Nyatakanlah Karunia-Karunia Ilahi

[box icon=”info”] Tim Ahmadiyah.id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.[/box]

Ringkasan Khotbah Jumat

Nyatakanlah Karunia-Karunia Ilahi

oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

26 Agustus 2016 di Masjid Baitul Futuh, London, UK

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *

صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

Pada hari kedua Jalsah Salanah kita di Britania (Inggris Raya), saya menceritakan hal-hal yang umumnya tentang karunia-karunia Allah Ta’ala kepada kita. Fakta dan angka dari berbagai bidang dan departemen dalam Jemaat yang mengandung bahasan kemajuan Jemaat telah saya sajikan. Selain itu, saya juga berbicara tentang peristiwa yang berkaitan dengan fakta dan angka tersebut (statistik). Namun, dalam waktu satu atau satu setengah jam, menjelaskan rincian gambaran data dan angka berbarengan dengan semua peristiwanya adalah hal yang tidak mungkin dan catatan yang saya bawa untuk saya bacakan, saya bawa kembali. Lembaga Tahrik-e-Jadid telah mulai menerbitkan statistik tahunan tersebut secara terperinci dalam bentuk buku. Sejauh peristiwa yang berkaitan dengan data statistik tersebut, saya menyebutkan mereka di kesempatan yang berbeda setelah Jalsah.

Hari ini juga, saya hendak membacakan di hadapan hadirin beberapa kejadian tersebut yang menunjukkan bagaimana Allah menggerakkan hati orang-orang yang tinggal di berbagai negara. Pada beberapa kesempatan Dia mengungkapkan kebenaran Ahmadiyah melalui mimpi kepada orang-orang, di beberapa tempat Dia menyokong perbukuan atau selebaran kita menjadi sumber propagasi (tabligh). Sementara itu, di suatu tempat, usaha-usaha penentangan para penentang Ahmadiyah berfungsi sebagai pupuk penyubur tersebarluasnya Ahmadiyah. Pada kesempatan yang lain terkadang sikap dan perilaku Muslim Ahmadiyah menarik hati orang-orang lain ke arah Ahmadiyah. Lalu ada kejadian dari para Ahmadi yang menunjukkan kepada kita pemandangan luar biasa menakjubkan dalam keagungan iman dan keyakinan mereka terhadap kebenaran Ahmadiyah sedangkan mereka tinggal di tempat yang jauh.

Jika kita melihat pemandangan tarbiyat anak-anak, kita dapati ada perubahan yang luar biasa baik dalam hidup mereka yang orangtuanya menerima Ahmadiyah atau yang bersahabat dengan orang-orang Ahmadi dan orang-orang merasakannya. Secara singkat, jika kita mempertimbangkan secara adil dan bijaksana, niscaya kita mengakui, meskipun kita sudah berusaha keras untuk menyebarkan Islam yang benar di bawah suatu sistem, tetapi buah yang Allah Ta’ala karuniakan lebih banyak dari usaha yang kita lakukan. Atau bisa kita katakan, bahkan itu benar bahwa Allah Ta’ala Sendiri yang mempercayakan tugas menyebarkan risalah Islam melalui Hadhrat Masih Mau’ud as dan Dia melapangkan hati orang-orang untuk menerimanya. Allah telah berjanji kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, “Aku akan menjadikan pesan engkau mencapai sudut-sudut bumi”, maka Dia Sendiri Yang melakukan kebanyakan dari pekerjaan tersebut.

Tak diragukan lagi, setiap Ahmadi yang berakal sehat benar-benar memahami hal ini sepaham-pahamnya; dan ia tahu betul bahwa kemajuan Ahmadiyah berlangsung bukan karena usaha dan sumber daya kita tapi itu terjadi karena karunia Allah. Hari ini, bukannya mau menambah kata-kata pengantar lagi, saya hendak menyajikan beberapa kisah nyata.

Muballigh dari Guinea Conakry menulis,

“Dengan karunia Allah, dua halaman selebaran berisi pengenalan Jemaat telah didistribusikan jauh dan luas di negeri ini. Kami menerima panggilan telepon dari daerah yang jauh terpencil di Negara ini, ‘Kami biasa mendengarkan dari sesepuh kami tentang Imam Mahdi dan Masih Mau’ud (Al-Masih yang Dijanjikan). Sekarang setelah membaca brosur Anda, kami ingin bertemu dengan Anda karena kami merasa sudah waktunya sekarang umat Islam membutuhkan seorang reformis (pembaharu).’ Demikianlah, dengan cara itu kami berhubungan dengan banyak orang dan banyak orang bergabung dengan Jemaat, berbaiat, dengan karunia Allah.”

Beginilah kalian lihat bagaimana selebaran menjadi sarana pengenalan Jemaat saja tetapi Tuhan-lah Yang sudah mempersiapkan hati-hati dari sejak sebelumnya. Orang-orang yang bijaksana merasa inilah zamannya yang memerlukan kedatangan pembaharu, seorang Mesias/al-Masih, seorang al-Mahdi. Siapa yang bisa membayangkan di daerah jauh terpencil seperti itu ada seseorang menerima Ahmadiyah atau berita tentang Ahmadiyah bisa mencapai ke sana sebelumnya. Tak diragukan lagi ini adalah perbuatan Allah, tidak masuk andil usaha seseorang.

