BUKTI-BUKTI KEBENARAN
Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis أيده الله تعالى بنصره العزيز (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz)
24 Nopember 2017 di Masjid Baitul Futuh, UK
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
Jumat yang lalu saat berbicara tentang Hadhrat Masih Mau’ud as, saya mengatakan bahwa beliau bersabda: “Jika seseorang berdoa kepada Allah Ta’ala dalam shalat-shalatnya dengan sungguh-sungguh, dengan penuh keperihan hati serta mengosongkan diri dari segala kefanatikan dan kekerasan hati, maka saya katakan dengan seyakin-yakinnya bahwa sebelum berlalu empat puluh hari kebenaran tersebut akan tampak terang benderang bagi mereka.”
Akan tetapi syaratnya orang tersebut harus memiliki hati yang bersih. Hati yang terbebas dari segala macam prasangka (kecurigaan) dan kefanatikan. Jika tidak, maka sebagaimana yang Hadharat Masih Mau’ud (as) sabdakan, “Orang-orang yang di dalam hatinya menyimpan dendam, kemarahan dan kosong dari pikiran bersih akan selalu berkata, ‘Tuhan tidak memberi petunjuk kepada kami melalui mimpi-mimpi’ atau ‘Tuhan memberitahu kami supaya menentangmu.” Bagaimanapun, Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada orang-orang yang berdoa dengan hati bersih.
Pada masa hidup Hadhrat Masih Mau’ud (as) juga, Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada banyak orang melalui mimpi. Diceritakan, pernah dalam sebuah pertemuan ada seseorang dari Lahore menulis sebuah surat yang isinya bahwa melalui mimpi ia diberitahu Masih Mau’ud itu benar. Orang ini murid seorang yang dianggap wali dan tinggal di dekat petilasan Data Ghanj Bakhsy. Orang itu menceritakan hal itu kepada orang suci tersebut. Orang suci itu berkata, “Kemajuan Mirza Sahib yang terus meningkat membuktikan kebenarannya.” Mendengar hal tersebut, seorang majdzub (istilah untuk orang yang dianggap keramat dan suci) lainnya berkata, “Izinkan saya menanyakan hal ini juga kepada Tuhan.”
Lalu keesokan harinya ia berkata, “Tuhan telah mengabarkan kepada saya Mirza adalah Maula (tuan, majikan).” Mendengar hal tersebut orang suci yang satunya lagi berkata, “Tuhan telah memanggilnya Maulana, ini artinya bahwa Mirza Sahib adalah tuan kamu, tuan saya dan tuan semua orang.”
Ketika Hadhrat Masih Mau’ud (as) mendengar hal tersebut, beliau bersabda:
“Hari ini, orang-orang mendapatkan banyak mimpi dan kasyaf. Tampaknya Allah Ta’ala berkehendak mengabarkan kepada orang-orang tersebut kebenaran-Nya melalui mimpi-mimpi. Para Malaikat berseliweran berkeliling di langit bak belalang dan menyampaikan ke dalam hati-hati manusia, ‘Berimanlah! Berimanlah!’”
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud (as) menceritakan tentang seseorang yang berniat menulis buku yang isinya menentang beliau (as). Orang tersebut bertemu Nabi Muhammad (saw) dalam mimpinya. Beliau (saw) berkata “Kamu hendak menulis buku guna menentang Mirza Sahib, padalah sebenarnya Mirza Sahib itulah yang benar.” (Dengan demikian, Allah Ta’ala mencegah orang-orang yang berfitrat bersih dari melakukan tindakan yang salah, jika orang itu penentang dan ingin menulis buku menentang beliau as, dan dikarenakan padanya terdapat kebaikan tersembunyi dan Allah pun takjub dengannya maka Dia membimbing mereka dalam mimpi dengan jalan mencegahnya melakukan itu.)
Mimpi seperti ini tampak pada masa kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as dan masih berlanjut hingga hari ini. Allah Ta’ala membimbing mereka yang bertabiat baik ketika mereka merujuk kepada-Nya meminta petunjuk. Perlu diperhatikan bahwa Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada sebagian orang dan memberitahukan Al-Masih yang dijanjikan telah datang padahal sebelumnya mereka tidak tahu apa-apa tentang itu. Terkadang orang-orang tahu soal itu dan menanyakan kepada Allah Ta’ala dan meminta pengarahan-Nya lalu Dia membimbing mereka.
Seseorang yang berasal Mali, sebuah Negara di kawasan Afrika Barat, menerima petunjuk dari Allah Ta’ala mengenai kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud (as) dengan cara demikian. Mubaligh kita di sana menulis mengenai hal itu, “Pada satu hari Tn. Mustafa Diallo bermimpi berada dalam sebuah rumah yang begitu indah di surga. Air mengalir di salah satu sisi rumah tersebut, dan ada sebuah foto orang suci berkulit putih dengan memakai sebuah sorban (kain pengikat kepala).
Beberapa lama kemudian setelah mimpi tersebut, ia berkunjung ke salah satu kawannya dan melihat foto orang suci yang ada didalam mimpinya itu tergantung di dinding rumah kawannya tersebut. Ia bertanya kepada kawannya perihal orang suci yang ada di foto itu, sang kawan pun menjawab bahwa orang suci itu adalah Imam Mahdi. Tn. Diallo pun menceritakan mengenai mimpinya dan meminta keterangan lebih banyak mengenai Jemaat Ahmadiyah.
