Khotbah Jum’at
Hadhrat Khalifatul Masih Vatba
Tanggal 24 Juli 2009/Wafa 1388 HS
Di Baitul Futuh, London, U.K.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Hari ini dengan karunia Allah Ta’ala, Jalsah Salanah Jemaat Inggris tengah dimulai. Sejak 25 tahun yang lalu sampai kini, Jemaat Inggris tengah menangani penyelenggaraan Jalsah-jalsah yang dari satu segi merupakan Jalsah Salanah Internasional. Disebabkan keberadaan Khalifah di sini, tamu-tamu Ahmadi dari berbagai negara ‑karena taufik‑ mereka berusaha berbondong-bondong datang ke sini. Akan tetapi saudara-saudara yang bukan Jemaat pun menganggap Jemaat Ahmadiyah ini sebagai Jemaat yang berbeda dengan Jemaat Islam lainnya atau dengan kelompok-kelompok agama manapun yang ada di dunia. Dan dengan alasan itulah mereka mengadakan kontak. Jemaat ini berbeda dengan Jemaat lainnya dan karena alasan itu juga mereka menyatakan keinginan-keinginan baik mereka. Mereka juga datang ke sini membacakan amanat. Jumlah mereka pun cukup banyak, selain dari Afrika, sebagian datang juga dari negara-negara lain kemudian mereka kembali dengan membawa satu kesan khusus. Kesan-kesan baik mereka ‑sebagaimana saya senantiasa jelaskan‑ setiap tahun di dalam khutbah sesudah Jalsah. Jadi, hal tersebut saat ini akan saya terangkan.
Kini, saya ingin menarik perhatian para anggota Jemaat kepada beberapa hal yang di antaranya berkaitan dengan para penerima tamu dan termasuk juga para tamu. Saya akan banyak mengingatkan beberapa perkara dan juga akan banyak mengingatkan para tamu. Berkenaan dengan para penerima tamu dan para petugas yang bertugas ‑di dalam khutbah yang lalu‑ saya telah memberitahukan kepada mereka secara umum mengenai cara melayani tamu dengan mengambil contoh dari cara Rasulullah saw dan sejarah hidup Hadhrat Masih Mau’ud. as.. Hari ini ada beberapa hal lain yang saya akan terangkan, sebagian di antaranya ada satu hal untuk para penerima tamu dan yang lainnya untuk para tamu. Sebagaimana saya telah jelaskan bahwa dari satu segi, Jalsah ini telah mengambil bentuk Jalsah Internasional dan di dalamnya ikut serta juga orang-orang ghair Ahmadi yang memiliki perasaan-perasaan yang baik. Dan di dalam berbagai program pun mereka terus mengikuti acara selama tiga hari sesuai waktu mereka.
Kemudian para tetangga kita ‑yang sebagian dari antara mereka, sampai sekarang pun‑ mengkategorikan Jemaat kita kedalam kelompok Islam yang berkenaan dengan itu diperoleh kesan bahwa jemaat ini merupakan kelompok garis keras yang menyebabkan terjadinya kekacauan di dunia ini. Secara umum di dalam majlis-majlis atau pertemuan-pertemuan dengan orang-orang ghair, kapan saja saya mendapatkan taufik, saya berusaha menjauhkan kesalah-pahaman mereka. Dan memberitahukan bahwa ajaran Islam bukan merupakan ajaran seperti yang dilakukan oleh golongan garis keras. Ajaran Islam merupakan ajaran cinta dan kasih sayang. Pada zaman ini Hadhrat Masih Mau’ud as telah membukakan ajaran kasih itu di hadapan kita. Dengan rujukan yang sebelumnya telah saya jelaskan, saya akan berbicara berkaitan dengan sebagian perkara-perkara yang menyangkut peraturan-peraturan. Pertama-tama dengan rujukan fihak-fihak lain atau orang luar Islam yang memiliki persepsi yang salah berkenaan dengan ajaran Islam, saya akan kemukakan ajaran ini dari kalimat-kalimat Hadhrat Masih Mau’ud as di hadapan mereka, yang darinya akan menjadi jelas kebaikan dan keindahan Islam.
Beliau as bersabda, “Asas-asas atau peraturan-peraturan Islam ini sangat indah, yakni memberikan keamanan. Peraturan tersebut meletakkan asas-asas perdamaian serta memberikan dukungan untuk perbaikan keadaan akhlak. Kami menganggap semua nabi yang datang ke dunia ini adalah benar. Baik mereka itu yang zahir di India, di Persia, di Cina atau di negara mana pun. Allah Ta’ala telah menanamkan kehormatan serta kemuliaan mereka di dalam hati puluhan juta manusia. Dia telah menegakkan dasar agama mereka dan agama mereka telah berjalan sampai beberapa ratus tahun. Inilah pokok yang telah Alquran ajarkan kepada kita. Dari segi dasar inilah kita menganggap bahwa semua pendiri agama, mempunyai riwayat hidup sesuai dengan definisi ini. Kita melihat mereka dengan pandangan penuh hormat, baik mereka merupakan pendiri agama Hindu atau agama Persia atau agama orang-orang Cina atau agama Yahudi atau agama Kristen”.[1].
