Khotbah Jum’at
Sayyidina Amirul Mu’minin
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahulloohu ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
Tanggal 20 Wafa 1391 HS/Juli 2012
Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فأعوذ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
Pada umumnya, bila kita melihat atau menyatakan suatu karunia dan rahmat Allah Ta’ala, sebagian besar dari kita akan mengucapkan, ‘Alhamdulillah’ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ baik memahami hikmahnya dengan mendalam maupun tidak. Bahkan meskipun hanya formalitas, perkataan itu diucapkan karena lingkungannya telah membangun kesadaran tersebut. Mereka yang ilmu agamanya sedikit pun sadar bahwa perkataan [‘Alhamdulillah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ ] ini perlu diucapkan manakala ingin mengungkapkan pujian kepada Allah Ta’ala. Seorang Ahmadi senantiasa mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah pada setiap kesempatan suca-cita dan berkah Allah Ta’ala, baik kesuka-citaan pribadi maupun kesuka-citaan komunal/Jemaat. Namun, perkataan ini semakin beberkat lagi apabila pengucapannya disertai dengan pemahaman hikmah rohaniah [yang dikandungnya]. Kita orang-orang Ahmadi adalah sangat beruntung karena telah berhasil mengenali dan menerima Imam Zaman ini, Al-Masih, dan Al-Mahdi. Berkat keimanan ini, jika mereka mau memusatkan perhatian, maka mereka pun tidak akan menemui kesulitan untuk memahami hikmah rohaniah dari perkataan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah, maupun istilah Qur’ani lainnya. Ini karena setelah menerima ilmu dari Allah Ta’ala, kemudian Hadhrat Masih Mau’ud (Imam Mahdi) ‘alaihissalaam (as) telah menjelaskan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah dalam berbagai corak pengertian. Saat ini saya hendak menjelaskan suatu penjelasan singkat mengenai kata hamd dalam kata-kata beliau as.
Beliau as bersabda,
“Ketahuilah bahwa الحمد ‘al-hamdu’ adalah pujian atas perbuatan indah yang patut dipujikan; dan juga pujian atas seseorang yang telah memberi hadiah-hadiah yang diberikannya dengan kehendak sendiri dan berbuat baik atas usahanya sendiri. Dan tidak terbukti hakikat ‘al-hamdu’ sesuai haknya kecuali bagi Dia yang menjadi Sumber segala fuyuudh (karunia) dan semua nur; senantiasa memberikan ihsaan (kebaikan) atas dasar sebab bashirah; bukan berasal dari tanpa kesadaran pengetahuan ataupun karena keterpaksaan; maka dalam makna ini takkan dapat ditemukan kecuali pada Allah, Al-Khabiir (Maha Mengetahui) dan Al-Bashiir (Maha Melihat). Dan sesungguhnya Dia adalah Al-Muhsin (Maha Baik, Pemberi Kebaikan dan Anugrah). Dari Dia-lah segala karunia dari awal hingga akhir. Bagi Dia-lah segala puji di tempat ini (dunia) maupun di tempat itu (akhirat nanti). Semua pujian yang diberikan kepada [makhluk] yang lain, berpulang kembali kepada-Nya.” [2] ‘Kata ‘hamd’ حَمْدُ adalah pujian yang disampaikan atas dasar penghargaan atas karya yang sangat baik dari suatu wujud yang patut dipuji. Juga berarti memuji suatu wujud yang telah mengerjakan suatu kebaikan atas dasar kehendak dan pilihannya sendiri. Namun, realitas hakiki dari kata ‘hamd’ حَمْدُ ini, hanya patut bagi Dia Yang menjadi sumber segala karunia dan nur yang sangat berfaedah, tidak bersifat naif maupun dibawah paksaan; yang kesemuanya itu hanya dapat ditemukan pada wujud Allah Ta’ala, Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Itulah Dia al-Muhsin (Yang Maha Baik, Dermawan), yang daripada-Nya memancar segala faedah dari sejak awal hingga akhir. Hanya bagi Dia segala puji, baik di dunia ini maupun akhirat. Sedangkan berbagai macam puji kepada makhluk lain, disebabkan merujuk kepada-Nya.’
Jadi, inilah detail yang terkandung dalam kata حَمْدُ ‘hamd’. yang jika perkataan Alhamdulillah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ diucapkan, hanya dalam ruh pengertian ini maka itulah yang benar. Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa beliau akan membahas hal ini dengan merujuk kepada ikhtisar [tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as] sebagaimana yang telah disampaikan tadi, terkait dengan beberapa perkara yang menarik perhatian.
Yakni, ‘hamd’ حَمْدُ adalah pujian yang patut bagi siapa yang layak menerimanya dan siapa lagi selain dari Allah yang patut dipuji secara hakiki tersebut? Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala karena memang hanya Dialah yang patut untuk itu.
Sebab, berbagai karunia Allah timbul atas Kehendak-Nya, tidak semata-mata amal perbuatan seorang manusia. Dia mengaruniakannya berkat sifat Rahmaniyyat-Nya dan dengan cara yang gemilang memberi taufiq berkat sifat Rahimiyyat-Nya kepada seseorang untuk dapat beramal shalih dengan hasil yang sangat baik. ‘hamd’ adalah [pujian] disebabkan Wujud yang berkenan memberi karunia atas dasar Kehendak-Nya sendiri dan siapa lagi selain daripada Allah Ta’ala yang memberi karunia seperti itu (dalam corak demikian)? Dengan demikian, kasih karunia-Nya adalah sangat luas. Ketika janji-Nya digabungkan dengan pilihan kehendak-Nya, maka keberkatan-keberkatan (karunia-karunia) yang turun pun sungguh di luar perkiraan manusia. Di zaman sekarang ini, karunia-karunia semacam itu adalah yang terkait dengan Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as ini.
