[box icon=”info”] Tim Ahmadiyah.id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.[/box]
Ringkasan Khotbah Jumat
Ajaran Hadhrat Masih Mau’ud as (Mirza Ghulam Ahmad)
oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
di Masjid Baitul Futuh London, 29 April 2016
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *
صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Sejak Hadhrat Masih Mau’ud as (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad) menyampaikan pendakwahannya dan mendirikan Jemaat Ahmadiyah sampai saat ini, umat Islam terus-menerus melemparkan tuduhan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as dan Jemaat Ahmadiyah bahwa kita menolak konsep Khataman Nabiyyin lantaran Hadhrat Masih Mau’ud as menyebut diri beliau sebagai Nabi atau karena kita (para anggota Ahmadi) mengakui beliau sebagai seorang Nabi. Padahal tuduhan tersebut benar-benar palsu. Sesuai dengan ajaran Hadhrat Masih Mau’ud as, kita lebih yakin lagi dengan keterakhiran kenabian Rasulullah saw dan mengamalkannya lebih dalam; hati kita semakin dipenuhi dengan kecintaan kepada Rasulullah saw, serta kita menyebarkan ajaran beliau melebihi umat Islam yang lain.
Bahkan, dalam penjelasan sesuai pelajaran-pelajaran dari Hadhrat Masih Mau’ud as, mereka (orang-orang Muslim umumnya) belum mengerti sedikit saja dibandingkan dengan para Ahmadi tentang kedudukan Baginda Nabi Muhammad saw.
Mereka [umat Muslim lainnya] selalu menentang para Ahmadi dengan dasar [pemikiran mereka soal] Khataman Nabiyyin. Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat sesuatu hal yang menyebabkan penentangan ini meningkat, dan mereka yang disebut sebagai pemimpin dan organisasi keagamaan mencoba memprovokasi umat Islam. Agar dapat menyelamatkan muka mereka berkaitan dengan korban seorang Ahmadi yang tewas di Glasgow, para penentang kita berupaya menjadikan kejadian tersebut sebagai sentimen agama.[1]
Namun, karena pendirian positif pemerintah Glasgow, Skotlandia, Inggris tentang kejadian tersebut dan juga perhatian yang sangat besar yang ditunjukkan oleh media, maka organisasi-organisasi Islam dan bahkan organisasi Islam terbesar di sana berusaha untuk ikut menunjukkan posisi simpatik yang kentara.
Tetapi, tetap saja meskipun setelah segala hal yang terjadi, mereka tetap menganggap para Ahmadi bukan Muslim. Hal ini sangat ditunjukkan secara luas di masjid-mesjid mereka dan sangat tertanam pada populasi umat Muslim secara umum bahwa anak anak Muslim yang mungkin tidak hafal secara benar Kalimah Syahadat dan tidak tahu menahu tentang Khataman Nabiyyin, anak anak tersebut mengatakan kepada para anak Ahmadi bahwa orang Ahmadi bukan Muslim.
Beberapa anak laki-laki dan perempuan Ahmadi menulis surat kepada saya tentang perlakuan ini. Saya mengatakan kepada mereka agar lebih mempelajari Islam dan katakan kepada teman-teman kalian bahwa kalian adalah Muslim dan kalian mengamalkan ajaran Islam. Kita menerima Rasulullah saw sebagai khatam para Nabi dan berkenaan dengan dengan kenabian beliau saw, kami menerima Hadhrat Masih Mau’ud as sebagai pelayan beliau dan abdi/bawahan dari Rasulullah saw.
Meningkatnya permusuhan terhadap Ahmadi ini semakin meningkat di berbagai negara-negara. Dan karena media serta kemudahan akses, maka rasa permusuhan dan kebencian ini sampai kemana-mana. Karena itu tidak ada negara di dunia ini yang aman dari yang ‘katanya’ Muslim namun menyebarkan kekacauan dan gangguan. Mereka menjangkau kemana-mana, termasuk Afrika. Para Ahmadi membangun mesjid-mesjid di Afrika, jadi mereka/para penentang menjangkau sampai di sana untuk mengumumkan para Ahmadi bukanlah Muslim!. Mereka yang tinggal di Eropa juga memberikan ajaran yang sama di masjid dan madrasah mereka dan memenuhi pikiran anak-anak mereka dengan racun ini.
