Khutbah Jumat: Menjauhi Langkah-langkah Setan

Tim Ahmadiyah.id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.

Ringkasan Khotbah Jumat

Menjauhi Langkah-langkah Setan

oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
20 Mei 2016 di Masjid Nasir, Gothenburg, Swedia

 

 

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ *

صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

 

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah mengikuti jejak langkah setan. Dan barangsiapa mengikuti jejak-jejak setan maka ketahui lah bahwa ia sesungguhnya menyuruh berbuat kekejian dan keburukan. Dan sekiranya tidak ada karunia Allah atasmu, dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorang pun yang suci dari antaramu selama-lamanya. Tetapi Allah mensucikan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (24:22)

Dalam ayat ini dan ayat-ayat lainnya Allah Ta’ala menasehatkan anak Adam (umat manusia) dan orang-orang beriman agar tidak mengikuti jejak langkah Setan dan memperingatkan untuk menyelamatkan diri mereka dari Setan. Perintah ini diberikan karena Setan membangkang terhadap Allah dan memberontak terhadap perintah-perintah-Nya. Hal yang jelas bahwa siapa saja yang membangkang terhadap Allah Ta’ala dan melakukan perbuatan yang bertentangan perintah-perintah-Nya akan mengajarkan hal yang sama kepada orang-orang yang mengikutinya apa-apa yang ia sendiri lakukan. Hasilnya, setan yang merupakan bahan bakar neraka, juga ingin menjadikan para pengikutnya sebagai bahan bakar neraka. Allah Ta’ala dengan jelas mengatakan kepada Setan, “Aku akan memenuhi Neraka dengan para pengikut kalian, tempat tinggal mereka adalah Jahanam.”

Setelah menerangkan semua ini dengan jelas, Allah Ta’ala berfirman, “Apakah manusia masih tidak mengerti bahwa Setan adalah عدو مبين ‘aduwwum mubiin ‘musuh yang nyata’ bagi mereka? Oleh karena itu selamatkanlah diri kalian dari musuh tersebut.”

Ada orang-orang yang tidak perduli dengan agama, mereka pun tidak tahu apa itu neraka dan surga; malah mereka tidak mempercayai keberadaan Tuhan, begitupun mereka tidak paham perkara-perkara agama, dan sama sekali mereka tidak berhasrat untuk memahaminya. Meski ada beberapa orang di negara ini mempelajari Islam, mereka lakukan itu hanya sebagai pengetahuan saja atau cuma untuk memperlihatkan bahwa mereka tahu tentang agama Islam, padahal pengetahuan mereka sangat dangkal dan sebatas teori saja. Beberapa dari mereka membaca Al-Qur’an hanya untuk menemukan kesalahan, mengkritik serta untuk memperoleh informasi tentang Islam dan bukan untuk mempelajari suatu pelajaran dari ajaran tersebut atau untuk memahami kebaikan dari ajaran tersebut. Bahkan mereka tidak berusaha melepaskan diri mereka dari cengkraman setan, begitupun mereka tidak berusaha mencari Allah Ta’ala, dan sama sekali tidak berhasrat untuk mencari-Nya. Orang-orang seperti itulah yang merupakan para pengikut Setan.

Namun, ada juga orang-orang yang setelah menyatakan keimanan mereka dan menyebut diri mereka sendiri orang-orang beriman, tetapi bersamaan dengan itu mereka mengikuti Setan, atau dengan secara tidak sadar melakukan beberapa tindakan yang tergolong mengikuti setan. Hal itu menjadikan mereka tengah mengikuti langkah kaki Setan. Atau itu terjadi karena mereka tidak berupaya sepenuhnya untuk datang kedalam pangkuan Tuhan sebagaimana seharusnya. Untuk alasan inilah Allah Ta’ala, dalam ayat yang saya tilawatkan tersebut, memperingati orang-orang beriman supaya tidak mengikuti jejak langkah Setan.

Orang-orang beriman diperingatkan agar jangan berpikir bahwa karena mereka telah beriman, dan telah menerima Islam, maka mereka terbebas dari serangan setan itu. Begitupun mereka jangan berpikiran tidak perlu risau dari serangan setan dan menjadi pengikut setan. Sama sekali tidak seperti itu. Allah Ta’ala berfirman bahwa walau bagaimanapun juga bahaya dari setan adalah sama. Seorang yang beriman bisa juga masuk kedalam cengkraman Setan seperti halnya orang-orang yang tidak beriman. Oleh karena itu, kewajiban bagi setiap orang beriman untuk senantiasa mengingat Allah yang selalu melindungi mereka dari serangan setan.