Kemuliaan ‘hamd’-Nya tersebut adalah milik satu Wujud yang daripadanya segala karunia berasal. Itulah Dzat Allah Ta’ala yang adalah Cahaya langit dan bumi. Oleh karenanya, hendaknya manusia hanya kembali kepada-Nya saja. Sesungguhnya seorang insan yang senantiasa memuji Allah dengan sebenar-benarnya, maka ia pun keluar dari kegelapan lalu memasuki cahaya , dan babak baru berbagai karunia dan rahmat Allah Ta’ala pun mulai. Al-Qur’an Karim menyatakan: اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ‘Allahu waliyyul ladziina aamanuu yukhrijuhum minazh zhulumaati ilan nuur..’ – “Allah itu Sahabat orang-orang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya…” (Al-Baqarah, 2:258). Barangsiapa yang telah dijadikan sahabat oleh Allah Ta’ala, maka ia pun memperoleh pemahaman baru dan pendalaman hikmah ‘Alhamdulillah’.
Menerangkan mengenai hikmah ‘hamd’, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: ‘Adalah sangat penting untuk diingat, bahwa karunia Allah Ta’ala itu tidak muncul begitu saja, atau karena suatu paksaan. Melainkan, Dia itu Maha Mengetahui, bahwa Dia memberi berbagai karunia, dan telah menyatakan bahwa bila seseorang bersyukur, pasti karunia-karunia itu akan bertambah, bukan saja di dunia ini, melainkan juga di akhirat.
Hadhrat Masih Mau’ud as pun menjelaskan: ‘Pujian apapun yang ditujukan kepada wujud lainnya, mengarahkannya kepada Allah Ta’ala juga. Begitulah memang seharusnya membawa kita kepada Allah Ta’ala. Seorang beriman yang sebenar-benarnya hendaknya memiliki pemahaman ini. Allah Ta’ala adalah Pemilik dan Sumber semua kekuatan (kekuasaan), Dia itu Pencipta segala sesuatu, dan memberikan sifat-sifat yang khas kepada segala sesuatu. Tidak ada seorang pun dan tidak sesuatu pun yang memiliki arti (manfaat) secara individu kalau Allah tidak mengaruniakannya yang mana [hal itu] berfaedah bagi orang lain.
Tidak terhingga banyaknya sesuatu di dunia ini yang diberikan kualitas (mutu, sifat khas) oleh Allah Ta’ala agar mendatangkan faedah. Tiap-tiap kualitas tersebut diberikan atas kehendak iradah Allah Ta’ala melalui hukum alam. Oleh karena itulah manakala ada sesuatu atau seseorang selain dari Allah Ta’ala yang memberi faedah kepada kita, pujian dan rasa syukurnya pun adalah hanya bagi Allah. Inilah mengapa sebabnya kita diperintahkan untuk bersyukur (berterima kasih, menyampaikan penghargaan) kepada manusia. Kita harus bersyukur kepada manusia dengan pemahaman, bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan mereka berfaedah bagi kita. Sehingga pada hakekatnya merupakan bersyukur kepada Allah, Tuhan semesta alam. Dengan kesadaran ini, tidak akan ada seorang pun yang menganggap seseorang atau sesuatu lebih daripada Allah Ta’ala. Atau menganggapnya sebagai Tuhan. Atau menganggap seseorang berhasil mencapai sesuatu semata-mata berkat orang atau sesuatu yang lain selain daripada Allah Ta’ala.
Inilah seorang mukmin hakiki, yakni, manakala ia bersyukur kepada kebaikan manusia, ia pun menganggap Allah Ta’ala sebagai pembawa berkat atas segala sesuatu. Manakala ia menerima suatu perlakuan baik dari seseorang, maka ia pun menganggap Allah Ta’ala sajalah sebagai penyebabnya. Allah yang menimbulkan pikiran untuk berbuat baik tersebut di dalam qalbu orang itu. Inilah hakekat ‘hamd’ yang Hadhrat Masih Mau’ud as telah menarik perhatian kita untuk itu. Dengan karunia Allah Ta’ala, mayoritas anggota Jemaat terikat dengan pemikiran ‘hamd’ sebagaimana yang seharusnya difahami. Keimanan akan menguat berkat pemahaman ‘hamd’ yang hakiki. Sebagai satu Jemaat (komunitas), kita hendaknya tertarik kepada sikap ‘hamd’ ini pada setiap kemajuan. Sehingga akan menambah lagi berbagai keberkatannya. ‘hamd’ حَمْدُ yang hakiki membawa perubahan kerohanian secara revolusioner (mendasar dan meluas) pula; dan menyelamatkan kita dari syirk khafi (halus, tersembunyi, tidak terasa). Menjadikan manusia sebagai ahli ibadah mukhlis yang sejati, serta memuliakan nilai-nilai kemanusiaan.