Agar dapat menghadang gangguan para penentang dimanapun mereka jangkau, adalah tugas anak-anak Ahmadi kita untuk paham dan fasih benar mengenai ajaran sejati Islam yang telah dijelaskan dan diuraikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as pada masa ini. Yang mana bahwa Rasulullah saw adalah Nabi penerima dan pembawa Syariat, dan dalam hal Kenabian Syariat, beliau adalah Nabi Penerima Syariat terakhir. Demikian juga, Al-Quran adalah kitab Syariah terakhir dan Hadhrat Masih Mau’ud as telah datang sebagai abdi Rasulullah saw, dan karenanya beliau datang untuk meneruskan dan menyebarkan ajaran-ajaran Syariah Rasulullah saw di dunia.
Kita selalu mencermati Allah taala bekerja terhadap Jemaat, sehingga manakala pertentangan dan permusuhan ini meningkat, hal itu menjadi saranah perkembangan bagi kita. Berkaitan dengan pertentangan yang terjadi baru-baru ini dan apa yang dilaporkan media mengenai hal itu, Jemaat telah diliput dan diberitakan secara sangat luas yang mungkin tidak akan didapat dalam waktu singkat. Liputan dan berita ini juga mengumpulkan banyak perhatian dan serta menginformasikan kepada anak-anak muda Ahmadi – yang tadinya tidak begitu tertarik kepada agama dan jarang ikut dalam kegiatan-kegiatan Jemaat – bahwasannya kita menerima Hadhrat Masih Mau’ud as sebagai seorang Nabi namun hanya sebagai abdi/bawahan/pelayan Baginda Nabi Muhammad saw.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah memenuhi perannya sebagai abdi Hadhrat Rasulullah saw dengan sangat baik dan menjunjung tinggi kedudukan Rasulullah saw sebagai Khatam para nabi dan juga membimbing kita dalam perkara ini. Beliau as bersabda:
”Perhatikan dan hati-hatilah bahwa tidak ada orang yang dapat menjadi Muslim sejati dan pengikut Rasulullah saw kecuali ia menerima Rasulullah saw sebagai Khatam para nabi. Orang tersebut bukanlah apa-apa sampai ia memisahkan dirinya dari pemikiran yang lain dan menerima Rasulullah saw sebagai Khatam para nabi dan menunjukkan hal ini lewat perkataan maupun amalan-amalannya”. [2]
Mengutip Saadi (penyair klasik Persia) yang pernah mengatakan bahwa seseorang harus berusaha keras untuk pengabdian dan kebenaran atau kebajikan dengan segala cara; namun tidak boleh lepas dari sikap dan cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Tujuan kita, yang mana Allah Yang Maha Kuasa yang telah membuat hati kita kuat hanyalah Kenabian Rasulullah saw yang berdiri dan telah ditegakkan oleh Allah Ta’ala untuk selamanya. Dan semua kenabian palsu lain, yang telah dibuat lewat pemikiran orang-orang, dihancurkan berkeping-keping. Coba amati dan perhatikan dengan seksama penobatan-penobatan keagamaan ini, dan saksikan oleh kalian sendiri, apakah kita yang telah benar-benar menerima ke-Khataman Nabiyyin dari Rasulullah saw, ataukah mereka?”
“Suatu hal yang tidak adil dan jahat menganggap Allah Yang Maha Kuasa hanya berkehendak bahwa seseorang hanya menerima konsep Khataman Nabiyyin di mulut saja namun tetap melakukan apapun yang ingin ia lakukan dan membuat-buat hukum agama yang baru sebagai hukumnya [bukan hukum Rasulullah], seperti Sholat Baghdadi dan Sholat Ma’akus dan lain-lain yang telah mereka ‘temukan’ dan buat-buat sendiri. Apakah kita menemukan adanya ajaran mengenai hal hal itu di dalam Al-Quran ataupun amalan dari Rasulullah saw? Demikian juga, apakah ada bukti dalam Al-Quran bahwa nama Sheikh Abdul Qadir al-Jailani harus di puja-puja dan disanjung-sanjung serta di panggil-panggil seperti meminta sesuatu dengan mengatakan “يا شيخ عبد القادر الجيلاني شيئا لله”؟ ! Sheikh Abdul Qadir al-Jilani bahkan tidak ada pada masa hidupnya Rasulullah saw. Lantas siapa yang mengejarkan puja-puji dan dan sanjungan ini? Merasa malulah.“
“Apakah ini yang merupakan hal yang harus ditaati oleh Syariah Islam? Nilailah diri kalian sendiri setelah mempunyai kepercayaan dan amalan yang demikian – apakah kalian berhak untuk menuduh bahwa aku melanggar tanda Khatam para nabi? Sesungguhnya, yang terjadi adalah jika kalian tidak membiarkan ‘temuan-temuan’ (bid’ah-bid’ah) dan pemikiran-pemikiran kalian sendiri memasuki masjid-mesjid kalian, dan jika kalian benar-benar menerima Kenabian Rasulullah saw sebagai Khatam para nabi dan menjadikan amalan-amalan Rasulullah saw dan jalan beliau sebagai cahaya penerang yang membimbing kalian, maka aku tidak perlu datang! Pemikiran dan temuan-temuan kalianlah yang menggerakkan rasa kehormatan Allah Yang Maha Agung untuk mengirimkan seseorang dalam jubah Rasulullah saw untuk menghancurkan berhala-berhala kenabian-kenabian palsu ini. [maksudnya amal-amal tertentu yang diaku/dianggap syariat Islam atau ajaran Nabi saw padahal bukan] Tuhan telah menunjuk dan mengirim diriku untuk tugas ini [menjelaskan hal-hal tersebut].”
