Untuk shalat Tahajud, tidur dan bangun adalah hal yang penting.
Setelah bangun untuk shalat Tahajud, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam membersihkan giginya dengan siwak (Sahih Bukhari, Kitab Tahajud) dan berwudhu.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat Tahajud dengan beragam cara – terkadang beliau melaksanakannya dua rakaat, dan terkadang beliau melaksanakan empat rakaat sekaligus. Terkadang beliau melaksanakan beberapa rakaat secara singkat dengan bacaan pendek, dan terkadang beliau memperpanjangnya. Terkadang beliau melaksanakan beberapa rakaat Tahajud lalu tidur, lalu bangun, dan setelah berwudhu kembali, beliau melanjutkan shalat Tahajud.
Untuk shalat Tahajud, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan delapan rakaat yang masing-masing terdiri dari dua rakaat dua rakaat, kemudian shalat Witir – jadi total sebelas rakaat. Terkadang beliau juga mengerjakan dua kali empat rakaat dan shalat Witir.
Disebutkan pula dalam hadits bahwa beliau terkadang mengerjakan dua rakaat lagi setelah shalat Witir – sehingga menjadi 13 rakaat.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terkadang mengerjakan salat Tahajud di awal malam, terkadang di tengah malam, dan juga di akhir malam. Terdapat berbagai riwayat.
Kita tahu dari hadis juga bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berbaring, memejamkan mata, dan tidur sebentar setelah salat Tahajud hingga azan Subuh dikumandangkan.
Jika seseorang belum mengerjakan shalat Witir, maka hendaknya ia mengerjakannya di akhir waktu Tahajud agar Tahajudnya berjumlah ganjil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى مِنَ اللَّيْلِ فَلْيَجْعَلْ آخِرَ صَلاَتِهِ وِتْرًا قَبْلَ الصُّبْحِ
”Barangsiapa yang shalat malam [Tahajjud], hendaknya menjadikan witir sebagai akhir shalatnya sebelum fajar.” (Sahih Muslim, Kitab Shalatil Musafiriina wa Qashriha)
https://www.alislam.org/question/how-to-offer-tahajjud-prayer