Hadhrat Khalifatul Masih mengemukakan pada Khotbah Jum’at yang lalu bahwa para pemuda Jemaat USA (Amerika Serikat) dan juga Kanada yang sangat aktif, khususnya dalam hal menjalin hubungan [networking, jaringan dengan non Ahmadi] yang baik dengan pihak ghair atau non Jemaat; sehingga membawa keberhasilan yang sangat baik. Berkat hubungan luas mereka dengan kaum terpelajar, beliau berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam orang yang berbeda [fungsi dan jabatan mereka] pada lawatan beliau yang baru lalu itu. Bahkan banyak di antaranya yang datang bermulaqat kepada beliau di Rumah Missi kita, termasuk orang-orang VIP yang tidak diperkirakan mau datang. Sehingga terbukalah peluang untuk berbicara dengan para pembuat-kebijakan (policy-makers) Negara, yang para [Khuddam] pemuda Ahmadi berperan besar dalam meng-goalkan hal ini. Namun, hendaknya kaum muda ini, baik yang di Jemaat USA maupun di Jemaat Kanada tidak menganggap hubungan duniawi apapun sebagai tanda kesuksesan ataupun suatu hal yang penting. Melainkan, sesungguhnya Allah Ta’ala-lah yang memberi mereka taufiq untuk dapat menjangkau mereka dan menyampaikan ajaran Islam yang berdasarkan keadilan. Yakni, mereka mengatur agar beliau dapat bertemu dengan orang-orang [VIP] tersebut; dan Allah Ta’ala memberi taufiq kepada beliau untuk menyempaikan kepada mereka tentang ajaran Islam yang bijaksana.
Hal utama yang ingin Hadhrat Khalifatul Masih tekankan kepada kaum muda Ahmadi di manapun berada, khususnya yang berada di USA dan Kanada agar tidak menyandangkan keberhasilan tersebut kepada diri mereka semata. Melainkan, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yang telah memberi mereka kesempatan tersebut. Kita tidak akan membuat berbagai keuntungan pribadi dari hubungan tersebut. Sebab, tujuan utama kita adalah agar dunia mendapat petunjuk hidayah. Kalau pun mereka menerima pesan-pesan kita, itu adalah hal yang bagus. Jika tidak, kita telah melaksanakan tugas kewajiban kita. Tujuan kita adalah untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan dan kehancuran. Jalan yang dunia kini sedang jalani jelas mengarah kepada kerusakan. Jika ada yang berpikir bahwa keberhasilan hubungan mereka berkat kepiawaian mereka atau, kemajuan Jemaat ini mengandalkan hal tersebut, mereka itu keliru.
Adalah semata pilihan Allah Ta’ala sehingga Dia pun memberikan keberhasilan kepada kita padahal karya dan usaha kita itu tidak seberapa, namun hasilnya yang gemilang adalah semata berkat rahmat dan karunia-Nya. Sesungguhnya, hal ini dapat terjadi berkat karunia Allah semata. Kita tidak akan memperoleh apa-apa dari orang-orang duniawi.
Pendek kata, buah-buah setiap usaha, setiap keindahan dzat dan Adapun laporan lawatan [ke USA dan Kanada] ini akan dapat dibaca di dalam surat kabar AlFazl. Hadhrat Khalifatul Masih berkesempatan menyampaikan Pidato di hadapan para anggota Senat dan Kongres AS di Gedung Capitol Hill; yang pihak penentang kita justru berusaha untuk menjelek-jelekkannya, namun tidak banyak berpengaruh. Tuduhan mereka adalah Hadhrat Khalifatul Masih datang [ke situ] untuk meminta bantuan pihak pemerintah AS, atau – na’udzubullah min dzalik – akan berkonspirasi terhadap pemerintah Pakistan. Seandainya mereka memilki rasa keadilan, mereka dapat mendengarkan [seluruh isi Pidato beliau] lalu menyimpulkan apakah kedatangan Hadhrat Khalifatul Masih tersebut untuk memberi ataukah meminta?
Andalan (tumpuan) kita hanyalah Allah Ta’ala. Kemajuan Jemaat ini terletak pada karunia Allah Ta’ala, bukan melalui bantuan suatu Pemerintah mana pun. Sejauh mengenai [tuduhan] konspirasi terhadap Negara Pakistan, kecintaan kita terhadap tanah air adalah jauh melebihi mereka yang tidak berperan dalam proses pembentukan maupun mendirikannya. Justru mereka itu yang membawa [Pakistan] kepada kehancuran.
Mengenai masalah [prasangka] ‘mendapatkan sesuatu’ tersebut, pada lawatan (kunjungan) Hadhrat Khalifatul Masih ke USA di tahun 2008, hanya ada seorang Senator saja yang datang ke acara resepsi [santap malam bersama]. Itupun hanya 5 (lima) menit saja, kemudian pamit sebelum acara utama dimulai. Ia (Senator) bertanya kepada Hadhrat Khalifatul Masih tentang apakah yang beliau perlukan dari dirinya. Hadhrat Khalifatul Masih menyampaikan kepadanya bahwa beliau datang tidak untuk meminta-minta sesuatu. Melainkan, untuk menyampaikan kepada mereka mengenai kebijakan yang perlu ditempuh untuk menegakkan perdamaian di dunia.
Pada kunjungan baru-baru ini, kepentingan (pentingnya) penyampaian pidato di Gedung Capitol Hill tersebut tidak lebih besar bagi Hadhrat Khalifatul Masih selain menyampaikan berbagai aspek ajaran Islam kepada para pimpinan dan kaum terpelajar tersebut, yang berkumpul di dalam satu gedung dengan harapan, bahwa mereka berkenan untuk mengambil langkah-langkah yang benar.