Kemudian beliau as. bersabda, “Islam merupakan agama suci dan agama perdamaian yang tidak pernah menyerang pendiri agama mana pun. Dan Alquran merupakan kitab yang layak dimuliakan. Alquran telah meletakkan asas perdamaian di kalangan bangsa-bangsa dan telah mengakui nabi setiap kaum di seluruh dunia. Kebanggan ini khusus diperoleh dari Alquran yang berkaitan dengan para nabi, inilah ajaran yang telah diberikan bahwa:
— Lâ nufarriqu bayna ahadim minhum wa nahnu lahû muslimûn — (Al-Baqarah:137)
Yakni, kalian wahai orang-orang Islam! Katakanlah bahwa kami beriman kepada semua nabi dan kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka. Dan kami tidak berpendirian untuk mengimani sebagian mereka dan meninggalkan sebagian lainnya”
Jadi, manakala para pemuka kaum lain, leluhur mereka dan para nabinya dihormati, maka nuansa cinta dan kasih sayang akan terwujud. Orang-orang yang dibangkitkan dari Allah Ta’ala dan dia mendakwakan diri sebagai wujud yang dikirim Tuhan; atau orang-orang yang mengimaninya mengangap mereka itu sebagai pilihan Tuhan dan satu Jemaat berjalan mengikutinya serta menghormatinya. Jadi dalam keadaan eksisnya ajaran itu, lalu mengatakan bahwa Islam sebagai agama garis keras dan sebagai agama teror. Dan atas dasar itu juga berburuk sangka kepada orang-orang itu. Dan kemudian mencari-cari keberatan tanpa alasan. Hal itu tidak hanya sekedar bertentangan dengan keadilan bahkan merupakan keaniayaan.
Oleh karena itu saya katakan kepada para tetangga kita yang memiliki persepsi seperti itu. Dikarenakan pada hari Jum’at kadang-kadang sebagian dari mereka juga ada yang datang atau ada delegasi mereka yang hadir. Dengan cara demikian, amanat ini sampai kepada mereka. Berkenaan dengan kami hendaknya saudara-saudara mengeluarkan segala macam buruk sangka lalu membersihkan hati saudara-saudara. Sejauh berkaitan dengan kami, teradapat perintah bahwa terhadap musuh sekali pun kami harus membersihkan dada kami dan mendo’akan mereka. Bahkan di dalam agama Islam, maka tetangga memiliki hak-hak sedemikian rupa. Yakni sahabat Rasulullah saw. pada satu waktu telah menyangka bahwa jangan-jangan tetangga juga dinyatakan berhak untuk mewarisi harta kita. Jadi jika di dalam hati mereka ada semacam sesuatu yang harus dijaga. Mereka tidak perlu khawatir. Maka kami menempati tanah ini yang namanya Hadiqatul Mahdi untuk menyemaikan benih petunjuk. Kami datang untuk menyemaikan benih-benih cinta, kasih sayang dan hak-hak hamba Allah. Dengan demikian banyak sekali secara mayoritas merupakan orang-orang yang bersikap solidaritas (memiliki rasa simpati) terhadap kami. Mereka setiap saat bersedia untuk memberikan bantuan kepada kita. Di tahun-tahun yang lalu, pada hari-hari Jalsah, terdapat beberapa kesulitan-kesulitan. Di antara mereka banyak yang memberikan bantuan kepada kita. Dan untuk penyelenggaraan Jalsah pada tahun ini juga, mereka memberikan pendapat yang berpihak kepada kita. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Dan hendaknya semua orang Ahmadi juga berterima kasih kepada mereka.
Selanjutnya saya juga ingin mengatakan kepada teman-teman kita dan orang-orang yang memiliki solidaritas dengan kita. Sebagaimana baru saja saya beritahukan bahwa ajaran Islam merupakan ajaran yang memandang dengan hormat kepada semua pendiri agama. Dan atas dasar iman kami, kami juga menghormati semua nabi. Tetapi tatkala diterbitkan literatur-literatur kotor di negeri Barat berkaitan dengan nabi kami dan junjungan kami Hadhrat Muhammad Musthafa saw., kepada beliau, kepada Alquran Karim, kepada istri-istri beliau dan kepada para sahabat beliau dilakukan upaya untuk menjadikan mereka sebagai sasaran cemohan, maka kemudian orang-orang Islam menzahirkan reaksi mereka terhadap hal itu. Dan orang-orang Islam yang tidak ikut serta di dalam Jemaat Ahmadiyah dan mahrum dari nikmat Nizam Khilafat. Dan dikarenakan tidak adanya bimbingan, maka reaksi mereka itu kemudian seperti sebagai aliran garis keras. Sejauh berkaitan dengan persoalan Jemaat Ahmadiyah, Jemaat Ahmadiyah juga menzahirkan reaksinya. Akan tetapi reaksi kami merupakan ajaran Islam yang indah. Dan kami menzahirkan kepada dunia contoh indah/cantik dari Rasulullah saw. Singkat kata, akibat dari reaksi umat Islam yang salah itu, maka para penulis barat dan para orientalis menulis buku-buku yang sia-sia, sehingga tulisan mereka menyulut emosi umat Islam. Dan tatkala saya membicarakan hal itu di berbagai kalangan di sini, mereka senantiasa sepakat dengan saya bahwa untuk menegakkan keamanan dan untuk meningkatkan cinta serta kasih sayang, perlu memperhatikan perasaan-perasaan antara satu dengan yang lainnya.
Jadi, tetangga kita yang di benak mereka terdapat kesan yang salah dengan meletakkan fakta-fakta yang ada hendaknya berusaha memenuhi tuntutan atau batasan keadilan. Sebagaimana saya telah katakan bahwa kami datang kemari untuk menaburkan benih-benih cinta dan kasih sayang. Kami datang untuk merebut hati dengan cinta dan kasih sayang. Dan di dalam perlawanan orang-orang yang sedemikian rupa memperlakukan kami, maka dari pihak kami hanya ada ungkapan pernyataan perasaan baik untuk mereka.
