Meningkatkan Keberkahan Harta – Peluncuran Tahrik Jadid Tahun ke-92
Khotbah Jumat Sayidina Amirulmukminin, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih Al-Khamis ayyadahullāhu ta’ālā binashrihil ‘azīz, pada 7 November 2025 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford (Surrey), UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهٗ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَأَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ١ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ٢ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ٣ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ٥ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ٦ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ٧
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Terjemahan ayat ini adalah: “Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipatgandakan ganjaran-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas karunia-Nya, dan Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 262)
Dengan karunia Allah Taala, tahun keuangan baru Tahrik Jadid jemaat dimulai sejak tanggal 1 November. Maka dari itu, tahun baru Tahrik Jadid diumumkan dan pengorbanan harta yang telah dilakukan oleh segenap jemaat di tahun lalu juga disebutkan. Demikian pula, akan diterangkan tentang pentingnya pengorbanan harta. Sebelum menyampaikan hal ini, saya akan menjelaskan secara singkat latar belakang Tahrik Jadid sebelum berbicara tentang pentingnya pengorbanan.
Tahrik Jadid dimulai pada tahun 1934. Ada beberapa Ahmadi baru, para pemuda, dan anak-anak yang mungkin belum tahu, oleh karena itu saya jelaskan bahwa Tahrik Jadid, seperti yang saya sebutkan, dimulai pada tahun 1934 yang dicanangkan oleh Hazrat Muslih Mau’ud r.a. Latar belakangnya adalah bahwa pada waktu itu golongan Ahrar telah menimbulkan fitnah dan bahaya besar terhadap jemaat. Ada badai penentangan, dan slogan mereka adalah, “Kami akan menghapus Ahmadiyah dari muka bumi ini. Qadian juga tidak akan tersisa namanya. Kami akan menghancurkannya hingga rata dengan tanah”. Demikian pula, ada rencana untuk merusak kehormatan Bahesyti Maqbarah di mana terdapat makam Hazrat Masih Mau’ud a.s. Ini adalah hal yang biasa bagi mereka, para penentang. Pada saat itu pun, pemerintah tidak memberikan perlindungan kepada jemaat sebagaimana seharusnya, bahkan lebih tepat dikatakan bahwa pemerintah mendukung para penentang.
Pada saat seperti itu, Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menggerakkan jemaat untuk menyediakan dana agar jemaat dapat menyampaikan pesan Islam dan Ahmadiyah ke seluruh penjuru dunia, dan memperkuat nizam jemaat sehingga kita dapat mengatasi rencana buruk dan fitnah para penentang, dan membuktikan bahwa propaganda yang dilakukan terhadap jemaat adalah salah, dan tidak hanya membuktikan kesalahan mereka tetapi juga dengan ini menunaikan kewajiban tablig, karena sampai saat itu kita belum menunaikan hak tablig sebagaimana seharusnya. Maka dengan pemikiran ini, Hazrat Muslih Mau’ud r.a. mengumumkan Tahrik Jadid dan juga menyatakan bahwa kita harus menyebarkan pesan Islam dan Ahmadiyah baik di dalam negeri maupun di dunia agar penentang tidak berusaha merusak rencana kita di mana pun. Jika ada perlawanan di satu tempat, maka di tempat lain akan tampak kemajuan dan nizam jemaat terus berkembang.
Dengan karunia Allah Taala, hari ini kita melihat bahwa tablig Ahmadiyah dan Islam sejati telah sampai ke semua negara di dunia, dan para mubalig kita berkhidmat di mana-mana. Di berbagai negara di dunia, kita telah membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan rumah sakit-rumah sakit. Para mubalig mendapat taufik untuk berkhidmat. Literatur jemaat disebarkan, studio MTA (selain studio pusat) tersebar di berbagai negara di dunia. Stasiun-stasiun radio didirikan. Meskipun semua pekerjaan ini, sebagian besar biayanya juga dipenuhi dari candah-candah lainnya, tetapi Tahrik Jadid menjalankan peran yang sangat penting dalam hal ini. Di bawah Tahrik Jadid, mubalig-mubalig telah disiapkan di dunia, dan dengan karunia Allah Taala, Jamiah telah didirikan di sekitar enam atau tujuh negara di dunia di mana para mubalig disiapkan dan kemudian disebar di dunia untuk melakukan pekerjaan tablig Islam dan Ahmadiyah.
Pernyataan golongan Ahrar adalah bahwa mereka akan menghancurkan Qadian hingga rata dengan tanah, akan menghapus Ahmadiyah dari muka bumi, dan hingga hari ini slogan ini terus dilontarkan oleh para penentang kita. Setiap harinya, bahkan beberapa hari yang lalu di Rabwah ada acara mereka, ada pertemuan di mana mereka juga melontarkan slogan yang sama. Maka, dengan karunia Allah Taala, jawaban atas slogan-slogan ini diberikan setiap tahun melalui kemajuan jemaat. Orang-orang yang masuk jemaat dengan baiat adalah jawabannya, dan saat ini, jemaat yang telah tersebar di 220 negara adalah jawabannya, bahwa lihatlah, kalian melontarkan slogan bahwa Ahmadiyah akan sirna dari muka bumi, tetapi ini adalah anugerah Allah Taala bahwa jemaat terus berkembang pesat.
Maka tindakan Allah Taala ini dan dukungan ini adalah bukti bahwa pendakwaan Hazrat Masih Mau’ud a.s. adalah benar adanya, dan Ahmadiyah dengan karunia Allah Taala bukanlah tanaman yang didirikan oleh manusia, bukan tanaman yang didirikan oleh suatu organisasi, bukan tanaman yang didirikan oleh suatu pemerintah, melainkan tanaman yang didirikan oleh Allah Taala, yang telah menjadi pohon besar, yang cabang-cabangnya tersebar di seluruh dunia, dan Allah Taala terus membuatnya menyebar dan berbuah. Jemaat ini terus berlanjut dan terus berkembang.
Dalam ayat yang saya tilawatkan ini, Allah Taala juga berfirman bahwa orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, perumpamaannya seperti biji, sebagaimana telah dijelaskan dalam terjemahannya, yang memiliki sepuluh bulir dan di setiap bulir ada seratus biji, bahkan Allah Taala melipat gandakan lebih dari itu. Allah Taala telah berjanji: “Aku tidak membiarkan apa yang kalian belanjakan di jalan-Ku tanpa pahala, bahkan Aku memiliki kekuatan untuk melipatgandakan pengorbanan kalian hingga 700 kali lipat, bahkan lebih dari itu.” Maka dengan berfirman demikian, Allah Taala membangkitkan semangat dalam hati orang-orang beriman untuk terus membuka hati mereka dan terus membelanjakan harta di jalan Allah. Berkorbanlah untuk penyebaran agama Allah; ini adalah pekerjaan yang di zaman ini dipercayakan kepada Al-Masih dan Mahdiyang dijanjikan, dan kemudian saat ini dipercayakan kepada jemaatnya. Allah Taala akan memberikan keberkatan dalam harta kita, dan kita melihat setiap tahun dan saya juga terus menyampaikannya. Tahun ini juga ada banyak sekali contoh bagaimana Allah Taala membuka hati orang-orang di banyak tempat, dan tanpa khawatir akan kesulitan apa pun, para Ahmadi terus berkorban, dan kemudian Allah Taala juga memberikan ketenangan kepada hati mereka, dan mereka gembira dengan pengorbanan itu meskipun mereka tidak langsung mendapat hasilnya. Kemudian setelah beberapa waktu, keinginan mereka yang telah mereka korbankan demi pengorbanan harta juga menjadi terpenuhi.
