Setia pada Amanah

-+=

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ringkasan Khutbah Jum’at

Ringkasan Khotbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada tanggal 18 Agu 2023 di Masjid Mubarak, Islambad, Tilford, UK.

SETIA PADA AMANAH

Setelah membaca tasyahud, ta’awwudz dan surah Al-Fatihah, Khalifatul Masih Al- Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kalian untuk mennyerahkan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa 4: 59)

Hudhur aba. bersabda, diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa jabatan apapun yang dipercayakan kepada seseorang untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan perkara orang lain adalah sebuah amanah. Seperti itu pulalah di dalam Nizam Jemaat ini, jabatan atau pengkhidmatan apa pun yang dipercayakan kepada seseorang merupakan sebuah amanah. Para pengurus dipilih di setiap tingkatan, baik di tingkat lokal, wilayah, nasional, pusat maupun di tingkat badan-badan. Pada umumnya, para pengurus ini dipilih berdasarkan hasil dari sebuah pemilihan. Oleh karena itu, diperintahkan untuk memilih orang-orang yang menurut pandangan mereka layak untuk memegang jabatan atau posisi tersebut.

Memilih Orang-orang yang Paling Cocok

Hudhur aba. menyampaikan bahwa ketika mengusulkan atau memilih para pengurus, maka seyogyanya tidak boleh mempertimbangan adanya hubungan pertemanan atau hubungan-hubungan lainnya. Para pengurus dipilih oleh anggota Jemaat atau (dipilih langsung) oleh Khalifah di masa itu. Pemilihan itu pun dilakukan setelah merenungkan dan memikirkan siapa orang yang paling tepat untuk jabatan tersebut. Namun, terkadang, bisa saja penilaian seseorang terhadap si fulan ternyata tidak tepat, atau setelah menduduki suatu jabatan tertentu, beberapa orang justru sikapnya berubah. Kerendahan hati, kerja keras, dan keadilan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengurus, justru kini tidak ada lagi. Dalam kasus seperti itu, tanggung jawab berada pada pengurus tersebut dan bukan pada orang yang telah memilihnya.

Hudhur aba. menyatakan bahwa kita harus selalu berupaya keras untuk memilih sosok yang terbaik di antara kita dan hendaknya kita melakukannya dengan perantaraan doa. Niatnya adalah untuk selalu berusaha dan tidak memilih orang-orang yang mempromosikan diri mereka sendiri untuk menduduki suatu jabatan. Jika Khalifah atau para pengurus mengetahui karakter tersebut ada di dalam diri seseorang, maka orang tersebut tidak boleh dipilih. Hal ini persis sesuai dengan ajaran Hadhrat Muhammad Rasulullah saw.

Tidak Boleh Meminta-minta Jabatan atau Kedudukan

Hudhur aba. bersabda bahwa suatu kali, ada dua orang yang mendatangi Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. dan mengatakan bahwa seharusnya mereka diberikan suatu jabatan tertentu karena mereka sanggup untuk melaksanakannya. Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. lalu bersabda bahwa orang-orang yang beliau saw. pilih akan ditolong oleh Allah Ta’ala. Akan tetapi, orang-orang yang meminta-minta atau menginginkan suatu jabatan atau kedudukan, maka orang semacam itu tidak akan diberkati atau ditolong. Tentu saja, setiap orang harus memiliki semangat dan gairah untuk mengkhidmati agama. Namun, pengkhidmatan ini pun harus dilakukan sesuai dengan apa yang diminta atau dibutuhkan dari mereka. Hendaknya harus selalu diingat bahwa, sebagaimana yang diajarkan oleh Hadhrat Muhammad Rasulullah saw., orang yang terbaik untuk suatu jabatan tertentu harus dipilih dengan bantuan doa. Lebih jauh lagi, jika ada seseorang yang secara terbuka meminta-minta atau menginginkan suatu jabatan, maka orang yang membuat keputusan harus menggunakan haknya untuk memilih dengan adil.

Umumnya, setelah pemilihan, hasilnya akan disampaikan kepada Khalifah, dan seorang khalifah memiliki wewenang untuk menyetujui nama seseorang yang memiliki suara terbanyak, atau memilih seseorang meskipun suara yang didapatkannya lebih sedikit. Terkadang, seorang Khalifah mengetahui beberapa hal yang tidak diketahui oleh orang lain. Kemudian, ada juga beberapa pemilihan tertentu yang dapat disetujui oleh pengurus pusat nasional, dan jika ada perubahan yang harus dilakukan, maka hendaknya mereka meminta izin terlebih dahulu kepada Khalifah.

