasih kepada para relawan ini, yang sebagaimana sering saya katakan, bekerja penuh gairat, tanpa pamrih dan hanya demi meraih Allah Ta’ala. Pengkhidmatan yang mereka lakukan merupakan sarana tabligh secara diam-diam kepada para ghair Ahmadi dan non-Islam. Para pekerja ini, selain melakukan tugas mereka, juga berkhidmat sebagai Mubaligh yang bertabligh secara diam-diam. MTA bukan hanya melaporkan aspek semacam itu tapi para presenternya pun pantas akan tugas tersebut. Begitu juga para peserta Jalsah meninggalkan kesan baik kepada para tamu non Ahmadi yang hadir melalui tingkah laku mereka. Kesan-kesan tersebut mereka ungkapkan.
Maka dari itu, sekarang saya akan mempresentasikan kesan para tamu yang hadir dari berbagai macam bangsa dan negara agar aspek yang beberkat dari Jalsah ini pun menghampiri kita, dan semoga kita diberikan kesempatan lain untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala dan semoga kita memperhatikan reformasi lebih lanjut kondisi kita.
Seorang tamu Muslim keturunan Arab, Khalid Miaz, yang bekerja pada Palang Merah menghadiri Jalsah Jerman tahun ini. Ia mengungkapkan perasaannya dengan berkata: “Ketika saya mendengar kawan-kawan non Muslim mengkritik Islam, saya sama sekali tidak mampu membela Islam disebabkan adanya saling permusuhan dan pertikaian diantara umat Islam. Namun hari ini di Jalsah ini, setelah menyaksikan orang-orang dalam kebersamaan, perdamaian, cinta yang bersatu dalam Jemaat dengan ikatan rasa cinta dan patuh terhadap Khalifah, kepala saya terangkat dengan bangga dan terhormat sebab saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sebuah Jemaat dengan anggota yang penuh damai melaksanakan pertemuan yang terorganisir dengan baik.”
Lalu seorang kawan dari Jerman, Michael Fetscher yang hadir di Jalsah ini berkata bahwa sebelum menghadiri Jalsah, saya sering membaca dalam surat kabar bahwa orang-orang Ahmadi adalah orang-orang yang cinta damai. Aka tetapi saya berkata dalam hati bahwa banyak orang-orang lain pun mengklaim bahwa mereka cinta damai. Setelah tiba disini saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri bahwa pengakuan damai tentang orang-orang Ahmadiyah tersebut terbukti benar, dan hal tersebut bisa ditemukan di Jalsah ini, dimana setiap pribadi menghabiskan waktu dengan damai dan cinta dalam menyambut dan melayani para peserta lainnya.
Kemudian seorang wanita dari Jerman bernama Merasi Ogala yang biasa menjalin kontak dengan Jemaat, menyaksikan proses baiat Internasional pada Jalsah tersebut dan berkata “Hampir seluruh pertanyaan saya telah terjawab dan terpecahkan satu persatu. Kini Saya yakin bahwa saya tidak akan selamanya hadir di Jalsah ini sebagai tamu, tapi saya secara pribadi berkeinginan untuk baiat dan masuk kedalam Jemaat ini.”
Seorang wanita bernama Maria Jose, asli Afrika Selatan namun kini sedang menempuh pendidikan di Berlin (Jerman) mengungkapkan perasaannya dengan mengatakan, “Saya takjub melihat begitu banyak orang-orang dari berbagai bangsa, ras dan warna yang hidup bersama dalam satu kesatuan seperti itu. Dan menemukan kedamian dan ketentraman disetiap penjurunya. Saya ingin kembali ke Berlin dan menjalin kontak dengan Masjid Ahmadiyah di sana guna lebih memperkuat hubungan saya dengan Jemaat. Hati saya meresa nyaman berada dilingkungan Jemaat ini!”
