Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
18 Maret 2005 di Mesjid Basyarat ,Spanyol.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ،
وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(1)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(2)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(3)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ(4)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(5)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(6)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Pada umumnya, seorang yang senantiasa sibuk dalam urusan dunia menginginkan kekayaan dan ingin mengumpulkan harta benda supaya dapat menciptakan kedudukan atau nama di kalangan orang-orang dunia/kaya; dia dapat menanamkan kharismanya dengan kekayaannya pada orang lain dan dapat menyediakan sarana kemudahan dan fasilitas- fasilitas untuk dirinya. Seorang dapat menyediakan untuk diri mereka rumah yang dapat memberikan rasa nyaman dan kendaraan-kendaraan yang menyenangkan; dan mereka dapat meniggalkan untuk anak istrinya tumpukan harta benda sehingga mereka dapat menjalani hidup senang berkecukupan. Di dalam itupun terdapat keinginan yang terselubung bahwa setelah saya mati orang –orang akan mengatakan bahwa setelah si fulan yang kaya itu meninggal, dia menunggal dengan meninggalkan harta sekian dan anak-anaknya kini sedang menikmati harta kekayaan sedemikian banyak. Inilah merupakan perbincangan orang-orang dunia pada umumnya yang nampak pada setiap orang.
Akan tetapi, ada juga orang-orang yang menurut pandangannya mengenai dirinya, mereka merupakan orang-orang yang bersimpati dan memiliki rasa solidaritas tinggi pada kemanusiaan dan mengusung missi bertujuan memenuhi keperluan manusia. Namun secara praktisnya merekapun juga tidak berbeda dengan prilaku orang-orang dunia, hanya selogan dan pendakwan lahiriah belaka; karena orang –orang yang mau mengurbankan keperluan-keperluannya sendiri tidak akan nampak dari antara mereka. Tetapi berkenaaan dengan bagaimana cara membelanjakan harta benda setelah harta benda itu diperoleh, contoh mulia yang Rasulullah saw telah tegakkan untuk ummat beliau, contoh-contoh itu hanya merupakan bagian istimwwa beliau saw. Memang kadang terjadi-sebagaimana saya telah katakan- orang –orang mengedepankan rasa solidaritas untuk mempertunjukkan kepada dunia dan demi untuknya sejumlah orang dari pihaknya, mereka menampakkan sifat dermawan dan membelanjakan juga untuk orang lain, namun semua itu merupakan gejolak bersifat sesaat. Akan tetapi yang demi semata-mata untuk mencari keredhaan Allah, untuk menjauhkan kesulitan-kesulitan orang lain dan merasakan akan hal itu,pemandangan kedermawanan atau kemurahan hati semacam itu hanya akan nampak pada kehidupan junjungan kita Rasulullah saw . Standar atau mutu ini tidak pernah tegak /tercapai sebelumnya dan tidak akan pernah dicapai dimasa yang akan datang. Singkat kata, itu merupakan satu contoh mulia yang beliau telah contohkan untuk kita. Dimana beliau siang dan malam senantiasa dalam pemikiran supaya orang-orang mengenal Tuhan Yang Esa, meraih kemajuan dalam keruhanian. Disana beliau tidak berfikir untuk kemudahan beliau tetapi beliau berfikir bagaimana keperluan orang –orang dapat terpenuhi. Beliau sama sekali tidak terfikir untuk kemudahan anak istri beliau sendiri bahkan justru kepada mereka inilah pengajaran beliau saw, kepada mereka inilah terbiat yang beliau telah berikan bahwa bukalah tangan kalian selebar-lebarnya untuk orang lain dan berlapang dadalah untuk orang lain. Dan kepada mereka penekanan inilah yang beliau berikan bahwa tingkatkanlah penekanan untuk tunduk kepada Tuhan,bukan menitikberatkan pada penumpukan harta, pengumpulan harta benda dan pada ketenteraman dan kesejahteraan diri sendiri karena ini adalah hal yang berguna bagi kalian pada kehidupan di akhirat kelak.
Jadi, sebagaimana saya telah katakan bahwa kedermawanan dan kemurahan hati ini, membelanjakan harta demi untuk orang-orang, dan setelah melakukan pengurbanan lalu membelanjakan inipun beliau saw lakukan untuk mencari keredhaan Allah atau beliau saw lakukan karena rasa solidaritas kepada makhluk Allah dan dalam rangka demi untuk mewarnai diri dalam warna Allah. Zat beliaulah yang didalamnya segenap standar tinggi semua sifat Allah yang bisa nampak dalam diri seorang manusia semuanya itu nampak dalam diri beliau. Jadi contoh kedemawanan itu juga, jika dalam diri seorang manusia itu bisa nampak sesudah zat Tuhan maka itu hanya dapat nampak dalam zat manusia sempurna itu. Beliau saw mengetahui bahwa bayangan yang paling besar sifat Tuhan adalah saya/beliau. Dan kedermawanan dan sifat murah hati ini pun merupakan akhlak, tidak ada yang luar dari itu,sebagaimana beliau sendiri bersabda: Allah adalah wujud Yang paling dermawan dari semua wujud yang paling dermawan. Dan saya adalah orang yang paling dermawan dari semua orang-orang yang dermawan. Majmauzzawaaid bab fi juudihi bab 9 hlm 13
Kini ini bukan hanya merupakan pendakwaan di lidah semata bahkan- sebagaimana saya akan kemukakan beberapa contohnya, ada beberapa perumpamaan –perumpamaan saya akan sajikan dari itu akan terbukti bahwa lebih dari beliau saw di dunia ini- pada hakekatnya -tidak pernah lahir orang yang dermawan lebih dari beliau. Kemudian kepada beliau tidak pernah terfikir bahwa kekayaan ini Tuhan yang telah memberikan kepada saya,saya hendaknya harus menyimpannya untuk kesejahteraan saya. Allah di dalam kehidupan beliau tidak terhitung telah menciptakan kesempatan serupa itu pada saat bergelimangannya harta benda yang datang kepada beliau,tetapi beliau tidak pernah tertarik pada semuanya itu namun segera terfikir pada beliau untuk membagi-bagikannya.