Kemudian ada negara lain, Tanzania yang berada di bagian timur Afrika sementara kisah sebelumnya di Afrika Barat. Misionaris kita di sana dari kota Dodoma menulis laporan, “Selama pameran Quran seorang wanita datang ke kios kami dan secara mengejutkan bertanya, ‘Apakah kios ini milik umat Islam?’ Setelah itu ia berkeliling mencoba mencari tahu tentang buku-buku kami. Akhirnya, ia membeli sebuah buku yang memiliki isi membahas seputar agama Kristen.

Wanita yang sama datang hari berikutnya dengan suaminya, keduanya memakai seragam militer karena mereka adalah personil militer. Wanita itu berkata, ‘Ini suami saya. Saya seorang Muslim dan suami saya seorang Kristen. Saya telah berusaha dalam waktu yang lama untuk memberi pengertian pada suami saya tentang Islam tapi tidak bisa mendapatkan bahan yang cukup baik mengenai Islam yang dapat mengkonversinya [membuatnya pindah agama] menjadi Muslim. Ketika saya datang ke kios Anda kemarin, saya merasa telah datang ke tempat yang tepat. Saya membeli buku Anda dan memberikannya kepada suami saya. Dia telah mendapat jawaban atas banyak pertanyaannya. Saya harap pertanyaan-pertanyaannya yang tersisa akan diselesaikan hari ini setelah kami berbicara dengan Anda.’”

Misionaris kita melayani percakapan yang panjang dengan suaminya. Akhirnya sang suami menerima Islam dan mereka berdua menerima Islam yang benar, yaitu Ahmadiyah serta melakukan Baiat. Keinginan sungguh-sungguh dan membara pada dirinya supaya suaminya masuk Islam menarik kurnia Allah sedemikian rupa bahwa ia datang ke stan buku kita secara kebetulan lalu Allah Ta’ala memberi taufik kepada keduanya masuk ke pangkuan Islam sejati (Ahmadiyah).

Sesungguhnya publikasi pesan tabligh melalui selebaran atau upaya tabligh melalui lisan (percakapan) atau rasa ingin tahu di hati orang-orang perihal Mushlih (Reformer, pembaharu) tidak hanya terbatas di Afrika dan dunia ketiga saja. Misionaris kita di sini di Haresfield, UK (Inggris Raya) menulis laporan mengenai banyaknya orang yang ingin mendapatkan informasi perihal Islam, “Selebaran tabligh dibagikan di kota dekat Haresfield, yaitu Wensley dan sampai ke banyak orang. Setelah beberapa waktu, lima puluh pria dan wanita Inggris menyewa sebuah bus untuk datang ke masjid kami di Haresfield guna mencari pengetahuan dan pengenalan lebih lanjut tentang Islam. Saya pun bersama mereka di Masjid selama dua setengah jam. Kami mengenalkan Islam dan Ahmadiyah pada mereka juga mengadakan Tanya-jawab.”

Kedatangan orang-orang di sini (Inggris) ke Masjid dan perhatian mereka pada Islam adalah tanda yang jelas bahwa Allah Sendiri yang menggerakkan hati mereka di berbagai tempat di bumi. Di satu sisi, Islam menjadi tampak rentan di mata penentangnya, umat Islam sendiri membawa nama buruk bagi Islam sehingga reputasi Islam tercemar yang membuat pihak non Muslim cenderung bersikap keras terhadapnya; sementara di sisi lain, Allah menciptakan atmosfer untuk menarik perhatian orang-orang guna memahami Islam yang sebenarnya.

Kemudian kita mengamati bagaimana Allah telah memperkuat iman masyarakat di daerah yang jauh terpencil di dunia dan menciptakan rasa pengorbanan di dalam diri mereka.

Tn. Amir Benin menuliskan laporan,

“Pada bulan Februari tahun berjalan ini saya membangun sebuah masjid di Soko – sebuah Jemaat di wilayah Alada – dengan partisipasi penuh kasih dan tanpa pamrih dari para pria dan wanita Jemaat. Mereka bahu membahu bekerja sama membantu para buruh upahan pembangun Masjid tersebut dengan pengorbanan waktu dan  harta di banyak kesempatan dengan penuh kecintaan dan keikhlasan. Para wanita Jemaat ikut membantu dengan membawakan air dari tempat yang jauh. Pemimpin tradisional setempat mengatakan bahwa masjid tersebut adalah pembawa standar damai untuk rakyat wilayah itu. Anggota dewan terpilih di wilayah tersebut menyatakan masjid itu menjadi menara dan panduan cahaya penerang untuk dewan dari daerah Alada. Masyarakat umum daerah itu penganut paganisme (penyembahan berhala), kepala suku mereka yang juga dikenal sebagai raja, mengatakan, ‘Saya juga watsani (penyembah berhala) sebelumnya namun sekarang saya percaya pada satu Tuhan karena tabligh Ahmadiyah. Ahmadiyah adalah perwujudan dari kecintaan dan kebenaran. Meskipun aku ini seorang raja, namun, dengan jasa Ahmadiyah, aku menjadi paham bahwa ada Satu Raja Agung diatasku yang ibadah kepada-Nya adalah kewajiban kita semua.’

