Khotbah Jum’at
Sayyidina Amirul Mu’minin
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
Disampaikan tanggal 6 April 1391 HS/Syahadat 2012
Bertempat di Masjid Baitul Futuh, Morden, London.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فأعوذ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
وَ لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتًا ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ یُرۡزَقُوۡنَ ﴿﴾ۙ فَرِحِیۡنَ بِمَاۤ اٰتٰہُمُ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ ۙ وَ یَسۡتَبۡشِرُوۡنَ بِالَّذِیۡنَ لَمۡ یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ مِّنۡ خَلۡفِہِمۡ ۙ اَلَّا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ۘ یَسۡتَبۡشِرُوۡنَ بِنِعۡمَۃٍ مِّنَ اللّٰہِ وَ فَضۡلٍ ۙ وَّ اَنَّ اللّٰہَ لَا یُضِیۡعُ اَجۡرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ اَلَّذِیۡنَ اسۡتَجَابُوۡا لِلّٰہِ وَ الرَّسُوۡلِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَاۤ اَصَابَہُمُ الۡقَرۡحُ ؕۛ لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوۡا مِنۡہُمۡ وَ اتَّقَوۡا اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۚ اَلَّذِیۡنَ قَالَ لَہُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدۡ جَمَعُوۡا لَکُمۡ فَاخۡشَوۡہُمۡ فَزَادَہُمۡ اِیۡمَانًا ٭ۖ وَّ قَالُوۡا حَسۡبُنَا اللّٰہُ وَ نِعۡمَ الۡوَکِیۡلُ ﴿﴾
Terjemahan ayat-ayat itu ialah ”Dan janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, melainkan mereka itu hidup disisi Tuhan mereka, mereka diberi rizki. Mereka gembira dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya; dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih dibelakang mereka dan belum bergabung dengan mereka; karena tak ada ketakutan akan datang terhadap mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni’mat dari Allah dan karunia, dan sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan ganjaran orang-orang mukmin. Orang-orang yang telah mengabulkan perintah Allah dan Rasul sesudah luka menimpa mereka. Bagi orng-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan bertaqwa tersedia ganjaran yang sangat besar. Orang-orang yang kepada mereka manusia berkata, ‘Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan lasykar untuk menyerang kamu, maka takutilah mereka’ tetapi hal itu justru menambah keimanan mereka dan mereka berkata, ‘Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung.’” (Surah Ali Imran ayat 170-174)
Di Pakistan khususnya, para Mullah dan beberapa Negara lainnya yang telah diracuni oleh pengaruh mereka itu menganggap yakin sepenuhnya bahwa dengan memberlakukan undang-undang untuk menyekat dan memojokkan orang-orang Ahmadiyah, menghilangkan hak kewarganegaraan mereka dan dengan melakukan berbagai macam tekanan, tindakan ekstrim dan penganiayaan serta menghalalkan darah setiap orang Ahmadi untuk dibunuh; mereka akan berhasil menghapuskan Ahmadiyah. Namun usaha-usaha gigih mereka itu semata-mata dusta dan khayalan hampa belaka. Ahmadiyah adalah sebuah pohon yang benihnya ditanam oleh tangan Allah Ta’ala. Tidak akan ada seorang manusia yang dapat menumbangkannya. Allah Ta’ala telah memberi khabar suka tentang berkembang dan berbuahnya. Hadhrat Masih Mau’ud as telah menerima ilham dari Allah, “بشرى لك يا أحمدي أنت مرادي ومعي غرست لك قدرتي بيدي”.
‘Busyra laka yaa ahmadii anta muraadii wa ma’ii gharastu laka qudratii bi yadii’ – “Hai Ahmad-Ku! Bergembiralah engkau! Engkau yang Aku kehendaki dan bersama-Ku. Telah aku tanam engkau dengan tangan-Ku.” [2]
Betapapun gigihnya kegiatan usaha manusia hendak melenyapkan Ahmadiyah yang selalu berjalan dan akan terus-menerus berjalan, akan tetapi dengan usaha gigih mereka itu Jemaat Ahmadiyah tidak akan dapat dilenyapkan. Di waktu ilham ini turun kepada Hadhrat Masih Mau’ud as pengikut yang telah baiat kepada beliau as baru beberapa gelintir orang saja. Namun sekarang dengan sempurnanya janji Allah Ta’ala itu kita menyaksikan dengan sangat gemilang bahwa Jemaat Ahmadiyah telah berkembang dan berdiri di 200 negara di seluruh dunia. Sebuah Jemaat orang-orang mukhlis telah berdiri yang sangat mengherankan sekali bagi orang-orang yang melihatnya. Sekalipun hebatnya taufan perlawanan semenjak permulaan sampai zaman kemajuannya sekarang ini oleh pihak para penentang yang juga didukung oleh pemerintah beberapa Negara apakah mereka mampu menghapuskan Ahmadiyah? Kenyataan ini harus cukup sebagai bukti kebenaran Jemaat Ahmadiyah bagi orang yang berakal dan tidak terpengaruh oleh rasa permusuhan.
Sehubungan dengan hal itu Hadhrat Masih Mau’ud as juga telah menjelaskan, “Beberapa orang telah bangkit dan berkata, ‘Allah Ta’ala telah memberitahu kepada kami dalam mimpi atau kami mendapat ilham, bahwa Mirza Shahib (tuan Mirza) pendusta.’” Bahkan, Hadhrat Masih Mau’ud as memberitahu contoh adanya pernyataan yang sama dari pihak agama lain juga kata mereka, “Tuhan telah memberitahukan kepada kami bahwa mazhab (pendapat, keyakinan) Mirza Shahib itu betul namun Islam (na’udzubillahi min dzalik) adalah dusta.” Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, ”Namun demikian, tidak terhitung banyaknya orang yang telah baiat dan memberi kesaksian atas petunjuk Allah Ta’ala bahwa da’wa orang ini sebagai Masih Mau’ud adalah benar. Bahkan sekarang juga beratus-ratus orang yang telah baiat melalui mimpi-mimpi dengan petunjuk langsung dari Allah Ta’ala.” Di zaman ini kami sendiri menjadi saksi seperti dalam peristiwa-peristiwa yang pernah kami kemukakan, bahkan sekarang juga yang sedang duduk di hadapan saya diantara mereka banyak yang baiat setelah mendapat petunjuk langsung dari Allah Ta’ala. Hadhrat Masih Mau’ud as telah menjelaskan, “Allah Ta’ala tidak mungkin memberitahu sesuatu kepada seseorang begini dan kepada orang lain lagi begitu, bertentangan satu sama lain. Bisa jadi Dia memberi petunjuk kepada manusia yang berlainan dengan corak yang berbeda. Standarnya satu. Jika seseorang ingin mengukur estándar terdapat standarnya jika seseorang ingin mengukur standar kebenaran.” Bersabda, “Saya akan beritahukan bagaimana standarnya itu? Dan itu adalah bahwa sekarang perhatikanlah bagaimana kerja Allah Ta’ala itu. Mimpi-mimpi itu ia telah melihatnya, ia juga sudah melihat, lihatlah akan hal ini, bagaimana Allah Ta’ala bekerja. Coba sekarang tengoklah bagimana kerja Allah Ta’ala itu. Jika hal ini kalian lihat maka kemajuan Jemaat Ahmadiyah menunjukkan bahwa kesaksian kerja Allah Ta’ala beserta Jemaat Ahmadiyah. Pada hari ini bersatunya Jemaat Ahmadiyah dibawah tangan Khilafat adalah sebuah bukti yang sangat besar dari adanya kesaksian kinerja Allah Ta’ala. Mengorbankan jiwa-raga, harta dan waktu tanpa mementingkan diri sendiri yang diakui oleh pihak luar juga. Apakah semua itu bagi mereka bukan bukti dari kesaksian kinerja Allah Ta’ala? Yang telah memberi keteguhan hati dan setelah Dia himpun semua menjadi satu mereka siap sedia menyerahkan berbagai jenis pengorbanan sekalipun kerasnya penganiayaan dari pihak lawan dunia terhadap mereka.
