Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
18 Juni 2004 di Mesjid Baitulfutuuh, Morden, London
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْءَانِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
MakaAllah adalah Raja Yang sebenar-benarnya Maha Tinggi, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan wahyu-Nya padamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu pengetahuan padaku.”Surah Thaaha 115
Pada intinya doa yang diajarkan disini adalah رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Dengan mengajarkan doa ini di dalam Al-Quran Allah telah melakukan kebaikan yang sangat besar pada orang-orang mu’min, Doa ini tidak hanya sekedar doa yang diucapkan dengan kata-kata, hai Allah, tambahlah ilmuku, lalu mulai terjadi proses penambahan ilmu dengan melafalkannya. Bahkan ini merupakan kasih sayang dan anugerah Ilahi pada orang –orang mu’min agar senantiasa tetap aktif dalam upaya menuntut, terus menerus berupaya untuk meraih ilmu. Andaikata kalian sebagai siswa, rajinlah belajar dan berdoalah maka Allah juga akan membukakan jalan untuk mencapai jalan haqaaiqulasyya’- hakekat suatu benda. Dia juga akan menambahkan ilmu; dan ini tidak terbatas hanya pada para siswa semata ,bahkan orang yang berumur lanjutpun mereka (sepatutnya) memanjatkan doa ini. Dan sejalan dengan doa teruslah berupaya supaya ilmu bertambah seraya mengayunkan langkah ke arah itu. Jadi ini merupakan sebuah doa untuk segenap tingkatan orang-orang semua usia.
Tertera dalam sebuah hadis bahwa اطلبوا العلم من المهد الى للهد uthlubulilma minalmahdi ilallahdi- Yakni, dari umur kecil,usia kanak-kanak hingga akhir umur, hingga saat sampai ke liang lahat manusia teruslah menuntut ilmu. Nah, inilah pentingnya ilmu dalam Islam. Kemudian dari itu bayangkanlah betapa pentingnnya doa itu, yakni kendatipun perintah Allah yang manapun atau doa apapun yang paling banyak mengamalkannya adalah Rasulullah saw; beliau mengamalkan itu; Allah sendiri yang mengajarkan ilmu pada beliau; Al-Quran yang merupakan kitab yang sedemikian agung diturunkan pada beliau, yang di dalamnya diterangkan akan rahasia makhluk Allah yang terselubung dan rahasia-rahasia Allah yang tersembunyi,yang pada saat itu mungkin selain Rasulullah saw tidak ada yang dapat memahami;kemudian Dia memberikan ilmu tentang sejarah masa lampau,memberikan informasi akan nubuatan-nubuatan yang akan datang, namun Dia tetap mengajarkan doa-doa kepada beliau saw.bahwa bacalah doa ini رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا(ya Tuhan-ku tambahlah ilmuku) Singkat kata, bagi setiap orang terdapat batasan lingkaran untuk mempelajari ilmu sesuai dengan kemampuan dan terdapat pula batasan lingkaran pengabulan doa. Rahasia yang empat belas abad sebelumnya Al-Quran telah bukakan, kini itu tengah tampil menjadi pengetahuan dunia sesudah penelitian. Perkara-perkara yang muncul ke permukaan dalam pengetahuan manusia dewasa ini itu merupakan akibat kerja keras, ketekunan dan penelitian yang manusia telah lakukan.
Dewasa ini, tanggung jawab paling besar untuk sebanyak-banyaknya bekerja keras dsalam menuntut ilmu dan berupaya meraihnya adalah terletak pada pundak orang-orang ahmadi; sebab Hadhrat Masih Mauud a.s juga telah dianugerahi ilmu-ilmu dan makrifat-makrifat Al-Quran; dan terkait dengan orang-orang yang beriman pada beliau pun terdapat janji Allah,”Saya akan menganugerahi ilmu dan makrifat serta argumentasi-argumentasi atau hujjah-hujjah pada mereka.” Maka untuk itu upaya dan kegemaran serta hobi untuk mencari ilmu yang diringi doa, Ya Tuhan-ku ! – Ya Tuhan-ku ! tambahlah ilmu-ku, merupakan hal yang sangat penting. Hanya dengan duduk-duduk di rumah semua ilmu dan makrifat ini tidak akan didapatkan. Kemudian untuk itu tidak pula ada syarat usia. Jadi pertama-tama, untuk meraih ilmu Al-Quran,untuk meraih ilmu agama, kita harus melihat hazanah yang tidak terhitung nilainya yang Hadhrat Masih Mauud a.s telah siapkan untuk kita. Kembalilah pada itu, bacalah itu, sebab beliau telah menunjukkan jalan sesuai dengan pemikiran kita. Dengan berpegang pada itulah kita dapat maju dalam ilmu Al-Quran dan ilmu agama dan kemudian dengan ilmu Al-Quran inilah ilmu dunia dan metode penelitian dapat terbuka. Oleh karena itu seyogianya di dalam Jemaat dan di kalangan pemuda jemaat lahir kegemaran untuk membaca buku-buku Hadhrat Masih Mauud a.s dan memetik faedah dari itu sejalan dengan upaya mempelajari ilmu-ilmu dunia. Bahkan mereka yang melakukan penelitian, banyak sekali para pelajar yang melakukan penelitian dalam berbagai topik, kapan saja mereka menyatukan ilmu dunia mereka dengan ilmu agama dan ilmu Al-Quran, maka jalan /metode baru pun akan dapat dipastikan ; akan tersedia pula peluang-peluang pada mereka untuk bekerja dalam mekanisme yang berbeda yang mungkin tidak dapat diajarkan oleh profesor duniawi mereka pada mereka. Demikian pula- sebagaimana sebelumnya saya telah katakan- orang-orang yang lanjut usia pun jangan seharusnya berpendapat bahwa usia sudah lanjut, kami tidak dapat mendapatkan ilmu. Mereka pun perlu memberikan perhatian ke arah ini. Bacalah buku-buku Hadhrat Masih Mauud a.s dan berkenaan dengan ini sebelumnya saya juga telah katakan,jangan setelah memikirkan ini lalu diam bahwa kini bagaimana mungkin kami dapat meraih ilmu. Kini bagaimana kami dapat memetik faedah dari itu.
