بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْعَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَىعَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH Vatba,
MIRZA MASROOR AHMAD
Tanggal 13 Juli 2007 dari Mesjid Baitul Futuh, London UK
Setelah mengucapkan Syahadat, membaca ta’awwuz dan surat Al-Faatihah, Huzuratba bersabda:
Didalam khutbah jumat yang lalu saya tengah membicarakan tentang sifat Allahswt, Al Mu’min. Arti perkataan ini telah dijelaskan oleh berbagai para ahli Lughat dan para ahli Tafsir. Yang ringkasannya adalah bahwa Allahswt dibawah sifat Mu’min-Nya, sebagai Pelimpah Keamanan dan Pemberi kesaksian kepada para Anbiya-Nya, Pemberi Mu’jizat untuk mendukung kebenaran da’wa para Anbiya-Nya itu. Dan apabila manusia beriman kepada para Utusan-Nya itu, Dia memberi perlindungan dan keselamatan kepada mereka dari setiap kejahatan makhluk-Nya. Dan Dia memberi ketenteraman hati kepada mereka baik didalam kehidupan di dunia ini juga maupun di akhirat nanti. Dan Dia menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Dia memasukkan hamba-hamba-Nya kedalam Surga Keridhoan-Nya. Akan tetapi untuk mendapatkan barkat dari sifat Allahswt ini, sebagaimana telah dikatakan, seorang manusia harus berusaha menjadi mu’min yang sungguh-sungguh. Demikianlah Dia berlaku terhadap hamba-hamba-Nya yang mu’min.
Apa syarat-syaratnya bagi seorang manusia untuk menjadi mu’min yang sejati. Tentang ini Allahswt telah menjelaskan berbagai macam keistimewaan orang-orang mu’min dibanyak tempat didalam Kitab Suci Al Quran. Seorang hamba yang mu’min untuk meraih barkat dari sifat Mu’min ini harus berusaha memiliki tingkatan iman yang tinggi dan mengamalkan semua hukum-hukum Tuhan, maka ia akan menjadi mu’min yang sejati dan akan menjadi pewaris daripada barkat-barkat sifat-Nya ini.
Didalam permulaan kitab suci Al Quran juga telah mulai diterangkan siapa yang disebut orang mu’min sejati. Allahswt berfirman :
اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصًّلوةَ وَمِمَّارَزَقْنهُمْ يُنْفِقُوْنَ-وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَااُنْزِلَ اِلَيْكَ
وَمَا اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلاَخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
Artinya : Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, dan tetap mendirikan salat dan membelanjakan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada engkau dan kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada apa-apa yang telah dijanjikan akan datang merekapun yakin.
Ciri khas pertama seorang mu’min adalah beriman kepada yang ghaib. Ciri khas kedua mendirikan shalat, ciri khas ketiga membelanjakan harta dijalan Allah swt, yaitu membelanjakan hartanya sesuai dengan hukum Allahswt. Ciri khas yang keempat beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada Hazrat Rasulullahsaw yaitu syaria’at Allahswt, ciri khas kelima beriman kepada yang diturunkan kepada para Anbiya sebelumnya dan ciri khas yang keenam yakin kepada akhirat, yakni yakin kepada apa-apa yang telah dijanjikan akan datang oleh Allahswt.
Ciri khas yang pertama bagi orang mu’min yaitu iman kepada yang ghaib yakni beriman kepada Allah swt dengan sempurna. Jika ia beriman kepada-Nya dengan benar dan sempurna maka Dia menzahirkan wujud-Nya juga kepadanya. Demikian juga beriman kepada para Malaikat, beriman kepada kehidupan sesudah mati. Itu sebagai contoh tentang iman. Kemudian beriman kepada yang ghaib juga artinya mempertahankan iman dengan sekuat tenaga dalam keadaan dan situasi bagaimana pun juga.
Jika hendak melakukan amal baik jangan bertujuan untuk pamer (show) melainkan bertujuan semata-mata untuk meraih keridhoan Allahswt. Sebab Dia sedang menyaksikan apapun yang sedang dilakukan itu. Jangan sekali-kali berhenti mengamalkan hukum-hukum Allahswt disebabkan takut kepada musuh atau kepada pengaruh jahatnya atau kepada pengaruh jiwa yang serakah. Itulah syarat pertama bagi kokohnya iman.