Kemudian salah seorang dari tiga wanita asal Macedonia yang bekerja pada Organisasi Kesejahteraan Sosial yang hadir pada Jalsah kali ini berkata bahwa banyak umat muslim yang tinggal di Macedonia. Tapi inilah jenis Islam yang mendemonstrasikan sosial kemasyarakatan itu, dan yang benar-benar melebihi ekspektasi kami. Kami hadir pada kesempatan ini atas undangan seseorang. Namun kedepannya kami berharap dapat membawa tamu Ahmadi bersama kami dan secara pribadi memperkenalkan Jemaat Muslim ini ke Macedonia.” Jadi inilah cara bagaimana Allah Ta’ala membuka jalan pertablighan.
Seorang tamu Kristen dari Latvia bernama May Kalar, ia merupakan seorang pelajar yang tertarik meneliti berbagai macam agama. Ia berkata saya amat begitu tertarik dengan agama-agama, dan karena alasan inilah saya mempelajari ajaran Jemaat Ahmadiyah. Dan kini saya sedang meyaksikan penerapan ajaran tersebut. Saya mendapatkan ajaran dan prilaku yang baik serta menarik disini, dan saya merasa adanya ruh ketaatan dalam diri para peserta Jalsah.
Seorang jurnalis wanita dari Latvia bernama Mrs. Augustine mengungkapkan kesannya dengan menulis “setelah berjumpa dengan Imam Jemaat Ahmadiyah disini, saya tidak memiliki kata-kata untuk diungkapkan. Selama pertemuan berlangsung saya bertanya kepada beliau apa solusi bagi tindakan radikalisme dan ekstrimisme? Beliau menjawab dengan lengkap pertanyaan sulit tersebut hanya dengan dua kata bahwa solusi dari masalah tersebut adalah memberikan pendidikan dan pengasuhan yang memadai serta mengajarkan Islam yang benar.
Professor Loli Diaz, seorang profesor wanita dari Universitas Qurtuba, Latvia membagi kesannya dengan menulis, “Kata-kata saya bukan karena dorongan emosi saya. Ini adalah kepercayaan saya bahwa Jemaat serta Khalifah Jemaat ini benar-benar berbeda dari umumnya umat Islam lainnya, dan saya merasakan perbedaan tersebut di dalam diri saya.”
Empat puluh enam anggota delegasi Bosnia, terdiri dari 18 orang Ahmadi dan sekitar 28 orang simpatisan Jemaat yang hadir pada Jalsah tahun ini, salah seorangnya adalah Ny. Yasmin, yang juga presiden sebuah LSM dan baru mengenal Jemaat. Ia menyetir mobilnya sendiri dengan menempuh perjalanan sejauh 1200 km untuk sampai ke tempat ini. Iaberkata, “Saya tidak menemukan adanya kekurangan dalam pengaturan Jalsah.” Inilah hasil pengkhidmatan yang diberikan para relawan yang tidak seberapa namun membawa kesan bagi pihak luar.
Kemudian seorang tamu bernama Tn. Nijat yang berasal dari Jemaat Katolik Roma Bosnia. Ia seorang politikus terkenal, intelektual ternama dan juga anggota dewan kota Totla. Ia berkata, “Pengaturan Jalsah dikelola dengan sangat baik. Setelah menyaksikan ketulusan para relawan, saya berkesimpula bahwa mereka memiliki keimanan yang kuat, ucapan dan perbuatan mereka yang sesuai merupakan rahasia dibalik kemajuan mereka. Dan pokok utama yang membangun kondisi mereka tersebut adalah hubungan mereka dengan Khilafah.”
Tn. Mahir seorang tamu ghair Ahmadi yang hadir di Jalsah dengan istrinya dengan biaya sendiri mengatakan, “Para tamu disini diperlakukan dengan penuh cinta kasih. Saya berkata dengan sungguh-sungguh bahwa kasih sayang yang kami dapatkan disini tidak ada bandingannya dimanapun di dunia ini.”