Sejak awal, setan sudah meminta izin kepada Allah untuk membuat anak Adam tersesat dari jalan Allah dengan menyatakan bahwa ketika ia diizinkan memperdaya manusia supaya menjadi pengikutnya, maka ia akan duduk di setiap jalan, lalu menjerat mereka dan membuat mereka mengikutinya dengan menggunakan berbagai jalan, dalih dan hujah. Setan mengklaim mayoritas manusia akan mengikutinya. Sekarang kita lihat semua yang terjadi di dunia ini begitu banyak orang yang menyatakan beriman tetapi juga menjadi pengikut setan, padahal Allah Ta’ala telah memperingatinya. Allah Ta’ala berfirman di dalam al-Quran Karim

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ

“Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam…”(Qs. An-Nisa 4:94)

Namun, apa yang terjadi dengan dunia Islam saat ini? Apa itu? Dengan membunuh satu sama lain, mereka tengah mengikuti jejak langkah Setan. Demikian pula, membunuh orang-orang secara bersamaan seperti yang dilakukan sebagai dampak serangan oleh para teroris adalah tindakan Setani. Itu menuntun mereka kepada Jahanam. Tetapi, para pelaku perbuatan mengerikan tersebut melakukan semua itu sebagai akibat dari tipu daya setan dank arena mereka berhasrat secara serakah mendambakan masuk Surga. Setan berkata, “Jika kalian melakukan hal itu, maka kalian akan masuk Surga!” Sedangkan Allah Ta’ala berfirman, “Apabila kalian melakukan hal tersebut maka kalian akan masuk ke Neraka bukan ke Surga, karena kalian tengah mengikuti langkah-langkah Setan.”

Maka dari itu, Allah Ta’ala mengarahkan orang-orang beriman agar setiap saat melihat dan memperhatikan diri mereka sendiri apakah mereka tengah mengikuti langkah-langkah setan atau tidak. Kalian akan sedang mengikuti langkah-langkah Setan dengan mengabaikan perkara-perkara kecil ataupun dengan melakukan dosa-dosa yang besar. Tidak mesti para teroris dan pembunuh saja yang merupakan pengikut Setan, sebagaimana yang telah saya sebutkan sebagai contoh tadi. Melainkan, ketika seseorang mengabaikan satu perintah terkecil saja dari perintah-perintah Allah Ta’ala, maka ia sedang bergerak menjadi pengikut Setan. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dan kewaspadaan penuh sampai batas maksimal dalam hal ini. Artinya, kehati-hatian atau mawas diri itu suatu keharusan untuk menjadi seorang mukmin yang hakiki dan selamat dari serangan setan.

Ketika Setan menyerang dan memperdaya manusia, cara kerjanya tidak dengan mudah manusia pahami. Demikianlah, ketika Setan menjerat manusia dengan membujuk mereka melakukan keburukan, dan menyuruh mereka supaya tidak menaati perintah Allah Ta’ala, ia tidak mengatakan secara langsung supaya manusia tidak patuh kepada Allah dan menjauhi Allah, serta melakukan tindakan kejahatan, namun setan mengarahkan manusia untuk melakukan kejahatan dengan dalih kebaikan. Ketika Setan menuntun Adam agar menjauhi perintah Allah Ta’ala, ia mengatakan pada Adam dengan dalih kebaikan. Ayat yang saya tilawatkan di awal khotbah menerangkan hal ini juga yaitu bagaimana cara kejahatan itu tersebar di masyarakat dan bagaimana sebuah kejahatan menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga mencakup area yang lebih luas kedalam pengaruhnya ketika manusia mengikuti langkah-langkah Setan. Dalam keadaan itu, dengan tetap melangkah dari satu pijakan ke pijakan berikutnya, maka manusia telah menyebarkan keburukan.

Pada awalnya keburukan yang muncul itu amat sangat kecil. Pelaku keburukan menganggapnya enteng kerusakan dan pelanggaran yang disebabkan olehnya atau oleh masyarakatnya, namun [efeknya menjadi nyata] tatkala hal tersebut menyebar ke daerah yang lebih luas, atau orang-orang yang terlibat di dalamnya semakin banyak, atau adanya pembiaran terhadap kejahatan tersebut, atau ketakutan masyarakat untuk menggolongkan tindakan tersebut sebagai sebuah kejahatan, atau mereka bungkam dan tidak bertindak karena merasa rendah diri yang tidak bisa ditampakan dalam pandangan masyarakat. Ada banyak hal yang terjadi di masyarakat seperti ini yang melakukan tindakan tersebut di tengah-tengah masyarakat atas nama kebebasan, dan malah pemerintah menerima mereka meskipun tahu itu hal buruk.

Di tengah-tengah masyarakat [Barat] ini, ambil contoh Pardah/Hijab. Dalam pandangan orang-orang tersebut hal itu termasuk hal yang tidak penting dan mengatakan melaksanakan hijab itu merampas hak-hak kaum perempuan. Banyak di tengah masyarakat ini yang mengatakan banyak hal guna menentang Pardah. Dalam pandangan mereka tindakan seperti itu bukanlah sebuah kejahatan/keburukan. Maka dari itu, mereka mengatakan bahwa perintah berpardah itu suatu hal yang tidak diperlukan lagi. Beberapa gadis menjadi lalai dalam mengenakan Jilbab karena merasa malu/rendah diri dengan apa yang akan orang-orang katakan tentangnya, atau karena teman-teman mereka tidak menyutujui hal itu, atau karena terkadang para siswa dan guru mengolok-olok Jilbabnya.

Setan berkata padanya, “Pardah bukanlah sesuatu yang penting; kesucian kalian tidak akan hilang hanya karena mengabaikan perintah pardah tersebut; demi menghindari kritikan masyarakat, tanggalkanlah Jilbab, kerudung, dan cadar kalian; tidak akan terjadi apa-apa sebab seluruh aktifitas kalian lainnya sudah sesuai dengan Islam.” Namun, seorang gadis atau wanita yang saat itu melepas Jilbab tidak menyadari bahwa berpardah (hijab) adalah sebuah perintah yang sudah disebutkan dalam al-Quran Karim.