Untuk menjadi mu’min yang sejati syarat yang ‘am (umum) adalah mendirikan shalat. Mendirikan shalat maksudnya menunaikan shalat dengan konsentrasi yang lurus dan teguh, menjaga shalatnya secara teratur dan dawam. Sebab jika tidak ada kedawaman (ketetapan) didalam shalat, kadang-kadang shalat kadang-kadang tidak atau disebabkan ngantuk sembahyang Isya ditinggalkan langsung tidur. Atau karena tidur sangat pulas bangun kesiangan akhirnya sembahyang fajarpun ditinggalkan. Banyak orang meninggalkan sembahyang fajar jika terlambat bangun, padahal jika sesorang bangun pagi terlambat kesiangan, ia boleh segera mengambil air wudhu lalu kerjakan sembahyang fajar itu diwaktu itu juga. Jika shalat dikerjakan setelah mata hari terbit tentu ia akan merasa malu mengerjakannya sekalipun kepada keluarganya sendiri, atau ia sendiri akan sadar dan menyesali dirinya, mengapa saya sembahyang sangat terlambat. Lalu hari berikutnya ia akan berusaha tidak akan terlambat lagi. Adapun orang-orang yang bekerja disebabkan kesibukan sembahyang zuhur dan asar terlewatkan. Padahal Allahswt berfirman bahwa orang mu’min adalah orang yang tetap mendirikan shalat. Bagaimana mereka tetap mendirikan shalat? Tuhan berfirman :
عَلى صَلوتِهِمْ دَائِمُوْنَ
Artinya: Orang yang selalu tetap mendirikan shalat secara dawaam .
Orang yang teratur mengerjakan shalat, tidak membiarkan shalatnya terbengkalai, ia menjaga shalatnya sebagaimana firman-Nya :
عَلَى صَلوتِهِمْ يُحفِظوُنَ
Artinya : Ia selalu siap menjaga shalatnya .
Orang mu’min menjaga shalatnya lebih dari pada menjaga sesuatu barang yang ia sangat cintai. Sebagaimana seseorang akan menjaga sesuatu barang yang sangat ia cintainya, maka orang mu’min menjaga shalatnya lebih cermat dan waspada dari pada orang yang menjaga barang yang ia cintainya itu. Ia akan merasa sangat gelisah jika shalatnya terlewatkan. Jika keadaan seseorang sudah demikian halnya maka imannya akan menjadi kuat dan tangguh. Ia tidak puas hanya dengan keadaan demikian bahkan firman-Nya :
اِنَّ الصَّلوةَ كَانَتْ عَلى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَّوْقُوْتًا
Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang telah ditetapkan waktunya bagi orang-orang mu’min.
Dan orang mu’mun sejati adalah dia, apabila tidak sempat menunaikan shalat tepat pada waktunya ia merasa sangat gelisah.
Dikatakan bahwa ada seorang bangun terlambat ketika waktu fajar sudah tiba dan shalatnya sudah terlewatkan. Dia begitu gelisahnya sehingga ia menangis tersedu-sedu, seakan-akan mau pingsan. Pada hari berikutnya ketika waktu shalat sudah tiba ia mendengar suara yang membangunkan: Hai Fulan Bangunlah! Cepat kerjakan sembahyang! Lalu ia tanya kearah suara itu datang: Kamu ini siapa? Dia jawab : Aku ini syaitan! Mengapa kamu syaitan membangunkan orang untuk shalat? Syaitan itu menjawab: kemarin kamu menangis tersedu-sedu dan kamu banyak membaca istighfar karena shalat kamu sudah terlewatkan. Allahswt kasihan kepada kamu dan telah memberi pembalasan kepada kamu lebih banyak dari istighfar yang kamu baca. Sedangkan tujuanku yang sebenarnya supaya kamu terlepas dari ganjaran atau pembalasan dari Tuhan. Supaya kamu jangan mendapat banyak ganjaran tanpa mengerjakan shalat, lebih baik akau bangunkan kamu dan kerjakan shalat supaya kamu mendapat ganjaran shalat saja sesuai hukum yang telah ditentukan. Kalau tidak kamu nanti nangis lagi tersedu-sedu dan menerima ganjaran yang lebih banyak lagi tanpa mengerjakan shalat. Jika keadaan demikian lagi maka aku akan gagal dari tujuanku!!
Demikianlah rasa sesal dan gelisah orang mu’min disebabkan terlepasnya mengerjakan shalat. Kemudian bagaimana kelebihan orang mu’min dikala menunaikan shalat? Ia menunaikan shalatnya dengan khusyu’ dan konsentrasi yang dalam. Dan setiap orang mu’min harus memberi perhatian penuh terhadap shalat berjema’ah. Sebab shalat dapat ditegakkan dengan sebaik-baiknya jika dilakukan dengan berjama’ah. Oleh sebab itu sedapat mungkin sembahyang dilaksanakan secara berjama’ah. Didalam hadits dikatakan bahwa ganjaran shalat berjama’ah diberikan Allahswt berlipat ganda sehingga 27 kali lipat.