Saya katakan kepada orang-orang Ahmadi bahwa apa yang dikatakan dengan panjang lebar kepada orang-orang yang bukan Ahmadi. Hal itu saya lakukan supaya terasa di dalam hati kalian bahwa apa tanggungjawab kita. Selain tanggungjawab sebagai tamu yang saya akan sebutkan. Hendaknya setiap orang Ahmadi, baik dia juga sebagai orang yang bertugas dan ini pun merupakan tanggungjawabnya. Jadi setiap Ahmadi yang ikut serta dalam Jalsah ini, baik pria maupun wanita, tua atau pun muda, pahamilah tangungjawab kalian ini. Setiap tahun siapa pun tetangga kita jangan sampai mereka mendapat kesempatan untuk menyatakan keluhan mereka kepada kalian. Kendati demikan kebanyakan mereka mengetahui dan memahami tentang hakikat itu bahwa dalam pertemuan yang sedemikian besar, dalam setiap pekerjaan, tidak mungkin sempurna seratus persen dan mereka memaklumi atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan. Tetapi dari pihak kita hendaknya berusaha sedemikian rupa, sehingga pada saat orang-orang yang memiliki rasa solidaritas dengan kita dan orang-orang yang tidak memiliki solidaritas dengan kita; atau mereka yang senantiasa berfikir untuk mencari kelemahan-kelamahan. Kita berikan kesempatan pada mereka bahwasanya akibat jalsah, penduduk di sini harus menghadapi kesulitan dalam bentuk apa pun. Sebagian orang untuk melakukan keberatan-keberatan terus menerus mencari-cari alasan-alasan. Tetapi hendaknya kita harus berusaha dan juga berdo’a supaya orang-orang yang mencari-cari alasan jangan pernah memperoleh peluang untuk mencari-cari alasan-alasan seperti itu. Para panitia penyelenggara Jalsah Salanah telah membuat peraturan-peraturan lalu-lintas bagi tamu yang pulang-pergi. Taatilah peraturan-peraturan itu. Bahkan di sini, sesuai dengan undang-undang Negara, mentaati peraturan-peraturan lalu-lintas merupakan keharusan bagi setiap orang atau bagi warga negara. Janganlah menganggap bahwa di tempat kita ini jalannya kecil, karena itu dapat memarkir kendaraan di mana saja. Sebagian orang yang datang dari Eropa juga tidak berhati-hati dan demikian juga sebagian penduduk Inggris tidak berhati-hati. Jika setiap orang memarkir kendaraannya di jalan, maka jalan-jalan akan tertutup sama sekali. Kemudian penduduk-penduduk yang berada di kiri dan kanan kita, satu arah terdapat kampung Alton atau sebuah kota kecil, jangan pernah memarkir kendaraan di jalan-jalannya dan di depan rumah-rumah mereka. Dua tahun yang lalu pun terdapat keluhan dari para penghuni rumah-rumah itu, khususnya di hari-hari hujan ketika kendaraan-kendaraan menjadi banyak. Kini lalu-lintas kendaraan sudah diatur. Tetapi hari ini juga bisa terjadi bahwa akibat hujan jika masuk sedikit saja akan timbul kesulitan, maka dalam kondisi seperti itu, sama sekali jangan memarkir kendaraan di luar. Keluhan yang terjadi dua tahun sebelumnya, karena itu banyak sekali tetangga mulai angkat bicara berkenaan dengan kita dalam corak seperti itu. Kendati berkenaan dengan itu, para panitia Jalsah yang berwenang cukup banyak memberikan perhatian akan hal itu, sehingga jangan terjadi peristiwa seperti itu lagi. Tetapi siapa pun orang Ahmadi, hendaknya jangan melakukan tindakan demikian, sehingga panitia penyelenggara Jalsah perlu mengingatkan mereka. Setiap Ahmadi harus menyadari akan tanggungjawabnya sendiri, dari mana pun dia datang. Berhati-hatilah sendiri dan sebagaimana saya telah katakan bahwa Islam telah memberikan hak yang sangat banyak kepada tetangga dan orang-orang yang tinggal di kanan kiri Hadiqatul Mahdi. Semua orang-orang itu merupakan tetangga bagi setiap individu Jemaat yang datang ke sini untuk ikut Jalsah. Sejauh berkaitan dengan persoalan memarkir kendaraan. Untuk orang-orang yang membawa kendaraan dalam keadaan hujan pun, panitia penyelenggara telah mengatur tempat parkir. Tetapi sebagaimana telah diuji coba pada tahun yang lalu dan juga dalam tahun yang berjalan, dari sejak waktu yang lama telah diberitahukan kepada cabang-cabang. Dan hal yang tepat juga bahwa daripada membawa kendaraan sendiri dari London sampai ke Alton, maka kereta yang disiapkan ini merupakan alternatif yang sangat murah, gunakanlah itu. Untuk antar jemput sampai ke stasiun dari mesjid Fadhal London dan juga dari Baitul Futuh disiapkan bis yang nyaman. Dan dari Alton menuju ke Hadiqatul Mahdi juga ada pengaturan bis. Manakala demi untuk Allah telah diniatkan ikut serta dalam Jalsah, maka kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan kecil hendaknya diabaikan.