Allah Taala berfirman bahwa akan ada pahala di dunia ini dan juga di alam akhirat. Banyak yang mendapat pahala di dunia ini juga, dan pahala alam akhirat tidak terhitung. Para ulama terdahulu juga telah menafsirkan ayat ini dengan cara yang sama. Misalnya, Imam Razi menulis dalam tafsirnya bahwa:
Allah Taala telah berjanji untuk mengembalikan harta dengan berlipat ganda. Beliau menulis: Allah Taala telah memberikan dalil-dalil tentang kuasa-Nya untuk menghidupkan dan mematikan. Jika tidak ada kekuatan Tuhan ini, maka perintah untuk mengorbankan harta tidak akan kuat, karena jika tidak ada wujud yang memberikan balasan dan hukuman, maka berkorban akan sia-sia. Jika tidak ada balasan dan hukuman, maka Allah Taala tidak akan berfirman, “Belanjakanlah harta di jalan-Ku, Aku akan mengganti kalian.” Artinya adalah bahwa Allah Taala-lah yang memberi balasan kepada orang-orang yang berkorban di jalan-Nya, dan sebaliknya, orang-orang yang berbuat dosa juga akan mendapat hukuman.
Terkait ini, beliau menulis: Dengan kata lain, seolah-olah Allah Taala mengatakan kepada orang-orang yang membelanjakan harta, “Kalian tahu bahwa Aku telah menciptakanmu dan telah menyempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan engkau mengetahui kekuasaan-Ku dalam memberikan pahala dan ganjaran. Maka seharusnya pengetahuanmu ini mendorongmu untuk membelanjakan harta, karena Dialah, yaitu Allah Taala, yang memberikan balasan yang sangat banyak meskipun menyerahkan sedikit, dan ini adalah contoh, bahwa siapa yang menanam satu biji, Aku menumbuhkan tujuh bulir untuknya, dan di setiap bulir ada seratus biji.”
Kemudian menjelaskan hal ini, beliau menulis:
Berfirman:
يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
Yakni mereka membelanjakan hartanya di jalan Allah. Yang dimaksud dengan sabīlillāh adalah agama. Mereka mengorbankan harta untuk agama Allah. Alhasil, kita di Jemaat Ahmadiyah selalu melihat pemandangan bagaimana Allah Taala memenuhi janji-Nya dan firman-Nya ini.
Hazrat Muslih Mau’ud r.a. juga telah menafsirkan ayat ini, bahwa jika kalian mengorbankan harta kalian untuk pekerjaan-pekerjaan agama, maka sebagaimana Allah Taala melipatgandakan 700 biji dari satu biji, demikian pula Dia akan melipatgandakan harta kalian, bahkan akan memberikan kemajuan yang lebih besar lagi yang diisyaratkan dalam kalimat:
وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
Sejarah menjadi saksi bahwa demikianlah yang terjadi. Hazrat Abu Bakar r.a. memang telah melakukan pengorbanan besar, tetapi Allah Taala, dengan menjadikannya khalifah pertama Rasul-Nya dan memberikan anugerah yang sangat agung kepadanya, pengorbanan beliau menjadi tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan anugerah itu. Demikian pula Hazrat Umar r.a. yang juga telah memberi banyak, tetapi betapa besar anugerah yang telah beliau terima. Hazrat Utsman r.a. juga, betapa besarnya pengorbanan beliau, beliau mendapat jutaan kali lipat lebih banyak di dunia ini. Demikian pula ketika kita melihat keadaan para sahabat satu per satu, di sana juga terlihat perlakuan Allah Taala yang sama. Lihatlah saja Hazrat Abdur Rahman bin Auf r.a., Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menulis: Ketika beliau wafat, beliau memiliki 30 juta rupees. Selain itu, selama hidupnya beliau telah mengorbankan jutaan rupee. Demikian pula, ketika para sahabat meninggalkan tanah air mereka, mereka mendapat tanah air yang lebih baik. Setelah meninggalkan saudara laki-laki dan perempuan, mereka mendapat saudara laki-laki dan perempuan yang lebih baik. Setelah meninggalkan ayah dan ibu mereka, mereka mendapatkan Rasulullah saw. yang lebih mencintai mereka daripada ayah dan ibu. Singkatnya, orang yang berkorban di jalan Allah Taala tidak pernah terlepas dari balasan yang terbaik.
Dalam khotbah-khotbah sebelumnya, saya terus menyampaikan tentang para sahabat Badar. Akhir-akhir ini yang sedang disampaikan adalah tentang sejarah Nabi saw. berkaitan dengan gazwah-gazwah, di dalamnya juga disebutkan kebaikan-kebaikan para sahabat. Disebutkan kisah-kisah pengorbanan-pengorbanan mereka. Sekarang lihatlah bagaimana Allah Taala terus memberi anugerah kepada mereka, dan kita melihat dari sejarah bahwa Allah Taala tidak membiarkan mereka sia-sia, melainkan memberi anugerah yang tak terhitung kepada mereka.
Allah Taala di banyak tempat telah berfirman tentang pengorbanan harta. Allah Taala di suatu tempat berfirman, “Infakkanlah dari hartamu, sesuatu yang kalian sukai, Aku akan memberi kalian pahala, Aku akan terus memberikan kelapangan dalam harta kalian, Aku akan terus memberi kalian anugerah dengan rahmat-Ku.” Anugerah Allah Taala ini terus kita lihat. Saat ini juga setiap Ahmadi yang benar-benar berkorban dari hati yang terdalam merasakan hal ini. Mereka yang telah berkorban pun menulis kejadian-kejadian mereka. Sungguh mengherankan bagaimana Allah Taala memberi mereka taufik untuk berkorban dan bagaimana Dia memperkukuh keimanan mereka.
Saya akan menyajikan beberapa contoh, tetapi sebelum itu saya akan menyampaikan juga beberapa rujukan ilmu dan sejarah, pertama dari hadits-hadits juga. Hazrat Muslih Mau’ud r.a. telah menafsirkan sebuah sabda Nabi Isa a.s. Di mana beliau a.s. bersabda:
“Kumpulkanlah harta untuk dirimu di surga, di mana serangga tidak akan merusak, tidak akan berkarat, dan tidak ada pencuri yang menggali dan mencuri di sana.” Ini adalah ajaran Nabi Isa a.s., dalam Injil. Akan tetapi, Al-Qur’an menyatakan, “Jika kalian mengumpulkan harta kalian dalam perbendaharaan Allah Taala, maka bukan hanya tidak ada yang mencuri, tetapi kalian akan mendapat paling tidak 700 kali lipat sebagai gantinya, dan tidak ada batasan untuk lebih dari itu.” Kemudian Nabi Isa a.s. bersabda bahwa di sana serangga tidak akan bisa memakannya, tetapi Al-Qur’an berfirman bahwa itu tidak hanya terlindung dari serangga saja, tetapi akan dikembalikan berlipat ganda dari satu menjadi 700.
Memang Allah Taala tidak membutuhkan bantuan manusia mana pun, tetapi Dia, dengan mengasihani hamba-hamba-Nya, memberi mereka kesempatan untuk melakukan suatu pekerjaan, melalui itu Dia ingin meninggikan derajat mereka, dan di dunia ini juga secara nyata Dia dapat melipatgandakannya 700 kali lipat, dan Dia akan memberi pahala kebaikan-kebaikan itu di alam akhirat dengan melipatgandakannya berkali-kali lipat. Jadi inilah janji Allah Taala bahwa Dia melipatgandakan 700 kali bukan hanya untuk di dunia ini saja, tetapi Dia melipatgandakan di dunia ini dan juga di alam akhirat.