Jadi, kekuatan Jemaat Ahmadiyah, perkembangannya dan kemajuannya tidak dapat dibendung oleh usaha-usaha para penentang. Setiap jiwa yang dikorbankan demi Ahmadiyah, demi Kalimah Thayyibah, demi kecintaan terhadap Rasulullah saw dan demi serta demi menjadi hamba Allah Ta’ala yang sejati, mereka sedang mengumumkan hal ini, “Semua makar kalian, semua usaha kalian dan perbuatan jahat kalian yang melampaui batas sama-sekali tidak akan dapat membendung kemajuan Jemaat Ahmadiyah.” Dalam sejarah Jemaat Ahmadiyah pengorbanan jiwa dimulai dari Syahidnya Maulwi Abdur Rahman Khan Syahid Shahib dan Hadhrat Shahibzadah Abdul Latif Syahid Shahib di Kabul Afghanistan. Mengenang syahidnya Hadhrat Shahibzadah Abdul Latif Syahid Shahib, Hadhrat Masih Mau’ud as telah bersabda,
”Kewafatan Syahid Marhum telah memberi teladan kepada Jemaatku dan sesungguhnya Jemaatku sangat memerlukan sebuah contoh pengorbanan yang besar”. Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda dalam mengenang beliau, “Syukur beribu syukur bahwa dari antara warga Jemaatku ada orang yang dengan hati yang sungguh-sungguh tulus-ikhlas telah beriman dan berusaha kearah jalan ini dan demi menuju ke jalan ini bersedia untuk menanggung setiap penderitaan. Akan tetapi contoh teladan yang ditunjukkan oleh pahlawan ini (yakni Shahibzadah Abdul Latif Shahib Syahid) sampai sekarang kekuatan-kekuatannya itu [kekuaran keteladanannya] masih terpendam didalam Jemaat ini.” Beliau as bersabda, “Semoga Allah Ta’ala mengajarkan keimanan dan menganugerahkan istiqamah (keteguhan) kepada semua seperti contoh yang telah ditunjukkan oleh Syahid Marhum.” [3]
Allah Ta’ala telah mengabulkan doa yang terakhir yang ada di akhir kalimat yang telah dipanjatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as sehubungan perkara diatas dan Dia telah menganugerahkan istiqamah kepada banyak anggota Jemaat sehingga dari masa ke masa banyak diantara mereka yang telah mengorbankan jiwa mereka. Untuk melanjutkan pengorbanan jiwa para pendahulu, para Ahmadi Pakistan telah menunjukkan paling banyak jumlahnya yang telah mengorbankan jiwa mereka. Bahkan telah ada beratus-ratus orang yang telah mengorbankan jiwa mereka. Setiap orang yang syahid telah menunjukkan semangat iman dan istiqamahnya yang tinggi. Setiap Syahid Ahmadiyah mempunyai bentuk warna sendiri dalam mengorbankan jiwanya termasuk syuhada Indonesia dan syuhada Hindustan serta syuhada negara-negara lainnya juga. Akan tetapi banyak diantara mereka yang menjadi sangat cemerlang.
Pada tahun 1974 di masa terjadi kerusuhan-kerusuhan anti Jemaat Ahmadiyah [di Pakistan] terdapat 30 sampai 35 orang Ahmadi syahid (dibunuh). Akan tetapi, banyak dari mereka keadaannya syahid setelah dianiaya. Bapak dan anak disyahidkan. Anak-anak dianiaya di depan bapaknya. Bapak di hadapan anak-anaknya dianiaya dan ditekan dengan disertai perkataan, “Kamu mau ‘bertaubat’ meninggalkan Ahmadiyah atau tidak?” Semua perbuatan itu bukan hanya dilakukan oleh orang-orang zalim saja bahkan disaksikan oleh polisi sebagai tontonan.
Di Indonesia juga demikian, beberapa Ahmadi telah menjadi sasaran penyiksaan oleh massa (ratusan orang) dan saat itu dalam kehadiran pengawasan (penjagaan) oleh polisi dan aparat pemerintah; setelah dianiaya secara biadab kemudian disyahidkan. Akan tetapi para pemelihara iman dan penegak istiqamah itu telah menelan semua luka-luka di seluruh tubuh mereka. Mereka menelan (menahan rasa sakit) setiap luka di anggota-anggota tubuh mereka namun iman tidak mereka biarkan lepas dengan sia-sia dari dalam lubuk hati mereka.
Jadi, undang-undang Pakistan atau Indonesia atau undang-undang suatu negara dapat saja merampas kehidupan para Ahmadi akan tetapi mereka tidak dapat merampas kesetiaan mereka. Sekarang saya telah mendengar Malaysia juga sudah mulai mengikuti langkah kedua negara itu dan sudah nampak gejala bahkan sudah mulai membuat undang-undang baru menentang Jemaat kita. Mereka (Malaysia) juga boleh mencoba melakukannya seperti yang telah dilakukan oleh kedua negara itu, akan tetapi ingatlah apabila takdir Tuhan sudah mulai bergerak akibatnya akan mulai sangat sulit dipertanggungjawabkan. Tidak ada Mullah dan tidak ada undang-undang yang dapat menyelamatkan mereka dari musibah itu. Bahkan, mereka yang menamakan diri ulama yang sedang berusaha mengatasnamakan Rahmatul lil ‘aalamiin (Nabi Muhammad saw) sedang membuat buruk nama baik beliau saw, mereka akan dikutuk dan akan ditempatkan di baris terdepan dalam daftar orang-orang berdosa. Sedangkan iman orang-orang Ahmadi, kesabaran dan istiqamah mereka dengan megah akan bersinar cemerlang.
Jadi, orang-orang Ahmadi tidak merasa cemas. Sebab, mereka tahu bahwa akhirnya kemenangan akan berada di tangan mereka. Bangsa-bangsa memberi pengorbanan, mereka juga memberi pengorbanan. Akan tetapi maksud dan tujuan pengorbanan mereka ini adalah demi meraih keridhaan Allah Ta’ala. Oleh karena itu pengorbanan yang dipersembahkan oleh orang-orang Ahmadi pada waktu ini dan di waktu yang akan datang bukanlah pengorbanan kecil dan dan tanpa maksud. Sebagaimana telah saya katakan bahwa di Pakistan paling banyak terjadi kisah penyiksaan dan penganiayaan yang sangat biadab. Para petugas negara terus melakukan terror dan penganiayaan yang sangat kejam dan biadab. Orang-orang Ahmadi dijadikan target penganiayaan secara biadab di luar peri kemanusian.
