Aspek Rizki Ruhani & Sifat Ilahi “Al Hasib”

Khutbah Jum’ah

Hazrat Amirul Mu’minin Khalifatul Masih V atba.

Tanggal  19  maret 2010  dari  baitul futuh london u.k.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *

صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

Dalam khutbah Jum’ah hari ini saya hendak menjelaskan sebuah perkara bagian dari tajuk khutbah yang lalu namun pada waktu itu tidak sempat dijelaskan. Sebagaimana telah saya jelaskan bahwa rizki bukan terbatas hanya berupa materi atau harta benda saja, melainkan mencakup segala kemampuan dan kekuatan ruhani yang telah dianugerahkan oleh Allah swt kepada manusia disebut rizki juga. Dan rizki yang paling sempurna dan paripurna adalah yang telah dianugerahkan Allah swt kepada Hazrat Rsulullah saw, yang selanjutnya beliau bagi-bagikan secara merata kepada para sahabat beliau. Diantara Rizki yang paling utama adalah Alqur’anul Karim yang telah Tuhan turunkan kepada Rasulullah saw, kedua adalah sunnah-sunnah beliau dan yang ketiga adalah sabda-sabda beliau. Dari itu semua para sahabat banyak memperoleh barkat dan manfa’at, sibuk mengisi pundi-pundi mereka dengan rizki-rizki ruhani itu. Dan selanjutnya untuk ummat akhir zaman juga Rasulullah saw telah menubuatkan bahwa sebagaimana dizaman Rasulullah saw menghadapi kekurangan-kekuragan rizki ruhani sehingga telah mencapai puncaknya dan dengan kedatangan beliau saw rizki ruhani itu telah dibagi-bagikan sehingga beratus ribu manusia yang telah mati ruhani telah bangkit dan hidup kembali.

Akan datang masanya dikalangan orang-orang Muslim diakhir zaman akan mengalami kekurangan rizki ruhani seperti itu. Disebabkan lenyapnya perhatian sebagian besar orang-orang Muslim terhadap hidangan-hidangan ruhani itu mereka tidak memperoleh barkat dan luput dari kekayaan ruhani itu. Maka pada waktu ini Allah swt telah menurunkan seorang Jariullah (Pahlawan Tuhan) dalam wujud Masih Mau’ud, Imam Mahdi a.s. kedunia. Kemudian beliau akan membagi-bagikan khazanah (treasury) kekayaan Rasulullah saw kepada manusia. Dalam membagi-bagikan khazanah harta kekayaan itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :

“Sekarang Hadis yang tercantum didalam Kitab Sahih Abu Daud akan saya kemukakan dihadapan para peneliti dan akan diajak merenungkan siapa yang dimaksud dengan hadis itu. Maka jelaslah bahwa nubuatan yang tercantum didalam Hadis Sahih Abu Daud itu adalah seorang manusia yang bernama Harith yang akan muncul dari Samarkhand yang akan memperkuat Ahli keluarga Rasulullah dan untuk membantunya akan menjadi kewajiban setiap orang mukmin. Dan melalui Ilham Allah swt telah menzahirkan dengan jelas kepada saya tentang nubuatan tersebut dan satu lagi nubuatan tentang kedatangan Al Masih yang akan menjadi Imam bagi orang-orang Muslim yang akan datang dari antara orang-orang Muslim. Sesungguhnya kedua nubuatan ini sudah dikenal oleh masyarakat dan hamba yang lemah ini telah menjadi bukti bagi sempurnanya kedua nubuatan ini. Kunci utama bagi tanda-tanda bagi nubuatan tentang nama Masih itu hanya ada dua macam: Pertama, apabila Al Masih datang keadaan ruhani orang-orang Muslim pada waktu itu sudah banyak berubah dan kacau balau. Al Masih itu akan memperbaiki mereka dengan menyampaikan ajaran-ajarannya yang sohih. Sambil menjauhkan kemiskinan, kepapaan ruhani dan kekotoran bathin mereka secara total akan dikemukakan permata indah ilmu-ilmu pengetahuan, hakikat dan ma’rifatnya kepada mereka. Sehingga mereka akan merasa lelah mengumpulkan ilmu dan kekeyaan ruhani itu. Dan secara ruhani tidak akan ada lagi diantara mereka yang mengalami kemiskinan dan kekurangan. Bahkan betapapun lapar dan dahaga untuk meraih kebenaran mereka akan dianugerahi makanan dan minuman hakikat dan ma’rifat yang sangat lezat dan sangat melimpah ruah. Dan pundi-pundi mereka akan dipenuhi dengan hakikat ilmu-ilmu pengetahuan ruhani. Dan kepada mereka akan diberikan botol-botol berisi wewangian rahasia ilmu-ilmu pengetahuan Alqur’anul Karim.

