Petunjuk Allah Ta’ala kepada Orang-Orang Bertakwa

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin

Hadhrat  Mirza Masrur  Ahmad

Tanggal 3 Ihsan 1390 HS/Juni 2011

Di Mesjid Baitul Futuh, London.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)

              Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) ‘alaihish shalaatu was salaam[2] adalah ghulam shadiq (hamba dan penganut setia) Hadhrat Nabi [Muhammad] shallallahu ‘alaihi wa sallam[3] yang diutus oleh Allah Ta’ala ke dunia untuk lebih memperluas tugas misi Hadhrat Nabi [Muhammad] saw. Apa saja yang beliau as telah miliki semuanya bukan milik beliau as melainkan milik majikan dan junjungan beliau yang ditaati, Hadhrat Muhammad saw. Dan kebaikan serta berkat-berkat apa saja yang telah beliau as peroleh, semuanya telah diperoleh berkat kesetiaan dan kecintaan yang sangat dalam terhadap junjungan beliau, Nabi Muhammad Mustafa saw. Beliau as dalam dalam risalah “Al-Wasiyyat” bersabda,

“Kenabian muhammadiyyah ini menyalurkan faidh (keberkatan)nya tidaklah sedikit, bahkan faidhnya melebihi seluruh kenabian lainnya. Jalan paling mudah bagi manusia untuk sampai kepada Tuhan ialah dengan mengikuti kenabian (Muhammad) ini.”[4]

              Jadi, beliau as telah memperoleh faidh (keberkatan) dari Hadhrat Nabi [Muhammad] saw dan Allah Ta’ala telah mengangkat beliau as hingga kepada suatu maqam (kedudukan) yang merupakan maqam nubuwwah (kedudukan kenabian) karena semata-mata berkat mengikuti beliau saw. Namun demikian, beliau as sendiri menjelaskan bahwa hanya dengan kamil perwi (kesetiaan yang sempurna) saja tidak cukup atau manusia tidak dapat menjadi nabi [setelah Nabi Muhammad saw] dengan kesempurnaan mengikuti beliau saw saja karena didalam hal itu juga terdapat unsur merendahkan Hadhrat Nabi [Muhammad] saw. Ya, perkataan ummati dan nabi jika keduanya digabungkan menjadi satu baru akan membuka pengertian yang memadai untuk itu dan memang benar bahwa jika perkataan atau istilah nabi ummati dipergunakan maka tidak akan menimbulkan unsur penghinaan terhadap Hadhrat Nabi [Muhammad] saw. Bahkan, dari perkataan atau dari istilah itu posisi kenabian nampak cemerlang. Jadi, pada zaman ini disebabkan oleh menempatkan diri dalam kondisi ummati, kamil perwi (kesetiaan dan mengikut dengan sempurna) dan ‘isyq (asyik dalam kecintaan) kepada Hadhrat Nabi [Muhammad] saw, Allah Ta’ala telah menganugerahkan martabat kenabian kepada beliau as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad), yakni martabat kenabian ini diperoleh karena beliau as sebagai ummati dan karena beliau terbenam dalam kecintaan terhadap beliau saw. Menjadi ummati adalah syarat yang sangat penting dan wajib untuk itu. Kemudian Allah Ta’ala dengan anugerah dukungan-Nya kepada beliau as memperlihatkan tanda-tanda kebenaran sehingga perhatian dunia terpusat kepada beliau as dan silsilah ini terus berlangsung semenjak dimulainya da’wa beliau as sampai sekarang; dan manusia yang bertabiat baik dan bersih sedang mendapat keberkatan demi keberkatan yang sedang berlangsung dalam jemaat yang beliau as ciptakan dan sedang berlayar didalam bahtera yang telah beliau as persiapkan. Namun demikian, disini pula karena kesetiaan terhadap junjungan beliau saw yang berkat-berkatnya diperoleh oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, faedah-faedahnya juga sedang diperoleh oleh orang-orang itu, yang setelah [kewafatan] beliau as menggabungkan diri kedalam khilafat beliau as yang mendapat dukungan Allah Ta’ala. Sekarang dan selanjutnya, Allah Ta’ala memberi bimbingan terhadap orang-orang yang bertabiat baik untuk mengenal kebenaran beliau as; dan berkat adanya bimbingan (Allah) ini ramai manusia masuk kedalam Jemaat beliau as. Dan setelah [kewafatan] beliau as untuk membuktikan kebenaran Khilafat beliau as [Allah Ta’ala] memperlihatkan beliau as dan para khalifah beliau as terhadap orang-orang [yang berhati suci bersih] itu melalui ru’ya atau kasyaf, yang membuat iman mereka bertambah segar.

Sekarang saya akan memaparkan beberapa peristiwa mengenai orang-orang yang telah masuk kedalam Jemaat melalui perantaraan [petunjuk dalam] mimpi atau ru’ya dari berbagai macam manusia di penjuru dunia dari berbagai negara, berbagai macam warna kulit, dari berbagai macam ras atau etnis (suku bangsa/keturunan) di dunia.

              [1] Seorang bernama tuan Modou Nijie dari Gambia yang tinggal di sebuah kampung bernama Welinggara. Ia menjalin hubungan dengan Jemaat melalui seorang da’i ilallah pada akhir tahun 2003. Pada waktu itu ia menjadi anggota dari golongan Tijaniyyah[5] [Golongan Tijaniyyah ini sangat populer (umum dan merata dianut) di Afrika]. Namun demikian, golongan ini tidak mempunyai aspek keagamaan. Sebagaimana ditengah masyarakat Muslim awam disana banyak orang-orang Islam menjadi ghulam (hamba, pelayan) Mullah (ulama) tertentu. Apa yang Mullah katakan mereka mengikutinya dengan patuh secara membabi buta sedangkan mereka sendiri tidak mengetahui Islam sedikit pun. Ketika saudara Modou Nijie sedang ditablighi oleh Da’i ilallah kita, ia sudah terbiasa minum arak. Beberapa waktu sebelum menerima Ahmadiyah ia melihat sebuah mimpi, ”Saya sedang membersihkan sebuah tempat berupa semak belukar didalam sebuah hutan. Dalam mimpi itu, setelah bekerja keras menghadapi berbagai macam kesulitan akhirnya saya berhasil membersihkan tempat itu. Sekarang tempat itu menjadi bersih dan nampak putih berkilauan.” Dalam mimpi itu juga ia melihat seorang suci pilihan Tuhan yang diringi oleh para sahabat beliau. Ia melihat orang suci itu memanggil-nya dan berkata, ”Jika engkau bermaksud ingin memperbaiki diri datanglah kepadaku!” Katanya, ”Saya melihat mimpi serupa itu sebanyak tiga kali sebelum menerima Ahmadiyah kemudian dibukakan hati dan pikiran untuk bergabung dengan Ahmadiyah.” [Akhirnya setelah mendapat penjelasan tentang Ahmadiyah lebih dalam lagi maka dengan hati terbuka penuh keyakinan ia baiat masuk Jemaat Ahmadiyah]. Setelah baiat, diperlihatkan kepadanya foto Hadhrat Masih Mau’ud as beserta foto para khalifah beliau as. Ketika melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud as ia serta merta ia berseru, ”Orang suci inilah yang memanggil-manggil saya dalam mimpi saya!” Setelah menerima Ahmadiyah terjadi revolusi dalam dirinya, ia mengalami perubahan menjadi orang yang terbiasa salat lima waktu berjamaah yang dilakukannya dengan teratur; beliau belajar membaca Alquranul Karim dan sangat rajin membacanya; beliau selalu mengambil bagian dalam anjuran gerakan [pengorbanan] dan sekalipun sudah berumur tua ketika telah menamatkan membaca Alquran dengan senang hati [tanpa malu-malu merayakannya dengan] mengadakan acara aamiin [acara syukuran karena telah khatam Alquran dengan mengundang banyak orang] bagi dirinya. Kemudian beliau mengajar anak-anaknya dan anak-anak Jemaat lainnya membaca Alquran. Dan dengan karunia Allah Ta’ala beliau telah berwasiyyat dan menjadi musi serta rajin menunaikan salat tahajjud. Keluarga beserta semua saudara dan kerabat karibnya merasakan dan menyaksikan adanya perubahan yang sangat baik dalam dirinya. Orang-orang yang dekat dengan beliau berkata, ”Saat kami melihatnya kami merasa tidak yakin apa inikah dia [Moudu Nijay] itu yang telah mengalami perubahan cepat sedemikian rupa?