Kawan Ahmadinya pun memberitahukan pengajian bulanan Jemaat hari itu yang dengan menghadirinya ia dapat bertanya lebih banyak kepada Muballigh. Kemudian Tn. Diallo menghadiri pertemuan Jemaat dan dalam pertemuan itu, ia mengumumkan menjadi seorang Ahmadi. Ia juga mengatakan ingin mengajak saudara-saudarinya untuk menerima kebenaran. Sesampainya di rumah, ia menyampaikan kepada keluarganya hal tersebut, dan ia akan baiat bersama mereka semua besok dengan izin Allah. Keesokan harinya di waktu Sahur ia ceritakan semua yang ingin diceritakan kepada mereka yaitu mengenai Ahmadiyah dan mimpinya. Mendengar yang ia sampaikan keluarganya malah mencaci-maki sehingga ia menjadi sangat sedih. Kemudian dalam mimpinya lagi setelah shalat Shubuh, Hadhrat Masih Mau’ud as datang menghiburnya dengan nasihat agar membasa ayat 30-33 dari Surah al-Hijr. Ia lalu datang ke pusat Jemaat dan menceritakan kepada Muballigh setempat soal perlakuan saudara/inya dan menanyakan tafsir mimpinya.
Muballigh Jemaat itu memperlihatkan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dan menjelaskan perihal sujudnya para malaikat kepada Adam setelah penciptaannya dan penolakan Iblis. Muballigh tersebut mengatakan bahwa di dalam ayat-ayat itu terdapat bimbingan dari Allah atas apa yang terjadi padanya di pagi hari itu. Baiatnya menunjukkan perilakunya ialah perlaku para malaikat yang sujud kepada Adam.”
Muballigh kita di sana mengabarkan bahwa setelah bermimpi lagi, ia pun secara resmi baiat masuk kedalam Jemaat. Dengan karunia Allah Ta’ala, ia kini menjadi seorang anggota yang sangat aktif.
Demikian juga, seorang Mubayyin Baru bernama Kone Adam dari kota Gralao, Pantai Gading, Afrika Barat, menceritakan peristiwa bergabungnya ia kedalam Jemaat berdasarkan mimpinya,
“Saya telah melihat dalam mimpi saya pergi ke sebuah Masjid untuk shalat namun penuh dengan Jamaah. Saya menggelar sajadah saya di bagian tepi. Seseorang mendatangi saya dan bertanya, ‘Anda termasuk Muslim golongan mana?’ Ia mengambil sajadah saya. Saya berkata kepadanya, ‘Saya seorang Muslim Ahmadiyah.’ Ia pun memerintahkan saya pergi ke Masjid para Ahmadi untuk melaksanakan shalat. Setelah mimpi tersebut saya yakin untuk baiat kedalam Jemaat ini.”
Begitupula, ada seorang wanita dari Yaman, Jamilah, yang bercerita tentang kisahnya menerima Ahmadiyah. Ia berkata:
“Saya tinggal di Saudi Arabia beberapa lama sebelum saya mengenal Ahmadiyah. Saya seorang yang lebih condong kepada Sufisme (Tasawuf) pada hari-hari itu. Saya amat senang membaca buku-buku Sayyid Abdul Qadir al-Jilani rahimahuLlah. Saya menemukan kelezatan, ketentraman dan rasa-rasa keruhanian dalam Thariqah dan khalwat-khalwatnya (menyendiri dalam dzikir, beribadah dsb).”
Bagaimana saudari ini beribadah kepada Tuhannya pada waktu itu? Ia menceritakan,
“Saya memasuki Khalwat dengan membaca Al-Fatihah 100 kali, Ayat Kursi 100 kali, Surah al-Ikhlas 100 kali, Istigfar dan Shalawat masing-masing seribu kali. Inilah cara orang-orang Sufi. Hingga suatu hari pada masa Khalwat itu, saya bermimpi melihat bintang yang begitu besar turun ke bumi dan bergerak. Kemudian bintang tersebut masuk ke rumah kami melalui atap. Saya amat ketakutan dan segera terbangun dari tidur.”
Selang beberapa hari kemudian, saya bermimpi kembali melihat lima bintang lain lagi, yang berjalan di bumi dalam satu barisan. Tapi, bintang-bintang tersebut lebih kecil di bandingkan dengan bintang yang saya lihat sebelumnya.”
Tafsir mimpi tersebut mungkin tidak begitu jelas bagi Jamilah, tapi, bintang pertama yang dilihatnya kemungkinan adalah Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan lima bintang lainnya adalah para Khalifah.
Selanjutnya, ia berkata:
“Setelah itu saya mengenal Jemaat melalui MTA. Rasa ingin tahu pun terus bertambah. Dalam hati saya timbul kecintaan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as. Kecintaan ini bertambah kala saya menyimak MTA sehingga saya telah meyakini beliau sebagai Imam Zaman. Saat saya memirsa program Al-Hiwar-ul-Mubasyar (dialog langsung bahasa Arab), saya mendapat keterangan bahwa orang-orang yang ingin mencari kebenaran Hadhrat Imam Mahdi (as) harus melaksanakan shalat istikharah dan memohon agar Allah Ta’ala memberikannya petunjuk.
Oleh karena itu, saya melakukan istikharah. Saya shalat dua rakaat sesuai dengan cara yang disebutkan dalam acara itu kemudian pergi tidur. Pada malam itu juga, saya bermimpi melihat kerumunan orang di Makkah al-Mukarramah. Dalam kondisi demikian, saya mendengar suara keras, ‘Wahai manusia! Imam kalian telah datang! Wahai manusia! Imam Mahdi telah datang.’ Saya pun melihat ke arah itu dan saya menyaksikan ia keluar kepada orang-orang di tempat yang tinggi. Ia melewati orang-orang. Wajahnya amat mulia bersinar seterang bulan purnama, namun matanya dipenuhi kesedihan. Ketika saya perhatikan dengan seksama, wajah tersebut sama dengan wajah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud yang saya lihat di MTA. Mata saya pun penuh dengan air mata.