Hadhrat Muslih Mauud r.a menulis,” Tatkala ayat ini turun, yang di dalamnya terdapat doa yang diajarkan kepada Rasulullah saw., pada saat itu umur beliau 55 atau 56 tahun. Beliau memberikan komentar, karenanya orang-orang mu’min seharusnya memberikan perhatian ke arah ini bahwa ini pun adalah untuk kita. Dalam umur berapapun jangan pernah lalai dalam menuntut ilmu dan sepatutnya jangan berputus asa. Kemudian dalam menerangkan itu Hadhrat Muslih Mauud a.s. bersabda, “Pada umumnya di dunia ini terdapat anggapan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa belajar, usia dewasa merupakan masa praktek /pengamalan sementara zaman usia lanjut merupakan zaman ( penggunaan ) akal. Tetapi dari segi Al-Quran seorang mu’min hakiki mengumpulkan semua hal-hal itu dalam dirinya. Masa usia lanjutnya tidak memahrumkannya dari kemampuan mempraktikkan ilmu dan mencarinya. Masa mudanya tidak menjadikan sia-sia daya fikiranya,tetapi sebagaimana pada masa kanak-kanak tatkala sedikit saja layak/ mampu bicara maka setelah mendengar setiap ungkapan dengan cepat dia dapat membalikkan kata-kata lalu menanyakan, kenapa itu dan untuk apa serta di dalam dirinya terdapat keinginan yang luar biasa untuk mempelajari ilmu. Serupa itu pula masa tuanya juga terus senantiasa sibuk untuk mempelajari ilmu-ilmu dan tidak pernah menganggap dirinya bebas dari mencari ilmu. Contoh nyatanya kita dapatkan pada pribadi mulia Rasulullah saw,dimana pada umur 55 ,56 tahun dalam ilham-Nya Allah berfirman وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا Yakni, hai Muhammad Rasulullah saw, perlakuan Kami terhadap engkau adalah seperti perlakuan seorang ibu terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu pada saat usia lanjut, dimana orang-orang lain menjadi sia-sia,menganggur dan keinginan untuk meraih /mencari ilmu-ilmu tambahan dan makrifat hilang sirna dari kalbu mereka, menjadi terbiasa mengatakan bahwa ini memang senantiasa terjadi seperti ini, sebaliknya kepada engkau (hai Muhammad saw) petunjuk Kami adalah agar senantiasa berdoa kepada Tuhan,” hai Tuhan-ku, tambahlah ilmu ku – tambahlah ilmu ku ! Jadi orang mu’min dalam sisi kehidupannya yang manapun tidak pernah lalai dalam menuntut ilmu. Bahkan di dalamnya dia merasakan kelezatan dan kebahagiaan. Sebaliknya apabila tiba saat pada manusia dimana dia mulai menganggap bahwa apa yang tadinya saya ingin pelajari itu telah saya pelajari; karena, – dia berfikir- jika saya bertanya pada orang berkenaan dengan suatu perkara, orang akan mengatakan, bagaimana jahilnya ini, yang begini saja dia tidak ketahui, maka dia akan menjadi mahrum dari mencari ilmu/meraih ilmu. Perhatikanlah, Hadhrat Ibrahim a.s adalah seorang yang lanjut usiannya, tetapi dia tetap mengatakan
رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang yang mati”. Tatkala Hadhrat Ibrahim menanyakan ini maka Allah tidak mengatakan hai Ibrahim ! engkau kan telah berumur 50-60 tahun, kini tingglkan perkara-atau pertanyaan kekanak-kanakan ini. Bahkan Dia memberitahukan bahwa bagaimana ruh-ruh ini dapat hidup kembali. Jadi, seyogianya senantiasa menciptakan di dalam dirinya antusiasme yang tinggi untuk mempelajari /menuntut ilmu. Dan senantiasa seyogianya terus berdoa kepada Allah, hai Allah, tambahlah ilmuku, sebab selama di dalam kalbu manusia tidak ada rasa haus untuk mempelajari ilmu maka sampai pada waktu itu dia tidak akan dapat meraih kemajuan.” Tafsir Kabir jilid no. 6:69-471
Sejumlah orang mengatakan bahwa hafalan di lanjut usia menjadi lemah. Saya masih ingat kami mempunyai seorang guru yang menghafal Al-Quran setelah pensiun dan beliau biasa meletakkan Al-Quran di stang sepeda lalu membacanya sambil jalan.Tetapi kini sedemikian banyaknya bajaj di Rabwah sehingga serupa itu tidak dapat dilakukan, karena kalau begitu, sang sepuh tentu akan sudah berada di rumah sakit.
Berkenaan dengan ilmu apa yang Rasulullah saw telah jelaskan dalam berbagai cara/keterangan saya akan sampaikan. Tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, penting bagi orang Muslim untuk menuntut ilmu. Kini di kalangan orang-orang mu’min terkait dengan menuntut ilmu sangat sedikit sekali dibandingkan dengan orang-orang lain..Sementara perintah menuntut ilmu paling banyak kepada kita/orang Muslim.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sedekah yang baik adalah seorang menuntut ilmu lalu mengajarkan pada saudara-saudaranya”. Sunan Ibni majah Kitabul imaan babu tsawaabi mualliminnaasi alkhair Nah,inilah pentingnnya menuntut ilmu. Kemudian mengajarkannya merupakan sebuah sedekah dan sedekah pun(bukan sedekah biasa, tapi) merupakan sebuah sedekah jariah, yang mengalir karena itu menghormati gurupun sedemikian rupa pentingnnya sehingga jika mempelajari satu kata pun dari seseorang agar kita menghormatinya. Profesi guru merupakan mata pencaharian yang sangat mulia. Tetapi, di Pakistan dan di tempat lainnya, itu dijadikan sebagai penghasilan dan mata pencaharian ini pun sedang mendapat citra yang sangat buruk. Benar, bahwa seorang memilih mata pencaharian/profesi ini secara benar/ wajar, dia mendapatkan gaji, seharusnya memang dia mencari nafkah atau kemudian boleh membuka kursus, tetapi kini disana timbul kasus yang dimana mereka tidak memberikan perhatian kepada pengajaran di sekolah-sekolah, dan mereka mengatakan, kamu datanglah ke rumah saya, nanti saya akan berikan kursus di rumah dan kemudian kursus pun sedemikian mahalnya sehingga tidak terjangkau oleh sejumlah orang. Dari orang yang kaya tentu dia dapat mengambil bayaran begitu banyak,tetapi pelajar –pelajar yang miskin pun mereka tidak mau maafkan dan jika mereka tidak mau mengambil kursus dari dia/sang guru maka mereka tidak akan lulus ujian. Sebelumnya mereka telah memberitahukan bahwa kalau ingin lulus dalam ujian maka maka masuklah kursus dan kemudian sangat disesalkan bahwa sejumlah orang tua (para siswa seperti itu atau orang tua) yang memiliki anak-anak seperti itu mereka harus menanggung beban hutang. Para guru ahmadi hendaknya menghindar dari hal itu dan harus menampilkan tauladan yang baik dan ilmu dan berkah yang mereka telah hasilkan janganlah berlaku kikir dan bakhil untuk menyampaikannya kepada orang lain.