Penafsiran ini juga telah disampaikan oleh Hazrat Khalifatul Masih Awwal r.a. di suatu tempat. Beliau bersabda:
Ingatlah baik-baik bahwa para nabi ketika menyeru pengorbanan harta, ini bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan agar orang-orang yang memberikan candahnya, mereka akan meraih sesuatu. Yaitu untuk kebaikan mereka yang berkorban, yang memberi candah; mereka berkata, “Berilah pengorbanan agar Allah Taala menurunkan karunia-Nya kepada kalian dan melipatgandakan harta kalian.” Hazrat Khalifatul Masih Al-Awwal r.a. Bersabda, “Ada banyak jalan untuk mendapatkan sesuatu di hadapan Allah Taala, di antaranya adalah jalan ini yang disebutkan di awal surah, yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat ke-4:
مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Kemudian firman-Nya:
وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ
ini juga ayat Surah Al-Baqarah. Kemudian dalam juz yang sama disebutkan:
اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاھُمْ
ini juga ayat dari Surah Al-Baqarah.
Kemudian beliau bersabda, “Sekarang secara gamblang dijelaskan tentang infāq fī sabīlillāh bahwa dalam Injil ada satu kalimat bahwa siapa pun yang meminta maka berilah kepadanya, tetapi lihatlah Al-Qur’an telah menyelesaikan pembahasan ini dalam lima ruku’ dengan penjelasan yang sangat rinci.
Pertanyaan pertama adalah kepada siapa dan mengapa memberi, maka penjelasannya adalah berinfaklah untuk meninggikan kalimat Allah. Salah satu contohnya adalah seperti seseorang menanam benih di tanah, misalnya jewawut, kemudian di dalamnya mulai tumbuh beberapa bulir.”
Kemudian beliau bersabda, “Allah berfirman:
وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki bahkan lebih dari itu. Yaitu di beberapa tempat disebutkan 10 sebagai ganti satu, dan di beberapa tempat disebutkan 700 sebagai ganti satu. Ini adalah perbedaan menurut kebutuhan, waktu, dan keadaan. Misalnya, seseorang berada di tepi sungai, saat itu musim dingin, hujan turun, maka dalam keadaan seperti itu jika seseorang meminta air, kemudian ia diberi segelas air penuh, sementara air ada di mana-mana, ini bukanlah hal yang besar. Tetapi jika seseorang memberi air kepada seseorang ketika ia berada di hutan, merana karena kehausan, hampir mati, terkena demam yang parah, lalu memberikannya air, maka itu adalah kebaikan yang sangat luar biasa. Maka sesuai dengan perbedaan ini, Allah Taala telah menetapkan perbedaan dalam pahala. Di suatu sisi, pengorbanan adalah sangat besar karena kebutuhannya juga besar, oleh karena itu pahalanya juga Allah Taala lipat gandakan 700 kali atau bahkan lebih, sedangkan di tempat lain pengorbanan tidak sebesar itu. Akan tetapi bagaimanapun juga, saat seorang berkorban, Allah Taala tidak akan membiarkannya tanpa pahala, melainkan akan diberi pahala dua kali lipat atau sepuluh kali lipat.
Ini adalah contoh-contoh yang diberikan Hazrat Khalifatul Masih Al-Awwal r.a. tentang pengorbanan harta. Terkait ini juga, beliau menceritakan sebuah contoh lain, yaitu peristiwa Hazrat Rabia Basri r.a. Suatu saat beliau sedang duduk di rumah lalu ada tamu datang, namun di rumah hanya ada dua roti untuk dimakan. Beliau berkata kepada pelayannya, “Sedekahkanlah kedua roti ini”. Pelayan berkata bahwa ini sungguh aneh, di rumah ada tamu dan roti yang sedikit, ini juga beliau suruh bagikan kepada orang miskin. Tak lama kemudian terdengar suara dari luar, seorang wanita memberitahu bahwa wanita kaya yang tinggal di sebelah telah mengirim makanan. Ketika makanan datang, Hazrat Rabia Basri r.a. menghitung ada delapan belas roti di dalamnya. Hazrat Rabia Basri r.a. memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah Taala dan keyakinan yang kuat bahwa Dia pasti akan memenuhi keinginannya. Hazrat Rabiah r.a. telah menyerahkan dua, maka seharusnya mendapat lebih dari itu, sebagai gantinya harusnya sepuluh kali lipat. Beliau berkata, “18 roti ini bukan untuk saya, saya punya 20 tamu, untuk saya seharusnya datang 20 roti dari Allah Taala. Ini bukan untuk saya. Saya tidak akan menerima ini, kembalikanlah ini”. Pelayannya berkata, “Simpanlah, Allah Taala telah mengirimkan nikmat”, tetapi beliau berkata, “Tidak, ini bukan dikirim untuk saya”. Saat itu terdengar suara wanita kaya tetangga itu, ia berkata kepada Hazrat Rabiah atau pelayan itu, “Kamu ke mana saja, saya telah menyiapkan makanan kedua untuk Rabia Basri.” Maka ketika itu datang, di dalamnya ada 20 roti. Jadi, dengan cara inilah orang-orang saleh ini memiliki keimanan kepada Allah Taala dan Allah Taala juga mengukuhkan keimanan mereka.
Terkait hal ini, Hazrat Khalifatul Masih Al-Awwal r.a. telah menjelaskan, “Mengapa seseorang harus berkorban di jalan Allah? Pertama, semata-mata untuk
ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ
Yakni, berikanlah untuk mencari rida Allah. Janganlah memberikan untuk memamerkan kebaikan, melainkan berikanlah untuk mendapatkan rida Allah. Allah Taala akan senang. Dia telah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu berilah, dan kemudian berilah untuk Dia, berilah demi agama Allah, karena memberi demi agama Allah adalah perlu. Bagaimanakah cara memberi? Berikanlah untuk mendapatkan rida Allah Taala, bukan untuk memamerkan kebaikan, sebagaimana telah disampaikan. Siapa pun yang telah berkorban, ia tidaklah telah berbuat ihsan kepada jemaat, melainkan ini adalah ihsan Allah Taala, karena ketika kalian menginfakkan di jalan-Nya dengan niat yang baik, maka Dia melipatgandakannya untuk kalian.”
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Orang-orang yang menginfakkan harta di jalan Allah, Dia memberi keberkatan dalam harta mereka; seperti ketika satu biji ditanam, memang yang ditanam satu saja, tetapi Allah dapat mengeluarkan tujuh bulir darinya dan dalam setiap bulir dapat menghasilkan seratus biji. Jadi, yang mendasar adalah melipatgandakan benda asalnya, dan ini merupakan kekuasaan Allah, dan sesungguhnya kita semua hidup dari kekuasaan Allah ini, dan jika Allah tidak berkuasa melipatgandakan sesuatu dari sisi-Nya, maka seluruh dunia akan binasa dan tidak ada satu makhluk hidup pun yang akan tersisa di muka bumi.”
Hazrat Masih Mau’ud a.s. menulis bahwa:
“Dalam takwil mimpi, harta adalah hati. Jika seseorang melihat harta dalam mimpi, artinya adalah hati, atau melihat hati dikeluarkan, artinya harta dikeluarkan. Oleh karena itu bersedekah adalah memberikan jiwa. Yakni pengorbanan harta sangatlah penting. Seberapa besar kejujuran dan keteguhan yang ditunjukkan manusia saat berkorban; dan hal yang sebenarnya adalah, bahwa perkataan saja tidaklah ada gunanya selama tidak ditunjukkan dengan amalan nyata. Pengorbanan disebut sedekah, karena merupakan tanda orang-orang yang sidiq (benar), dan dari ini terbukti bahwa sungguh ada kebenaran dalam keimanannya.”