Sebagaimana beliau biasa bersabda:
” انما انا قاسم ويعطى الله– innama ana qaasimun wa yu’thillah-saya adalah pembagi dan Allah yang memberikan bukhari kitabul i’tishaam bil kitaabi wassunnah bab qaulinnabiyyi sallallaahu ‘alaihi wasallam laa tazaalu thaaifatun min ummati zhaahiriin
Mengenai pengabadian pelukisan akan pemandangan- pemandangan membagi-bagikan itu kita dapatkan dalam berbagai riwayat. Sahabah dalam corak mereka masing-masing telah meriwayatkan akan kisah kedermawanan dan sifat pemurah Rasulullah saw. Dan dengan membaca riwayat itu juga timbul kesadaran bahwa sahabah ingin mengatakan lebih dari itu tetapi kata-kata tidak cukup mendukung untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa itu.
Sebagaimana Hadhrat Anas r.a meriwayatkan:
كان رسول الله صل الله عليه وسلم احسن النا س و اشجع النا س و اجود النا س
Kaana rasulullah saw ahsanannaasi wa asyja nnaa si wa ajwadannaasi- Rasulullah saw adalah manusia yang tercantik dari segenap ummat manusia, paling pemberani dan paling dermawan dari semua ummat manusia.Bukhari kitabuljihad wassair
Kemudian hadhrat Ibnu Umar meriwayatkan: Saya tidak pernah melihat siapapun manusia paling pemberani,mulia,dermawan dan memiliki wajah yang paling bersinar lebih dari Rasulullah saw Ibnu Saad jilid hlm 373
Hadhrat Abdullah bin Abbas r.a meriwayatkan: Kedermawanan Rasulullah saw adalah melebihi kedermawanan segenap ummat manusia. Dan kedermawanan beliau sampai pada titik puncaknya yang tertinggi pada bulan Ramadhan. Pada saat Jibril bertemu dengan beliau, pada saat itu dalam kedermawanan beliau kencangnya melebihi kencang badai yang kencang. bukhari kitabushaum bab ajwadu maakaanannabiyya saw.
Kedermawanan beliau secara umumpun sedemikian rupa sehingga tidak dapat diperbandingkan. Sebagaimana saya akan sajikan dari beberapa riwayat. Tetapi para sahabah maengatakan bahwa di dalam bulan Ramadhan kedermawanan beliau memiliki coraknya yang berbeda. Ini dalam kondisi-kondisi umum tidak pernah terjadi seperti itu bahwa ada yang meminta pada beliau lalu beliau tidak memberinya.
Bersumber dari Hadhrat Jabir bin Abdullah r.a : Tidak pernah terjadi bahwa ada orang yang meminta pada Rasulullah saw lalu beliau menolaknya. Jika ada maka beliau memberikan kalau tidak maka beliau diam atau beliau mendoakan untuknya.syarah mawaahibulladuniyyah lizzarqaani jilid 6 hlm114 daarulkutub ilmiyyah Beirut Edisi awal 1996
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Abu Said Khudri meriwayatkan bahwa sejumlah Ansor meminta kepada Rasulullah saw maka beliau saw memberinya. Mereka kemudian meminta lagi maka beliau memberi lagi yang lain padanya sehingga apa yang ada pada Rasulullah saw menjadi habis dan Rasulullah saw bersabda, harta yang ada pada saya itu saya tidak tahan dari kamu lalu menyimpannya. Bukhari kitabuzzakat babul isti’aafi ‘anil mas’alah
Kemudian dalam sebuah riwayat Hadhrat Sahal r.a meriwayatkan bahwa pada suatu kali setelah merasakan perlunya pakaian untuk Rasulullah saw seorang sahabah mengukir kain lalu menyerahkannya kepada beliau saw sambil berkata bahwa saya telah menenun ini dengan tangan saya sendiri untuk Tuan supaya Tuan mengenakannya ( Sebab beliau biasa memberikan semuanya, tidak menyisakan apa-apa untuk diri sendiri ) Hudhur saw juga memerlukannya. Beliau masuk ke dalam dan mengenakan selimut itu lalu keluar maka seorang sahabah berkata betapa bagusnya selimut itu , berilah saya menggunakannya. Melihat itu orang-orang mengatakan padanya bahwa apabila Hudhur saw telah memakainya dan beliau saw juga perlu itu maka kenapa kamu meminta selimut itu. Padahal kamu juga mengetahui juga bahwa Rasulullah saw tidak pernah mengingkari. Maka beliau menjawab bahwa saya tidak meminta ini untuk saya pakai tetapi saya minta ini untuk kain kafan saya. Bukhari kitabul janaaiz bab man ista’adal kafna fi zamaninnabiyyi saw
Tertera dalam sebuah riwayat bahwa pada suatu saat ada 90.000 ribu dirham dipersembahkan pada Rasulullah saw. Beliau menyuruh meletakkannya di atas tikar lalu mulai membaginya. Beliau memberikan setiap orang yang datang meminta dan siapapun tidak ada yang beliau biarkan pergi dengan tangan kosong. Tatkala beliau telah membagi dinar maka datang lagi seorang peminta. Sampai pada saat itu apa yang ada telah habis maka beliau bersabda,belilah barang –barang keperluan kamu atas nama kami dan kapan saja harta akan datang atau saya memiliki kelapangan maka hutang kamu saya akan bayar. Pada saat itu Hadhrat Umar juga sedang duduk disana. Beliau berkata bahwa pekerjaan mana tidak dapat melakukannya maka Allah tidak menyatakan itu penting. Yakni jika Tuan tidak memiliki apa-apa maka tolaklah permintaan itu. Maka Rasulullah saw menganggap hal itu sangat buruk dan beliau tidak menyukai hal ini. Disana duduk seorang Ansor dan berkata: Ya Rasulullah saw ! Tuan teruslah belanjakan Allah tidak akan pernah membiarkan Tuan kekurangan harta. Mendengar itu beliau tersenyum dan dari wajah beliau terlihat menjadi sangat ceria dan beliau bersabda inilah perintah yang saya dapatkan. Asyifa liqaadi ‘iyaz fashlul juudi walkarami wassakhaai wassamahati jilid 1 hlm 65-66 Dan akibat kedermawanan beliau inilah beliau mempunyai hutang. Tetapi beliau tidak pernah memperdulikannya.