Kemudian dalam sebuah riwayat Hadhrat Masruq r.a meriwayatkan bahwa pada suatu kali kami hadir di hadapan Hadhrat Abdullah bin Mas’ud r.a. Beliau bersabda, hai orang-orang, jika seseorang mengetahui tentang suatu ilmu maka seyogianya memberitahukannya dan bagi yang tidak mengetahui tentang sesuatu, maka pada saat ada yang bertanya, maka jawablah,الله اعلم -Allahu a’lam-Allah yang Maha mengetahui.( Sebab merupakan sebuah ilmu juga, apabila terkait dengan apa yang manusia tidak ketahui lalu berkenaan dengan itu dia berkata,Allah-lah yang Maha mengetahui) Allah berfirman kepada nabi-Nya saw berfirman ( ini merupakan bagian itu juga ) hai Rasul ! katakanlah, saya tidak akan meminta ganjaran untuk itu dan saya bukanlah orang yang yang sekedar formalitas/basa basi belaka. Bukhari kitabulttafsir Tafsir surah Shaaf baabu qauluhu maa ana minal mutakallifiin
Dalam bagian pertama riwayat ini di dalamnya terdapat sebuah pelajaran bagi para guru yang lebih banyak menaruh perhatian pada pemberian kursus dan kurang perhatian pada pemberian pengajaran. Kedua, adalah terkadang mereka datang ke sekolah tampa persiapan dan jika ada sesuatu yang baru yang harus diajarkan maka mereka terpaksa harus menghadapai banyak kesulitan. Dan jika salah-salah sedikit,ada yang bohong di dalamnya maka mereka ajarkan juga. Dan seperti itu kemudian para siswa juga mendapat semacam bimbingan yang keliru. Bersabda inilah metode yang lebih baik bahwa jika tidak mengetahui maka katakanlah, saya tidak mengetahui. Hari ini saya tidak ada persiapan,saya tidak bisa mengajarkan. Untuk yang mengajarkan ilmu (guru) juga dituntut kejujuran bahwa janganlah masuk hanya untuk sekedar egonnya semata, bahkan andaikata tidak mengetahui,maka katakanlah, saya tidak tahu.
Hadhrat Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda tuntutlah ilmu/belajarlah ilmu, untuk menuntut ilmu harus memiliki prilaku mulia dan tenang. Dan dari mana kamu belajar ilmu bersikap hormat dan santunlah dengannya.” Attargiib wattarhiib jilid I;78 bab Attargiib fi ikraamil’ulamaa wa ijlaalihim wa tauqiirihim ba hawalah attibrani fil ausath
Jadi, di dalam ini terdapat nasehat bagi para siswa agar menghormati gurunya dan seharusnya tertanam satu rasa hormat terhadap mereka . Dewasa ini di berbagai negara terjadi pemogokan-pemogokan dan pengrusakan yang dilakukan oleh para mahasiswa. Untuk supaya tuntutan mereka diterima, mereka unjuk rasa di jalan-jalan.Tuntutan dilakukan dari pihak universitas- universitas atau setingkat SMU, dan yang menjadi sasaran tindakan pengrusakan ditujukan pada lampu-lampu di di jalan-jalan, harta benda milik pemerintah atau harta benda milik rakyat banyak dan pembakaran toko-toko. Ini benar-benar merupakan tindakan yang benar-benar keliru dan tindakan yang benar hina.Ini sama sekali bukanlah ajaran Islam. Pelajar menuntut ilmu, di dalam diri mereka seyogianya lahir suatu sikap luhur, dan sepatutnya harus lahir sikap sopan santun terhadap guru-gurunya, untuk orang-orang yang lebih besar dari mereka, bukannya justru berperangai yang tidak sopan/kasar. Kemudian terkadang para guru Ahmadi pun mengalami nasib yang serupa itu. Ini baiklah secara sekilas saya sampaikan bahwa, anak-anak gair ahmadi sendiri tidak belajar sehingga mereka tidak lulus. Dan jika guru mereka adalah seorang ahmadi atau ustad orang Ahmadi maka segera mulai dilakukan pemogokan-pemogokan sebagai tanda protes. Dari segi itu juga di Pakistan sejumlah guru-guru menghadapi kesulitan seperti itu. Semoga Allah memberikan akal pada para mahasiswa seperti itu dan para siswa Ahmadi juga hendaknya jangan ikut ambil bagian pada demo-demo yang dilakukan di universitas-universitas dan di tingkat SMU. Jangalah pernah ikut ambil bagian dan pertahankalah sikap sopan santun kalian. Seorang siswa Ahmadi seharusnya memiliki ciri khas mereka yang istimewa dari yang lain.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abdullah bin Umar r.a bahwa pada suatu kali Rasulullah saw keluar dari rumah beliau lalu pergi ke mesjid dan di mesjid beliau melihat dua buah lingkaran orang-orang. Sejumlah orang ada yang sedang membaca Al-Quran dan tengah memanjatkan doa-doa dan sejumlah orang tengah sibuk belajar dan mengajar. Maka Hudhur bersabda bahwa kedua kelompok ini tengah sibuk dalam melakukan pekerjaan yang baik. Ini tengah membaca Al-Quran dan ini tengah memanjatkan doa-doa dan terserah pada Tuhan Dia ingin memberikannya atau tidak ingin memberikannya. Yakni doa-doanya Dia terima atau tidak Dia terima. Dan lingkaran /kelompok yang kedua tengah sibuk dalam belajar dan mengajar. Beliau bersabda:,”Allah telah mengirim saya sebagai muallim dan guru, karena itu beliau pergi duduk di antara orang-orang yang sedang duduk belajar dan mengajar.Sunan ibnu Majah kitabul iman baabu fadhlil ulamaa walhttsi ‘ala taalibi ‘ilmi
Jadi, inilah martabat yang diberikan oleh Rasulullah saw pada orang-orang yang menuntut ilmu. Tetapi disini perlu diingat bahwa mereka yang belajar dan yang mengajar itu adalah merupakan orang-orang yang tegak dalam ketakwaan dan merupakan kelompok orang yang beriman. Pemandangan atau firasat tajam beliau telah melihat bahwa orang yang belajar dan mengajar ini merupakan orang-orang yang tegak dalam kebaikan-kebaikan, merupakan orang-orang yang berjalan pada ketakwaan dan dengan ketakwaan kemudian mereka berupaya mempelajari ilmu dengan pemikiran dan renungan matang, karena itu beliau duduk diantara mereka.