Beberapa hari yang lalu kepala pos polisi Rabwah bersama naib (asisten)nya bahkan sesuai laporan yang kami terima ada juga yang pangkatnya lebih tinggi lagi hampir sebulan lalu telah menahan seorang Ahmadi yang sangat mukhlis dan senantiasa siap-sedia berkorban; tanpa alasan yang jelas, tanpa ditanya apa sebabnya dan tanpa surat resmi; lalu mereka membawanya ke tempat yang tidak dikenal kemudian dianiaya secara biadab di sana selama delapan sampai sepuluh hari lamanya. Akibatnya, orang Ahmadi yang sangat mukhlis bernama Abdul Quddus ini setelah menderita penganiayaan fisik yang sangat kejam itu dengan sabar dan istiqamah telah menghembuskan nafas terakhir dan berjumpa dengan Tuhannya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Beliau telah meraih martabat syahid.
Rincian peristiwa itu terjadi adalah sebagai berikut. Diantara tanggal 4-5 bulan Oktober tengah malam seorang penduduk Mahallah Nusratabad, Rabwah bernama Ahmad Yusuf Astham Farwasy seorang penjual stamp paper di luar pengadilan; seseorang telah membunuhnya. Atas pelaporan dari anak yang dibunuh atas dasar dugaan polisi telah menangkap beberapa orang dalam beberapa waktu yang berlainan untuk investigasi. Kemudian semua yang telah ditangkap itu dibebaskan karena dianggap tidak bersalah. Sehubungan dengan itu anak orang yang dibunuh itu yang adalah penentang telah menyebut nama Master Abdul Quddus dan meminta kepada Polisi memeriksa beliau. Maka polisi memanggil beliau ke kantor polisi. Beliau adalah Sadr Jemaat (Ketua Jemaat) Mahallah Nusratabad. Setelah itu, anak orang yang dibunuh itu tanpa suatu alasan telah melibatkan Master Abdul Quddus Syahid Shahib yang seperti telah saya katakan adalah ketua Mahallah, dalam kasus tersebut. Ia mengajukan permohonan secara tertulis kepada polisi distrik. Maka tanggal 10 Februari pada waktu shalat Maghrib polisi datang ke Mesjid lalu menangkap beliau. Beliau telah ditangkap namun tidak ada surat bukti dan registrasi penangkapan yang resmi. Setelah [pihak keluarga atau orang-orang Jemaat] mengontak ke pihak kepolisian mereka pun berkata dan inilah yang selalu mereka katakan terus-menerus, “Kami tahu siapa beliau dan beliau ini tidak bersalah.” Beberapa officer pun senantiasa berkata demikian, “Masalah akan clear (tuntas, jelas) secepatnya. Tetapi oleh karena masih ada beberapa hal tertentu yang harus diselesaikan, ini dan itu maka kami tahan beliau.” Pada tanggal 17 Maret 2012 polisi memindahkan Master Abdul Quddus Shahib dari kantor polisi Rabwah ke tempat lain yang tidak dikenal. Master Shahib juga tidak tahu dimana beliau ditempatkan. Sepuluh hari setelah disembunyikan, pada 26 Maret 2012 polisi membawa beliau kembali ke kantor polisi Rabwah dan polisi menelepon salah seorang teman dari Master Shahib sambil berkata, “Datanglah kemari! Ambillah orang (teman) engkau!” Karenanya, sang teman itu datang ke sana maka saat itu Master Shahib berkata, “Bawalah aku dari sini.” Atas dasar itu, polisi kemudian memberikan kertas biasa (bukan resmi) dan memintanya membubuhkan tanda tangan diatasnya, “Saya membawa pulang beliau.” Lalu beliau diserahkan kepada teman beliau itu. Oleh karena kesehatan Master Abdul Quddus Shahib sangat buruk dari sana beliau segera dibawa oleh sang teman ke Rumah Sakit. Di situ diketahui bahwa selama beliau diasingkan ke tempat yang tidak dikenal di sana pada permulaannya selama dua tiga hari beliau telah disiksa dengan cara yang sangat kejam yang berakibat keadaan beliau memburuk. Ketika buang air besar keluar darah, muntah-muntah sambil mengeluarkan darah dan ginjal beliaupun sangat terganggu sekali, demikian juga keadaan lehernya cukup terganggu, memang masih sadar akan tetapi di bagian dalam tubuhnya telah demikian sangat sakit. Ketika ditemui Master Shahib menjelaskan bahwa pada tanggal 17 Maret malam hari beberapa polisi membawa beliau dari kantor polisi Rabwah dengan kendaraan ke tempat yang tidak dikenal. Karena jalan sangat jelek perjalanan memakan waktu tidak kurang dari 4-5 jam jauhnya dari perkampungan. Di sana beliau telah dianiaya secara biadab sehingga tubuh beliau memar disertai bercak-bercak luka pada tubuh beliau. Polisi sambil menghajar secara biadab berkata, “Sebutkanlah nama-nama pengurus yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. Kamu juga seorang anggota pengurus Jemaat, jika kamu dapat menyebut nama-nama itu kamu akan segera dibebaskan, ia akan ditangkap!” Para petugas polisi brutal itu meminta beliau juga menandatangani diatas secarik kertas yang telah dipersiapkan oleh mereka. Diantara nama-nama yang diajukan oleh mereka ialah para Nazir (kepala-kepala kantor Anjuman di Rabwah) dan lain-lainnya juga. Namun Master Shahib tidak menanda tanganinya. Saat memukuli dan menganiaya, para polisi bermaksud untuk mengatakan, “Untuk pertama kalinya tangan kami menangkap para petinggi Jemaat. Sebelumnya mereka ini selalu melepaskan diri dari penangkapan kami.” Selanjutnya mereka mulai melakukan penyiksaan. Kemudian, selama melakukan penganiayaan itu para aparat menentang keras Jemaat dengan mengeluarkan kata-kata kotor dan mencaci-maki habis-habisan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as serta terhadap para Khalifah beliau. Akibat penganiayaan yang biadab itu kesehatan Master Abdul Quddus Shahib sangat memburuk dan muntah-muntah mengeluarkan darah seperti telah saya katakan sebelumnya. Dikarenakan hal itu polisi berhenti menganiaya, merekapun mulai memberi obat-obatan dan lain-lain kepada beliau. Ketika keadaan beliau mulai agak pulih polisi membawa beliau kembali ke kantor polisi Rabwah dan diserahkan kepada kawan Master Shahib. Ketika Master Abdul Quddus Shahib dimasukkan kedalam ruangan ICU Fadle Umar Hospital Rabwah beberapa botol darah secara berturut-turut di-infuskan ketubuh beliau maka muntah-muntahnya darah berhenti. Pada tanggal 29 Maret 2012 sehari sebelum wafat beliau telah berkali-kali muntah mengeluarkan darah dan keadaan beliau pun semakin rawan. Paru-paru beliaupun telah terkontaminasi sehingga tanggal 30 Maret pada hari Jum’at Mubarak dalam keadaan demikian beliau telah menghembuskan nafas yang terakhir dan kembali menuju Khaliknya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Sebelum beliau wafat telah dipersiapkan untuk dirawat di Tahir Heart Institute. Juga ada program dialisis. Persiapan sedang berjalan namun karena beliau menderita luka-luka berat di bagian dalam tubuh juga disebabkan kekerasan oleh polisi itu sehingga akhirnya beliau mengalami kesyahidan (wafat).