Hudhur aba. bersabda bahwa tujuannya adalah untuk selalu memilih orang-orang terbaik. Akan tetapi, terkadang, ada orang-orang yang harus dipilih dari antara kumpulan orang-orang tertentu. Para anggota yang akan memilih harus selalu ingat bahwa mereka harus berusaha dengan sepenuh tenaga untuk memilih orang-orang yang akan berbuat adil terhadap amanah yang akan diberikan kepada mereka, bukan karena adanya hubungan pertemanan, kekeluargaan, atau hanya karena mereka melihat sekelilingnya dan mendapati banyak orang yang mengangkat tangan mereka selama pemilihan (maka dia pun ikut-ikutan mengangkat tangannya.)

Memenuhi Tugas Secara Adil

Hudhur aba. bersabda bahwa tahun ini di beberapa negara, akan diadakan pemilihan untuk tingkat badan-badan. Orang-orang yang termasuk ke dalam Majelis Pemilihan, harus memberikan pendapat mereka secara adil sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dan menyampaikan usulan mereka itu ke hadapan Hadhrat Khalifatul Masih. Jika kita melaksanakan tugas tersebut dengan adil, maka kita akan memiliki peran yang nyata untuk kemajuan Jemaat ini.

Hudhur aba. lalu mengingatkan para anggota yang yang telah menjadi pengurus agar senantiasa menyadari tanggung jawab mereka. Mereka harus selalu memahami bahwasanya Allah Ta’ala telah menganugerahkan mereka kesempatan untuk berkhidmat, sehingga mereka harus melaksanakan tanggung jawab mereka itu di atas kepentingan- kepentingan pribadi dan menjalankannya semata-mata hanya demi meraih keridhaan Allah Ta’ala. Kadang-kadang, ada keluhan yang diterima bahwa pengurus tertentu tidak lagi bertindak dengan penuh kerendahan hati dan menjadi sangat angkuh setelah dia menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu. Jika hal ini terjadi, apalagi jika pengurus itu adalah seorang waqf zindegi, maka hal tersebut tidak dapat ditolerir. Di beberapa tempat, seorang waqf zindegi ditunjuk sebagai Sekretaris Umum. Namun demikian, banyak keluhan yang diterima mengenai sikap mereka yang sombong dan bahkan tidak menanggapi ucapan salam yang ditujukan kepada mereka. Para pengurus yang seperti itu seharusnya memperbaiki diri mereka sendiri. Jika mereka telah dianugerahi suatu jabatan, maka hendaknya mereka menunduk dengan penuh kerendahan hati. Mereka telah ditunjuk untuk berkhidmat, bukannya untuk membuat orang lain kagum.

Terkait:   Riwayat Sahabat Rasulullah (saw), Mu'adz bin Jabal (ra)

Hudhur aba. bersabda bahwa ada juga para pengurus yang tidak melaksanakan pekerjaan mereka dengan benar. Kadang-kadang ketika Hudhur aba. meminta laporan tentang hal-hal tertentu, surat itu tetap saja disimpan di laci kantor dan tidak ada tindak lanjut yang dilakukan sampai-sampai harus diingatkan berulang kali. Kemudian barulah setelah enam bulan atau satu tahun berlalu, datanglah sebuah surat permintaan maaf karena tidak dapat melaksanakan tugas tepat waktu. Jika seperti itu cara mereka memperlakukan surat-surat dari Markas dan Khalifah, maka bagaimana mungkin mereka dapat diharapkan untuk memperlakukan anggota biasa dengan baik? Para pengurus yang seperti itu harus memperbaiki diri mereka sendiri, karena jika tidak, mereka akan diberhentikan dari jabatan mereka.