Di tempat lain juga tertera sebuah riwayat bahwa pada hakekatnya ilmu adalah yang bersamanya terdapat ketakwaan. Maka hal itu seyogiannya senantiasa mendapat perhatian bahwa ilmu macam apapun jangan pernah menjauhkan dari takwa. Ilmu adalah yang paling dekat dengan takwa,membawa pada takwa dan membawa pada Tuhan.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Ali r.a bahwa seorang ahli fikih yang benar dan yang pada hakekatnya merupakan ahli fikih hakiki adalah yang tidak membiarkan orang-orang menjadi putus asa pada rahmat Allah dan tidak pula menyediakan untuk mereka cara yang boleh untuk menjadikan pembangkangan terhadap Allah dan tidak pula menjadikan mereka untuk tidak takut pada azab Tuhan dan cengkeraman-Nya. Dan mereka tidak berupaya untuk mencenderungkan mereka kepada yang lain manapun dengan mengalihkan perhatian mereka dari Al-Quran. Ingatlah bahwa tanpa ilmu tidak ada kebaikan dalam ibadat dan tanpa pemahaman, pengakuan ilmu tidak akan benar (jika tidak difahami ,hanya dihafal mati maka ilmu itu bukanlah ilmu),dan tanpa renungan dan pemikiran, hanya sekedar bacaan belaka tidak ilmu ada faedahnya. Sunan Addarami Almuqaddimah baab man qaala al’ilma alkhasyyata wa taqwallahi
Oleh karena itu ilmu yang kosong tanpa amal, ilmu yang seperti itu tidak ada faedahnya. Ilmu dipelajari/dicari untuk mengajarkan manusia standar tinggi nilai –nilai kemanusiaan. Jika kendatipun setelah menuntut ilmu tetap saja menjalani hidup buas, maka ilmu seperti itu apa faedahnya. Sebagaimana dewasa ini para ulama akui lalu kemudian tingkah laku mereka seperti itu.
Hadhrat Aqdas Masih Mauud a.s bersabda,” Yang dimaksud dengan ilmu bukanlah ilmu mantik dan ilmu falsafah,bahkan ilmu hakiki adalah ilmu yang Allah anugerahkan dengan karunia-Nya. Ilmu ini merupakan perantara untuk makrifat Ilahi dan dengan ilmu itu akan lahir rasa takut pada Allah. Sebagaimana di dalam Al-Quran Allah berfirman
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ( Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Al-Fathir 29 ) jika dengan ilmu tidak timbul kemajuan dalam ketakwaan /rasa takut pada Allah maka ingatlah, ilmu itu bukanlah merupakan perantara untuk kemajuan makrifat.” Malfuzhat jilid I:125 Cetakan Baru
Kemudian dari riwayat Hadhrat Abdullah bin Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: Apabila kamu lewat di kebun-kebun surga maka sebarkanlah gembalaan dengan sepuas hati.Maka para sahabah bertanya apa kebun surga itu Ya Rasulullah saw ? Beliau bersabda, majlis ‘ilmi/majlis dimana ilmu dibicarakan. Yakni dengan duduk di majlis ‘ilmi prolehlah sebanyak-banyak ilmu. Attargiib attarhiib.Baabu –t-targiib fi maajaalisatil’ulamaa jilid no,I :76 ba hawalah atthibrani alkabiir
Jadi untuk itu sebelumnya juga saya telah katakan. Pada saat datang pada ijtima-ijtima dan jalsah-jalsah maka ambillah faedah sepenuhnya dari itu. Dan tujuan hendaknya hanya, dari tempat ini kami akan pergi setelah puas memadamkan rasa haus kerunaian kami dan hanya ingin berupaya meraih maksud dari jalsah-jalsah itu. Sebaliknya jika setelah datang di jalsah-jalsah itu lalu duduk membicarakan keduniaan dan tidak memetik sepenuhnya faedah dari itu maka apa mamafaatnya datang di jalsah-jalsah itu ? Ini sebelumnya telah saya katakan bahwa pada zaman ini hendaknya memberikan perhatian pula pada mutalaah buku-buku Hadhrat Masih Mauud a.s dan seharusnya mengambil faedah dari itu. Ini pun merupakan penjelasan tafsir Al-Quran yang kita dapatkan dari buku-buku beliau.