Ciri kelebihan akhlak orang mu’min adalah bukan hanya dia sendiri giat menunaikan ibadah shalat namun ia mengajak orang lain juga untuk sama-sama menunaikan shalat secara teratur. Nizam Jema’at juga tidak ada bedanya dengan keadaan sebuah keluarga. Didalamnya setiap orang harus memberi perhatian terhadap saudara mu’min lainnya. Apapun yang ia sukai untuk dirinya harus ia sukai juga untuk orang lain. Hal itu sarana yang sangat baik untuk meraih dan memperluas ganjaran dari Allahswt. Akan tetapi harus diingat bahwa jika kita bermaksud mengingatkan saudara mu’min lain untuk menunaikan ibadah shalat, haruslah disertai dengan rasa cinta dan kasih-sayang kepadanya supaya dia tidak merasa malu atau marah. Allahswt berfirman :
وَاْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Artinya : Dan perintahkanlah kaum-kerabatmu untuk mendirikan shalat dan bersitetaplah didalamnya.
Didalam ayat ini selain ibu-bapak, kakak-adik atau saudara lainnya harus saling mengajak untuk menunaikan ibadah shalat, maka para anggota Jema’at juga harus saling mengingatkan dan mengajak saudara Jema’at lain dan juga para pegawai atau petugas Jema’at harus saling mengingatkan dan mengajak menunaikan ibadah shalat kepada para petugas lainnya dengan cara lemah-lembut dan penuh kecintaan. Cara beginilah yang dapat memberi kekuatan dan persatuan terhadap Jema’at orang-orang mu’min. Sebab dengan cara demikianlah hubungan erat antara hamba dengan Allahswt dapat ditegakkan dan kedudukan hamba dengan Tuhan-Nya akan semakin dekat. Dan hubungan ini bukan untuk meraih maksud dan tujuan keduniaan, melainkan maksud utamanya adalah untuk meningkatkan kedudukan rohani orang mu’min dan untuk meraih qurub dengan Allahswt. Maka jika mengingatkan orang lain untuk beribadah dengan tujuan untuk memperoleh maksud seperti ini, maka tentu mereka akan menjadi orang-orang penerima berkat yang tidak terhingga banyaknya dari Allahswt. Dan Jema’atpun akan semakin kokoh-kuat. Akan tetapi Allahswt telah menasehatkan agar diri kalian sendiri juga harus memberi perhatian kepada ibadah shalat itu, karena contoh amal pemberi ingat merupakan syarat yang sangat penting, agar jangan dikatakan kalian hanya pandai mengajak atau menyuruh orang saja padahal diri sendiri tidak melakukannya.
Selain itu ciri khas orang mu’min adalah : وَمِمَّارَزَقْنهُمْ يُنْفِقُوْنَ yakni : dan membelanjakan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka. Yakni membelanjakan sebahagian harta dijalan Allah swt dan membelanjakan sebahagian lagi untuk memenuhi hak-hak sesama manusia juga. Maksud membelanjakan ini bukan hanya membelanjakan harta kekayaan saja akan tetapi membelanjakan kemampuan atau keahlian juga yang telah dianugerahkan Allahswt kepadanya lebih dari pada yang lain dibelanjakan demi kebaikan orang lain. Dan itulah pengkhidmatan yang dilakukan tanpa pamrih yang dapat menjalin hubungan baik antara sesama orang muslim, hubungan yang benar-benar kokoh dan tidak mungkin akan putus. Hal demikian dapat menciptakan kesatuan dan persatuan dan menimbulkan kekuatan dikalangan Jema’at orang-orang mu’min. Jika didalam setiap lapisan masyarakat demi kepentingan umum ramai orang membelanjakan harta kekayaannya dan keahliannya maka akan tercipta sebuah masyarakat yang aman damai dan saling cinta-mencintai serta sayang-menyayangi satu sama lain. Keadaan rumah tangga masyarakat akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih terhormat, suami akan mengayomi isterinya dan sebaliknya isteri akan mengayomi suaminya dengan baik, orangtua akan menggunakan fasilitas dan kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak mereka. Anak-anak setiap waktu akan selalu siap mengkhidmati orangtua mereka, akan mendatangkan faedah bagi kedua orangtua mereka, dan mereka akan selalu memikirkan untuk melakukan pengkhidmatan yang lebih baik terhadap orangtua mereka. Mereka menunaikan hak-hak terhadap tetangga (jiran). Orang-orang miskin akan menggunakan kemampuan mereka untuk kepentingan orang-orang kaya sebaliknya orang-orang kaya akan membelanjakan harta mereka untuk meningkatkan kesejahteraan orang-orang miskin. Hal itu semua dapat dilaksanakan karena kita semua adalah orang-orang mu’min dan hal itu dilaksanakan atas dasar perintah Tuhan. Jika semua orang bekerjasama seperti itu dan membelanjakan harta mereka dan menggunakan keterampilan mereka demi kemajuan Jemaat, maka hasilnya akan nampak sebuah masyarakat orang-orang mu’min yang sangat indah.
