Ikhtisar Khutbah Jumah
Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
Tanggal 30 Juli 2010 di Hadiqatul Mahdi, Hampshire UK
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك لـه، وأشهد أن محمّدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرّجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ،
التَّاۤٮِٕبُوْنَ الْعٰبِدُوْنَ الْحَـامِدُوْنَ السّاۤٮِٕحُوْنَ الرّٰكِعُوْنَ السّٰجِدُوْنَ الْاٰمِرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّاهُوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحٰــفِظُوْنَ لِحُدُوْدِ اللّٰه ِؕ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
‘Yaitu, orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian di jalan Allah, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh kepada kebaikan dan melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas hukum Allah. Dan sampaikanlah kabar suka, kepada orang-orang yang beriman. [Q.S. 9 / At Taubah : 112]
[Di dalam ayat Al Quran Karim ini Allah Taala telah merujuk kepada beberapa sifat khas kaum Mukminin tertentu, yang mendahulukan kepentingan keimanan mereka di atas urusan dunia. Atas dasar sikap akhlakul karimah tersebutlah mereka berhak untuk memperoleh kabar suka dari Allah Taala.
Dengan kata lain, suatu kaum yang telah memiliki berbagai macam sifat akhlakul fadillah seperti itulah yang berhak disebut kaum Mukminin sejati.
Yakni, attaa’ibuun, ialah mereka yang bertobat dengan sesungguh-sungguhnya taubatan-nasuha; al-a’bidun, yakni mereka yang melaksanakan tata cara peribadatan dengan tertib dan sesempurna mungkin; al-haamiduun, mereka yang banyak-banyak memuji Allah; as-syaaikhuun, mereka yang bepergian semata-mata di jalan Allah dengan ikhlas, demi untuk kepentingan talim agamanya; ar-raaki’un, yakni, mereka yang ruku di hadapan Allah dengan menanggalkan semua ego pribadinya; as-sajiduun, mereka yang bersujud dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Taala dengan segala kerendahan hati.
Al-amiruuna bilma’rufi wan-nahuna anil munkar, yakni mereka pun menjadi Dai penyeru kepada berbagai perintah Allah, kepada amar ma’ruf, dan mencegah orang dari perbuatan munkar, baik yang besar dan tampak maupun yang halus atau kasat mata. Mencegah orang dari perbuatan yang mubazir.
Semua sikap akhlakul fadillah tersebut baru dapat terlaksana dengan baik apabila kita sudah dapat melakukan inqilabi haqiqi, perubahan suci di dalam diri sendiri.
Mereka senantiasa mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan.
Ke-enam sifat istimewa tersebut didasari kepada ibadah dan dzikir mereka kepada Allah Taala.
Lalu, semata-mata untuk memperoleh faedah talim agamanya, mereka pun bepergian. Namun mereka itu pun ruku dan sujud dengan sebaik-baiknya.
Maka mereka itulah yang berhasil meninggalkan segala macam kemunkaran. Perkataan dan amal perbuatan mereka terlihat jelas menujukkan berbagai sifat istimewa tersebut. Mereka berhasil mencapai derajat rohaniah sebagaimana Allah Taala telah sebutkan di dalam ayat tersebut. Yakni, mereka itulah yang telah berhasil menjaga batas-batas hukum (hudud) yang Allah Taala telah tetapkan.
Sehingga Allah Taala pun memudahkan mereka untuk senantiasa meningkatkan sikap akhlak tersebut dan juga amalan shalihannya.
Bagi tuan-tuan sekalian yang sedang duduk di hadapan saya ini, saya sangat berharap; saya mendoakan, agar tuan-tuan semua dapat menjadi orang-orang yang memiliki berbagai sifat akhlakul karimah tersebut. Tuan-tuan sekalian datang ke sini adalah untuk memperoleh peningkatan akhlak tersebut.
Banyak di antara peserta Jalsah yang kita mulai pada hari ini, datang dari berbagai tempat yang jauh dengan menghadapi berbagai rintangan hanya untuk dapat menghadiri perhelatan rohaniah yang khas ini.
Di pagi hari ba’da Salat Fajar tadi, saya bertemu dengan satu keluarga dari Europa Daratan yang berkendaraan satu malam penuh. Lengkap dengan anak-anak dan istri-istri mereka. Inilah mereka yang mau bersusah payah bersafar demi untuk memperoleh keberkatan Jalsah Salanah.
Sedangkan bagi peserta yang datang ke Hadiqatul-Mahdi [Hampshire] dari daerah-daerah United Kingdom sini boleh jadi hanya berjarak pendek saja.