Hendaknya dipahami bahwa kehormatan seorang wanita adalah kesopanannya dalam berpakaian. Kesucian seorang wanita adalah menghindari terjadinya hubungan yang tidak dibenarkan dengan laki-laki. Dengan karunia Allah Ta’ala, di tengah-tengah masyarakat ini, ada beberapa gadis Ahmadi yang memberikan jawaban yang efektif atas keberatan orang-orang terhadap Jilbab mereka, bahwa ini adalah perbuatan mereka dan mereka melakukannya karena itu adalah pilihan mereka. [Gadis tersebut berkata], “Mengapa kalian merenggut kebebasan kami dengan mengajukan keberatan atas Jilbab kami; kami juga berhak memakai dan mengenakan pakaian sesuai pilihan yang kami suka.”

Namun demikian ada juga gadis yang meskipun seorang Ahmadi, ia mengatakan, “Mengenakan pardah dan kerudung di tengah-tengah masyarakat seperti ini sangatlah sulit, dan kami sangat malu.” Para orangtua harus juga menanamkan kepada anak-anak gadis mereka dari semenjak kecil bahwa mereka harus malu jika tidak melaksanakan ajaran Islam dan tidak mematuhi perintah Allah Ta’ala.

Begitupun di kalangan anak laki-laki, sebagai dampak pergaulan masyarakatnya yang begitu bebas ada beberapa penyakit yang masuk secara diam-diam dan tatkala mereka ikut terlibat di dalamnya maka keburukan yang lainnya pun mulai menyelinap masuk kedalam dan mereka menjadi tenggelam di dalamnya. Agar selamat dari serangan Setan, penting untuk mendirikan pertahanan sedemikian rupa di rumah, sehingga bukan hanya kita terselamatkan dari setiap jenis serangan Setan namun juga menyiapkan balasan untuk setiap serangan darinya.

Jangan menganggap apa-apa yang terlihat oleh kalian sebagai rasa sayang dari setan itu adalah sebuah kecintaan dan janganlah memasukkannya kedalam kehidupan kalian. Melainkan, setiap Ahmadi harus berusaha masuk kedalam perlindungan Allah Ta’ala dengan memohon perlindungan Allah (Istighfar) sepanjang waktu. Tempat perlindungan yang terbesar dari pengaruh Setan adalah Allah Ta’ala sendiri. Maka dari itu, pada zaman ini di dunia yang penuh kesesatan ini, berupayalah agar selalu berada dibawah perlindungan Allah Ta’ala dengan beristighfar [memohonkan perlindungan Allah]. Mencari perlindungan Allah (Istighfar) merupakan cara untuk berada dibawah naungan Allah.

Tidak ada seseorang yang dengan sengaja mengarahkan diri kedalam sebuah keburukan. Suatu hal yang bertentangan dengan fitrat manusia bahwa seseorang melakukan suatu perbuatan yang dia sadari betul akan menyebabkan kerusakan. Allah begitu jelas menerangkan mengenai kebaikan dan kejahatan kepada orang-orang yang beriman. Kita harus bisa mengidentifikasi [mengenali betul mana itu] kebaikan dan yang mana itu keburukan sebagaimana yang telah dipaparkan dalam ajaran Allah. Kita berusaha untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan.

Setan mengetahui bahwa selama manusia berada dalam perlindungan Allah Ta’ala, ia tidak akan bisa merugikannya. Oleh karena itu, hal pertama yang setan lakukan untuk membuat manusia mengikutinya ialah dengan cara menarik menusia keluar dari perlindungan tersebut. Ia membawa manusia keluar dari benteng yang telah memberinya keamanan lalu menjadikannya pengikutnya. Jelas bahwa untuk membawa manusia keluar dari perlindungan Allah, setan menarik manusia dengan menggunakan bujuk rayu berupa perbuatan baik. Dengan kata lain, tidak mungkin bagi setan untuk mengeluarkan seorang mukmin dari perlindungan Allah kecuali dengan memberikannya godaan berupa amal-amal atas nama kebajikan.

Terkadang atas nama kebaikan, rasa belas kasih kepada manusia dan atas dasar membantu sesama, pria dan wanita saling berkenalan dan akhirnya membawa akibat yang merugikan. Inilah sebabnya mengapa Rasulullah saw melarang laki-laki masuk kedalam rumah wanita yang suaminya tidak ada di rumah. Perintah ini didukung dengan alasan bahwa Setan mengalir di pembuluh darah manusia seperti darah. Dalam perintah yang sama, beliau mengeluarkan prinsip pokok yang mendasar bahwa pria dan wanita tidak boleh berkumpul bersama secara bebas selain dengan mahramnya karena hal tersebut memberikan peluang bagi Setan untuk melakukan pekerjaannya.[1]

Oleh karena itu, perlu secara khusus bagi para Ahmadi untuk berhati-hati bergaul di tengah-tengah masyarakat yang atas nama kebebasan, pertemuan antara laki-laki dan perempuan terjadi begitu bebasnya, dan bersepi-sepi tidak dianggap sebagai sebuah aib. Keburukan tidak hanya dimulai oleh para muda dan mudi yang melanggar pertama kali tersebut, tetapi hal itu pun dilakukan diantara orang-orang yang sudah menikah, yang dalam berkunjung ke rumah-rumah orang [selain mahram] tidak ada hambatan sama sekali, sehingga menyebabkan masalah dan hancurnya rumah tangga. Oleh karena itu, kewajiban kita yang telah Allah Ta’ala karuniai taufik beriman kepada Hadhrat Masih Mau’ud as yang telah menjelaskan hikmah dibalik semua perintah dalam ajaran Islam, untuk bertindak berdasarkan segala perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya saw tanpa adanya keraguan dan keberatan.