Dalam hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku beritahu kalian tentang orang yang paling dermawan dari semua yang dermawan?” Orang-orang berkata, “Mengapa tidak, wahai Rasulullah!” Maka beliau saw. bersabda, “Allah Taala Maha Dermawan dari semua orang yang memberi.” Kemudian beliau saw. menambahkan, “Aku adalah yang paling dermawan di antara semua manusia”. Kemudian beliau saw. juga memberikan nasihat mengenai salat, puasa, dan pengorbanan harta. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Salat, puasa, dan berzikir, melipatgandakan harta yang dibelanjakan di jalan Allah Taala hingga 700 kali lipat”.
Jadi, ini adalah petunjuk bagi siapa saja yang telah memberikan pengorbanan harta, yaitu hendaknya mereka juga meningkatkan standar ibadah-ibadah mereka. Janganlah menganggap bahwa hanya dengan pengorbanan harta saja maka sudah cukup; tingkatkanlah juga standar ibadah. Janganlah menganggap bahwa dengan pengorbanan harta, kita sudah terbebas dari ibadah. Rasulullah saw. bersabda bahwa salat dan puasa juga penting seiring dengan pengorbanan harta, seperti yang saya sampaikan dari hadis, dan ini adalah hal-hal yang kemudian mendekatkan kita kepada Allah Taala, dan kemudian Allah Taala seraya mengasihi kita, akan terus melipatgandakan harta kita.
Banyak orang yang melakukan pengorbanan; akhir-akhir ini juga banyak contoh yang didapat, yakni meskipun ada kebutuhan lain, mereka tetap membelanjakan di jalan Allah Taala dan mereka melakukannya dengan harapan bahwa pengorbanan harta mereka di jalan Allah Taala akan menjadi sarana bagi mereka untuk mendapatkan rida Allah Taala; [mereka berharap] pengorbanan mereka ini tidak akan sia-sia, Allah Taala tidak akan menyia-nyiakannya. Dan memang sungguh Allah Taala tidak menyia-nyiakannya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah saw., sedekah apa yang paling besar pahalanya?” Beliau saw. bersabda, “Sedekah yang paling besar adalah, engkau bersedekah dalam keadaan sehat, membutuhkan harta, memiliki keinginan, takut akan kemiskinan dan menginginkan kesejahteraan; pada saat itu janganlah menunda-nunda sedekah dan amalan. Semua keinginan manusia, yang adalah hal-hal duniawi, lalu pada saat demikian kalian tetap bersedekah, beramal, dan berkorban di jalan Allah Taala.” Beliau bersabda, “Jangan sampai terjadi bahwa saat nyawamu sampai di tenggorokan, saat engkau hampir mati, engkau berkata, ‘Berikan sekian kepada fulan dan sekian kepada fulan.’” Beliau bersabda, “Harta itu sekarang sudah bukan milikmu lagi, itu sudah menjadi milik fulan, itu sekarang akan menjadi milik ahli waris.” Oleh karena itu beliau bersabda, “Dalam keadaan sehat dan dalam keadaan membutuhkan, membelanjakan harta di jalan Allah adalah pengorbanan yang sebenarnya. Jika kalian melakukan ini, maka Allah Taala akan melipatgandakan untuk kalian di dunia ini juga dan di akhirat.”
Contoh para ulama saleh juga demikian, di jemaat kita pun, mereka tidak menghitung harta mereka untuk dibelanjakan di jalan Allah, melainkan membelanjakannya tanpa ragu. Demikian pula kita mendapat contoh para sahabat di zaman Nabi saw. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi saw. suatu kali menasihati saudari sepupunya, Hazrat Asma binti Abu Bakar r.a, “Janganlah mengorbankan harta di jalan Allah dengan menghitung-hitung banyaknya, jika demikian, maka Allah juga akan memberi kepada kalian dengan menghitungnya”. Beliau saw. bersabda, “Janganlah menutup kantong uangmu karena kikir, yaitu jangan menutup uang kalian, jangan duduk menahan harta karena pelit; jika tidak, maka akan tetap tertutup, tidak akan pernah ada harta yang masuk ke dalamnya lagi”. Beliau saw. bersabda, “Jika harta keluar, maka akan datang lagi, [yakni] jika kalian keluarkan di jalan Allah.” Oleh karena itu korbankanlah harta dengan hati terbuka.
Kita melihat contoh-contoh dalam jemaat. Pertama-tama di zaman Hazrat Masih Mau’ud as, Hazrat Khalifatul Masih Al-Awwal r.a. melakukan banyak pengorbanan. Di zaman Hazrat Masih Mau’ud a.s., beliau banyak berkorban untuk membantu dan memenuhi misi beliau. Hazrat Masih Mau’ud a.s. sendiri menyebutkan hal ini di suatu tempat. Beliau a.s. Bersabda, “Jika aku memberi izin, maka beliau (yakni Hazrat Maulana Nuruddin, Khalifatul Masih Awwal r.a.) akan memberikan segalanya; semuanya akan dibelanjakan di jalan ini; yakni selain persahabatan rohani, juga menunaikan seutuhnya persahabatan jasmani, dan selalu berada dalam kebersamaan setiap saat. Aku tidak memberinya izin; jika tidak, beliau akan memberikan segalanya.”
Beliau a.s. menulis, “Aku akan menunjukkan sebagai contoh beberapa baris dari surat-surat beliau.” Khalifatul Masih Al-Awwal, Hazrat Maulana Nuruddin r.a. menulis kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s.: “Aku berkorban di jalan engkau. Apa yang aku miliki bukanlah milikku tetapi milik engkau. Guru dan pembimbingku, dengan kejujuran yang sempurna, aku sampaikan bahwa seluruh harta kekayaanku, jika habis untuk penyebaran agama, maka aku telah mencapai tujuan.”
Jadi lihatlah, sebagaimana Allah Taala telah memberi Nabi Muhammad saw. sosok Abu Bakar, Umar, Utsman dan orang-orang yang mengorbankan harta, maka demikian pula di zaman ini, karena mengikuti junjungannya, Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga diberi sosok seperti itu yang siap mengorbankan segalanya dan menunjukkan teladan Abu Bakar Siddiq.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Ini pun adalah janji-janji dari Allah Taala bahwa siapa yang memberi untuk Allah Taala, Aku akan memberinya keberkatan yang berlipat ganda. Di dunia ini juga ia akan mendapat banyak keberkatan, dan setelah wafat pun ia akan melihat ganjaran akhirat sehingga betapa besar ketentraman yang diperoleh.”
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Jika saat ini aku menarik perhatian kalian semua kepada hal ini, yakni infakkanlah harta kalian untuk kemajuan Islam, maka keberkatan akan diperoleh di dalamnya juga dan di alam akhirat juga. Keberkatan akan diperoleh di dunia ini juga dan di alam akhirat juga. Ini bukan hanya ucapan saja, tetapi saat ini pun kita melihat. Ini bukan hanya kisah zaman itu, ketika Hazrat Masih Mau’ud a.s. Bersabda, bahkan hari ini juga banyak kejadian seperti itu yang sampai kepada saya, yang menunjukkan bagaimana Allah Taala, setelah kita berkorban di jalan-Nya, memberi keberkatan dalam harta kita, menghilangkan masalah-masalah kita, dan memperkuat iman kita. Saya akan menyebutkan juga beberapa peristiwa di sini.