Sehari sebelum acara di Gedung Capitol Hill tersebut, media berita CNN mewawancara Hadhrat Khalifatul Masih, lalu mengatakan, bahwa perhelatan tersebut merupakan momentum yang sangat bermakna bagi beliau. Beliau menjawab bahwa makna dari acara tersebut tidak terlalu penting bagi diri beliau. Sebab, lawatan (kunjungan) beliau ke USA bertujuan utama untuk melihat Jemaat beliau. Untuk mengamati kemajuan iman, akhlak dan kondisi kerohanian mereka. Wartawan CNN itu mengatakan bahwa tentulah akan sangat mengejutkan bagi para politisi USA bahwa Hadhrat Khalifatul Masih tidak menganggap acara tersebut sedemikian penting dan ia (koresponden, wartawan itu) pun berkelakar bahwa ia tidak akan menyampaikan hal ini kepada para politisi itu.
Begitulah, acara tersebut sangat boleh jadi sangat bermakna dalam pandangan orang-orang duniawi, namun tak terlalu penting bagi kita; yang seharusnya memang begitu. Akan tetapi, sebagai sikap penghargaan kita, maka kita pun menghaturkan ucapan terimakasih kepada mereka yang telah sudi mendengarkan kepada segala hal yang ingin kita sampaikan. Satu pertemuan dengan para pendeta dari berbagai denominasi (aliran Gereja) diselenggarakan sebelum acara di Capitol Hill tersebut. Salah seorang dari mereka mengatakan (bertanya) apakah dengan menghadapi kenyataan bahwa beliau (Hudhur) akan berpidato di hadapan para anggota Kongres besok bahwa tidak mengalami kecemasan. Hadhrat Khalifatul Masih menjawab bahwa beliau sama sekali tidak cemas. Sebab, semua yang akan beliau sampaikan adalah merujuk kepada Al Qur’an dan ajaran Islam yang sudah seringkali beliau ceramahkan dan tidak ada yang perlu dicemaskan. Orang itu mengatakan lagi bahwa ia sendiri jelas akan mengalami kecemasan dalam situasi seperti itu. Alasan bahwa hal tersebut harus terjadi, ialah dikarenakan – meskipun mereka itu adalah para pemuka agama – namun, bagi mereka, pertimbangan duniawi demikian mempengaruhi dan terintimidasi oleh atribut yang disandang oleh Capitol Hill. Sedangkan bagi mereka yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa, Dia itulah segalanya.
Setelah acara tersebut selesai, seorang anggota Kongres terdengar berbicara lantang kepada orang lainnya: ‘Inilah yang seharusnya para pemimpin Muslim sampaikan secara terbuka dan nyata.’ Namun, Allah Ta’ala tidak memberikan kesempatan ini kepada seorang pun pemimpin Muslim disebabkan mereka yang lebih terpikat kepada duniawi.
Oleh karena itu, kaum muda Jemaat hendaknya ingat, bahwa kita tidak hendak mendapatkan sesuatu dari para pemimpin duniawi tersebut, melainkan justru kita yang memberi mereka sesuatu. Lakukanlah syukur sedemikian rupa terutama kepada Allah Ta’ala dan perhatikanlah selanjutnya bagaimana Allah Ta’ala menambahkan karunia-Nya. Ingatlah, bahwa dengan sikap keduniawian tidak akan pernah berhasil dalam pekerjaan Jemaat. Sekiranya kita menganggap orang-orang duniawi sebagai segala-segalanya, maka Tuhan berkuasa untuk menarik kembali karunia apapun yang telah Dia berikan.
Pendek kata, tujuan utama kita adalah ‘hamd’ dan keridhaan Allah Ta’ala. Inilah yang sesungguhnya tujuan. Berbagai jaringan hubungan dengan orang-orang duniawi bukanlah tujuan utama kita. Tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi seperti itu, Insya Allah. Bukan cara kita memperoleh sesuatu dari atau dengan cara meraih orang-orang duniawi, baik itu yang berada di Capitol Hill USA ataupun Ruangan Legislatif [chamber] lainnya. Hal itu bukanlah tujuan akhir kita. Seberapapun terpelajarnya seorang Ahmadi, atau sebanyak apapun hubungan [kharijiah] yang dimilikinya, hendaknya tetap ingat, bahwa tujuan akhir kita adalah untuk membawa dunia bersimpuh kembali kepada Allah Yang Maha Tunggal dan mengibarkan bendera Hadhrat Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga lebih mulia dibandingkan Ruang Legislatif manapun dan juga bendera duniawi apapun.