“Aku sudah dengar bahwa puja-puji dan sanjung tertentu telah dilakukan di tempat Ghous Ali Panipati (seorang yang dianggap Wali Muslim di Haryana, India). Sedangkan sujud yang dilakukan di hadapan orang orang yang secara agama diberikan “tahta” atau berputar mengelilingi rumah mereka, hal-hal ini adalah perkara yang sangat umum dan kecil.”
Singkatnya, Allah Yang Maha Agung mendirikan Jemaat ini hanya untuk bertujuan supaya Jemaat ini dapat mendirikan kembali kenabian dan kehormatan Rasulullah saw.
Alangkah uniknya jika ada cinta seseorang yang menganggap dirinya sendiri sebagai pemuja setia seseorang tetapi terdapat ribuan orang lain yang seperti dirinya! Sekarang, jika mereka benar-benar mengabdikan cinta sejatinya kepada Rasulullah saw saw seperti yang nyatakan, mengapa mereka bersujud di hadapan ribuan makam dan tempat-tempat keramat? Mereka memang Makkah dan Madinah, tetapi mereka mengunjungi Ajmir (tempat kuburan para Wali di India) dan tempat-tempat keramat lainnya, mereka bertelanjang kaki dan tanpa penutup kepala dan menganggap dengan melewati jendela di Pakpattan akan cukup memberi mereka keselamatan… Hati seorang Muslim sejati akan bergetar melihat festival-festival dan perayaan ulang tahun mereka dan apa yang telah mereka perbuat dengan agama!
Jika Allah Yang Maha Kuasa tidak memiliki rasa kehormatan untuk Islam dan ayat إِنَّ الدّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسلامُ ۗ ‘Sesungguhnya, agama yang benar di sisi Allah ialah Islam’ (3:20) bukanlah firman Allah Ta’ala dan jika Dia tidak berfirman: إِنّا نَحنُ نَزَّلنَا الذِّكرَ وَإِنّا لَهُ لَحافِظونَ ‘Sesungguhnya, Kami Yang telah menurunkan Peringatan Al Quran ini, dan sesungguhnya Kami baginya adalah Pemelihara’ (15:10), maka tentunya Islam telah mencapai tahapan saat ini yang mana tidak diragukan lagi bahwa agama ini akan sudah lenyap dari muka bumi.
Namun, rasa kehormatan Allah Yang Maha Agung telah tergerak dan ampunan-Nya serta janji-Nya untuk menjaga (agama Islam) menuntut-Nya untuk mengirim seseorang yang merupakan refleksi atau bayangan dari Rasulullah saw dan menghidupkan kembali Kenabian Rasulullah saw pada masa ini. Karenanya Allah Ta’ala mendirikan gerakan ini dan mengirimku sebagai seseorang yang ditunjuk oleh-Nya sebagai Mahdi.”[3]
Hadhrat Masih Mau’ud bersabda:
“Tujuanku yang sesungguhnya adalah untuk memberikan bukti keagungan Rasulullah saw dan mendirikan kebesarannya. Bagianku sendiri adalah kurang penting. Rasulullah saw memiliki kekuatan daya tarik dan kemurahan hati. Dan bagianku hanyalah berdasarkan kemurahan hati beliau”[4]
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Aku juga mengatakan bahwa mereka yang datang dari Tuhan tidak akan mengatakan hal yang buruk. Mereka hanya meminta untuk menyembah Tuhan, berlaku baik kepada ciptaan-Nya dan melakukan Shalat. Mereka menghapus hal-hal yang salah dan menemukan jalan mereka di dalam agama. Karena itu aku juga telah dikirim untuk memperbaiki atas hal-hal yang salah yang telah berkembang… Kesalahan terbesar adalah bahwa Kebesaran Allah Yang Maha Agung telah diseret ke dalam debu dan ajaran Rasulullah yang benar, penting dan sempurna mengenai Ketauhidan (Ke-Esa-an Tuhan) telah dibuat menjadi meragukan.”