Memang Hazrat Masih Mau’ud, Imam Mahdi a.s. telah membagi-bagikan khazanah ilmu pengetahuan kepada dunia. Namun disatu pihak ada segolongan manusia yang bernasib malang tidak bersedia menerimanya, dan dipihak lain ada segolongan yang lapar dan dahaga mencari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenran itu. Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah memberi khazanah ilmu pengetahuan dan makrifat yang memupuk rasa cinta manusia semakin mantap terhadap Allah swt dan Rasul-Nya Muhammad saw. Dan membuktikan kebenaran Islam diatas semua agama didunia. Maka sekarang telah menjadi kewajiban kita semua orang Ahmady untuk mengisi pundi-pundi kita dengan khazanah ilmu pengetahuan ruhani itu sehingga kita menjadi orang-orang yang maju dan berjaya.

Orang-orang yang mengetahui Bahasa Urdu diharapkan agar mereka berusaha keras untuk membaca tulisan-tulisan Hazrat Masih Mau’ud a.s. dari aslinya. Sebelumnyapun telah saya anjurkan kepada Jema’at dan semua badan-badan Jema’at agar secara khas melakukan usaha-usaha keras kearah itu. Mereka yang tidak memahami Bahsa Urdu harus berusaha membaca terjemahan dari Buku-buku Hazrat Masih Mau’ud a.s. yang tersedia terutama terjemahan didalam Bahasa Inggeris. Semoga Allah swt memberi kemampuan kepada kita untuk menyampaikan khazanah pengetahuan dan ilmu-ilmu ruhani ini secepat-cepatnya kepada orang lain didalam berbagai macam Bahasa dunia. Amin !!

Selanjutnya Huzur atba menjelaskan Sifat Al Hasib dari surat Albaqarah ayat 285 sebagai berikut :

لِلَّهِ مَا فِىْ السَّمٰوٰتِ وَمَا فِىْ اْلاَرْضِ‌ؕ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِىْۤ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ‌ؕ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَآءُ‌ ؕ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya : Kepunyaan Allah-lah apa yang ada diseluruh langit dan di bumi, dan jika kamu menzahirkan apa yang terkandung didalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, Allah akan menghisabmu mengenainya. Kemudian Dia akan mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menjatuhkan siksaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.

Kedudukan iman seorang mukmin baru akan sempurna apabila setiap waktu ia selalu menjaga keadaan nafsnya (dirinya) dan berusaha membuatnya sesuai dengan ajaran yang telah disampaikan oleh Allah swt melalui Hazrat Rasulullah saw. Sebab keadaan zahiriah saja tidak mengandung nilai apa-apa. Sekalipun ia tengah melaksanakan pengkhidmatan terhadap Jema’at, masayarakat sekitar juga mengetahui apa yang dia lakukan. Namun Tuhan Yang maha mengetahui keadaan hati manusia, Dia mengetahui dengan pasti apa yang terkandung didalam hatinya. Jika apa yang dia lakukan itu hanya untuk pamer maka amalnya itu sedikitpun tidak mempunyai nilai. Jika ia bertabligh untuk menyampaikan amanat kebenaran namun amal perbuatannya tidak sesuai dengan itu, maka sekalipun hal itu tersembunyi dari pandangan manusia namun ia tidak tersembunyi dari pandangan Tuhan. Jadi Allah swt telah menjelaskan kepada orang mukmin bahwa tidak ada suatu benda-pun tersembunyi dari pandangan-Nya. Jadi Allah swt akan memberi pembalasan terhadap pekerjaan yang manusia lakukan sesuai dengan keadaan nafs-nya itu. Oleh sebab itu Rasulullah saw juga telah bersabda bahwa : Innamal ‘amaalu biniyyat. Artinya amal perbuatan manusia akan dihisab sesuai dengan niyyat yang terkandung didalam hatinya. Sedangkan keadaan niyyat manusia hanya Tuhan-lah Yang mengetahuinya. Oleh sebab itu telah dijelaskan kepada orang-orang mukmin, bahwa Tuhan Yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi ini mengetahui setiap wujud benda yang terdapat disetiap sudut-sudutnya. Dan manusia tidak tinggal diluar pengawasannya. Maka setiap amal perbuatan yang kalian kerjakan secara sembunyi atau secara terbuka Allah swt mengetahui semuanya. Bahkan Dia mengetahui setiap angan-angan yang kalian lakukan. Oleh sebab itu hendaknya kalian melakukan pensucian terhadap nafs atau jiwa kalian. Dan hendaknya kalian berusaha mensucikan kalbu kalian semata-mata karena Allah swt. Apabila Allah swt telah berfirman : يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ‌ؕ yakni : Allah akan menghisabmu mengenainya, maksudnya kalian akan menerima pembalasan sesuai dengan niyat yang terkandung didalam hati kalian. Ditempat lain didalam Alqur’an Allah swt berfirman :

وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـئًا‌ؕ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَا‌ؕ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ‏

Artinya : Dan akan Kami adakan neraca-neraca yang adil pada hari Qiamat, supaya tiada jiwa akan teraniaya sedikit juapun. Dan jika ada amal seberat biji sawipun, Kami akan mewujudkannya. Dan cukuplah Kami sebagai Penghisab (Al Anbiya : 48)

Maka dimanapun juga Allah swt memberi pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal yang diperbuatnya. Dan Allah swt tidak pernah berbuat zalim. Akan tetapi oleh karena Dia mengetahui sampai kedalam lubuk hati manusia, dan Dia mengetahui setiap gerak dan niyat amal perbuatan manusia, maka hal itu juga akan dihisab oleh-Nya. Dia mengetahui apakah salat yang dilakukannya itu karena Allah atau untuk pamer ??  Apakah sadqah yang diberikan-nya karena Allah atau untuk pamer ? Atau kebaikan apapun yang dilakukannya gerak niyatnya itu untuk apa ?

Jadi, Allah swt berfirman : “ Tazkiyah nafs harus menjadi perhatian kalian setiap sa’at. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan perhatian seperti itu.”  Banyak sekali pikiran-pikiran timbul, yang baik maupun yang buruk. Allah swt memberi pembalasan untuk itu semua. Oleh karena Rahmat Allah swt sangat luas, maka setiap keburukan yang timbul didalam hati manusia tidak langsung ditindak, tetapi apabila pikiran buruk itu sengaja ditanamkan didalam hati dan diwaktu ada kesempatan untuk melakukan-nya, pikiran buruk tadi semakin keras desakannya, barulah tindakan terhadapnya patut dilaksanakan. Misalnya disebabkan timbul rasa dendam atau kebencian seseorang ingin mencelakakan orang lain, secara amalan (praktikal) ia tidak mencelakakannya, akan tetapi keinginan-nya itu tetap tertanam didalam hatinya, bila saja ada kesempatan dia akan membinasakan lawan-nya itu. Perbuatan atau perangai-nya seperti itu menyebabkan Tuhan marah kepadanya. Oleh karena fitrat manusia benar-benar lemah dan pikiran-pikiran buruk mudah masuk kedalam hatinya, maka Allah swt tidak segera melakukan tindakan. Akan tetapi jika manusia telah berniat, bila saja ada kesempatan siap untuk melakukannya, baru-lah dia akan siap ditangkap.

 Jika manusia tidak mempunyai niyat buruk seperti itu, tidak bermaksud mengamalkan  niyatnya itu, dan tidak mencari-cari kesempatan untuk melakukan-nya, maka Allah swt mema’afkan pikiran buruk seperti itu yang timbul didalam hatinya. Tentang itu Hazrat Rasulullah saw bersabda (dalam Hadis qudsi atau firman Ilahi): “Allah swt memberi perintah kepada Malaikat-Malaikat-Nya : (Hai Malaikat-Malaikat-Ku !) Jika seorang hamba-Ku berfikir untuk melakukan suatu kejahatan, ia jangan ditulis sebagai dosa. Tetapi jika ia buktikan dengan amalan, barulah ditulis sebagai dosa. Dan jika seseorang berniyat untuk melakukan kebaikan, namun disebabkan sesuatu alasan ia tidak mengamalkannya, maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan jika kebaikan itu dilaksanakan, maka tulislah baginya sepuluh kali kebaikan sebagai ganjarannya.” (Riwayat Hadis Bukhari dan Muslim)

Demikianlah Allah swt sangat pemurah terhadap hamba-hamba-Nya. Sekarang kewajiban orang mukmin untuk selalu meluruskan niyat dan amal perbuatannya. Harus selalu memperhatikan kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa pribadinya.

Supaya dia memperoleh Rahmat Allah swt seluas-luasnya dan terhindar dari Azab-Nya.