Dengan karunia Allahswt didalam Jema’at ini para anggota memberi perhatian sangat baik terhadap pengurbanan. Setiap waktu siap membelanjakan harta mereka dengan lapang dada untuk mencukupi keperluan-keperluan Jema’at. Setiap hari kita menyaksikan keikhlasan hati mereka. Bulan Juni yang lalu adalah penutupan anggaran (budget) tahunan Jemaat. Setiap tahun pada penghujung bulan Juni ini menjadi pikiran Jema’at-Jema’at untuk mencapai target anggaran (budget), bukan hanya dapat mencukupi target bahkan ingin berusaha untuk melampaui target. Maka Allahswt senantiasa membuktikan keinginan keras orang-orang mu’min itu sehingga langkah mereka semakin terus maju. Pada tahun ini dengan karunia Allahswt pengurbanan Jema’at-Jema’at diseluruh dunia mencapai kemajuan lebih banyak dari tahun yang lalu. Banyak Jema’at termasuk Jema’at-jema’at kecil mendapat kemajuan berkali-lipat ganda dari tahun yang sudah lalu.
Di Pakistan juga, sekalipun keadaan ekonomi dan politik disana sangat buruk namun Jema’at disana mendapat kemajuan yang sangat luar biasa didalam pengorbanan mereka. Umpamanya keadaan di Karachi sangat buruk. Pada awal bulan Mei 2007 yang lalu disana terjadi kerusuhan, sehingga hampir setiap hari diterima telepon dan fax dari Amir Sahib Karachi memberitahukan keadaan yang sangat buruk sedangkan penghujung tahun anggaran sudah tiba, penerimaan candah sangat kurang. Namun Allahswt telah menurunkan karunia-Nya kepada mereka. Dan pada umumnya kebiasaan para anggota Jema’at disana membayar tunggakan candah mereka tepat pada bulan penghujung anggaran. Pada Akhir bulan Juni tahun ini keadaan dan situasi di Karachi kembali memburuk dari segi cuaca sehingga terjadi hujan terus-menerus dan sangat deras sehingga terjadi banjir dan mengakibatkan tidak dapat keluar rumah dengan mudah. Hampir setiap hari keadaan sangat susah memikirkan keadaan anggaran yang masih jauh dari pada target. Akan tetapi pada akhir tanggal 30 Juni entah mu’jizat apa yang telah turun sehingga anggaran bukan saja terpenuhi bahkan terlampaui dengan sangat luar biasa. Kejadian seperti ini berlangsung di banyak tempat. Keadaan di Karachi pada waktu itu demikian buruknya sehingga mau keluar rumahpun sangat susah disebabkan hujan dan banjir, namun Allahswt telah menurunkan pertolongan-Nya secara khas sehingga semua keperluan terpenuhi bahkan melampaui target yang luar biasa. Pemandangan seperti itu Allahswt perlihatkan karena Jema’at Hazrat Masih Mau’ud ini, Jema’at orang-orang mu’min yang benar. Setelah menyaksikan keadaan seperti ini keimanan kalian harus semakin kokoh dan semakin giat mengamalkan hukum-hukumTuhan. Supaya kalian secara perorangan maupun secara kelompok menjadi pewaris barkat-barkat dari pada Allahswt.
Sebagaimana telah saya terangkan sebelumnya bahwa bagi seorang mu’min sangat penting sekali beriman kepada ajaran yang telah diturunkan kepada Hazrat Rasulullahsaw. Sangat perlu sekali beriman kepada beliau saw sebagai Khataman Nabiyyin. Dan tetap mempercayai dengan teguh dan yakin bahwa Qur’anul Karim adalah Kitab syari’at yang terakhir. Dan semua hukum-hukumnya adalah untuk kita dan beriman kepadanya, mempelajari serta mengamalkannya sangat penting sekali bagi kita.
Sebagaimana telah difirmankan didalam Kitab Suci Al Qur’an bahwa semua Nabi-Nabi yang datang sebelum Nabi Muhammadsaw adalah benar dan diutus oleh Allahswt kedunia. Sebagian daripada mereka diterangkan didalam Kitab Suci Al Qur’an dan sebagian lagi tidak. Beriman kepada beliau-beliau semua sangat penting dan itulah ciri khas orang-orang mu’min. Dan ini juga sebuah ciri khas Agama Islam bahwa dia telah memeterai kebenaran Nabi-Nabi terdahulu. Dan Rasulullahsaw telah dijadikan sebagai pemberi cap (cop).