Dari sekian keburukan yang ada dewasa ini adalah adanya Televisi dan internet. Anda sekalian dapat mengamati bahwa kebanyakan penghuni rumah mulai dari yang muda sampai yang tua tidak mengerjakan shalat subuh, sebabnya mereka sibuk menonton Televisi atau duduk di depan internet hingga larut dan menonton beberapa program yang hasilnya mereka tidak bisa bangun pagi. Bahkan perhatian dari orang-orang seperti ini untuk bangun Shalat Subuh tidak ada sama sekali. Hal tersebut dan hal-hal yang tidak berfaedah semacam itu telah sedemikian rupa sehingga itu jangan sampai menyia-nyiakan ibadah kalian satu kali pun ataupun dua kali. Namun bagi mereka yang masuk kedalam habitat tersebut, yang rutinitas mereka sehari-hari untuk menonton program-program televisi atau duduk di depan Internet selama berjam-jam hingga larut malam, dan akan sulit bagi mereka untuk bangun shalat subuh sehingga mereka tidak bisa bangun. Bahkan ada yang sedemikian rupa tidak menempatkan shalat sebagai sesuatu yang penting.

Shalat merupakan aspek yang fundamental, pelaksanaannya diwajibkan dalam segala situasi, bahkan dalam keadaan perang, kesusahan maupun dalam keadaan sakit. Entah seseorang melaksanakannya dengan duduk, berbaring atau dalam suasana peperangan maupun perjalanan yang dilaksanakan dengan memperingkas/meng-qashar jumlah rakaatnya, namun shalat harus dikerjakan. Dalam keadaan normal, Allah Ta’ala memerintahkan kaum pria untuk mengerjakan shalat secara berjamaah dan wanita pun diarahkan untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Namun Setan mengalihkan seseorang dari shalat demi sebuah program duniawi dan Internet. Selain itu, Internet telah sedemikian rupa terus-menerus melibatkan seseorang kedalam berbagai macam program dan aplikasi yang digunakan pada ponsel, Iphone maupun Ipad.

Bagaimana caranya setan bekerja menjerumuskan? Pada awalnya program-program bagus yang mereka tonton. Selanjutnya, karena tertarik sedemikian rupa sampai akhirnya segala macam program kotor dan tak bermoral yang merusak akhlak pun ditonton mereka. Di banyak rumah tangga terdapat keresahan bahwa suami tidak memperhatikan hak-hak istri tidak dan hak-hak anaknya pun diabaikan sebabnya ia sibuk menonton program-program yang tidak bermanfaat dan merusak di televisi dan internet semalaman. Akibatnya sang anak melakukan tindakan yang serupa kebiasaan ayahnya yaitu menonton hal yang sama. Maka dari itu, tiap rumah seorang Ahmadi harus bersih dari segala macam penyakit seperti itu.

Betapa hadhrat Rasulullah saw khawatir tentang keselamatan orang-orang beriman dari serangan Setan, dan bagaimana beliau mengajarkan para sahabat beliau doa guna menyalamatkan mereka dari Setan, dan bagaimana beliau mengajarkan doa yang panjang lagi lengkap, sehingga salah seorang sahabat (Abdullah ibn Mas’ud ra) meriwayatkan bahwa beliau saw mengajarkan kami doa ini:

“اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا”.

‘Allahumma allif bayna qulubina washlih dzata baynina, wahdina subulas salami wanajjina minazh dhulumati ilan nur, wa janabnal fawakhisya ma dhoharo minha wa ma bathona wa baroka lana fi asma’ina, wa absharina,
wa qulubina wa azwajina, wa dzurriyatuna, wa tub alaina innaka antat tawwabur rahim, waj’alna syakirina lini’matika, mutsnina biha qabiliha, wa atimmaha alayna.’

“Wahai Allah jadikanlah hati kami rasa kasih, buatlah kami melangkah diatas jalan keselamatan, bawalah kami kepada cahaya yang dapat menyelamatkan kami dari kegelapan, selamatkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji baik yang nyata maupun yang tersembunyi, letakanlah keberkatan pada telinga kami, penglihatan kami, hati kami, istri-istri kami, anak-anak kami dan berpalinglah kepada kami dengan rahmat-Mu. Engkaulah Sang Penerima taubat dan Yang Maha Pengampun. Jadikanlah kami sebagai orang-orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat-Mu, dan yang menghargai serta menerima karunia-Mu. Wahai Allah sempurnakanlah nikmat-Mu kepada kami.” (Sunan Abi Daud, Kitab tentang shalat, bab tasyahud, 580) Jadi, inilah doa yang menahan kita dari hiburan duniawi yang keliru dan yang menyelamatkan kita dari segala macam hal yang sia-sia dan merusak. Doa ini guna menyelamatkan kita dari serangan Setan.

