Mencari Allah melalui Ketaatan Kepada Baginda Nabi Muhammad saw

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

 Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]

Tanggal 15 Agustus 2014 di Masjid Baitul Futuh, Morden, UK.

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك لـه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ*

Allah berfirman di dalam al-Quran:

]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[ (الأنفال: 25)

 ‘Wahai orang-orang yag beriman! Sambutlah seruan Allah, dan Rasul-Nya ketika ia menyeru kamu supaya ia memberimu kehidupan …’ (Surah al-Anfaal, 8:25)

Sebenarnya, Tuhan mengutus para nabi-Nya untuk memberikan kehidupan rohani bagi manusia dan melalui Rasulullah [saw] Dia mengirimkan kepada kita Syariat yang lengkap dan pari purna dalam bentuk al-Quran Suci dan menjadikan Rasulullah [saw] penjelmaannya. Hal ini dirasakan oleh orang-orang yang dekat dengan beliau [saw], semakin dekat seseorang kepada beliau semakin besar wawasannya tentang hal ini. Lebih daripada siapapun para istri Rasulullah [saw] adalah saksi atas tingginya akhlak beliau dan ketika suatu kali Hadhrat Aisyah [ra] ditanya tentang beliau [saw], ia menjawab bahwa beliau merupakan perwujudan al-Quran. Beliau mengamalkan apapun yang al-Quran katakan.[2]

Pribadi para Nabi Allah adalah panutan di dunia ini dan dalam ayat yang disinggung diatas dengan menyebutkan Tuhan bersama dengan para nabi menjelaskan bahwa para Nabi mengatakan dan mengerjakan apa yang Tuhan firmankan. Para Nabi Allah harus diikuti dengan setulus-tulusnya guna meraih kehidupan rohani dan tentu saja hal ini berbicara mengenai Rasulullah [saw] bahwa amatlah penting mengikuti beliau guna meraih kecintaan Tuhan, dan kehidupan ruhani yang sesungguhnya hanya dapat diraih melalui kecintaan kepada Tuhan!

Jika umat Islam benar-benar tidak menerima apa yang Rasulullah saw serukan: فاتبعوني يحببكم الله ‘…Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku: maka Allah pun akan mencintaimu…’ (Surah Ali Imran 3:32)  mereka tidak dapat disebut pengikut dan mukmin sejati. Sesungguhnya, sebagaimana yang Hadhrat Aisyah [ra] katakan bahwa penjelasan mengenai amalan beliau [saw] bisa ditemukan di dalam al-Quran. Al-Quran mengatakan, لا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا bahwa bahkan kebencian seseorang tidak seharusnya mendorongmu untuk bertindak lain selain dengan keadilan; al-Quran menegaskan janganlah menumpahkan darah tanpa alasan; al-Quran menerangkan bahwa hak-hak manusia harus ditunaikan; al-Quran mengatakan bahwa Rasulullah [saw] adalah rahmat bagi seluruh manusia. Karena memang kualitas Rahmaniyat (budi pekerti yang ramah) menuntut supaya hal itu dilakukan tanpa membedakan agama dan suku dan hanya satu untuk semua.

Dengan begitu al-Quran menyangkal semua keberatan yang diajukan oleh orang-orang ketika mereka melihat tindakan yang salah dari beberapa umat Islam hari ini.

Para nabi Allah datang untuk memberikan kehidupan namun amalan umat Islam hari ini tanpa memiliki kehidupan dan tindakan mereka meningkat secara praktis dalam mengakhiri hidup manusia. Mereka membunuh orang-orang yang tak berdosa dan para janda.

Hudhur bersabda bahwa apabila seseorang bertanya kepada beliau, karena memang mereka sering melakukannya, Hudhur akan mengatakan kepada mereka bahwa Tuhan dan Rasul-Nya memberikan jawaban atas pertanyaan mereka pada permulaan Islam. Sebagaimana ayat dari surah Jumat di dalam al-Quran yang mengatakan:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ * وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (الجمعة: 3-4)

 ‘Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa  yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda- tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan, diantara kaum lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha bijaksana.’ (Surah al-Jumu’ah 62:3-4)

‘Kesesatan yang nyata’ yang dinyatakan dari tindakan umat Islam hari ini pun merajalela pada masa Hadhrat Rasulullah [saw] dan beliau diutus untuk melenyapkannya dan memberikan pesan kehidupan Islam. Dan kini dalam rangka menyebarkan pesan kehidupan itu Hadhrat Masih Mau’ud as telah diutus dan setelah masuk kedalam Bai’at beliau [as] Jemaat Islam Ahmadiyah kini mengambil pesan ini selanjutnya, karena hal ini merupakan tanggungjawabnya.

