Juru Selamat Semua Bangsa

قُل إِن كانَ آباؤُكُم وَأَبناؤُكُم وَإِخوانُكُم وَأَزواجُكُم وَعَشيرَتُكُم وَأَموالٌ اقتَرَفتُموها وَتِجارَةٌ تَخشَونَ كَسادَها وَمَساكِنُ تَرضَونَها أَحَبَّ إِلَيكُم مِنَ اللَّهِ وَرَسولِهِ وَجِهادٍ في سَبيلِهِ فَتَرَبَّصوا حَتّىٰ يَأتِيَ اللَّهُ بِأَمرِهِ ۗ وَاللَّهُ لا يَهدِي القَومَ الفاسِقينَ
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak kamu, anak-anak laki-laki kamu, saudara-saudara laki-laki kamu, istri-istri kamu, kaum keluarga kamu, harta benda yang telah kamu upayakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu sukai, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah, rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang durhaka”.
[QS. At-Taubah, 9 : 24]
Bencana Mencapai Puncaknya
Sungguh mengerikan kerusakan alam dan manusia di zaman sekarang. Hampir setiap saat orang dapat menyaksikan bencana alam, peperangan, teror, berbagai macam kejahatan, kemaksiatan, penyakit dan kecelakaan yang terjadi diluar dugaan. Ini semua mengingatkan kita pada peringatan Imam Mahdi kita seratus tahun yang lalu. Sabda beliau as, “Sungguh kerusakan zaman kita telah mencapai puncaknya” (Nurul-Haq I, halaman 2). “Bencana wabah penyakit yang ganas sungguh-sungguh sudah dekat dari rumahmu dan tak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang” (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 31), karena: “Hanya iman yang mampu menyelamatkan kamu dari berbagai macam bala bencana tersebut”. (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 9). Dan, “Kerjakan ibadah yang mampu mengorbankan nafsu amarah yang menjadi biangnya penyesalan”. (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 2).
Menurut Al-Quran, kerusakan akhlak umat manusia yang sangat mengerikan itu disebabkan oleh ulah hawa nafsu yang lepas dari kendali iman, yang menjerumuskan manusia menjadi makhluk yang tidak pantas disebut sebagai manusia (QS. Ad-Dahr, 76 :2) [1], karena perbuatan mereka laksana perbuatan binatang, bahkan lebih rendah dan hina lagi. Oleh karena itu, Imam Mahdi as menasihatkan:
وَالْمَوْتُ خَيْرٌلِّلْفَتٰى مِنْ عِيْشَةٍ عِيْشَ الْبَهَائِمِ
“Kematian itu lebih baik bagi seorang pemuda daripada kehidupannya yang seperti kehidupan binatang ternak.” (Al-Istifta, halaman 44).
Sebab menurut Al-Quran perbuatan yang mengumbar hawa nafsu itu tidak hanya merusak diri dan menumpuk dosa yang pada suatu saat akan menyiksa diri sendiri, tetapi juga merugikan dan merusak manusia dan alam sekitarnya. Karena itu arus fitnah dan bencana ini setiap saat mengancam umat manusia, dan cara menyelamatkan diri dan keluarga dari fitnah dan bencana tersebut Allah swt telah membangkitkan Juru Selamat yang tiga belas abad sebelumnya telah dikabarkan kedatangannya dalam Al-Quran (QS 24:56, 36:21, 62: 4) dan Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw. (HR. Bukhari 65:62, Abu Daud 35:4, dan Ad-Daruqutni, halaman 188).
Imam Mahdi as Juru Selamat Zaman Akhir
Nama Juru Selamat itu adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as beliau telah mendakwahkan diri sebagai Al-Mahdi (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 31) yang datang ke dunia ini untuk menegakkan manusia di atas tauhid dan shalat. Beliau as bersabda:
جِئْتُ لِاُقِيْمَ النَّاسَ عَلَى التَّوْحِيْدِ وَالصَّلَاةِ
“Aku datang untuk menegakkan manusia di atas tauhid dan shalat.” (Al-Istifta, halaman 45).
Tujuan Imam Mahdi as menegakkan manusia di atas tauhid dan shalat agar ia meyakini dan merasakan kemurahan dan perlindungan Allah Swt dan mampu menghindarkan diri dari segala bentuk dan macam kemusyrikan dan kerusakan akhlak serta kehilangan sopan santun. Bahkan agar ia senang berkomunikasi dengan-Nya, karena terdorong rasa cinta dengan melakukan “ibadah yang bisa menyelamatkan dari kerugian dan penyesalan hidup. Ini merupakan penyembelihan nafsu amarah” (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 2). Jamaah Islam Ahmadiyah didirikan sebagai satu sarana untuk menghimpun orang-orang yang siap melayani agama Islam, agar Allah swt berkenan menyelamatkan mereka dari mati tenggelam terbawa oleh arus fitnahnya Dajjal dan hawa nafsu, yang cepat mengundang permusuhan, peperangan, kejahatan, kemaksiatan, penyakit, kehilangan budi-pekerti, kecelakaan dan bencana alam yang terjadi di luar perhitungan akal.