              [2] Seorang guru bernama tuan Isa Juv dari Gambia. Amir Jemaat Gambia telah menulis tentang beliau ini bahwa Isa Juv berkata, ”Diwaktu saya masih kecil berumur kira-kira 10 tahun dan sedang belajar di sekolah Katolik Perancis; pada suatu malam saya bermimpi melihat sebuah rumah kuno yang lampu-lampunya bercahaya buram. Saya sedang tidur didalam rumah itu. Ketika saya lihat keatas ternyata rumah itu tidak mempunyai atap, pemandangan tembus kearah langit. Dari langit itu tiba-tiba saya melihat sosok tubuh seorang yang berpakaian warna merah dan kepalanya diikat dengan sorban berwarna keemasan. Tubuh orang itu bercahaya terang dan disekelilingnya nampak pancaran cahaya. Orang itu turun dari langit menghampiri saya. Orang itu sedang membaca durud syarif (salawat) seperti biasa orang-orang Ahmadi membacanya sebagaimana diajarkan oleh Hadhrat Nabi [Muhammad] saw.” Katanya lagi, ”Ketika umur saya telah mencapai 16-17 tahun, saya bermimpi sedang berjalan menyusuri sebuah semak belukar, saya melihat sebuah rumah tua dan usang tidak ada penghuninya. Akan tetapi sekarang rumah tua itu nampak sudah direnovasi dan telah diperindah. Dinding-dindingnya berwarna putih. Pintu-pintu serta jendela-jendelanya semua berwarna hijau. Dalam mimpi itu juga saya merasa bahwa rumah ini tidak ditinggalkan orang lagi, bahkan orang-orang mulai menghormati dan menghargai rumah itu. Ketika saya mau keluar dari rumah itu sebelum empunya rumah itu tiba, seorang tua suci datang dari luar dan beliau memanggil-manggil saya. Saya merasa takut dan menolak tidak mau menghampirinya. Orang tua suci mengulangi memanggil saya. Saya jawab, ’Saya tidak mau berjumpa dengan engkau sebelum memberi tahu siapa engkau ini.’ Orang tua suci itu menjawab, ’Aku yang ditunggu akan datang pada hari penghabisan. Sekarang aku sudah datang, maka janganlah engkau takut kepadaku.’ Maka tiba-tiba timbul keberanian pada diri saya dan sayapun pergi ke dalam kantor beliau. Saya lihat keadaan kantor beliau seperti sebuah laboratorium lengkap dengan peralatannya. Orang tua itu berkata, ’Inilah laboratorium saya dan saya pakar (ahli) kimia.’ Kecintaan terhadap orang suci itu mulai tertanam dalam kalbu saya. Saya berkata kepada orang suci itu, ’Mungkin tuan tinggal sendirian di rumah ini dalam keadaan kesunyian.’ Orang suci itu menjawab, ’Misi kami bekerja disetiap tempat untuk menggalakkan orang-orang tinggal sendirian. Kami selalu berada didalam majlis (pertemuan) orang-orang yang kami cintai yang tinggal sendirian.’ Setelah itu saya berpisah dengan orang suci itu. Perpisahan dengan orang suci itu meninggalkan kesan rasa cinta dalam hati saya sehingga ketika bangun dari mimpi itu saya menangis sembari berlinang air mata. Sepuluh tahun kemudian ketika saya melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud as maka serupa betul dengan orang suci yang saya lihat dalam 2 buah mimpi itu. Dalam mimpi pertama beliau turun dari langit dan dalam mimpi yang kedua ini dalam rupa seorang suci.” Kini, perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala juga memberi petunjuk kepada anak kecil.

              [3] Seorang dari Tanzania (Afrika Timur) bernama tuan Muhammad Ali. Katanya ia melihat mimpi ikut salat di belakang seorang imam yang berkulit putih dan setelah itu ia mengalami ketenteraman rohani. Beberapa hari kemudian ia datang berkunjung dan masuk kedalam masjid kita di Morogoro. Ketika melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud as segera ia berseru, ”Inilah orang suci yang menjadi imam salat berjamaah [yang saya ikuti].” Maka pada waktu itulah ia mengambil baiat [masuk Jemaat Ahmadiyah]. Ia menghadapi kehidupan yang sangat sulit penuh tantangan dan perlawanan setelah baiat. Orang tuanya tidak memberi bagian dari harta warisan bahkan tanahnya sendiri telah dirampas. Kesulitan seperti itu bukan hanya di Pakistan atau di negara lainnya, namun di Afrika juga kadang kala banyak sekali kesulitan seperti itu dihadapi. Walaupun demikian, ketika ia pindah ke tempat lain di sana Allah Ta’ala menolong dan memberi kemudahan dalam bisnisnya sehingga sebagai ganti tanah yang diambil orang tuanya, Allah Ta’ala telah memberinya 6 acre (3 HA) tanah lebih luas kepadanya [dibanding tanah warisan yang menjadi haknya]. Dan ia semakin maju dalam keikhlasan dan kesetiaan terhadap Jemaat. Dan dalam tablighnya juga lebih giat dibanding yang lain dan berkat kegiatan tablighnya telah berdiri enam buah Jemaat lokal di daerahnya.