Hanya Allah yang menciptakan di pikiran orang-orang semangat semacam ini bahwa pesan dari Ahmadiyah adalah benar dan ajaran-ajaran Islam adalah benar. Ini adalah pendidikan yang nyata dan Islam Ahmadiyah memperkenalkan dakwah dan ajaran yang menyebabkan orang-orang musyrik menjadi pengimani Satu Tuhan.

Pengurus Jemaat lain dari daerah itu mengungkapkan bahwa ketika penyebaran Islam mulai di wilayah itu, dan orang-orang tertarik untuk Islam dan Ahmadiyah, masyarakat umum menyatakan kekhawatiran mereka,

“Orang-orang ini telah datang ke sana untuk membunuh kami dan menculik anak-anak kami seperti teroris lainnya. Kami mengutus para pemuda agar tetap berjaga di malam hari dan mengawasi Ahmadiyah untuk memastikan apakah mereka terlibat dalam kegiatan illegal ataukah tidak. Sekarang setelah penyelidikan panjang dan pengalaman, kami telah menetapkan bahwa Jemaat ini bermaksud hanya untuk membangun perdamaian.”

Para penentang Ahmadiyah mencoba untuk menghasut orang-orang agar menjauh dari Ahmadiyah; namun dengan karunia Allah Ta’ala, Dia telah memperkuat keimanan orang-orang yang kurang berpendidikan atau bahkan tidak berpendidikan sama sekali dan yang tinggal di satu tempat yang sangat terpencil tersebut. Salah satu Mualim lokal kami menulis bahwa beberapa orang dari dari satu daerah menerima ajaran Ahmadiyah dan kemudian mendirikan Jama’at di sana. Orang-orang ini sebelumnya adalah Muslim juga dan berada di bawah pengaruh seorang imam yang ada di daerah itu.

Kita harus senantiasa menjalin komunikasi yang intensif dan tanpa putus dengan orang-orang seperti itu. Buatlah kelas-kelas yang di dalamnya diajarkan pelajaran tentang Al Quran, shalat dan pelajaran-pelajaran lainnya. Ketika imam dari daerah itu mengetahui hal tersebut, ia mulai berbicara menentang Jemaat. Dia berkata, “Ahmadi bukan Muslim, mereka itu kafir dan kalian harus meninggalkan mereka.”

Para Mubayyin baru itu kemudian berkata kepada imam tadi, “Kami sudah lama tinggal di sani dan tidak ada seorangpun yang mengajarkan ilmu-ilmu dan pendidikan keagamaan kepada kami dan juga anak-anak kami. Sekarang, para Ahmadi ini datang dan mulai mengajarkan Al-Quran dan shalat kepada anak-anak kami, tapi kalian malah berkata kalau mereka bukan muslim? Kami sama sekali tidak mengerti dan sangat tidak masuk diakal! Kami tidak bisa mengatakan kafir kepada orang-orang yang telah mengajarkan kami Al Quran dan shalat. Dengan karunia Allah Ta’ala, orang-orang ini senantiasa teguh dalam keimanan mereka dan juga bahkan telah mampu untuk mendirikan sebuah masjid di sana.

Mualim lainnya dari Benin menulis bahwa dalam sebuah acara program radio, mereka menerima telepon dari sesesorang yang bernama Erik yang mengundang kami untuk berkunjung ke desanya. Ketika kami sedang menulis alamatnya, teleponnya kemudian diputus. Suatu hari, ketika kami tiba di sebuah desa bernama Sange Pota, seorang laki-laki berdiri dan memanggil orang-orang untuk segera datang karena orang yang suaranya selalu mereka dengarkan melalui radio, kini mereka ada di sini.

Usaha-usaha pertablighan dilakukan di sana dan lebih dari 200 orang baiat. Sebuah Jemaat pun telah didirikan Sekarang, dengarkanlah kisah tentang keteguhan iman mereka. Selang beberapa hari kemudian, tepatnya 2 hari setelah bai’at, dinding rumah Erik roboh dikarenakan hujan lebat dan badai yang menerjang desanya. Anak beliau yang baru berumur 8 bulan meninggal tertimpa reruntuhan dinding rumahnya itu. Para penyembah berhala berkata kepadanya bahwa ia kini tengah ditimpa musibah dan berbagai kesulitan karena telah bergabung dengan Jemaat. Beliau menjawab bahwa beliau percaya dan yakin akan kebenaran dan beliau tidak akan pernah mundur. Beliau adalah seorang Ahmadi dan akan tetap menjadi seorang Ahmadi hingga ajal menjemputnya.