Beliau bersabda ,” Agama mengehendaki supaya tinggal bersama-sama. Kemudian apabila itu dihindari, bagaimana bisa mengharapkan akan meraih kesalehan ? Kami berkali-kali telah menasehatkan pada kawan-kawan kami dan kembali kami tegaskan agar mereka datang berkali-kali dan tinggal disini bersama kami dan dapat memetik faedah, namun sangat sedikit sekali yang memberikan perhatian. Setelah baiat orang-orang mendahulukan agama di atas dunia. Tetapi sedikit pun mereka tidak menghiraukan ini. Ingatlah ! liang-lahat tengah memanggil dengan suara yang nyaring dan setiap saat maut terus tambah lebih mendekat. Setiap nafas terus mendekatkan kalian dengan maut. Sementara kamu terus menyangka bahwa itu merupakan saat-saat yang luang. Bukanlah pekerjaan orang mu’min melakukan makar dengan Tuhan. Apabila tiba saat datangnya maut maka waktu tidak akan dapat dimajukan dan diundur ke belakang. Mereka orang-orang yang tidak menghargai Jemaat ini dan mereka tidak mengetahui keluhuran dan kebesaran Jemaat ini, biarkanlah mereka berlalu. Tetapi lebih besar dari semuanya orang yang paling bernasib malang dan paling menganiaya diri mereka sendiri adalah mereka yang telah mengenal jemaat ini lalu mereka takut untuk bergabung,mereka sedikitpun tidak menghargai. Orang-orang yang tidak sering datang kemari tinggal sebanyak-banyaknya bersama saya dan tidak mendengar dan melihat hal-hal yang Allah swt turunkan setiap hari sebagai tanda dukungan terhadap Jemaat-Nya, kendatipun mereka pada tempatnya betapapun tinggi ketakwaannya dan sangat hati-hatinya, namun saya akan katakan bahwa mereka tidak menghargai sebagaimana layaknya. Saya sebelumnya telah katakan bahwa sesudah penyempurnaan ilmu perlu adanya penyempurnaan amal. Jadi penyempurnaan amal (sempurnanya amal) tanpa adanya penyempurnaan ilmu sama sekali tidak mungkin. ( Yakni amal tanpa menuntut /belajar ilmu akan sangat sulit) Dan selama tidak datang tinggal disini penyempurnaan amal dan praktik sulit”. Kemudian beliau bersabda,”Berkali-kali diterima surat bahwa si fulan melontarkan kritiknya dan kami tidak dapat memberikan jawaban. Apa penyebabnya ? Penyebabnya adalah orang-orang tidak datang kemari dan mereka tidak mendengar hal-hal yang Allah swt tengah zahirkan dalam dukungan secara ilmiah terhadap Jemaat-Nya ”. Malfuzhat Jilid I:125 Cetakan Baru
Jadi, hal-hal itu tengah dirangkum dalam bentuk buku-buku dan kemudian telah disusun juga dalam bentuk Malfuzhat,karenanya harus memberikan perhatian ke arah itu dan seharusnya membaca buku-buku itu.Dan dari buku-buku itulah akan tersedia dalil-dalil bagi kalian dapat memberikan jawaban –jawaban terhadap keberatan-keberatan orang-orang; dan inilah, dewasa ini yang merupakan cara untuk dapat meraih berkah dari pergaulan majlis-majlis beliau a.s dan merupakan suatu cara untuk memetik faedah dari pergaulan beliau. Dan sebelumnya juga saya terus katakan bahwa berikalah perhatian sebanyak-banyaknya untuk membaca buku-buku beliau. Dan dari itu kita akan mendapat jawaban keberatan-keberatan para penentang dan kitapun akan meraih makrifat ilmu-ilmu Al-Quran.
Kemudian beliau bersabda,” Lebih dari nabi kita saw tidak ada manusia sempurna yang pernah berlalu di dunia,tetapi kepada beliau pun diajarkan doa رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (Ya Allah, tambahlah ilmuku) Kemudian siapa lagi yang diam terhenti dengan bersandar pada kesempurnaan ilmu dan makrifatnya dan menganggap tidak penting kemajuan masa yang akan datang. Sejauh mana manusia mencapai kemajuan dalam ilmu dan makrtifatnya, dia akan terus dapat mengetahui bahwa kini masih banyak hal-hal yang masih memerlukan pemecahan. Sejumlah perkara pada pandangan permulaan…. sama sekali mereka anggap sia-sia, tetapi pada akhirnya itulah perkara dalam bentuk sebuah kebenaran akan nampak baginya. Oleh karena itu betapa penting bahwa untuk menggati status/kapasitasnya, sejalan untuk menambah ilmu, terhadap segala sesuatunya dilakukan penyempurnaan. Setelah meninggalkan sedemikian banyak hal-hal yang sia-sia kalian telah menerima Jemaat ini. Jika kalian berkaitan dengan jemaat ini kalian tidak meraih ilmu dan kecerdasan maka apa faedahnya untuk kalian. Bagaimana akan timbul kekuatan dalam keyakinan dan makrifat kalian. Atas hal-hal yang kecil-kecil akan lahir syakwasangka dan keragu-raguan dan pada akhirnya terjadi bahaya goyangnya langkah kalian. Lihatlah, tipe orang ada dua macam. Satu adalah orang yang setelah menerima Islam mereka sibuk dalam usaha dan bisnis dunia. Syaitan duduk di atas kepala mereka. Bukanlah maksud saya bahwa dilarang melakukan bisnis. Tidak,para sahabah melakukan usaha dagang, tetapi mereka mendahulukan agama di atas dunia. Mereka telah menerima Islam, maka-ilmu sejati yang terkait dengan Islam yang memenuhi kalbu-kalbu mereka dengan keyakinan-mereka telah raih. Inilah sebabnya langkah mereka tidak pernah goyah kendatipun syaithan melakukan penyerangan. Tidak ada sesuatu yang mampu mencegah mereka untuk menzahirkan kebenaran.Malfuzhat jilid II:141-142 Cetakan baru
Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Jabir r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Janganlah kamu mencari ilmu dengan tujuan dengan perantaraan itu kamu dapat berbangga dalam berhadapan dengan ulama-ulama lain dan jangan pula dengan maksud supaya kamu dapat menunjukkan kebesaranmu dan kebanggaanmu di kalangan orang-orang yang jahil dan kamu dapat mengalahkan mereka seperti dalam pertengkaran. Dan jangan pula kamu mengadakan majlis atau pertemuan untuk meraih kemasyhuran atau untuk pamer dan ketenaran namamu. Barangsiapa yang melakukan itu dan berfikir seperti itu ,maka untuk mereka disediakan api dan api,yakni dia akan mendapatkan musibah, malapetaka dan kehinaan. Sunan Ibni Majah Baabul intifaai bil ‘ilmi
Jadi dewasa ini (pada umumnya dikalangan orang-orang Islam) para ulama kita inilah kondisi mereka bahwa mereka biasa berselisih/berseteru dalam hal yang kecil-kecil. Upaya mereka lebih banyak ke arah menanamkan wibawa keilmuan mereka dengan membawa atau mengupas hal-hal kecil. yang sama sekali tidak ada faedah macam apapun,tidak dari segi ruhani dan tidak secara lahiriah,hanya untuk membuat benang kusut yang dapat menjadi sikap keras kepala dan sifat ego di kalangan orang-orang dan mereka menzahirkan keilmuan mereka seolah-olah dia mengatakan , saya mengetahui itu,kamu tidak. Jadi orang-orang Ahmadi jangan hendaknya menuntut ilmu hanya untuk maksud ego atau keakuannya dan jangan ada tujuan untuk menanamkan ru’ub ilmunya, bahkan dengan maksud untuk menyebarkan nur ilmu itu dan mememetik faedah dari itu dan seharusnya tujuan hanya untuk meraih redha Ilahi.