              [4] Sebuah peristiwa pada tahun 2003 di Burkina Faso, seorang pemuda dari kampung Tolataamah bernama tuan Kaboore Musa. Beliau menceritakan [kepada mubaligh kita di sana] bagaimana beliau menerima Ahmadiyah setelah melihat mimpi. Ketika ayahnya sudah hampir mencapai akhir hayat, beliau memanggilnya sembari menegaskan, ”Apabila kamu nanti mendengar kabar perihal Imam Mahdi sudah datang, kamu jangan mengelak (mengacuhkan, tidak menaruh perhatian), telitilah dengan seksama kemudian terimalah!” ”Tidak lama kemudian setelah memberi pesan itu ayahanda meninggal dunia. Saya mulai merenungkannya. Setelah itu saya banyak mengamalkan [ibadah] nawafil lalu memohon do’a kepada Allah, ’Ya Tuhan, tunjukkanlah kebenaran kepada saya.’ Pada suatu hari saya dalam sebuah ru-ya (mimpi) saya melihat bahwa saya pergi ke sebuah kota dan disana saya lihat banyak sekali orang sedang berperang satu sama lain. Di sana-sini nampak darah mengalir. Saya bertanya kepada seseorang, ’Mengapa kalian berperang?’ Dia memalingkan mukanya kepada saya sambil berkata kepada teman-temannya dengan suara nyaring, ’Tengoklah orang ini, tidak ada orang yang memukulnya. Pukullah orang ini juga!’ Segerombolan orang datang menyerang saya, hampir saja saya ditangkap dan dipukul oleh mereka. Tiba-tiba seorang tua suci datang dan mengangkat saya seperti mengangkat seorang anak kecil. Dan saya diambil dan diselamatkan dari tempat berbahaya itu kemudian saya dibawa ketempat yang sangat jauh sekali dan saya ditempatkan diatas sebuah jalan yang sangat terbuka dan lebar sekali yang nampak sangat bersih sejauh mata memandang. Saya mulai berjalan di jalan itu. Beberapa jarak kemudian saya melihat sebuah mesjid lalu saya masuk ke dalamnya. Di dalam mesjid itu selain orang-orang yang sedang salat ada juga orang-orang Arab yang sedang bertabligh.” Setelah melihat mimpi ini beliau pergi ke Mission House (Rumah Misi Jemaat) di Bobojalaso, di sana saya menyaksikan mesjid berwarna putih; di dalamnya melihat ada orang-orang sedang salat dan saya melihat ada dua orang Pakistani. Ketika diperlihatkan foto Hadhrat Masih Mau’ud as kepada beliau, serta-merta berkata dengan sangat gembira, ”Demi Tuhan! Inilah buzurg (orang suci terhormat) yang telah menyelamatkan saya dalam mimpi itu ketika saya sedang dalam keadaan bahaya karaena segerombolan orang [menyerang saya].” Dikarenakan oleh posisi beliau adalah imam (pemuka agama) di daerah itu, ketika beliau sudah baiat [kemudian bertablig maka] cukup banyak orang-orang di kampung itu yang menerima Ahmadiyah.

              [5] Selanjutnya di daerah Kasamans yang termasuk wilayah negara Senegal [Afrika], ada seorang tuan Pir (pemuka agama Islam yang dianggap dekat dengan Tuhan) yang baiat [masuk Ahmadiyah]. Beliau mempunyai pengikut tersebar di 123 tempat. Tuan Pir ini menerima Ahmadiyah berdasarkan sebuah mimpi. Beliau bersumpah di hadapan jamaah (banyak orang) di dalam sebuah Masjid Jami’ [masjid umum yang memuat jumlah jamaah banyak dan biasa untuk salat jum’at] sambil memegang Alquran, ”Saya telah melihat mimpi, dan mimpi itu sudah beberapa tahun yang silam telah saya lihat, dan dalam mimpi itu saya bertemu dengan Hadhrat Imam Mahdi ’alaihissalam yang saat ini dengan karunia Tuhan telah saya temukan (ketahui). Mimpinya itu demikian.” Katanya, ”Saya melihat kalimah Toyyibah ’laa ilaha illallah muhammadur rasuulullah’ sudah jatuh ke bumi. Semua wali dan orang suci berusaha mengangkatnya bersama-sama lalu meletakkannya ke tempat yang tinggi, namun tidak berhasil. Beberapa saat kemudian, seorang buzurg  (orang suci berwibawa, berkharisma)  datang yang mengenainya dikatakan bahwa namanya Muhammad Al Mahdi. Beliau angkat sendiri kalimah itu dan meletakkannya di tempat yang tinggi.” Amir Sahib Jemaat menulis, ketika saya pergi berkunjung ke daerah beliau (tuan Pir tersebut), saya tak lupa mengunjungi rumah beliau. Saya lihat di rumah beliau tergantung sebuah banner (spanduk) di dinding bertuliskan ’Ayyuhas sukaanul balad! Isma’uu jaa-al masih, jaa-al masih. Isma’uu Hadhratal Mirza Ghulam Ahmad al Qadiani ’alaihis salaam huwal masihul mahdi.’ Terjemahannya, ”Hai para penduduk negeri ini, dengarlah! Al-Masih sudah datang. Al-Masih sudah datang. Dengarlah Hadhrat al Mirza Ghulam Ahmad al Qadiani ’alaihis salaam yang adalah Al Masih Al-Mahdi.” Demikianlah Allah Ta’ala menampakkan kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as kepada manusia di beberapa daerah. Dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau’ud as lah hakikat kalimah [toyyibah] sedang dijelaskan kepada penduduk dunia dimasa ini. Sedangkan ulama-ulama pada zaman sekarang telah membuat nama buruk bagi Islam.

              [6] Selanjutnya, seorang kawan dari Aljazair, tuan Abdullah Fatih, mengunjungi Mission House dan ikut menghadiri majlis tanya-jawab. Pada penutupan majlis tanya-jawab itu kepada beliau dihadiahkan buku-buku karya Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as untuk ditelaah berjudul ’Khutbah Ilhamiyah’ dan ’Al-Huda’. Setelah menelaah kedua karya tulis itu beliau datang lagi ke Rumah Misi dan berkata, ”Kedua buku ini tidak mungkin ditulis oleh seorang pendusta.” Setelah itu beliau mengikat kepala dengan kain sebagai serban dan berkata, ”Beberapa waktu yang lalu saya melihat seorang dalam mimpi yang mukanya bercahaya sangat cemerlang dan kepalanya diikat seperti kepala saya ini.” Kemudian kepada beliau diperlihatkan foto Hadhrat Masih Masih Mau’ud as, namun tidak diberitahukan kepada beliau foto siapa itu. Ketika beliau melihat foto itu serta-merta berdiri lalu berkata, ”Orang inilah yang telah saya lihat dalam mimpi itu!” Kemudian beliau pun bai’at dan masuk kedalam Jemaat.

              [7] Seorang bangsa Arab dari [negara] Finlandia. Beliau menulis, ”Tiga tahun silam ayah saya yang baik meninggal dunia. Beberapa bulan setelah beliau wafat saya bermimpi sebagai berikut: ’Saya melihat ayah saya sedang tidur di dalam kubur beliau. Kubur ini terangkat naik dan keluar dari dalam kubur itu orang lain, seorang suci yang sangat terhormat dan tubuh beliau bercahaya memakai jubah putih. Rambut beliau yang penuh keberkatan sangat hitam. Wajah beliau sangat cemerlang penuh cahaya. Di dada beliau juga tertulis nama beliau namun saya tidak ingat lagi apa yang tertulis itu. Begitu keluar dari kuburan itu beliau memegang tangan kanan saya dan membawa saya ke tempat kuburan lain. Saya terus berjalan bersama beliau dan pandangan mata saya tertuju kearah ayah saya.” Katanya, ”Enam bulan setelah melihat mimpi itu ketika saya sedang mencari-cari saluran (channel) TV, tiba-tiba saya menemukan saluran MTA yang dalam [acara itu terlihat] Hadhrat Khalifatul Masih lV rh bersama tuan Hilmi.” [6] Katanya lagi, ”Beberapa hari kemudian dalam acara yang sama Hadhrat Khalifatul Masih lV rh memperlihatkan sebuah foto orang suci yaitu foto Hadhrat Masih Mau’ud as.” Katanya, ”Saat saya melihat foto itu saya pun segera mengenalinya karena inilah yang pernah saya lihat dalam mimpi saya.”

              [8] Seorang Ahmadi dari Senegal yang menyampaikan laporan bahwa beliau melihat dua buah foto orang suci diatas langit namun tidak mengetahui yang mana foto Hadhrat Muhammad saw itu. Dalam pikirannya pada waktu itu bahwa yang satu adalah foto Hadhrat Muhammad saw dan satu lagi adalah foto Hadhrat Imam Mahdi as. Kemudian salah satu foto menghilang dan foto yang satu lagi semakin mendekat. Sosok yang mendekat kepada saya itu berkata, ”Imam Mahdi, sayalah orangnya!” Setelah melihat mimpi itu Umar Bah (nama orang Senegal itu) merasa yakin betul bahwa Imam Mahdi sudah datang. Mubalig (Senegal yang menyampaikan  laporan) menulis, ”Maka pada waktu rombongan tabligh kami berjumpa dengan beliau dan menunjukkan foto Hadhrat Masih Mau’ud as kepada beliau, maka beliau berkata, ’Sungguh inilah foto orang yang diperlihatkan kepada saya dalam mimpi itu.’ Sesudah mendapat penjelasan lebih lanjut beliau pun baiat [masuk Jemaat Ahmadiyah].”