Ini adalah contoh keteguhan iman dan ketaatan kepada Allah Ta’ala yang telah tertanam di dalam hati sanubari orang-orang dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau juga mewaqafkan sebagian tanahnya untuk dijadikan Namaz Center (mushala) dan beliau sendiri membuat sebuah pengaturan sementara untuk mulai mengadakan kelas-kelas Al-Quran. Inilah caranya bagaimana Allah Ta’ala telah membukakan jalan-jalan untuk menyebarkan agama Islam.

Mubaligh di Tanzania menulis bahwa di suatu desa di wilayah Shiandari, telah didirikan sebuah jemaat baru. Program Tabligh pun telah dilakukan ke desa-desa di sekitarnya. Seorang perempuan dari desa tetangga, Moti Ho, datang ke Jemaat tersebut dan setelah mendengarkan penyampaian tentang ajaran Islam Ahmadiyah, ia meminta agar ajaran Islam itu disampaikan juga ke desanya. Dia berkata lagi bahwa ada beberapa orang beragama Islam di desanya itu dan mereka juga mempunyai masjid, tapi Islam yang mereka anut cukup berbeda dengan apa yang disampaikan oleh mubaligh kita tersebut.

Kemudian, ketika mubaligh kita pergi ke sana dan menyampaikan ajaran Islam dan Ahmadiyah kepada mereka, sebanyak 95 orang baiat ke dalam Ahmadiyah beserta Imam mereka. Ketika seorang Maulvi (ulama) dari kaum Ahlus Sunnah di wilayah itu mengetahui hal tersebut, ia pergi ke desa itu dan berkata kepada mereka, “Kalian telah tersesat dari jalan yang benar karena orang-orang Ahmadiyah bukanlah Muslim.”

Para mubayyin baru itu menjawab, ‘Kami telah menerima Ahmadiyah karena menganggapnya Islam yang sejati. Kami tidak akan pernah mendengar perkataan Anda tadi.”

Lalu, Maulvi itu meminta kepada Imam setempat untuk menemuinya di kantornya. Sang Imam lokal (seorang Ahmadi) menolak permintaannya itu. Dengan karunia Allah Ta’ala, para mubayiin baru ini semakin kokoh dalam hal keimanannya kepada Jemaat ini. Sebagian mereka juga telah ikut serta dalam nizam pengorbanan. Mereka ini adalah orang-orang miskin dan tidak memilki cukup uang untuk bepergian. Mereka mengumpulkan uang dan mengirimkan perwakilan mereka ke Syura. Karena mereka, Jemaat telah berdiri masing-masing di dua buah desa yang jaraknya saling berdekatan.

Begitu pula Jemaat telah berdiri di sebuah desa lainnya di Shianga, Tanzania. Umat Islam telah tinggal di desa tersebut selama bertahun –tahun dan mereka juga telah mempunyai sebuah masjid. Ketika Mualim kita pergi ke sana, lalu mengadakan sebuah program, maka sebanyak 130 orang beserta Imam mereka Bai’at dan bergabung ke dalam Ahmadiyah. Mr. Edhi, salah satu tokoh masyarakat di sana, datang menghadiri Syura dan amat terkesan dengan nizam di Jemaat ini. Dia berkata bahwa dia telah menjadi seorang Muslim sejak 1993, tetapi sekarang mereka merasa amat beruntung karena mereka telah mendapat karunia dengan bergabung dengan Jemaat ini.

Burkina Faso adalah salah satu Negara di Afrika yang menggunakan Bahasa Perancis. Mubaligh kita di sana mengatakan bahwa tahun ini, mereka telah mampu untuk mendirikan sebuah masjid yang indah di Tenkodgo. Ketika Ahmadiyah diperkenalkan di desa tersebut, orang-orang di desa itu langsung baiat beserta Imam mereka. Ketika itu, para Maulvi (pemuka agama) yang menentang Jemaat menawarkan kepada mereka sebuah masjid yang Indah milik mereka apabila mereka meninggalkan Ahmadiyah. Namun, dengan karunia Allah, Imam Ahmadi beserta jamaahnya tidak goyah dan tetap berpegang teguh kepada Jemaat. Mereka lebih baik menggunakan masjid mereka sendiri yang sederhana dari bebatuan daripada masjid megah milik para penentang yang dibangun dengan uang dari Kuwait atau dari Negara-negara Arab lainnya.

Selanjutnya, Allah Ta’ala menganugerahi taufik pada mereka untuk membangun sebuah masjid indah yang dibangun dari batu bata dan pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalan utama. Oleh karena itu, beritanya telah sampai ke seluruh wilayah dan seluruh kota. Banyak tokoh penting dan terhormat di desa-desa sekitar dan raja-raja lokal yang hadir di acara peresmiannya. Para imam masjid di wilayah itu juga hadir dalam peresmian tersebut, termasuk juga salah seorang yang menentang Ahmadiyah. Ia bertanya sebanyak tiga kali, ‘Apakah pandangan saya sebelumnya tentang Ahmadiyah itu benar?’ Kemudian, dia menyatakan, ‘Jika memang penjelasannya seperti demikian berarti apa-apa [fitnah atau tuduhan] yang selama ini saya dengar terkait dengan Ahmadiyah semuanya adalah kebohongan belaka. Tapi, saya dapat mengatakan hari ini bahwa tidak mungkin ada corak Islam yang lebih baik daripada Ahmadiyah.’