Lebih lanjut ipar beliau menjelaskan kata-kata beliau (syahid) kepadanya ketika ia berada di Hospital (Rumah Sakit), “Pada tanggal 17 Maret tengah malam Master Abdul Quddus mula-mula dibawa keluar dari Rabwah ke arah dekat Chiniot kemudian di sana dianiaya secara zalim dan biadab. (beliau menulis, semua hal yang sedang saya sampaikan saya menyampaikannya dengan semangat beliau sendiri yang menyampaikan pada saya) Setelah berjalan bersama dengan Tn Amjad Bajwah, beliau keluar dari kantor Polisi. Setelah itu kami membawa beliau ke Hospital maka dalam perjalanan beliau berkata, ‘Telah terjadi penganiayaan kepada saya dengan brutal. Begitu brutalnya sehingga saya merasa sangat ngeri sekali. Seorang polisi berpangkat tinggi bersama polisi lokal dan beberapa orang polisi dari tempat lain beserta DSP (district Police Superintendant) ikut dalam kebrutalan itu. Saya dibawa dari Chiniot ke jalan Pindibethiah. Dari sana kemudian dibawa ke depan Harsahsyiah ke arah sungai. Ada satu jalan keluar dari sungai seperti yang saya katakan Jhanggar Galotarah, saya dibawa ke sana. Setelah dibawa ke sana Polisi yang berada di pos sana mengikat saya. Setelah itu beberapa saat di sana ketika saya keluar maka terdapat kursi-kursi yang melingkar. Polisi Rabwah, beberapa polisi berpangkat tinggi, polisi lokal dan DSP (District Police Superintendant) mereka duduk diatas kursi-kursi yang melingkar. Salah seorang dari mereka menyodorkan secarik kertas sambil berkata kepada saya, ‘Ini sebuah pernyataan kamu yang harus kamu tandatangani!’” Seperti telah saya (Hudhur) katakan, didalamnya tertulis tuduhan palsu terhadap Anjuman Markazi Rabwah, Sadr Umumi dan juga yang lainnya maka beliau (almarhum) berkata, “Ini adalah pernyataan yang salah, mengapa harus saya lakukan?!” Ditulis didalamnya bahwa dalam kasus pembunuhan itu nama orang-orang ini terlibat semuanya. Mereka berkata, “Jika kamu tandatangani pernyataan ini maka kamu akan kami bebaskan.” Katanya, ‘Saya menolak permintaan mereka itu sekalipun mereka memaksa saya. Pernyataan ini semua salah dan ini bukan pernyataan saya bagaimana saya dapat tandatangani? Saya tolak mentah-mentah. Lalu mereka memaksa sambil mengancam saya, ‘Tandatanganilah! Jika tidak kamu tidak akan selamat dan kamu akan dianiaya.’” Master Shahib menerangkan, “Setelah dua kali saya menolak untuk menanda tangani maka mereka semua berdiri dan memegang saya kemudian saya dijatuhkan ke lantai dan mereka bersama-sama memukuli saya terus-menerus secara biadab sambil memaksa untuk menandatangani surat pernyataan palsu itu. Dalam keadaan terikat orang-orang itu menjatuhkan saya dan mulai memukuli saya dan setelah itu secara terus menerus saya dianiaya dengan sadis dan terus menerus mengulang-ulang tuntutannya. Mereka melakukan kekerasan dengan menggunakan bermacam cara. Sebagiannya beliau menulis dengan perkataan ini yaitu, perkakas dari kayu, dari tambang besar dan dengan berbagai macam benda. Sebuah roller besar terbuat dari kayu dan berat timbangannya digelindingkan menggilas tubuh saya. Kemudian saya diikat dengan tambang besar. Selain itu ada api yang siap membakar dan ketika mata mulai ditutup maka setelahnya saya dikeluarkan dari lingkungan itu dan mulai dipukuli lagi. Ada seorang pencuri dan perampok yang sangat jahat juga di situ ikut memukuli saya. Jika kepala pos polisi lima kali memukul dengan sabuk kulit maka perampok itu duapuluh lima kali memukuli saya. Satu kali kesehatan saya sangat buruk maka saya dibawa ke Harsahsyiah sebuah kampung yang terdekat. Di sana saya disuntik dan diberikan obat-obatan. Ketika saya agak membaik mereka mulai lagi memukuli saya termasuk kepala polisi distrik juga memukuli saya sambil memaki-maki berkata, ‘Panggillah pemimpin kamu dari London supaya membebaskan kamu.’ Sambil memukuli lagi mereka memaki-maki Jemaat dan berkata, ‘Panggillah pembesar kamu dari Rabwah untuk membebaskan kamu.’ Kemudian mereka juga mencaci maki wujud-wujud suci. Saya sangat sedih dan sakit hati saya mendengar caci-maki mereka itu. Saya dapat menahan sakit dari pukulan mereka tapi hati saya tidak dapat menahan sedih dan sakit mendengarkan caci-maki mereka yang sangat kotor dan busuk itu. Makanan kadang-kadang diberikan kepada saya kadang-kadang tidak. Penganiayaan seperti itu tidak pernah saya lihat dan tidak pernah pula saya mendengarnya. Dalam diri saya tidak ada tekad sehingga saya dapat bertahan. Saya berdoa terus menerus kepada Allah Ta’ala agar dapat bertahan dari penganiayaan mereka itu. Allah Ta’ala telah mengabulkan doa saya dan Dia memberi kekuatan serta keberanian kepada saya sehingga saya bisa bertahan.” Sadr Umumi Rabwah telah menulis surat kepada saya [Hudhur], “Saya bertanya kepada Master Abdul Quddus Shahib, ‘Penganiayaan terhadap engkau begitu keras barangkali engkau telah menuliskan sesuatu untuk mereka?.’ Dengan nada berat dan meneteskan air mata beliau menjawab, ‘Mereka tidak dapat memaksa saya untuk membuat satu titik pun pernyataan.’”
Jadi itulah kisah orang yang dapat menyelamatkan iman dan tetap mempertahankan kebenaran. Orang yang bertekad kuat dan berani ini telah mengorbankan jiwanya karena tidak bersedia membuat kesaksian palsu. Allah Ta’ala menyatakan dusta itu sama dengan syirik. Syahid Agung ini telah memberi banyak pelajaran bagi kita; sebuah pelajaran yang menjadi pondasi pembangunan Jemaat Ahmadiyah yaitu tidak menghiraukan jiwanya demi menegakkan Tauhid Ilahi. Sebab, dusta sama dengan syirik dan Syirik tidak dapat tinggal dengan kita.