Sebagian orang angkat bicara juga bahwa apabila jalan kecil, terdapat kesulitan lalu-lintas kendaraan dan ada bahaya hujan, maka kenapa tempat ini dibeli? Maka di mana pun kalian beli tempat untuk Jalsah, kesulitan itu pasti akan dihadapi. Menghadapi kesulitan semacam itu pun terpaksa juga harus dihadapi di Islamabad. Padahal jumlah orang yang ikut serta Jalsah di sana pada saat itu sangat sedikit. Tetapi lama kelamaan penduduk di sana pun dan orang-orang Ahmadi juga menjadi terbiasa dengan kondisi demikian. Di sana pun pada mulanya terdapat keberatan-keberatan tetangga akibat lalu-lalang kendaraan. Lama kelamaan mereka menjadi terbiasa dengan itu dan keberatan-keberatan itu menjadi hilang. Maka di sini pun – Insya Allah – kesulitan itu akan menjadi lenyap. Tapi merupakan tugas seorang Ahmadi bahwa dengan alasan apa pun, jangan menjadikan penyebab kesulitan bagi penduduk asli di sini. Bahkan setiap Ahmadi hendaknya masing-masing memperlihatkan contoh sehingga jika sekali pun di dalam hati seseorang ada pemikiran yang negatif berkenaan dengan orang Ahmadi, maka dengan melihat sikap kalian akan timbul rasa malu di hati mereka. Dan berkaitan dengan orang Ahmadi, mereka akan mulai berpikir obyektif tentang kalian setelah mengubah pikiran negatifnya. Bahkan mereka akan mengulurkan tangan persahabatan dan memiliki ikatan dengan kita, mereka anggap sebagai kehormatan.
Setiap orang Ahmadi merupakan duta Ahmadiyah. Ini hendaknya setiap saat senantiasa tertanam di dalam pikiran setiap orang bahwa kalian adalah duta Ahmadiyah. Sejalan dengan harapan itu, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: Setelah menjadi murid kami, kemudian janganlah mempermalukan kami. Setelah menjadi murid, kemudian siapa yang bisa mempermalukan? Maksudnya adalah hendaknya akhlak kalian sedemikian rupa luhurnya sehingga kalian merupakan orang yang menampilkan akhlak mulia sedemikian rupa. Yakni telunjuk yang mengarah ke arah setiap orang Ahmadi menjadi faktor penyebab nama baik bagi Jemaat Ahmadiyah dan Hadhrat Masih Mau’ud as. Maksud sejati Jalsah Salanah adalah untuk menciptakan perubahan-perubahan suci. Jadi perubahan-perubahan suci inilah yang menjadikan seorang Ahmadi lebih utama dari orang lain.
Pada hari-hari ini sejauh penzahirannya dengan ibadah-ibadah dari pihak kalian dan menampilkan itu secara kongkrit dengan akhlak luhur dan mulia, adalah merupakan kewajiban setiap orang Ahmadi. Memang kepada para petugas saya telah menarik perhatian mereka supaya setiap saat harus siap sedia dalam memberikan pelayanan kepada para tamu dan jangan pernah memberikan kesempatan kepada para tamu mana pun sampai menyatakan keluhannya. Tetapi merupakan kewajiban para tamu juga untuk selalu menampilkan dan memperlihatkan akhlak yang luhur, menciptakan semangat dan kesabaran di dalam dirinya. Jika pernah terjadi pelayanan yang tidak benar dari seorang petugas, maka ingatlah bahwa mereka juga manusia. Dari pihak mereka bisa saja terjadi lupa. Sebagian petugas terkadang berhari-hari mereka bekerja. Sebagian dari mereka hanya memperoleh kesempatan tidur 2 jam dari 24 jam. Dan atas dasar tuntutan manusiawi, dalam kondisi seperti itu, petugas tidak bisa memberikan jawaban atas suatu perkara dengan memuaskan kepada seorang tamu atau dalam pikirannya hak pelayanan tamu terhadap dirinya tidak dapat terpenuhi. Maka hendaknya tamu juga menghargai dan seyogya memaafkan petugas itu. Kebanyakan tamu-tamu merupakan penduduk Inggris yang datang dari berbagai kota dan di sini sebagaimana saya telah katakan, tamu tengah datang dari seluruh dunia. Orang Ahmadi juga dan orang yang bukan Ahmadi juga. Jika ada petugas meninggalkan tamu setempat lalu lebih mengkonsentrasikan perhatian kepada tamu yang datang dari luar, yang memang hendaknya demikian, maka kemudian tamu setempat seyogyanya jangan menganggap buruk hal itu.
Terdapat juga contoh Hadhrat Masih Mau’ud as sebagai tamu, yakni tatkala Hadhrat Masih Mau’ud as menjadi tamu, maka apa contoh yang beliau perlihatkan itu ada di hadapan kita dan contoh tersebut juga menjadi pedoman bagi kita hari ini.
Pada suatu ketika Hadhrat Masih Mau’ud as berada dalam sebuah perjalanan dan dikarenakan sibuk dalam pekerjaan, beliau tidak sempat makan malam. Setelah larut malam, beliau merasa lapar. Kemudian beliau menanyakan tentang makanan, maka semua petugas menjadi cemas, karena begitu banyak orang yang datang di sana. Semua petugas telah makan dan tidak ada sedikit pun makanan yang tersisa. Pada malam hari pasar pun sudah tutup yang mana dari sanalah makanan bisa dipesan. Ketika hal ini sampai kepada Hudhur as. bahwasanya makanan telah habis dan semua petugas menjadi cemas, untuk itu cepat-cepat petugas memasak makanan. Beliau as berkata bahwa tidak perlu menjadi cemas. Lihatlah di meja makan, mungkin ada potongan-potongan roti yang tersisa, ambillah itu. Maka dari potongan-potongan roti yang tersisa sedikit itu lah beliau makan dan beliau membuat puas para petugas yang ada di sana. Penulis menambahkan bahwa jika Hadhrat Masih Mau’ud as pada waktu itu memerintahkan untuk memasak makanan, maka bagi kami itu merupakan kehormatan. Dan mengenai hal itu kami akan merasa bangga dan di dalamnya itu terdapat keberkatan. Akan tetapi beliau as. merasa khawatir menyusahkan kami, maka beliau menahan kami untuk tidak perlu memasak.