Maka dari itu, seorang yang menganggap dirinya Muslim sejati, dan hatinya ingin melihat Islam tersebar di seluruh pelosok dunia, maka tidak akan terpikir olehnya untuk tidak bergabung dengan Ahmadiyah. Islam yang telah ditakdirkan untuk tersebar di seluruh dunia dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau’ud as tidak akan dapat ditemukan dimanapun juga selain di Ahmadiyah ini.

Tn. Amir Benin menulis bahwa masjid kita telah dibangun di wilayah Bohikon. Sejak Jemaat berdiri di sana pada tahun 2015, sebanyak 245 orang telah baiat dan bergabung dengan Ahmadiyah. Sejak itu, mereka senantiasa mendapatkan penentangan-penentangan namun dengan karunia Allah Ta’ala, di tengah perlakuan kasar yang mereka terima dari kaum kerabat dan Imam di di wilayah itu, para Mubayin baru ini tetap teguh dalam keimanan mereka. Imam penentang mengundang para imam di daerah lain untuk menegaskan penentangan terhadap Jemaat di desa itu. Namun, para anggota Jemaat, dengan karunia Allah, tetap teguh pada janji baiat mereka.

Ketika pembangunan masjid dimulai di tahun ini, para Mullah non-Ahmadi sangat menentang pembangunan masjid tersebut dan ia berkata kepada para Ahmadi bahwa lebih baik mereka beribadah di Gereja daripada harus shalat di masjid Ahmadiyah. Bahkan para pekerja yang sedang mengerjakan pembangunan masjid itu pun diancam oleh mereka agar jangan melanjutkan pembangunan masjid. Namun, walaupun mendapat penentangan-penentangan seperti itu, pada akhirnya sebuah masjid yang begitu indah telah berdiri tegak dengan 2 buah menara yang tingginya 13 meter dan dapat menampung 375 orang jamaah.

Kemudian kita menyaksikan bagaimana Allah Ta’ala membimbing manusia dengan perantaraan mimpi. San Pedro adalah sebuah daerah di Pantai Gading. Di sebuah kota di daerah tersebut, seorang bernama Zona Ahmad telah Baiat dengan perantaraan sebuah mimpi. Tadinya ia adalah seorang Kristiani dan setelah masuk Islam, ia bergabung kedalam sekte Wahabi. Dia menceritakan bahwa setelah masuk Islam, ia belajar shalat dan mulai mengerjakannya di Masjid. Di waktu yang sama, ia melihat seorang suci di dalam mimpi sebanyak dua kali.

Ia lalu berkata,

“Ketika pertama kali saya sadar bahwa orang suci yang saya lihat di mimpi itu adalah seorang nabi Allah, saya mengira saya diperlihatkan sosok Hadhrat Rasulullah saw dalam mimpi saya itu. Ketika sekali lagi saya melihat di mimpi saya wajah seseorang yang sama persis dengan seseorang yang muncul di Televisi dan orang itu sedang membaca Al-Quran di waktu yang bersamaan. Di bawah TV itu tertulis ‘Pusat Jemaat Ahmadiyah’ dalam bahasa Prancis. Setelah bermimpi itu, saya bertanya-tanya tentang Ahmadiyah kepada Imam Masjid. Pertama, ia mencoba untuk menghindar.

Namun saya tetap menanyakan hal tersebut dan pada akhirnya sang imam itu memberitahu saya, ‘Para Ahmadi itu bukanlah Muslim. Apa yang salah dengan Anda? Seseorang telah menyesatkan Anda. Mengapa Anda ingin merusak keislaman Anda sendiri? Tidak ada satupun Ahmadi di kota ini.’ Saya kemudian mengatakan kepada Maulvi itu, ‘Tak seorang pun telah menyesatkan saya karena saya bahkan tidak pernah melihat seorang Ahmadi pun. Namun, Allah Ta’ala menunjukkan jalan Ahmadiyah kepada saya.’

Ketika saya pulang ke rumah, saya berpikir, ‘Siapa orang-orang Ahmadiyah ini? Mengapa mereka disebut ‘kafir’ oleh Imam tersebut? Lalu saya berdoa kepada Tuhan, ‘Tunjukkan jalan yang benar kepada hamba, Yaa Rabb.’ Saya terus bertanya kepada orang-orang di sekitar saya tentang Jemaat tapi tidak bisa mendapatkan koneksi (penghubung) apapun untuk mengontak orang-orang Ahmadiyah.