Tanggung Jawab Para Pengurus

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. ingin menarik perhatian terhadap tanggung jawab dari para pengurus. Yang pertama dan yang paling penting adalah harus menerapkan sikap kerendahan hati. Hendaknya senantiasa diingat bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi dan pada kenyataannya, para pengurus berada di bawah pengawasan yang jauh lebih ketat lagi dari Allah Ta’ala. Mereka harus bekerja dengan mentalitas bahwa karena mereka telah dipilih dan disetujui oleh Khalifah, maka mereka harus melaksanakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Jika mentalitas seperti ini diamalkan, maka akan tertanam semangat untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan anggota Jemaat pun akan bekerja sama dengan mereka. Kadang-kadang ada keluhan bahwa anggota Jemaat tidak mau diajak bekerja sama – padahal, tentu saja, para anggota harus bekerja sama dengan para pengurus. Meski pun demikian, merupakan tanggung jawab para pengurus untuk menjadi teladan bagi anggota yang lainnya.

Hudhur aba. menyampaikan bahwa ada keluhan yang diterima berkenaan dengan seorang pengurus yang tidak memberikan candahnya (pengorbanan harta) sesuai dengan pendapatan mereka yang sebenarnya dan juga menolak untuk meminta keringanan. Jika kondisi pengurusnya saja seperti itu, maka bagaimana mereka dapat mengajak orang lain untuk memberikan pengorbanan harta mereka? Jika seorang sekretaris Tarbiyat tidak melaksanakan salat lima waktu secara berjamaah, maka bagaimana mereka bisa mengajak orang lain untuk salat? Jika seorang waqf zindegi atau muballigh tidak menaruh perhatian untuk mendirikan salat-salat nafal, maka bagaimana mereka bisa menyuruh orang lain untuk beribadah? Inilah yang dikatakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. bahwa para ulama non-Ahmadi menasehati banyak hal, namun tidak didukung oleh amal perbuatan mereka sendiri. Lalu bagaimana mungkin perkataan mereka itu dapat memberikan pengaruh? Oleh karena itu, hal ini sangat memprihatinkan kita. Kita harus melangkah dengan sangat hati-hati karena hanya dengan mengindahkan hal-hal ini-lah, maka kita akan meraih kesuksesan.

Hudhur aba. bersabda bahwa jika para sekretaris Tarbiyat memberikan tarbiyat kepada  para anggota  Jemaat  dengan  penuh  kasih sayang,  maka  mereka  akan  dapat membawa perubahan. Setiap pengurus harus melaksanakan setidaknya dua rakaat salat nafal setiap hari demi kemajuan di bidang yang mereka emban dan agar Allah Ta’ala melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Hudhur aba. mengatakan bahwa menurut perkiraan beliau, jika bidang Tarbiyat ini aktif, maka pekerjaan bidang-bidang lainnya akan meningkat secara otomatis setidaknya hingga 70%. Oleh karena itu, hendaknya harus selalu diingat bahwa para pengurus harus memberikan teladan, terutama para Amir, ketua dan sekretaris Tarbiyat, serta tentu saja, semua pengurus lainnya. Jika para pengurus tidak menegakkan teladan mereka sendiri, maka hal itu akan memberikan dampak yang besar. Hudhur aba. bersabda, dalam organisasi badan-badan juga, mereka harus aktif di setiap tingkatan, baik di tingkat Sadr maupun di tingkat badan administratif di bawahnya. Kadang-kadang ada keluhan yang diterima tentang perilaku para Sadr Lajna (Organisasi Wanita), terutama dari para mubayyiah baru. Bukannya berupaya untuk mendekatkan para mubayyiah baru itu kepada Allah Ta’ala, mereka malah membuatnya semakin menjauh. Para Sadr Lajnah itu mengatakan kepada mubayyiah baru tersebut bahwa mereka yang akan memperbaiki mereka, padahal, Hudhur aba. bersabda bahwa dalam pandangan beliau, justru Sadr Lajnah yang seperti itulah yang sebenarnya perlu mereformasi diri mereka sendiri. Hal ini terjadi karena beberapa orang memegang jabatan untuk jangka waktu yang lama. Lajnah tidak menentukan siapa yang pantas dan mampu untuk memegang sebuah jabatan atau tidak. Sehingga, keluhan pun diterima ketika segala sesuatunya menjadi kacau dan keimanan seseorang pun turut diuji. Jika Lajnah tidak memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka untuk memilih orang-orang yang mampu mengemban amanah ini, maka mereka tidak memiliki hak untuk mengeluh.