Almarhum Syahid juga telah menyempurnakan perjanjian baiatnya dengan sepenuhnya, benar-benar menyempurnakannya. Jika disebabkan penganiayaan itu Syahid Marhum memberikan pernyataan seperti yang ia katakan sesuai dengan kehendak polisi maka akibatnya akan membahayakan bagi Jemaat secara keseluruhan. Sebagaimana di masa lampau pernah ada sebuah usaha persekongkolan yang menamakan diri ‘Tanzim’ atau ‘Dahsyatgard Tanzim’ untuk membuat Mirza Ghulam Qadir Syahid sebagai alat akan tetapi di peristiwa [Master Quddus] ini polisilah yang ingin membuatnya [sebagai alat]. Tidak jauh dari perkiraan juga bahwa para officer besar polisi membantah dan menyatakan tidak terlibat dalam usaha-usaha kasus jahat itu. Untuk itu tidak jauh dari perkiraan ini, dengan melangkahi mereka sebagai officer besar polisi, kemungkinan perintah langsung datang dari pihak pemerintah tingkat atas kepada polisi tingkat paling bawah dan mereka ini diperalat oleh mereka. Perintah tingkat atas sekali waktu memberikan petunjuk-petunjuk. Di masa Jenderal Zia ul Haq [Presiden Pakistan], Tn. Zia bisa melakukan kontak langsung secara pribadi dengan kepala pos polisi lokal, maka di sini perbuatan seperti itu bisa terjadi. Dimana Pemerintah tingkat provinsi sangat menentang Jemaat kita. Jika sekarang dari pihak Pemerintah ada usaha untuk mengadili para officer polisi itu maka dari pihak penguasa tingkat tinggi juga sedang berusaha untuk menekan mereka agar kasus ini diselesaikan secara damai. Sekalipun di Pakistan ini orang yang berdosa itu adalah para penguasa juga. Disana keadilan hanya sebutan belaka prakteknya sama sekali tidak ada. Akan tetapi Jemaat akan mengadakan reaksi untuk membawa kasus ini ke pengadilan sambil berpegang kepada undang-undang yang berlaku dan insya Allah akan dilakukan. Singkatnya, jika pernyataan yang telah dipersiapkan oleh polisi ditandatangani oleh Master Abdul Quddus maka dapat sangat membahayakan. Para pejabat Markazi akan diajukan ke pengadilan atas tuduhan dusta pembunuhan. Kantor-kantor Pusat Jemaat akan ditutup (disegel). Akan ada usaha untuk menjatuhkan nama baik Jemaat yang aman damai sebagai organisasi ekstrim. Banyak lagi segala jenis keburukan yang hendak mereka lakukan untuk mencelakakan Jemaat bukan hanya di Pakistan saja bahkan berusaha secara internasional juga. Walhasil mereka telah berusaha keras untuk membuat sebuah makar yang sangat berbahaya akan tetapi melalui seorang yang berhati sangat halus didalam kehidupannya yang tidak mampu membayangkan bagaimana penganiayaan yang menimpa dirinya, Allah Ta’ala dengan perantaraan seorang mukhlis seperti ini telah menggagalkan dan menghancurleburkan semua usaha makar mereka. Beliau telah berdiri dengan tangguh di hadapan mereka laksana sebuah batu karang yang sangat keras dan kokoh. Tidak memberi kesempatan untuk menyentuh Jemaat.
Oleh karena itu, “Wahai Quddus! kami mengucapkan selamat kepada engkau! Engkau telah masuk dalam keteraniayaan yang kejam tetapi engkau tidak mau membiarkan kemuliaan Jemaat ternodai satu titik pun. Dengan menyerahkan jiwa, engkau telah menyelamatkan Jemaat dari fitnah yang sangat besar.” Jadi, Master Abdul Quddus bukan seorang syahid biasa melainkan berkedudukan tinggi diantara para syuhada. Pada suatu hari setiap orang akan meninggalkan dunia yang sementara ini. Akan tetapi alangkah berbahagianya Master Abdul Quddus Shahib yang telah disebut hidup oleh Tuhan dan telah dijadikan diberi rezeki yang jauh lebih tinggi dan mulia dibanding rezeki dunia. Dia akan menemukan kabar gembira hakiki segera setelah pergi dari alam alam karena pengorbanannya yang telah dipersembahkan demi tujuan itu dan Jemaat ini. Akan tetapi pelajaran yang telah diberikan oleh Syahid Marhum harus selalu kita ingat yakni firman Allah Ta’ala حَسۡبُنَا اللّٰہُ وَ نِعۡمَ الۡوَکِیۡلُ ‘hasbunallahu wa ni’mal wakiil’ – “Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung.” Jadi, bagaimanapun kerasnya keadaan berlaku pada seorang, sekali-kali jangan melepaskan diri dari genggaman dengan Tuhan, inilah pelajaran yang beliau berikan. Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda demikian, “Jika hubungan kalian dengan Tuhan sangat erat, kekuatan dunia tidak akan dapat menggoncang kalian.”
Orang-orang ini yang setelah mencaci maki orang-orang Ahmadi; mereka menuduh Hadhrat Masih Mau’ud as dengan perkataan yang tidak patut, kotor dan menusuk perasaan kita. Mereka yang bergembira setelah melakukan penyiksaan, ingatlah! insya Allah Hari keputusan akan tiba ketika Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang dari mereka.
Almarhum Syahid telah meninggalkan sebuah pesan untuk orang-orang Ahmadi yang tinggal di Pakistan secara umum dan khususnya untuk semua penduduk Rabwah bahwa menghormati undang-undang dan menghormati para petugas negara tanpa ragu harus merupakan kewajiban setiap orang Ahmadi. Akan tetapi, tidak harus takut kepada siapapun baik dari satuan polisi yang berpangkat tinggi ataupun seorang officer. Sekalipun dia berbuat zalim maka jika seorang Ahmadi harus takut hanyalah kepada satu wujud yaitu Zat Allah Ta’ala semata.
Para pejabat kepolisian [di Pakistan] harus menjalankan tugas mereka terhadap orang-orang yang menghormati kepada undang-undang. Di hadapan para pengacau, di hadapan para mullah yang menghasut untuk melakukan pengrusakan dan penganiayaan, polisi di sana telah menjadi keledai tunggangan mereka padahal seharusnya polisi menghadapi mereka itu.