Suatu hari seorang teman saya mengatakan ada Ahmadiyah di kota lain yaitu kota Dalwa. Saya menemukan jalan ke rumah misi di kota itu setelah banyak bertanya kepada orang-orang di sana. Misionaris di sana memperkenalkan saya ke Ahmadiyah. Ada rasa kagum saya disertai keterkejuan melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud as. Saya diberitahu olehnya bahwa pria dalam foto adalah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud. Saya menerima Ahmadiyah saat itu juga dan mengatakan kepada misionaris, ‘Orang dalam foto itu adalah orang suci yang saya lihat dua kali dalam mimpi saya!’”

Lalu saya mengatakan kepada misionaris,

‘Saya mengisi formulir baiat sekarang tapi sebenarnya saya telah menjadi Ahmadi ketika Allah membimbing saya dalam mimpi. Setelah baiat, sekarang saya telah bergabung dengan Nizham Candah, shalat dan tahajjud secara teratur di rumah. Saya juga aktif menyebarkan tabligh ke orang-orang yang mempunyai Imam (ketua Jamaah) juga.”

Ini adalah karya Allah. Ini adalah cara-cara bagaimana Dia membimbing manusia. Di sisi lain, ada orang-orang yang tenggelam dalam keraguan karena niat mereka tidak baik.

Missionary-in charge (Kepala atau Penanggungjawab para Muballigh) di Belgia menuliskan laporan,

“Seorang Mubayyi’ baru bernama Tn. Idris melihat seorang suci dalam mimpi (patut untuk diperhatikan bahwa contoh kisah sebelumnya di Afrika sementara yang ini dari Eropa. Perlakuan Allah sama.) Tadinya ia tidak tahu apa-apa tentang Ahmadiyah. Sekitar dua tahun yang lalu ketika ia tengah mengubah-ubah saluran TV, ia menemukan MTA Al-Arabia dan melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud as. Ia ingat mimpinya dengan segera. Dia telah melihat orang suci dalam mimpinya yang sama dengan foto tersebut. Ia mulai teratur menonton MTA dan dalam cara ini hatinya menjadi cenderung ke Ahmadiyah. Dia mulai menonton MTA secara teratur dan dengan cara ini ia cenderung ke arah Ahmadiyah. Ia sendiri berusaha menemukan alamat Jemaat di wilayah itu. Ia berhasil mencapai kemari (Rumah Misi) dan mengatakan ingin melakukan bai’at. Ketika diminta untuk menyelidiki saja dulu dengan menelaah Ahmadiyah sebelum memutuskan baiat, ia mengatakan, ‘Saya telah menemukan jawaban atas semua pertanyaan saya.’ Kemudian ketika saya (Missionary-in charge Jemaat Belgia) memperkenalkan padanya lebih banyak tentang Jemaat dan berlangsung perbincangan tentang masalah khilafiyah (perbedaan pendapat), lebih lanjut ia mengatakan menjawab sendiri, ‘Saya telah puas dan tenteram sejak sebelumnya.’ Lalu, ia melakukan bai’at.”

Perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala melapangkan dada orang-orang di negeri-negeri Afrika nan jauh dan pada pihak lain, Dia juga melapangkan dada orang-orang di negeri-negeri Eropa.

Dai Muslim Ahmadi di Mali, sebuah negara di Afrika melaporkan,

“Seorang yang telah berumur datang ke rumah misi kami dan mengatakan, ‘Saya ia ingin melakukan bai’at.’ Ketika Murabbi sahib (Bapak Murabbi/Muballigh) meminta alasannya ingin baiat, ia berkata, ‘Tadi malam saya sedang mendengarkan program radio Anda secara langsung. Saat beberapa orang mengutuk Jemaat melalui telepon langsung, saya berdoa kepada Allah selama acara tersebut agar Dia membimbing saya ke arah mana yang benar diantara dua golongan tersebut (Ahmadiyah dan pengutuknya).

Saya tertidur saat saya tengah berdoa dan melihat dalam mimpi ada seorang Misionaris/Muballigh Islam Ahmadiyah yang bertugas di satu sisi dan para penentang Ahmadiyah nya di sisi lain. Mereka terlibat dalam adu argumen. Para penentang mendebat sang Muballigh tersebut. Sang Muballigh menjawab. Saat para penentang lemah dalam menjawab Muballigh tersebut, mereka melemparkannya ke sebuah lubang. Mereka ingin melemparinya dengan tanah. Ketika itulah tampak di langit seseorang yang berseru, “Saya al-Mahdi!” Lalu, sang Mahdi ini mengulurkan tangannya kepada Muballigh tersebut dan menyelamatkannya. Setelah itu saya terbangun. Saat ini tidak ada keraguan sedikit pun dalam hati saya terhadap Ahmadiyah. Oleh karena itulah, saya datang kemari dan ingin baiat.’”