Jadi inilah contoh yang hendaknya juga diperlihatkan orang yang baiat di tangan Hadhrat Masih Mau’ud as .
Pada hari-hari Jalsah pun kepada saya terdapat pengaduan juga seperti dari pihak dapur umum. Dan ketika dilakukan pengecekan terkait dengan tamu, maka tidaklah demikian bahwa tamu tidak diberi pelayanan dengan baik. Sebagaimana terkait dengan hal itu, beritanya dikemukakan dengan dibesar-besarkan. Memang hendaknya perasaan-perasaan tamu diperhatikan. Tetapi tamu juga harus menjelaskan fakta yang ada. Kini di Rabwah tidak ada Jalsah. Ketika Jalsah diadakan, maka pada waktu itu di sana pun timbul pengaduan-pengaduan. Sekarang di Rabwah, terdapat Daruzhiafat yang merupakan dapur umum Hadhrat Masih Mau’ud as, di sana pun kini dapur umum berjalan secara rutin. Jika kadang-kadang dari pihak panitia ada kesalahan yang tidak disengaja, maka di sana tamu Ahmadi juga menampkan kemarahan mereka dengan keras. Kendati pun demikian kebanyakan para panitia Jalsah juga telah memohon maaf kepada mereka. Begitu pula saya mendapat pengaduan dari dapur umum Qadian. Dan di sini, akibat keberadaan Khalifah, dapur umum berjalan secara permanen. Karena itu di sini juga senantiasa terjadi pengaduan-pengaduan. Dan pengaduan-pengaduan itu terjadi secara khusus pada hari-hari Jalsah. Di dunia luar umumnya pada hari-hari biasa, dapur tidak berjalan. Disebabkan di sana pengelolaan dapur belum bisa secara luas dan tidak ada aktifitas orang pulang-pergi. Tetapi pada hari-hari Jalsah dapur umum buka, di sana pun terjadi pengaduan. Singkat kata, kekurangan-kekurangan ini terjadi dari pihak panitia pengelola dapur umum, yang semestinya jangan terjadi seperti itu. Merupakan tanggungjawab para petugas siapa pun orang yang datang di dapur umum Hadhrat Masih Mau’ud as. Dia harus dimuliakan dan dihormati sepenuhnya. Di mana-mana dapur umum berjalan permanen. Saya ingin menarik perhatian petugas di sana bahwa siapa pun tamu yang datang di sana, baik dia sebagai peduduk tetap di sana, atau sebagai penduduk Rabwah atau Qadian, juga mereka datang kemari hendaknya diperhatikan perasaan-perasasan mereka. Dan jangan pernah mengatakan hal-hal yang tersembunyi. Walhasil, akibat dari pelayanan terhadap tamu, secara umum saya juga telah menyampaikan perkara-perkara yang terkait dengan dapur umum.
Tetapi dari pihak tamu, kembali saya tegaskan, hendaknya mereka juga menampakkan semangat dan kesabaran. Pada hari-hari Jalsah ini, karena semuanya merupakan relawan yang datang dari berbagai profesi, mereka adalah para siswa dan mahasiswa dari bebagai perguruan tinggi. Kendati mereka tinggal di dalam lingkungan seperti itu. Namun akibat baiat di tangan Masih Mau’ud as, mereka mengajukan dirinya untuk mengkhidmati tamu-tamu Hadhrat Masih Mau’ud as. Maafkanlah atas kelemahan-kelemahan mereka dan hargailah semangat mereka. Atas dasar itu lah mereka mengajukan diri mereka untuk melakukan pengkhidmatan. Sejauh masalah yang terkait dengan tamu-tamu yang bukan Jemaat. Bagi mereka terdapat penanganan secara terpisah, supaya bisa diupayakan untuk mengkhidmati tamu dengan cara yang lebih baik. Hal ini merujuk pada sabda Rasulullah saw bahwa ”Apabila kepadamu datang orang yang terhormat dari suatu kaum, maka lakukanlah penghormatan yang sebaik-baiknya untuk mereka”.