Beberapa hari yang lalu ada beberapa kawan ghair Jemaat (bukan Ahmadi) yang datang dari beberapa kalangan pekerjaan mereka didalam sebuah majlis, satu diantara mereka mulai berkata kepada saya, “Jemaat tuan mempunyai sebuah keistimewaan bahwa setiap orang telah melakukan janji baiat. Apa saja yang tuan serukan mereka menaatinya dan mereka betul-betul siap untuk menyambutnya. Untuk merubah situasi di Pakistan mengapa tuan tidak mengambil suatu langkah.” Kepada mereka saya menjawab, “Kami tidak dapat menjadi bagian dari siyaasi nizam (sistem politik). Sebab, undang-undang di sana (di Pakistan) berkata kepada orang-orang Ahmadi, ‘Untuk mengambil bagian dalam politik, kalian sebelumnya harus menyatakan diri sebagai bukan Muslim! Kemudian jadilah bagian dari jumhuuri nizam (sistem Republik) yang dengan masuk kedalam sistem itu ada hak’ dan ini sampai kapanpun tidak akan kami lakukan, kami tidak dapat melakukannya. Kedua;, menunjukkan street power atau kekuatan di jalanan, terorisme, kerusuhan dan penganiayaan; hal ini tidak mungkin dapat kami lakukan. Sebab, kami adalah orang-orang yang sangat patuh pada undang-undang dan itulah pelajaran yang telah kami peroleh dari Hadi (Penuntun) zaman ini (Hadhrat Imam Mahdi as) yang telah kami percayai dan itulah ajaran Islam sejati yang kami tidak dapat menjauh darinya.” Jadi, departemen pemerintah juga mendukung mereka yang menyukai kekerasan; atau pemerintah takut kepada mereka yang menyukai kekerasan dan menguasai street power (kekuatan di jalanan). Para politisi juga mendengarkan mereka. Itulah sebabnya orang-orang Ahmadi diluputkan dari hak-hak yang legal dan sangat asasi sekalipun. Saya katakan pada mereka, “Sejauh mana yang bersangkutan dengan pernyataan baiat. Berkat dari menyatakan baiat itulah setiap orang Ahmadi dengan diam-diam menyerahkan setiap jenis pengorbanan berupa jiwa-raga harta dan waktu mereka. Tidak mengambil undang-undang (hukum) di tangan mereka. Akan tetapi, singkatnya bagaimanapun keadaannya sekarang, insya Allah pada suatu waktu hari keputusan akan tiba dimana orang-orang itu juga akan terpaksa menghormati orang-orang Ahmadi. Sekalipun sekarang kami sedang dijadikan target penganiayaan dan penyiksaan namun di sisi Allah Ta’ala keadaan kami tidak samar atau tersembunyi. Mungkin mereka akan diberi waktu atau sedikit tenggang waktu.” Maka tundukkanlah kepala hanya di hadapan Allah Ta’ala, mintalah pertolongan kepada-Nya dan tunggulah takdir kemenangan dari Allah Ta’ala.
Sehubungan dengan kasus Quddus Syahid Shahib ada beberapa petugas kepolisian memang telah berkata, tuntutan hukum terhadap para pelaku akan dilakukan tetapi dari arah lain terdapat tekanan-tekanan sedang dilancarkan. Semoga Allah Ta’ala menerangi mata keadilan mereka. Baru tadi saya sampaikan bahwa bahwa pelaku kezaliman dan penganiayaan itu terdiri dari para pegawai pemerintah namun kasus itu terbatas di lingkungan mereka saja dan ketika peristiwa mencuat (ramai dibicarakan oleh media pemberitaan) mereka mulai menyatakan bahwa pemerintah dan aparatnya tidak terlibat dalam kasus itu. Akan tetapi jika keadilan tidak dilakukan maka maknanya akan demikian bahwa seluruh kaki-tangan pemerintahan terlibat di dalam kasus kekerasan oleh pemerintahan ini. Selanjutnya sebagaimana telah saya katakan, sekalipun mungkin terdapat tenggang waktu namun peristiwa itu tidak kabur di sisi Allah Ta’ala dan kesudahan semua orang itu akan mengerikan. Keinginan mereka untuk menghancurkan Jemaat Ahmadiyah sama sekali tidak akan berhasil. Jemaat Ahmadiyah ini, insya Allah Ta’ala akan maju terus. Telah tersebarnya Jemaat Ahmadiyah ke dua ratus negara adalah sebagai natijah dari pengorbanan orang-orang yang telah menyerahkan jiwa dan harta benda mereka demi Jemaat. Jadi, orang-orang Ahmadi harus lebih kuat lagi dalam keyakinan bahwa sebagai natijah dari setiap pengorbanan jiwa orang Ahmadi hari datangnya kemajuan dan kemenangan kita sudah sangat dekat sekali. Lebih besar pengorbanan dipersembahkan akan lebih cepat sempurnanya harapan kita untuk menerima karunia-karunia Allah Ta’ala. Harus selalu diingat janji Allah Ta’ala
ولَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu memperlihatkan kelesuan (kelemahan) dan jangan pula bersedih hati karena kamu pasti akan unggul (menang) jika kamu orang-orang beriman.” (Surah Ali Imran, 3 : 140) Maka menjaga iman adalah kewajiban kita.
Jadi, setiap terjadi pensyahidan, setiap pengorbanan harus menjadi sarana penyebab kemajuan iman kita, lalu lihatlah bagaimana insya Allah karunia Tuhan akan turun kepada kita. Teruslah berjuang dengan sabar, semangat dan banyak berdoa.
Sebagian orang menulis surat kepada saya, “Selain kita harus sabar dan banyak berdoa hendaknya ada juga sedikit yang kita kerjakan.” Sebelumnya juga sudah selalu saya katakan dan tengah saya katakan dan akan selalu saya katakan, “Sabar dan doa itu adalah senjata kita. Pergunakanlah senjata itu dengan benar kemudian lihatlah bagaimana karunia Allah Ta’ala akan turun dengan cepat kepada kita. Sekarang juga Allah Ta’ala sedang menganugerahkan buah-buah yang lebih banyak dibanding dengan usaha-usaha dan doa-doa yang kita lakukan. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih hati. Sekalipun secara lahiriah rencana dan tindakan musuh-musuh Jemaat sangat ganas dan mengerikan sekali tetapi Allah Ta’ala berfirman وَ لَا تَحۡزَنُوۡا ‘wa laa tahzanuu’ – “Jangan bersedih hati.” Insya Allah rencana musuh akan gagal. Hasrat dan harapan musuh untuk melenyapkan Jemaat Ahmadiyah tidak pernah akan berhasil. Ya, tanah tempat berpijak mereka perlahan-lahan akan semakin sempit, akan berkurang dan sedang berkurang dan orang-orang bertabiat baik dari antara mereka akan terus menggabungkan diri dengan Jemaat Ahmadiyah. Maka natijah dari setiap pengorbanan kita selalu mengarahkan perhatian kita terhadap pertolongan Tuhan bahwa untuk merubah kedudukan kita dari minoritas menjadi mayoritas akan Dia persiapkan sebuah lompatan pengorbanan lagi. Maka pengorbanan Abdul Quddus Syahid akan menjadi ratusan kali lompatan pengorbanan. Insya Allah Ta’ala akan menjadi demikian adanya. Reaksi kita bukan putus asa dan bukan pula kerusuhan. Kita sangat yakin akan sempurnanya janji-janji Allah Ta’ala terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as bahkan kita sedang menyaksikan sempurnanya janji-janji itu. Allah Ta’ala telah berpesan kepada beliau as dan kepada Jemaat beliau untuk menjalankan tugas pekerjaannya dengan sabar dan dengan banyak-banyak memanjatkan doa. Kemudian Dia berjanji menetapkan kemenangan. Maka siapakah yang dapat merubah nasib kita yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala? Jadi, hendaknya kita harus memanjatkan doa semoga ketidaksabaran kita, kelemahan iman kita tidak menjauhkan kita dari keberhasilan-keberhasilan yang telah ditakdirkan. Hal ini juga harus selalu diingat bahwa Jemaat Ahmadiyah juga mempunyai peranan penting dalam menjadikan, membangun dan memajukan negara ini [Pakistan] dan telah memberikan pengkhidmatan dan pengorbanan kepadanya. Sekarang juga hanya doa-doa orang Ahmadi yang dapat menyelamatkan dan dapat menyelamatkan negara itu dari kehancuran. Kita tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan-pengorbanan para leluhur kita yang telah mereka persembahkan kepada Negara disebabkan penderitaan, penganiayaan dan pensyahidan. Insya Allah.