Allahswt telah berfirman didalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 120 dan surah Al Fathir ayat 25 sebagai berikut :
اِنَّا اَرْسَلْنَاكَ بِالْـحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا – وَاِنْ مِّنْ اُمَّةٍ اِلاَّ خَلاَ فِيْهَا نَذِيْرٌ
Artinya: Sesungguhnya Kami mengutus engkau dengan hak, pembawa khabar suka dan pemberi ingat (Al Baqarah ayat 120). Dan tiada sesuatu kaumpun melainkan telah diutus kepada mereka seorang pemberi peingatan. (Al Fathir ayat 25)
Setiap kaum telah diberi tahu bahwa kepada mereka telah diutus seorang Rasul. Sedangkan Allahswt telah mengumumkan melalui Rasulullahsaw bahwa Rasul-rasul telah diutus kepada semua kaum. Oleh sebab itu sebuah kaum yang menda’wakan bahwa telah datang seorang Nabi kepada mereka dan namanyapun disebutkan maka beriman kepada Nabi itu sangat penting sekali. Telah diperintah kepada setiap mu’min beriman kepada semua Rasul merupakan syarat untuk menjadi mu’min yang benar.
Dan firman-Nya : Yakinlah kepada akhirat juga . Ini juga satu bagian dari pada iman. Sekarang apa yang dimaksud dengan akhirat itu? Maknanya dapat juga ditujukan kepada waktu setelah Nabi Muhammadsaw seorang Utusan Tuhan sebagai khadim beliau saw akan datang dan juga yakin kepada wahyu yang diturunkan kepadanya. Apabila Imam Mahdi, Masih Mau’ud sudah datang, harus yakin dan beriman kepadanya. Itu juga satu bagian dari iman seorang mu’min.
Akhirat maknanya hari kemudian (kiamat) juga. Akan tetapi makna yang disebutkan sebelumnya lebih tepat dan lebih baik. Ini juga pengertian dari ilmu Al Quran yang dibentangkan oleh Hazrta Masih mau’udas adalah sebagai bukti adanya bimbingan dan petunjuk dari Allahswt kepada beliau dan makna itu telah disampaikan kepada kita. Dan kita semua telah beriman kepadanya. Disini disebutkan bahwa seperti pentingnya beriman kepada para Anbiya sebelumnya dan pentingnya beriman kepada Hazrat Rasulullahsaw demikian juga kalian harus yakin bahwa seorang yang akan dibangkitkan didalam kaum Akhirin sebagai hamba Rasulullahsaw, beriman kepadanya juga sangat penting.
Sebagaimana telah saya terangkan bahwa Hazrat Masih Mau’udas telah menjelaskan sebuah point yang penting, beliau a.s. bersabda : “Pada hari ini timbul pikiran didalam hati saya bahwa beriman kepada wahyu yang ada didalam Al Qur’an dan beriman kepada wahyu yang turun sebelumnya telah disebutkan didalam Al Qur’an. Tetapi beriman kepada wahyu yang turun kepada kami mengapa tidak disebutkan? Ketika perhatian saya sedang tercurah kepada perkara ini, maka tiba-tiba turunlah sebuah ilham kedalam kalbu saya dan Allahswt telah memberitahukan kepada saya didalam ayat dibawah ini telah disebutkan ketiga wahyu itu.
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَااُنْزِلَ اِلَيْك وَمَا اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلاَخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
Dan mereka yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada engkau dan kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada apa-apa yang telah dijanjikan akan datang merekapun yakin.
مَااُنْزِلَ اِلَيْك tentang wahyu Kitab Suci Al Quran, وَمَا اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ wahyu yang turun kepada para Anbiya dimasa lampau sebelum Islam dan اَخِرَةِ maksudnya tiada lain adalah wahyu Masih Mau’udas.
Dan اَخِرَةِ artinya yang akan datang kemudian. Yang akan datang kemudian itu apa maksudnya ? Dari susunan kata-katanya jelaslah bahwa yang dimaksud dengan akhirat itu wahyu yang akan datang (turun) sesudah Wahyu Kitab Suci Al Quran. Sebab, sebelum lafaz ini disebutkan tentang dua macam wahyu. Pertama wahyu yang turun kepada Hazrat Rasulullahsaw, kedua wahyu yang turun kepada para Anbiya sebelum beliau dan ketiga wahyu yang akan datang (akan turun) sesudah Nabi Muhammad saw.
Jadi sebagaimana telah saya jelaskan didalam khutbah Jum’ah yang lalu bahwa kesaksian Hazrat Rasulullahsaw ditujukan kepada orang-orang yang beriman terhadap para Anbiya yang sudah lampau sebelum beliau dan kepada orang-orang beriman kepada Rasulullah saw sendiri dan kepada yang akan datang sesudah beliau saw juga akan beriman. Ayat ini telah menjelaskan perkara yang sebenarnya kepada kita dengan sangat gamblang. Maka setiap Ahmadi yang telah menjadi orang-orang mu’min sejati dan disebabkan telah beriman sepenuhnya kepada perkara ini hendalah menjadi pewaris-pewaris karunia-karunia Allahswt. Setelah beriman kepada amanat ini hendaklah meningkatkan iman dan harus berusaha untuk melaksanakan hukum-hukum Allahswt.