Sebagaimana disebutkan tertera dalam sebuah riwayat prihal hutang itu bahwa Abdullah Al-Hauzani menerangkan bahwa saya berjumpa dengan Hadhrat Bilal di Halab dan saya menanyakan padanya prihal pemasukan /penghasilan dan pengeluaran Rasulullah saw bahwa bagaimana cara pemasukan pada beliau dan bagaimana pengeluaran itu ? Maka Hadhrat Bilal menjawab bahwa sampai Rasulullah saw wafat semua penanganan ini peritungan pengeluaran dan pemasukan ini diserahkan di tangan saya. Dan kondisinya adalah bahwa kapan saja seorang Islam tidak memiliki pakaian atau ada orang yang memerlukan dan datang kepada beliau maka beliau memerintahkan kepada saya dan dan saya membelikan kain untuknya atau saya memenuhi keperluannya. Apabila perlu makan, atau ada keperluan lainnya apapun penanganan yang ada. Dan Hadhrat Bilal mengatakan bahwa terkadang uang tidak ada. Untuk itu jika saya perlu berhutang, maka saya mengambil hutang.
Pada suatu hari saya berjumpa dengan seorang yang kaya raya yang mengatakan kepada saya, hai Bilal, saya adalah orang yang mampu/kaya ! Saya mempunyai taufik untuk itu, kenapa kamu mengambil utang dari orang lain,apabila kamu perlu maka ambillah hutang dari saya. Maka beliau berkata,maka saya mengambil hutang darinya. Pada suatu hari tatkala saya sedang berwudhu, tiba-tiba orang itu di dalam keramaian beberapa pedagang yang lainnya datang kepada saya dan begitu melihat saya dengan nada sangat marah mengatakan kepada saya, wahai habsyi, apakah kamu mengetahui bahwa sudah dekat saatnya untuk membayar hutang kepada saya,hanya tinggal beberapa hari yang tersisa. Maka saya menjawab ya saya mengetahui. Singkat kata dengan suara yang keras dia mengatakan kepada saya bahwa saya pada hari-hari itu pasti akan mengambil bayaran hutang dari kamu, kalau tidak kamu harus bekerja untuk saya dan kamu akan menggembalakan kambing saya dan kamu akan menjadi sahaya saya. Walhasil, Hadhrat Bilal mengatakan bahwa hal itu sangat menekan perasaan saya. Perkataannya ini sangat buruk bagi saya. Setelah shalat Isya saya hadir di hadapan Rasulullah saw dan saya melaporkan kepada beliau bahwa dari seorang musyrik fulan saya mengambil hutang sekian untuk pelunasan-pelunasan pada orang-orang dan untuk memenuhi keperluan orang-orang, kini hari ini untuk pembayaran hutang dia telah melontarkan kata-kata cacian yang kotor padahal kini masih ada hari yang tersisa. Dan kondisi Hudhur saw pada saat itu adalah bahwa tidak ada sesuatu (uang) yang ada pada beliau dan tidak pula ada pada saya yang dapat berikan untuk membayar hutang. Maka terfikir oleh saya untuk pergi ke pemuka-pemuka orang Islam untuk beberapa hari dan tinggal disana selama belum ada dana untuk menyelesaikan hutang piutang itu. Maka beliau mengisahkan,maka saya pulang ke rumah dan mulai bersiap-siap untuk pergi. Saya meletakkan spatu, tameng (alat untuk benaung) bantal dll karena saya besok pagi-pagi akan melakukan perjalanan. Beliau melanjutkan, tatkala saya siap untuk mulai melakukan perjalanan, maka seorang datang kepada saya memberitahukan bahwa Rasulullah saw sedang memanggil kamu/saya. Saya datang kepada Hudhur saw maka apa yang saya lihat ternyata ada empat unta yang memuat barang-barang bawaan harta benda tertambat disana. Maka tatkala saya hadir di depan Hudhur saw, saya memohon izin untuk pergi. Beliau saw,begitu melihat saya langsung menyapa saya: Wahai Bilal bergembiralah, karena Allah telah menyiapkan sarana untuk pembayaran hutang piutangmu. Dan beliau bersabda: Apakah kamu tidak melihat empat unta yang penuh dengan muatan barang-barang keperluan itu ? Saya menjawab, ya, saya melihat itu. Beliau bersabda: Ambillah semua barang-barang harta benda itu dan bayarlah hutang piutangmu semua. Ini adalah merupakan hadiah yang dikirimkan oleh pimpinan tanah Fidak (sawah-sawah /perkebunan harta ganimah yang(umumnya) ada di Haibar). Maka beliau mengatakan