Rukun Iman yang ke lima adalah beriman kepada hari akhirat, Al-Qur’an menyebutkan di dalam Surah Ali ‘Imran: 115, sebagai berikut:
يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Mereka beriman kepada Allah swt. dan Hari Akhir dan mereka menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan dan mereka berlomba-lomba dalam pelbagai kebajikan. Dan, mereka termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ali-Imran [3]:115)
Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya: Dari ‘Umar bin Khattâb r.a, ia berkata: “Kami sedang bersama Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallām lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Hingga dia mendatangi Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallām, lalu menempelkan lututnya pada lutut beliau dan meletakankan kedua telapak tangannya pada paha beliau, kemudian dia bertanya: ‘Apakah iman itu?’ Rasulullah s.a.w menjawab: ‘Engkau beriman kepada Allah dan Malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan takdir baik dan buruk. (HR Tirmizi, Kitab Iman, bab Jibril menggambarkan tentang Iman dan Islam kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallām)
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihissalām bersabda:
Dan kami beriman kepada malaikat, hari Kebangkitan, Surga dan Neraka (Nurul-Haqq, Juz I, hal. 6)
Kami beriman bahwa kebangkitan sesudah mati itu benar, surga dan neraka itu benar dan segala apa yang ada di dalam Al-Qur’an itu benar dan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah semulia-mulia Nabi dan penghulu semua Rasul (Muhammad) itu benar, dan siapa saja yang menuduh kami dengan perkara yang menyalahi syari’at dan Al-Qur’an walaupun sedikit, maka sungguh dia telah mengadakan kedustaan yang nyata kepada kami (Tuhfah Baghdad, hal. 25)
Pada buku lain beliau menulis:
“Tuhan adalah Tuhan yang amat setia dan bagi mereka yang tetap setia, Dia menampakkan kejadian-kejadian ajaib. Dunia ingin menelan mereka dan tiap lawan mau menghancurkan mereka, tetapi Dia yang menjadi kawan mereka, menyelamatkan mereka dari tiap tempat kemusnahan dan menganugerahi mereka kemenangan dalam tiap-tiap medan. Alangkah bahagianya orang yang tidak melepaskan hubungannya dengan Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman. Kita telah mengenal Dia. Dia-lah Tuhan bagi seluruh dunia dan Dia-lah yang telah menurunkan wahyu kepadaku dan yang telah memperlihatkan bagiku tanda-tanda perkasa, yang telah mengutusku sebagai Masih Mau’ud untuk zaman ini. Selain Dia tidak ada Tuhan lagi, tidak di langit tidak pula di bumi. Barang siapa tidak beriman kepada-Nya, jauhlah ia dari kebahagiaan dan ia ada dalam cengkeraman kemalangan. Kami telah menerima wahyu dari Tuhan kami laksana matahari berkilau-kilauan. Kami telah menyaksikan-Nya, bahwa Dia-lah Tuhan seluruh alam dan tiada Tuhan selain Dia. Sungguh perkasa lagi berdiri sendiri Tuhan yang kami jumpai itu!