Tekad para Pengikut Imam Mahdi as
Mereka yang setuju kepada Islam yang telah dihidupkan kembali oleh Imam Mahdi as, telah mempelajari syarat-syarat (janji) baiat dan menerima segala akidah Islam yang dijelaskan kembali oleh beliau, segala petunjuk yang penting serta kewajiban yang terkait bisa menyampaikan permohonan baiat kepada Imam Jamaah Islam Ahmadiyah, Hadhrat Khalifatul-Masih sebagai penerusnya, sebagaimana yang diajarkan oleh Allah swt dalam (QS 48:11 dan QS. 60:13). Setiap orang yang berbai’at pasti berjanji dengan hati tulus untuk melaksanakan ajaran Islam berikut ini:
- Akan menjauhi syirik sampai mati
- Tidak akan mendekati zina, bicara bohong, memandang orang lain dengan nafsu birahi, menjauhi diri dari segala macam kedurhakaan, kejahatan, aniaya dan khianat; tidak mengadakan pemberontakan, tidak membuat huru-hara serta tidak akan tunduk kepada keinginan hawa nafsu.
- Akan senantiasa menegakkan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Taala dan pelajaran Rasul-Nya yang mulia saw, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa menegakkan shalat tahajjud; memohonkan rahmat atas Nabi saw (shalawat); memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa (istighfar); akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus (tasyakur); serta memuji dan menyanjung-Nya dengan hati yang penuh rasa cinta (tahmid)
- Tidak akan menyakiti seorangpun dari makhluk Allah, teristimewa kaum muslimin karena terdorong hawa nafsu, baik dengan tangan, lisan maupun dengan cara-cara lainnya.
- Akan tetap setiap kepada Allah swt dan senang menerima keputusan-Nya dalam segala keadaan – baik susah ataupun senang, baik sulit ataupun mudah, baik musibah ataupun nikmat; dan bersedia menerima caci maki, kehinaan dan penderitaan di jalan-Nya; tidak akan memalingkan muka dari Allah di saat menderita, bahkan akan terus berjalan maju untuk mendekati-Nya.
- Akan menjauhkan diri dari kebiasaan buruk yang menuruti hawa nafsu, lamunan palsu dan menerima setiap hukum dan ajaran Al-Quran yang agung di atas dirinya, serta menjunjung tinggi firman Allah swt dan sabda Rasul-Nya saw sebagai pedoman semua langkah hidupnya.
- Akan menjauhkan diri dari kesombongan, sebaliknya akan hidup dengan rendah hati, bergaul dengan sesama manusia serta beradat-istiadat dengan lemah lembut dan akhlak yang baik.
- Akan menjunjung tinggi dan memuliakan agama Islam, melebihi jiwa, harta dan anak-anaknya.. serta dari setiap yang dicintai.
- Akan memberi pertolongan kepada semua makhluk Allah swt dengan belas kasih semata-mata untuk mencari ridha-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan membelanjakan setiap kekuatan dan nikmat pemberian Allah itu untuk kebaikan dan manfaat bagi mereka.
- Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud” dengan ikatan persaudaraan yang tulus kepada Allah swt, dalam menaati setiap perkara kebaikan yang diperintahkan; berdiri diatas perjanjian ini sampai mati; dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi… baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja.
(Isytihar Takmil Tabligh, dikutip dari Majalah At-Taqwa, Volume No.9, Issue No.6, Oktober 1996).
Kiat-kiat Mencari Ridha Allah Rabbul-Izzati
Imam Mahdi as menjelaskan dalam buku Filsafat Ajaran Islam sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Hadits bahwa orang yang ingin mengabdi kepada Allah Swt dengan senang dan yakin akan mendapat karunia kenikmatan apabila ia mampu menempuh delapan jalan (sarana) berikut ini:
- Mengenal Allah swt lebih dahulu, sebab seseorang yang mengabdi kepada-Nya harus mempunyai persepsi yang benar tentang Allah swt yaitu satu-satunya Tuhan yang berhak untuk dimintai do’a (QS, 1:6), karena Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Semua wujud selain Allah swt tidak dapat mengabulkan doanya. Ibarat orang kirim surat, tetapi tidak tahu nama dan alamat orang yang dituju. Sehingga Allah swt menggambarkan mereka itu seperti orang yang selalu membuka telapak tangannya ke dalam air, “Wahai air, datanglah ke mulutku!” Apakah air itu datang ke mulutnya? Sekali-kali tidak! Jadi, siapa saja yang tidak mengetahui Allah swt, maka semua doa mereka menjadi sia-sia belaka (QS, Ar-Ra’du, 13 : 15).
- Mendapat gambaran yang jelas tentang keindahan Allah swt. Sebab, hati sanubari manusia secara alami tertarik kepada sesuatu yang tampak indah; dan dengan menyaksikan keindahan, keharuan cinta akan bangkit dalam hati sanubarinya. Adapun keindahan Allah swt itu terletak pada Keesaan-Nya, Kebesaran-Nya, Kemuliaan-Nya dan sifat-sifat-Nya yang terlukis dalam surah Al-Ikhlas (QS 112 : 2-5).