Para Pemimpin Adalah Mereka yang Melayani Orang Lain

Hudhur aba. bersabda bahwa para pengurus dipilih bukan hanya untuk duduk- duduk saja di posisi mereka, melainkan mereka harus berkhidmat sebagaimana halnya para pekerja biasa. Seorang mubayyiah baru hadir di Jalsah baru-baru ini dan dia mengungkapkan keheranannya melihat Sadr Lajnah melakukan tugas kedisiplinan bersama dengan para wanita lainnya. Namun, itu memang tugasnya yang harus dia lakukan dan tidak ada yang luar biasa tentang hal itu. Jika dia tidak berkhidmat dengan cara seperti itu, maka dia tidak akan berlaku adil terhadap amanahnya. Para pengurus yang bekerja dengan semangat seperti itu akan menjadi sarana untuk mereformasi orang lain.

Terkait:   Riwayat ‘Umar Bin Al-Khaththab (5)

Setiap pengurus harus ingat bahwa, sebagaimana sabda Hadhrat Muhammad Rasulullah saw., pemimpin suatu kaum adalah pelayan bagi kaum tersebut. Demikian pula, adalah tanggung jawab para pengurus untuk menjalin hubungan personal dengan para anggota Jemaat untuk menciptakan hubungan saling cinta dan kasih sayang satu sama lain. Inilah sebenarnya alasan mengapa mereka diangkat menjadi pengurus Jemaat yaitu supaya mereka dapat menjalin hubungan dengan anggota Jemaat lainnya. Inilah mentalitas yang dapat memperindah Nizam di Jemaat ini, dan juga mendekatkan diri kita kepada Allah Ta’ala. Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. bersabda bahwa jika seseorang yang diberi amanah  untuk  mengawasi  orang lain  lalai  dalam  tanggung jawab yang diamanahkan kepada mereka, maka Allah Ta’ala akan mengharamkan mereka dari surga. Ini adalah peringatan yang keras sehingga sangat perlu sekali diperhatikan oleh para pengurus.

Hudhur aba. menyatakan bahwa Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. juga diriwayatkan pernah bersabda bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi sesuatu dan mereka akan ditanyai tentang hal itu pada Hari Kiamat, termasuk juga para Amir. Mengawasi orang lain mengacu kepada tanggung jawab untuk membantu dan mereformasi orang lain, bukan hanya sekedar memerintah saja. Sebagaimana seorang suami mengawasi rumah dan seorang istri mengawasi anak-anaknya, hal itu dilakukan demi kebaikan mereka, bukan untuk sekadar mengendalikan mereka. Jika tanggung jawab ini tidak dipenuhi, maka menurut Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. surga menjadi terlarang bagi mereka. Jika para pengurus tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik dan menyebut diri mereka sebagai wakil Khalifah hanya untuk sekedar fomalitas belaka, maka mereka mencemarkan nama baik Khalifah dan mereka juga justru menempatkan Khalifah di dalam posisi yang bersalah. Hudhur aba. mengatakan bahwa jika para pengurus yang seperti itu tidak sungguh-sungguh mereformasi diri mereka sendiri, maka beliau aba. tidak mempunyai pilihan lain selain memberhentikan mereka dari posisi mereka, sehingga beliau aba. tidak terlibat dalam kesalahan-kesalahan yang  mereka lakukan.

Memohon Ampun & Penolong Sejati Khilafat

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. juga beristighfar (memohon ampun kepada Allah) dan para pengurus yang seperti itu juga harus melakukan hal yang sama dan memperbaiki diri mereka sendiri. Hudhur aba. berdoa semoga Khilafat Ahmadiyah senantiasa dikaruniai para penolong sejati yang memahami tanggung jawab mereka dan melakukan pekerjaan mereka, bukan hanya sekedar memegang jabatan namanya saja. Hal ini juga merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena Hadhrat Rasulullah saw. bersabda bahwa seseorang yang diberi tanggung jawab untuk mengawasi kebutuhan Muslim lainnya, Allah tidak akan memenuhi kebutuhan orang tersebut sebelum mereka memenuhi kebutuhan orang lain. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Khalifah di masa itu saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab para pengurus yang menjadi wakil Khalifah di wilayah mereka masing-masing. Mereka tidak boleh berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka dengan hanya sekedar duduk-duduk di dalam rapat saja. Mereka tidak hanya harus merencanakan program untuk kemajuan orang lain, tetapi mereka harus mempraktekkannya juga. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi, ada bidang Umur Amah (urusan umum) dan San’at wa Tijarat, dan badan-badan juga harus melakukan pekerjaan mereka di kedua bidang ini.