Saudara-saudara mungkin telah menyaksikan di MTA dan laporannya pun telah dibaca bahwa apa-apa yang saya sampaikan di sana (berpidato di Capitol Hill) itu karena berdasarkan cahaya ajaran Al-Qur’an Karim dan saya juga berupaya menyampaikan ajaran Islam yang adalah ajaran kebenaran. Hal itu bukan semata-mata kepiawaian pribadi. Saya tidak menganggap diri berilmu dan saya adalah seorang insan sederhana akan tetapi disebabkan saya mewakili Masih Mau’ud, saya harus pergi berpidato di sana, bersamaan dengan itu juga pada mana Aqa-o-Maula (Majikan dan Junjungan) beliau as, Hadhrat Muhammad Rasulullah saw telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala “نُصِرتَ بالرعب” ‘Nushirta bir-ru’bi], Engkau akan dibantu dengan kharisma (kewibawaan)’ [3] Saya banyak berdoa ketika dalam perjalanan ke sana dengan pikiran bahwa banyak orang menganggap tempat tersebut sangat penting. Beliau bersabda bahwa sebelumnya, beliau tidak punya waktu untuk memikirkan hal tersebut, hingga beliau berada di dalam mobil [dan menuju ke sana].. Maka beliau pun banyak berdoa bahwa beliau adalah seorang hamba Tuhan yang tengah membawakan amanat Tuhan di sana dalam kapasitas mewakili Al-Masih Al-Mau’ud-Nya. Oleh karena itu, beliau pun berdoa, memohon penzahiran janji-Nya ‘[Nushirta bir-ru’bi’], yakni, Engkau akan dibantu dengan kharisma’ [Tadhkirah p. 92] sebagaimana [yang Engkau] telah janjikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as pada hari itu.’ Dan Allah Ta’ala mengabulkan doa beliau ini, dan disaksikan kalangan Ahmadi yang peka [rohaninya] dengan mengatakan, bahwa mereka pun mengalami nuansa penzahiran [janji Ilahi] ‘[Nushirta bir-ru’bi’] ini. Begitupun beberapa orang lainnya mengatakan mereka mengalami hal yang sama. Anwar Mahmud Khan bin Maulana Abdul Malik Khan yang tinggal di [Jemaat L.A] USA dan menjadi anggota Majlis Amilah [Sekr.Tahrik Jadid] Nasional menulis artikel mengenai pandangan para politisi tersebut. Hadhrat Khalifatul Masih berpendapat bahwa itu perlu dimuat di surat kabar Al Fazl dan beberapa majalah [Jemaat].
Acara [World Peace Conference] di Gedung Capitol Hill tempat beliau berpidato] tersebut dihadiri oleh 29 orang anggota Kongres dan Senator. Juga hadir orang-orang dari suatu lembaga pemikir (think-tanks), dari Pentagon (semacam DepHankam), LSM dan para Profesor. Jumlah keseluruhan yang hadir ialah 110 (seratus sepuluh) orang. Sudah umum diketahui, biasanya para anggota Kongres atau Senator itu tidak akan berlama-lama duduk menghadiri acara semacam itu. Namun [pada waktu itu] semuanya hadir dan menyimak acara dari awal hingga akhir, dengan perkecualian dua atau tiga orang yang permisi untuk meninggalkan tempat lebih awal. Seorang birokrat musiman Capitol Hill berkata kepada Hadhrat Khalifatul Masih bahwa selama 15 (lima belas) tahun ia bekerja di sana, tidak pernah melihat ada lebih dari 10 orang anggota Kongres dan Senator yang hadir dan duduk lebih dari 5 atau 10 menit, tidak peduli siapapun yang berpidato. Ia mengatakan sangat mengherankan dirinya bahwa kedua belah pihak, pihak pemerintah dan para pemimpin pihak oposisi duduk bersama-sama.
Senator yang telah disebutkan di awal tadi yang telah berjumpa dengan Hadhrat Khalifatul Masih dulu pada tahun 2008 juga hadir mengikuti acara sepenuhnya. Namun, meskipun acara tersebut diadakan di suatu Hall berukuran cukup dan bernama ‘Gold Room’ (Ruangan Emas), tetapi karena jumlah kursinya kurang, ada sejumlah Kongresmen dan Senator yang terpaksa harus berdiri agar bisa mengikuti acara dan mendengarkan pidato beliau yang sangat boleh jadi bertentangan dengan kesibukan mereka selama ini; Tegakkanlah Keadilan, Kewajiban Negara Besar Untuk Memelihara Negara Kecil, Persamaan Hak di Dewan Keamanan dan PBB, Jangan Menguasai Harta Kekayaan Bangsa Lain, yang semuanya berdasarkan ajaran Al-Qur’an Karim. Setelah acara selesai, seorang anggota Kongres yang adalah seorang Muslim pertama yang menjadi anggota Kongres (Keith Ellison), menyampaikan kepada Hadhrat Khalifatul Masih bahwa beliau sangat menyukai sub-topik mengenai ‘Jangan Menguasai Harta Kekayaan Bangsa Lain’. Beliau mengatakan, Pidato tersebut seharusnya segera diterbitkan dan dipublikasikan. Seorang anggota Kongres menyampaikan pandangannya bahwa pesan ini sangat diperlukan oleh USA kini.
Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa ini semua semata-mata karunia Allah Ta’ala yang menyebabkan ajaran Islam telah dapat disampaikan kepada mereka. Apakah memberikan dampak ataukah tidak, keindahan ajaran Islam telah dijelaskan kepada mereka.
Segala puji yang hakiki hanya bagi Allah yang telah memfasilitasikan terselenggaranya acara ini, yang setiap orang Ahmadi hendaknya senantiasa ingat. Jadi, seandainya para politisi memberi perhatian untuk menegakkan keadilan, tentulah dunia ini dapat diselamatkan sebagaimana mestinya. Jika tidak, tentulah taqdir Allah Ta’ala pun akan terjadi.