Namun, mereka semua itulah as-syaikhuun, yakni, yang telah mau bersusah payah ber-safar semata-mata di jalan Allah. Kemudian a’biduun, hamiduun, lalu rakiuun dan sajidun, sehingga mereka pun berhak dimasukkan ke dalam golongan Mukminin hakiki sebagaimana dikatakan Allah Taala.
Mereka yang telah berhasil datang menghadiri Jalsah Salanah untuk tujuan mulia tersebut, itulah para tamu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang meninggalkan urusan duniawi mereka demi untuk memperoleh berbagai faedah bagi kerohanian mereka, yakni, juga untuk meningkatkan kondisi ke-enam sifat istimewa tersebut.
Meskipun berbagai langkah persiapan telah dilakukan [oleh Panitia] agar dapat melayani seluruh peserta, namun bagi peserta yang datang dengan niat untuk meningkatkan kondisi kerohanian mereka, maka mereka pun tidak mempedulikan kenyamanan ataupun kemewahan duniawi. Perhatian utama mereka adalah bagaimana caranya meningkatkan keadaan kerohanian mereka. Jika hal ini terus menerus diingat, maka kesenangan duniawi pun tidak mereka permasalahkan. Berbagai kelemahan yang boleh jadi tampak dalam berbagai persiapan yang telah dikerjakan Panitia, tidak akan dipersoalkannya. Mereka akan dapat mudah memaafkannnya.
Kadangkala adapula setengah orang yang mengeluh, katanya ada beberapa tamu yang diistimewakan dibandingkan yang lain. Terkait dengan hal ini hendaknya diingat, pada prinsipnya Panitia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengkhidmati semua tamu dengan sebaik-baiknya. Namun hendaknya diingat, berdasarkan beberapa kondisi tertentu, misalkan tamu ghair-Ahmadi, ghair-Muslim, pejabat ataupun pemimpin suatu negara, tentulah perlu mendapat pelayanan yang terpisah dan khusus.
Maka hendaknya seluruh peserta senantiasa ingat kepada tujuan utama menghadiri Jalsah, ialah untuk meneguhkan dan meningkatkan derajat kerohanian mereka agar senantiasa mendapat kemajuan dalam usaha mereka untuk menjadi Mukminin sejati.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. biasa memberikan pelayanan yang sesuai dengan kondisi tamunya masing-masing. Namun dalam perhelatan Jalsah Salanah, semua tamu dikhidmati sama oleh Panitia. Penekanan utamanya adalah kepada tujuan utama menghadiri Jalsah, yakni, untuk memperoleh talim ilmu agama, untuk membersihkan diri, dan untuk memperoleh qurb, kedekatan Ilahi. Inilah hakekat tujuan utama menghadiri Jalsah Salanah pada setiap tahunnya,
Para peserta Jalsah pun hendaknya memperhatikan segi pemanfaatan waktu mereka. Pada kesempatan Jalsah Salanah, para anggota keluarga yang terpencar di berbagai bagian dunia berkesempatan untuk sekaligus ber-reuni. Maka berbagai macam keluarga itu pun berhasrat kuat untuk menyempatkan diri bertemu satu sama lain. Ini pun menjadi salah satu tanda kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s., yakni beliau akan berhasil membangun suatu Jamaah yang tak mengenal batas wilayah. Membentuk suatu ikhwan yang luas, yang memperlihatkan suatu ikatan ikhwanul-mukminin yang khas dan erat bersatu, membentuk suatu kaum.
Akan tetapi hendaknya diingat pula, hal tersebut jangan sampai mengabaikan berbagai acara Jalsah. Jangan sampai terus menerus mengobrol hingga tengah malam sampai melupakan tujuan utama mereka berkumpul untuk suatu urusan rohani yang khas. Inilah yang membedakan seorang Mukmin hakiki, yang senantiasa mengambil jalan tengah dalam kehidupannya.
Hal ini sesuai dengan nasehat Rasulullah Saw, bahwa kaum Muslimin hendaknya tidak menghambur-hamburkan waktunya untuk hal-hal yang mubazir.
Memang tidak diharamkan menghabiskan waktu bercengkerama bersama sanak-saudara, namun hendaknya ingat juga waktu Salat dan doa-doa, serta, tujuan hakiki ber-Jalsah.
Adakalanya juga ada sebagian tamu yang suka menempatkan tuan rumahnya terpaksa harus menemani cengkerama keluarga mereka hingga larut malam, yang membuat sang tuan rumah menjadi serba salah disebabkan mereka pun sebenarnya harus memenuhi tanggung jawab mereka yang lain. Maka pihak tamu maupun pihak tuan rumah hendaknya sama-sama menyadari kewajiban utama mereka dalam ber-Jalsah Salanah.