Rasulullah [saw] menjadikannya begitu jelas  bahwa pemimpin-pemimpin agama Islam suatu hari akan buruk perbuatannya, sebagaimana kelakuan umat Islam hari ini. Dan dikatakan bahwa Inilah waktu ketika  Hadhrat Masih Mau’ud as akan turun. Kita amati bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as menegaskan bahwa beliau telah membawa air kehidupan dan mereka yang menerima beliau akan memperoleh kehidupan ruhani yang diberikan air tersebut.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: ‘Ayat: وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ‘…Dan, diantara kaum lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka…’ (Surah Jumu’ah 62:4) berarti bahwa hanya ada dua golongan yang akan memperoleh petunjuk dan hikmah setelah kesesatan yang nyata dan menyaksikan keberkatan serta mukjizat Rasulullah [saw] tersebut. Pertama, golongan para Sahabat Rasulullah [saw] yang terjerembab dalam kegelapan sebelum kedatangan beliau [saw] dan kemudian, dengan rahmat Allah Ta’ala, mereka mengalami zaman Rasulullah [saw] dan menyaksikan mukjizat dengan mata mereka sendiri dan mengamati penggenapan nubuatan tersebut. Keyakinan membawa perubahan ke dalam mereka dan mereka menjadi seolah-olah satu ruh.

Golongan kedua yang seperti para Sahabat menurut ayat tersebut adalah golongannya Hadhrat Masih Mau’ud as. Layaknya para Sahabat, golongan ini pun menyaksikan mukjizat Rasulullah [saw] dan menemukan petunjuk setelah kegelapan dan kesesatan. Dalam ayat tersebut golongan ini telah diberikan kadar keberkatan yang sama seperti para Sahabat. Ini mengindikasikan bahwa sebagaimana para Sahabat melihat mukjizat Rasulullah [saw] dan menyaksikan pemenuhan nubuatan beliau, demikian juga yang terjadi dengan orang-orang ini. Zaman pertengahan tidak mempunyai ukuran yang sempurna dari keberkatan ini. Dengan demikian, persis seperti apa yang terjadi sekarang ini dan setelah seribu tiga ratus tahun, sekali lagi pintu mukjizat Rasulullah [saw] dibuka kembali dan orang-orang menyaksikan mereka dengan mata mereka sendiri.’

Beliau juga bersabda: ‘Setiap orang secara pribadi menyaksikan penyebaran wabah pes dan pembatasan tempat untuk pergi Haji. Pengenalan kereta api di negara ini dan unta menjadi berlimpah [tak terpakai], semua ini merupakan mukjizat Rasulullah [saw] yang telah disaksikan pada masa ini, sama seperti halnya para Sahabat [radi allahu anhuma] menyaksikan mukjizat. Inilah sebabnya mengapa Allah Ta’ala menyebut golongan akhir ini sebagai مِنْهُمْ ‘… minhum [dari antara mereka]…’ sehingga bisa jadi hal ini mengindikasikan bahwa mereka layaknya para Sahabat sepanjang taat terhadap mukjizat yang bersangkutan. Renungkanlah mengenai hal ini! Siapakah yang kemudian mengalami sebuah zaman sesuai dengan ajaran Kenabian [ala minhajin nubuwwah] pada seribu  tiga ratus tahun terakhir ini!