Dengan karunia Allah Ta’ala pula, di Kanada, sekretaris Kharijiah kita yang masih muda, beserta timnya telah dapat membina hubungan baik dengan pihak luar, baik yang sudah lama, maupun yang baru. Maka mereka ini pun harus bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberi taufiq untuk menyampaikan pesan kebenaran kepada mereka. Berbagai acara pertemuan dengan para politisi pun dapat diselenggarakan bagi mereka yang ingin menemui Hadhrat Khalifatul Masih.
Dua perhelatan besar diselenggarakan di Kanada. Salah satunya adalah Peresmian [Gedung] Tahir Hall. Hadhrat Khalifatul Masih menyampaikan beberapa segi ajaran Islam pada kesempatan Resepsi [Santap Malam], yang mendapat tanggapan sangat positif dari para tamu undangan. Satu instansi pemerintah menjanjikan bantuan sebesar 2.5 juta Dollar Kanada dalam pembangunan [Gedung] Tahir Hall tersebut. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih mengetahui hal ini, beliau pun memerintahkan agar uang tersebut dikembalikan disertai ucapan banyak terimakasih. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jemaat telah diberi taufiq untuk merampungkan proyek pembangunan tersebut dengan keseluruhan biaya sekian juta dollar [Kanada], meskipun sebenarnya masih ada beberapa proyek pembangunan Masjid yang tengah berlangsung. Jemaat Kanada memiliki semangat pengorbanan yang tinggi, dan dapat mengelola semua proyek pembangunan tersebut dengan biaya yang memadai. Semoga Allah Ta’ala memberkati mereka. Sementara itu [pembangunan Kampus] Jamiah pun terus berkembang. Yakni, beberapa ruangan Kantor dan Kelas yang baru telah bertambah, yang demi menyaksikannya, qalbu kita pun dipenuhi pujian ‘hamd’ bagi Allah. Semoga Allah Ta’ala menjadikan setiap anggota Jemaat ini bersyukur dengan hakiki dan sibuk bertahmid kepada-Nya.
Berkat hubungan baik dengan Jemaat, Chief Minister [Menteri Utama, Provinsi] Ontario bersikeras untuk menyelenggarakan sebuah Resepsi [Santap Malam] untuk Hadhrat Khalifatul Masih. Namun, ketika beliau diberitahu tiadanya waktu dan jauhnya perjalanan, maka hal ini sulit untuk memenuhinya. Maka beliau pun merubah rencana, menyelerenggarakan resepsi tersebut di sebuah hotel dekat tempat tinggal Hadhrat Khalifatul Masih . Di resepsi tersebut, beliau berbicara banyak mengenai Jemaat. Hadhrat Khalifatul Masih juga berbicara selama 15/20 menit mengenai ajaran-ajaran Islam.
Dari segi kontak [dengan pihak luar Jemaat], banyak pengurus [Jemaat] di Kanada begitu juga para Ahmadi umumnya memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di luar Jemaat. Dan kontak tersebut yang sebelumnya telah tegak ternyata tidak hanya terjalin saja bahkan hal ini tengah terus meningkat. Ringkasnya, seperti telah saya sampaikan, hendaknya selalulah mengingat hal ini bahwa ini semua hanyalah berkat karunia Allah Ta’ala semata dan bukan karena usaha-usaha perseorangan mana pun.
Dengan karunia Allah, Jemaat Kanada memiliki tingkatan yang besar (tinggi) dalam hal keikhlasan dan pengabdian. Hadhrat Khalifatul Masih telah menyatakan beberapa ketidaksenangan dalam khotbah terakhirnya tentang beberapa masalah organisasi. Selama mulaqat-mulaqat serta melalui surat-surat para anggota yang tersentuh perasaannya dari Jemaat Kanada meminta maaf sebesar-besarnya kepada Hadhrat Khalifatul Masih. Hadhrat Khalifatul Masih mengatakan jika ada ketidaksenangan apapun, itu ditujukan untuk departemen terkait dan yang berwenang di kantor (kepengurusan) mereka dan bukan [ditujukan kepada] anggota Jemaat tersebut. Jika bukan karena kecintaan dan ketulusan dari anggota Jemaat Kanada, Jalsah akan telah dipindahkan ke Amerika Serikat.
Pendek kata, saya di sana tidak mendapatkan keluhan apapun dari para anggota Jemaat. Memang sudah biasa ada beberapa kesalahan telah dibuat di waktu Jalsa. Dari para petugas juga ada atau kalau pun oleh beberapa peserta Jalsa, seperti pada umumnya di setiap tempat terdapat keluhan kebisingan dari tempat kaum ibu. Semua hal itu dapat diatasi oleh para anggauta pengurus dan para petugas Jalsa. Jika ada pihak yang harus meminta ma’af kepada saya tentu dari pihak para anggauta pengurus dan beberapa petugas Jalsa. Oleh karena tidak ada perhatian dari pihak mereka itu maka para anggauta biasa Jema’at laki-laki maupun perempuan merasa sedih terhadap pernyataan tidak senang Hadhrat Khalifatul Masih atba. Dengan karunia Allah Ta’ala dengan menyaksikan kecintaan dan ketulusan para anggauta Jema’at Canada, hati setiap orang penuh dengan rasa Hamd terhadap Allah Ta’ala.
