Diterbitkan 25 November 2015
Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan dampak mengerikan perang nuklir, pada saat Jepang memperingati masa 70 tahun semenjak serangan Hiroshima dan Nagasaki.
Pada tanggal 23 November 2015, Pemimpin Internasional Jemaat Muslim Ahmadiyah, Khalifah Kelima, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, menyampaikan pidato utama dalam acara resepsi khusus penyambutan kunjungan beliau di Hotel Hilton di Odaiba, Tokyo.
Lebih dari 60 tamu menghadiri resepsi tersebut, dimana Huzur menyampaikan terkait serangan nuklir yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki 70 tahun yang lalu dan menggambarkan hal tersebut sebagai “serangan yang merupakan aib bagi kemanusiaan”.
Berbicara tentang karakteristik peperangan modern di dunia saat ini, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Di dunia modern, lingkup peperangan jauh lebih luas dibanding era sebelumnya. Konflik di salah satu bagian dunia tidak hanya berdampak secara terbatas atau lokal, namun efek dan dampaknya akan menyebar lebih luas. Media massa dan sarana komunikasi saat ini, telah mengubah dunia menjadi sebuah kampung global. “
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:
“Selama bertahun-tahun saya telah peringatkan agar dunia menyadari bahwa akibat dari perang di satu wilayah dapat mempengaruhi perdamaian dan keharmonisan di bagian dunia yang lain.”
Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah mengatakan, diperkirakan bahwa sedikitnya 70 juta orang tewas dalam Perang Dunia II dimana persenjataan pada saat itu, daya rusaknya jauh lebih kecil dibanding persenjataan yang tersedia saat ini.
Huzur mengatakan bahwa hal ini adalah sumber keprihatinan besar bagi dunia, dan beliau menyampaikan kekhawatirannya bahwa senjata nuklir akan kembali digunakan.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Di saat negara-negara besar menyimpan senjata nuklir sebagai alat pencegahan, namun tidak ada jaminan bahwa negara-negara yang lebih kecil akan menahan diri seperti halnya negara besar. Kita tidak bisa menerima begitu saja klaim bahwa mereka tidak akan pernah menggunakan senjata nuklir. Dengan demikian, sangat jelas bahwa dunia saat ini sedang berada di ambang bencana. “
Berbicara tentang penggunaan senjata nuklir terhadap Jepang, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Tahun ini menandai 70 tahun sejak hari-hari yang memilukan dalam sejarah, ketika bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki yang menimbulkan kehancuran, penderitaan dan siksaan pada bangsa Anda (Jepang).”
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:
“Bangsa Anda (Jepang) harus menghadapi kehancuran dan kesedihan paling mengerikan ketika ratusan ribu warga Anda terbunuh tanpa ampun dan dua dari kota Anda dihancurkan dan dimusnahkan dalam serangan nuklir yang merupakan aib bagi kemanusiaan.”
Berbicara tentang bagaimana sejarah Jepang memposisikan bangsanya secara unik, dalam rangka memahami luka dan penderitaan peperangan, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Anda (bangsa Jepang) adalah orang-orang yang sangat memahami dampak mengerikan dan merusak dari senjata nuklir. Anda adalah orang-orang yang mengetahui bahwa efek samping senjata tersebut tidak terbatas pada satu generasi, tetapi akan terus mempengaruhi generasi yang akan datang. Anda adalah orang-orang yang bisa memberikan kesaksian keganasan senjata nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, mungkin tidak ada negara yang lebih mengetahui betapa berharganya perdamaian dan keamanan selain dari orang-orang Jepang. “
Huzur mengutip sabda-sabda dari Khalifah Kedua Jemaat Muslim Ahmadiyah, Yang Mulia Hazrat Mirza Bashir-ud-din Mahmood Ahmad terkait serangan nuklir pada Jepang.
Yang Mulia, Khalifah Kedua mengatakan:
“Ajaran agama dan moral kami meminta kami untuk menyatakan kepada seluruh dunia bahwa tindakan dan pertumpahan darah yang mengerikan tersebut tidak dapat dibenarkan untuk alasan apapun. Tidak ada pengaruhnya bagi saya bila ada pemerintah tertentu yang tidak suka dengan apa yang saya katakan. “
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengecam sanksi pasca-perang yang diberlakukan terhadap Jepang, dan seperti dikutip dari pidato Menteri Luar Negeri Pakistan yang pertama, Sir Chaudhry Muhammad Zafrullah Khan yang merupakan seorang Muslim Ahmadi, yang disampaikan dalam Konferensi Perdamaian San Francisco tahun 1951, dimana beliau secara terbuka menentang pemberlakuan sanksi terhadap Jepang.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Terkait kesimpulan dari Perang Dunia II, Sir Chaudhry Muhammad Zafrullah Khan berbicara sekaligus mengecam upaya-upaya oleh kekuatan tertentu untuk memberi sanksi yang tidak adil pada Jepang. Pidato beliau dalam Konferensi Perdamaian San Francisco tersebut didasarkan pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. “
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:
“Chaudhry Zafrullah Khan menyampaikan pernyataan bersejarah ini dalam rangka membela Jepang karena beliau sebagai seorang Muslim Ahmadi, beliau bukan hanya mewakili Negara Pakistan, tapi yang terpenting beliau mewakili ajaran Islam yang mulia.”