Suami saya terjaga dari tidur saat saya melihat mimpi ini. Ia duduk di samping saya. Ia membangunkan saya dan mengatakan bahwa saya menangis keras. Saya perhatikan ketika saya bangun kedua mata saya penuh dengan air mata. Setelah mimpi tersebut, saya yakin sepenuhnya beliau adalah sosok yang benar dan merupakan Imam Zaman. Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk berbaiat kepada Imam ini.”
Wanita itu berasal dari Yaman. Semua orang mengetahui situasi di Yaman sungguh mengerikan akhir-akhir ini. Negara tetangga mereka, Saudi Arabia, telah menutup semua rute (memblokade jalan masuk orang dan barang) dari dan ke Yaman melalui laut dan udara. Anak-anak, wanita dan para orang tua yang tidak berdosa dalam keadaan sekarat dan satu demi satu meninggal karena tidak memiliki makanan, pertolongan medis dan obat-obatan sama sekali. Umat Islam sedang membunuh umat Islam lainnya. Sebabnya karena mereka tidak mau menerima Imam Zaman ini. Doakanlah mereka juga, agar Allah Ta’ala mengubah keadaan mereka, dan agar mereka bisa menghirup udara kebebasan dan kenyamanan. Semoga Allah Ta’ala mengasihani mereka.
Beberapa orang yang berfitrat bersih, di dalam hati terdalam mereka percaya Ahmadiyah ini benar, namun mereka tidak mau baiat dikarenakan berbagai macam alasan. Berkenaan dengan bagaimana cara Allah Ta’ala menarik perhatian manusia agar berbai’at dan secara resmi bergabung dengan Jemaat, Muallim kita dari wilayah Kayes di Negara Mali, Afrika Barat menulis, “Seorang kawan dekat sahabat kami, Tn. Abdul Hayyi al-Jabi, tiba-tiba meninggal dunia di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Satu hari ia melihat dalam mimpi bahwa ia melakukan perjalanan dengan bus bersama kawannya yang almarhum tersebut. Sang Almarhum berkata kepadanya, ‘Jemaat yang hendak anda masuki adalah Jemaat sejati dan saya pun masuk kedalam Jemaat tersebut.’ Setelah kejadian itu, ia menerima kebenaran dan menjadi seorang Ahmadi.”
Tn. Abdul Hayyi al-Jabi ini biasa secara tetap menyimak Radio Ahmadiyah dan memandang dirinya sudah Ahmadi dalam hatinya tapi belum baiat setelahnya. Tapi, setelah mimpi itu dia mengontak Pusat Jemaat di sana dan mengatakan bahwa ia tinggal di kota Kayes dan mendengarkan Radio Ahmadiyah lalu menceritakan mimpinya itu dan mengatakan, “Saya harap Anda menerima baiat saya karena saya telah mengumumkan diri sebagai Ahmadi sejak hari ini.”
Seorang kawan dari Mesir, Tn. Hani Mahmud Gharib mengatakan: “Sewaktu berumur sembilan tahun, saya bermimpi mendengar suara amat keras yang terus-menerus berdering di telinga saya. Saya tidak mampu memahaminya tapi saya amat bergetar dengan keagungannya. Kemudian di tahun 2010, saat saya mengenal MTA dan menontonnya, saya mendengar beberapa sabda Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang keluar dari suara Muhammad Sharif Odeh (Audah) dan Asad Musa Odeh, tiba-tiba saya ingat suara tersebut sama dengan suara yang pernah saya dengar dalam mimpi saya saat berumur sembilan tahun. Selanjutnya, saya mulai menonton MTA dengan minat yang amat tinggi. Kutipan sabda Hadhrat Masih Mau’ud as dan Qashidah-Qashidahnya meninggalkan kesan agung dalam hati saya.
Suatu malam saat saya menyaksikan MTA, muncul lah foto Hadhrat Masih Mau’ud (as) di layar kaca. Di hadapan foto beliau saya berkata, ‘Saya bertanya kepada Tuhan tentang anda, apakah pendakwaan anda itu benar atau tidak?’ Setelah itu saya pergi keluar rumah untuk kerja. Malam harinya setelah pulang kerja, saya menyalakan TV dan menonton MTA. Saat itu kutipan sabda Hadhrat Masih Mau’ud sedang dibacakan: ‘Yaa qaumi, inni minaLlahi…inni minaLlahi…inni minaLlahi, wa usyhidu Rabbi anni minaLlahi – ‘Wahai manusia! Aku telah diutus oleh Allah Ta’ala. Aku telah diutus oleh Allah Ta’ala. Aku telah diutus oleh Allah Ta’ala. Tuhanku bersaksi bahwa aku berasal dari Allah Ta’ala.’
Ketika saya mendengarkannya, saya jatuh berlutut menghadap foto Hadhrat dan tanpa sadar saya mengatakan, ‘alaikassalam, alaikassalam’ – ‘Salam atas engkau! Salam atas engkau!’ Demikianlah, dalam satu waktu kedipan mata, setiap hal dari Ahmadiyah menjadi bagi saya.’”
Kemudian, orang itu pun baiat.
Dalam menggambarkan bagaimana proses masuknya kedalam Ahmadiyah, Tn, Jamil Sarhan, sahabat kita dari Urdun (Yordania) mengatakan: “Pada tahun 1992, umat Muslim tengah mengalami kesulitan dan banyak musibah. Saya memikirkan terus hal itu siang dan malam betapa khairu ummah tengah menderita. Hal yang menakjubkan ialah meskipun umat terbaik ialah umat Muslim namun mereka menderita perpecahan, kelemahan dan saling memerangi. Sebuah suara mendengung di dalam hati saya bahwa agama kita yang sebenarnya bukanlah seperti yang tampak pada hari-hari ini. Pasti ada sesuatu yang mengacaukan umat dan itu ialah kelalaian dan ketuna-ilmuan terhadap apa itu Islam yang sebenarnya.