Adakalanya pula, dalam suatu pertemuan yang melibatkan puluhan ribu orang dalam suatu ruang yang terbatas, boleh jadi timbul ketegangan. Tamu mengeluhkan atau mengkritik panitia; lalu panitia memberikan reaksi balik yang keras, sehingga dalam beberapa kasus, ketegangan semacam itu berdampak lama.Maka untuk menghindari hal tersebut, kedua-belah pihak harus dapat menjaga kesakralan nuansa rohaniah Jalsah Salanah. Tamu hendaknya dapat menunjukkan kesabaran dan sikap memaklumi. Dan pewaqaf pun harus dapat memperlihatkan sikap tawaqal serta menahan emosi. Sehingga berbagai ketegangan ataupun saling-silang pendapat bisa diatasi bersama dengan harmonis.
Pada Jalsah Salanah ini, berbagai upaya Keamanan diterapkan lebih ketat, yang boleh jadi memperlambat proses penerimaan tamu, khususnya bagi mereka yang membawa mobil sendiri. Bahkan ketika Khutbah Jumah ini sudah berjalan [proses kedatangan tersebut masih antri].
Saya menerima laporan dari bagian Tenda Wanita, masih ada antrian panjang pada beberapa titik pemeriksaan keamanan disebabkan banyaknya tas bagasi yang harus diperiksa satu persatu.
Boleh jadi ada di antara mereka yang terpaksa harus rela berdiri di bawah sinar matahari, ataupun tertunda layanan bagi yang cacad, meskipun sebenarnya panitia sudah berjuang keras untuk melayani peserta yang membludak tersebut.
Oleh karena itu dengan ini saya himbau agar seluruh peserta dapat menunjukkan kesabarannya.
Para pewaqaf Seksi Keamanan yang masih berusia muda harap dapat menunjukkan kecekatan dan sikap sopan mereka. Jangan sampai menimbulkan kegusaran peserta.
Ketua Seksi ataupun Kasubsi Keamanan hendaknya hadir di pos pemeriksaan mereka masing-masing agar dapat segera mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin timbul. Tak perlu berpanjang-panjang bicara dengan para tamu di Pintu Masuk Pemeriksaan.
Sekal lagi saya ingatkan kepada seluruh peserta, bahwa anda sekalian hadir di sini adalah demi untuk memperoleh berbagai faedah ruhaniah yang hanya bisa didapatkan bila anda sekalian dapat memperlihatkan sikap silih asih dan asuh terhadap satu sama lain.
Jangan terjebak oleh berbagai kelemahan yang sepele. Pusatkanlah perhatian anda kepada tujuan utamanya, ialah niat ibadah kepada Allah Swt.
Jadikanlah safar anda sekalian ke Jalsah Salanah ini kepada tujuannya yang utama, yakni demi untuk memperoleh kedekatan Allah Taala.
Para pewaqaf Jalsah pada hakekatnya tengah melaksanakan ‘Tabligh tanpa-Wicara’. Sedangkan para peserta adalah duta dari Jamaatnya.
Para tamu yang datang menghadiri Jalsah Salanah untuk pertama kalinya sangat terkesan oleh perhelatan besar ini. Secara umum, mereka menyampaikan kesa-kesan yang baik. Mereka memperoleh citra Islam dan kaum Muslimin yang baik. Demikianpun kaum Ahmadi, mereka memperoleh berkat rohaniah yang bukan hanya berfaedah untuk tiap-tiap diri mereka sendiri, melainkan juga berperan besar dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu yang baru pertama kalinya menghadiri Jalsah tersebut. Sekaligus juga memperlihatkan suri tauladan sebagai Ahmadi Muslim yang baik; yang hendaknya senantiasa dapat dipertahankan. Sehingga tuan-tuan sekalian pun berhak menjadi pewaris kemakbulan doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Pada setiap Jalsah, saya pun selalu mengingatkan para tamu dari luar negeri agar jangan memanfaatkan keramahan tuan rumah maupun Panitia Seksi Akomodasi dengan cara memperpanjang-panjang waktu tinggal (overstay) mereka. Batasilah hingga 2 atau 3 minggu saja.
Hal ini karena Panitia Jalsah sudah banyak mengalami hal-hal yang tidak berkenan disebabkan mereka yang tidak mentaati seruan ini.
Para tamu dari luar negeri hendaknya ingat, Akomodasi yang disiapkan oleh Panitia Jalsah bersifat sementara. Begitupun rumah-rumah keluarga Ahmadi yang bersedia menampung tamu. Mereka harus segera kembali ke kegiatan sehari-hari mereka.