Ny. Diana, tamu dari Bosnia, berprofesi sebagai perawat dan kenal dengan Jemaat lewat karib kerabatnya. Ia melakukan perjalanan bersama suami dan orang tuanya dengan biaya sendiri. Ia berkata, “Semua pengaturan Jalsah dikelola dengan sangat sempurna. Setelah menyaksikan ketulusan para pekerja, kami merasa malu karena mereka menanggung kesusahan seperti ini demi kami.”
Acara Jalsah meninggalkan kesan amat positif bagi Tn. Amir, seorang tamu yang baru pertama kali menghadiri Jalsah. Ia mengatakan, “Sepulangnya nanti, saya akan menyampaikan apa yang saya rasakan selama Jalsah, dan ini tidak bisa saya ucapkan dengan kata-kata. Hal ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh sebab itu setiap orang harus menghabiskan beberapa hari dengan Jemaat surgawi ini agar meraih keyakinan tentang surga hakiki.”
Tahun ini delegasi dari Bulgaria terdiri dari 52 orang menghadiri Jalsah Jerman. Diantaranya 20 Ahmadi dan 32 non-Ahmadi. Mereka menempuh perjalanan sekitar 32 jam dengan bus untuk sampai ke Jerman. Di dalamnya termasuk businessmen, pengacara, dosen, mahasiswa serta masyarakat biasa. Salah seorang wanita, Aisy Nowas berkata: “Ini kali pertama saya menghadiri Jalsah. Jika seseorang ingin mengadakan perubahan dalam hidup mereka maka mereka perlu datang ke Jalsah ini. Saya telah belajar banyak disini. Ada dua hal yang secara khusus ingin saya sebutkan pertama disini kita diajarkan akan kecintaan kepada Tuhan dan kedua kita diajarkan mencintai dan menghormati satu sama lain.
Negara Bulgaria juga termasuk diantara Negara yang registrasi (ijin resmi pendirian organisasi) Jemaat dibatalkan Pemerintahnya dan penentangan dari para ulama ghair berada pada puncaknya. Akibatnya pemerintah pun dipengaruhi oleh mereka, maka dari itu doakanlah Jemaat Bulgaria supaya Allah Ta’ala memperbaiki keadaan mereka dan Jemaat bisa didaftarkan kembali dan kita dapat bertabligh secara terbuka dan semoga Allah Ta’ala memungkinkan mereka untuk sekali lagi melakukan kegiatan Jemaat.
Seorang tamu dari delegasi Bulgaria, Tn. Fafkwanal berkata: “Ini pertama kalinya saya menghadiri Jalsah yang beberkat ini. Sulit untuk saya gambarkan dengan kata-kata, tetapi saya telah mempelajari bahwa hanya para Ahmadi yang benar-benar mengajarkan tentang perdamaian dan menunjukkan rasa hormat dan ingin menjadikan dunia seperti surga.”
Dee Moro Aaf, tamu dari delegasi tersebut berbicara kepada saya, “Pidato Anda (Hudhur) tentang kecintaan pada umat manusia amat mengesankan. Kaum yang mempunyai anak-anak seperti itu maka masa depannya akan terjaga.”
Lalu Mrs. Dessilaya, dosen psikologi berkata “Jalsah ini merupakan sebuah keajaiban. Saya tidak melihat pertengkaran di sini. Saya menyukai makanan yang saya sukai. Obat-obatan disediakan. Khotbah Jumat amat mengesankan saya. Andai dunia ini mendengarkan nasehat Hudhur dan berjalan di jalan yang lurus maka harus mendengarkan nasehat Hudhur.”
Seorang pemuda Guinea Bissau, Abu Bakr, yang sedang mengambil gelar Master di bidang keamanan publik di sebuah universitas di Portugal menyatakan: “Pengaturan keamanan yang saya lihat di Jalsa benar-benar unik. Ini benar-benar meninggalkan kesan di hati saya. Pemerintah pun akan kesulitan mengatur orang sebanyak ini. Saya tidak melihat perkelahian di sini.”