              [9] Seorang kawan dari Syam (Suriah), ketika Ahmadiyah diperkenalkan kepadanya, ia pun mulai melakukan penelaahan (penelitian tentang Ahmadiyah). Mula-mula ia mengkaji buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as. Katanya, ”Saya membaca semua buku-buku Hudhur as yang ditulis dalam Bahasa Arab dan saya sangat banyak mengambil faedah dari buku-buku itu. Kalimat-kalimat yang ditulis dalam buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as itu demikian berkesan dalam hati saya seolah-olah saya merasa tersihir oleh uraian-uraian beliau as. Setelah itu saya salat istikharah, satu kali saya mendengar sebuah ayat Alquran berikut ini

عَبۡدًا مِّنۡ عِبَادِنَاۤ اٰتَیۡنٰہُ رَحۡمَۃً  مِّنۡ عِنۡدِنَا وَ عَلَّمۡنٰہُ مِنۡ لَّدُنَّا عِلۡمًا

 ”ábdan min ’ibaadina aatainaahu rohmatan min indina wa allamnaahu mil ladunna ilman, (Al-Kahfi, 18: 66). Peristiwa yang kedua kalinya saya bertemu (dalam rukya/mimpi) dengan Hadhrat Nabi [Muhammad] saw. Ayat yang terjemahannya ”…seorang ’abd (hamba) dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat dari Kami, dan Kami ajarkan kepadanya ilmu istimewa dari hadirat Kami.” Setelah itu beliau berkata, ”Saat pertemuan kedua saya dengan Hadhrat Nabi [Muhammad] saw dalam menjawab pertanyaan saya beliau saw bersabda, ’Pada zaman ini hanya Mirza Ghulam Ahmad-lah sebagai bahtera penyelamat yang dapat menjauhkan manusia dari fitnah (huru-hara).’” Katanya, ”Saya lalu meminta isteri saya juga untuk mengerjakan salat istikharah yang setelah salat istikharah ia bermimpi melihat seseorang berkata kepadanya, ’Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid untuk zaman ini.’  Namun demikian, kendatipun telah menyaksikan mimpi-mimpi yang demikian jelasnya itu hati kami belum merasa tenang.” Lalu ia berkata, ”Dalam hati saya, saya sudah mengakui kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as tetapi saya tidak mengumumkannya dengan maksud; pertama, untuk memberi kesempatan kepada orang-orang yang tinggal di sekitar tempat saya untuk memikirkan dan merenungkan hal itu. Supaya mereka di belakang saya tidak menentang saya tanpa berpikir dan tanpa periksa lebih dahulu. Keduanya, saya ingin meluangkan waktu untuk membaca buku-buku yang ditulis oleh para penentang Jemaat. Akhirnya, pada bulan Juli 2009 saya bersama lima orang sahabat baiat [masuk Jemaat Ahmadiyah].”

              [10] Tuan Beema dari kampung Shinala, negara Ivory Coast menceritakan kisahnya yang ajaib di hadapan orang-orang. Katanya, ”Dua puluh tahun yang lalu saya jatuh sakit sangat parah. Hampir-hampir terkena epilepsy (ayan). Saya berusaha keras berobat kesana-kemari namun tidak mendapat perubahan sedikitpun. Di kota ada seorang dukun memberi sebuah azimat sambil berkata, ’Ikatlah ajimat ini dipinggang engkau, inilah obat bagi penyakit engkau.’ Pada hari-hari itu dalam keadaan kasyaf seorang buzurg (suci, terhormat, berwibawa) datang kepada saya dan bertanya, ’Apa yang engkau ikatkan di pinggang itu? Buka dan buanglah!’ Dalam hati saya timbul perasaan yang sangat kuat sekali bahwa orang terhormat ini adalah Imam Mahdi. Saya membuka azimat yang diikat di pinggang dan membuangnya. Pada hari itu pulalah Allah Ta’ala menganugerahi kesembuhan kepada saya. Sejak hari itu sampai sekarang saya tidak pernah terserang penyakit epilepsi lagi. Sejak hari itu pun saya telah menerima Imam Mahdi setelah berupaya mencari sebelumnya.” Ada seseorang bertemu dengannya dan mengangkat topik pembicaraan mengenai Imam Mahdi ia pun berpikir, ”Imam Mahdi [akhirnya] kutemukan”                                                                          Kemudian mubalig kita memperlihatkan foto-foto Hadhrat Masih Mau’ud as dan para khalifah beliau as maka sambil menunjuk foto Hadhrat Masih Mau’ud as beliau dengan segera berseru, ”Inilah orang terhormat itu yang menjumpai saya dalam mimpi dan beliau telah melarang saya menggunakan azimat kotor itu!” Semua khurafat tersebut dewasa ini dimulai (dipopulerkan) oleh para maulwi (kyai), pir dan faqir untuk mencari penghasilan (diperdagangkan). Hadhrat Masih Mau’ud as datang untuk mengakhiri praktek-praktek khurafat tersebut dan nama gelar beliau ’Al-Mahdi’ pun berkaitan dengan hal ini.

              [11] Seseorang yang terhormat dari Abu Dhabi menulis, “Berapa banyaknya buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as yang saya terima dan saya telaah dan dengan menyaksikan program MTA ’Al-Hiwaar al-Mubasyar’ secara teratur saya telah mendapat banyak penerangan tentang akidah-akidah Jemaat. Namun mula-mula disebabkan kebodohan dan kepicikan serta berpegang kepada pendirian-pendirian sebelumnya, saya segera menyatakan menolak semua akidah itu. Akan tetapi ketika saya menela’ah ayat-ayat Alquran, hadis-hadis dan sunnah-sunnah Allah Ta’ala dengan cermat dan sungguh-sungguh, hati saya mulai merasa tenteram. Sekarang dihadapan saya terpampang dua buah jalan. Apakah saya terus-menerus menunggu kedatangan Nabi Isa as turun dari langit dan sebelum itu menunggu munculnya dajjal yang kebanyakan sifat-sifatnya diterangkan [dalam penjelasan umumnya umat Islam] hanya dimiliki oleh Tuhan, misalnya menghidupkan yang sudah mati dan lain sebagainya. Ataukah saya beriman kepada Hadhrat Ahmad, Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, yang telah membersihkan Islam dari berbagai macam khurafaat, dan mempersembahkan wajah Islam yang indah cemerlang kepada dunia, dan juga telah membela Hadhrat Nabi Muhammad saw.” Katanya, ”Saya sangat memerlukan pertolongan dari Allah Ta’ala dan saya banyak sekali berdo’a memohon bimbingan dan pertolongan dari pada Allah Ta’ala dan memohon agar Dia menunjukkan jalan lurus, kebenaran dan jalan yang diridhai-Nya kepada saya. Setelah itu terasa hati saya sangat condong kepada Jemaat Ahmadiyah dan juga Hadhrat Ahmad as. Saya telah mempelajari hukum. Ketika saya mendengar orang membaca syair Hadhrat Ahmad as dalam memuji Hadhrat Rasulullah saw, gemetarlah badan saya dan berlinang air mata saya dan dengan suara keras saya berkata, ’Seorang pendusta tidak mungkin dapat membuat syair yang indah seperti itu. Bagaimana mungkin seorang pengada-ada (penyesat) dapat membuat syair penuh kecintaan kepada Hadhrat Nabi saw? Dan seorang bukan Arab walaupun pengetahuan dan kebiasaannya berbahasa Arab yang mendalam sekalipun dalam hal fashahat dan balaghah tidak mungkin mampu menggubah syair seindah itu tanpa pertolongan Allah Ta’ala. Dengan demikian Allah Ta’ala telah membuka jalan hidayah kepada saya.