“Di lain pihak para umat Nasrani mengatakan Nabi Isa masih hidup dan Nabi kita (Rasulullah saw) tidak hidup, dan mereka memanggil Nabi Isa as sebagai Tuhan dan putera Tuhan karena beliau telah hidup selama 2000 tahun dan periode waktu tidak ada akibatnya bagi beliau. Di sisi lain, para Muslim telah mengakui dan membenarkan bahwa Nabi Isa as telah naik hidup-hidup ke surga dan tetap dalam kondisi yang sama selama 2000 tahun terakhir. Tidak ada perubahan ataupun pengubahan akan kondisi beliau sementara Rasulullah saw telah wafat.”
“Aku katakan bahwa hatiku sungguh-sungguh bergetar ketika aku mendengar seorang ulama Muslim mengatakan bahwa Rasulullah saw telah “mati”. Nabi yang “hidup’ telah dinyatakan mati. Tidak ada lagi hal yang lebih memalukan dan mencemarkan Islam! Namun kesalahan ini adalah buatan umat Islam sendiri yang telah membuat sesuatu yang benar-benar telah bertentangan dengan Al-Quran suci. Al Quran menyebutkan kewafatan Nabi Isa as dengan jelas. Namun, perbaikan kesalahan ini harus dilakukan olehku karena Allah Ta’ala telah menyebutku Hakim (pengambil keputusan) yang akan datang dan menyingkirkan kesalahan ini.”
Dunia tidak menerima beliau namun Tuhan akan menerima beliau dan akan mendirikan kebenaran beliau dengan serangan yang kuat. Perkara-perkara seperti ini telah merugikan dan sangat membahayakan dunia.
Namun, waktunya telah datang dimana segenap dusta dan kebohongan akan terpaparkan. Perkara-perkara ini tidak dapat terus tersembunyi dari seseorang yang Allah Ta’ala kirim sebagai Hakim. Al-Quran dengan jelas telah memutuskan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as akan menjadi Khalifah yang pasti dan ia telah datang. Jika seseorang akan tetap berpikiran sempit, dia tidak saja akan merugikan diri sendiri, namun akan dianggap merugikan Islam.
Kenyataannya, kepercayaan yang salah dan buruk ini telah membuat ratusan ribu orang menjadi murtad. Prinsip ini telah sangat mempermalukan dan menjadi aib bagi Islam dengan sangat parah dan telah menghina Rasulullah saw. Jika hal ini diterima bahwa Nabi Isa as (Yesus) adalah orang yang memberikan kehidupan bagi orang mati, orang yang telah naik hidup-hidup ke Surga dan yang akan membuat keputusan dan pertimbangan akhir, maka (na’udzu billah) Nabi kita saw tidak akan memiliki status. Meskipun Baginda Nabi Muhammad saw telah disebut sebagai rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat semesta alam) dan datang sebagai Nabi bagi seluruh umat manusia dan beliau saw juga merupakan Khataman Nabiyyin (penghulu para Nabi)!
Orang-orang yang menganut kepercayaan bodoh yang bukan-bukan yaitu meskipun disebut sebagai Muslim juga percaya bahwa semua burung yang ada di sekitarnya, beberapa merupakan milik/ciptaan Yesus (Nabi Isa as) dan sebagian lagi adalah milik/ciptaan Allah Yang Maha Agung. Suatu kali aku bertanya kepada seorang yang beriman pada Allah Yang Maha Esa itu: ‘Bagaimana jika dua binatang dipersembahkan dan ditanyakan yang mana dari mereka adalah milik Tuhan dan yang mana milik Yesus (Nabi Isa as)? Ia menjawab, ‘Mereka sekarang bercampur aduk.’”[5]
Menggambarkan bahwa ketaatan Hadhrat Masih Mau’ud as adalah untuk membuktikan status yang tinggi dari Rasulullah saw tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat pemikiran intelektual, namun amalan-amalan beliau pun juga menunjukkan ajaran Islam. Di bawah ini adalah beberapa kisah mengenai hidup beliau yang diberkati.