Ditempat lain didalam Alqur’an Allah swt berfirman

وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰئِرَهٗ فِىْ عُنُقِهٖؕ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰهُ مَنْشُوْرًا‏ اِقْرَاْ كِتٰبَكَؕ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاؕ

Artinya : Dan amalan tiap-tiap manusia Kami ikatkan pada batang lehernya, dan pada hari kiamat akan Kami keluarkan baginya kitab yang akan didapatinya terbuka lebar—Dan akan dikatakan kepadanya ; “ Bacalah kitab engkau ini! Cukuplah diri engkau sendiri pada hari ini sebagai penghisab terhadap engkau. “ (Bani Israil : 14-15)  Disini Allah swt memperingatkan manusia agar mengawasi amal perbuatan sendiri. Jangan mengira bahwa amal baik atau buruk yang telah kalian lakukan akan berlalu begitu saja. Sebagaimana telah dijelaskan firman Tuhan sebelumnya bahwa, baik kalian sembunyikan atau kalian zahirkan yang terdapat didalam hati kalian akan dihisab oleh Allah swt. Didalam ayat ini lebih terbuka, tidak ada yang tersembunyi. Setiap amal kalian akan diikatkan pada batang leher kalian. Itulah sebuah diary (catatan harian) yang diisi setiap hari dengan catatan kebaikan dan juga keburukan yang telah dikerjakan setiap hari. Pada hari kiamat diary itu akan tampil secara terbuka. Kadangkala manusia lupa terhadap keburukan yang pernah ia lakukan. Atau tidak dianggapnya penting. Allah swt akan berfirman : “ Kitab amalan yang diikatkan pada batang leher-mu ini, adalah catatan amal perbuatan-mu beserta hari dan tanggal dilakukannya. Setiap amal yang kamu lakukan dicatat didalamnya. Dan catatan ini telah menjadi bagian tetap amal perbuatan kamu. Kamu tidak bisa terlepas dari padanya. Jadi manusia harus selalu waspada. Sekecil apapun amal perbuatan itu akan nampak dihadapan-nya. Oleh sebab itu jangan sampai suatu amal perbuatan buruk tertera pada diary (catatan harian) diakhirat, yang akan mengakibatkan terpaksa menerima hukuman dari Allah swt, lebih baik didunia ini-lah manusia melakukan perhitungan setiap hari terhadap amal perbuatan yang akan dilakukannya. Dan perhitungan yang dilakukan setiap hari akan menghindarkan pandangan dari masyarakat, sebab banyak sekali amal perbuatan yang dilakukan ditengah masyarakat. Dimana perhitungan harian ini akan membuat dirinya berhati-hati dan akan terhindar dari pandangan masyarakat, disana ia akan menjadi sarana untuk meraih keridhaan Allah swt juga. Jadi, yang harus diusahakan adalah apabila nanti akan menerima kitab catatan amal, ia akan penuh hanya dengan catatan amal-amal kebaikan. Hal itu akan terjadi jika ada karunia Allah swt dan untuk mendapatkan karunia itu manusia memerlukan banyak menundukkan kepala, berdo’a sambil menangis dihadapan-Nya.

Didalam Alqur’anul Karim Allah swt berfirman :

فَاَمَّا مَنْ اُوْتِىَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ

Artinya : Maka akan hal dia yang diberikan kepadanya rekamannya ditangan kanannya–  Niscaya ia akan memperoleh perhitingan yang mudah. (Al Insyiqaq : 8-9)   Tangan kanan disini maksudnya adalah kebaikan-kebaikan, yakni amal-mal baik manusia akan mengungguli  perbuatan-perbuatan buruknya. Dan perhitungannya akan menjadi mudah sekali. Berkat rahmat Tuhan-lah hisab ini menjadi mudah. Kelompok kedua adalah yang hisab atau perhitungannya susah. Kepada mereka akan diberikan kitab amalnya dari belakang. Hisab yang dilakukan terhadap orang-orang mukmin sangat mudah sebab terdapat perlakuan kasih dan maghfirat Allah swt terhadap orang-orang mukmin. Kepada orang yang diberi kitab amalnya dari belakang Allah swt akan berfirman kepadanya :” Bacalah kitab ini dan hitunglah sendiri amal perbuatan-mu! Sebab cukuplah diri engkau sendiri pada hari ini sebagai penghisab terhadap engkau!