Di sini tamu-tamu yang datang untuk Jalsah hendaknya juga memperhatikan bahwa maksud kedatangan mereka adalah untuk mendengar Jalsah dan dari padanya untuk mengambil faedah ruhani. Hadhrat Masih Mau’ud as dengan jelas bersabda bahwa Jalsah ini bukanlah merupakan pesta/perayaan duniawi. Kondisi perayaan-perayaan duniawi yang di dalamnya orang-orang mondar-mandir ke sana kemari sepanjang hari, terus menerus menyaksikan atraksi-atraksi, terus menerus dipenuhi dengan adegan-adegan yang sia-sia, tidak ada lagi acara selain makan minum, teriak-teriak dan hura-hura. Sebaliknya tiga hari di sini, jika seseorang menaruh perhatian terhadap makanan ruhani bukan pada makanan jasmani, maka baru dia bisa dikatakan sebagai orang Ahmadi yang benar yang memenuhi hak janji baiatnya. Oleh karenanya jadikanlah hal itu sebagai suatu kebiasaan bahwa apa pun program Jalsah, maka hendaknya pria dan wanita, tua-muda ikut serta di dalamnya dengan serius dan tekun. Dan apa saja yang mereka dengar serta ceramah-ceramah yang mereka dengar, jadikanlah itu sebagai bagian dari hidup kalian. Jangan ada pria, wanita, pemuda dan anak-anak pada hari-hari disaat Jalsah berlangsung keluar jalan-jalan, duduk bergerombol dan kelihatan tampak sedang bermain. Untuk perempuan-perempuan, tenda anak-anak kecil terpisah. Hal ini dikarenakan anak-anak ribut dan perempuan-permpuan yang sudah tua, yang sudah tidak membawa anak-anak atau yang anak-anak mereka sudah besar, mereka menjadi terganggu. Tetapi anak-anak yang sudah remaja dan telah melewati masa umur di mana anak-anak suka menangis, yaitu yang berusia 7 atau 8 tahun, mereka sedikit sudah mulai mengerti. Orang tua anak-anak seperti itu hendaknya memberikan pengertian terlebih dahulu, lalu membawa mereka bersamanya bahwa kita tengah pergi untuk ikut dalam acara Jalsah. Dan sesi yang berlangsung selama tiga jam di sana, kalian harus duduk dengan tenang. Banyak anak-anak yang dibawa oleh ibu-ibu mereka setelah diberikan pengertian kepada anak-anak tesebut, maka anak-anak itu duduk dengan tenang. Hendaknya penghormatan terhadap pertemuan-pertemuan itu ditanamkan dari sejak dini dalam diri anak-anak dan berilah training pada mereka di rumah-rumah sepanjang tahun. Dan pendidikan ini hendaknya juga harus diberikan kepada mereka. Terkadang saya terus mendapat pengaduan bahwa sepanjang tahun ada jalsah athfal dan jalsah nasirat, di dalamnya tidak dihimbau kepada anak-anak untuk duduk mendengarkan program dengan tenang. Di nasirat, ini agak sedikit kurang, tetapi di tempat athfal, sebentar-sebentar (tabiat nakal ini lebih banyak di kalangan anak-anak Athfal) ribut terus terdengar. Jika sepanjang tahun ibu bapak dan badan-badan juga mendidik atau mentarbiyati anak-anak dengan cara seperti itu, maka di dalam jalsah-jalsah tidak akan ada pengaduan atau keluhan seperti itu. Dengan karunia Allah, anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak juga, mereka sedang menjalankan tugas dan mereka menjalankan tugas dengan sangat indah. Tapi yang tidak ikut melakukan tugas, terdapat dalam jumlah yang cukup banyak juga. Mereka datang dari kota-kota dan dari negara-negara lain. Mereka anak-anak yang tidak bertugas tentunya akibat main-main dan ribut, tengah menggangu orang-orang yang sedang mendengar jalsah.
Maka dari segi itu juga merupakan kewajiban orang-orang yang hadir dalam Jalsah supaya memberikan tarbiyat dengan kasih sayang kepada anak-anaknya. Dan ini baru mungkin terealisasi manakala ada kesadaran di dalam diri anak-anak bahwa orang tua kita sedang mendengar acara jalsah dengan khusyuk dan mereka menyadari akan kesakralan Jalsah. Pertemuan agama kita ini hendaknya terselenggara sedemikian rupa. Petugas-petugas perempuan (memang di jalsah laki-laki tidak ada, tetapi terdapat di tenda ibu-ibu) ada yang berdiri untuk mencatat supaya kaum ibu dan anak-anak mendengar Jalsah dengan tenang. Kalian sendiri (para petugas perempuan) yang semestinya menaruh perhatian, sehingga kalian tidak perlu lagi harus memberikan peringatan dalam bentuk apa pun. Dan mereka sendiri dengan tenang mendengarkan acara Jalsah.
Kemudian saya ingin menarik perhatian kalian ke arah ini. Yakni senantiasalah waspada dengan lingkungan di sekitar kalian. Allah Ta’ala Sendirilah yang akan menjaga Jemaat dan Dia selalu menjaga Jemaat-Nya. Sejarahlah yang beritahukan kepada kita tentang hal ini. Jika kita senantiasa tunduk sambil memohon kepada-Nya, maka ikatan dengan Jemaat pun akan menjadi kuat dan kita pun akan senantiasa berada dalam lingkaran perlindungan Allah Ta’ala. Ini merupakan janji Allah kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa ‘Aku bersama engkau dan bersama orang-orang yang mencintai engkau’. Dan juga kemenangan akhir adalah milik engkau. Dan semua perkara ini menampakkan bahwa Allah Ta’ala senantiasa akan melindungi Jemaat sebagai Jemaat-Nya, Insya Allah. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jama’at ini akan memperoleh kemajuan. Tetapi para penentang dan musuh senantiasa berada dalam upaya bahwa bagaimana supaya dapat menimpakan kerugian kepada Jama’at. Dan secara pribadi kadang-kadang juga terpaksa memberikan pengorbanan-pengorbanan. Kadangkala karena ketidakhati-hatian kita, para penentang juga memanfaatkannya. Dan dewasa ini yang menyangkut keadaan dunia yang mana kehati-hatian lahiriah itu harus dilakukan. Melaksanakan hal itu dengan penuh kehati-hatian adalah tuntutan akal dan juga merupakan perintah Allah. Karena itu kalian mungkin telah melihat bahwa para panitia Jalsah juga kali ini telah mengatur untuk dipasang scaner. Sehingga bisa jadi untuk sampai ke tempat Jalsah terkadang juga diperlukan waktu extra. Pertama dengan sabar dan semangat sesuai dengan cara yang baru dalam pemeriksaan diri, maka bekerjasamalah sepenuhnya dengan panitia penyelenggara. Bahkan orang yang melakukan pengecekan pun memeriksa para petugas juga atau kepada siapa saja yang mereka kenal. Jika satu kali dia keluar lalu masuk lagi untuk kedua kalinya, maka dia harus lewat melalui skener.