              [12] Seorang kawan, tuan Mushthafa Hariri dari Syam (Suriah). Beliau berkata, ”Saya seorang yang sangat sederhana, saya tidak dapat membaca dan menulis. Empat bulan yang lalu saya telah melihat banyak sekali mimpi, seolah-olah ruh saya sedang diambil. Dalam mimpi terakhir saya melihat Hadhrat Rasulullah saw sedang pergi menuju kota Tartus kemudian datang ke rumah kami. Rumah kami hanya memiliki satu kamar saja dan beliau saw duduk di dalam kamar itu. Sebetulnya kamar itu memiliki sebuah pintu saja, namun pada waktu itu nampak ada dua buah pintu. [Pintu] yang satu kearah barat dan pintu kedua kearah qiblat. Ayah saya nampak sedang berdiri di pintu ini dan berkata kepada saya, ’Berilah salam kepada Hadhrat Rasulullah saw!’ Saya pun mengucapkan salam. Saat saya berjabatan tangan dengan Hadhrat Rasulullah saw bertiuplah angin sejuk (dingin) dari arah Rasulullah saw kedalam hati saya hingga hati saya merasa tenteram sekali. Saya memandang ke sekeliling dan melihat Hadhrat Imam Mahdi as telah ada [duduk diatas] hamparan kain Hadhrat Rasulullah saw. Perihal penerimaan saya terhadap Ahmadiyah [itu saya lakukan] setelah saya salat istikharah dan dalam salat itu saya memanjatkan doa atau memohon, ’Hai Tuhanku, hamba ini orang yang sederhana dan buta huruf perlihatkanlah kebenaran kepada hamba!’  Tuhan memperlihatkan kepada saya amal perbuatan saya yang tidak baik sebab pada waktu saya tidak rajin menunaikan salat. Sesudah itu saya melihat diri saya bersama ibu saya sedang berada di kuburan, Hadhrat Imam Mahdi as datang untuk mencabut ruh saya dan beliau memukul leher saya sehingga meninggalkan bekas pada leher saya. Setelah itu dari sana saya pun berjalan pergi hingga melihat seorang anak muda dan dengan heran saya berkata kepadanya, ’Imam Mahdi telah membuat cap di leher saya.’ Anak muda itu berkata, ’Tanda ini juga terdapat pada leher saya dan ini adalah tanda atau cap baiat.

              [13] ’Arqoob bin Umar dari Aljazair, ia menulis katanya, ”Pada suatu hari saya menonton TV dan tiba-tiba saya melihat saluran televisi tuan (MTA) dan [acaranya] tuan sedang membahas dalil-dalil menentang pendirian agama Kristen. Setelah menyaksikannya, saya mengambil kesimpulan dengan penuh yakin bahwa Jemaat tuan berdiri diatas kebenaran. Pada waktu itu juga saya berkata kepada Tuhan, ’[Ya Allah], saya beriman kepada Jemaat ini. Untuk membuktikan kebenarannya aku tidak memerlukan mimpi atau tanda-tanda lainnya lagi. Saya menerima Hadhrat Imam Mahdi mengikuti sunnah Hadhrat Abu Bakar Siddiq ra [yang menerima kebenaran Nabi Muhammad saw langsung tanpa meminta banyak dalil].’ Jadi, demikianlah ada orang berfitrat baik seperti itu yang setelah meyaksikan kebenaran tidak meminta suatu tanda atau bukti-bukti lain lagi. Katanya, ”Kemudian saya melihat mimpi bahwa Nasir Salahudin Sahib sedang memimpin sebuah jemaat guna berdebat melawan orang-orang Kristen. Tiba-tiba langit pecah dan terdengar suara, ”Bukalah mobile phonemu akan keluar sebuah nomor (number)! Dan pada tahun itu Islam akan menang diatas semua agama dan akan tersebar keseluruh dunia!” Ketika saya membuka HP (hand phone) terdapat tulisan angka 2150. Saya beranggapan ini artinya kemenangan Islam diatas dunia akan sempurna pada tahun 2150. Setelah itu saya pun terbangun dan ketika saya melihat jam, jam digital, waktu menunjukkan pukul 21:50 yakni pukul 9.50 malam.” Katanya, ”Tujuh bulan sebelum baiat saya berpuasa. Pada waktu-waktu itu saya melihat mimpi bahwa Hadhrat Rasulullah sedang marah terhadap para mullah dan ulama. Sambil menunjuk kepada Hadhrat Masih Mau’ud as beliau saw bersabda dengan nada keras sekali kepada mereka, ”Ia ini seorang Rasul dan Nabi yang datang sesudah aku!” Jadi, lihatlah ada seseorang yang tinggal jauh [dari kita]. Ia berdoa dan sedemikian pula Allah Ta’ala membukakan penjelasan mengenai kenabian beliau as.

              [14] Seorang bernama tuan Haddad ’Abdul Qadir dari Aljazair. Katanya, ”Saya melihat mimpi dalam bulan Ramadhan tahun 2004 bertemu dengan seseorang yang berkata kepada saya, ’Mari saya bawa engkau untuk berjumpa dengan Hadhrat Rasulullah saw!’ Saya melihat Hadhrat Muhammad Mustafa saw sedang berdiri di belakang pagar yang tingginya kira-kira satu meter. Beliau tersenyum melihat saya. Lalu saya melihat seorang berkulit warna gandum dan berjanggut warna hitam sedang berdiri bersama beliau saw. Sambil menunjuk kepada orang ini Hadhrat Rasulullah saw bersabda, ’Haadzaa Rasulullah! Yakni, Ia ini rasul Allah!’ Kemudian beliau pergi ke sebelah Timur kearah sebuah nur (cahaya) sedangkan orang ini berdiri di tempatnya.” Katanya, ”Empat tahun kemudian yakni pada tahun 2008 saya dengan tidak sengaja menyaksikan siaran televisi tuan (MTA) dan pada waktu itu saya melihat foto orang yang pernah saya lihat dalam mimpi, berdiri bersama Hadhrat Rasulullah saw. Dan itulah foto Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud as maka pada waktu itu saya pun bai’at [masuk Jemaat Ahmadiyah].

              [15] Tuan Syamsuddin Sadiq dari Kurdistan. Katanya, ”Duapuluh lima tahun yang lalu saya bermimpi melihat Hadhrat Masih Mau’ud as sedang turun ke bumi sambil duduk diatas bulan. Setelah saya melihat siaran MTA saya merasa yakin bahwa tabir mimpi melihat beliau as turun dari bulan itu adalah MTA. Kemudian saya ingin cepat baiat [masuk Ahmadiyah].

              [16] Tuan Abdur Rahim dari Iraq. Katanya, ”Beberapa waktu yang lalu saya mimpi berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud as dan bersabda kepada saya, ’Kamu salah seorang dari kami sekarang kamu harus baiat!’” Atas hal itu maka ia mengirimkan surat kepada saya (Hudhur atba) dan menyampaikan, ”Saya dengan hormat saya ingin berbaiat di tangan tuan, terimalah permohonan baiat saya ini.”