Bahkan hari ini, berbagai macam ketidaksenonohan (ketidaksopanan) terjadi di dunia ini atas nama hiburan. Ketika manusia berdoa bagi keberkatan telinga dan matanya, serta untuk keselamatan dan untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya, dan ketika ia berdoa demi memenuhi hak-hak istrinya, juga demi anak-anaknya agar menjadi qurratu a’yun (penyejuk matanya), maka perhatiannya secara otomatis akan memalingkannya dari hal-hal yang tak bermoral dan yang tak pantas. Dengan cara seperti ini, orang-orang beriman akan menyelamatkan seisi rumahnya dari serangan Setan.

Jadi, pada zaman ini yang kita lalui bukan hanya persoalan di satu negara melainkan kondisi di seluruh dunia. Media komunikasi telah membawa kita dekat satu sama lain, namun sayangnya bukannya lebih dekat kepada kebaikan, malah lebih dekat kepada pengikut setan. Seorang Ahmadi harus secara khusus mengawasi kondisi tersebut. Allah Ta’ala telah menganugerahi kita Muslim Television Ahmadiyya. Dia juga telah memberikan kita website (alislam.org) untuk program keruhanian dan pendidikan Jemaat. Jika kita memberikan sebagian besar perhatian kita terhadap program-program tersebut maka akan membawa kita dekat kepada Allah Ta’ala dan menjadikan kita orang yang terselamatkan dari Setan.

Jika kalian ingin menonton saluran televisi lain untuk hiburan maka berhati-hatilah. Para orang tua harus menjaga diri mereka dan mengawasi anak-anaknya. Tontonlah program yang layak ditonton. Selamatkanlah diri kalian dari apa-apa yang berbau tidak sopan dan cabul. Tontonan-tontonan tersebut hanya menyeret kalian kepada sesuatu yang tak bermoral dan tak pantas, serta menciptakan jarak dengan Allah Ta’ala.

Setiap rumah Ahmadi harus menjadikannya sebagai sebuah keperluan dan keharusan bahwa sekurang-kurangnya satu kali seminggu seisi rumah tersebut harus menonton khotbah Jumat di MTA bersama-sama. Begitupun menonton program MTA lainnya paling sedikit satu jam satu hari. Dengan karunia Allah Ta’ala, rumah-rumah yang melaksanakan hal itu akan nampak seluruh keluarganya cenderung kepada agama. Anak-anak akan belajar tentang agama begitupun para orang tuanya pun mempelajari agama. Siapapun yang melakukan hal tersebut selain memperoleh manfaat keruhanian juga menjauhkannya dari Setan, begitupun perhatiannya akan dialihkan untuk meraih qurub Ilahi, serta kedamaian di rumah tangganya pun akan diperoleh, dan ada keberkatan sebagaimana Rasulullah saw mengajarkan kepada kita doa tersebut.

Seorang ibu menulis surat kepada saya bahwa putra-nya selama tujuh belas tahun berperilaku baik. Ia melaksanakan shalat dan lain sebaginya, tertarik dengan kegiatan-kegiatan di majlis Khuddamul Ahmadiyah. Namun kini setelah dewasa ia memperoleh beberapa kebebasan dengan teman-temannya, dan karena teman-temannya itulah ia jauh dari agama. Memang benar anak laki-laki dapat terpengaruh dengan lingkungannya di usia seperti itu, namun jika orangtua memiliki hubungan persahabatan dengan anak-anaknya maka mereka akan menyadari mana pengaruh yang baik dan yang buruk. Buatlah suasana di dalam rumah yang berorientasikan keagamaan, dan sebagaimana saya katakan, Allah telah berbaik hati kepada kita dengan sarana hiburan yang sama yang menayangkan berbagai sumber mata air untuk tarbiyat (MTA).

Jika semua yang menonton duduk bersama maka akan memperoleh manfaat darinya, dan anak-anak akan merasa lebih baik di rumah, sehingga tidak berani keluar, tidak akan jatuh kedalam tindakan asusila, tidak akan mencari kenyamanan di luar, sebaliknya mereka akan menemukan ketenangan di dalam rumah mereka.Ini juga kewajiban para bapak (orangtua) bahwa mereka menambatkan anak-anak mereka ke masjid, dan mengikutsertakan mereka dalam program organisasi badan Jemaat.

Dalam kesempatan ini saya juga menasehati kepengurusan badan-badan dalam Jemaat dan juga Nizham Jemaat, terutama bagi para pengurus badan-badan karena mereka harus menangani anggota-anggota mereka. Di tiap badan terdapat anggota-anggota dari umur-umur yang telah ditentukan. Mereka (badan-badan) dapat memperhatikan mereka (anggota-anggotanya) dengan jauh lebih mudah: Khuddamul Ahmadiyah harus menangani khuddam. Lajnah Imaillah harus mengurus anggota Lajnah. Terutama penting sekali untuk menangani athfal dan para remaja (khuddam yang masih baru jadi anggota Khuddam); begitu pula Nashirat dan Lajnah yang masih remaja. Ini merupakan tanggung jawab besar para organisasi badan-badan tersebut, yaitu membuat mereka (para anak dan remaja tersebut) memiliki ikatan yang kuat dengan Jemaat. Majelis Khuddamul Ahmadiyah harus membentuk majmu’ah (grup/tim) Khuddam yang tugasnya mempererat para muda tersebut yang mempunyai beragam sikap dan tabiat yang berbeda-beda.