Dengan karunia Allah, dengan melihat kecintaan dan ketulusan dari Jemaat Kanada, hati seseorang diisi dengan Hamd (pujian kepada Allah). Populasi (jumlah warga) ‘Peace Village’ (Desa Perdamaian) telah meningkat. Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa beliau memperkirakan ada seribu rumah Ahmadi di sana. Hal ini juga meningkatkan semangat. Tuhan telah menganugerahkan orang-orang yang luar baisa untuk Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as, kecintaan dan devosi/pengabdian mereka kepada Khilafat demikian intens (mendalam). Bersamaan dengan bulan Ramadhan semakin mendekat, Hadhrat Khalifatul Masih pulang meskipun beliau ingin tinggal selama beberapa hari lagi.
Diantara karunia dari Allah Ta’ala yang mana ini adalah juga sebuah karunia yaitu dengan adanya tempat Jalsah yang dari berbagai segi pengaturan adalah sempit sehingga tempat parkir kendaraan mengalami kesulitan besar karenanya. Oleh karena itu Jemaat Kanada harus berpikir tentang bagaimana memperluas tempat Jalsah mereka. Tidak harus dipikirkan bagaimana itu akan terjadi. Allah Ta’ala akan membuat itu terjadi saat itu diperlukan termasuk juga beserta pengaturannya. Dengan syarat selama kita benar-benar menjadi hamba-hamba yang bersyukur kepada-Nya dan benar-benar menjadi Ahmadi.
Menyampaikan mengenai para pencari suaka di Amerika Serikat, Kanada dan di Inggris Hadhrat Khalifatul Masih bersabda bahwa Tuhan telah memberkati mereka. Untuk menarik berkat lebih lanjut mereka seharusnya tidak kehilangan [jati] diri mereka sendiri di dunia, melainkan, mereka harus menjalin hubungan kuat dengan Tuhan. Secara khusus anggota muda [Jemaat] harus paling bersyukur kepada Allah, semakin mereka akan bersyukur, berkat-berkat yang lebih besar akan mereka terima. Mereka telah melihat masa-masa sulit di Pakistan, mereka tidak boleh lupa akan masa tersebut. Para pendatang baru harus menunjukkan keteladanan yang baik dan mereka harus ingat bahwa datang [ke Barat] tidaklah karena alasan duniawi.
Insya Allah sekarang Ramadhan akan dimulai dalam dua tiga hari lagi. Setiap Ahmadi harus sepenuhnya mengambil manfaat dari bulan Ramadhan ini, berdoa dan beribadah hingga ke titik puncaknya. Semoga Tuhan memampukan semua orang sehingga kita bisa menyaksikan lebih banyak berkat dari sebelumnya.
Sekarang ini setelah shalat Jum’at saya akan memimpin salat dua jenazah. Jenazah pertama ialah salah seorang syahid kita, Chaudhri Naim Ahmad Gondal Shaheed Sahib yang telah disyahidkan kemarin. Beliau adalah putra dari Chaudhri Abdul Wahid Shahib dari Aurnagi Town wilayah Karachi. Beliau disyahidkan kemarin. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Kakek beliau adalah Mukarram Khursyid Alim Shahib Marhum. Almarhum syahid lahir pada tahun 1961. Dari Cak 99 Sarghoda Utara. Beliau pada tahun 1971 tinggal di Gondal Farm di Kotri kemudian pergi ke Aurnagi Town. Nenek beliau baiat kepada Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsaani (radhiyallahu ‘anhu, ra) di tahun 1914 dan sang kakek beliau pun baiat setelah itu.
Almarhum syahid hari Kamis tgl 19 Juli 2012 di Karachi pagi pukul setelah delapan sesuai hari biasa pergi dari rumah ke kantor Bank pemerintah . biasanya beliau di depan rumah pergi jalan besar, dari sana. Sejak 11 tahun lalu telah ditugaskan berkhidmat sebagai Sadr di halqah Aurnagi Town. 4 tahun sebelumnya bertugas sebagai Qaid Majlis Aurnagi Town, dan sebelumnya beliau ialah Zaim halqah, Sekretaris Waqf-e-Nau, Murabbi Athfal, dan berbagai pos tugas pengkhidmatan Jemaat. Seorang yang berakhlak sangat menyenangkan, rendah hati, dan bertabiat santun. Orang-orang di wilayahnya juga berpendapat seperti itu mengenai beliau. Selama beberapa waktu keadaan di Aurnagi Town berbahaya, dan terjadi penentangan hebat secara beruntun di Wal Caknag dan yang lainnya, namun, beliau menghadapi segala sesuatunya dengan berani. Seorang pemberani. Dengan karunia Allah, beliau seorang musi. Beberapa orang non Ahmadi yang datang bertakziyah juga menyebut-nyebut keistimewaan kepribadian beliau. Sejak beberapa tahun lalu biasa datang ke sini untuk Jalsah,
Seperti telah saya sampaikan bahwa kita harus banyak-banyak mengarahkan perhatian kepada doa, dan khususnya di bulan Ramadhan ini dari segi ini juga para Ahmadi Pakistani dan setiap Ahmadi di tiap tempat di dunia hendaknya secara khusus banyak-banyak berdoa semoga Allah Ta’ala menggantikan secepatnya hari-hari penganiayaan yang keras tersebut.