Seorang pemuda yang bernama Abdul Haq yang telah berpindah agama dari Islam menjadi Kristen datang ke Qadian dan bertemu dengan Hadhrat Masih Mau’ud as dan berdiskusi tentang banyak hal. Ia berkata bahwa ketika ia mengatakan kepada seorang Nasrani bahwa ia akan pergi ke Qadian, orang tersebut mencaci maki Hadhrat Masih Mau’ud as yang mana Abdul Haq menganggap hal tersebut sangat tidak menyenangkan.
Hadhrat Masih Mau’ud menjawab:
“Aku tidak peduli jika orang mencaciku. Aku menerima banyak surat cacian bahkan bagi surat-surat yang aku harus membayar ongkos posnya. Ketika aku membacanya, surat-surat tersebut berisi caci maki. Aku dicaci maki dengan kasar lewat poster-poster, dan kini bahkan orang-orang mencaci-maki lewat kartu pos. Namun hal-hal ini tidak penting dan cahaya/Nur Ilahi tidak dapat dipadamkan. Mereka yang tidak bersyukur selalu memperlakukan para Nabi dan orang-orang yang benar seperti ini.
Apa yang terjadi pada Yesus (Nabi Isa as) dari Nazareth yang dalam jejak langkah beliau aku telah datang! Dan perlakuan seperti apa yang diberikan kepada Rasulullah saw kita. Orang-orang bodoh dan keji masih saja sampai sekarang mencaci-maki beliau saw. Aku adalah orang yang tulus mendambakan kebahagiaan dan kebaikan bagi umat manusia dan orang yang mengganggapku musuhnya, sesungguhnya adalah musuh dirinya sendiri”[6]
Selama ia tinggal, Hadhrat Masih Mau’ud as memotivasi Abdul Haq untuk bertanya sebanyak dan sesering mungkin pertanyaan yang ia anggap perlu.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Aku sarankan kembali kepada Anda bahwa sampai Anda paham akan sesuatu, maka Anda seharusnya menanyakan hal tersebut lagi dan lagi. Tidaklah baik mengatakan sudah paham padahal belum paham. Hasilnya tidak akan baik.
Inilah yang dilakukan oleh Sirajudin Isai ketika ia datang ke sini dan tidak mendapat manfaat sama sekali. Apakah ia mengatakan sesuatu kepada Anda?”
Abdul Haq menjawab: “Ya. Ia menghentikan aku datang ke sini dan berkata bahwa aku tidak perlu datang ke Qadian. Ia berkata sekarang karena kita telah menemukan kebenaran maka tidak perlu lagi pergi untuk mencarinya! Ia juga berkata bahwa saat kepulangannya ketika Anda melihatnya, Anda berjalan bersamanya selama 3 mil dan Anda berkeringat.”
Editor Al Badr menulis dalam sebuah catatan: “Orang-orang yang berhati baik harus bercermin kepada kasih sayang dan belas kasih Hadhrat Masih Mau’ud as dan membayangkan gairah yang beliau miliki untuk menyelamatkan seseorang.
Apakah beliau as berjalan bersama/mendampingi seseorang karena beliau melihat orang tersebut (Sirajudin, seorang Muslim yang masuk Kristen dan menjumpai Hadhrat Masih Mau’ud as untuk berdiskusi) itu tidak muncul selain hanya karena kasih sayang beliau as? Apa lagi yang harus dilakukan beliau untuk Tuan Sirajudin? Jika hati seseorang baik, maka ia akan dapat menemukan kebenaran hanya dengan diperlihatkannya kasih sayang ini. Salam dari Allah untuk beliau as yang memiliki gairah semangat yang demikian untuk kami…”
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Ia mengerti keringatku adalah indikasi seperti layaknya tidak ada apa-apa dalam hal ini. Wahai! Anda (Abdul Haq) seharusnya bertanya kepadanya (Sirajuddin) kenapa ia melakukan sholat di belakang kami ketika ia berada di sini. Dan apakah ia tidak mengatakan bahwa ia puas! Jika ia ada di sini di depanku, aku akan minta ia bersumpah. Ketika berhadapan langsung, seseorang akan malu (dan tidak berbohong)”.