bahwa pada akhirnya seperti itulah yang saya lakukan. Saya kembali maka saya melihat Rasulullah saw duduk di mesjid. Beliau bertanya, wahai Bilal, bagaimana apa yang ada pada engkau ? Maka Hadhrat r.a Bilal berkata: Saya bertanya Ya Rasulullah saw ! semua hutang Tuan itu saya telah bayar dan kini tidak ada lagi hutang. Hudhur saw bertanya apakah tidak ada harta yang tersisa. Saya menjawab ya Tuan, masih ada yang tertinggal. Maka beliau bersabda bahwa apa yang tersisa berilah kepada orang yang memerlukan dan lakukanlah sesuatu yang menjadikan saya bahagia. Selama masih ada yang tersisa dari itu saya tidak akan pulang ke rumah. Tatkala shalat Isya telah selesai maka diriwayatkan bahwa Hudhur menanyakan kepada saya bahwa bagaimana harta itu ? Saya menjawab bahwa harta masih ada disana tidak ada yang mau mengambil. Maka pada malam itu beliau saw beliau di mesjid. Dan pada hari kedua ketika Hudhur saw mulai shalat Isya maka Hudhur bertanya lagi kepada saya,hai Bilal, bagaimana harta itu. Saya mengatakan Ya Rasulullah saw ! Allah telah menjadikan Tuan tidak khawatir dengan harta itu ” yakni semua telah dibagi-bagikan” Maka Hudhur mengatakan الله ا كبر –Allahu akbar dan bersyukur kepada Allah bahwa semua harta telah dibagikan.( Sunan Abu Daud kitab alkharaj fil imaam yaqbalu hadaayal musyrikiin)
Kini perhatikanlah untuk orang-orang beliau tidak mengambil hutang yang tnggung –tanggung. Tetapi sedemikian banyaknya sehingga untuk pembayarannya juga harta yang datang dimuat oleh beberapa unta-unta dengan sebanyak itu pelunasannya dilakukan. Dan kemudian ketika dari itu ada yang tersisa maka tidak terfikir oleh beliau bahwa ada yang tersisa itu disimpan. Untuk yang akan datang apabila ada yang datang maka kita akan berikan atau digunakan untuk keperluan sendiri. Tidak,bahkan beliau bersabda: Saya tidak akan pulang ke rumah selama harta yang tersisa itu beluam dibagi-bagikan. Carilah orang yang memerlukan dan bagikanlah pada mereka.
Kemudian tertera dalam sebuah raiwayat Hadhrat Jabir bin Muth’am r.a meriwayatkan bahwa pada saat kembali dari perang Hunain ada beberapa Badui mengejar beliau. Mereka meminta kepada beliau dengan begitu memaksa. Ketika beliau mulai memberikan kepadanya maka mereka sedemikian rupa berisiknya /tidak puasnya sehingga beliau harus terpaksa bersandar di sebatang pohon sehingga selimut beliau dirampas oleh mereka. Beliau bersabda: Selimut saya itu kembalikanlah kepada saya. Kemudian beliau mengisyarahkan ke hutan pohon-pohon Kiker yang begitu luas ( Itu merupakan hutan pohon Kiker/berduri) sambil bersabda: Jika saya mempunyai unta seluas hutan ini sekalipun maka saya akan sangat gembira membagi-bagikan itu dan kalian tidak akan mendapatkan saya menjadi orang yang bakhil ,pendusta dan penakut. Bukhari kitabulfardhilkhamsi bab maakaanannabiyyu shallallaahu ‘alahiiwasallam yu’til muallafata qulubihim
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Anas meriwayatkan bahwa apabila dengan mengatasnamakan Islam diminta sesuatu kepada Rasulullah saw maka sesuai dengan kemampuan beliau pasti memberikan. Pada suatu ketika seorang datang kepada beliau saw dan beliau memberikan sedemikian banyak domba-domba sehingga penuh satu lembah diantara dua gunung penuh dengan kambing. Ketika orang itu kembali kepada kaumnya dengan membawa kambing-kambing itu maka begitu datang dia berkata bahwa hai orang-orang terimalah Islam. Muhammad saw memberikan sesuatu sedemikian rupa yang mana dia sama sekali tidak ada khawatir untuk menjadi miskin. Sahih Bukhari kitabulfadhaail bab fi sakhaanihi saw
Tertera sebuah riwayat lain bahwa takala beliau membagi seperti ini pada orang-orang akibat memperoleh dunia maka orang-orang menjadi beriman. Tetapi tatkala iman mereka peroleh, menerima Islam, maka mereka lebih mencitai Islam daripada harta dan kemudian mereka menjadi sibuk dalam melakukan paengurbanan.