Selanjutnya, perhatikan bagaimana Allah Ta’ala membuka jalan melalui MTA. Tn. Murtadha adalah seorang Muslim bukan Ahmadi di Perancis dan tinggal di daerah yang tidak ada Ahmadinya seorang pun. Dia melakukan baiat tahun ini. Dia mengatakan,

“Saya telah pernah membaca buku berjudul Masihi Dajjal ketika saya berumur 8 atau 9 tahun. Tiga kelompok yang disebutkan dalam buku itu yaitu golongan falaah (yang sukses atau menang), golongan pengecut, dan para martir (syahid). Lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memasukkan saya di kalangan mereka yang sukses. Setelah beberapa waktu kami bermigrasi ke Perancis. Suatu hari saya menyaksikan MTA secara kebetulan dan mendapatkan pengenalan mengenai Ahmadiyah. Saya mulai menonton MTA secara teratur dan sampai tahap yakin tentang kebenaran Ahmadiyah tapi tidak melakukan Baiat. Karena beberapa penyakit, saya belum memiliki anak. Saya mulai membaca doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud as yang ditayangkan di MTA. Dengan berkat doa-doa tersebut, Allah mengaruniai saya anak meskipun para dokter telah menekankan pada saya sebelumnya tidak mungkin bagi saya untuk memiliki keturunan. Jadi, pada tahun 2016, setelah menyaksikan ini merupakan tanda kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as, saya melakukan baiat.

Program untuk anak-anak kecil, memberi tarbiyat (pendidikan) terhadap mereka secara baik juga mengesankan orang-orang selain kita. Dai kita di Benin melaporkan,

“Anak-anak Ahmadi membaca al-Qur’an dan menyenandungkan Qasidah dalam bahasa Arab berisi madah (pujian) kepada Nabi Muhammad saw pada kesempatan peresmian Masjid. Imam Ishaq, seorang ghair Ahmadi berkomentar setelah melihatnya, ‘Pembacaan al-Qur’an dan senandung Qasidah dalam bahasa Arab ini sangat mengesankan hati saya. Jika mereka tidak mengetahui hal-hal yang baik sejak kecil, mereka tidak akan memiliki tampilan yang indah ini. Dari hal ini jelaslah bahwa Jemaat Ahmadiyah memberikan pendidikan yang hebat kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Saya ingin para orangtua mengirimkan anak-anak mereka ke masjid Jemaat ini.’”

Jika sebagian umat Islam yang mengklaim ajaran Islam menggunakan anak-anak mereka dalam tindak-tindak teror bunuh diri pada satu pihak, maka di pihak lain ada umat Muslim non Ahmadi juga yang mendesak orang-orang – karena terkesan dengan tarbiyat saleh Jemaat, dengan karunia Allah – agar mengirimkan anak-anak mereka ke masjid-masjid Jemaat guna memperolah pendidikan yang baik. Setelah itu, pendidikan anak-anak tersebut dan pembekalan mereka dengan ajaran-ajaran Islam serta menjadikan mereka anggota masyarakat yang bermanfaat adalah tugas kita sehingga untuk itu kita harus mendidik mereka. Hasil dari pendidikan ini juga membuat pihak non Ahmadi berkomentar positif terhadap Jemaat, sebagaimana baru saja saya sebutkan.

Di Negara lainnya, yaitu Sierra Leone tepatnya di wilayah Bo, terdapat Jemaat lokal Saan. Muallim local kami di sana bekerja keras dan mulai mendirikan kelas pengajaran bagi anak-anak. Ia mengajarkan pokok-pokok agama secara mendasar. Mulailah anak-anak non-Ahmadi juga menghadiri kelas tersebut. Seorang anak non Ahmadi bernama Ahmad Bonti telah dia ajarkan banyak pelajaran. Suatu hari ayah si anak, Tn. Abdul, yang juga bukan Ahmadi sedang melakukan wudhu. Si anak yang masih berumur 12 tahun mendatanginya dan menjelaskan wudhu sang ayah belum tepat. Lalu, si anak mengajarinya cara berwudhu yang benar, doa wudhu dan doa masuk masjid. Sang ayah sangat senang dan bertanya, ‘Dari mana kau pelajari ini semua, Nak?’ Anaknya  memberitahukan bahwa ia belajar semua itu dari kelas anak-anak di masjid Jemaat Ahmadiyah.

Sang ayah sangat bahagia dan berkunjung ke Muballigh kita serta berkata, ‘Mulai hari ini dan seterusnya saya mempercayakan anak saya itu tarbiyat seperti yang kalian inginkan dan teruskan.’

Orang-orang bukan Ahmadi ini terkesan dengan cara-cara tarbiyat Jemaat bagi anak-anak. Ini harus diingat oleh semua orang tua Ahmadi dan oleh Nizham Jemaat serta semua Dai dan Muballigh lokal bahwa kewajiban yang diberikan kepada mereka untuk menaruh perhatian pada tarbiyat anak-anak dengan corak yang istimewa. Sebab, pendidikan generasi mendatang itu tanggungjawab kalian. Itu tanggungjawab besar pada pundak kalian. Hal kedua, tarbiyatul aulad (Pendidikan anak-anak) ini juga membuka cara-cara baru Tabligh dan tarbiyat bagi kita.