Pak Mubalig dari Albania menulis: “Ada seorang sahabat di Albania, Tuan Bilal Yusuf, orang yang sangat sederhana, juga miskin. Di sana sedang ada Jalsa,h maka beliau demi rida Allah Taala, tanpa balasan apa pun, selama satu minggu, setiap hari dari jam delapan pagi hingga empat sore melakukan pengkhidmatan di Jalsah.” Memang banyak relawan kita di Jalsah-jalsah di dunia yang melakukan pekerjaan ini, dan mereka memberi waktu secara sukarela. Ada yang belum mapan, meskipun beberapa memang sudah mapan, kehidupan mereka sudah terjamin. Pak Mubalig menuturkan, “Beliau melakukan pekerjaan ini hingga jam empat sore kemudian pergi bekerja pada sore hari. Suatu hari beliau datang membawa amplop berisi 75 euro untuk candah Tahrik Jadid.” Albania adalah negara miskin di Eropa Timur. Pak Mubalig menuturkan, “Selama beberapa hari uang ini dikumpulkannya untuk candah, dan di atas amplop tertulis dalam bahasa Albania: ‘Dengan sangat senang hati dipersembahkan untuk jemaat.’ Mungkin jumlah ini terlihat sedikit bagi orang lain, hanya 75 euro, tetapi ini adalah 15 persen dari gajinya, padahal beliau juga harus membayar sewa rumah dan lain-lain.”
Orang duniawi bisa berkata bahwa dengan 75 euro, mereka berbicara tentang menyebarkan Islam, atau dengan hanya beberapa euro berbicara tentang menyebarkan Islam? Padahal organisasi dan pemerintah yang anti-Islam memiliki miliaran pound, mereka menghabiskan uang mereka untuk melawan Islam.Akan tetapi, Allah Taala telah memberi karunia yang begitu besar dalam pengorbanan kecil ini sehingga dengan pengorbanan ini Jemaat Ahmadiyah juga dapat mendirikan misi. Ada banyak sekali orang seperti itu, bukan hanya satu orang yang memberi 75 euro, melainkan ada juga orang-orang yang memberi bahkan lebih sedikit dari itu, dan jemaat ini, dengan rahmat Allah Taala, dengan uang-uang kecil ini melakukan pekerjaannya di dunia, melakukan pengkhidmatan menyebarkan Islam, mengalami kemajuan yang jauh melebihi mereka yang menghabiskan miliaran dolar.
Demikian pula di negara-negara yang lebih miskin dari ini juga terlihat pemandangan pengorbanan sebagaimana yang terjadi pada awal Islam, atau pada waktu ketika Hazrat Masih Mau’ud a.s. mencanangkan gerakan pengorbanan harta, atau juga terjadi ketika Hazrat Muslih Mau’ud r.a. mengumumkan gerakan Tahrik Jadid, yakni, “Saat ini musuh dengan persiapan penuh menyerang kita, oleh karena itu lakukanlah pengorbanan harta”, dan atas hal itu para Ahmadi melakukan pengorbanan. Para lajnah yang miskin menjual ayam mereka dan telur ayam mereka dan memberikan candahnya. Pengorbanan yang sangat sederhana. Pada waktu itu, Hazrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, “Dalam tiga tahun, kumpulkanlah 27.000 rupee di India”, tetapi jemaat-jemaat melakukan pengorbanannya dengan luar biasa dan dalam satu tahun saja sanggup mengumpulkan 100.000 rupee. Hari ini juga pemandangan pengorbanan terlihat dari negara-negara miskin.
Di Indonesia, ada seorang anggota, Tn. Jawi Muzaffar. Beliau menuturkan, “Istri saya didatangi oleh seorang lajnah yang sudah tua. Dia memberikan beberapa ikat kayu dengan niat agar kami membelinya. Saya berkata, ‘Kami tidak membutuhkan kayu, kami sudah membeli dan menyimpannya.’” Mereka tinggal di kota kecil atau desa. Di negara-negara yang miskin, atau yang belum maju, kadang-kadang orang miskin menggunakan kayu bakar. Di sana tidak ada gas, atau mungkin mereka menyalakan kompor minyak tanah, tetapi bagaimanapun kayu masih digunakan juga. Beliau menuturkan, “Karena kami menggunakan yang lain juga, oleh karena itu kami tidak banyak menggunakan kayu dan kami tidak membutuhkan, tetapi bagaimanapun juga, karena wanita tua itu membawa ikatan di kepalanya, maka istri dengan merasa kasihan membeli kayu itu.” Nilai rupiah Indonesia sangat rendah, di sana orang berkata ratusan ribu. Alhasil, mereka membeli ikatan kayu itu seharga 100.000 rupiah yang setara dengan hanya beberapa rupee Pakistan. “Kemudian ketika sudah dibeli dan akan memberi uang kepada wanita tua itu, maka wanita itu berkata, “Saya tidak membawa kayu agar menerima uang dari Anda dan menghabiskannya untuk diri saya sendiri, melainkan saya harus membayar Tahrik Jadid. Masukkanlah ini untuk candah Tahrik Jadid saya”. Memang istri beliau juga pengurus Lajnah. Semua uangnya diberikan untuk candah dan beliau tidak membawa pulang sepeser pun.
Demikian pula dari Indonesia juga, seorang anggota Ny. Cecilin menuturkan bahwa beberapa tahun lalu keadaan keuangannya sangat buruk. Beliau memiliki anak berusia tujuh tahun dan sedang hamil anak kedua. Di hari anak kedua lahir, pada saat itu juga Idul Fitri sudah mendekat, dan mereka bertiga masih ada perjanjian Tahrik Jadid yang tersisa yaitu Rp1.200.000. Seperti yang saya sampaikan bahwa nilai rupiah di sana sangat rendah. Di sini juga terlihat semangat yang sama, yang contohnya kita lihat pada orang-orang suci terdahulu. Rp1.200.000 adalah perjanjian mereka. Beliau menuturkan, “Kami ingin memberikan candah Tahrik Jadid dan menulis surat kepada Hazrat Khalifatul Masih untuk memohon doa. Kami berusaha keras agar candah ini bisa dibayar, tetapi karena keadaan miskin, hal ini terlihat sulit.” Beliau menuturkan, “Saya memiliki uang di bank yang sangat sedikit, ketika saya lihat ada 1.250.000 rupiah di sana. Jika kami memberikan semua ini, maka kami tidak akan punya apa-apa untuk diberikan, tetapi akhirnya ia memutuskan bahwa Rp1.200.000 adalah untuk candah atas nama suami, istri, dan anak yang besar, sementara Rp50.000 atas nama anak yang kecil, dan dengan demikian uang pun habis.” Jadi sudah tidak ada apa-apa lagi yang mereka miliki. Lalu beliau menuturkan, “Tetapi kami tidak menyesal, melainkan merasa senang di hati bahwa kami telah memenuhi janji kami dan anak yang baru lahir juga dapat kami ikut sertakan di dalamnya.” Allah Taala juga memberi rahmat yang sedemikian rupa di mana setelah hanya satu minggu, mereka menerima pendapatan sebesar Rp12.000.000, dan melihat ini mereka yakin bahwa Allah Taala telah memenuhi janji-Nya melipatgandakan hingga 10 kali lipat dengan cara ini. Allah Taala segera memenuhi janji-Nya.