Namun, di berbagai kesempatan banyak sekali keluhan dari para gadis muda bahwa anggota LI yang senior, khususnya dari kalangan pengurus memperlakukan mereka secara keras. Sikap para pengurus terhadap para gadis muda tersebut mendorong mereka untuk jauh dari program organisasi Jemaat, bahkan menjauh dari agama. Telah dimaklumi bahwa mereka bergabung kedalam organisasi Lajnah Imaillah setelah berusia 15 tahun. Ini adalah organisasi yang sama dengan wanita yang sudah dewasa. Tidak ada organisasi lain yang terpisah [bagi wanita Ahmadi 15 tahun keatas]. Maka dari itu, para pengurus harus menjaga sikap mereka supaya mereka dapat menambatkan hati para LI dari kalangan muda itu dengan Masjid, lekatkanlah mereka dengan organisasi badan tersebut dan Jemaat! Jika tidak demikian maka setan yang senantiasa mengamati dan mencari mana orang-orang yang lemah, dan yang memiliki keluhan terhadap salah seorang pengurus, akan menyerang dan membawa mereka kedalam cengkeramannya.

Kita telah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as yang dengan demikian berarti kita sedang berada di dalam pertempuran terakhir dengan setan di zaman ini melalui beliau as. Namun, jika dengan tindakan/kelakuan kita kemudian memberikan kesempatan kepada Setan untuk mencengkeram anak-anak kita kedalam hiburan-hiburan dan permainan – disebabkan perilaku buruk para pengurus, apakah mereka laki-laki atau wanita – , maka para pengurus yang demikian itu, bukanlah para penolong Masih Mau’ud as tetapi para penolong Setan.

Oleh karena itu, setiap pengurus harus berupaya secara khusus bahwa ia harus menyelamatkan dirinya dan juga para anggota Jemaat dari serangan Setan. Jadi, penting untuk dipahami bahwaa Allah telah menganugerahkan karunia-Nya, maka, kita harus meraih keridhaan-Nya. Jadi, semua kewaspadaan dan pemahaman tersebut harus ditanamkan kedalam benak para anak muda bahwa karena karunia Allah Ta’ala, dan belas kasih-Nya kepada mereka-lah, maka Dia menganugerahi mereka kesempatan untuk menerima Ahmadiyah, begitupun mereka yang lahir dari keluarga Ahmadiyah telah diberikan kesempatan untuk menerima Al-Masih yang dijanjikan, yang khabar suka tentang kedatangannya telah disampaikan oleh Hadhrat Rasulullah saw bahwa beliau as akan mengalahkan Setan di zaman ini. Maka dari itu, janganlah menjauhkan diri dari agama dengan alasan dikarenakan sikap perilaku buruk beberapa pengurus atau yang menganggap diri sudah baik atau orang yang lebih tua dari mereka; malahan sebaliknya mereka harus melawan Setan dan menjadi Penolong Al-Masih yang Dijanjikan, dan berdoa kepada Allah Ta’ala untuk hal tersebut.

Allah Ta’ala berfirman, “Aku Sami’ dan ‘Alim, yaitu Aku Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Aku mengetahui seperti apa ketakutan kalian atas serangan Setan. Aku mengetahui bahwa kalian berusaha dan berdoa agar terselamatkan darinya. Oleh karena itu, Aku mendengarkan doa kalian. Kalian harus berdoa dan menjauhi lingkungan yang memunculkan pikiran-pikiran buruk. Doa-doa tersebut akan menyelamatkan diri kalian dari lingkungan yang manusia sering tertipu oleh ucapan Setan. Dan berdoalah supaya kalian senantiasa terselamatkan dari serangan Setan.” Allah berfirman bahwa upaya yang dilakukan dengan niat yang bersih akan diterima oleh Allah dan kalian akan terselamatkan dari Setan.

Begitu pula, mereka yang dipercayai dengan pengkhidmatan agama dan diserahi pekerjaan tarbiyat para anggota Jemaat. Usahakanlah secara khas agar ucapan dan perbuatan mereka selaras dengan ridho Allah. Berdoalah kepada Allah dengan tulus agar Allah tidak membiarkan seseorang pun berada dalam pelukan Setan disebabkan sifat/kelakuan buruk mereka. Jangan sampai dengan sebab apa pun ada anggota Jemaat yang mengikuti Setan/menjauhi Jemaat atau agama. Allah berfirman bahwa doa-doa yang tulus akan didengarkan oleh-Nya, dan Dia akan menuntun kalian serta menyelamatkan kalian dari serangan Setan. Jika tanpa ada pertolongan Allah dan tanpa merendahkan diri di hadapan-Nya tidak mungkin kalian bisa selamat dari serangan Setan. Maka dari itu mohonkanlah pertolongan kepada Allah Ta’ala.