Penunaian hak tetangga adalah termasuk ajaran mendasar Islam, Al-Quran memerintahkannya sebagaimana itu juga ditekankan oleh Nabi Muhammad saw. Dai kita dari Pantai Gading, seorang mubayyi’ baru, Tn. Admi yang telah bergabung dengan Jemaat dengan melakukan bai’at tahun ini menceritakan kisahnya:

“Sebelum bergabung Ahmadiyah, saya biasa shalat di masjid non-Ahmadiyah. Saya telah mendengar begitu banyak hal negatif tentang Ahmadiyah sehingga meski masjid Ahmadiyah dekat dengan rumah saya, saya lebih suka pergi ke masjid lain untuk shalat. Suatu kali saya sakit keras. Imam masjid Ahmadiyah menengok saya dan menanyakan tentang kesehatan saya. Ini sangat mengesankan saya. Setelah mendapatkan kembali kesehatan, saya mulai pergi ke masjid Ahmadiyah untuk shalat. Saya mendengarkan khotbah dan pidato-pidato lainnya di masjid itu. Saya pun tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Jemaat. Saya lalu membaca buku-buku tentang Hadhrat Masih Mau’ud as dan yakin bahwa jika ada sebuah Jamaah di muka bumi yang mengikuti al-Quran dan Sunnah Nabi saw yang mulia, maka hanya Jemaat Islam Ahmadiyah. Jadi saya melakukan bai’at. Melihat saya, anak-anak saya juga menjadi ingin di Jemaat. Anak saya belajar di sekolah menengah berkeinginan setelah menyelesaikan sekolah menengah, ia mendaftar di Jamiah Ahmadiyah dan mengkhidmati agama dengan mengabdikan hidupnya sebagai waqif zindegi.”

Dengan karunia Allah, tiap kali para penentang kita berusaha untuk menghalangi jalan di Jemaat kita dan mengajukan penentangannya, demikian pula Dia memberikan sarana untuk menahan mereka dan meningkatkan kesetiaan dan iman para Mubayyi’ baru. Tn. Amir Yadgir, Karnataka, India menulis, “Permusuhan ekstrim dimulai oleh orang-orang non Jemaat pada tahun lalu. Mereka mengundang para ulama mereka dari luar untuk memberikan pidato di sana. Permusuhan terhadap Jemaat di Pakistan dan India mencapai puncaknya.”

Lanjutnya, “Tuduhan kotor dan tak berdasar mereka lontarkan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as. Mereka menghasut masyarakat agar menentang terhadap Jemaat. Dampaknya dengan demikian, orang-orang secara tidak masuk akal berperilaku sangat buruk terhadap orang-orang Jemaat. Pamflet diterbitkan menentang terhadap Jemaat. Pada hari-hari, seorang Ahmadi malangnya terputus dari Jemaat. Ia sebelumnya telah menjauh dari Jemaat dan tidak kontak dengan Jemaat.

Para penentang menggunakan orang yang keluar dari Jemaat tersebut dengan ancaman dan iming-iming harta. Ia dibuat untuk memakai karangan bunga dan diarak di seluruh kota. Mereka umumkan bahwa mereka telah berhasil mengkonversi seorang Qadiani menjadi percaya kembali (masuk kembali) ke Islam. Kebohongan mereka terbitkan di surat kabar dan banyak penentangan yang memanas terhadap Jemaat diciptakan melalui orang itu. Dia juga menggunakan bahasa yang tanpa adab terhadap Jemaat. Ketika Jemaat memintanya untuk menjelaskan perilakunya, dia mengatakan, ‘Saya tidak mengatakan hal-hal yang diterbitkan dalam surat kabar. Saya berada bersama para penentang karena saya sedang mengalami kesulitan yang tidak bisa saya jelaskan.’

Satu tahun berlalu setelah itu ketika ia berada di bawah adzab Allah. Dia sehat tapi tiba-tiba suatu hari pingsan ke tanah sementara tangan dan kakinya lumpuh di satu sisi. Para ghair Ahmadi tidak menolongnya. Para Khuddam-lah yang menolongnya dalam keadaan itu. Mereka membawanya ke rumah sakit. Para dokter berkata, ‘Sulit buat dia untuk hidup.’ Ia mendapat hukumannya pada akhirnya. Namun, anaknya adalah Ahmadi yang taat dan mukhlis sekali. Para penentang mencoba untuk menekan dirinya juga tapi dia tabah dan teguh pada kebenaran. Bahkan, ia tidak menyalatkan shalat jenazah untuk ayahnya karena penentangannya terhadap Jemaat. Semoga Allah menguatkan imannya. [Aamiin].”

Ini beberapa peristiwa turunnya karunia Allah yang telah saya jelaskan. Ada banyak kisah semacam itu. Semoga Allah membantu kita untuk selalu termasuk kedalam orang yang memperoleh karunia-Nya dan memungkinkan kita untuk memenuhi hak-hak-Nya. Karunia yang Allah telah berikan kepada kita dengan menjadikan kita Ahmadi, semoga Dia memberikan kita ketabahan dan keteguhan dalam hal itu dan terus meningkatkan derajat kita dalam iman dan keyakinan. Amin.


Penerjemah: Irfan Hafidhur Rahman & Dildaar Ahmad Dartono

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.