Sebuah delegasi berjumlah enam puluh lima orang dari Macedonia ikut serta dalam Jalsah ini. Sejumlah besar mereka bepergian dengan bus selama 42-45 jam, menempuh jarak sekitar 2.000 km. Diantaranya adalah lima wartawan dari empat stasiun TV yang berbeda. Tiga perwakilan dari stasiun TV lokal sementara satu wartawan masuk ke sebuah stasiun TV nasional.
Selama Jalsah para jurnalis tersebut melakukan rekaman mereka dan mengambil wawancara dari orang-orang yang berbeda. Dua puluh delapan wartawan yang lain lagi berjumpa dengan saya. Mereka mengatakan bahwa mereka akan membuat sebuah dokumenter dan menunjukkan rekaman-rekaman serta keseluruhan wawancara yang telah mereka lakukan. Di antara mereka 32 adalah orang Kristen, 23 adalah orang Muslim Ahmadidan 10 adalah Muslim Ghair-Ahmadiyah. Pada hari terakhir salah satu dari mereka mengucapkan janji baiat.
Seorang tamu berasal dari kota Berovo, Macedonia, Belagista Trenchoska yang berprofesi sebagai pengacara berkata, “Seluruh pengorganisasian acara ini luar biasa, saya tidak melihat adanya kekurangan.” Dia kemudian mengatakan “Apa pun isi pidato tentang hak-hak wanita, saya memahaminya sebagai ajaran yang sangat baik. Wanita bertanggung jawab atas mengasuh dan mendidik anak-anak dan peran mereka sangat penting dalam masalah ini.” Kemudian, ia mengutip pidato tentang hak-hak perempuan, “Singkatnya saya hanya akan mengatakan sebagaimana isi pidato yang menyebutkan bahwa merupakan tanggung jawab seorang wanita untuk mengurus sarangnya sementara pria adalah orang yang melindungi sarangnya.”
Seorang reporter televisi wanita dari Macedonia berkata: “Sebagai seorang jurnalis saya sangat berterimakasih atas pengalaman baru ini. Saya akan membawa kembali kesan ini bersama saya ke Macedonia dan perjumpaan saya dengan yang Mulia (Huzur) memiliki dampak sangat positif bagi saya.”
Kemudian reporter TV Macedonia lainnya, Tn. Saler Roteski mengatakan “Saya telah belajar banyak tentang Muslim. Saya sangat kagum melihat begitu banyak orang berkumpul di satu tempat dan setiap orang menyelesaikan tugas mereka sendiri dan tidak ada yang memiliki masalah.”
Seorang reporter TV Macedonia lainnya, Rodne Deloska mengatakan “Saya telah banyak sekali belajar hal baru tentang Islam dari Jalsa ini. Saya mewawancarai beberapa orang yang menerima Islam. Ketika saya kembali ke Macedonia, saya akan membuat sebuah dokumenter dari semua rekaman ini dan menyebarkan pesan ini kepada orang-orang Macedonia.”
Seorang tamu dari Lithuania bernama Agosti mengatakan “Saya merasa seolah-olah berada di rumah sendiri. Saya sangat senang memiliki kesempatan untuk menyaksikan berbagai suku budaya, agama, tradisi, makan dan minum dan banyak hal lainnya. Ajaran ini benar dan universal.”
Tamu Lituania lainnya, Nyonya Angreda, mengatakan: “Inilah pertama kalinya saya menghadiri acara ini dan saya juga benar-benar takjub dan tercengang melihat betapa indahnya acara ini terselenggara. Setelah mengikuti seluruh kegiatan dan bertemu dengan Khalifa, semakin meningkatkan ketertarikan saya untuk mempelajari tentang Jemaat ini.”