- Mengenal kemurahan Allah swt, sebab perangsang yang dapat membangkitkan rasa cinta ada dua hal, yaitu keindahan dan kemurahan sebagaimana lukisan kemurahan Allah swt yang tertera dalam Al-Quran surah Al-Fatihah dan Ibrahim (QS 1:3-5 dan QS 14:33-35).
- Seringkali Allah swt menyuruh manusia berdoa supaya mereka berhasil mencapai tujuan mereka, bukan karena kekuatan diri sendiri, melainkan berkat pertolongan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Mukmin (QS 40:61).
- Mujahadah, yaitu semangat juang mencari Allah swt dengan cara membelanjakan harta dan mengorbankan jiwa pada jalan-Nya dan menggerakkan seluruh kecakapan pada jalan tersebut sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, At-Taubah, dan Al-Ankabut (QS 2:4 ; 9:41 dan 29: 6-7).
- Istiqamah, yaitu orang yang harus gigih dalam berupaya, tanpa mengenal bosan, tidak patah semangat atau menyerah, tidak mengenal lelah dalam berjuang mencari Allah swt dan tidak gentar dan takut menghadapi ujian dan permusuhan dari orang-orang yang tidak menyukainya, sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Fatihah, Al-A’raf dan Ha Mim (QS 1:6-7; QS 7:126 dan QS 41:31-33).
- Bergaul dengan orang-orang yang tulus atau shiddiq. Sebab pergaulan dengan orang-orang yang tulus dan memperhatikan contoh-contoh perbuatan mereka yang sempurna dapat memberikan rangsangan yang kuat untuk mengobarkan gairah dan menggelorakan semangat. Karena itu, Allah swt menyuruh kita supaya bergaul dengan orang-orang yang tulus. (QS 1:7 dan QS 9:119).
- Kasyaf, ilham dan ru’ya salehah. Menempuh jalan menuju Allah swt adalah sangat pelik dan tidak kosong dari berbagai macam kesusahan dan penderitaan. Oleh karena itu, rahmat Allah swt menghendaki agar di dalam perjalanan itu Dia pun terus-menerus memberi hiburan dan membesarkan hati serta mendorong semangat dan menghidupkan gairah manusia melalui kasyaf, ilham dan ru’yah shalehah, yaitu: salah satu bentuk atau cara komunikasi Allah swt kepada manusia yang Dia kehendaki sebagai realisasi janji-Nya dalam surah Yunus (QS 10 : 63-65 dan QS 42 : 52).
Semoga dengan memahami uraian singkat di atas akan tumbuh rasa cinta yang bergelora kepada Allah swt dan berkembang dalam hati sanubari pembaca untuk mengabdi kepada-Nya dan diberi taufik untuk bergabung dengan orang-orang yang tulus dalam sebuah Bahtera yang telah didirikan Imam Mahdi as atas perintah Allah swt di zaman akhir ini dalam wadah Jamaah Islam Ahmadiyah, demi keselamatan diri kita, keluarga kita serta umat Islam dan kejayaannya. Beliau as bersabda:
وَقَدْ اَوْحٰى اِلَىَّ مِنْ رَبِّيْ قَبْلَ اَنْ يُّنَزِّلَ الطَّعُوْنَ اَنْ اَصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلاَ تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا اَنَّهُمْ مُغْرَقُوْنَ
“Dan sungguh saya telah diberi wahyu dari Tuhanku sebelum Dia menurunkan (wabah) ta’un: ‘Buatlah Bahtera[2] dengan pengawasan Kami dan wahyu Kami, dan janganlah kamu mengadukan kepada-Ku tentang orang-orang yang telah berbuat aniaya, sebab sesungguhnya mereka itu kaum yang ditenggelamkan” (Al-Khutbah Al-Ilhamiyah, halaman 31).
Sektab PB JAI, Cet. 1. 2017
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Badan Hukum Penetapan Menteri Kehakiman RI No.JA 5/23 Tanggal 13-3-1953
Jl. Balikpapan I/10 Jakarta 10130
Telp.(021) 6321631, 68737052, Fax. (021) 6321640
[1] Penulisan nomor ayat Al-Quran dalam brosur ini berdasarkan Hadits Nabi Besar Muhammadsaw. riwayat sahabat, Ibnu Abbasra yang menunjukkan bahwa setiap Basmalah pada tiap awal surah adalah ayat pertama dari surah itu.
كَنَا لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتّٰى يَنْزِلَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Nabi Muhammadsaw. tidak mengetahui pemisahan antara surah itu sehingga bismillaahirrahmaanirrahiim turun kepada beliausaw..” [HR. Abu Daud, “Kitab Shalat” dan Al-Hakim dalam “Al-Mustadrak”]
[2] Maksudnya, Jamaah Islam sebagai wadah para pengikut beliau ‘Alaihis-salaam