Ada banyak alasan bagi Jemaat kita untuk menyamakannya dengan para Sahabat [rhm]. Mereka menyaksikan mukjizat dan tanda-tandanya sama seperti para Sahabat, mereka menderita kesedihan akibat cemohan, hinaan, makian, dan segala bentuk luka, siksaan dan pemutusan hubungan di jalan Allah sebagaimana para Sahabat. Mereka terus menerus meraih kehidupan suci dari tanda-tanda Tuhan yang nyata,  pertolongan langit dan pengajaran hikmah, sama seperti para Sahabat. Banyak dari antara mereka selama shalat tempat sujud mereka basah dengan air mata, sama sebagaimana para Sahabat mencucurkan air mata’![3]

Hadhrat Masih Mau’ud as menegaskan bahwa beliau datang untuk memberikan kehidupan kepada dunia yang dipenuhii dengan kemenangan besar dan terus menerus terpenuhi. Sekarang ini untuk memahami Firman Tuhan tersebut hanya mungkin melalui Hadhrat Masih Mau’ud as yang ditugaskan untuk menyebar luaskan pengetahuan mengenai al-Quran. Orang-orang yang memperoleh kehidupan ruhani melalui beliau [as], tentu saja mereka dapat meraihnya melalui beliau. Setelah seribu empat ratus tahun, beliau memperlihatkan sebuah model sebagai pengikut yang sempurna dari Rasulullah [saw] dan menyerap diri beliau sendiri secara total ke dalam kecintaan Rasulullah [saw]. Berkat ini terus menerus hingga hari ini namun mereka yang mengajukan keberatan pada Islam tidak melihatnya, sebaliknya, tindakan umat Islam yang salah melahirkan banjir keberatan dan propaganda anti Islam.

Baru-baru ini seorang Ahmadi menulis kepada Hudhur mengenai percakapan ia dengan kawan baik kristennya yang terpelajar. Ia menjelaskan kepadanya mengenai keindahan ajaran Islam dan pengkhidmatan yang diberikan Khalifah dan Jemaat. Kawannya itu bertanya-tanya mengapa kita tidak menginformasikan media tentang hal ini, mengapa dunia tidak menceritakan hal ini dan mengapa surat kabar tidak mengangkat beritanya. Ahmadi ini menjelaskan kepadanya bahwa tentu saja kita menginformasikan kepada yang lainnya tentang pekerjaan kita, kita bertabligh dan kita mendistribusikan selebaran, sekarang sudah sampai jutaan jumlahnya, kita memasang iklan di bus-bus dan mempunyai program berbeda lainnya namun media tidak meliput semuanya sebagaimana media meliput berita-berita negative tentang Islam. Kawan kristennya tersebut berkata bahwa media hanya mencari berita-berita yang sensasional dan karena rasa anti-Islam umumnya terjadi, mereka hanya meliput hal yang negative tentang Islam dan menghindari fakta-fakta yang tersaji!

Hudhur bersabda baru-baru ini beliau diinterview oleh korespponden BBC. Interview tersebut cukup lama dan mereka menayangkan bagian-bagian itu di program dokumenter pada BBC Asia kemarin. Wawancara itu entah akan disiarkan pada hari sabtu atau mulai ditayangkan di BBC World Service Radio. Mereka memasukkan komentar Hudhur yang mengatakan bahwa ajaran Islam yang indah sebagaimana yang dipresentasikan oleh Jemaat merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya dan oleh sebab itu mengapa ratusan ribu orang bergabung ke Jemaat. Mereka tidak menyiarkan semua yang Hudhur katakan dan memilih untuk menyampaikan komentar Hudhur yang telah diseleksi yang mengatakan bahwa orang-orang yang bergabung disebabkan mereka mencari ajaran Islam yang benar dan setelah mendengar pesan Islam tentang pemberian kehidupan, mereka tertarik.

Tidak ada kekurangan dalam ajaran Islam dan suri tauladan Rasulullah [saw], pada kenyataannya kedua –duanya lengkap dan sempurna. Kesalahan terletak pada para ulama yang menyesatkan orang-orang dan mereka yang mengikuti para ulama tersebut. Apabila para Nabi Allah tidak memberikan kehidupan, maka yakinlah Tuhan pula yang akan membinasakannya. Agama yang tanpa kehidupan hanya sebatas klaim yang ditawarkan dan tidak ada kehidupan tentangnya lagi. Oleh sebab itu mengapa orang-orang meninggalkan agama tersebut dan hanya menjaga hubungan seremonil tanpa ada unsur keimanan di dalamnya.