Hudhur aba. bersabda bahwa ada sebuah bidang yang di dalamnya terdapat tantangan-tantangan di seluruh dunia yaitu bidang Rishtanata (urusan pernikahan), di mana diperlukan banyak sekali perencanaan-perencanaan yang matang untuk mengatasinya, sehingga Jemaat di tingkat pusat, harus bekerja sama dengan para pengurus di tingkat badan-badan. Sekali lagi, bidang Tarbiyat juga memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Jika para pemuda kita ditarbiyati dengan baik, maka mereka akan dapat mematuhi sabda Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. yaitu, ketika mencari pasangan untuk dinikahi, daripada mengutamakan kekayaan, status keluarga atau kecantikannya, justru agamanya-lah yang harus diutamakan. Jika agama yang didahulukan, maka baik laki-laki maupun perempuan akan fokus untuk meningkatkan standar keimanan mereka dan meningkatkan hubungannya dengan Allah Ta’ala. Dengan cara inilah kita akan dapat melindungi generasi masa depan kita, karena jika tidak, upaya- upaya yang kecil yang kita lakukan tidak akan dapat membantu mereka terlindung dari Dajjal. Oleh karena itu, setiap pengurus harus mereformasi keadaan keluarga mereka sendiri dan kemudian berusaha untuk mereformasi seluruh Jemaat. Kita harus memenuhi janji kita untuk mendahulukan agama di atas kepentingan-kepentingan duniawi, karena hanya dengan cara itulah, kita akan mampu memerangi Dajjal, melindungi generasi masa depan kita, memenuhi janji kita dan berbuat adil terhadap amanah yang diberikan kepada kita. Para pengurus di semua tingkatan harus memperhatikan hal ini.

Hudhur aba. bersabda bahwa bidang Umur Amah juga memegang peranan yang sangat penting. Namun, muncul persepsi bahwa tugas utama dari bidang ini adalah untuk memberikan tindakan disipliner atau memberikan peringatan keras. Padahal, itu bukanlah tugas utama mereka dan, tentu saja, mereka tidak hanya sekedar memberikan peringatan keras saja. Tindakan disipliner hanya dilakukan sebagai upaya terakhir. Jika bidang Tarbiyat aktif, maka sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh Umur Amah dalam hal ini akan dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidang Umur Amah dan Tarbiyat untuk bekerja sama dalam berbagai hal. Namun, Umur Amah juga memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar untuk membuat program-program di dalam Jemaat untuk menjaga stabilitas ekonomi Jemaat, memberikan bimbingan kepada para anggota dalam hal mencari pekerjaan dan hal-hal lain semacam itu, melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pengkhidmatan kepada orang lain, dan mendamaikan perselisihan- perselisihan kecil di antara para anggota, serta tanggung jawab-tanggung jawab yang lainnya. Umur Amah tidak membuat keputusan dalam menyelesaikan perselisihan. Namun, mereka melaksanakan keputusan yang telah dibuat oleh Dewan Qadha. Selain itu, jika seseorang tidak mematuhi keputusan yang telah dibuat, Umur Amah juga memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dengan penuh kasih sayang kepada mereka bahwa mereka tidak boleh merusak keimanan mereka dengan tidak melaksanakan keputusan atas masalah-masalah yang sepele. Orang-orang seperti itu menyia-nyiakan waktu Hudhur aba. dengan terus menerus menulis keluhan mereka kepada beliau aba., meskipun sebenarnya mereka berada di posisi yang salah. Kebanyakan orang mengerti ketika dijelaskan. Umur Amah tidak memiliki wewenang untuk mengambil tindakan disipliner terhadap anggota Jemaat, melainkan untuk menyelamatkan orang-orang dari tindakan disipliner. Mereka harus melakukan segala upaya untuk tujuan itu.