Sebagaimana telah saya katakan Setan berkata kepada Allah Ta’ala, “Jika Engkau tidak mencegahku dengan paksa dan memberiku tangguh, aku akan memperdaya manusia dan akan berupaya semaksimal mungkin dalam urusan ini.” Sejauh manakah usaha yang dilakukan Setan? Jangankan orang-orang beriman kebanyakan, bahkan Setan berupaya mengalahkan para Waliyullah sampai akhir hidup mereka. Inilah upaya Setan bahwa ia akan berusaha menarik manusia kedalam kekuasaannya hingga detik-detik terakhir manusia tersebut.

Seseorang menyebutkan mimpinya ketika berada dalam pertemuan dengan Hadhrat Masih Mau’ud as. Setelah mendengarkan mimpi tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud bersabda, “Mimpi tersebut diakhiri dengan sebuah catatan/hal penting yang menakjubkan, Setan ingin memperdaya manusia melalui beragam perumpamaan namun tampaknya akhir kamu sangat baik karena mimpi ini berakhir pada titik yang baik.” Dalam mimpi tersebut nampak sekali bahwa orang itu diserang oleh Setan namun pada akhirnya ia terselamatkan dari Setan. Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda sering terjadi bahwa apabila manusia mencoba untuk menghindari serangan Setan maka ia diselamatkan hanya melalui karunia Allah Ta’ala. Lalu beliau mengisahkan cerita mengenai seorang Waliyullah yang ketika ia meninggal kata-kata terakhirnya adalah “Belum! Belum!” Ketika Waliyullah ini hampir meninggal apa yang ada di lidahnya? Yaitu kata-kata “Belum! Belum!”

Mendengar hal ini, salah satu pengikutnya begitu cemas dan mulai berdoa siang dan malam, setelah kematiannya ia menangis apa sebabnya orang arif bijaksana tersebut terus menerus mengatakan “Belum! Belum!” Suatu hari ia bermimpi bertemu dengan sang wali. Ia bertanya kepada sang wali mengenai kata-kata terakhirnya, “Mengapa anda mengatakan: ‘Belum! Belum!’?” Sang Wali menjawab Setan menyerang setiap orang pada waktu kematiannya supaya ia bisa merebut cahaya keimanan mereka pada saat-saat terakhir. Ia pun datang kepada saya dengan rutinitas yang sama dan mulai mencoba agar saya mencabut keimanan saya dan berpaling dari agama. Ketika saya tidak membiarkan serangannya berhasil, ia berkata kepada saya “Kamu telah meloloskan diri dari tanganku”. Oleh sebab itu saya berkata: “Belum, Belum, aku belum yakin jika aku selamat darimu sampai aku mati. Kamu mencoba menyesatkanku dan aku berusaha untuk kabur, namun kamu akan terus memperdaya aku selama aku bernafas, oleh karena itu hingga mati aku tidak bisa mengatakan bahwa aku terselamatkan dari kamu.”

Jadi tolok orang bijak tersebutlah yang ditegakkan di hadapan kita. Inilah upaya setan bahwa bagaimanapun juga ia ingin membuat akhir sang wali tersebut menjadi buruk supaya dilemparkannya kedalam api neraka. Maka dari itu, bagi orang-orang beriman kebanyakan hal itu merupakan sebuah keadaan yang begitu menakutkan. Setiap saat kelalaian dapat melemparkannya kedalam cengkraman Setan. Kita harus selalu bertobat dan mohon ampun untuk hal tersebut.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda di tempat lain mengenai upaya Setan dalam melakukan serangan, bahwa Setan mengintai sepanjang waktu untuk menjadikan manusia tersesat dan untuk mencemarkan perbuatan baiknya dengan sedemikian rupa bekerja keras dengan cara apa saja. Bagaimana caranya? Misalnya, jika seseorang sedang melaksanakan Shalat, Setan ingin menyesatkannya dan mencampurkan satu porsi godaan sifat riya (ingin pamer) ke dalam ibadahnya tersebut. (artinya ketika seseorang sedang melaksanakan shalat, yang adalah suatu perbuatan baik, Setan memasukkan kedalam pikiran orang itu pemikiran riya shalatnya tidak lagi murni demi Allah.)

Setan juga ingin melibatkan seseorang yang sedang memimpin shalat/imam shalat dengan godaan yang sama. Namun, kita jangan pernah lalai akan serangan Setan. Serangannya yang jelas terkena kepada para pendosa dan durjana. Orang-orang yang berdosa dan durjana lah yang akan disesatkan, dan diserang secara terang-terangan. Mereka adalah mangsanya. Tetapi, ia pun tidak segan-segan untuk menyerang orang-orang yang bertakwa. Begitu pun ia tidak luput untuk menyerang orang-orang saleh. Ketika ada kesempatan ia menyerang mereka. Orang-orang yang berada dalam naungan rahmat Allah akan menyadari siasat licik dari setan tersebut, mereka berdoa kepada Allah agar senantiasa diselamatkan. Namun orang-orang yang lemah dan masih hijau, terkadang jatuh kedalam genggamannya.” Maka dari itu kita harus senantiasa berdoa dan memohon perlindungan Allah supaya Dia menyelamatkan kita dari setiap kejahatan setan.