Demikian pula mubalig dari Ghana menulis, “Ketika peristiwa-peristiwa yang menggugah keimanan dari khotbah-khotbah Khalifatul Masih disampaikan kepada banyak orang, seorang anggota Jemaat Ghana, Afrika, memberikan uang terakhir yang ada di sakunya di jalan Allah Taala. Lalu ia berkata bahwa begitu keluar dari masjid, ia menerima dua panggilan telepon yang mengubah jalan hidupnya, yaitu ada dua pelanggan potensial menghubunginya dan menawarkan pekerjaan atau kesempatan yang menarik sehingga ia mendapat keuntungan 20 kali lipat lebih banyak dari uang yang ia serahkan.” Kejadian luar biasa ini adalah pengingat kuat tentang kenyataan bahwa Allah Taala memberi ganjaran secara langsung dan tak tertandingi kepada mereka yang berkorban di jalan-Nya. Kejadian ini pun menjadi sarana pengukuh keimanannya.
Demikian pula dari Kenya, istri seorang mualim (beliau tengah menunggu kelahiran anak pertama, banyak kesulitan muncul sehingga mereka sangat khawatir, dokter menyatakan kekhawatirannya) berkata, “Saya memberitahu suami saya tentang semua keadaan saya, semua hal yang membuat saya khawatir. Ia berkata, ‘Berdoalah kepada Allah Taala dan Allah adalah sandaran kita pada akhirnya, dan kita pun bisa segera berkorban, yaitu sekarang tahun Tahrik Jadid akan berakhir, maka bayarlah sisa candah Tahrik Jadid dan serahkan urusan kepada Allah. Allah akan menurunkan rahmat-Nya”. Sungguh keimanan yang luar biasa dari orang-orang ini. Beliau menuturkan, “Saya pun melakukannya.” Beberapa hari kemudian, beliau melihat dalam mimpi bahwa Hazrat Masih Mau’ud a.s. datang. Beliau mengenakan jubah hitam, sorban di kepala, dan juga memegang tongkat. Beliau bersabda kepada wanita ini, “Jangan khawatir, kelahiran anak Anda akan berlangsung dengan baik, tetapi akan dari samping tubuhmu”. Alhasil, anak pun lahir, tetapi melalui operasi dari satu sisi perut, dan tidak ada komplikasi apa pun yang terjadi. Beliau lantas berpikir bahwa semua ini adalah rahmat Allah Taala yang terjadi karena pengorbanan mereka dan Allah Taala menurunkan keberkatan. Padahal, pada masa kehamilan, para dokter telah mengemukakan banyak kekhawatiran mengenai kelahiran anak tersebut. Dengan cara demikianlah Allah Taala menguatkan iman para Ahmadi yang berada di tempat-tempat jauh, sekaligus meneguhkan pula kebenaran Hazrat Masih Mau‘ud a.s.
Mubaligh in-charge dari Guinea Conakry menulis bahwa beliau sedang menyampaikan kisah-kisah yang menguatkan iman dari khutbah-khutbah Khalifatul Masih, dan mengingatkan agar berkorban dan terus meningkat dalam pembayaran candah serta menaruh perhatian terhadap pembayaran Tahrik Jadid, karena tahun keuangannya hampir berakhir dan anggarannya belum tercapai.
Pada malam yang sama, seorang pria datang ke rumah misi dan berkata bahwa amplop ini dikirim oleh Tuan Muhammad al-Hasan Ya‘qubi. Ketika amplop itu dibuka, di dalamnya terdapat uang sebanyak 300 euro, yang dalam mata uang setempat bernilai sekitar tiga juta franc, bahkan lebih.
Beliau kemudian menelepon Tuan Ya‘qubi untuk menanyakan apakah benar amplop itu darinya dan apa alasannya. Ia menjawab, “Dalam khutbah Jumat saya mendengar Anda mengatakan bahwa target belum tercapai. Maka, setelah salat Jumat ketika saya sampai di kantor, saya menemukan jumlah uang yang sama di dalam laci saya, beserta daftar panjang pengeluaran yang seharusnya dibayar dengan uang itu. Namun, saya membuang daftar pengeluaran tersebut ke tempat sampah, dan saya mengirimkan uang ini untuk dimasukkan ke dalam candah Tahrik Jadid.” Padahal, beliau sebelumnya sudah melunasi candah Tahrik Jadid dan telah memberikan jumlah yang cukup besar.
Alhasil, di Afrika pun terdapat berbagai peristiwa pengorbanan yang menakjubkan dan luar biasa seperti ini. Sesungguhnya hal-hal semacam ini menumbuhkan suasana keimanan di dalam hati mereka — atau lebih tepatnya, Allah Taala-lah yang menumbuhkannya, sebab manusia sendiri tidak mampu melakukannya. Mereka mengalami sendiri bagaimana Allah Taala menggandakan karunia-Nya, dan karena itulah mereka terus berkorban.
Kisah-kisah seperti ini sebenarnya sangat banyak, dan tidak mungkin semuanya disebutkan. Beberapa yang sudah saya pilih pun tidak semuanya dapat saya sampaikan; namun, saya akan sebutkan beberapa di antaranya.
Inspektur Tahrik Jadid India menulis tentang seorang pria dari Telangana, yang berasal dari sebuah daerah di Hyderabad. Ia sebelumnya telah bernazar untuk memberikan 7.000 rupee, namun karena kehilangan pekerjaannya, ia tidak mampu menunaikan janji tersebut. Untuk tahun berikutnya, ia menuliskan janji sebesar 10.000 rupee.
Kepadanya dikatakan, “Janji tahun lalu saja belum Anda penuhi, mengapa sekarang justru menambah jumlahnya untuk tahun depan?” Ia menjawab, “Allah Taala sendirilah yang akan mengatur urusannya. Saya yakin, karena saya melakukannya demi Allah.”
Tidak lama kemudian, dalam beberapa hari saja, ia memperoleh pekerjaan baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia pun segera melunasi candah untuk dua tahun sebelumnya, dan pada tahun keuangan yang baru, ia bukan hanya menepati janjinya, tetapi bahkan menaikkan jumlahnya dari 7.000 rupee menjadi 30.000 rupee, dan telah melunasi seluruhnya.
Dengan cara demikianlah Allah Taala menganugerahkan keberkatan sebagai balasan atas prasangka baik beliau kepada Allah Taala.
Demikian pula terdapat sebuah contoh lain dari Indonesia. Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang menakjubkan terjadi — dan semua itu bukanlah sekadar kebetulan. Sebab, orang-orang yang mengalaminya mengetahui dengan jelas dalam keadaan seperti apa mereka berkorban, bagaimana dalam situasi sulit itu muncul dorongan untuk berkorban, dan kemudian bagaimana mereka menyaksikan kekuasaan Allah Taala secara nyata.
Beliau menulis tentang seorang Ahmadi yang sangat mungkin bernama Bahadur Jan. Beberapa waktu yang lalu, ia membeli sebuah mobil untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai sopir taksi — sebelumnya ia bekerja pada sebuah perusahaan taksi dan kini membeli mobil tersebut untuk tetap bisa mencari nafkah.
Beliau menceritakan: “Setelah membeli mobil itu, saya pergi ke kantor polisi lalu lintas untuk mendaftarkan kendaraan tersebut. Namun, mereka mengatakan bahwa pengadilan telah melarang pendaftaran mobil ini.” Beliau melanjutkan, “Padahal saat saya membeli mobil itu, saya telah memeriksa semua dokumennya dan semuanya sah secara hukum. Baru setelah itu saya mengetahui bahwa perusahaan taksi tempat saya membeli mobil itu ternyata memiliki banyak utang. Karena itulah pengadilan telah melarang perusahaan tersebut menjual mobil-mobilnya.”