Abdul Haq berkata: “Aku bertanya kepadanya tentang sholat dan dia memang mengaku melakukannya dan pada akhirnya ia berkata akan pergi ke tempat yang beriklim sejuk untuk memutuskan sesuatu. Tuan Sirajudin juga berkata bahwa Tn. Mirza mencari popularitas. Aku menanyakannya 4 pertanyaan dan ia/ Tn. Mirza mempublikasikan jawaban jawabannya”
Hadhrat Masih Mau’ud as menjawab: “Sama sekali tidak ada unsur mencari popularitas/keterkenalan dalam hal ini. Mengapa juga aku menyembunyikan kebenaran! Jika aku menyembunyikan kebenaran, maka aku akan berdosa dan hal tersebut adalah salah.”
“Tuhan telah menugaskan dan menunjukku jadi aku akan berkata kebenaran dan akan mengambil tugas yang dipercayakan kepadaku bagi umat manusia”
Hadhrat Masih Mau’ud as berkata kepada Abdul Haq: “Anda tamu kami dan seorang tamu hanya akan merasa nyaman jika tidak terlalu resmi. Jika Anda memerlukan sesuatu, Anda jangan ragu untuk bilang kepadaku.”
Beliau lantas mengatakan kepada orang-orang Jemaat: ”Orang ini adalah tamu kita dan akan layaklah jika setiap kalian bersikap sangat sopan kepadanya dan kalian harus memperhatikan jika ia tidak nyaman bagaimanapun” [7]
Ada suatu peristiwa yang hendak saya uraikan perihal doa. Beliau tidak pernah memperlihatkan kehebatan beliau di dalam doa. Tetapi, beliau ingin menunjukkan falsafah pengabulan doa yang merupakan hak dan wewenang Allah Ta’ala. Suatu kali Tn. Qureshi yang sedang tidak sehat datang ke Qadian untuk perawatan. Beliau berobat kepada Hadhrat Maulwi Hakim Nuruddin.
Berkali-kali beliau mengirim banyak permintaan doa kepada Hadhrat Masih Mau’ud as yang menjawab bahwa beliau akan berdoa untuknya. Di satu malam, Tuan Qureshi mengirimkan melalui Hadhrat Maulwi Hakim Nuruddin permintaan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa ia ingin sekali bertemu beliau namun tidak bisa berkunjung karena kakinya bengkak. Hadhrat Masih Mau’ud as berjanji untuk mengunjunginya di tempat kediamannya, dan beliau as benar-benar melakukannya.
Beliau berbicara kepada Tn. Qureshi panjang lebar mengenai penyakitnya dan kemudian bersabda yang berikut lewat cara Tabligh:
“Aku telah berdoa namun faktanya berdoa belaka tidak akan berguna kecuali Allah Ta’ala Yang berkehendak. Orang-orang miskin melewati begitu banyak kesulitan, namun kesulitan-kesulitan mereka dapat dilenyapkan dengan sedikit pengaruh dan perhatian dari seseorang yang mempunyai kuasa dan wewenang. Begitu juga dengan segala hal – terjadi atas perintah Allah Yang Maha Agung. Aku mengalami pengabulan doa-doa pada saat Allah Yang Maha Agung memerintahkan demikian meskipun Allah telah berfirman: ادعوني أَستَجِب لَكُم ۚ “… Berdoalah kepada-Ku..”Ia juga berfirman: “Aku akan mengabulkan bagi kamu…” (40:61)
Adalah penting bagi manusia agar melakukan perubahan suci pada dirinya sendiri dan secara internal berdamai dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan juga mencari tahu kenapa ia datang ke dunia ini dan seberapa banyak ia telah berusaha untuk memenuhi tujuan tersebut. Seseorang manusia tidak berada dalam kesulitan apapun sampai ia mendatangkan kemurkaan Allah Yang Maha Agung.
Namun jika manusia melakukan perubahan suci pada dirinya, maka Allah Yang Maha Kuasa berpaling kepadanya dengan kasih sayang. Pada suatu waktu, seorang dokter juga bersemangat untuk melakukan diagnosa secara benar. Tidak ada yang sulit bagi Allah Yang Maha Kuasa, dan dia adalah Yang Maha Agung: إِنَّما أَمرُهُ إِذا أَرادَ شَيئًا أَن يَقولَ لَهُ كُن فَيَكونُ ‘Sesungguhnya Perintah-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berfirman mengenai itu “Jadilah!”, maka jadilah ia.’ (Yaasiin, 36:83)
“Suatu kali aku membaca di sebuah surat kabar bahwa Wakil Inspektur membersihkan kukunya dengan pensil yang kemudian mengakibatkan bengkak dan infeksi pada tangannya. Sedemikian rupa sehingga dokter menyarankan untuk mengamputasi jari tangannya. Ia menyangka itu adalah hal kecil sehingga ia tidak setuju amputasi itu. Namun hal ini mengakibatkan kematiannya.