Kedua, setiap orang yang ikut serta, dia sendiri harus memperhatikan lingkungan sekitarnya. Karena ini merupakan hal yang jelas bahwa setiap Ahmadi yang mukhlis setiap saat dia senantiasa berpikir untuk melindungi Jama’at dari kerugian macam apa pun. Karena itu, ia harus memperhatikan lingkungan juga dan dari segi itu bantulah para panitia penyelenggara pada hari-hari ini dengan cara demikian. Jika ada keraguan berkenaan dengan seseorang bahwa orang ini pantas dicurigai atau ada gerak-gerik dalam bentuk apa pun, maka hendaknya menyampaikan hal itu kepada panitia penanggungjawab Jalsah. Khususnya para wanita hendaklah waspada akan hal ini. Dari pihak lajnah, jangan ada perempuan jalan-jalan dan duduk di sana-sini dengan tidak memakai pardah secara sempurna. Beberapa tahun sebelumnya ada sebuah peristiwa di sini. Yaitu ada seorang laki-laki yang sedang menyamar seperti perempuan telah ditangkap. Maka janganlah menganggap bahwa sekarang kita telah waspada dan pengecekan pun telah dilakukan dengan baik. Sehingga akibatnya kita menjadi tidak waspada dan kita menjadi santai. Dalam keadaan tidak adanya kewaspadaan itulah, sejumlah kerugian itu terjadi. Oleh karena itu hendaknya seorang mukmin senantiasa waspada.
Kemudian kebersihan pun hendaknya perlu mendapat perhatian secara khusus. Dalam lingkungan Jalsah ini, jangan pernah melemparkan barang-barang yang kotor ke tanah. Jangan menganggap bahwa karena ada para petugas, sesudah itu mereka akan memungutnya. Kalian sendiri pergilah ke sana, di tempat yang sudah disediakan di mana bak sampah diletakkan lalu lemparkalah sampah kalian di sana. Baik itu merupakan gelas sterofoam, kertas atau barang apa saja. Jika kalian pergi membuang sampah ke sana, maka akan ada sedikit kesulitan. Tetapi lingkungan sekitar akan tetap menjadi bersih. Dan demikian juga terdapat kamar mandi, toilet, di sana pun tamu hendaknya berusaha agar setelah menggunakannya, mereka membersihkan tempat itu dengan baik. Dan perkara seperti ini bukanlah merupakan suatu hal yang dengan melakukan itu kedudukan seseorang menjadi jatuh. Para petugas laki-laki dan perempuan yang ditetapkan sebagai seksi kebersihan, kebanyakan mereka pun merupakan orang-orang yang berkedudukan dan dari keluarga terhormat. Dengan membersihkan, kehormatan tidak akan berkurang bahkan kehormatan menjadi meningkat dan menampakan akhlak yang baik. Di pesawat juga, ketika kalian melakukan perjalanan, maka di toilet tertulis, ‘untuk kemudahan para musafir/penumpang berikutnya silakan bersihkan kamar mandi ini.’ Pada saat hari inspeksi (pemeriksaan) para petugas, saya memberikan sebuah contoh kepada mereka mengenai seorang perempuan bahwa ia melakukan tugas kebersihan di tempat wanita dengan senang hati dan kapan saja kamar mandi itu digunakan, maka ia dengan segera pergi membersihkan kamar mandi itu. Dan dengan melihatnya seseorang berpikir bahwa ia tampaknya merupakan perempuan yang terpandang. Saya ingin mengetahui siapa dia ini. Maka ketika dilakukan penyelidikan berkenaan dengannya, maka dapat diketahui bahwa ia adalah Almarhumah Apa Majidah Syahnawwaz. Seorang putri dari pemuka/pejabat sebuah instansi pemerintah dan seorang istri dari seorang pengusaha besar. Namun beliau dengan semangat ingin mengkhidmati tamu Hadhrat Masih Mau’ud as, beliau melakukan pekerjaan ini dan terus beliau lakukan. Bagi Jemaat beliau merupakan sosok yang biasa memberikan pengorbanan harta yang tidak terhitung. Tetapi beliau tidak menganggap pengorbanan hartanya itu cukup. Dan hati beliau senantiasa penuh dengan jiwa/semangat pengkhidmatan. Semoga keturunan beliau juga dapat memperoleh taufik meneguhkan hubungan yang kuat dengan Jamaat. Walhasil, sesuai dengan sabda Rasulullah saw bahwa kebersihan adalah bagian dari iman. Jadi merupakan pekerjaan orang yang beriman untuk mengamalkan setiap kebaikan sekecil apapun. Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan berkenaan dengan hal itu dan berkaitan dengan kebersihan telah dikemukakan sebagai tanda orang yang beriman dan bagian dari iman. Oleh karena itu, setiap tamu dan orang yang ikut dalam Jalsah hendaknya memberikan perhatian kepada hal itu dan janganlah berpikir bahwa ‘saya pergi dan di belakang seksi kebersihan akan melakukan tugasnya’. Dan hari ini secara khusus, ketika dalam kondisi hujan sedikit saja, sampah itu menjadi tampak banyak. Ketika kalian pergi ke kamar mandi dengan memakai sepatu karet, maka akan menjadi kotor. Usahakanlah, yang pertama, di sana hendaknya para panitia berusaha supaya meletakkan semacam karung goni atau ada barang yang sejenisnya, di mana sebelum orang-orang masuk ke dalam, membersihkan sepatunya. Sebab sekarang menurut prakiraan cuaca akan turun hujan dan bisa jadi hujan itu akan turun sepanjang waktu.