(Huzur) Menggambarkan keadaan dunia saat ini:
“GENTING”
dan
“Keprihatinan besar”,
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Meskipun Perang Dunia Ketiga belum secara resmi berlangsung, namun pada kenyataannya perang global sudah terjadi. Di seluruh penjuru dunia pria, wanita dan anak-anak dibunuh, disiksa dan mengalami kekejaman yang memilukan. “
Seruan beliau kepada Jepang agar memainkan peranan penting dalam mendorong perdamaian dan keamanan internasional, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Pada setiap tingkat dan dalam setiap cara yang memungkinkan, Pemerintah Jepang harus berusaha untuk melawan dan mencegah segala bentuk kebiadaban, penganiayaan dan ketidakadilan. Mereka (pemerintah Jepang) harus berusaha untuk memastikan bahwa serangan keji yang pernah mereka alami tidak akan pernah terulang lagi di masa depan di mana saja di dunia. Dimanapun api perang terpicu, para pemimpin dan rakyat Jepang harus memainkan peranannya dalam mengurangi ketegangan dan membangun perdamaian. “
Kemudian dalam pidatonya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengutip beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang membuktikan komitmen Islam dalam perdamaian, toleransi dan kebebasan beragama. Beliau mengatakan bahwa Islam tidak mengizinkan perang demi “geo-politik” atau “keuntungan ekonomi” dan (Islam mengajarkan) bahwa semua negara harus diperbolehkan makmur dan berkembang.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Tuhan kita Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang telah memberi kita kunci perdamaian, karena Dia ingin semua ciptaan-Nya hidup bersama secara harmonis dan terbebas dari segala kebencian dan perpecahan.”
Menguraikan tentang harapannya untuk masa depan, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Marilah kita memenuhi semua kewajiban kita dan bergabung bersama-sama. Daripada berkumpul dalam berbagai blok-blok yang saling bertentangan, kita semua harus bersatu dan bekerja sama dengan satu sama lain. Kita tidak memiliki pilihan lain, karena jika Perang Dunia Ketiga yang berskala besar sampai meletus, maka kehancuran dan jejak kerusakan yang dihasilkan tidak terbayangkan. Kita sudah pasti akan menilai bahwa perang-perang di masa lalu tidak ada artinya dibanding perang yang akan terjadi nanti.
Sebagai penutup, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Semoga Allah memberikan kebijaksanaan dan kecerdasan kepada mereka yang menimbulkan konflik atas nama agama, atau yang sedang melakukan perang demi manfaat geo-politik atau ekonomi. Semoga mereka menyadari bahwa usaha-usaha mereka sangat tidak masuk akal dan merusak. “
Sebelum pidato Huzur, dua pembicara tamu pun telah memberikan sambutan.
Dr Mike Sata Yasuhiko PhD, Pimpinan grup industri Tokibo, mengatakan:
“Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan perdamaian di dunia. Perdamaian dan dialog antar-agama adalah misi hidupnya. Adalah impian saya bila Yang Mulia pindah ke Jepang secara permanen sehingga ajaran Islam sejati dapat mendarah daging di negara kita. “
Tn. Endo Shinichi, dari Tohoku, wilayah yang paling terkena dampak gempa bumi dan tsunami 2011, mengatakan:
“Dukungan dan bantuan yang diberikan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah di Jepang ketika gempa bumi terjadi empat tahun lalu, adalah sesuatu yang tidak pernah dapat kami lupakan. Anda membantu kami ketika kami sedang benar-benar membutuhkan bantuan. Karena bantuan dan kasih sayang anda (Jemaat Ahmadiyah), banyak dari kami yang masih hidup dan kami tidak akan pernah mampu membalas hutang budi ini. “
Huzur kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta yang hadir tentang ajaran Islam yang sejati. Acara akhirnya ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Huzur.
Tel/Fax: (44) 020 8544 7678 Email: media@pressahmadiyya.com
Ahmadiyya Muslim Community
Press & Media Office
URL sumber: khalifaofislam.com