Pada waktu itu, perusahaan tersebut memiliki 35 unit mobil, dan semuanya telah diblokir. Para mantan pemilik perusahaan mengatakan kepada beliau, “Kami telah mengajukan perkara ini ke pengadilan. Hingga keputusan keluar, bersabarlah — insya Allah Anda akan mendapatkan mobil Anda kembali.” Beliau berkata, “Baiklah.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Pada waktu itu, saya masih memiliki kewajiban untuk membayar candah Tahrik Jadid. Saya berpikir, sebaiknya saya tunaikan dahulu candah saya. Saya khawatir jika terlalu sibuk memikirkan urusan duniawi ini, saya malah lalai dalam menunaikan candah. Maka, saya segera membayar candah Tahrik Jadid dan Waqf Jadid.”
Beliau menuturkan, “Beberapa hari kemudian, saya memeriksa situs web perusahaan tersebut, dan secara mengejutkan saya melihat bahwa larangan terhadap mobil yang saya beli telah dicabut. Saya tidak percaya, saya pikir mungkin saya salah melihat. Maka saya pergi ke kantor inspektur untuk memastikannya. Setelah diperiksa, inspektur itu mengatakan bahwa dari 35 mobil yang diblokir, hanya satu mobil yang telah dicabut blokirnya, sedangkan pembebasan terhadap 34 mobil lainnya masih menunggu keputusan pengadilan — dan mobil yang satu itu adalah mobil yang saya beli. Dengan karunia Allah Taala, karena saya telah menginfakkan harta di jalan-Nya, maka Allah segera menganugerahkan karunia ini kepada saya.”
Beliau menuturkan, “Ini adalah karunia Allah Taala yang mata kepala saya sendiri menyaksikannya — bagaimana Allah Taala melimpahkan keberkatan-Nya kepada para Ahmadi.”
Kemudian, mubaligh dari wilayah keuangan Sikasso (Mali) menulis bahwa Allah Taala dengan cara yang menakjubkan memberikan tarbiyat kepada para mubai’in baru, serta membuat mereka condong pada pengorbanan harta.
Beliau menceritakan tentang seorang mubai’in baru bernama Tuan Musa, yang datang membawa uang sebesar satu juta franc CFA. Ia berkata, “Dari jumlah ini, potonglah 500.000 sebagai hissah jaidad dari rumah saya, 400.000 untuk candah wasiat, dan 100.000 untuk Tahrik Jadid serta Waqf Jadid.”
Ketika ditanya tentang latar belakang pemberian itu dan alasan di baliknya, beliau menjelaskan, “Selama waktu yang cukup lama saya telah menabung uang ini untuk berbagai proyek duniawi. Semua perhatian dan doa saya hanya tertuju pada keberhasilan proyek-proyek itu. Namun, tadi malam, setelah menunaikan salat Tahajud, ketika saya berbaring untuk beristirahat, saya bermimpi melihat tiga orang berpakaian serba putih datang menghampiri saya. Salah satu dari mereka berbicara kepada saya dan berkata, ‘Kamu, meskipun seorang Ahmadi, tetap menaruh seluruh perhatianmu pada urusan dunia semata” — Lihatlah bagaimana Allah Taala memberikan tarbiyat — “Sebaiknya engkau lebih memikirkan kehidupan akhirat.’”
“Setelah itu orang kedua di antara mereka berkata, ‘Engkau juga belum membayar Hissa Jaidad untuk rumahmu. Karena itu, bayarlah Hissa Jaidad rumahmu.’”
Setelah itu, orang ketiga dalam mimpi tersebut berbicara kepadanya dan berkata, “Di rekeningmu masih ada 4 juta (franc CFA). Segeralah tunaikan juga wasiat dari uang itu.”
Tuan Musa berkata, “Maka, sebagai seorang Ahmadi, setelah mendapat bimbingan langsung dari Allah Taala, tidak lagi pantas bagi saya untuk menggunakan uang ini untuk tujuan lain. Karena itu, silakan potong seluruh jumlah tersebut untuk disalurkan ke berbagai pos candah.”
Peristiwa-peristiwa seperti ini, ketika disaksikan, tidak hanya menguatkan iman orang-orang yang baru masuk Jemaat, tetapi juga memperteguh keimanan para Ahmadi lama. Hal ini seharusnya juga membuat kita merenung — betapa Allah Taala sendiri yang membimbing mereka.
Para penentang mungkin berkata bahwa ini adalah pendakwaan palsu, bahwa ini nabi palsu, bahwa ini hanyalah propaganda dan tipu daya. Namun, Allah Taala justru membimbing orang-orang di tempat-tempat yang jauh — mereka yang baru beberapa waktu lalu berbaiat, bahkan ada yang sudah melakukan wasiat, padahal sebagian dari mereka belum pernah bertemu langsung atau melihat Khalifah Waqt kecuali melalui MTA.
Mungkin mereka pun belum sempat membaca seluruh literatur Jemaat secara lengkap — sebagian besar memang belum — tetapi mereka telah mengenal ajaran-ajaran dasarnya. Meskipun demikian, Allah Taala sedemikian rupa terus-menerus memperkuat iman mereka. Ketika mereka berkorban di jalan Allah, maka Allah menerima pengorbanan mereka dan membimbing mereka.
Masih banyak peristiwa lain yang belum saya sampaikan saat ini karena daftarnya sangat panjang. Namun, saya ingin menyinggung secara singkat karunia Allah Taala atas Jemaat tahun ini, pengorbanan yang diberikan oleh para anggota Jemaat, dan laporan-laporan tentang pengorbanan yang datang dari berbagai daerah. Semua ini adalah karunia Allah Taala yang sepatutnya selalu kita ingat. Kita juga harus memperhatikan bagaimana Allah Taala dari sisi tarbiyat menumbuhkan semangat untuk berkorban dalam hati anggota baru maupun lama, sehingga mereka memberikan perhatian pada pengorbanan.
Berdasarkan laporan tahunan dari berbagai negara di dunia, pertama-tama saya sampaikan bahwa tahun tke-91 Tahrik Jadid telah selesai, dan hari ini tahun ke-92 dimulai, yang saat ini sedang saya umumkan. Dengan karunia Allah Taala, tahun ini Jemaat telah mendapatkan taufik untuk menyerahkan pengorbanan sebesar 19,55 juta pound, meningkat sekitar 1,56 juta pound dibanding tahun sebelumnya.
Dilihat dari total penerimaan — jika mengecualikan Pakistan — secara umum, saat ini Jerman menempati peringkat pertama di dunia, diikuti Inggris di posisi kedua.
Di Inggris, penerimaan tahun ini juga sangat luar biasa, hampir menyamai Jerman. Jika tren ini berlanjut, kemungkinan tahun depan Inggris bisa melampaui Jerman.
Demikian pula, Amerika Serikat mencatat peningkatan yang luar biasa. Kanada juga menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding tahun sebelumnya. India mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan tahun lalu, sementara Australia pun menunjukkan peningkatan luar biasa.
Indonesia juga mengalami peningkatan, demikian pula dengan Jemaat di Timur Tengah. Ghana mengalami peningkatan besar dalam pengorbanan tahun ini. Di antara yang menunjukkan peningkatan menonjol juga termasuk Mauritius dan Belanda.