Ini merupakan karunia Tuhan yang amat besar terhadap umat Islam bahwa Dia mengutus nabi-Nya pada zaman ini dan menghidupkan kembali ajaran tersebut supaya kita dapat terus menerus menerima kehidupan ruhani. Mereka yang diangkat oleh Tuhan datang dengan janji bahwa mereka akan membawa orang yang akan mengikuti mereka kepada kesuksesan dan mereka akan memberikan kehidupan ruhani. Tentu ini juga merupakan janji Hadhrat Masih Mau’ud as; bahwa beliau akan meraih kemenangan dan para pengikut beliau akan terus menerus berkembang.

Nizam Khilafat akan melanjutkan tugas beliau sepeninggalan beliau [as] dan siapapun yang bangkit menentangnya tidak akan berhasil dan gagal. Khilafat merupakan sebuah berkat dari Tuhan dan tidak bisa dirampas! Khilafat tidak diraih dengan menganiaya, dan mengubur hidup-hidup orang yang tak bersalah. Sistem ini tidak dapat diperoleh dengan cara membunuh orang-orang biada. Ini adalah sumber untuk memberikan kehidupan dan bukan mengambil kehidupan. Sistem lain yang diperoleh dari merampas tidak akan dapat pertolongan Ilahi dan tidak akan pernah!

Ini juga harus diingat bahwa mereka yang menerima orang-orang yang diutus dari Tuhan pun harus memberikan pengorbanan. Mereka bersedia untuk segala jenis pengorbanan karena mereka tahu pengorbanan mereka tidak akan pernah sia-sia dan kadang kala mereka mengorbankan kehidupan lahiriah mereka demi untuk meraih kehidupan ruhani. Ada orang-orang yang hidup di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as yang mengorbankan keluarganya, karib-kerabatnya, hartanya, usahanya bahkan hidupnya!

Namun begitu, mereka tidak merelakan kematian untuk menguasai kehidupan ruhani mereka. Bahkan hari ini ada ratusan ribu yang dengan senang hati mengorbankan perasaan mereka, kekayaan, persaudaraan dan juga di beberapa tempat mereka mengorbankan kehidupan mereka. Sebagian menerima pesan kehidupan dari Ahmadiyah, Islam yang sesungguhnya dan berhadapan dengan kemalangan dan kesukaran. Namun demikian, mereka tidak perduli dan memilih untuk menghidupi ruhani mereka guna menghidupkan jasmani mereka. Ada banyak sekali contoh dari orang-orang yang menanggung kesukaran seperti itu dan Hudhur menyajikan sebagian dari mereka hari ini.

Tuan Usamaudin dari sebuah provinsi di Arab bercerita bahwa ia dan istrinya merupakan kelompok Jamaah Tabligh dan selalu bepergian. Setelah menonton MTA ia meyakini bahwa di dalam pesan Hadhrat Masih Mau’ud as ia menemukan kebenaran dan kehidupan. Istrinya dengan keras menentangnya begitupun keluarga serta para ulama berbalik menentangnya. Dikatakan bahwa—dari para ulama istrinya mendapatkan fatwa ketidak percayaan akan kelulusannya dari Al-Azhar dan mereka memisahkannya dengan membatalkan pernikahan mereka berdua. Keluarganya terus menekan dirinya untuk meninggalkan Jemaat namun ia tak menggubrisnya sama sekali. Ia dipisahkan dari empat anak-anaknya namun ia tetap teguh pada bai’atnya. Ia mengatakan bahwa ia menyadari realitas pengucilan tersebut dan teringat akan sabda Rasulullah [saw] bahwa Islam mulai dalam keadaan terkucilkan dan akhirnya akan kembali lagi dikucilkan. Maka diberkatilah orang-orang yang dikucilkan. Ia mengatakan bahwa Tuhan telah melindungi serta menjaganya dan ia berdoa agar tidak tersandung dan Insya Allah tetap teguh.