Maka hanya ada satu macam obat penawar untuk mencegah kezaliman dan kejahatan dan hanya satu macam cara untuk menyelamatkan Negara itu yaitu tundukkan kepala dihadapan Allah Ta’ala lebih dari yang telah dilakukan sebebelumnya dan mohonlah rahmat dan karunia-Nya. Jika kita dalam keadaan mazlum meningkatkan taqwa, sabar, tawakkal, berpendirian teguh, doa dan istighfar lebih dari sebelumnya maka insya Allah Ta’ala kita akan segera menyaksikan pemandangan zahirnya kemenangan. Semoga Allah Ta’ala berbuat demikian adanya. Dan semoga kita dapat menyaksikan kezaliman atas nama Agama dan setiap jenis kezaliman segera hilang lenyap dari bumi Pakistan dan dari negara-negara Muslim lainnya juga.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Goncangan selalu melanda para ma’muur (utusan Tuhan) dan Jemaat mereka. Timbul rasa takut akan kebinasaan. Bermacam-macam bahaya selalu muncul. Inilah arti kata كُذِبُوا ‘kudzibuu’ – “merasa telah ditipu atau dibohongi”. [4] Faedah yang kedua dari kejadian-kejadian itu adalah akan menjadi ujian bagi yang mentah dan yang matang. Sebab, orang yang imannya mentah atau lemah keadaannya hanya terbatas pada suasana yang mudah saja. Apabila musibah tiba maka ia cepat memisahkan diri dari Jemaat. Inilah sunnatullah bersama saya, selama tidak ada ujian tidak ada tanda yang jelas. Tanda kecintaan Tuhan yang besar kepada hamba-Nya adalah Dia menimpakan ujian kepadanya sebagaimana firman-Nya, وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan berikanlah kabar suka kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata, Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali.” (Al Baqarah, 2:156-157) Yakni, dalam menghadapi setiap musibah dan kesusahan rujuk mereka hanyalah kepada Allah Ta’ala. Nikmat-nikmat Allah Ta’ala hanyalah diterima oleh orang-orang yang berikhtiar istiqamah. Hari-hari kegembiraan sekalipun nampaknya sangat lezat namun akhir kesudahannya sedikitpun tidak ada apa-apa. Tinggal dengan gaya hidup yang beraneka ragam kegembiraan mengakibatkan hubungan dengan Tuhan terputus. Kecintaan Tuhan kepada hamba-Nya yaitu Dia memasukkan hamba-Nya kedalam ujian dan dengan itu Dia memperlihatkan keagungan-Nya kepadanya. Sebagai contoh, jika tidak ada perintah dari Kisra [raja Persia] untuk menangkap Hadhrat Rasulullah saw maka bagaimana muncul mukjizat itu bahwa ia [Kisra] pada malam itu juga dibunuh [orang]. Jika orang-orang Mekkah tidak membuat beliau keluar dari Mekkah maka bagaimana Allah Ta’ala memperdengarkan firman-Nya, اِنَّا فَتَحۡنَا لَکَ فَتۡحًا مُّبِیۡنًا ۙ ‘inna fatahnaa laka fathan mubiina’ – “Sesungguhnya Kami telah memberi kepada engkau satu kemenangan yang nyata.” (Al-Fath, 48:2) Setiap mukjizat berkaitan erat dengan ibtila (ujian). Kehidupan yang lalai dan hidup berfoya-foya tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Jika timbul kemenangan demi kemenangan sifat merendahkan diri dan lemah-lembut mereka tidak ada lagi. Padahal, Tuhan sangat menyukai sifat demikian. Oleh karena itu pasti akan timbul keadaan-keadaan dahsyat yang mengerikan (menakutkan).” [5]
Semoga Allah Ta’ala memberi kemajuan terhadap iman kita semua dan terus-menerus memberi kemajuan iman kepada kita dan semoga Dia juga secepatnya memperlihatkan nampaknya pemandangan kemenangan kepada kita. Semoga Dia menerima pengorbanan-pengorbanan itu dan semoga Allah Ta’ala menganugerahkan derajat Marhum Syahid Shahib yang setinggi-tingginya. Setelah shalat Jum’at insya Allah saya akan memimpin shalat jenazah ghaib bagi sang syahid.
Riwayat ringkas dari beliau saya uraikan berikut ini. Ayah beliau bernama Mian Mubarak Ahmad Shahib. Beliau berasal dari Sialkot. Masuknya Ahmadiyah didalam keluarga beliau mulai dari dan melalui buyut beliau bernama Mukarram (yang terhormat) Mian Ahmad Yar Shahib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu yang berasal dari Fairuzwala, tinggal di Gujranwala. Beliau baiat langsung di tangan Hadhrat Masih Mau’ud as oleh sebab itu beliau adalah seorang Sahabi. Buyut perempuan beliau bernama Mehtab Bibi Shahibah radhiyallahu Ta’ala ‘anha juga seorang Sahabiah Hadhrat Masih Mau’ud as. Master Abdul Quddus Shahib Syahid lahir pada 1968. Ahmadi sejak lahir. Dengan karunia dari Allah Ta’ala beliau adalah seorang Musi. Usia beliau 43 tahun di waktu Syahid. Beliau belajar sampai tingkat FA. Kemudian beliau mengambil kursus PTC dan menjadi guru. Master Shahib Syahid menikah tahun 1997 dengan Rubinah Quddus Shahibah binti Master Basyarat Ahmad, Amir Jemaat Park Gujranwala. Seperti sudah saya katakan beliau adalah seorang guru sekolah. Kurang lebih 20 tahun beliau mengabdi. Beliau guru Sekolah Negeri akan tetapi mengajar di Darush Shadr Syimali, Rabwah. Teman sejawat beliau mengatakan, Syahid Shahib sangat rajin bekerja keras dan sangat jujur. Sebelum tinggal di Mahallah Nushratabad beliau tinggal di Mahallah Darur Rahmat sebelah timur. Di Mahallah Darur Rahmat timur beliau mendapat taufik ambil bagian dalam tugas-tugas Majlis saat masih dalam masa Athfalul Ahmadiyah. Mulai berkhidmat kepada Jemaat semenjak menempuh pendidika kelas kelima. Dalam Majlis Khuddamul Ahmadiyah beliau sebagai Muntazim Athfal dan setelah sepuluh tahun kemudian lalu menjadi zaim di tingkat halqah. Pada tahun 1994, beliau pindah ke Nushratabad dan di sini dengan sigap telah ikut serta dalam pekerjaan-pekerjaan Jemaat dan mendapat taufik berkhidmat. Di mahallah Nushratabad, beliau menjadi zaim halqah dan menjadi penanggungjawab bagian kesehatan di kepengurusan bagian mendayung. Beliau dikenal baik dalam hal mendayung dan berenang juga. Di