Ketika Allah swt berfirman : ؕ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَآءُ‌ Dia akan mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menjatuhkan siksaan kepada siapa yang Dia kehendaki, hal itu tidak didasarkan atas paksaan, melainkan setelah memeriksa kitab setiap manusia Tuhan akan berfirman: اِقْرَاْ كِتٰبَكَؕ bacalah sendiri kitab engkau !!  Para pelaku keburukan akan memberi kesaksian sendiri terhadap dirinya dan berkata : “Ya memang demikianlah amalan kami, membuat kami patut menerima hukuman!” Allah swt tidak pernah berlaku tidak jujur kepada siapapun. Dia memberi pembalasan terhadap amala kebaikan sebesar biji sawi sekalipun, atau lebih kecil dari itu. Ya! Oleh karena Tuhan adalah Qadir, Dia mema’afkan juga siapa yang Dia kehendaki. Berkenaan dengan itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : ” Qur’an Syarif berulang kali telah menegaskan bahwa alam akhirat bukanlah barang baru, melainkan semua pemandangan yang dilihat disana, ia sebagai bayangan dan kesan-kesan dari pada pemandangan kehidupan didunia ini.

Sebagaimana firman-Nya : Kesan amal perbuatan didunia ini-lah yang Kami ikatkan pada batang lehernya. Dan kesan yang tersembunyi dari itu akan Kami zahirkan dengan jelas dialam akhirat nanti dan akan diperlihatkan dalam catatan amal yang terbuka disana.

Perkataan  طٰئِرَ (thair) didalam ayat ini ingatlah, arti asalnya adalah burung. Dan sebagai kiasan ia berarti juga amal. Sebab setiap amal baik atau buruk setelah berlaku ia terbang seperti burung. Rasa pedih atau lezat menjadi hilang. Sedangkan kesan-kesannya tetap melekat. Setiap orang lupa terhadap amal perbuatannya sendiri. Sedangkan kesan dari kebaikan atau keburukan itu tetap melekat didalam hati. Itulah peraturan Alqur’an, gambaran-gambaran setiap amal perbuatan terus terkumpul didalam hati secara tersembunyi. Seperti halnya apabila manusia telah melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan Allah swt-pun berlaku atasnya sesuai dengan itu. Dan perbuatan itu berupa dosa atau berupa kebaikan tidak dibiarkan sia-sia, melainkan gambarannya akan tertera pada mulut, pada mata, pada kuping, pada tangan dan pada kaki. Dan itulah catatan amal secara tersembunyi yang akan zahir secara terbuka dialam akhirat nanti.

Allah swt tidak menegaskan kepada manusia hanya untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan diri dari keburukan, namun disebabkan manusia telah diciptakan dalam keadaan lemah, bisa terjerumus kepada perbuatan dosa atau perbuatan keburukan dan karena-nya ia menjadi layak menerima hukuman. Disebabkan sangat luasnya rahmat Tuhan, Dia telah berlaku ihsan terhadap hamba-hamba-Nya, yaitu untuk meraih keridhaan-Nya, untuk memperoleh hasanah dunia dan akhirat, untuk terhindar dari azab jahannam Dia telah mengajarkan do’a-do’a-nya untuk itu semua. Supaya sambil giat memanjatkan do’a-do’a itu manusia menaruh perhatian khas untuk berbuat amal kebaikan. Dan supaya timbul kesadaran untuk memanjatkan do’a-do’a bagi keselamatan. Didalam Surah Albaqarah ayat 202 dan 203 Allah swt berfirman :

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّار0 اُولَـئِكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْا‌ؕ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَاب

Artinya : Dari antara mereka ada yang berkata : “ Ya Tuhan kami ! Berilah kami segala yang baik didunia dan segala yang baik diakhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api.” Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah Mahacepat dalam menghisab.

Pertama Allah swt berfirman bahwa amal dan usaha-usaha orang-orang mukmin tidak terbatas hanya untuk mencari kebaikan-kebaikan dunia. Pertama, mereka mencari kebaikan dunia. Kedua, mereka mencari kebaikan-kebaikan akhirat juga. Yang ketiga, mereka berdo’a untuk terhindar dari azab Api juga. Dan azab api itu bukan hanya azab api diakhirat saja. Melainkan setiap benda yang menjadi penyebab rasa sakit terhadap manusia, adalah  azab api. Semoga Allah swt menyelamatkan kita dari azab api itu, didunia ini juga dan diakhirat juga ! Semoga Dia menjadi pelindung kita dari padanya.