Di wilayah Tanzania, Afrika Timur, banyak bai’at diterima dan 90% orang-orang yang beribadah di sebuah Masjid kampung menjadi Ahmadi. Bakwata, sebuah organisasi Muslim Tanzanian yang dianggap sebagai representatif Islam mulai melakukan perlawanan keras terhadap para Ahmadi baru. Pertama-tama mereka melecehkan dan mengancam mereka. Mu’allim kita hadir di desa, sehingga keimanan para Ahmadi baru tumbuh semakin kuat. Sebuah ketegangan muncul ketika lawan menghentikan mereka dari melaksanakan Shalat di masjid. Para Ahmadi mengusahakan sebuah tempat alternatif untuk mengerjakan Shalat. Pemerintah lokal bergabung dengan petugas polisi setempat yang seorang Islam Sunni dan mulai melecehkan para Ahmadi. Mereka memenjarakan muallim dan kemudian melepaskannya. Kembali, mereka memanjarakannya lebih lama dengan beberapa Ahmadi atas tuduhan palsu. Dengan rahmat Tuhan mereka tetap kokoh keimanannya meskipun masa-masa yang teramat sulit.

Di Burkina Faso, Afrika barat, lima ratus yang bai’at diterima pada tahun lalu termasuk di dalamnya kepala desa dan Imam. Mereka mendekati karib-kerabat yang hidup di desa terdekat yang mulai menentang mereka dan mengorganisir aksi pemboikotan terhadap para Ahmadi baru. Mereka menghentikan semua jenis kontak. Para Ahmadi melaksanakan Shalat di sebuah tempat yang kecil namun mereka dihentikan dari melakukan hal tersebut dan para penentang meningkatkannya. Meski demikian, dengan rahmat Tuhan, para Ahmadi baru yang berasal dari daerah yang jauh terpencil dan rupanya terkenal sebagai buta huruf ini tidak perduli dengan para penentang dan menjaga keimanan mereka dan kini Tuhan telah meringankan situasi mereka.

Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud as sabdakan setiap orang harus melewati penderitaan dan ada banyak sekali contoh dari hal ini. Hudhur menceritakan contoh-contoh seperti ini untuk mengilustrasikan bagaimana keimanan dengan cepat tumbuh diantara orang-orang yang membuat mereka siap untuk segala jenis pengorbanan. Orang-orang dari negara-negara yang berbeda mengakui pesan Ahmadiyah. Islam yang benar dan kemudian meletakannya guna menghidupkan kerohanian mereka. Hal ini tidak bisa terlaksana tanpa pertolongan Ilahi.

Tentu saja, pertolongan Ilahi disertai mereka yang diutus Tuhan untuk memfasilitasi hal ini. Para Mu’allim pun tidak bisa mengerjakan tugas mereka tanpa bantuan Ilahi. Inilah sesungguhnya bantuan Ilahi yang mempersiapkan seseorang untuk berkorban dan memberikan penyelesaian dan ketabahan. Ada juga beberapa orang Pakistan di seluruh dunia yang menerima Ahmadiyah dan bertemu Hudhur di berbagai tempat. Mereka juga menghadapi kesulitan. Setiap saat Hudhur menjelaskan kepada mereka, mereka bisa jadi menghadapi kesulitan dan memikul penderitaan, mereka tidak akan bisa pergi ke Pakistan atau menghadapi masalah dengan kunjungan mereka, mereka mengatakan bahwa mereka telah memutuskan setelah bermusyawarah dan Insya Allah akan tetap teguh.

Ini juga merupakan cara dunia bahwa guna meraih tujuan seseorang harus bekerja keras dan berkorban. Tentu saja, demi tujuan yang lebih tinggi diperlukan pengorbanan yang lebih besar. Pengorbanan bagi kehidupan rohani yang kekal yang berkesinambungan, Namun, kadang-kadang Tuhan menganugerahkan cara yang menakjubkan kepada mereka yang selalu siap berkorban tanpa pengorbanan sama sekali. Jika seseorang menunjukan meskipun kadar sifat Ilahiah –nya kecil kepada level kemanusiaan, ia bisa menganugerahkannya kepada orang lain, sebaliknya Tuhan memberinya tanpa batas dan bahkan mengganjar niat baiknya tersebut. Hudhur mengisahkan sebuah cerita tentang pengorbanan dan ganjaran manusia.