Begitu juga aku suatu kali sedang menajamkan pensil dengan kukuku. Ketika aku pergi berjalan keesokan harinya, aku terpikir tentang sang Wakil Inspektur tersebut, sementara tanganku telah terinfeksi. Aku segera berdoa dan menerima wahyu. Ketika aku melihat, tanganku ternyata telah sembuh sepenuhnya, tidak ada bengkak ataupun rasa sakit. Singkatnya, ketika rahmat Allah Yang Maha Kuasa datang, maka tidak ada lagi rasa sakit dan kesulitan.
Namun, adalah sangat penting manusia mengadakan perubahan dalam dirinya sendiri. Mengikuti perubahan ini, jika Allah Ta’ala melihat seseorang bermanfaat, maka Dia menganugerahkannya kemajuan. Tertulis dengan jelas mengenai hal ini di dalam kitab Al Quran kita: وَأَمّا ما يَنفَعُ النّاسَ فَيَمكُثُ فِي الأَرضِ ۚ “…tetapi apa yang bermanfaat bagi manusia, akan tinggal tetap di bumi… ”(13:18) dan pernyataan-pernyataan yang serupa juga ditemukan di kitab-kitab sebelumnya…
Manusia telah dikirimkan (diciptakan) untuk sebuah tugas yang sangat penting. Namun ketika sudah tiba waktunya, ia tidak memenuhi tugas tersebut; dan Tuhan kemudian berurusan dengannya. Coba ambil contoh seorang asisten rumah tangga… jika mereka tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, maka majikan mereka akan memecatnya. Lantas kenapa Allah Yang Maha Kuasa memelihara orang yang tidak memenuhi kewajibannya?!
Tn. Mirza kami (ayahanda Hadhrat Masih Mau’ud as) sebagai tabib telah melakukan pengobatan terhadap orang-orang selama lima puluh tahun. Beliau biasa berkata bahwa beliau tidak menemukan suatu resep yang tepat dan benar. Betapapun lamanya penelitian dan pengobatan, adalah benar bahwa tanpa perintah dan karunia Allah Yang Maha Kuasa, maka setiap partikel yang kita telan dan cerna tidak akan memberikan manfaat.
Kita harus sangat terlibat dalam mencari ampunan dari Tuhan sehingga Dia berkenan untuk menganugerahi rahmat-Nya. Ketika rahmat Allah datang, maka doa-doa pun akan diterima. Allah Ta’ala berfirman bahwa Dia akan menerima doa-doa dan Dia juga berfirman bahwa Ketetapan-Nya harus diterima. Inilah mengapa kecuali jika perintah Allah Ta’ala akan datang, aku tidak berharap banyak atas diterimanya doa. Manusia sangatlah lemah dan rapuh. Kita harus selalu mendekatkan diri pada karunia Allah Ta’ala”[8]
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Hak terbesar dari hak Allah Yang Maha Agung adalah bahwa kita harus menyembah-Nya. Penyembahan ini bukanlah demi mendapat keuntungan pribadi. Malahan sebenarnya, bahkan jika tidak ada surga atau neraka pun, Allah Ta’ala tetap harus kita sembah dan seharusnya tidak ada perubahan akan cinta pribadi yang dimiliki oleh ciptaan kepada Sang Penciptanya…
Keyakinanku akan kasih sayang bagi umat manusia adalah hati seseorang tidak benar-benar dapat suci dan bersih sebelum ia berdoa untuk orang-orang yang memusuhinya/musuhnya. Allah Yang Maha Agung tidak menempatkan batasan [tidak mengecualikan siapa yang harus didoakan] dalam ادعوني أَستَجِب لَكُم ۚ “…Berdolah kepada-Ku; Aku akan mengabulkan bagi kamu…”(40:61). Tidak dikatakan bahwa jika seseorang berdoa bagi musuhnya, Allah Ta’ala tidak akan mengabulkannya.
Sebenarnya, keyakinanku adalah hal yang Sunnah untuk berdoa bagi mereka yang memusuhi. Hadhrat Rasulullah saw sering berdoa untuk Hadhrat Umar (ra) dan hal ini menuntun beliau menjadi seorang Muslim.