Kemudian dewasa ini sedang merebak flu babi (H1N1). Dari pihak pemerintah juga tengah mengingatkan untuk waspada. Dan Berkaitan dengan hal itu pun telah diumumkan di MTA. Untuk itu juga perlu upaya lahiriah. Sesuai dengan itu para panitia yang berwenang telah melakukan pengaturan bahwa setiap orang yang datang hendaknya diberikan obat homeopathy. Saya tidak tahu, hari ini telah diberikan atau tidak. Tetapi jika tidak diberi, maka ketika mereka keluar untuk yang kedua kali dan melalui skener, maka obat itu hendaknya diberikan. Berkaitan dengan hal ini, setiap tamu dan setiap orang yang datang hendaknya bekerja sama. Yang kedua jika seseorang ragu mengenai bentuk flu tersebut, maka sambil memperhatikan orang lain. Hendaknya sebelum datang ke Jalsah bermusyawarah dengan dokter yang bersangkutan. Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan setiap orang Ahmadi dari penyakit itu dan melindungi dari semua penyakit apapun. Dan orang-orang yang ikut serta dalam Jalsah, semoga mereka kembali ke rumah masing-masing dengan memperoleh keberkatan Jalsah.
Kemudian tamu-tamu yang datang dari negara-negara lain, khususnya yang datang dari Pakistan, Bangladesh, Hindustan dan negara lainnya. Dan demikian pula kepada negara-negara Afrika, saya senantiasa katakan kepada mereka bahwa sebelum habis masa visanya, usahakanlah untuk kembali jauh sebelumnya. Karena pada kali ini secara khusus, bagian yang membidangi untuk pemberian visa Inggris kepada orang-orang Ahmadi di berbagai Negara. Mereka di sebagian tempat berkeberatan, sehingga visa mereka dikembalikan. Padahal kebanyakan mereka merupakan orang-orang yang biasa datang kemari. Dengan alasan bahwa orang-orang Ahmadi datang atas nama Jalsah dan kemudian tidak kembali. Kendati hal ini sama sekali tidak benar dan saya mengetahui sejak dari 6-7 tahun yang lalu bahwa siapa pun mereka yang datang kemari; mereka itu kembali. Dan mungkin jika mereka tinggal di sini, maka jumlahnya tidak akan lebih dari 4-5 orang. Dan mereka pun telah memperoleh sangsinya tatkala mereka tinggal di sini dengan memakai visa Jalsah. Tetapi bagaimana pun juga jika sama sekali tidak ada orang yang tinggal di sini, maka ini juga merupakan tindakan yang salah dan menjadi penyebab buruknya nama Jemaat. Karena dari padanya jalan pun menjadi tertutup bagi orang yang berniat datang kemari untuk Jalsah. Dan perkara yang sedemikian rupa itu bukanlah merupakan ciri khas orang Ahmadi.
Kemudian pengaturan tempat tinggal ada di bawah pengaturan penyelenggara Jalsah. Dan ada juga penanganan pelayanan terhadap tamu umumnya disediakan untuk dua minggu. Sesudah itu tinggal tanpa izin dari penerima tamu hal seperti itu dalam bentuk apapun adalah tidak tepat. Ini sama halnya dengan tamu tidak diundang yang mana di dalam Islam merupakan hal yang sama sekali sangat tidak disukai. Dan demikian pula orang-orang yang tinggal di keluarga dan temannya. Mereka pun hendaknya berterima kasih atas ihsannya; karena mereka telah menyediakan sarana di tempatnya dan seyogyanya jangan memikulkan beban kepadanya tanpa sebab. Sesudah itu sebagian orang juga datang kepada saya dan mengadu bahwa mereka datang untuk sekian hari; tetapi sahabat/teman di mana mereka menginap, kini sikapnya sedemikian rupa bahwa sekarang kami ingin tinggal di bawah penanganan Jemaat. Jika tidak tinggal dimana pun, maka mereka tetap akan menyatakan keluhan juga. Nah, para tamu hendaknya sudah pasti dari sebelumnya bahwa mereka mau datang untuk sekian waktu, sehingga tidak menjadi beban untuk orang lain dan keluhan pun tidak akan pernah terjadi. Maksud Jalsah adalah untuk meningkatkan kecintaan. Jika kecintaan antara sesama bukannya meningkat malah justru menjadi berkurang, maka kemudian maksud dari ikut serta dalam Jalsah menjadi tidak terpenuhi. Jadi sejauh itu hendaknya penghuni rumah dan para penerima tamu memperlihatkan semangat, demikian pula tamu juga hendaknya memperhatikannya.
Hendaknya selalu diingat bahwa perjalanan kalian ini adalah untuk Allah Ta’ala. Karena itu jangan pernah menjadikan perjalanan ini sebagai sarana untuk keuntungan duniawi. Hendaknya murni hanya semata-mata untuk Allah. Dan perjalanan kalian ini usahakanlah menjadikannya sebagai perjalanan untuk Allah semata. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufik kepada semuanya.
Satu lagi hal penting lainnya adalah bahwa program kalian yang telah disebarkan itu, di dalamnya tertulis beberapa petunjuk. Pastikan kalian membaca itu dan berusahalah untuk mengamalkannya. Hari ini badan prakiraan cuaca memprediksikan akan turun hujan. Kini berdo’alah supaya sesudah ini hujan pun berhenti. Semoga Allah Ta’ala juga merubah cuaca dan kemudian di hari-hari lainnya, dengan karunia Allah kita bisa mendengarkan Jalsah dengan tenang. Sebab dalam keadaan hujan yang mengenai tenda, suara menjadi sedemikian rupa sehingga bisa jadi tidak dapat memahami kalimat-kalimat dengan jelas. Oleh karena itu menjadi sulit. Kemudian berjalan ke sana kemari juga akan menemui kesulitan. Anak-anak dan perempuan-perempuan akan menemui kesulitan. Maka mari kita berdo’a semoga Allah Ta’ala memberikan musim yang berpihak pada kita. Amin.
Pent. Mln. Qamaruddin Syahid
[1] Tuhfah Qaishariah, Ruhani Khazain jilid 12, hal. 2 159