Pada satu malam saya bermimpi sedang berdiri sendirian di jalanan yang lurus dan kokoh. Tiba-tiba sebuah mobil Mercedes terbaru datang, seseorang yang duduk di sebelah kemudi menyuruh saya untuk mengemudikan mobil tersebut. Saya pun masuk dan duduk di kursi kemudi. Dalam hati saya merasa sedang duduk bersama dengan Imam Mahdi (as). Saya mulai merasa khawatir, karena saat mobil tersebut berjalan tiba-tiba orang-orang berwajah gelap muncul dan berdiri di tepi jalan. Mereka membawa senapan ringan. Mereka mulai menembaki kami, namun tidak ada peluru yang mengenai kami. Kami sampai di tujuan yang ingin kami capai dengan selamat.
Di dalam mimpi tersebut saya memarkirkan mobil dan Imam Mahdi (as) menyuruh saya turun dan membuka bagasi mobil. Saya pun turun dari mobil dan membuka bagasinya. Di dalam bagasi itu ada sebuah kotak kayu yang indah sekali disertai seorang anak laki-laki tampan berusia lima tahun sedang menatap saya.
Ketika saya bangun saya amat senang dengan mimpi tersebut. Saya berpikiran ini pasti pesan dari Tuhan. Penafsiran saya tentang mimpi tersebut adalah mobil baru menggambarkan perjalanan hidup baru. Orang-orang berwajah gelap yang menembaki kami menggambarkan ucapan dan tindakan yang bertentangan dengan perjalanan baru tersebut yang tidak akan memberikan efek sama sekali. Rahasia-rahasia tersimpan dalam sebuah kotak yang sangat indah. Anak laki-laki berusia lima tahun menggambarkan beberapa kabar suka yang akan tergenapi dalam waktu lima tahun.
Anehnya, jalan kehidupan baru saya dimulai ketika saya mengenal Ahmadiyah. Saya pun masuk kedalam Jemaat pada masa Khalifah kelima. Saya satu-satunya Ahmadi di keluarga saya, dan saya saya beritahukan kepada mereka bahwa saya telah baiat kedalam Jemaat, mereka semua mulai memusuhi saya. Di masjid-masjid terlontar fatwa pengkafiran terhadap saya. Saya pun berdoa kepada Allah agar Dia menganugerahi saya teman-teman dalam perjalanan [berjemaat] ini. Sekarang Allah Ta’ala memberikan saya saudara-saudara rohani yang benar-benar membuat hati saya tentram. Merekalah yang menjadi kerabat dan keluarga sejati bagi saya”
Lalu seorang bangsa Suriah yang kini bermukim di Kanada, Tn. Muhammad Abdullah berkata: “Saya bekerja sebagai Salesman (penjual keliling). Saya berkenalan dengan anak laki-laki dari salah satu pelanggan saya. Pemuda ini seorang Ahmadi. Hubungan saya dengan pemuda ini begitu akrab, ia pun memberitahu saya tentang ajaran-ajaran yang mendasar dari Jemaatnya, dan ajaran-ajaran tersebut merupakan pemahaman yang reformatif (yang sifatnya memperbaiki). Ia memberikan saya terjemahan bahasa Arab dari buku Islami Usul Ki Philasafi (Filsafat Ajaran Islam), dan saya amat terkesan setelah membacanya. Saya benar-benar menyukai poin-poin yang logis dan masuk akal di dalamnya. Saya juga membaca buku-buku Jemaat lainnya selama setahun ini. Saya juga memirsa (menonton) MTA bahasa Arab (MTA 3).
Setelah menyaksikan televisi itu dan memperbandingkan akidah-akidah Jemaat, timbul dalam hati saya keinginan bergabung dengan Jemaat. Namun, saya dari segi kesucian batin merasa belum pantas bergabung dengan Jemaat nan suci ini. Hingga ke tingkat itu saya merasa paling bodoh. Saya berkata kepada teman Ahmadi itu supaya mengatur pertemuan dengan beberapa Ahmadi. Dia pun mengatur pertemuan dengan sejumlah Ahmadi di rumahnya. Setelah majelis pertemuan dengan orang-orang saleh itu dan perbincangan dengan mreka perihal sarana-sarana kemajuan ruhani, saya merasa amat haus secara ruhani.
Ketika saya berkeyakinan berdasarkan pandangan baik bahwa Allah Ta’ala tidak akan membiarkan saya tersesat, menyia-nyiakan saya dan pasti akan menuntun saya, oleh karena itu, saya pun mulai melakukan Istikharah. Pada waktu itu saya tinggal di Damaskus, sementara istri saya tinggal bersama keluarganya di Halb (Allepo). Saya mengabari istri saya dan mengatakan bahwa bila ia melihat mimpi agar segera memberi tahu saya.
Beberapa malam kemudian terjadilah malam yang merupakan lailatul qadr (malam penentuan) bagi saya. Saya melihat mimpi yang agung. Saya bermimpi bertemu dengan kerabat dekat saya yang saleh, ia menyerahkan kepada saya selembar kertas yang katanya berasal dari Muhammad Rasulullah (saw). Dengan sangat antusias saya segera membuka kertas tersebut dan di dalamnya tertulis: ‘Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.’ (Keselamatan, rahmat dan Keberkatan Allah tercurah atasmu.)