Demikian pula, hadir sebuah delegasi dari Kosovo yang terdiri dari 18 orang, 1 Ghair Ahmadi dan 17 lainnya adalah Ahmadi. Seorang tamu dari Estonia, Laura menyatakan: “Saya sangat terkesan dengan pengorganisasian Jalsah. Pidato penutup pimpinan Jemaat memaksa kita untuk merenungkan banyak hal dan hal ini memberikan kesan yang mendalam dan benar-benar pengalaman yang memberikan dampak bagi saya.”
Sebuah delegasi terdiri dari 48 orang datang dari Albania. 19 di antaranya Ahmadi dan 29 lainya Ghair-Ahmadi. Mereka menempuh perjalanan selama 43 jam. Di antara mereka ada dua wakil dari pemerintah; salah satunya adalah Ketua Komite Negara, Owna Kalts. Begitupun, hadir di Jalsah ini 20 orang delegasi dari Hungaria terdiri dari 11 orang Ahmadi dan 9 orang Ghair-Ahmadi.
Seorang wanita dari Armenia, Ny. Agiya Yaas, yang sangat terkenal akan pekerjaan sosial di kotanya, Gyor, Hungaria. Dia juga juru bicara kabinet untuk minoritas Armenia di negara tersebut berkata, “Saya berjalan di tengah ribuan umat Islam tanpa rasa takut. Media mengklaim imigran, khususnya Muslim, memperlakukan buruk umat agama lain dan juga wanita, namun mereka harus datang ke sini dan menyaksikan betapa sopannya para Ahmadi.”
Tamu lain dari Hongaria, Mr. Gaber Thomas, saat mengungkapkan perasaannya mengatakan: “Saya telah bekerja sebagai pendeta di Amerika untuk waktu yang sangat lama dan telah berkeliling dunia namun saya tidak pernah menyaksikan pemandangan seperti ini sebelumnya. Ahmadiyah sangat beruntung karena mereka memiliki seorang pemimpin yang mencintai Ahmadiyah dan membimbing mereka dalam segala hal. Setelah menghadiri Jalsa, saya merasa keyakinan saya semakin kuat.”
Seorang kawan dari Suriah, Tn. Akram Domani, mengatakan: “Saya dikenalkan dengan Jemaat hampir satu bulan yang lalu. Salah satu hal yang saya anggap sebagai mukjizat adalah bahwa meskipun ada sejumlah besar orang yang hadir, tidak ada satu kejadian pun baik pertikaian ataupun perselisihan dalam tiga hari ini. Hal lain yang saya anggap sebagai keajaiban adalah bahwa Ahmadiyah memandang wanita tamu dengan rasa persaudaraan dan rasa hormat. Istri saya juga mengatakan kepada saya bahwa tidak sekali pun orang memandangnya dengan niat buruk.”
Osama Abu Muhammad Halbi berkata: “Saudara-saudara Ahmadi melayani kami dengan cara yang paling baik dalam menyediakan makanan dan akomodasi. Meskipun saya bukan Ahmadi, tapi saya harus mengatakan bahwa saya harus memuji semua usaha dan pengkhidmatan mereka.”
Kawan dari Suriah, Tn. Mahmood Sahib, yang tinggal di Polandia berkata: “Setelah mendengarkan pidato Peimimpin Jemaat Ahmadiyah, hati saya dipenuhi dengan perasaan senang dan bahagia. Dalam salah satu pidatonya, beliau mempresentasikan solusi untuk semua masalah di dunia.”
Tamu lain, Tn. Boi Migar, mengatakan: “Pemimpin Jemaat Ahmadiyah berbicara tentang pentingnya saling memahami dan dengan mengutip ayat-ayat Alquran, beliau membuktikan bahwa Islam bukanlah agama ekstremisme.”
Di Jerman, dari mereka yang menghadiri Jalsa, 33 orang dari 11 negara yang berbeda memiliki kesempatan untuk Berbaiat. Mereka berasal dari Albania, Gambia, Ghana, Jerman, Irak, Yaman, Maroko, Palestina, Suriah, Turki dan Lithuania.