Kemudian dalam peristiwa perang Hunain Hudhur r.a memberikan unta kepada Shafwan sebanyak seratus unta,kemudian memberikan seratus unta, kemudian memberikannya lagi seratus unta. Yakni memberikan 300 unta. Beliau mengatakan bahwa saya sebelumnya paling benci kepada Muhammad saw lebih dari segala-segalanya. Tetapi anugarah dan pemberian ini telah menukar kebencian saya itu dengan kecintaan. Muslim kitabul Fadhaail bab fi sakhanihi
Kemudian Hadhrat Anas meriwayatkan bahwa saya bersama Rasulullah saw dan beliau mengenakan selimut yang sangat kasar pinggirnya maka tiba-tiba datang seorang Badui. Dia memegang selimut dengan keras lalu menarik selimut itu ke arahnya. Sehingga di punggung beliau ada tanda bekas selimut itu. Kemudian dia berkata : Wahai Muhammad (saw)! Penuhilah ke dua unta saya itu dengan harta Allah yang ada padamu. Dan harta yang kamu berikan itu bukanlah hak milikmu atau harta bapakmu. Mendengar kata-katanya beliau terdiam dan beliau bersabda bahwa harta adalah milik Allah dan saya adalah hamba-Nya. Kemudian bersabda: Wahai Badui perlakuan yang telah engkau lakukan terhadap saya yakni engkau telah menarik selimut saya,perlakuan seperti itu harus dituntut dari kamu /kamu harus dihukum karenanya. Badui itu mengatakan bahwa tidak akan terjadi seperti itu. Hudhur saw bersabda kenapa ? Dia menjawab, sebab Tuan tidak pernah menjawab keburukan dengan keburukan. Atas jawaban itu beliau tersenyum dan kemudian beliau menyuruh kepada seorang untuk menaruh gandum di satu unta dan kurma di unta yang lain.Kitabusyifa bitahriiki huquuqi mustafa ‘allamah Qadhi Iyaz Edisi Darul fikir Beirut 2003
Kini perhatikanlah,kekasaran dan kedunguan orang yang meminta, tetapi beliau tidak menolak untuk memberikan bahan-bahan makanan. Hanya beliau mengatakan bahwa sikap bodoh yang kamu lakukan ini, kamu menarik selimut saya kamu akan mendapatkan balasannya. Dan bisa jadi bahwa beliau mengatakan dalam keadaan bergurau. Tetapi pada jawaban orang Badui itu bahwa Tuan tidak menjawab keburukan dengan keburukan maka beliau segera tersenyum. Dan ini merupakan kelemah lembutan tabeat beliau yang dengan mengambil faedah dari itu orang-orang Badui itu menyapa beliau. Kalau tidak kapan dihadapan seorang penguasa dunia seorang dapat menunjukkan sikap sekasar itu.
Pada suatu saat persis pada saat sedang berdiri shalat mau dimulai seorang Badui datang. Sambil memegang kain beliau dia berkata bahwa ada keperluan saya yang masih tersisa saya khawatir nantinya saya menjadi lupa,karena itu penuhilah keperluan saya itu. Maka sesuai dengan itu beliau pergi dengan orang itu dan setelah memenuhi keperluannya lalu beliau kembali mengimami shalat. Sahih Bukhari jilid awal hal 484
Pada suatu riwayat Hadhrat Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa pada suatu saat Rasulullah saw mempunyai 10 dirham. Kemudian seorang pedagang kain datang. Rasulullah saw membeli baju seharga 4 dirham. Setelah pedagang itu pergi, beliau mengenakan baju itu. Maka tiba-tiba seorang yang memerlukan datang lalu mengatakan, wahai Rasul Allah, berilah baju itu kepada saya semoga Allah memakaikan Tuan pakaian dari pakaian surga. Rasulullah saw disitulah membuka baju itu lalu memberikan kepada orang itu. Kemudian beliau pergi ke pemilik toko lalu membeli baju dengan 4 dirham yang tersisa. Kini beliau memiliki dua dirham lagi yang tersisa. Di jalan pandangan beliau melihat seorang sahaya yang sedang menangis. Beliau bertanya kenapa kamu menangis ? Dia menjawab,ya Rasululah saw, majikan saya menyurh mengirim saya untuk membeli gandum dengan harga dua dirham dan uang itu jatuh entah dimana. Maka Rasulullah saw memberikan dua dirham itu padanya untuk membeli gandum. Namun dia terus saja menangis. Kemudian beliau bertanya kini kenapa kamu menangis ? Maka dia menjawab bahwa jangan-jangan majikan saya menghukum saya karena lama. Maka beliau pergi bersama anak perempuan itu sampai ke rumahnya. Beliau mengucapkan salam. Kemudian beliau mengucapkan salam untuk kedua kalinya. Kemudian beliau menyampaikan salam untuk ketiga kalinya. Maka pemilik rumah mengatakan و عليكم السلام – wa’alakumussalam sebagai jawaban. Maka Rasulullah saw bertanya padanya, apakah kamu tidak mendengar salam yang pertama. Dia menjawab, ya Rasulullah saw ! saya mendengar. Tapi kami mengingikan supaya Tuan memberikan salam lagi kepada kami. Ibu bapak kami statusnya sama sekali tidak ada perbandingannya dengan Tuan(kami lebih mendahulukan Tuan). Kemudian beliau bersabda bahwa saya kasihan kepada sahaya ini bahwa jangan-jangan akibat telat datangnya lalu kamu memukulnya. Oleh kaarena itu saya datang bersama dia. Mendengar itu majikan sahaya perempuan itu berkata bahwa kami membebaskannya demi untuk Allah sebab Tuan datang bersama dia. Maka beliau memberikan habar suka tentang surga padanya dan beliau bersabda bahwa lihatlah bahwa dalam 10 dirham itu betapa banyak Allah telah letakkan berkah di dalamnya. Dia Allah telah memakaikan/memberikan baju baru pada nabi-Nya dan dengan perantaraan itu beliau memberikan baju kepada seorang Ansor. Dan kemudian dengan perantaraan itupun beliau membebaskan budak. Majmauzzawaaid jilid 9hlm13 fi juudihi saw Jadi setelah memenuhi keperluan orang-orang beliau biasa menjadi gembira. karena itu seorang memperoleh kebebasan, yaitu seorang sahaya menjadi merdeka bukan merupakan puncak kebahagiaan.