Ciri khas orang mu’min disebutkan didalam Kitab Suci Al Qur’an,
وَلَّذِيْنَ اَمَنُوْا اَشَدُّ حُبًّالِّلَّهِ
Artinya : Dan orang-orang yang beriman lebih kuat kecintaannya kepada Allah.
Jadi ciri khas orang mu’min sejati adalah dia yang setiap sa’at berhubungan dengan satu Zat saja, selayaknya ia harus demikian, kalau tidak ia tidak patut disebut sebagai mu’min sejati.
Seorang mu’min beriman kepada yang ghaib, mengerjakan shalat, memberi pengorbanan, beriman kepada para Anbiya akan mencapai taraf kesempurnaan apabila ia melaksanakan hukum-hukum Allahswt yang telah Dia perintahkan untuk melaksanakannya disertai kecintaan yang dalam kepada Allahswt. Dalam hal ini bagaimana Rasulullahsaw telah meninggalkan contoh-tauladan yang sangat luhur bagi umat beliau sehingga musuhpun menilainya demikian عَشِقَ مُحَمَّدٌ رَبَّهُ Muhammad telah asyiq (tergila-gila) kepada Tuhannya. Dan beliau pun telah mengajar kita untuk berdo’a seperti ini :
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُّحِبُّكَ وَاْلعَمَلَ لَّذِيْ يُبَلِّغُنِىْ حُبَّكَ- اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ
اَحَبَّ اِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَمَالِيْ وَاَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
Wahai Allah! Aku memohon kepada Engkau kecintaan Engkau padaku. Dan kecintaan orang-orang yang mencintai Engkau. Aku memohon taufiq dari pada Engkau untuk melakukan suatu amal yang dapat menyampaikan aku kepada kecintaan Engkau. Wahai Allah!! Tanamkanlah kecintaan didalam hatiku kepada Engkau demikian dalamnya lebih dalam dari kcintaanku pada diriku sendiri, pada hartaku, pada keluargaku dan kepada air minum yang sejuk!!
Demikianlah standar kecintaan seorang mu’min secara khas yang harus diusahakan oleh setiap orang mu’min untuk mencapainya. Tidak ada sesuatu barang dapat diperoleh tanpa seizin Allahswt. Oleh sebab itu mendapatkan kedudukan iman seperti itu setiap orang mu’min harus berusaha untuk sujud meminta pertolongan dari Allahswt.
Selain itu cirri khas orang mu’min telah difirmankan Allahswt didalam surah Al Anfal ayat 3 :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْ بُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اَيَتُهُ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
Artinya: Orang-orang mu’min ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka , dan apabila Ayat-ayat-Nya ditilawatkan kepada mereka , bertambahlah keimanan mereka, dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakal.
Hanya mulut saja menda’wakan diri sebagai mu’min tidaklah cukup. Didalam ayat ini Allahswt mengingatkan bahwa secara khas untuk menjadi seorang mu’min yang sesungguhnya, yaitu didalam hatinya tertanam rasa takut kepada Tuhan. Jika seorang mencintai Allahswt lebih dari pada segala yang lain, seperti telah diterangkan sebelumnya, ia akan merasa takut jika sesuatu disebutkan tentang Kekasihnya dihadapanya lalu dia tidak mempunyai perhatian kepadanya, hal yang tidak mungkin terjadi. Semua hukum-hukum, semua nasihat-nasihat yang datang dari Allah swt atau yang dikirimkan oleh Allahswt mengapa semuanya dilakukan? Tiada lain agar kekasihku tidak marah kepadaku. Maka berdasarkan hal itu semua nasihat yang diberikan kepada orang-orang mu’min harus diamalkan. Dan orang-orang mu’min sejati tentu selalu berusaha mengamalkannya. Tuhan-ku tercinta dan yang Maha Penyayang jangan-sampai marah kepadaku disebabkan akau melanggar hukum-Nya.
Bahagian kedua dari ayat tersebut yaitu وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اَيَتُهُ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا apabila Ayat-ayat-Nya ditilawatkan dihadapan mereka, atau tanda-tanda-Nya diceritakan kepada mereka disebabkan karunia-Nya yang khas telah turun diatas orang-orang mu’min maka hal itu menjadi sarana bagi bertambahnya keimanan mereka.