Nn. Namis Abdul Jaleel dari Estonia juga hadir dan berkesempatan melakukan Bai’at. Dia berkata: “Saya menganggap diri saya sangat beruntung karena banyak orang di Jalsa berdoa agar saya menjadi seorang Ahmadi. Saya belum pernah melihat persatuan dan persaudaraan di antara wanita seperti yang saya lihat di sini.”
Berkaitan dengan liputan media, pada hari pertama, sebuah konferensi pers berlangsung setelah sholat Jum’at, di mana media nasional dan internasional hadir. Media internasional termasuk perwakilan televisi dan surat kabar dari: Italia, Macedonia, Austria, Brazil dan Belgia. Dari antara media nasional Jerman, empat diantaranya saluran televisi dan tiga media cetak. Lalu dari media local, yang hadir saluran radio NTV dan tiga media lainnya. Menurut laporan dari liputan selama tiga hari tersebut, seluruh media menayangkan; termasuk lima saluran televisi, tiga saluran radio, dan enam puluh satu koran dan media cetak lainnya; tabligh dari Jalsa Salana mencapai lebih dari lima puluh sembilan juta, dua ratus ribu [59.200.000] orang. Selanjutnya, liputan oleh media internasional yang diharapkan akan disiarkan dalam minggu depan – menurut perwakilan media – diperkirakan akan mencapai tingkat pendapatan penonton sebanyak empat puluh satu juta, tiga ratus ribu [41.300.000] orang.
Demikian pula, cakupan Jalsa Salana Jerman juga disiarkan melalui situs alislam [www.alislam.org] dan dengan bantuan studio MTA German. Mereka juga mengupload siaran pers dari departemen Central Press & Media. Jalsa juga banyak dibahas di media sosial. Termasuk: Facebook, yang memiliki empat pos yang dilihat oleh empat ratus dua puluh ribu [420.000] orang dan tiga puluh enam ribu [36.000] orang menyukai dan mengomentarinya. Selain itu di twitter, lima ratus tiga puluh enam ribu [536.000] orang melihat tweet Jalsah dan lima ribu delapan ratus retweet tentang Jalsah.
Jadi, ini adalah beberapa ungkapan perasaan dari berbagai macam tamu yang hadir di Jalsah. Namun, ada beberapa kekurangan yang akan saya sebutkan secara ringkas. Yang pertama bahwa orang-orang berkeliaran di luar selama acara Jalsah. Sistem suara dan perangkat penerjemah tidak berfungsi dengan baik, terutama selama Khotbah Jumat. Ini juga harus diperbaiki. Demikian pula, karena jumlah tamu yang tidak diantisipasi, hampir empat ratus tamu tidur tanpa kasur. Meskipun, ini bukan masalah serius, bagaimanapun, jamaah Jerman harus membuat ketentuan yang lebih baik untuk masa depan. Beberapa orang juga mengeluhkan kurangnya disiplin di dalam Jalsah Gah. Ini perlu diatasi. Demikian pula ada keluhan tentang kekurangan makanan. Namun demikian, sehubungan dengan kekurangan ini saya telah menyampaikannya. Tim Jalsa juga harus merenungkan kekurangan mereka sendiri dan berusaha memperbaiki hal ini. Mereka harus memusatkan perhatian mereka pada masalah ini dan memastikan perencanaan yang matang dibuat sebelumnya.
Semoga Allah memerika karunia kepada semua pekerja agar bekerja keras guna perbaikan di masa depan. Selama lawatan ini juga ada acara peresmiaan masjid. Dengan rahmat Allah ini memberi dampak positif pada para tamu dan mereka dengan tegas menyatakan pendapat mereka bahwa Islam ini harus menyebar ke seluruh Jerman.
Semoga Allah mengizinkan Jamaat Jerman bekerja untuk menyebarkan pesan Islam dalam kapasitas yang lebih besar di masa depan, dan selanjutnya memungkinkan mereka untuk membangun cakupan yang mereka terima.
Penerjemah Yusuf Awwab; editor: Dildaar Ahmad