Pihak instansi Pemerintah setempat pun mengawasi berbagai bangunan sementara (Tenda) yang didirikan Jamaat, untuk memastikan penggunaannya memenuhi peraturan dan izin sementara yang telah diberikan. Maka jika ada tamu yang berkeinginan untuk tinggal lebih lama, silakan mengurus dirinya sendiri. Jika pun ingin tinggal di rumah sanak saudaranya, mintalah izin tuan rumah terlebih dahulu.
Rasulullah Saw bersabda: Tamu hendaknya jangan memanfaatkan keramahan tuan rumahnya. Jangan membuat mereka merasa terpaksa untuk melayani tuan-tuan, sebab perbuatan tersebut sama seperti sebuah ungkapan [dalam Bahasa Urdu], bahwa tuan tengah ‘merampok’ mereka.
Orang mukmin sejati tak akan pernah menyusahkan tuan rumahnya, melainkan justru menjadi sumber untuk meraih berkat dan ridha Ilahi.
Tuan rumah maupun tamu hendaknya membangun tali silaturakhmi yang saling menyenangkan satu sama lain. Saling mendoakan dan mengucapkan salam. Senantiasa membangun suasana yang saling menenteramkan dan harmonis. Jika kita sampai gagal memanfaatkan peluang besar untuk meraup sebanyak-banyaknya keberkatan ini, tentulah akan menjadi orang-orang yang merugi.
Rasulullah Saw senantiasa berupaya membangun suasana harmonis dan menyebar-luaskan amar maruf pada setiap peluang yang ada, yang mampu menumbuh-kembangkan akhlakul karimah di kalangan para Sahabah. Sehingga mereka pun dapat menjadi mercu suar bagi beberapa generasi
Diriwayatkan di dalam suatu Hadith, seorang Sahabah bernama Abu Shaikh r.a. demi melihat wajah beberapa orang Sahabah tampak seperti yang sedang lapar, beliau pun mengundang makan lima orang tersebut termasuk Rasulullah Saw. Ketika masakan sudah siap, beliau pun memanggil para undangan itu. Namun, di antara waktu tersebut, datang lagi seorang Sahabah lainnya yang ikut bergabung. Maka Rasulullah Saw pun segera memberitahu tuan rumah, meminta izin: Apakah dapat menambah satu orang tamu lagi. Ketika tuan rumah mempersilakan, berangkatlah Rasulullah Saw bersama 5 orang Sahabah beliau tersebut.
Inilah kemuliaan derajat akhlakiah yang Rasulullah Saw terapkan di antara para Sahabah, yang mereka pun sangat berhasrat untuk melaksanakan kehendak beliau Saw tersebut.
Rasulullah Saw bersabda: ‘Jika engkau hendak memasuki rumah orang lain, ucapkanlah Salam [Assalamu Alaikum] terlebih dahulu. Jika tak ada jawaban, segeralah berlalu tanpa berprasangka buruk mengenai tuan rumah. Tak ada faedahnya mengeluhkan atau mengumbar ego berkenaan dengan hal tersebut.
[Kebiasaan terlebih dahulu mengucapkan salam] Ini pun adalah salah satu sarana yang efektif untuk membangun silih asih dan tali silaturakhmi satu sama lain. Biasakanlah untuk menggunakan ucapan Salam Islami sebagaimana disunahkan, yakni Assalamu Alaikum !
Maka seluruh peserta Jalsah hendaknya saling mengucapkan Assalamu Alaikum, tak peduli mereka sudah saling mengenal ataupun tidak. Sebab hal ini pun dapat membangun suasana masyarakat Islami yang hakiki. Karena ucapan salam sesederhana Assalamu Alaikum ini adalah salah satu cara yang istimewa untuk menebar kedamaian dan silih asih.
Sangat dipujikan pula bagi mereka yang sudah lama tak bertegur-sapa disebabkan adanya saling silang pendapat, menyudahi pertikaian mereka itu. Maafkanlah satu sama lain, bersatu-padulah dalam tali persaudaraan yang erat.
Tiap-tiap segi kehidupan dan safar seorang rasul Allah semata-mata dikhidmatkan demi untuk memperoleh ridha Ilahi.
Pada tahun 1893, pada kesempatan suatu Jang-Muqaddas (perdebatan besar antara Islam dengan Kristen) beberapa hari di Amritsar, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang mewakili umat Islam berhasil membuktikan keunggulan Islam dengan berbagai dalil yang kuat.
Dikarenakan membludaknya jumlah tamu yang datang, Panitia sampai terlupa untuk menyuguhkan makan bagi Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Itupun baru diketahui setelah beliau lama menunggu-nunggu, yang tentu saja menimbulkan kepanikan.