mahallah tempat beliau, beliau terpilih menjadi Sadr (ketua) bagi selama dua setengah tahun sebelum pensyahidan. Sebagai Sadr mahallah beliau mendapat taufik menjalankan tugas dengan baik dan rapi sekali. Para jiran (tetangga) di Mahallah beliau menilai beliau sebagai seorang yang sangat memperlihatkan perlakuan yang baik dan memiliki harapan yang tinggi. Apabila ada orang yang berkata kasar, bernada keras (tinggi) terhadap beliau, beliau menanggapi sambil tertawa dan senyum kepadanya. Beliau mendapat taufik di bagian penjagaan Markaz sejak cukup lama. Sejak tahun 2002 hingga Syahidnya menjadi kepala bagian penjaga Markaz. Semua tugas dikerjakan dengan penuh kasih sayang pada teman-teman tugasnya. Kalau mendapatkan tugas cukup lama maka dalam pengaturan pemberian makan- minum, cae dan lain-lain beliau sendiri yang mengaturnya, itu adalah pekerjaan yang biasa beliau kerjakan. Khuddam suka dengan beliau. Master Abdul Quddus Shahib Syahid memiliki tabiat yang sangat baik dan berperangai menyenangkan. Sampai taraf tergila-gila dalam hal khidmat khalq (menolong sesama). Beliau seorang perenang yang baik. Apabila ada orang yang tenggelam di sungai Chenab beliau tidak pandang itu orang Ahmadi atau bukan Ahmadi, beliau tidak akan tinggal diam sebelum menemukannya kemudian membawa kembali jenazahnya itu kepada keluarganya. Semenjak kanak-kanak hingga wafat, beliau bernasib baik mengerjakan berbagai tugas kejemaatan. Beliau seorang yang bisa diteladani dalam hal ketaatan dan kepatuhan dan pernah memegang bermacam kedudukan dalam pengurus Jemaat dan melaksanakan tugas kewajiban beliau dengan penuh hormat dan dedikasi tinggi. Beliau seorang penggemar olah raga sejak masih menjadi pelajar dan ambil bagian dalam lomba-lomba. Seorang pemain sepak bola, kabaddi (gulat), dan juga kriket serta yang lainnya dan beliau pendayung yang baik. Saya menyaksikan sendiri bagaimana beliau menjalankan tugas. Beliau tidak suka tampil menonjolkan diri ke depan sekalipun beliau sebagai pimpinan dalam suatu tugas beliau. Beliau salah seorang yang suka melaksanakan tugas di belakang layar sedangkan pasukan atau kerabat kerja dibawah asuhan beliau bekerja di garis depan. Adalah keinginan ibundanya sebelumnya supaya beliau masuk Jamiah akan tetapi singkatnya keinginannya itu tidak dapat tercapai. Istri almarhum yang terhormat menerangkan, “Syahid orang yang menyenangkan, pencinta, suka bersyukur, simpati dan suka mendoakan untuk umat manusia. Sangat memperhatikan kami semua dan kapanpun tidak pernah bersikap keras pada kami. Walau dalam keadaan penderitaan dan kesulitan beliau ikut bergembira bersama dengan sanak saudaranya. Sehari sebelum wafat beliau telah memberi nasihat kepada anak-anak agar bersabar dan tetap teguh dalam pendirian dan untuk selalu mengadakan hubungan erat dengan Khilafat. Mudah-mudahan keinginan ini dengan karunia Allah Ta’ala dapat berlangsung pada anak keturunannya. Bahkan, isteri beliau telah menulis kepada saya, didalamnya beliau menulis, “Suami saya sering berkata kepada saya, ‘Fir meh Tinong yaad Aungga.’ Yakni, pertama beliau mengingatkan akan dirinya dan pada detik-detik terakhirpun hal inilah yag beliau nasihatkan, ‘Perhatikanlah ibu saya, perhatikanlah anak-anak.’” Singkatnya kita pasti akan mengingat akan kebaikannya dan akan terus mengingat. Namun penduduk Rabwah harus berjanji kepada Quddus Syahid, “Kami tidak akan melupakan tugas melakukan pengkhidmatan-pengkhidmatan.” Sesungguhnya beliau [tuan Quddus Shahib] telah banyak sekali melakukan kebaikan dan pengkhidmatan terhadap Jemaat. Jemaat juga tidak akan pernah melupakan kebaikan dan pengkhidmatannya dan kita juga insya Allah akan selalu mengingatnya. Saya (Hudhur) telah menelepon ibunda dan anak-anaknya. Ibundanya sudah tua akan tetapi beliau orang yang memiliki keimanan kuat dan tidak merasakan suatu duka. Anak-anaknya masya Allah kendati pun sedang berduka akan tetapi menanyakan kabar saya. Demikian juga saya telah berbicara dengan istrinya, beliau juga orang yang penyabar dan banyak bersyukur. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kesabaran pada mereka dan Dia Sendiri yang akan menjaga dan menolongnya. Kedua orang tuanya sudah sangat tua. Bapaknya itu tinggal di sini, di Holland (Belanda) akan tetapi ibundanya di sana, tinggal bersama beliau, tinggal bersama dengan Quddus. Demikian juga istrinya seperti saya katakan. Selain itu ada seorang anak laki-laki Abdus Salam yang umurnya 14 tahun belajar di kelas 8; Abdul Basith 13 tahun belajar di kelas 7; Abdul Wahab, 5 tahun di kelas 1 dan satu anak perempuan, Athiatul Quddus, 10 tahun kelas 4. Semoga Allah Ta’ala juga menjaga dan menolong anak-anak ini semua. Setelah shalat Jum’at insya Allah Ta’ala saya akan memimpin shalat jenazah ghaib untuk beliau.
Penerjemahan oleh Mln. Hasan Basri, Shd.
[1]Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa
[2] Tadzkirah halaman 315, edisi cehaaram (IV), 2004, terbitan Rabwah
[3] Tadzkiratusy Syahadatain, Ruhani Khazaain jilid 20, halaman 57-58
“لقد ترك الشهيد بوفاته نموذجًا لجماعتي، والحق أن جماعتي كانت بحاجة إلى أسوة عظيمة؛ … ولكن أشكر الله تعالى ألف ألف شكر إذ يوجد أيضا في الجماعة أناس آمنوا بصدق القلب واختاروا هذا السبيل بإخلاص النية، وهم مستعدون لتحمُّل أية صعوبة في هذا السبيل. أما الأسوة التي أظهرها هذا البطل فإن القوى التي توازيها في أفراد الجماعة لا زالت خافية. وهَبَ الله تعالى الجميعَ ذلك الإيمان والصمود اللذينِ قدم هذا الشهيد نموذجهما. (تذكرة الشهادتين)
[4] حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا (يوسف:111)
[5] Malfuuzhaat, jilid 3 halaman 586-587, edisi 2003, terbitan Rabwah