Allah swt telah memberitahukan tanda orang mukmin hakiki, yaitu ia adalah orang pencari setiap kebaikan dari Allah swt apakah kebaikan didunia ini ataupun kebaikan diakhirat nanti. Dan dia berusaha mencari perlindungan kepada Allah swt dari setiap keburukan yang menyebabkan manusia semakin jauh dari Allah swt, dan yang menjadi sebab turunnya azab. Sungguh paripurna do’a ini ! Do’a ini sangat penting sekali untuk setiap tingkatan manusia, baik untuk kemajuan duniawi  maupun ukhrawi atau ruhani manusia. Do’a ini harus sering dipanjatkan sebanyak-banyaknya. Hazrat Rasulullah saw telah menasihatkan secara khas kepada orang-orang mukmin agar do’a ini selalu dipanjatkan kepada Allah swt untuk memohon kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Memohon kebaikan dunia maknanya memohon nikmat-nikmat Allah swt yang menurut pandangan-Nya adalah kebaikan-kebaikan, yang diantaranya termasuk rizqi yang suci bersih, memenuhi hak-hak sesama manusia (hakukul ibad) dan termasuk amal saleh juga yang membuat manusia lebih dekat kepada Allah swt. Ibadah salat juga termasuk kebaikan untuk meraih keridhaan Allah swt. Dan apakah luasnya kebaikan-kebaikan ini ada didalam jangkauan pengetahuan orang-orang mukmin atau tidak,  mereka tetap memohon kebaikan-kebaikan itu dari Allah swt. Apabila kebaikan-kebaikan ini diterima orang-orang mukmin maka Allah swt melindungi mereka dari setiap jenis kesulitan dunia dan dari amalan-amalan buruk yang mengakibatkan turunnya azab. Itulah kebaikan-kebaikan dunia yang karenanya kebaikan-kebaikan akhirat juga dianugerahkan kepada mereka.

Hazrat Masih Mau’ud, Imam Mahdi a.s. bersabda : “

Hubungan-hubungan orang-orang mukmin dengan dunia demikian luasnya sehingga bisa menjadi sarana untuk meraih martabah yang tinggi. Sebab tujuan utama mereka yang dicapai adalah agama. Semua harta kekayaan dan kebesaran dunia adalah hamba agama. Sesungguhnya kesenangan atau kemuliaan dunia itu bukan tujuan utama orang-orang mukmin dan upaya mereka mencari dunia semata-mata untuk memenuhi kepentingan agama. Maka usahakanlah kekayaan dunia sampai berhasil dan jadikanlah dia khadim bagi agama. Sebagaimana seseorang bepergian dari satu tempat ketempat lain menggunakan kendaraan atau membawa-serta perbekalan, tujuan utamanya adalah untuk sampai ketempat yang dimaksud, bukan kendaraan atau keperluan bekal perjalanan. Demikianlah manusia harus menghasilkan harta dunia sambil menganggapnya sebagai khadim agama. Didalam do’a yang diajarkan oleh Allah swt : وَّفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً  رَبَّنَآ اٰتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً kebaikan dunia disebut lebih dulu, yaitu kebaikan dunia yang akan menjadi sarana kebaikan akhirat. Dari ajaran do’a ini dapat dipahamai dengan jelas bahwa dalam mencari harta dunia, orang mukmin harus betul-betul memperhatikan kebaikan akhirat. Dan beserta lafaz hasanatud dunya (kebaikan-kebaikan dunia) semua sarana-sarana yang sangat baik husulud dunia (mencari dunia) juga disebutkan, tujuannya memberi isyarah kepada orang-orang mukmin untuk mencarinya. Carilah dunia sampai berhasil dengan cara yang mendatangkan kebaikan dan keunggulan. Bukan dengan cara yang menyebabkan timbulnya kesusahan kepada manusia. Maka harta dunia seperti itu pasti akan menjadi sarana bagi hasanatul akhirah. Maka ingatlah !! Orang yang mewaqafkan kehidupannya karena Allah, dia tidak akan menjadi lemah tak berdaya. Tidak mungkin ! Bahkan sebaliknya waqaf bagi agama atau bagi Ilahi membuat manusia cerdas dan cergas, kelengahan dan kemalasan tidak akan menguasainya. Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Amar Bin Hazimah katanya, Hazrat Umar berkata kepada ayahku : “ Apa yang menjadi penghalang, mengapa anda tidak menanam pohon diatas tanah milik anda?” Jawab ayah saya : “ Saya sudah tua, tidak lama lagi akan mati ! Hazrat Umar r.a. bersabda : “ Tidak ! Anda harus menanam pohon diatas tanah itu !” Rawi menyaksikan Hazrat Umar sendiri bersama ayah saya menanam pohon diatas tanaha ayah saya itu, dan Hazrat Rasulullah saw selalu memohon perlindungan kepada Allah swt dari kemalasan.”