Ketika saya bangun tidur, saya merasa sangat gembira sambil membaca ayat al-Quran, ‘udkhuluuhaa bi-salaamin aaminiin.’ – ‘Masuklah kedalamnya dengan kedamaian lagi keselamatan.’ Ini merupakan pesan yang jelas sekali agar saya bergabung dengan Jemaat. Seolah-olah itu ialah pesan kearah penyampaian salam dari Nabi Muhammad saw kepada Imam Mahdi dan Masih Mau’ud, namun saya belum mengetahui sebelumnya, dan saya yakin inilah jawaban istikharah saya, maka dari itu saya pun melakukan ikrar baiat.”
Seorang wanita dari Syiria bertutur tentang kisah bagaimana proses baiatnya, ia berkata: “Sebelum saya mengenal Ahmadiyah, saya masuk kedalam sebuah Jemaat (organisasi) yang saya dan saudari saya anggap itu adalah benar, tapi rupanya jelas setelahnya bahwa organisasi tersebut menciptakan syarat khusus atas nama Syariat. Saya terus berdoa kepada Allah Ta’ala dengan merendahkan diri, ‘Ya Ilahi, pada hari ini dimanakah itu agama Engkau yang benar? Jemaat manakah yang benar-benar menikmati dukungan Engkauh pada hari ini?’ Setelah terus-menerus berdoa seperti ini dengan merendahkan diri, saya merasa cahaya agung memasuki tubuh saya. Saya banyak berdoa dan menangis dalam berdoa sehingga suara saya pun menjadi hilang.
Dalam keadaan demikian, saya merasa seseorang datang di hadapan saya, tapi tidak berkata-kata. Ia datang untuk bersimpati kepada saya. Saya bertanya dalam hati, ‘Siapa orang ini?’ Saya belum mendapatkan jawabannya. Hari berikutnya saya banyak-banyak berdoa lagi sambil menangis. Kemudian orang itu datang lagi tapi dia tidak berkata apa-apa juga. Sampai titik itu saya terus berkata kepada Allah Ta’ala, ‘Wahai Ilahi! Beritahukanlah kepadaku siapa orang itu. Mengapa saya melihatnya berkali-kali?’ Saya mendapatkan jawaban pertanyaan itu beberapa waktu kemudian ketika saya, saudari dan bibi saya duduk-duduk dan berdiskusi seputar pengutusan Al-Masih yang dijanjikan bahwa ia seharusnya sudah datang sekarang. Kami katakan pada zaman ini seharusnya sudah ada iklan pengumuman dilakukan melalui televisi bahwa ia (Imam Mahdi) telah datang.
Tapi saat itu justru Mulah memfatwakan bahwa haram menonton TV. (Di sebagian negara-negara Arab memang ada para Mullah yang memfatwakan haram menonton televisi) Kami saling bertanya bagaimana kita tahu pengumuman informasi itu bila kami tidak menonton televisi? Setelah diskusi lama seputar tema itu, kami memutuskan untuk membeli televisi dan mulai menontonnya hal mana itu bertentangan dengan fatwa para Ulama.
Setelah itu, saya bermimpi pada suatu hari dengan mimpi yang membuat kehidupan saya berubah. Saya dalam mimpi melihat diri saya berada di sebuah lapangan luas. Saya lihat sebagian orang datang di sebuah mobil yang atapnya terdapat lapangan luas dan kosong. Saya menghentikan mobil itu di tengah-tengah lapangan, dan mulai keluarkan darinya beberapa hal, dan diantara orang-orang itu ialah seseorang yang pakaian luarnya ialah pakaian Arab. Wajah orang itu bercahaya. Ia datang kepada saya dari pertengahan lapangan secara tiba-tiba dan berdiri di depan saya. Ia bertanya, ‘Hai saudari, apa yang Anda kerjakan di sini?’ Tapi, saya bukannya menjawab malah bertanya kepadanya, ‘Apa yang Anda sekalian kerjakan di sini?’ Ia menjawab, ‘Kami membuka stasiun televisi baru. Apakah Anda akan menontonnya?’ Saya menjawab, ‘Iya, pasti saya akan menontonnya.’
Setelah perbincangan ini saya bangun dari tidur. Pada hari selanjutnya saya berada di depan televisi mengotak-atik saluran televisi dengan cepat. Saat bergantian menghidupkan satu saluran lalu pindah ke saluran lain, saya merasa sebuah saluran televisi amat unik dan tampil beda dibanding semua saluran lainnya. Tampak bagi saya itu dari masa yang lain. Saya pun mulai menontonnya dan meninggalkan semua saluran televisi lainnya. Itu adalah saluran MTA. Saya menonton program Al-Hiwar-ul-Mubasyar. Saat acara saya memandangi host (pembawa) acara itu dan merasa pernah melihatnya sebelumnya. Seketika itu saya pun teringat bahwa inilah pria yang saya lihat di lapangan luas sedang menyiapkan area saluran satelit baru dan di dalam mimpi saya berjanji kepadanya untuk menonton saluran tersebut. Setelah teringat akan janji itu saya pun mulai menonton saluran tersebut dan menyukainya.
Suatu hari saya menyaksikan sebuah acara dan saya mendengar kutipan kalimat-kalimat Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud. Saya perhatikan itu. Pada waktu itu saat melihat tayangan foto Hadhrat Masih Mau’ud (as) di saluran itu. kutipan kalimat-kalimat Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud terpampang di bawahnya, dan hal itu menambah fokus perhatian saya. Saat itu terpampang kutipan-kutipan sabda Hadhrat Imam Mahdi. Kalimat pertama dari kutipan awal menimbulkan revolusi besar dalam jiwa saya.