Seorang raja Persia dengan wazirnya [menteri] melewati seorang petani tua yang sedang menanam pohon yang nantinya akan berbuah dan karena usianya itu, jelaslah bahwa buah tersebut tidak akan dinikmatinya. Sang raja bertanya kepadanya, ‘akankah pohon ini menguntungkanmu?’ Si petani menjawab, ‘pohon-pohon ini dulunya ditanam sebelum kami dan kami memakannya. Oleh karena itu kami menanamnya supaya orang lain pun dapat menikmatinya.’ Sang raja terkesan dan memberikan sinyal kepada wazirnya untuk memberikan satu tas berisi koin emas kepada petani tersebut sebagai hadiah. Si petani berkata, ‘pohon ini telah memberikan buahnya bahkan saat sedang ditanam,’ Hal itu membuat sang raja kembali terkesan dan ia memberikan sinyal kepada wazirnya untuk memberikan tas berisi koin emas lainnya kepada si petani. Atas hal ini si petani berkata, ‘sebuah pohon baru berbuah setelah beberapa tahun dan hanya dilakukannya sekali setahun, namun pohon saya telah memberikan buahnya dua kali meskipun masih ditanam.’ Terkesan kembali, sang raja memberikan sinyal kepada wazir untuk memberikan lagi si petani tas berisi koin emas seraya menambahkan, ‘Ayo kita pergi atau petani ini akan mengambil semua koin kita!’

Meskipun raja-raja duniawi memberikan anugerah kepada orang lain, mereka juga takut harta mereka berkurang. Akan tetapi, Tuhan kita terus menerus memberikan anugerah dan setelah menganugerahi kehidupan rohani dianugerahi pula kehidupan yang kekal. Dan untuk hal ini pengorbanan seperti pengorbanannya si petani tua yang menanam pohon buah tersebut sangat diperlukan; pengorbanan buah serta keuntungan yang tidak instant dan semu tersebut namun memiliki keuntungan tersembunyi yang besar.

Para pengikut Nabi Allah pun memberikan pengorbanan berdasarkan pada perinsip-prinsip ini dan mereka serta komunitas mereka diberikan kesuksesan sementara yang lainnya dipermalukan Tuhan. Para murid Jesus [as] dianiaya selama tiga abad dan mereka menanggung kekejaman dengan kesabaran dan ketabahan serta terus menerus berkorban hingga raja Romawi menerima kekeristenan dan hal tersebut memberikan kemerdekaan bagi mereka. Mereka melewati masa-masa sulit dengan bersembunyi di goa.

Sama seperti orang-orang Kristen permulaan yang bersembunyi di goa-goa pegunungan untuk menjaga keimanan mereka tetap hidup seraya teguh dalam keyakinan bahwa mereka akan bebas satu hari nanti, demikian pula, hari ini para pengikut Al-Masih Muhammadi yakin, lebih daripada umat Kristen permulaan, bahwa kemenangan akhirnya akan mereka raih. Kita juga harus melindungi keimanan mereka apapun kesulitan yang dihadapi dan harus terus mencari faedah dari air ruhani Hadhrat Masih Mau’ud as yang diberikan kepada kita.

Umat Kristen permulaan bersembunyi dibalik bebatuan demi untuk melindungi keimanan dan pengorbanan mereka, kita harus memperkuat keimanan kita sekeras batu dan harus membuktikan bahwa keberkatan Masih Mau’ud masih tetap berlaku dan bahwa tugas seorang utusan Tuhan adalah menanamkan kehidupan yang baru, guna memperkuat keimanan dan inilah yang kita harus capai dalam segala kondisi dengan keyakianan yang sempurna bahwa kemenangan telah ditakdirkan bagi Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as. Masing-masing dari kita harus menyadari bahwa mereka perlu menjadi bagian dari kemenangan ini dan terlepas dari segala kesulitannya berusahalah untuk kehidupan kita sendiri dan untuk kehidupan orang lain.

Hadhrat Masih Mau’ud as menulis: ‘Hari-hari tersebut sudah mendekat, bahkan hari-hari itu telah mendekati genggaman, sedangkan hanya agama ini yang selalu berbicara mengenai kemuliaan dan kehormatan. Tuhan akan menganugerahkan agama ini dan gerakan beberkat pilihan-Nya ini kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta menggagalkan rencana semua orang yang berusaha menghancurkan mereka dan akan mengkekalkan kekuasaan mereka hingga saat tibanya dunia ini berakhir. Mereka sekarang memperolok-olok aku namun perolok-olokan mereka tidak menyebabkan kerugian bagiku, karena tidak ada seorang nabi yang tidak diperolok-olok. Inilah, oleh sebabnya, jabatan Masih Mau’ud pun menjadi bahan perolok-olokan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَّسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ ‘Ah, sayang sekali bagi hamba-hamba-Ku! Tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul, melainkan mereka senantiasa memperolok-olokannya.’ (Surah Yasin 36:31) Oleh karena itu, ini adalah sebuah pertanda dari Tuhan; karena semua nabi telah dicemohkan [ditertawakan]. Siapakah yang akan menertawakan seseorang yang turun dari langit dengan satu pasukan malaikat? Bahkan dari hal ini seseorang bisa memahami bahwa kisah Al-Masih yang turun dari langit tidak lebih daripada sebuah mitos belaka.