Kemudian diriwayatkan dari Hadhrat Anas r.a bahwa dari Bahrain dibawa harta kepada Rasulullah saw. Maka beliau bersabda: Tumpukkanlah itu di mesjid dan ini adalah merupakan harta yang paling banyak yang dibawa dalam kehidupan Rasulullah saw. Kemudian beliau pergi ke mesjid untuk melakukan shalat dan sama sekali beliau tidak melihat ke arah harta benda itu. Tatkala selesai melakukan shalat maka beliau membagikan harta itu dan sedirham pun tidak ada yang tersisa. Dan pada saat itu sama sekali tidak ada orang yang tidak sedikit banyak mendapatkan bagian.
Hadhrat Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa seorang Baduwi datang lalu meminta apa yang diperlukan. Rasulullah saw sesuai kondisi yang tersedia memberikan apa yang ada pada beliau. Maka dia sangat marah pada beliau saw bahwa keperluan –keperluan saya tidak terpenuhi dan mengatakan kata-kata yang sangat tidak sopan kepada Rasulullah saw . Maka para sahabah Rasulullah saw sangat menyesali akan sikapnya itu dan mereka maju ke depan siap untuk memukulnya. Rasulullah saw mencegah mereka dan membawa orang Badui itu ke rumah beliau saw dan memberikan makan padanya, menamunya dengan baik dan tambah memberikan hadiah dan kemuliaan lebih banyak lagi padanya;dan kemudian beliau menanyakan padanya,apakah kamu kini menjadi rela. Maka dengan sangat gembira dia berkata bahwa jangan kan saya kini orang-orang di suku sayapun menjadi sangat gembira kepada Tuan. Maka Rasulullah saw berkata kepadanya bahwa ungkapkanlah juga ini di hadapan sahabah-sahabah saya; sebab, dengan berkata kasar kepada saya di hadapan mereka kamu telah menyakiti mereka. Tatkala dia menyatakan ini di hadapan para sahabah,maka beliau saw bersabda: Perumpamaan saya adalah semisal pemilik unta nakal yang dapat mengendalikan untanya yang nakal. Saya pun meluruskan orang yang keras tabeatnya itu dengan cinta. Majmauzzawaaid bab fi husni khuluqihi wa husni mua’asyiratihi jilid 9 hlm 15
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw membagi-bagi jubah /baju dingin pada orang-orang dan Muharramah, seorang sahabiah tunanetra, karena tidak ada,dia tidak diberikan jubah padanya karena dia tidak ada disana pada saat itu. Maka dia membawa anak laki-lakinya kepada Rasulullah saw dan mengirim anaknya datang kepada Rasulullah saw dan dia menyuruh menyampaikan kepada Rasulullah saw bahwa dia datang dari luar supaya beliau pun keluar. Atas hal itu beliau masuk ke dalam. Maka tatkala Rasulullah saw mendengar bahwa Muharramah, seorang sahabiah yang tunanetra datang maka beliau saw keluar dengan membawa di tangan beliau sebuah jubah seraya bersabda: Wahai Muharramah, saya telah simpan jubah (untuk) perempuan ini untukmu.
Jadi, perhatikanlah beliau tidak melupakan sahabiah yang miskin dan tunanetra itu. Padahal pada saat barang –barang sedemikian banyak yang datang hingga suasana menjadi ramai dengan kerumunan orang-orang,beban pekerjaan pun menjadi menumpuk maka dalam kondisi seperti itu manusia menjadi lupa sekalipun itu merupakan konsekwensi yang bisa diterima oleh akal/loghis. Tetapi untuk (Muharramah)pun beliau menyisihkan bagiannya,yakni nanti kalau dia datang bagianya akan diberikan padanya.
Kemudian Hadhrat Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah menerima hadiah dan kemudian sebagai gantinya beliau juga mengembalikan. Apabila beliau menerima hadiah maka beliau juga biasa mengembalikan dan mengembalikan dengan yang lebih baik. Sebagaimana dalam penaklukan kota Mekah tertera dalam sebuah riwayat bahwa pada saat orang-orang mulai berbondong-bondong datang dengan membawa hadiah-hadiah untuk beliau maka lebih dari itu beliau mengembalikan/membalas hadiah itu kepada mereka,yakni lebih dari yang mereka berikan. Abu Daud Kitabul buyuu’
Kemudian Hadhrat Rabiah binti Muawwaz meriwayatkan bahwa bapak saya Muawwaz bin Afra’ memberikan kepada saya kurma yang segar dan mentimun- mentimun panjang kecil supaya saya membawanya kepada Rasulullah saw sebagai hadiah. Beliau menuturkan,maka saya datang di hadapan Rasululah saw, Hudhur saw sangat menyukai mentimun-mentimun kecil panjang. Pada zaman itu datang barang perhiasan dari Bahrain kepada Hudhur. Maka beliau mengambil hadiah kurma dan mentimun muda itu lalu memberikan kepada saya perhiasan segenggam penuh. Dalam sebuah riwayat lain bahwa Rasulullah saw memberikan kepada Rabiah perihasan emas sebanyak dua telapak tangan penuh seraya bersabda pakailah ini. Majmauzzawaaid jilid no.9 hlm13 bab fi juudihi saw
Jadi, inilah cara kedermawanan beliau bahwa sebagai ganti kurma dan mentimun beliau memberikan emas. Tidak terfikir oleh beliau bahwa ini adalah merupakan hadiah biasa-biasa saja yang seorang telah kirim kepada saya, dia (sipemberi hadiah)seorang yang miskin biarlalah kepadanya dikembalikan hadiah yang biasa (sejenisnya) saja atau diberikan padanya hadiah yang lebih baik (sedikit) dari itu. Tidak . (beliau tidak berfikir seperti itu) Bahkan sebagai gantinya beliau memberikan emas. Kini, contoh pemandangan – pemandangan kedermawanan itu di dunia ini dimana kita dapat melihat ? Kecuali dalam kehidupan Rasulullah saw.