Dikatakan, ‘Wallahi inni minaLlahi wa maftaraitu wa qad khaba man iftara.’ – ‘Demi Allah, saya datang dari Allah. Saya tidak mengada-ada. Orang yang mengada-ada pasti telah gagal.’ Saya mendengarkan kalimat-kalimat ini dan saya katakan, ‘Tidak ragu lagi ini perkataan yang benar. Orang ini benar dalam dakwanya secara meyakinkan. Beliau Al-Masih yang dijanjikan dan Imam Mahdi.’ Saat itulah ditayangkan foto Hadhrat Masih Mau’ud as sekali lagi dan saya tercengang melihatnya karena orang itu yang saya lihat dalam keadaan kasyaf tatkala saya berdoa memohon kepada Allah dalam doa-doa saya, ‘Ya Ilahi, pada hari ini dimanakah itu agama Engkau yang benar? Jemaat manakah yang benar-benar menikmati dukungan Engkau pada hari ini?’ Saat itu ia datang untuk bersimpati kepada saya dan saya bertanya dalam hati, ‘Siapa orang ini?’
Sekarang ketika saya melihat foto orang itu di saluran televisi, saya pun ingat kasyaf saya dan saya menjadi paham penjelasannya. Allah Ta’ala dengan demikian mengabari saya orang itu yang Jemaatnya Dia dukung dan itu ialah Jemaat yang menjadi perwujudan agama Allah Ta’ala yang benar. Saya berkata kepada foto itu, ‘Engkaulah yang membela Islam pada hari ini. Engkau menjawab serangan-serangan Kekristenan. Engkaulah Al-Masih dan Al-Mahdi sejati. Saya membenarkan engkau dan berbaiat keapda engkau.’ saya mengatakan hal itu padahal saya belum tahu bahwa baiat keapda Al-Masih yang dijanjikan itu suatu keharusan. Saya memberikan informasi kepada karib kerabat dan kawan dekat tentang saluran televisi tersebut serta tentang Jemaat namun mayoritas dari mereka tidak menganggap serius apa yang saya katakan. Meskipun demikian, selama beberapa hari saudara perempuan saya serta bibi saya terus menerus menonton MTA, dan akhirnya mereka memutuskan untuk baiat. Setelah itu ibu, kakak laki-laki dan dua orang saudara perempuan saya lainnya pun baiat kedalam Jemaat.” Nama wanita ini ialah Ghina al-’Ijaan.
Seorang kawan lainnya dari Mesir, Said Rukha menceritakan dua kisah mimpinya yang panjang. [Ia telah dua kali melihat Rasulullah (saw) dengan penampilan fisik yang berbeda. Hal ini yang kemudian membuatnya bingung.] “Jauh sebelum saya mengenal Ahmadiyah, saya melihat dalam mimpi tengah berada di lapangan luas. Di sana terdapat kemah bagus yang dijaga sejumlah orang. Seorang penjaga berkata, ‘Bagaimana Anda bisa datang kemari?’ Saya jawab, ‘Saya tidak tahu tapi beritahukanlah siapa orang yang berada di kemah ini?’ Para penjaga menjawab, ‘Di dalamnya ada Rasulullah saw.’ Saya amat gembira waktu itu. Saya dikuasai perasaan takut yang amat sangat karena saya belum diketahui kebenarannya bagaimana dapat sampai di tempat penuh berkah ini yang mana terdapat Rasulullah saw.
Dalam keadaan demikian, saya mendengar suara elok dan penuh perasaan dari Rasulullah saw, ‘Anda menghormati saya tapi mengapa Anda meninggalkan Syaima?’ Bersiaplah karena ia akan datang. Nabi saw keluar dengan selendang berwarna biru langit. Dari arah lain datang seorang gadis kecil berselimutkan pakaian sekolah. Namanya Syaima. Seluruh pengawal berdiri dan membentuk barusan menyambut Rasulullah saw dan gadis kecil itu. Saat itu saya belum meyakini kebenaran mimpi tersebut.
Melihat seorang gadis kecil bernama Syaima dalam mimpi mengacaukan pandangan saya bahwa itu mimpi yang tidak jelas dan sia-sia. Tapi, melihat gadis dalam mimpi menciptakan keyakinan akan kebenarannya dan kebenaran mimpi kedua yang saya lihat kemudian. Walau bagaimana pun, saya tidak menaruh perhatian terhadap mimpi itu. Saya pun tidak pernah memberitahukan pada seseorang sebab saya tidak meyakini kebenaran mimpi ini dan hal kedua, melihat kedatangan gadis dalam mimpi menjadikan saya berpikiran itu bukan mimpi yang baik. Oleh karena itu, saya tidak melihat perlunya menceritakan mimpi ini kepada seseorang. Tapi, belum lewat beberapa hari saya melihat mimpi lainnya yang mempunyai persamaan dengan mimpi pertama. Saya melihat seseorang berwarna biji gandum (antara coklat dan kuning). Saya bertanya, ‘Siapakah ia?’ Dijawab, ‘Beliau Rasulullah saw. Beliau telah wafat beberapa waktu lalu dan dikubur.’
Lalu, saya melihat orang-orang dalam kerumunan besar dekat pemakaman Nabi saw. Sesuai kebiasaan saya, saya tidak pernah menganggap penting mimpi ini juga. Saya juga tidak menceritakan kepada seorang pun karena saya tidak percaya mimpi itu bisa bermakna dan benar. Namun, kedua mimpi ini membuat saya memikirkan satu hal yaitu dalam kedua mimpi tersebut terdapat Nabi Muhammad saw namun di tiap mimpi itu beliau saw seseorang yang berbeda. Saya banyak memikirkan bentuk rupa Nabi saw bahwa ia pasti bentuk fisiknya satu. Jika mimpi saya keduanya benar kenapa bentuk beliau saw berbeda di tiap mimpi.