Ingatlah dengan baik bahwa tidak ada seorang pun yang akan turun dari langit. Semua penentang-penentang kita yang hidup hari ini akan mati dan tidak satu pun dari mereka yang akan melihat Jesus ibn Maryam turun dari langit; kemudian anak-anak mereka yang hidup setelah mereka pun akan mati dan tidak satu pun dari antara mereka yang akan melihat Jesus ibn Maryam turun dari langit, lalu keturunan ketiga mereka juga akan mati dan mereka pun tidak akan melihat putra Maryam turun. Setelah itu Tuhan akan menimbulkan kekhawatiran besar di hati mereka, namun putra Maryam belum juga turun. Kemudian dengan kecewa orang yang bijak dari antara mereka akan meninggalkan kepercayaan ini dan tiga abad dari sekarang tidak akan terlewatkan ketika mereka yang menunggu kedatangan Jesus ibn Maryam, baik mereka itu Islam ataupun Kristen, akan melepaskan konsep ini seluruhnya. Lalu hanya akan berlaku satu agama di seluruh dunia dan hanya ada satu pemimpin agama. Aku datang hanya untuk menabur benih yang sudah ditanam dengan tanganku. Benih itu sekarang akan tumbuh dan berkembang dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pertumbuhannya.’

Hudhur mengatakan bahwa di dalam surat kabar hari ini beliau membaca mengenai para athfal kita yang menyebarkan selebaran, baik di Jerman maupun di beberapa negara Eropa lainnya. Selebaran tersebut tentang kedatangan Al-Masih. Di salah satu tempat para athfal tersebut bertemu dengan beberapa pria yang mengatakan kepada mereka bahwa mereka mendiskusikan mengenai kedatangan Al-Masih dan bertanya-tanya jika ia telah turun dari langit mengapa ia tidak melakukannya seperti itu dan jika Al-Masih lainnya yang datang dimana dan bagiaman ia tiba! Sepanjang diskusi mereka tersebut para anak Ahmadi ini memberikan mereka selebaran dan juga undangan untuk sebuah pameran. Mereka mengatakan bahwa mereka pasti akan datang. Inilah cara bagaimana Tuhan membuka jalan yang baru dan memasukan pencarian kebenaran tersebut ke dalam hati manusia. Semoga Tuhan menjaga kita sebagai bagian dari pohon yang berkembang subur dan semoga keyakinan kita menjadi sekuat batu serta semoga kita selalu memenuhi tanggung jawab kita!

[1] Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa

[2] Musnad Ahmad ibn Hanbal, Kitab Baqi Musnad Sahabat Anshar, bab Lanjutan Musnad yang lalu, hadits 25855, Maktabah Alamul Kutub, Beirut, 1998.

عن الحسن قال سألت عائشة عن خلق رسول الله صلى الله عليه و سلم فقالت كان خلقه القرآن

Shahih Muslim, Kitab Shalatnya Musafir dan Penjelasan tentang Qashar, bab shalat malam, orang yang meninggalkannya karena tidur atau sakit, قَالَ قَتَادَةُ وَكَانَ أُصِيبَ يَوْمَ أُحُدٍ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قُلْتُ بَلَى قَالَتْ فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ  Hadhrat Aisyah ra ditanya; “Wahai Ummul mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah saw!.’ ‘Aisyah menjawab; “Bukankah engkau telah membaca Al-Qur’an?” Aku menjawab; “Benar,” Aisyah berkata; “Akhlak Nabi saw adalah Al-Qur’an.”

[3] Tafsir Masih Mau’ud– Vol. 4, hal. 329-330

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.