Saya-pun mengatakan, janganlah menjadi orang malas ! Allah swt tidak melarang mencari harta dunia bahkan mengajarkan do’a untuk mencari hasanatud dunya. Dalam riwayat yang duktip oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. diatas dikatakan : “ Saya sudah tua tidak lama lagi akan mati, apa perlunya hasanatud dunya bagi saya.” Namun Hazrat Umar r.a. bersabda : Tidak ! Selama anda masih hidup didunia ini anda harus terus berusaha mencari hasanantud dunya itu.”  Kalau hasilnya bukan untuk diri sendiri, maka carilah hasilnya untuk anak-cucu anda, yang akan menjadi hasanatud dunya bagi generasi yang akan datang kemudian. Kadangkala menyediakan harta bagi anak-keturunan manjadi sangat penting juga untuk agama, supaya anak-anak terhindar dari kemiskinan. Dan jangan sampai disebabkan kemiskinan dan kesusahan mereka menjadi jauh dari agama. Yakni hasanah itu bukan untuk kepentingan sendiri melainkan bagi kepentingan anak-keturunan yang akan datang kemudian, hasanah itu akan  terus mengalir dan akan terus mengalir dengan syarat tarbiyyat ruhani juga dilakukan terhadap anak-anak itu secara dawam, sehingga mereka mendapat faedah dari uswah hasananah juga dan agar mereka menjadi orang-orang bertaqwa. Agar mereka akan menjadi anak-anak yang selalu mendo’akan bagi orang-tua mereka, dan do’a-do’a itu akan menjadi sarana hasanatul akhirah bagi mereka, sebagaimana telah diajarkan do’anya oleh Allah swt didalam Qur’an Syarif:

 رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا  Hai Tuhan-ku ! Kasihanilah kedua ibu-bapak-ku sebagaimana kasih sayangnya mereka padaku ketika aku masih kecil.

Ditempat lain Hazrat Masih Mau’ud, Imam Mahdi a.s. bersabda : “ Demi kesenangan dan kesejahteraan pribadi, manusia memerlukan dua macam perkara : Pertama, kehidupan dunia yang sifatnya sementara itu keadaannya aman dari kesusahan, ujian, musibah dan sebagainya. Kedua, Allah swt menjauhkan kefasiqan, kejahatan, penyakit-penyakit ruhani lainnya, dan sebagainya, supaya terlindung dari pada itu semua, maka itulah hasanatud dunya.

Hasanatud dunya adalah, terlindung dari setiap macam bala-musibah, kehidupan yang buruk dan kehidupan dunia yang hina dan sebagainya.  خُلِقَ اْلاِنْسَانُ ضَعِيْفًاManusia diciptakan dalam keadaan lemah. Selanjutnya Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : Ada dua jenis perkaraa yang diperlukan oleh manusia.Pertma kehidupan didunia ini, kehidupan yang tidak lama, sekalipun orang-orang dunia menganggapnya sangat lama dan panjang. Didalamnya manusia berusaha menyelamatkan diri dari berbagai macam musibat-musibat, kesulitan-kesulitan, kesusahan dan ujian yang dihadapi mereka. Kedua, memperoleh keselamatan dari kepasikan, dosa-dosa dan berapapun banyaknya penyakit-penyakit ruhani yang menjauhkan manusia dari pada Tuhan, yang sangat perlu bagi orang-orang yang beragama. Itulah hasanatud dunya. Apabila manusia mendapat rasa nyeri pada ujung jari saja, kehidupan sudah hilang tak berarti.

Demikian juga apabila kehidupan manusia menjadi rusak, misalnya kehidupan kelompok wanita-wanita pasar, kehidupan mereka diliputi kegelapan. Dan mereka seperti binatang-binatang yang tidak pernah tahu tentang adanya Tuhan dan hari akhirat. Jadi, hasanatud dunya adalah Tuhan melindungi manusia dalam setiap segi kehidupan baik didunia ini maupun diakhirat nanti dari setiap jenis musibah dan وَّفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً  yakni kehidupan akhirat adalah sebagai buah dari hasanatud dunya yakni kehidupan yang baik selama didunia. Jadi apabila manusia mendapatkan kehidupan dunia yang hasanah maka hal itu akan menjadi buah bagi kehidupan diakhirat. Diatas telah dijelaskan bahwa kehidupan dunia yang hasanah adalah satu alamat baik bagi kehidupan akhirat yang baik akan diperoleh. Sungguh salah orang yang mengatakan; mengapa minta kebaikan dunia, mintalah kebaikan akhirat saja. Pikirlah, kesehatan jasmani adalah perkara yang membuat manusia tenang dan melalui badan sehat manusia dapat melakukan kebaikan dan ibadah demi meraih kehidupan akhirat. Itulah sebabnya dikatakan bahwa dunia adalah tanaman bagi akhirat. Sesungguhnya, apabila Allah swt memberi kesehatan, kehormatan, anak-keturunan yang saleh kepada seseorang didunia ini amal-amal mereka-pun sangat baik dan saleh maka diharapkan dia akan memperoleh kehidupan diakhirat juga baik. Namun tetap timbul rasa takut kepada Tuhan didalam hatinya. Setelah melakukan amal-amal saleh-pun manusia tidak lalai, dengan mengatakan; saya telah melakukan amal-amal saleh sekarang saya merasa yakin akan keridhaan Tuhan dan surga-pun akan diperoleh. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda ; Timbul harapan, sebab Allah swt telah berfirman bahwa kebaikan didunia akan membawa faedah bagi kehidupan diakhirat. Ayat kedua yang telah saya bacakan :