Kemudian dalam sebuah riwayat lain Hadhrat Muhammad bin Hashin bin Sawa’ meriwayatkan dari kakeknya bahwa pada suatu saat beliau membawa hadiah untuk Rasulullah saw. Istri-istri beliau yang suci tidak menerimanya ( Pada saat itu mungkin ada sebabnya ) Pendek kata tatkala beliau mengetahui hal itu maka beliau memerintahkan (untuk mengambilnya) dan menyimpannya dan sebagai gantinya beliau memberikan sebuah lembah . Al-Mu’jam Al-Aushath jillid 8 hlm 250 Beliau memberikan sebidang tanah yang sangat luas sebagai ganti hadiah yang sangat kecil.
Kemudian beliau sangat memperhatikan orang –orang yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga beliau dan memberikan hadiah-hadiah kepada mereka, Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Hadhrat Anas r.a bahwa ada sebuah hadiah datang kepada Rasulullah saw maka beliau bersabda: Berikanlah (hadiah) ini pada permpuan fulan sebab dia adalah teman baiknya Khadijah dan berilah kepada perempuan fulan sebab dia menyayangi Khadijah. Al_mustadrak ‘ala shahihain jilid 4 hlm 193
Inilah yang terjadi pada umumnya bahwa untuk memberikan sesuatu pada seseorang beliau mencari perantara-perantara bagaimana mendatangkan keuntungan pada seseorang. Bisa jadi terkadang setelah mengetahui akan kondisi pun hadiah-hadiah itu ada.
Tertera dalam sebuah riwayat bahwa terkadang terjadi demikian bahwa Rasulullah saw membeli sesuatu dari seseorang dan kemudian setelah membayarnya barang itulah yang beliau berikan kepada orang itu sebagai hadiah. Beliau mengembalikannya sebagai hadiah. Pada suatu ketika beliau membeli unta dari Hadhrat Umar r.a kemudian pada saat itulah pula beliau memberikan itu kepada Hadhrat Abdullah bin umar r.a, yakni kepada putra Hadhrat Umar r.a unta itu beliau berikan sebagai hadiah. Sahih Bukhari jilid I hlm 282
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah. Pada suatu ketika saya kembali dari peperangan bersama Hudhur. Beliau bersabda bahwa barangsiapa yang lebih duluan ingin berjumpa dengan keluarganya maka dia boleh dengan cepat lebih duluan pergi berjumpa dengan keluarganya. Mendengar ini kami dengan cepat berjalan lebih duluan. Saya menunggang seekor unta hitam merah yang tidak ada noda/warna lainnya dan orang-orang berada di belakang saya. Tiba-tiba unta saya terhenti tidak mau berjalan. Maka tatkala Rasululah menyusul saya beliau bersabda, hai Jabir peganglah unta kamu dengan kuat maka beliau melecutnya dengan satu lecutan dan unta itu berjalan dan berjalan lebih dari unta orang lain. Maka Rasulullah saw bertanya kepada saya apakah kamu mau menjual unta kamu. Saya menjawab,ya, saya menjual unta saya. Hadhrat Jabir berkata bahwa tatkala saya sampai ke Madinah maka Rasulullah saw bersama sahabah datang ke mesjid. Saya datang kepada beliau dan saya mengikat unta itu dan memberitahukan kepada beliau bahwa unta Tuan sudah ada. Beliau keluar dan mengitari unta itu dan melihatnya. Kemudian beliau bersabda bahwa ini adalah unta saya. Kemudian beliau membayar unta itu dengan beberapa ons emas. Kemudian beliau menyuruh kepada orang yang membawa harga unta itu untuk memberikan bayaran unta itu kepada Jabir. Kemudian beliau sesudahnya bersabda, apakah kamu telah menerima bayar untamu. Jabir menjawab : Ya, ya Rasulullah saw ! maka beliau bersabda: Uang inipun juga milikmu dan unta inipun juga adalah milikmu. Bawalah kedua barang itu untukmu. Buklhari Kitabuljihad bab man dharaba daabbatan gairahu fil gazwi
Harta benda dunia pada pandangan beliau tidak ada nilainya. Dan setiap saat keinginan beliau adalah bahwa apapun harta yang datang saya akan bagikan kepada orang lain.
Hadhrat Abu Zar r.a meriwayatkan bahwa pada suatu saat saya sedang pergi ke Madinah bersama dengan Rasulullah saw, maka di hadapan saya ada bukit Uhud. Melihat itu Rasulullah saw bersabda: Jika datang kepada saya emas sebesar gunung Uhud sekalipun maka saya akan sangat gembira bahwa pada hari ketiga sebelum siang hari tiba saya telah membelanjakan itu di jalan Allah dan satu dinarpun tidak saya sisakan untuk diri saya. Kecuali yang saya sisakan untuk membayar hutang dan semua harta saya,saya belanjakan di jalan Allah. Beliau memberitahukan dengan mengisyarahkan ke kiri dan kenan , ke depan dan ke belakang bahwa seperti inilah saya memberikan semua harta saya. Barangsiapa yang memiliki banyak harta dia akan berada dalam kerugian pada hari Qiamat. Kecuali orang yang membelanjakannya ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang. Tetapi sangat sedikit orang yang seperti itu. Bukhari kitaburriqaq bab qaulunnabiyyi saw ma yassarani an indi mitsla uhuini dzahaban
Bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: Orang yang dermawan adalah akan berada di dekat Allah dan juga akan dekat dengan surga dan akan sangat dekat dengan orang-orang dan jauh dari neraka. Sedangkan orang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, juga jauh dari orang-orang dan jauh dari neraka. Dan seorang yang jahil lagi dermawan adalah lebih disukai oleh Allah dari orang yang rajin beribadah tetapi kikir tirmidzi kitabul birri bab ma jaa a fissakha’ yakni seorang yang bodoh tetapi dermawan adalah merupakan orang yang lebih disukai disisi Allah daripada orang yang banyak beribadah namun sangat kikir.