              [17] Tuan Muhammad Ahmad dari Egypt (Mesir). Beliau mengatakan,  ”Sebelum bai’at, berkelana dalam kegelapan sebab para ulama telah mengeluarkan banyak fatwa yang tidak dapat diterima oleh akal manusia. Dengan adanya keadaan ini semua orang pun mengakui hendaknya datang seorang mushlih (reformer, pembaharu) dan untuk itu juga mereka memanjatkan do’a-do’a juga, namun keadaan orang-orang Muslim semakin bertambah parah. Seperti orang-orang Muslin lainnya, pikiran saya juga dilanda keraguan dan kebimbangan bahkan saya bertanya kepada diri sendiri mengapa saya harus mengerjakan salat? Mengapa saya menjadi orang Muslim? Adakah pencipta langit dan bumi ini atau tidak? Bagaimana kaum Muslimin dapat bersatu? Untuk semua pertanyaan itu, dari manapun saya tidak memperoleh jawabannya. Kemudian saya mulai mencari-cari saluran TV barangkali bertemu dengan saluran Kristen yang dapat menenteramkan kalbu saya. Atau barangkali ada siaran Syi’ah yang dapat memecahkan semua pertanyaan saya itu. Maka tiba-tiba saya menemukan saluran MTA sedang menjalankan sebuah program dalam Bahasa Arab[7], nampak beberapa orang yang asing sedang duduk yang dari penampilan dapat diketahui mereka itu orang-orang Muslim. Akan tetapi percakapan mereka dalam bahasa asing (bahasa Urdu namun ada terjemahan Arabnya) akan tetapi pembicaraan mereka sesuai dengan Alquranul Karim, salurannya adalah Islami. Saya pikir saluran ini tentu milik orang-orang Islam. Namun Islam mereka ini asing bagi saya. Dikatakan oleh seorang pada waktu itu, ’Imam Mahdi sudah datang, dan itulah Masih Mau’ud (Masih yang dijanjikan) pembunuh dajjal.’ Beliaulah dengan cahaya Alquran adalah seorang hakam dan ’adl (hakim persoalan agama yang adil). Melalui wahyu Allah Ta’ala memberi pangkat Mahdi kepada beliau, pintu wahyu belum tertutup dan bahasan tema lainya.” Katanya lagi, ”Setelah mendengar semua penjelasan itu dan saya renungkan dan pikirkan dengan sungguh-sungguh kepala saya mulai terasa pening selama beberapa hari, apa yang saya dengar itu? Ketika keadaan sudah baik, hati saya memutuskan hendaknya saya menyaksikan program MTA lebih lanjut. Disamping itu timbul juga pikiran bahwa banyak sekali orang yang menamakan diri ulama mengeluarkan fatwa kafir terhadap orang-orang (Ahmadi) ini.” Selama itu beliau menyelidiki dan bertanya kepada para ulama itu dan mereka mengatakan, ”Orang-orang ini kafir!” Katanya lagi, ”Setelah itu saya merenungkan bahwa semua nabi itu didustakan (dituduh dusta). Mereka (para nabi) juga diolok-olok sebagai tukang sihir dan orang gila. Hadhrat Rasulullah saw sendiri telah bersabda bahwa, ummat Islam akan terpecah menjadi banyak golongan. Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan menjadi asing lagi dikemudian hari. Dan mubaraklah (penuh keberkatanlah, selamat sejahteralah) orang-orang ghurabaa (asing seperti ini). Kemudian ada juga nubuatan-nubuatan seperti ini bahwa nanti jumlah ulama sangat banyak namun orang yang faqih (fuqahaa, orang yang betul-betul memahami agama) sangat sedikit. Sekalipun banyak sekali kesulitan akan dihadapi namun Hadhrat Rasulullah saw sangat menegaskan untuk beriman dan mengikuti Imam Mahdi.” Katanya, ”Akhirnya saya memohon bantuan dan pertolongan kepada Allah Ta’ala, memanjatkan do’a dan banyak mengerjakan salat. Dan mulai banyak dan sering membaca Kitab Suci Alquran. Namun kemudian saya mengetahui bahwa beliau as (Hadhrat Masih Mau’ud as) atas perintah Allah Ta’ala telah mendirikan sebuah Jemaat dan beliau Imamnya. Dan landasan Jemaat ini adalah Alquránul Karim. Dan contoh teladan Jemaat ini baik dalam perbuatan maupun perkataan adalah Hadhrat Khataman Nabiyyin saw (Nabi Muhammad). Beliau telah menegaskan dengan dalil-dalil tentang kebenaran Islam. Dan beliau mengambil keputusan yang benar dari antara pendapat banyak manusia. Beliau membuktikan letak kesalahan suatu perkara dan membetulkannya. Setelah saya periksa dengan teliti dan penuh perhatian perkara-perkara itu ternyata semuanya benar, sebab seorang pendusta tidak dapat memberi pernyataan demikian baik. Akhirnya saya condong kepada semua perkara itu sebab itulah yang telah difirmankan Tuhan dalam Alquran dan yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. Dan para sahabat juga beriman atas dasar semua itu, sebab itu semua terbukti benar sesuai sunnah Rasulullah saw. Katanya, ”Saya melihat di dalam hadis-hadis, maka pandangan saya mendukung Hadhrat Masih Mau’ud as. Akan tetapi orang-orang Islam yang hanya mendengar dari mulut para ulama saja tanpa mengadakan penyelidikan dengan cermat sebelumnya atau sesudahnya maka semua perkara itu nampak asing kepada kita.” Katanya, ”Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa dalil-dalil Hadhrat Masih Mau’ud as betul dan kuat sekali. Dan untuk keputusan terakhir saya melakukan salat istikharah maka saya melihat dua macam mimpi pada bulan Ramadhan tahun 2007 yang terus-menerus diperlihatkan Allah Ta’ala diantaranya dibukakan kepada saya kebenaran Hudhur as dengan jelas kepada saya. Mimpi tersebut diperlihatkan oleh Allah Ta’ala berkali-kali kepada saya. Pada mimpi pertama saya lihat Hudhur as sedang memberi makanan berupa buah-buahan berwarna hijau kepada Hadhrat Rasulullah saw, kesimpulannya saya segera melakukan bai’at [masuk kedalam Jemaat Ahmadiyah].” Katanya, ”Setelah itu keadaan saya semakin baik.”