Peristiwa Hadhrat Masih Mauud a.s seyogianya senantiasa berada di hadapan kita. Tatkala beliau tidak jadi berbahas dengan seorang ulama karena beliau menganggap benar segi pendapat ulama itu. Maka orang-orang yang membawa beliau untuk datang melakukan tukar fikiran mengatakan yang macam-macam pada beliau, tetapi kendati demikian beliau tidak menyinggung masaalah yang terdapat perbedaan mendasar dengan beliau. Maka akibat sikap beliau itu Allah telah menzahirkan kegembiraan-Nya dan Dia berfirman, Dia senang terhadap sikapmu yang merendah. Jadi, janganlah hendaknya menzahirkan keunggulan ilmu untuk mengambil sesuatu dari orang-orang ,bahkan seyogianya keredhaan Allah yang senantiasa menjadi perhatian dan dengan ilmu yang berjalan sejalan dengan keredhaan Tuhan yang dapat juga menjadi sarana pengkhidmatan terhadap makhluk-Nya.
Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abu Darda’ r.a bahwa saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda bahwa barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk ke surga. Dan para malaikat karena gembira dengan pekerjaan orang yang menuntut ilmu itu mereka membentangkan sayapnya di hadapan penuntut ilmu itu dan orang-orang yang tinggal di langit dan yang tinggal di bumi memohon ampunan untuk orang yang berilmu sehingga ikan-ikan di air juga mendoakan untuknya. Dan keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang beribadah adalah seperti sebagaimana keutamaan bulan diatas semua bintang-bintang. Dan para ulama adalah waris para nabi. Para nabi tidak meninggalkan uang, harta sebagai warisan, bahkan warisannya adalah ilmu dan irfan. Barangsiapa yang memperoleh ilmu dia telah meraih bagian besar dan telah meraih kebaikan yang banyak. tirmidzi kitabul ilmi bab fadhlulfiqhi
Jadi, inilah pentingnya ilmu. Untuk menuntut ilmu orang-orang pun datang ke Barat ini. Mereka datang dari tempat yang jauh-jauh dari negara-negara Asia. Jika, dihadapan mereka yang mereka tuju adalah untuk mencari keredhaan Ilahi maka Allah pun memudahkan upaya mereka untuk menuntut ilmu dan Allah akan memudahkan jalan untuk menuju surga baginya. Maksudnya juga adalah bahwa Allah sedemikian rupa akan menciptakan kemudahan sehingga di dunia ini juga pun Allah akan menciptakan kemudahan sehingga di dunia inipun tercipta surga baginya. Khususnya para mahasiswa Ahmadi –sebagaimana saya telah katakan – seyogianya tujuan mereka hanya satu,yaitu mereka datang kemari untuk menuntut ilmu dan sambil berjalan sesuai dengan redha Ilahi mereka menuntut ilmu. Jangan sampai keramaian disini dan kegemaran serta hoby lainnya menggeser mereka dari meraih maksud itu. Harus dibarengi niat sambil mengamalkan perintah-perintah Allah bahwa sesudah meraih pendidikan tinggi, ilmu itu akan mereka jadikan sebagai bagian dari kehidupan amaliahnya dan dengan itu akan mendatangkan faedah untuk orang lain. Dan jika ada bagian pendidikan yang bertentangan dengan perintah Allah maka itupun seharusnya akan menjelaskannya pada dunia dan seyogianya mencari ilmu hingga sampai ke kedalaman ilmu itu dsan harus tuntas tidak berhenti di jalan.
Kemudian tertera sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Hadhrat Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah saw memerintahkan kepada saya untuk belajar bahasa Suryani dan tertera dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw.bersabda kepada saya bahwa pelajarilah bahasa tulis menulis orang Yahudi, sebab saya tidak dapat percaya pada orang Yahudi apa yang mereka tulis dari pihak saya/atau atas nama saya dan apa yang mereka katakan. Zaid berkata bahwa setelah berlalu lima belas hari, saya mulai membaca dan menulis dalam bahasa Suryani. Sesudah itu kapan saja dari pihak Hudhur saw ingin menulis surat kepada orang Yahudi maka Hudhur saw menyuruh saya menulisnya dan jika ada surat dari mereka maka saya membacakan surat itu pada Hudhur saw. Tirmidzi Kitabul adab baab majaa a fi ta’liimissuryaaniyyah
Dalam kaitan ini saya juga ingin mengatakan pada anak-anak Waqfi now bahwa anak waqfi now yang telah sampai pada umur dewasa, ada kegemaran/intrest untuk belajar bahasa, juga memang mempunyai kecenderungan pada belajar bahasa, memang memiliki juga bakat bahasa maka usahakanlah supaya dapat sedemikian mahir dalam bahasa itu(Saya melihat kebanyakan bakat belajar bahasa terdapat pada anak-anak perempuan) sehingga mereka dapat mampu menterjemahkan buku-buku,literatur-literatur Jemaat dll , baru kita dapat memberikan pengaruh di setiap tempat.