Beberapa hari kemudian ketika saya berada di perpustakaan tempat saya bekerja, dan saya tengah membersihkan buku-buku dan menyusun suratkabar-suratkabar dan majalah-majalah, saya terkejut saat melihat sebuah foto gadis kecil di halaman sebuah suratkabar. Foto tersebut tidak biasa bahkan itu ialah foto ‘Syimaa’ yang saya lihat dalam mimpi beberapa hari sebelumnya. Karena saya kurang terpelajar maka saya banyak bertanya kepada kawan-kawan saya kisah mengenai foto itu. Diberikan informasi bahwa anak perempuan itu terbunuh dalam aksi terorisme beberapa tahun lalu. Karena saya bukan terpelajar dan lagi kurang meminati membaca suratkabar dan mengikuti berita di televisi maka saya pun tidak tahu berita ini dan belum pernah mendengarnya sebelumnya. Namun, melihat foto ‘Syaimaa’ membuat saya yakin bahwa mimpi pertama saya itu benar. Tapi, saya belum paham mengapa bentuk fisik Nabi Muhammad saw di mimpi kedua itu berbeda-beda?
Beberapa tahun kemudian saya tak sengaja melihat sebuah saluran televisi dan saya lihat MTA. Saat itu MTA sedang menayangkan program acara al-Hiwar al-Mubasyar. Saya berhenti di stasiun itu pada waktu itu. Di acara itu sedang terjadi perbincangan soal telah wafatnya Nabi Isa as. Saya bukan seorang terpelajar dan kurang matang dengan agama sehingga itu mengherankan saya. Tn. Syarif Audah di acara itu mengatakan, ‘Kita istirahat sebentar dan kita akan mendengarkan Qashidah Hadhrat Masih Mau’ud as.’
Bersamaan dengan tayangan Qashidah itu ialah foto seseorang yang membuat saya tercengan karena itu ialah foto seseorang yang telah saya lihat dalam mimpi kedua dan saya diberitahu bahwa ia Rasulullah saw. Ketika saya menyadari akan kebenaran ini, saya tidak bercerita kepada siapapun, lalu saya bersama dengan istri saya mulai menonton MTA dengan sembunyi-sembunyi. Setelah satu bulan lewat, saya bertanya kepada istri saya apa pendapatnya tentang Jemaat ini. Ia menjawab: “Menurut pendapatku Jemaat ini adalah Jemaat yang benar.”
Lalu saya dengan rinci menceritakan kepadanya tentang kedua mimpi saya. Saya diperlihatkan sosok Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang di dalam mimpi tersebut dikatakan bahwa beliau adalah Rasulullah (saw).” (Yaitu karena Hadhrat Masih Mau’ud (as) merupakan pecinta sejati Hadhrat Rasulullah (saw), maka apabila seseorang bermimpi melihat beliau as itu artinya bahwa beliau (as) adalah perwujudan kedatangan kedua kali Rasulullah (saw), dan hal tersebut sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah (saw).)
Saya masih saja memirsa MTA sampai 8 bulan tanpa baiat. Saya bertanya kepada istri saya, ‘Kamu siap untuk baiat?’ Dia menjawab, ‘Mengapa tidak?’ Lalu, dua minggu kemudian dia bertanya kepada saya, ‘Kamu siap untuk berbaiat?’ Saya menjawab hal yang sama, ‘Mengapa tidak? Iya, saya siap.’ Dia berkata, ‘Jika kamu tidak pergi untuk baiat, saya sendiri yang akan pergi baiat.’ Setelah keputusan istri saya ini, saya menghubungi orang Jemaat, lalu kami bersama-sama mengisi formulir baiat.”
Terkadang, kaum istri menjadi penyebab para suaminya untuk berani dan secara cepat menerima hidayah.
Mubaligh kita di Pantai Gading, Tn. Abdul Basit menulis: “Sekelompok orang dari desa Kachalo meminta kami untuk datang dan menyampaikan tabligh Ahmadiyah kepada mereka. Keesokan harinya kami dengan sebuah delegasi tiba di desa tersebut, dan setelah shalat isya kami pun mulai bertabligh. Tabligh dimulai pukul 10 malam dan berlanjut sampai jam 3 pagi. Sejumlah besar orang Muslim, Kristen dan musyrik yang hadir pada pertemuan tersebut.”
(Orang-orang mungkin berpikiran orang-orang Afrika itu tanpa berpikir panjang dengan mudah menerima pesan tabligh Ahmadiyah, namun, ini tidak benar, kenyataannya pertemuan tersebut saja berlangsung selama 5 hingga 6 jam, dan mereka mengajukan banyak sekali pertanyaan.)
Mubaligh kita selanjutnya menulis: “Bpk. Jimandi, seorang Kepala desa, juga menyimak semua yang disampaikan dalam pertablighan tersebut, dan dengan karunia Allah Ta’ala sebanyak 160 orang menyatakan baiat dan bergabung kedalam Jemaat Ahmadiyah. Kemudian, pada pukul delapan pagi kami mengunjungi rumah kepala desa, dan ikut juga bersama kami sejumlah mubayyi’in yang baru baiat itu. Di sana sang kepala desa menceritakan salah satu mimpinya yang dilihatnya sebelum tahun 2014. Ia berkata bahwa di dalam mimpi tersebut ia sedang duduk di rumahnya, lalu dua buah pesawat berwarna putih datang mendarat.
Salah satu pesawat tersebut mendarat agak jauh sebelum desa tersebut. Sementara yang satu lagi mendarat di sebatang pohon yang jaraknya cukup dekat dengannya. Ia kemudian meletakan tangga dan naik ke atas pesawat tersebut, dan melihat para penumpang yang duduk di dalamnya semua orang Islam, ia pun diberikan sebuah buku oleh mereka. Lalu ia bergegas turun dan membuka buku yang berubah menjadi buku berwarna emas yang sangat indah, dan karena suara Adzan akhirnya ia pun terbangun dari tidur.