Namun beliau a.s. justru menenangkan mereka, dengan berkata; Tak perlulah tuan-tuan panik. Boleh jadi masih ada sesuatu makanan yang masih tersisa di Langar Khanah. Cukuplah itu saja.’
Ketika mereka kembali ke ruang makan, yang mereka bawa hanyalah serpihan-serpihan roti sisa, Namun Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memakannya tanpa sedikitpun mengeluh.
Maka bagi kita sebagai pengikut beliau yang sejati, insiden tersebut mengandung pesan hikmah, bahwa kita pun hendaknya membiasakan diri untuk bersabar dan tawaqal, menghadapi berbagai kemungkinan yang sangat boleh jadi tidak sesuai dengan harapan semula.
Jika sampai menghadapi berbagai macam kekurangan ataupun kelemahan, cepat-cepatlah ingat kembali tujuan utama tuan-tuan datang dari jauh-jauh ratusan ataupun bahkan ribuan kilometer jaraknya.
Kewajiban utama lainnya bagi seluruh peserta Jalsah adalah waspada terhadap semua gerak-gerik yang tampak di sekeliling anda sekalian, Bila ada hal-hal yang mencurigakan, cepat-cepatlah beritahu petugas Panitia.
Juga saya ingatkan lagi kewajiban seluruh peserta untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Serta banyak-banyak berdoa selama ber-Jalsah Salanah ini.
Semoga Allah Taala senantiasa menjaga setiap orang Ahmadi di dalam perlindungan-Nya yang khas. Amin
Catatan:
Pada Podato Penutupan Jalsah Salanah, Ahad, 1 Agustus 2010, Huzur bersabda: Jumlah peserta Jalsah tahun ini adalah 28.000 orang [yang berasal dari 98 negara], Hal ini berarti 1.000 orang lebih banyak dibandingkan Jalsah Salanah tahun lalu. Semula, tuan Amir [Nasional Jamaat UK] sahib berkata pesimis: Boleh jadi jumlah peserta Jalsah tahun ini akan berkurang dibandingkan tahun lalu [sehubungan dengan isyu keamanan].
Namun saya katakan: Jamaat Ilahi ini tak mengenal langkah mundur.’
Inilah buktinya.
translByMMA / LA 08032010
Khotbah ke-II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ‑ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ‑ عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ‑ أُذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
AlhamduliLlâhi nahmaduHû wa nasta’înuHû wa nastaghfiruHû wa nu-minu biHî wa natawakkalu ‘alayHi wa na’ûdzubiLlâhi min syurûri anfusinâ wa min sayyi-âti a-’mâlinâ may-yahdihil-Lâhu fa lâ mudhilla lahû, wa may-Yudhlilhû fa lâ hâdiya lah – wa nasyhadu al-lâ ilâha illal-Lôhohu wa nasyhadu annâ muhammadan ‘abduhû wa rosûluHû – ‘ibâdal-Lôh! Rohimakumul-Lôh! Innal-Lôha ya-muru bil‘adli wal-ihsâni wa iytâ-i dzil-qurbâ wa yanhâ ‘anil-fahsyâ-i wal-munkari wal-baghyi ya’idzukum la’allakum tadzakkarûn – udzkurul-Lôha yadzkurkum wad’ûHu Yastajiblakum wa ladzikrul-Lôhi akbar.
“Segala puji bagi Allah Ta’ala. Kami memuji-Nya dan meminta pertolongan pada-Nya dan kami memohon ampun kepada-Nya dan kami beriman kepada-Nya dan kami bertawakal kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari kejahatan-kejahatan nafsu-nafsu kami dan dari amalan kami yang jahat. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang dinyatakan sesat oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Dan kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Ta’ala dan kami bersaksi bahwa Muhammadsaw. itu adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai hamba-hamba Allah Ta’ala! Semoga Allah Ta’ala mengasihi kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala menyuruh supaya kalian berlaku adil dan ihsan (berbuat baik kepada manusia) dan îtâ-i dzil qurbâ (memenuhi hak kerabat dekat). Dan Dia melarang kalian berbuat fahsyâ (kejahatan yang berhubungan dengan dirimu) dan munkar (kejahatan yang berhubungan dengan masyarakat) dan dari baghyi (pemberontakan terhadap pemerintah). Dia memberi nasehat supaya kalian mengingat-Nya. Ingatlah Allah Ta’ala, maka Dia akan mengingat kalian. Berdo’alah kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan do’a kalian dan mengingat Allah Ta’ala (dzikir) itu lebih besar (pahalanya)”.