Jenazah kedua ialah Mukarram Sahibzada Mirza Hafizh Ahmad Sahib, putra dari Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsaani (radhiyallahu ‘anhu, ra). Beliau berusia 86 tahun dan wafat di malam hari antara tanggal 14 dan 15 Juli. Beliau lahir dari rahim Hadhrat Ummu Nashir (ibunda Hadhrat Khalifatul Masih III rha) dan beliau seorang yang bertutur kata sangat lembut penuh kesopanan, memperlakukan dengan baik orang-orang yang tidak beruntung. Beliau telah lulus ujian Maulwi Fadhil. Setelahnya, Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsaani (radhiyallahu ‘anhu, ra) mengirim beliau ke Sindh untuk mengurus pertanian. Setelah itu, beliau bekerja di sana. Setelah selesai kemudian beliau menjalankan usaha sendiri. Beliau sangat erat hubungannya dengan Khilafat. Beliau biasa menulis surat kepada saya dan senantiasa memperlihatkan keikhlasan dan kesetiaan. Beliau adalah maamu (paman dari jalur ibu) saya. Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat beliau-beliau itu; memperlakukan beliau-beliau dengan penuh maghfirat. Seperti telah saya sampaikan sekarang setelah shalat, shalat jenazah akan dilaksanakan.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ‑ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ‑ عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ ‑ أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
AlhamduliLlâhi nahmaduHû wa nasta’înuHû wa nastaghfiruHû wa nu-minu biHî wa natawakkalu ‘alayHi wa na’ûdzubiLlâhi min syurûri anfusinâ wa min sayyi-âti a-’mâlinâ may-yahdihil-Lâhu fa lâ mudhilla lahû, wa may-Yudhlilhû fa lâ hâdiya lah – wa nasyhadu al-lâ ilâha illal-Lôhohu wa nasyhadu annâ muhammadan ‘abduhû wa rosûluHû – ‘ibâdal-Lôh! Rohimakumul-Lôh! Innal-Lôha ya-muru bil‘adli wal-ihsâni wa iytâ-i dzil-qurbâ wa yanhâ ‘anil-fahsyâ-i wal-munkari wal-baghyi ya’idzukum la’allakum tadzakkarûn – udzkurul-Lôha yadzkurkum wad’ûHu Yastajiblakum wa ladzikrul-Lôhi akbar.
“Segala puji bagi Allah Ta’ala. Kami memuji-Nya dan meminta pertolongan pada-Nya dan kami memohon ampun kepada-Nya dan kami beriman kepada-Nya dan kami bertawakal kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari kejahatan-kejahatan nafsu-nafsu kami dan dari amalan kami yang jahat. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang dinyatakan sesat oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Dan kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Ta’ala dan kami bersaksi bahwa Muhammadsaw. itu adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai hamba-hamba Allah Ta’ala! Semoga Allah Ta’ala mengasihi kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala menyuruh supaya kalian berlaku adil dan ihsan (berbuat baik kepada manusia) dan îtâ-i dzil qurbâ (memenuhi hak kerabat dekat). Dan Dia melarang kalian berbuat fahsyâ (kejahatan yang berhubungan dengan dirimu) dan munkar (kejahatan yang berhubungan dengan masyarakat) dan dari baghyi (pemberontakan terhadap pemerintah). Dia memberi nasehat supaya kalian mengingat-Nya. Ingatlah Allah Ta’ala, maka Dia akan mengingat kalian. Berdoalah kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan doa kalian dan mengingat Allah Ta’ala (dzikir) itu lebih besar (pahalanya).”
[1] Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa
[2] I’jaazul Masih, Ruhani Khazain jilid (volume) 18, bab ar-raabi’ (bab cehaaram/IV) halaman 129.
“اعلمْ أن الحمد ثناءٌ على الفعل الجميل لمن يستحق الثناء، ومدحٌ لمنعِمٍ أنعمَ من الإرادة وأحسنَ كيف شاء. ولا يتحقق حقيقةُ الحمد كما هو حقُّها إلا للذي هو مَبْدَأٌ لجميع الفيوض والأنوار، ومُحسِنٌ على وجه البصيرة، لا مِن غير الشعور ولا من الاضطرار، فلا يوجد هذا المعنى إلا في الله الخبير البصير، وإنه هو المحسن ومِنْه المِننُ كلها في الأول والأخير، وله الحمد في هذه الدار وتلك الدار، وإليه يرجع كلُّ حمد يُنسَب إلى الأغيار.”
[3] Shahih Muslim, Kitaab al-Masaajid, hadits 1200
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ عَلَى الْعَدُوِّ وَأُوتِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَبَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الأَرْضِ فَوُضِعَتْ فِي يَدَيَّ».
Dari Abu Hurairah; dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam; bahwa sesungguhnya beliau saw bersabda, ‘Nushirtu bir ru’bi…’ – “Aku ditolong dengan Ar Ru’b atas para musuhku (Allah menolongku dengan kharisma kewibawaan yang membuat gentar orang-orang yang memusuhiku)...” Sementara itu, Pendiri Jemaat Ahmadiyah juga mendapatkan mendapatkan ilham dari Allah Ta’ala yaitu “نُصِرتَ بالرعب” ‘[Nushirta bir-ru’bi], Engkau akan dibantu dengan kharisma (kewibawaan)’ [Tadzkirah edisi Urdu, halaman 52, ilham tahun 1883]. Karunia ini mengalir keberkatannya kepada siapa saja yang menjalin ikatan erat dengan Hadhrat Muhammad Rasulullah saw dengan menaati, mencintai dan mengikuti beliau saw termasuk dalam hal ini ialah Hadhrat Masih Mau’ud as dan para khalifah beliau as.