Karenanya seseorang seharusnya tidak memiliki permusuhan pribadi yang lahir karena kedengkian atau kebencian… Sesuatu yang harus disyukuri bahwa tidak ada musuhku yang tidak kudoakan sebanyak dua atau tiga kali. Tidak ada bahkan satu musuh pun (yang tidak kudoakan). Aku mengajarkan kalian hal yang sama.
Allah Yang Maha Kuasa mengawasi dan berurusan [mengambil tindakan] terhadap orang yang benar-benar menimbulkan rasa sakit kepada orang lain dan memiliki permusuhan tidak pantas yang disebabkan oleh kebencian karena Dia tidak ingin siapapun (yang demikian) mempunyai kaitan dengan-Nya. Dalam suatu peristiwa, Allah Ta’ala tidak ingin ketidakterkaitan dan dalam peristiwa lain Dia tidak ingin dikaitkan. Itu artinya, Dia tidak ingin adanya saling keterlepasan [saling mengasingkan] diantara kemanusiaan; dan Dia juga tidak ingin sehubungan dengan-Nya, ada keterkaitan yang bersifat syirik/menyekutukan. Dan dengan begini seseorang juga harus berdoa untuk mereka yang menyangkal [kebenaran]. Hal ini akan membersihkan hati, melahirkan keyakinan teguh dan meningkatkan keberanian.
Karenanya jika Jemaat kita tidak berpendirian ini, maka tidak akan ada perbedaan antara Jemaat kita dengan yang lain. Penting bagiku bahwa ketika seseorang berteman dengan orang lain dalam jalan iman dan seseorang diantara keluarganya kurang beruntung [yaitu keluarga orang itu tidak berbaiat atau tidak menerima kebenaran] maka orang tersebut [yang berbaiat] memperlakukan kerabatnya itu dengan kesabaran yang amat sangat, dan juga kelembutan serta menyayangi mereka…merupakan salah satu sifat Allah seperti yang disampaikan dalam perumpamaan bahasa Persia ‘Dia yang Mulia memaafkan orang jahat secara baik.’
Karenanya, kalian yang terhubung denganku harus menjadi Jemaat yang termaktub [di dalam sebuah ucapan bahasa Arab] “فإنهم قوم لا يشقى جليسهم” ‘Mereka itu orang-orang yang teman-teman dekat mereka bukanlah orang-orang yang jahat’. Inilah ringkasan dari ajaran yang diketengahkan dalam “تخلَّقوا بأخلاق الله” ‘tkhallaquu bi akhlaqiLlaah ‘berakhlaklah dengan menyerap dan menerapkan sifat-sidat Allah Ta’ala!’.”[9]
Ini adalah beberapa intisari yang diambil dari harta perbendaharaan sangat banyak yang Hadhrat Masih Mau’ud as telah berikan kepada kita. Dan kita lihat beliau as telah memenuhi kewajiban mengambil dan melaksanakan ajaran-ajaran Rasulullah saw dan Al Quran. Beliau bukan hanya sekedar mengangkat slogan Khataman Nabiyyin, namun pada kenyataannya, setiap kata dan perbuatan beliau adalah sesuai dalam pengabdian beliau kepada Tuan beliau (yaitu Hadhrat Rasulullah saw). Beliau menginstruksikan dan menasihati para pengikutnya untuk juga menaati ajaran ini.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita karunia untuk memenuhi kewajiban supaya dapat termasuk di dalam Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as dan memberikan kita karunia untuk menjalankan ajaran-ajaran tersebut dalam amal perbuatan kita. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan kita wawasan mendalam yang benar dan hak tentang ketinggian kedudukan Hadhrat Rasulullah saw dan semoga kita menampilkan gambaran Islam yang sesungguhnya kepada dunia!
Penerjemah : Ratu Gumelar
Editor : Dildaar Ahmad Dartono
[1] Tn. Asad Shah Syahid, seorang Muslim Ahmadi di Glasgow, Skotlandia ditikam pisau hingga syahid oleh seorang Muslim beberapa minggu lalu.
[2] (Malfuzhat, Vol. III, hal.90)
[3] (Malfuzhat, Vol III, hal 90 – 92)
[4] (Malfuzhat, Vol. III, hal 269).
[5] (Malfuzhat, Vol. III, hal 251 – 252).
[6] (Malfuzhat, Vol. III, hal 126)
[7] (Malfizhat, Vol. III, hal 111-112)
[8] (Malfuzhat, Vol. III, hal. 317-319)
[9] (Malfuzat, Vol. III, hal. 96-97)