 اُولَـئِكَ لَهُمْ  نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْا‌ؕ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَاب

Mereka inilah yang menerima ganjaran yang sangat besardari apa yang telah mereka usahakan. Dan Allah sangat cepat dalam menghisab. Didalam ayat ini Allah swt jelaskan bahwa orang-orang yang memanjatkan do’a untuk kebaikan-kebaikan dunia, mereka memperolehnya, dan dalam amal perbuatan merekapun dengan sekuat tenaga disesuaikan dengan apa yang mereka mohonkan dari Allah swt, agar mereka memperoleh hasanaat itu. Allah swt memberi pembalasan kepada mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Mereka itulah yang menjadi peraih hasanatud dunya dan juga hasanantul akhirat.

Firman Tuhan وَاللهُ سَرِيْعُ الْحِسَاب maksudnya adalah sebagai natijah dari pada do’a yang dipanjatkan, Allah swt memberi pembalasan atau pengabulan terhadap-nya dengan cepat, tidak dilambat-lambatkan. Allah swt tidak berhutang terhadap kebaikan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, melainkan memberi pembalasan dengan cepat. Kebaikan itu segera dicatat didalam buku amal manusia. Setiap orang Ahmady sedikit-banyak tentu mempunyai pengalaman masing-masing tentang pengabulan do’a-nya. Hal itu adalah suatu pernyataan dari Allah swt dari hasanaat yang telah diperoleh hamba-Nya.

Ada lagi sebuah do’a yang pada umumnya kita baca didalam salat setiap hari setelah membaca selawat Nabi, yaitu do’a Hazrat Nabi Ibrahim a.s. sebagai berikut:

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ زُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء رَبّنَااغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ اْلحِسَابُ  Artinya : Hai Tuhanku! Jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan sembahyang, dan begitu pula anak-cucu-ku. Hai Tuhan kami ! kabulkanlah do’a-ku ! Hai Tuhan kami! Ampunilah aku dan kedua orang-tuaku dan orang-orang mukmin pada hari diadakan perhitungan. (Ibrahim : 41-42)

Jika dalam setiap sembahyang telah diingatkan kepada Hari Perhitungan, hal ini disebabkan telah dinasihatkan bahwa kita harus menaruh perhatian terhadap setiap amal perbuatan yang kita lakukan. Hasanaat tidak dapat diperoleh begitu saja, untuk memperoleh hasanaatud dunya yang menjadi sarana bagi hasanaatul akhirah manusia harus menaruh perhatian kepada setiap amal perbuatannya.

Setiap hari manusia harus melakukan koreksi sambil menghisab terhadap dirinya masing-masing. Perlu menaruh perhatian terhadap ibadaat, terhadap sembahyang dan anak-anak juga perlu diingatkan untuk menunaikan sembahyang, mereka juga perlu diingatkan untuk menunaikan ibadat-ibadat lainnya. Orang tua sebagai pengawas berkewajiban untuk selalu mengingatkan mereka. Terhadap anggauta Jema’at seluruhnya perlu diingatkan untuk banyak-banyak memanjatkan do’a dan memohon ampun kepada Tuhan, untuk kedua ibu bapak juga dan untuk semua orang-orang mukmin juga. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Rabbanagh firli maknanya permohonan maghfirah ini bukan hanya untuk diri sendiri saja melainkan untuk semua anggauta Jema’at atau untuk semua orang mukmin. Jadi do’a ini harus dibaca dengan penuh perhatian.

Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua untuk melakukan amal-amal kebaikan, dan semoga Dia memberi taufik kepada kita untuk melangkah diatas semua jalan yang dipandangan Allah swt jalan hakiki demi meraih kebaikan-kebaikan dunia akhirat. Satu lagi saya ingin mengingatkan kepada semua, baik sebagai anggauta biasa maupun para anggauta pengurus Jema’at, harus menegakkan contoh yang baik, dalam mendirikan salat lima waktu dan dalam melakukan kewajiban-kewajiban yang lainnya juga. Untuk itu semua semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita. Amin !!

Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.