Hal yang ketiga sebagai ciri khas orang mu’min adalah وَّعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakal. Yakni standar tawakkal orang mu’min semakin bertambah bersamaan dengan bertambahnya iman mereka. Disebabkan perlakuan kasih-sayang Allahswt keimanan dan keyakinan mereka semakin meningkat terus. Bersamaan dengan bertambahnya iman tawakkal mereka terhadap Allahswt juga semakin meningkat dan terus meningkat. Keadaan dunia merekapun bukan semakin mundur dan mereka bukan hanya mengandalkan kepada sarana dunia itu, namun berusaha keras sesuai dengan perintah Allahswt, mereka harus menggunakan sarana-sarana yang ada dan harus rajin serta bekerja keras juga. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka mereka berdo’a dengan khusyu dan semua perkaranya diserahkan kepada Allahswt. Dan setelah mengikat kedua lutut unta mereka tidak tawakkal kepada tambang pengikat itu melainkan ia tawakkal kepada Malik Yang Menguasai segala sesuatu ditangan-Nya,Yang Memberi bimbingan dan petunjuk serta Pelindung baginya. Jadi tawakal-lah yang memberi motivasi keimanan orang mu’min dan itulah sebagai ciri khas mereka.
Ciri khas mu’min dijelaskan lagi oleh Allah swt didalam Al Qur’an surah An-Nur ayat 52 :
اِنَّمَاكَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْا اِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْاسَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya : Sesungguhnya apa yang orang-orang mu’min katakan apabila mereka itu dipanggil kepada Allah dan kepada Rasul-Nya supaya dia menghakimi diantara mereka itu ialah, bahwa mereka hanya berkata : “ Kami dengar dan kami ta’at .” Dan mereka itulah orang-orang yang akan memperoleh kebahagiaan.
Seseorang akan patuh-ta’at secara sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya apabila ia mematuhi semua hukum-hukum yang telah diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tidak cukup hanya dengan mulut mengatakan Kami dengar dan kami ta’at!! Misalnya ada perintah Allah dan Rasul-Nya tentang perkara umum apabila terjadi sebuah pertengkaran dan tidak mau damai maka perintah-Nya ta’atlah kepada Amir-Ku dan Nizam Jemaat-Ku. Mematuhi perintah-Nya ini sangat penting sekali.
Didalam surah An Nisa ayat 66 Allahswt berfirman :
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُوْنَ حَتّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِيْ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّاقَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا
Artinya : Tidak, demi Tuhan engkau, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau sebagai hakim dalam segala perkara yang menjadi perselisihan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati suatu keberatan dalam hati mereka tentang apa yang telah engkau putuskan serta mereka menerima dengan sepenuh penerimaan.
Ayat ini bukan hanya ditujukan kepada Hazrat Rasulullahsaw saja, mula-mula ditujukan kepada beliau kemudian kepada Nizam atau jemaat beliau, ditempat lain Allahswt memerintahkan agar itha’at kepada Amir dan kepada Nizam, itha’at kepada Khilafat diwajibkan kepada setiap mu’min yang bergabung dalam bai’at dan orang-orang beriman, orang-orang mu’min sejati diwajibkan patuh dan tha’at kepadanya. Dan menta’ati dan mematuhi keputusan bukan hanya sekedar menerima tetapi harus dilaksanakan dengan hati terbuka dan gembira. Bukan karena takut kepada hukuman melainkan dengan perasaan penuh ta’at menerima atau melaksanakan keputusan itu. Hal itulah yang bisa memberi kekuatan kepada orang-orang beriman. Maka orang-orang Ahmadi harus ingat bahwa dalam bentuk pertengkaran jangan berpegang kepada keputusan yang telah dirancang sebelumnya didalam benak sendiri, melainkan keputusan apapun yang diberikan oleh Nizam Jema’at tentang pertengkaran pribadi, atau keputusan dari dewan qadha (pengadilan) yang diputuskan setelah melewati bermacam-macam proses, dan sering terjadi Khalifah e waqt juga mendukung keputusan itu. Akan tetapi dengan tegas keputusan itu telah dianggapnya salah. Betul, keputusan boleh saja salah, akan tetapi jangan ragu terhadap niyat orang yang memberi keputusan itu, kalau tidak hal itu akan menimbulkan fitnah (huru-hara). Dan terus-menerus berkata menentang keputusan itu dan mengatakan, sekarang izinkan saya pergi kepengadilan negeri, cara demikian bukanlah ciri khas orang mu’min yang dengan gembira menerima keputusan itu. Jika seseorang memaksa supaya keputusan diberikan untuknya sesuai dengan alasan-alasannya sendiri atau karena catatan yang salahpun telah diberikan keputusan atas namanya sedang pihak kedua disebabkan kebaikannya yang kamil atau karena kurangnya alasan yang diberikan dia menjadi mahrum dari haknya dan telah dirugikan, maka sesuai dengan sabda Rasulullahsaw bagi orang yang merampas hak orang lain dengan memberi keputusan yang tidak tepat, dia telah memasukkan bola api kedalam perutnya. Maka urusannya terletak antara dia dengan Allahswt.