Dari segi kinerja keseluruhan, terdapat beberapa Jemaat yang patut dicatat meskipun tidak menempati peringkat tertentu, tetapi telah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Di antaranya adalah: Belgia, Swedia, Prancis, Belanda (yang sebelumnya telah disebut), Kababir, Bangladesh, Burkina Faso, dan Selandia Baru.
Di Burkina Faso, kondisinya sangat sulit. Begitu pula di Sierra Leone, Benin, dan Mali — di Mali, situasinya cukup berat karena serangan dari kelompok teroris masih sering terjadi. Selain itu, terdapat juga Niger, Turki, Georgia, Jemaat di Timur Tengah, dan Australia.
Di Afrika, jika dilihat dari total penerimaan, beberapa Jemaat yang patut disebut antara lain Ghana, Mauritius, Nigeria, Burkina Faso, dan Tanzania, selain itu masih ada Jemaat-Jemaat lain yang juga memberikan kontribusi.
Jumlah keseluruhan anggota yang berpartisipasi mencapai sekitar 1,7 juta. Menurut laporan tahun ini, daftar keenam yang mulai dibuka dua tahun lalu telah mencatat 43.587 anggota baru yang bergabung. Jemaat-Jemaat hendaknya mencatat bahwa anggota baru yang berpartisipasi dalam Tahrik Jadid dihitung di daftar keenam, dan kirmlah laporan jumlah tersebut ke Wakalat Mal.
Di Jerman, sepuluh Jemaat teratas antara lain Rodgau, Osnabrück, Pinneberg, Nidda, Flörsheim, Rodermark, Bremen, Neu-Wied, Friedberg Mitte, dan Koblenz.
Sementara sepuluh keamiran teratas adalah Hamburg, Frankfurt, Groß-Gerau, Wiesbaden, Riedstadt, Mannheim, Dietzenbach, Morfelden-Walldorf, Rüsselsheim, dan Darmstadt.
Di Inggris, lima wilayah (region) teratas adalah Islamabad, Baitul-Futuh, Masjid Fazl, Baitul-Ihsan, dan North East.
Sementara sepuluh Jemaat terbesar di sana antara lain Islamabad sebagai yang teratas, diikuti Ash, Worcester Park, South Cheam, Walsall, Farnham North, Aldershot South, Masjid Fazl, Farnham South, dan Ewell.
Jemaat kecil yang aktif di Britania Raya antara lain Elements Park, Chaspen Valley, Cathley, Frontwood, dan Jamia UK.
Sementara di Amerika Serikat, sepuluh Jemaat teratas adalah North Virginia, Maryland, Los Angeles, Seattle, Chicago, Dallas, Silicon Valley, North Jersey, South Virginia, Central Jersey, Baltimore, dan Detroit.
Di Kanada, keamiran lokal teratas antara lain Vaughan, Calgary, Peace Village, Vancouver, Toronto West, Brampton East, dan Mississauga.
Sedangkan Jemaat yang menonjol dari sisi penerimaan antara lain Hamilton Mountain, Hamilton, Edmonton West, Hadiqa Ahmad, Ottawa East, Ottawa West, Winnipeg, Regina, Wood Dry, dan Yellowknife.
Di Pakistan, jika dilihat dari penerimaan secara umum, Lahore menempati peringkat pertama, diikuti Rawalpindi di peringkat kedua, dan Karachi di peringkat ketiga.
Di tingkat distrik di Pakistan, Islamabad menempati peringkat pertama, diikuti Faisalabad, Sialkot, Sargodha, Umerkot, Narowal, Mirpur Khas, Rahim Yar Khan, Toba Tek Singh, dan Layyah.
Sementara itu, kota-kota dengan pengorbanan terbanyak antara lain keamiran Township Lahore, Defence Lahore, Dalzakar Lahore, Allama Iqbal Town Lahore, Baitul-Fazl Faisalabad, Bahawalnagar, Quetta, Bahawalpur, Lodhran, dan Sahiwal.
Di India, sepuluh provinsi (negara bagian) teratas adalah Kerala, Tamil Nadu, Telangana, Odisha, Jammu & Kashmir, Karnataka, Punjab, Bengal, Maharashtra, dan Delhi.
Sementara sepuluh Jemaat teratas dari segi pengorbanan adalah Hyderabad, Coimbatore (Tamil Nadu), Qadian, Calicut, Mela Palm, Manjeri, Kerala, Bangalore, Karing, Kolkata, dan Karolai.
Di Australia, sepuluh Jemaat teratas adalah Melbourne Langwarrin, Melbourne Berwick, Marsden Park, Penrith, Melbourne West, Castle Hill, Adelaide West, Melbourne Clyde, Perth, dan Melbourne East.
Mengenai tahun Tahrik Jadid, seperti yang telah saya sampaikan, tahun ke-92 telah dimulai, sehingga kantor pertama kini menjalani tahun ke-92. Daftar-daftar lama tetap berjalan. Daftar kedua memasuki tahun ke-82, daftar ketiga tahun ke-61, daftar keempat tahun ke-41, daftar kelima tahun ke-22, dan daftar keenam kini memulai tahun ketiganya. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, anggota baru yang bergabung hendaknya dimasukkan ke daftar keenam.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Teman-teman tercinta, saya meyakinkan kalian bahwa Allah Taala telah menganugerahkan kepada saya semangat yang tulus demi rasa simpati kepada kalian, serta makrifat sejati yang diberikan untuk menambah iman, kecintaan, dan pengenalan kalian kepada Allah. Makrifat ini sangat dibutuhkan oleh kalian dan keturunan kalian.
Oleh karena itu, saya berdiri dengan semangat dan kesiapan agar kalian menolong misi-misi agama dengan harta yang tayib, yakni harta yang suci dan bersih, dan setiap individu hendaknya, sejauh Allah Taala memberi kelapangan, kekuatan, dan kemampuan, tidak menahan diri dalam jalan ini. Jangan menempatkan harta kalian lebih utama daripada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian, sejauh yang saya mampu, saya akan menyebarkan melalui tulisan-tulisan, ilmu-ilmu dan keberkatan-keberkatan yang telah Allah Taala anugerahkan kepada saya ke negara-negara di Asia dan Eropa.”
Alhasil, Allah Taala telah menempatkan misi ini di bawah tanggung jawab Hazrat Masih Mau’ud a.s., dan kini tugas kita adalah menyempurnakan misi tersebut. Melalui pengorbanan harta di Asia, Eropa, Amerika, Afrika, negara-negara Arab, Amerika Selatan, dan pulau-pulau di berbagai tempat, Allah Taala memberikan kita kesempatan untuk menyampaikan pesan Islam.
Bukan hanya pengorbanan di Eropa yang menonjol, tetapi orang-orang di tempat-tempat lain pun, sebagaimana contoh-contoh yang telah saya sampaikan, dengan penuh semangat turut berpartisipasi dalam pengorbanan harta. Semoga Allah Taala menerima pengorbanan mereka, melimpahkan keberkatan pada harta dan jiwa mereka, serta menurunkan berkah yang melimpah dalam usaha-usaha kita sehingga menghasilkan hasil yang terbaik.
Semoga kita segera menyaksikan tegaknya pemerintahan Allah Yang Maha Esa di dunia dan berkibarnya bendera Nabi Muhammad saw.[1]
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهٗ وَنَسْتَعِيْنُهٗ وَنَسْتَغْفِرُهٗ وَنُؤْمِنُ بِهٖ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهٗ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ – وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ -عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ أُذكُرُوْ االلهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Shd., Mln. Fazli Umar Faruq, Shd., dan Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Mln. Muhammad Hasyim.