Hadhrat Masih Mau’ud as menarik perhatian kita kepada usaha mencari perlindungan Allah dengan bersabda,

“Allah Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa beristighfar untuk memohon perlindungan-Nya, agar kita terlindungi setiap dosa, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui, baik yang berkaitan dengan tangan, kaki, lidah, mata dan telinga, maupun dari segala jenis dosa. Pada masa ini, doanya nabi Adam lah yang harus senantiasa dibaca: رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ‘….. Wahai Tuhan kami! Kami telah berlaku aniaya terhadap diri kami, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihani kami niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.’ (QS. Al-Araf 7:24)”

Kemudian di tempat yang lain beliau memberikan nasehat kepada kita:

“Wahai kalian yang kusayangi, janganlah memandang tidak menghargai terhadap perintah Tuhan! Janganlah sampai racun filsafat modern (kontemporer) bisa memberikan dampak/pengaruh pada kalian. Berjalanlah dibawah perintah-Nya layaknya anak kecil. Tunaikanlah Shalat, tunaikanlah shalat! Sebab, shalat itu merupakan kunci segala kekuatan. Dan saat kalian berdiri shalat, janganlah melaksanakannya sebagai formalitas belaka.

Ketika kalian berwudhu/membersihkan badan lahiriah kalian sebelum shalat, bersihkan pula batin kalian dengan cara yang sama dan juga cuci lah anggota badan kalian dari pikiran selain Allah. Sekiranya kalian mencuci anggota tubuh kalian dengan air, maka basuh pula lah hati kalian dan tubuh kalian dari pikiran selain Tuhan. Berdirilah kalian untuk shalat dengan kondisi kedua-duanya bersih [wudhu lahir dan wudhu batin). Berdoalah dengan sungguh-sungguh dan menangislah, serta tunjukanlah keikhlasan kalian supaya kalian memperoleh rahmat-Nya.

Jujurlah, Jujurlah karena Dia sedang melihat kalian. Senantiasa jujurlah dalam segala hal. Bisa jadi, Allah sedang mengawasi kita, bagaimana hati kita. Dia melihat seperti apa hati kalian. Bisakah manusia menipu-Nya? Dapatkah kecerdikan dan kelicikan bekerja di hadapan-Nya? Seseorang yang paling celaka ialah yang melakukan aktifitas buruknya hingga tingkat menganggap seolah-olah Tuhan itu tidak ada, maka ia dengan segera dibinasakan dan Allah tidak perduli dengannya sama sekali.

Wahai kalian yang kukasihi, Logika yang semata-mata duniawi itu adalah Setan, dan filsafatnya yang kosong itu adalah Iblis yang sangat banyak mengurangi cahaya iman. (pencarian logika dan argument/dalih dalam setiap hal, semuanya merupakan barang-barang setan. Janganlah merasa sudah cukup dengan logika saja. Kalian harus-lah mencari Tuhan.) Itu semua sungguh menghapuskan cahaya keimanan kalian. Jika kalian melangkah hanya pada logika dan filsafat saja maka cahaya keimanan kalian akan pudar. Dan itulah tunas kepongahan. Dan kalian akan lebih dekat kepada atheis. Oleh sebab itu selamatkan lah diri kalian dari hal tersebut. Ciptakanlah hati kalian dengan penuh kerendahan diri, kelemahlembutan dan menerima intruksi tanpa beralasan. Jadilah seseorang yang menerima perintah Allah tanpa berdalih. Layaknya seorang anak kecil yang mematuhi perintah ibunya. Ajaran Islam ingin mengangkat tinggi derajat ketakwaan. Dan menjadikannya selaras dengan diri kalian.”

Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang selamat dari langkah kaki Setan. Orang-orang yang senantiasa bersujud dihadapan-Nya seraya memohon pertolongan-Nya, orang-orang yang mengikuti perintah-perintah-Nya, orang-orang yang mengamalkan ajaran al-Quran. Dan orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah, karena Dia memberikan kita kesempatan untuk beriman kepada seseorang yang telah Dia utus untuk melawan Setan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bisa melaksanakan kewajiban kita berupa janji setia kepada Hadhrat Masih Mau’ud dan berabung dengan orang-orang yang menggagalkan setiap serangan Setan. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukannya.

Penerjemah: Mln. Yusuf Awwab & Dildaar Ahmad Dartono

[1] Mahram artinya orang-orang yang merupakan lawan jenis kita, namun haram (tidak boleh) kita nikahi. Mahram bisa dibagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama, mahram karena pertalian darah misalnya anak, ibu-bapak, keponakan dan seterusnya. Kedua, mahram karena penyusuan (contoh anak yang disusui, ibu yang menyusi waktu kecil). Ketiga, mahram karena pernikahan (contoh menantu, mertua dst). Kata ‘mahram’ dipakai dan bukan ‘muhrim’ sesuai sabda Nabi Muhammad saw [HSR. Imam Bukhari (Fathul Baari IV/172), Muslim (hal. 978) dan Ahmad I/222 dan 246], Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلاَّ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَخْرُجَ فِي جَيْشِ كَذَا وَكَذَا وَامْرَأَتِي تُرِيدُ الْحَجَّ فَقَالَ اخْرُجْ مَعَهَا

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.