Terkait:   Makna Sejati dari Tobat dan Istighfar

Hudhur aba. bersabda bahwa terkadang, tindakan para pengurus tertentu menimbulkan keraguan terhadap Nizam Jemaat. Kadang-kadang, jika seseorang mengajukan permohonan kepada Khalifah tentang suatu masalah, staf kantor terkait akan mempermasalahkannya dulu dengan mengatakan, mengapa mereka tidak menyampaikannya terlebih dahulu daripada langsung melaporkan masalah tersebut ke Pusat. Hal ini kemudian menimbulkan keraguan dalam diri orang tersebut. Kadang- kadang para anggota yang menulis surat kepada Hudhur aba. mendapat kesan bahwa permintaan mereka bahkan tidak sampai kepada Hudhur aba. karena kantor terkait mempertanyakan, mengapa mereka tidak melaporkannya melalui kantor mereka terlebih dahulu, sehingga mereka tidak mengambil tindakan apa pun terhadap  permasalahan tersebut. Padahal hal ini menimbulkan keraguan di dalam benak anggota bahkan keraguan terhadap Khalifah dan mengapa masalah mereka tidak dilaporkan kepada Hudhur aba. sebagaimana mestinya. Bagaimanapun juga, keraguan seperti itu tidaklah benar-benar terjadi, karena setiap surat yang dikirimkan kepada Khalifah dibuka dan dibaca oleh beliau aba. dan setiap permintaan dikirimkan untuk dimintakan laporan kepada negara yang bersangkutan.

Hudhur aba. meyakinkan para anggota Jemaat bahwa setiap surat yang dikirimkan kepada beliau dibuka dan dibaca serta langkah-langkah yang diperlukan sehubungan dengan isi surat tersebut pun dilakukan. Jika ada keterlambatan atau ketidaksesuaian maka hal itu adalah ulah dari para pengurus Jemaat setempat yang kemudian menciptakan keraguan karena ulah mereka sendiri. Mereka membuat diri mereka berdosa dengan mempermainkan keimanan orang lain. Jika mereka menunjukkan kelalaian dalam memenuhi hak-hak anggota Jemaat, mereka tidak hanya gagal dalam melaksanakan tugas- tugas yang dipercayakan kepada mereka, tetapi mereka juga menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala.

Hudhur aba. bersabda, Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. menyatakan bahwa setiap pemimpin yang menutup pintu mereka terhadap kebutuhan orang lain, maka langit pun akan tertutup untuk kebutuhan mereka. Dengan demikian, para pengurus harus takut kepada Allah Ta’ala dan cepat dalam memenuhi kebutuhan para anggota, atau paling tidak cepat dalam memberikan laporan. Namun, tidak menjawab dan membiarkan permintaan tersebut di suatu tempat di sudut ruangan adalah  suatu kejahatan besar. Kita harus berusaha untuk mencari keridhaan Allah dan melakukan amal saleh.

Hudhur aba. bersabda bahwa hanya dengan jalan memenuhi amanah-lah yang akan dapat mewujudkan masyarakat Islam yang indah, yang untuk tujuan itulah, Hadhrat Masih

Mau’ud as. telah diutus. Para pengurus harus selalu ingat bahwa mereka telah dipilih oleh anggota Jemaat sehingga mereka harus memenuhi amanah tersebut dan karenanya mereka harus melakukannya dengan penuh rasa takut kepada Allah Ta’ala di dalam hati mereka, semata-mata demi meraih keridhaan-Nya dan menjadi penolong sejati Khalifah. Apabila mentalitas seperti ini yang dimiliki, maka Allah Ta’ala akan melimpahkan karunia-Nya dan memberikan pertolongan-Nya. Jika bukan karena hal tersebut, maka kita akan menyimpang dari kebenaran dan bersikap tidak jujur kepada Allah Ta’ala, Khalifah, dan merusak kepercayaan yang diberikan oleh para anggota kepada mereka sehingga menjadi sarana untuk menguji keimanan mereka.

Hudhur aba. bersabda, setiap Ahmadi berjanji untuk melangkah dengan penuh ketakwaan dan mengutamakan agama mereka di atas urusan-urusan duniawi. Janji ini berlaku lebih khusus lagi terutama bagi para pengurus. Mereka harus memenuhi janji dan amanah mereka, melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka dengan penuh ketakwaan dan menjalankannya dengan seluruh kemampuan yang mereka miliki. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufik dan karunia-Nya kepada kita semua untuk dapat mengamalkannya.

Diringkas oleh: Tim Alislam
Diterjemahkan oleh: Irfan HR

DOA KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ

وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى

وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ  

أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.