Inilah ajaran yang berkenaan dengan itu beliau telah melewati semua umur beliau. Tidak terhitung peristiwa berkenaan dengan kedermawanan beliau tapi tidak dapat diterangkan.
Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Akhlak Rasulullah saw menjadi sangat jelas dan teruji dalam beratus-ratus peristiwa dan kebenaran-kebenarannya menjadi terang bagaikan matahari. Dan berkenaan dengan sifat murah hati, sifat pemaaf dan kedermawanan, pengurbanan dan kemenangaan, keberanian dan sifat menjauh dari dunia serta rasa cukup dan puas atas anugerah Allah dan menghindari dari dunia itupun terang dan jelas serta bersinar-sinar di dalam pribadi Rasulullah saw ,yang perbandingannya jangankan dengan Masih, bahkan sebelum Rasulullah saw tidak pernah ada nabi seperti beliau yang akhlaknya menjadi terang dengan sempurna sedemikian rupa. Rasulullah saw tidak pernah ada tujuan dengan dunia. Dan ini merupakan akhlak yang lebih dari semua nabi sebelumnya. Sebab Allah telah membukakan hazanah yang tak terhingga kepada beliau maka beliau yang mulia telah membelajakannya semuanya di jalan Allah dan satu biji pun tidak ada yang beliau belanjakan karena rasa egois corak apapun. Beliau tidak mendirikan bangunan megah dan istana. Tetapi beliau mendirikan kamar rumah kecil bangunan gubuk kecil yang sama sekali tidak bisa dilebihkan dari rumah orang yang miskin dan beliau melewatkan umur beliau disana. Beliau telah memperlihatkan sikap berlaku baik kepada orang yang melakukan keburukan kepada beliau. Dan kepada orang-orang yang menyakiti, pada saat mereka mendapatkan kesulitan beliau mendatangkan kebahagiaan pada mereka dengan harta benda beliau. Untuk tidur kebanyakan beliau tidur dengan beralaskan sehelai tikar dan untuk tempat tinggal ada sebuah kamar gubuk kecil dan untuk makan hanya roti dari gadum atau beliau memilih lapar. Beliau dianugerahi banyak kekayaan harta dunia,namun sedikitpun beliau tidak mengotori tangan beliau dengan dunia. Dan beliau lebih memilih kefakiran dari hidup mewah dan memilih kemiskinan daripada pola hidup orang kaya. Dan mulai dari sejak beliau zahir di dunia ini hingga pada hari beliau bertemu dengan kekasih beliau Allah, kecuali majikan yang Maha mulia itu siapapun beliau angggap tidak ada artinya apa-apa.
Bersabda: Singkatnya,berkenaan dengan sikap murah hati dan kedermawanan, zuhud dan sikap merasa cukup, sifat pemberani dan keberanian dan yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah yang merupakan akhlak-akhlak mulia ituppun Tuhan yang Maha mulia telah zahirkan sedemikian rupa kepada yang mulia khatamunnabiyyin yang misalnya tidak pernah zahir di dunia dan tidak akan pernah akan zahir di masa yang akan datang. Barahin Ahmadiyyah jilid 5 Catatan kaki no.11 hlm 260-263
Kemudian beliau bersabda:
“Janganlah melekatkan hati dengan dunia, janganlah menjadi takabbur karena dunia, janganlah bakhil dan kikir di saat memiliki kekayaan dunia dan bukalah pintu murah hati kedermawanan dan sifat banyak memafkan. Dan janganlah menyatakan harta itu sebagai sarana untuk menampakkan rasa sikap egois dan janganlah jadikan kekuasaan atau pemerintahan itu sebagai alat untuk melakukan tindakan aniaya dan semena-mena. Semua akhlak ini adalah merupakan akhlak yang untuk pembuktiannya perlu syarat memiliki kekayaan dan kekuasaan.Dan pada saat itulah baru dapat sampai pada pembuktian apabila untuk manusia tersedia kekayaan dan kekuasaan kedua-duanya “.
Bersabda:”Dan berkenaan dengan itu langkah yang paling pertama adalah langkah khatamurrusul Muhammad saw . Sebab pada Rasulullah saw dengan sangat jelas kedua kondisi ini beliau jalani . Dan itu datang dengan sedemikian tertibnya yang karenanya semua akhlak Rasulullah saw menjadi terang bagaikan matahari. Dan topik وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang mulia) menjadi sempurna dan menjadi terbukti secara sempurna akhlak Rasulullah saw dari dua sisi adalah membuktikan semua akhlak para nabi. Sebab yang mulia Rasululah saw telah membenarkan kenabian dan kitab-kitab mereka. Dan menzahirkan akan kedekatan mereka dengan Allah. BarahinAhmadiyah hlm 266-282 Catatan kaki no.11
Qamaruddin Syahid