Betapa hebatnya kekuasaan-kekuasaan yang dimiliki Tuhan yang telah kami saksikan. Sesungguhnya di hadapan Dia tiada sesuatu yang mustahil kecuali apabila itu bertentangan dengan Kitab-Nya dan dengan janji-Nya. Maka, apabila kamu berdoa, janganlah hendaknya kamu berdoa seperti yang dilakukan orang-orang naturalis yang jahil, yang telah merancang suatu hukum kodrat alam menurut daya khayal mereka sendiri yang tidak mendapat pengesahan Kitab Ilahi. Mereka itu mardud (tertolak), doa-doa mereka sekali-kali tidak akan terkabul. Mereka itu buta, tidak melihat. Mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu hukum yang mereka rancang sendiri dan mereka membatasi kodrat-kodrat-Nya yang tidak terhingga itu dan menganggap-Nya lemah. Maka mereka akan diperlakukan sesuai dengan keadaan mereka sendiri. Akan tetapi apabila kamu sekalian berdiri untuk memanjatkan doa, maka terlebih dahulu kamu wajib meyakini bahwa Tuhanmu berkuasa atas tiap sesuatu – sesudah itu baru doa-doamu akan terkabul, dan kamu akan menyaksikan keajaiban-keajaiban kodrat Ilahi yang telah kami lihat. Dan kesaksian kami adalah berdasar ru’yat (penglihatan) sendiri dan bukan berdasarkan kisah cerita. Bagaimanakah doa-doa orang semacam itu terkabul, dan juga, bagaimanakah ia akan mempunyai keberanian untuk memanjatkan doa waktu ia dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan besar kalau ia tidak percaya bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu? Sebab, hal itu bertentangan dengan hukum kodrat yang dibuatnya sendiri. Akan tetapi wahai orang-orang budiman! Hendaklah kamu jangan berbuat seperti itu! Tuhanmu adalah Wujud, yang menggantungkan bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya di cakrawala itu tanpa tiang sebatang pun dan telah menciptakan bumi dan langit dari serba tiada. Apakah kamu berprasangka terhadap Dia, bahwa Dia tidak akan berdaya untuk memenuhi keperluanmu? Tuhan berkuasa mengerjakan tiap sesuatu. Ya, Kitab Ilahi mengemukakan peraturancberkenaan dengan doa, bahwa Dia memperlakukan manusia yang saleh dengan amat kasih sayang bagaikan seorang sahabat. Yakni, adakalanya Dia melepaskan kehendak-Nya sendiri dan mengabulkan doa orang itu. Sebagaimana Dia sendiri berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ
“Berdoalah kepada-Ku dan Aku akan mengabulkan doamu” (QS. Al-Mu’min [40]:61)
Dan adakalanya Dia ingin agar kehendak-Nya-lah yang diikuti. Sebagaimana Dia berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Niscaya Kami akan menguji kamu sekalian dengan suatu ketakutan dan kelaparan”(Al-Baqarah [2]: 156),
Hal demikian niscaya dilakukan-Nya agar kadang-kadang Dia memperlakukan manusia sesuai dengan doanya untuk memberi kemajuan kepadanya dalam keyakinan dan kemakrifatan. Dan kadangkala Dia berlaku menurut kehendak-Nya sendiri dan menganugerahkan kepada orang itu baju kehormatan ridha-Nya serta mengangkat martabatnya serta dengan mencintai orang itu Dia memberi kemajuan kepadanya pada jalan petunjuk. Bahkan prasangkamu itu sendirilah yang akan merugikan dirimu. Dalam wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak terhingga banyaknya. Akan tetapi hanya merekalah yang menjadi kepunyaan-Nya berkat ketulusan serta kesetiaan mereka dapat melihat keajaiban-keajaiban itu. Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada orang yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya dan tidak setia dengan kesungguhan hati kepada-Nya. Alangkah malangnya manusia itu yang hingga kini belum mengetahui juga bahwasanya ia mempunyai Satu Tuhan yang berkuasa atas tiap sesuatu. Surga kita adalah Tuhan kita. Puncak kelezatan kita terletak pada Tuhan kita, sebab kami telah melihat-Nya dan segala kejuitaan nampak pada wujud-Nya. Harta ini patut dimiliki walaupun untuk memilikinya harus dengan jalan mempertaruhkan jiwa. Ratna mutumanikam (intan) ini patut dibeli sekalipun untuk memperolehnya harus dengan jalan meniadakan segala wujud kita.
Wahai orang-orang yang merugi! Bergegaslah lari menuju Sumber mata air ini agar oleh mata air ini dahagamu akan dilepaskan. Inilah Sumber mata air kehidupan yang bakal menyelamatkan kamu sekalian. Apakah gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini kepada setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana jenisnya harus ku umumkan di pusat-pusat keramaian bahwa inilah Tuhan-mu agar orang dapat mendengar? Dengan obat apakah harus kuobati telinga orang-orang agar jadi terbuka untuk mendengarnya?” (Ajaranku, hal 18-19, Yayasan Wisma Damai 1996, Indonesia)