Kepala desa itu berkata, ‘Saya telah menceritakan mimpi saya ini ke sejumlah Ulama Muslim lainnya namun mereka tidak mampu menjelaskannya secara logis. Salah seorang Ulama non Ahmadi malah berkata, ‘Engkau melihat emas dalam mimpimu. Ini artinya tidak baik. Engkau harus memberikanku sekilogram emas yang jika tidak maka dampaknya akan tidak baik di pihak engkau.’ Beberapa saat kemudian ia berkata lagi, ‘Saya tahu kamu tidak mampu memberikanku sekilogram emas maka sebaiknya kamu memberikanku 20 ribu francsifa maka semua urusanmu akan beres.’ Ulama lain malah berkata, ‘Kamu harus menyembelih dua domba berwarna putih sebagai sedekah.’”
Kemudian, mubaligh kita menafsirkan arti dari mimpi sang kepala desa tersebut, ia berkata: “Dua pesawat putih itu sebenarnya adalah dua mobil putih. Satu mobil tidak sampai ke rumah anda, dan yang satu lagi sampai. Mobil saya dan mobil Bpk. Amir keduanya berwarna putih. Sebelum kami sampai ke desa ini, Bpk. Amir sudah datang ke wilayah ini, namun ketika di tengah perjalanan ia kembali dengan mobil putihnya. Sedangkan arti dari meletakan tangga dan memanjat ke atasnya sebenarnya merupakan upaya anda dalam menggali dan mencari tahu lebih dalam lagi tentang Islam, maka dari itulah anda menyimak semua apa yang kami sampaikan hingga jam tiga pagi. Sedangkan mengenai buku pernah disabdakan bahwa Al-Mahdi datang dengan membagi-bagikan harta dan Anda pun telah diberikan literatur oleh kami yang mana hal itu sebenarnya merupakan harta.”
Setelah mendengar penafsiran tersebut, sang kepala desa pun amat gembira, dan dengan penuh semangat ia segera mengumumkan ia menjadi Muslim dan bergabung dengan Jemaat serta bertobat dari segala bentuk penyembahan berhala (kemusyrikan).” Demikianlah Allah Ta’ala, bahkan Dia pun melalui Jemaat menyediakan sarana guna membimbing seorang penyembah berhala (Musyrik).
Seorang wanita dari Prancis, Nadia, berkata: “Suami saya adalah seorang Ahmadi, namun saya belum baiat. Suatu hari saya menyaksikan sebuah film (dokumenter) perihal kekejaman terhadap orang-orang Ahmadi. Hal ini mempengaruhi sekali terhadap saya. Saya tertekan dan sangat memikirkannya. Saya menyimak pidato-pidato Khalifah dan beliau telah meninggalkan ajaran Islam hakiki dalam diri saya begitu mendalam. Saya pun berdoa kepada Allah Ta’ala: ‘Wahai Allah! Berilah saya petunjuk ke jalan yang lurus.’
Selama waktu ini, saya melihat dalam mimpi bahhwa saya sedang duduk di perpustakaan di dalam Masjid Jemaat di Prancis (Masjid Mubarak, sebuah masjid kita di sana). Kemudian dalam mimpi tersebut saya melihat almarhum ayah saya memberikan saya salinan al-Quran beserta dokumen-dokumen lainnya. Setelah mimpi tersebut saya pun menerima Ahmadiyyat, dan kemudian menyadari bahwa dokumen yang diberikan ayah saya kepada saya sebenarnya adalah formulir syarat Bai’at. Saya menerima Ahmadiyah atas dasar hal itu.”
Sahabat kita lainnya, Ridhwan dari Aljazair, menulis: “Setelah dikenalkan dengan Ahmadiyah, saya menjadi sangat rajin menonton MTA. Keluarga mencegah saya menonton MTA. Namun, larangan mereka hanya berbentuk saran saja. Tapi, larangan berbentuk saran itu berubah menjadi larangan tegas dan dan saya dilarang menonton MTA. Saya melaksanakan sholat Istikhara demi melihat situasi ini. Pada malam harinya, saya bermimpi melihat Hadhrat Masih Mau’ud as dan kelima Khalifatul Masih masuk kedalam rumah saya, dan saya duduk di tengah-tengah mereka. Mimpi itu meskipun singkat tapi membawa pesan yang jelas.
Saat saya menceritakan mimpi ini kepada anggota keluarga saya, mereka berkata, ‘Mimpi yang biasa-biasa saja. Kamu terus memikirkan Jemaat Ahmadiyah sehingga mimpimu ya seperti itu.’ Saya menyimak perkataan dan mereka dan mulai merenungkan apakah mungkin bila saya memanggil Zaid dan yang datang malah Bakr? Jika hal itu tidak mungkin, bagamana mungkin bila saya berdoa kepada Allah meminta petunjuk dan sebagai hasilnya saya melihat mimpi setaniah? Perkataan keluarga saya tidak membuat hati saya tentram. Pada tahun 2009 saya pun mengambil Bai’at.”
Ini hanya beberapa kisah yang saya telah ceritakan. Ada banyak kisah lainnya yang seperti ini. Semoga Allah Ta’ala meningkatkan keimanan, keyakinan, ketulusan dan kesetiaan para Mubayyin baru tersebut. Dan semoga kita juga, para Ahmadi lama, dapat meningkat dalam ketulusan dan keimanan kita.
Dildaar Ahmad Dartono & Yusuf Awwab