Ciri orang-orang mu’min adalah mereka yang selalu mencegah diri mereka dari setiap fitnah. Bercakap-cakap kesana-kemari sambil memburukkan nama baik Nizam dan mengaku benar menurut pikirannya sendiri menentang orang yang telah dirugikan, dan tetap menganggap dirinya dipihak yang benar. Maka sesungguhnya dia telah membuat dirinya sendiri dan keluarganya juga mahrum (terlepas) dari pada iman.
Maka ketahuilah, ciri khas orang mu’min yang sangat besar adalah patuh-tha’at. Jika untuk menciptakan kedamaian dia harus bertahan menghadapi sedikit kerugian, dia harus lakukan demikian. Dan ketha’atan harus diletakkan diatas segala-galanya dan harus didahulukan dari perkara-perkara yang lainnya. Berusaha keras untuk meraih keridhoan Allahswt, dan tawakkul kepada-Nya, adalah cara yang sangat penting dilakukan untuk mendapatkan banyak sekali karunia dari pada Allahswt. Dengan sarana-sarana itulah Allahswt menurunkan pertolongan-Nya diluar dugaan sehingga mengherankan manusia. Karena itu juga sebuah janji Allahswt.
Allahswt menjelaskan lagi ciri khas orang mu’min didalam surah As Sajadah ayat 16 seperti berikut:
اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاَيَتِنَا اَلَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ
Artinya : Orang-orang yang sungguh-sungguh beriman kepada ayat-ayat Kami hanyalah mereka, yang apabila mereka diperingatkan tentang itu, mereka merebahkan diri bersujud dan bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan mereka tidak berbuat takabbur.
Maka sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa zikir kepada Allahswt dan sungguh-sungguh beriman kepada ayat-ayat-Nya boleh meningkatkan rasa takut kepada-Nya dan memberi dorongan untuk meningkatkan iman. Jadi rasa takut yang dipupuk dengan meningkatkan iman ini dan dengan keinginan hati untuk menjadi orang yang mendapatkan qurub Allahswt, orang-orang mu’min selalu menyibukkan diri bertasbih dan menyanjungkan puji-pujian kepada-Nya, dan mereka sangat menaruh perhatian kepada ibadah. Dan perkara apapun jika disebutkan atas nama Allahswt dan Rasul-Nya, mereka selalu berusaha menta’atinya dan selalu meningkatkan terus keimanan mereka. Semoga Allahswt memberi kemampuan kepada setiap orang Ahmadi untuk memiliki semua ciri-ciri khas orang mu’min seperti itu!!
Hazrat Masih Mau’udas bersabda, definisi orang mu’min adalah dia yang selalu melaksanakan apa yang telah diwajibkan Allahswt untuk mengeluarkan sadaqah atau derma. Dan diwaktu melaksanakan kebaikan atau memberikan sadaqah itu selalu disertai dengan penuh kecintaan tidak disertai perasaan riya (show) melainkan dengan penuh rasa keikhlasan. Dan hal itu bisa menciptakan hubungan yang benar-benar ikhlas dan erat dengan Allahswt, sehingga pada waktu itu Allahswt menjadi lidahnya yang dia gunakan untuk bercakap, Dia menjadi telinganya dengan itu ia mendengar, dan Dia menjadi tangannya yang ia pergunakan untuk bekerja. Pendeknya setiap perbuatannya dan setiap gerak-gerik kesenangannya semuanya menjadi milik Tuhan. Diwaktu itu siapapun yang memusuhinya ia menjadi musuh Tuhan. Kemudian firman-Nya, Aku tidak merasa keberatan dengannya kecuali diwaktu ia mau meninggal dunia.
Didalam Kitab Suci Al Qur’an disebutkan tentang kelebihan orang mu’min diatas orang yang bukan mu’min yaitu, seorang hamba setiap waktu harus rela dengan kehendak atau keputusan Allahswt dan jangan berani melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Siapakah yang punya perasaan hati rendah yang ingin menjadikan Tuhan dibawah kekuasaannya.
Semoga Allahswt memberi taufiq kepada kita semua untuk menjadi penyandang sifat-sifat khusus orang mu’min sejati dengan menjalin hubungan yang ikhlas dan erat dengan Allah swt. Semoga Allah swt senantiasa melangkahkan kaki kita diatas jalan keridhoan-Nya dan semoga Dia selalu menyelimuti kita dengan selimut keridhoan-Nya. Amin!!