              [18] Seorang Kepala Desa dari Gambia melaporkan katanya, ”Pada suatu waktu saya bermimpi, ada dua orang memberi tahu kepada saya, ’Sekarang adalah zaman Imam Mahdi dan beliau pun sudah datang!’ Dan setiap kali bermimpi, dua orang itu selalu berjumpa dengan saya. Pada suatu hari saat saya berada di kota Dakkar, ibu kota Senegal saya bermimpi, seorang keponakan datang kepada saya sambil menaiki kuda yang berlari sangat cepat sekali dan memberitahukan bahwa ada dua orang sedang menunggu saya di tepi sebuah pantai pinggir sebuah laut. Ketika saya sampai disana, salah seorang berkata sambil menunjuk kepada yang seorang lagi, ”Inilah Imam Mahdi untuk zaman ini, berimanlah kepadanya.” Ketika saya datang ke Mission House dan bertemu dengan muballigh, beliau bertanya kepada saya, ’Apakah anda kenal dengan orang-orang itu jika fotonya saya tunjukkan kepada anda?’ Kemudian ia memperlihatkan foto-foto Hadhrat Masih Mau’ud as dan para khalifah beliau.” Saat beliau melihatnya maka beliau berkataka kepada muballigh, ”Inilah orang itu yang saya lihat dalam mimpi, (sambil menunjuk foto Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud as dan yang kedua, ditunjuknya foto Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. yang didalam mimpi itu bersama beliau as).                                    Katanya lagi, ”Saya memperdengarkan (menceritakan) satu mimpi lagi [beberapa waktu ketika sebelumnya telah bertemu seorang mubaligh jemaat dan diperlihatkan foto-foto lalu ada lagi mubaligh jemaat mengunjungi kampung tuan Muhammad Ahmad yang melihat mimpi lain lagi]. Katanya, ”Hari ini saya bermimpi melihat dua orang berkendaraan mobil. Dua orang ini memperlihatkan foto-foto kepada saya yang beberapa waktu sebelumnya saya pernah melihatnya. Pada waktu subuh saya menceritakan mimpi ini kepada istri saya yang menanggapinya bahwa hari ini akan datang tamu sehingga saya pun tidak pergi kemana-mana menunggu bilakah tamu itu datang. Tuan-tuan inilah orangnya yang Allah Ta’ala telah memberitahukan kepada saya. Tuan-tuan datang waktu siang agak sore dan memperlihatkan foto-foto kepada saya. Mimpi saya telah sempurna.” Dengan lancar, tegas dan jelas ia berkata, ”Dengan karunia Allah Ta’ala saya sambil berdiri di hadapan orang ramai mengumumkan, ’Allah Ta’ala telah memberi tahu kepada saya, Imam Mahdi sudah datang dan Ahmadiyah adalah benar.’”

             

              [19] Seorang Ahmadi bernama Qullab Dzabih Yusuf dari Aljazair. Katanya, ”Pada waktu masih kecil saya melihat sebuah ru‎’ya, seorang berkulit putih datang dan berkata kepada saya, ’Ulurkanlah tangan engkau kepada saya supaya saya bawa engkau pergi sama-sama.’ Namun saya merasa takut dan gemetar badan saya. Kira-kira selama dalam setahun ru’ya seperti itu selalu diperlihatkan kepada saya. Akhirnya saya ikuti perkataan orang berwarna (berkulit) putih itu. Pada waktu itu ada orang lain juga yang nampak dari mukanya orang ini adalah orang berkepribadian agung. Orang ini yang juga berwarna putih indah meminta saya mengulurkan tangan kepada beliau untuk berjalan bersama-sama. Setelah beberapa tahun berlalu tiba-tiba saya lihat didalam siaran MTA orang yang pernah mengajak saya pergi bersama-sama. Dalam siaran itu juga saya melihat orang kedua yang menyuruh saya melakukan demikian. Saya heran sekali siapa orang-orang ini? Ketika keadaan sebenarnya sudah jelas kepada saya, maka saya paham bahwa Allah Ta’ala telah memperlihatkan hal itu semua kepada saya supaya saya setelah berbaiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud as masuk kedalam Jemaatnya (Jemaat Ahmadiyah). Oleh sebab itu sayapun langsung bai’at. Orang berkulit putih yang diperlihatkan kepada saya adalah yang terhormat tuan Mustafa Sabit dan orang menyuruh saya ikut bersama beliau adalah Hadhrat Khalifatul Masih lV r.h.

              [20] Seorang penyair, Tuan Malik dari Iraq. Katanya, ”Hamba yang lemah ini telah mengenal Jemaat melalui MTA sebelum saluran untuk Bahasa Arab (MTA-3) dimulai. Sampai saat itu saya menganggap Hadhrat Khalifatul Masih lV rh[8] adalah perwakilan dari agama Budha. Akan tetapi ketika Hudhur wafat kami melihat cahaya Muhammadi menyinari wajah beliau dan dari lubuk hati keluarga kami semua timbul suara, ’Alangkah baiknya jika beliau ini orang Muslim!’ (Mungkin dalam kesempatan sebelumnya saya pernah menerangkan hal ini) [Sebagai tanggapan atas peristiwa] kewafatan Hudhur, kami tidak tahu mengapa kami sangat sedih dan banyak menangis. Sesudah itu tanpa disengaja kami mendapatkan MTA saluran Bahasa Arab. Sejak waktu itu kami masuk kedalam silsilah baiat Hadhrat Masih Mau’ud as. Selanjutnya, istri saya baiat setelah melihat dua buah mimpi pada minggu pertama [saya menjadi Ahmadi]. Dalam mimpi yang pertama dia melihat Hadhrat Ali ra sedang menyerahkan beberapa lembar kertas kepada anak perempuan saya. Ketika dilihat oleh istri saya ternyata kertas itu adalah formulir baiat. Dalam mimpi kedua ada seorang yang membawa sepucuk surat dari Hadhrat Masih Mau’ud as atas nama [kepada] isteri saya yang di dalamnya tertulis ’Barangsiapa yang masuk ke dalam rumahku dia adalah termasuk salah seorang dari Ahlu Baitku.’ Sesudah itu isteri saya sering sekali melihat mimpi. Bahkan, anak-anak saya dan isterinya telah menyatakan baiat sekitar tiga bulan sebelumnya dan setelah mimpi saya yang ketiga.” Selanjutnya ia berkata bahwa dalam sebuah mimpi mereka melihat sedemikian rupa sedang menerima pengumuman di kota Najaf[9] Hadhrat Imam Mahdi sudah datang.” Katanya, ”Saya bertiga bersama teman. Dalam mimpi kami bersama-sama pergi menjumpai beliau. Lalu saya bertanya [kepada seseorang], ’Apakah tuan ini Imam Mahdi? Supaya kami baiat kepada tuan.’ Beliau jawab, ’Sekali-kali bukan! Saya hanya seorang Muslih (pembaharu atau reformer). Imam Mahdi sudah muncul di Qadian.’” Dalam mimpi ketiga ia (Malik Sahib) melihat saya (Hudhur atba). Katanya, ”Saya melihat tuan sedang berpidato dalam sebuah pertemuan besar di suatu tempat terbuka dan semua orang berdiri, hanya saya sendiri duduk di bawah tuan. Saya memperhatikan jubah yang tuan kenakan. Saya berkata dalam hati, ’Subhanallah! Sungguh indahnya tuan memakai pakaian Imam Mahdi!’ Setelahnya, ketika pidato telah selesai tangan saya (Hudhur atba) menyapu kepalanya (Malik) sambil bertanya, ’Apakah hati tuan sudah merasa tenang?’ Dan selanjutnya berkata, ’Kelihatannya tuan sudah lapar.’ Mari saya suguhi tuan makanan.” Demikianlah kisah mimpi tuan Malik yang ketiga. Akhirnya beliau pun baiat [masuk Ahmadiyah].