Saya masih ingat di sebelah utara Ghana ada sebuah greja Katolik Roma di tempat yang terpencil ( saya juga pernah tinggal disana) pendetanya seorang penduduk Inggris. Dia biasa pergi ke hutan itu dengan sepeda motor dan tinggal disana 4-5 hari dalam seminggu. Saya bertanya padanya bahwa apa yang anda kerjakan kesana. Dia memberitahukan bahwa disana ada satu suku yang bahasanya sedikit berbeda dengan suku yang lain dan penduduknya hanya sepuluh ribu lima belas ribu orang. Dan dia pergi kesana hanya untuk mempelajari bahasanya kemudian menterjemahkan Baibel di dalam bahasa mereka. Jadi orang-orang kita, khusunya, anak-anak Wakaf-now yang memang tengah siap untuk itu hendaknya ada perhatian supaya tersedia secara khusus sebuah tim orang-orang yang mahir dalam setiap bahasa. Kini banyak sekali anak-anak yang telah sampai pada jenjang perguruan tinggi,mereka sendiri seyogianya memberikan perhatian ke arah itu sebagaimana saya telah katakan dan para pengurus bidang waqfi now nasional seyogianya membuat daftar nama-nama anak yang seperti itu dan kemudian setiap tahun daftar-daftar ini harus tetap senantiasa baru, sebab setiap tahun akan terus ada anak-anak baru yang akan ikut masuk di dalamnya. Yang akan berumur sebaya, satu usia. Dan tidak hanya di bidang ini, bahkan dalam setiap bidang ,secara umum bidang-bidang yang didalamnya kita perlu segera orang-orang yang mewakafkan diri adalah muballigh-muballigh , dokter-dokter, guru-guru dan kemudian kini kita juga memerlukan juga para ahli yang berpengetahuan di bidang komputer ; kemudian perlu pengacara- pengacara, insinyur- insinyur, ahli –ahli bahasa -saya sebelumnya telah katakan- kemudian seterusnya akan terbentuk bidang-bidang lainnya, kemudian selain itu ada lagi bidang-bidang lain. Nah, bagi mereka yang akan menjadi muballigh itu dapat diketahui bahwa mereka akan masuk di Jamiah dan mereka memang ingin masuk Jamiah karena itu mereka tidak difikirkan, itu dapat diketahui, tetapi yang memilih bidang-bidang lain atau dalam profesi-profesi lain berkaitan dengan mereka kebanyakan tidak dapat diketahui. Kini pada saat tourni di berbagai tempat saya telah tanyakan maka sampai sekarang anak-anak belum menetapkan di benak mereka,atau setelah sampai pada umur 16-17 pun belum jelas juga, atau mereka menyebut/ memilih nama bidang lainnya yang mungkin Jemaat tidak segera memerlukannya. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa saya ingin menjadi pilot pesawat. Kemudian sejumlah anak ada yang mengatakan bahwa kami hobi pada permainan-permainan,ingin menjadi pemain kriket atau ingin menjadi pemain sepak bola. Profesi/mata pencaharian ini bukanlah untuk anak-anak Waqfi now.Ini adalah merupakan akibat tidak dilakukan konseling yang benar terhadap anak-anak dan mereka tidak diberikan petunjuk yang benar dan karena itu dia sama sekali tidak dapat memahami bahwa apa masa depan mereka. Oleh karena itu orang tuapun jangan setelah mewakafkan lalu diam, bahkan secara permanent terus memberikan pengertian pada anak-anak. Saya inilah yang terus saya katakan pada para orang tua anak-anak bahwa berilah pengertian pada anak-anak kalian bahwa kamu adalah anak wakafnow, kami telah mewakafkan kamu, kamu harus menghidmati Jemaat, dan kamu akan menjadi bagian yang sangat penting dalam Jemaat, karena itu carilah profesi yang mana kamu dapat menjadi wujud yang bermamfaat dalam Jemaat. Kemudian ada pula anak-anak yang saya ketemukan yang kendatipun umurnya sudah lanjut dia tidak mengatahui bahwa dia adalah anak-anak waqfi now dan barang apakah waqfi now itu? Ibu bapak mengatakan bahwa telah massuk wakaf now. Kemudian ada sejumlah anak yang mengatakan bahwa orang tua telah mewakafkan tetapi kami ingin mengerjakan sesuatu yang lain. Jadi apabila daftar-daftar seperti itu sudah siap,ada di hadapan kita ,dan apabila sudah siap di setiap negara maka kita akan dapat mengetahui berapa jumlahnya yang setelah besar mereka berjatuhan (mengundurkan diri) dan berapa banyak yang seperti itu dan di negara mana yang seperti itu, yang dari mana kita akan mendapatkan muballigh dan berapa yang dari mereka kita akan mendapatkan yang akan menjadi dokter, berapa yang kita akan dapatkan yang akan menjadi insinyur atau yang akan menjadi guru dll. Kemudian yang menjadi dokter, dalam bidang kedokterannya pun kegemaran dan hobi setiap orang pun berbeda-beda. Jadi sesuai dengan hobi atau intres mereka masing-masing juga dapat diberikan penyuluhan. Untuk itu negera-negara yang bersangkutan pun seyogianya menanyakan kepada pusat supaya mereka dibertahukan sesuai dengan keperluan. Kadang-kadang terjadi seorang ingin menjadi dokter. Tidak hanya tertarik pada satu bidang saja, ada dua tiga bidang jurusan yang digemarnya,maka sesuai dengan keperluan dapat diberikan penyuluhan bahwa harus memilih jurusan ini. Jadi kini (anak-anak) seumur itu telah sampai pada perjalanan tahap kedua ketiga, bahkan mungkin sudah ada yang sampai pada perjalanan tahap hitungan ke empat yangmana dapat difikirkan berkaitan dengan masa depan. Maka untuk itu setiap tahun sesuai dengan itu dari awal sepatutnya terus dibuat daftar-daftar baru,mereka yang baru ikut masuk seyogianya juga dihitung dan mereka yang jatuh/keluar mereka harus dipisahkan. Dari segi itu bidang waqfi now harus mulai melakukan tindakan. Kemudian harus juga mengetahui berkenaan dengan mereka yang tengah menempuh pendidikan bahwa berapa jumlah mereka yang berperingkat sedang-sedang dan mereka ini profesi apa apa saja yang bisa mereka jalani /tekuni, kepada mereka pekerjaan apa yang dapat diberikan dan sebagaimana saya telah katakan bahwa pekerjaan itu kini perlu diperluas secara menyeluruh di setiap tempat di dunia. Dan kepada bidang waqfi now saya akan katakan bahwa siapkanlah daftar anak-anak yang sekurang-kurangnya yang sudah diatas 15 tahun dan dalam tiga empat bulan seyogianya harus siap daftarnya dalam corak itu. Sebab menurut saya apa yang telah saya periksa, kenyataan –kenyataan laporan yang sebenarnya, yang disebut dengan haqaaiq zamini –kenyataan yang apa adanya itu sedikit berbeda, oleh karena itu kita harus kembali pada yang apa adanya.
Ada beberapa bidang-bidang yang telah saya hitung, untuk itu janganlah menyangka bahwa selain itu tidak ada bidang yang bisa dipilih atau kita tidak perlu itu. Ada sejumlah anak yang sangat berbakat, sangat luar biasa cerdasnya, mereka menonjol dalam bidang penelitian, yang termasuk di dalamnya bidang saint/ilmu pengetahuan atau terdapat juga bidang sejarah, atau beragam coraknya,jadi terhadap anak-anak seperti itu pun kita harus memberikan bimbingan ,inilah halyang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa di setiap negara harus digalakkan/diproaktifkan bidang kenseling atau bidang bimbingan lainnya. Dan sebagaimana saya telah katakan bahwa berkaitan dengan orang –orang beriman pada Hadhrat Masih Mauud a.s.terdapat janji Allah bahwa mereka akan meraih kesempurnaan dalam ilmu dan makrifat,maka untuk meraih kesempurnaan itupun harus juga melakukan upaya-upaya. Kemudian- insyaallah –karunia Allah pun akan diraih. Singkatnya perlu bimbingan terhadap anak-anak, ada sedikit sekali yang karena hobi/kesenangannya mereka telah menetapkan pilihan/jurusan mereka, umumnya dalam jumlah yang besar harus diberikan bimbingan dan sebagaimana saya telah katakan bahwa kita harus melakukan pemeriksaan pada semua ini sampai pada masaalah yang sedalam-dalamnya atau sekecil-kesilnya.