              [21] Demikian pula seorang dari Syria, Yasin Muhammad Sharif telah menulis surat kepada saya (Hudhur atba), ”Saya ingin memberitahu tuan bahwa setelah saya baiat betapa banyak Allah Ta’ala menurunkan karunia dan keberkatan-Nya kepada saya. Saya merasa sedih dan prihatin sekali melihat keadaan Islam dan keadaan orang-orang Muslim zaman sekarang yang karena kesedihan dan keprihatinan itu hampir-hampir saya akan binasa. Beberapa golongan Islam [yang saya masuki] dan para Maulwi (tokoh agama) yang pernah saya ikuti. Akhirnya setelah saya berusaha semakin akrab dengan seseorang, dia memberitahu saya katanya, ’Ada lagi seorang guru yang lebih tinggi kedudukannya, yang menyatakan diri sebagai Mahdi.’ Namun setelah saya selidiki ternyata ia sangat jauh dari kebenaran. Bahkan saya berkata kepadanya, ’Kamu telah berkata dusta!’ Tidak lama kemudian ia bersama isterinya tewas dalam suatu kecelakaan lalu-lintas.” Katanya, ”Pada tahun 1997 saya membeli parabola. Saya tinggalkan tugas menjadi imam salat di mesjid dan setiap waktu saya tinggal di rumah. Saya berkeyakinan bahwa saya berada diatas kebenaran. Namun demikian, disebabkan oleh kondisi Islam yang sangat menyedihkan dan mengecewakan saya berharap kehidupan saya di dunia yang fana (sementara) ini cepat berakhir dan mulailah menjalani kehidupan ukhrawi yang kekal untuk selamanya. Setelah menjalani kehidupan menyendiri sambil merasakan keprihatinan selama sepuluh tahun lamanya, Allah Ta’ala membimbing saya kearah [jemaat] tuan (Hudhur) yang dengan itu saya mendapat ketenangan dan ketenteraman. Pada bulan Juni saya bersama isteri dan ibu saya pergi umrah ke Mekkah. Saya berulang kali melakukan ibadah umrah, yang pertama saya kerjakan atas nama Hadhrat Masih Mau’ud as kemudian atas nama para Khulafa beliau semua. Saya berdo’a semoga Allah Ta’ala mengabulkannya.” Selanjutnya beliau menulis, ”Sebelum saya baiat saya bertemu dalam mimpi dengan empat orang Ahmadi dan saya berkata kepada mereka, ’Kalian adalah orang-orang yang memiliki martabat tinggi, tidak ada orang lain seperti kalian.’ Salah seorang diantara mereka memegang tangan saya dan saya berkata kepadanya, ’Beritahulah kepadaku sambil bersumpah atas nama Allah apakah kalian berpegang kepada sunnah Allah dan Rasul-Nya? Dan kalian mengetahui hakikat ajaran Islam?’ Maka dengan nada keras dan bersemangat tiga kali ia menyatakan demikian [bersumpah atas nama Allah beberapa kali bahwa mereka para Ahmadi tersebut berpegang kepada sunnah Allah dan Rasul-Nya dan mengetahui hakikat ajaran Islam], sehingga urat-urat lehernya nampak pada saya. Maka aku katakan kepada mereka, ’Mulai hari ini aku juga menjadi orang Ahmadi.’” Kemudian beliau menulis surat kepada saya (Hudhur), ”Setelah itu saya melihat tuan datang berjalan dengan sigap dan cepat. Sambil melihat kami tuan berjalan kearah barat.” Kemudian ia menulis, ”Setelah baiat, saya pada suatu waktu bermimpi melihat ’alam barzakh (alam setelah kematian). Di sana saya melihat Hadhrat Masih Mau’ud as lalu beberapa waktu kemudian seseorang berkata, ’Sekarang telepon ada pada Mirza, yakni orang yang ingin berbicara lewat telepon, ia bisa melakukannya dengan melalui tuan Mirza.”

              [22] Seorang Ahmadi dari kota Pobe di negara Benin [Afrika] dalam pembayaran candah sangat malas sekali sekalipun beliau mempunyai banyak kemajuan dalam bisnisnya. Dari waktu ke waktu diberi perhatian dan nasihat-nasihat kepadanya, namun tidak membawa kesan apa-apa. Tuan Murabbi berkata, ”Senjata terakhir hanyalah do’a.” Beberapa hari kemudian orang itu datang ke Rumah Misi) dan berkata bahwa beliau bermimpi bertemu dengan saya (Hudhur atba) dan saya sambil menghalau dari sisinya berkata, ”Lunasilah tunggakan candah-candah anda! Anda tahu itu sudah banyak namun [bagi anda] itu tak banyak!” Katanya, ”Setelah menceritakan mimpinya itu dia segera melunasi semua tunggakan candahnya itu.”

              [23] Seorang syarif[10] dari Aljazair bernama Abdul Mu’min melaporkan, ”Enam bulan yang lalu saya mengenal Jemaat. Saya sudah [merasa] tenang. Saya mengakui kebenaran Hadhrat Imam Mahdi as namun saya tidak mengerti apa yang harus saya kerjakan. Maka Allah Ta’ala telah memperlihatkan dua mimpi kepada saya.” Dalam mimpi pertama beliau bertemu dengan saya (Hudhur atba) dan katanya, ”Pada waktu itu saya sangat terkesan sekali berjumpa dengan beliau sehingga tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.” Dalam mimpi yang kedua ia melihat ia berkata bahwa saya melihatnya sedang menangis tersedu-sedu dan ia berkata, ”Hudhur, karena Allah beritahukanlah kepada saya, apa yang harus saya kerjakan?” Saya pun memberi dua lembar formulir baiat kepadanya. Setelah sadar (bangun tidur) beliau membuka internet dan mengatakan, ”Saya menemukan dua lembar formulir baiat itu yang saya lihat dalam mimpi itu. Setelah itu segera saya isi formulir baiat itu [menyatakan menerima dan masuk kedalam Jemaat Ahmadiyah]. Semenjak itulah saya mulai merasa ada perubahan dalam diri saya.”            Semoga Allah Ta’ala selalu menganugerahkan keteguhan hati kepada semua mukhlisin (orang-orang berjiwa ikhlas) itu dan ruh-ruh berfitrat baik yang setiap tahunnya dibimbing oleh Allah Ta’ala bergabung dalam Jemaat Ahmadiyah setelah melihat kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as. Semoga Allah Ta’ala menganugerahi mereka kemajuan dalam keimanan dan keyakinan mereka dan semoga Allah juga memberikan kemajuan keimanan dan keyakinan setiap orang dari kita dan menjadikan kita semua para pengikut hakiki Imam Zaman. Dan semoga kita juga mendapatkan bagian dari nikmat-nikmatnya yang karunianya berkaitan erat dengan Hadhrat Rasulullah saw. [aamiin]

                                               

Penerjemah: Mln. Hasan Bashri

 

[1]Ayyadahulloohu ta’ala binashrihil ‘aziiz (semoga Allah yang Mahaluhur menolongnya dengan kekuatan yang agung)

[2] Selanjutnya disingkat as

[3] Selanjutnya disingkat saw

[4] Risalah Al-Wasiyyat, Ruhani Khazain jilid 20 h. 311

[5]

[6] Acara Liqa Ma’al Arab (Pertemuan dengan bangsa atau orang-orang yang akrab dengan bahasa Arab) ditayangkan MTA berisi dialog antara Hadhrat Khalifatul Masih IV rh. dengan orang-orang Arab Ahmadi di studio membahas banyak hal termasuk menjawab surat-surat orang-orang Arab non Ahmadi yang mengajukan berbagai pertanyaan. Hilmi Asy-Syafii, Ahmadi dari Mesir, menjadi pembawa acara tersebut dan Hudhur IV rh menjadi narasumbernya.

[7] MTA 3, Muslim Television Ahmadiyya al-Arabiyyah

[8] Rohimalloohu Ta’ala ‘anhu: Semoga Allah Ta’ala mengasihinya (merahmatinya).

[9] Sebuah kota penting di Irak yang diyakini kaum Muslim Syiah sebagai tempat dikuburnya Hadhrat Ali ra. Tuan Malik ini sepertinya memiliki hubungan khusus dengan kaum Syiah sebelum menerima Ahmadiyah (Redaksi)

[10] Seorang berkedudukan tinggi, keturunan bangsawan dan terkemuka.

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.