Hadhrat Masih mauud a.s. bersabda: Saya menganggap keliru para mulla yang bersikap menentang terhadap pendidikan ilmu-pengetahuan moderen. Mereka pada hakekatnya ingin menyembunyikan kelemahan-kelemahan mereka dengan bersikap seperti itu. Telah terjejal di benak mereka bahwa penelitian- penelitian ilmu pengetahuan moderen dapat menjadikan buruk sangka dan pandangan menyesatkan terhadap Islam dan mereka memberikan pernyataan bahwa seolah-olah Islam dan sains/ilmu pengetahuan merupakan dua barang yang kontradiktif atau berlawanan. Sebab mereka sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menzahirkan kekurangan- kekurangan falsafah itu , karena itu untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahannya mereka mengada-ada bahwa tidak boleh mempelajari ilmu moderen. Ruh mereka gemetar di hadapan falsafah moderen dan bersujud dihadapan penelitian-penelitian moderen. Malfuzhatr jilid I:44 Cetakan baru
Jadi, dengan mengajarkan anak-anak waqfi now lalu mengajarkan mereka ilmu pengetahuan moderen baru kita akan menutup mulut dunia dengan argumentasi-argumentasi. Dan dengan mengedepankan ajaran yang Hadhrat Masih Mauud a.s telah berikan pada kita dari ilmu dan makrifat Al-Quran, semoga lasykar baru waqfi now dan prajurit yang bersenjatakan lengkap dengan ilmu pengetahuan moderen dapat menjadi siap secepatnya. Kemudian khususnya untuk pendidikan tarbiat anak-anak anak-anak waqfi now dan untuk tarbiat anak-anak ahmadi pada umumnya wanita-wanita kita juga disamping sejalan dengan menambah ilmu mereka hendaknya harus memberikan perhatian untuk memberi waktu untuk anak-anak mereka. Dan ini sangat penting sekali.Apa yang diajarkan dalam pertemuan- pertemuan,ijtima’-ijtima’ dan di dalam jalsah-jalsah janganlah biasakan meninggalkan itu disana lalu pergi,ini akan merupakan hal yang jahil bahwa apa yang dipelajari disana ditinggalkan. Jadi perempuan- perempuan Ahmadi seyogiannya memberikan perhatian sebanyak-banyaknya ke arah ini dan berilah perhatian secara khusus pada anak-anaknya. Sebab saya telah melihat bahwa para ibu anak-anak waqfi now atau secara umum ibu-ibu anak-anak pada umumnya mereka memberikan perhatian pada anak-anaknya dan mereka sendiri juga memiliki ilmu agama juga,saya melihat jawaban anak-anak mereka dan ketertarikan mereka berkenaan dengan waqfi now pun sama sekali dalam corak yang berbeda/istimewa. Oleh karena itu ibu-ibu juga harus menambah ilmu mereka. Dan kemudian dengan ilmu itu datangkanlah faedah pada anak-anak kalian. Tapi bukanlah maksudnya bahwa tanggung jawab bapak telah selesai atau kini dari itu bapak-bapak sama sekali tugasnya telah selesai,ini merupakan tanggung jawab/tugas-tugas para suami dan laki-laki, Ciptakanlah lingkungan takwa dan ilmu dengan contoh amaliah sendiri, kemudian harus memberikan perhatian sendiri pada pendidikan agama anak-anak dan wanita-wanita mereka. Sebab jika bukan merupakan lingkungan laki-laki sendiri, di rumah tidak terdapat lingkungan yang bersih,tidak ada lingkangan yang berjalan pada jalan takwa,maka pengaruhnya bagaimanapun juga akan berdampak pada permpuan-perempuan juga dan juga kepada anak-anak juga. Jika laki-laki menghendaki dan di kalangan perempuanpun menghendaki – kendatipun mereka sudah usia lanjut sekalipun–maka mereka dapat menciptakan rasa intres pada pendidikan tarbiat, sedikit banyak dapat memberikan daya tarik. Sekurang-kurangnnya dapat terjadi mereka memberikan perhatian terhadap tarbiat anak-anak, karena itu segenap kalangan Jemaat perlu memberikan perhatian ke arah ini, laki-laki juga dan permpuan-perempuan juga. Sebab dengan ketertarikan laki-lakilah lalu akan bertambah daya tarik/intres juga di kalangan perempuan. Jika terjadi daya tarik berkaitan dengan segenap macam ajaran bagi tarbiat perempuan maka dayatarik di kalangan anak-anak pun akan bertambah.Pada diri mereka pun akan timbul kesadaran bahwa kita ini berbeda dari orang-orang.Kita memiliki berbagai maksud yang merupakan tujuan-tujuan yang luhur. Dan jika semuannya ini dapat terjadi maka baru kita akan bisa terbukti benar dalam pendakwaan kita memperbaiki dunia. Kalau tidak, bagaimana mau memperbaiki dunia ? Jika kita sendiri tidak memberikan perhatian pada anak-anak kita maka anak-anak kita juga akan lama kelamaan terus kosong dari ajaran agama kita; sebab ini sudah merupakan sebuah pengalaman bahwa ada beberapa keluarga ahmadi yang generasi mereka seterusnya telah bergeser jauh dari Ahmadiyah,penyebabnya hanya perempuan-perempuan mereka sama sekali kosong dengan pendidikan agama. Dan tatkala suaminya wafat maka lama kelamaan keluarga itu atau keturunan mereka mulai terus bergeser/menjauh, sebab perempuan-perempuan mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan agama. Maka perlu memberikan perhatian yang betul-betul ke arah ini. Perempuan-perempuan juga dan laki-l;aki juga bersama-sama harus berupaya supaya kita dapat menyelamatkan generasi kita seterusnya.
Semoga Allah menganugerahi taufik pada kita untuk dapat menciptakan ilmu agama secara benar dan dapat menegakkannya pada generasi muda kita yang akan datang.
Qamaruddin Syahid