Keunikan Al-Quran

Keunikan Al-Quran

Kitab Suci Al-Quran tidak saja tanpa banding dalam keindahan komposisinya tetapi juga tanpa banding dalam segala keluhuran isinya. Hal ini merupakan suatu kenyataan karena apa pun yang datang dari Allah Yang Maha Kuasa tidak hanya bersifat unik dalam satu bidang saja, melainkan dalam keseluruhannya. Mereka yang menyangkal Al-Quran sebagai kebenaran dan wawasan yang bersifat komprehensif, sebenarnya tidak menghargai Kitab itu sebagaimana mestinya. Salah satu tanda guna mengenali Firman Tuhan yang benar dan suci adalah keunikan dalam sifatnya karena kami mengamati bahwa apa pun yang berasal dari Allah Yang Maha Agung selalu bersifat unik dan tanpa banding serta tidak bisa dipadani oleh manusia, meski pun hanya tentang sebutir biji gandum sekali pun.”

“Keadaan tanpa banding juga mengandung arti tanpa batas. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan tanpa banding hanya jika keajaiban dan sifat-sifatnya itu bersifat tanpa batas. Sebagaimana dikemukakan di atas, karakteristik seperti itu akan ditemui dalam segala hal yang diciptakan Allah s.w.t. Sebagai contoh, misalnya pun manusia meneliti keajaiban selembar daun dari sebuah pohon selama seribu tahun, namun waktu itu akan berlalu sedangkan keajaiban dari daun tersebut akan selalu ada yang baru. Sesuatu yang mewujud melalui kekuasaan tak terbatas, dengan sendirinya akan berisi keajaiban dan sifat-sifat yang juga tidak ada batasnya. Ayat yang menyatakan:

قُل لَو كانَ البَحرُ مِدادًا لِكَلِماتِ رَبّي لَنَفِدَ البَحرُ قَبلَ أَن تَنفَدَ كَلِماتُ رَبّي وَلَو جِئنا بِمِثلِهِ مَدَدًا

 ‘Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan tambahan”’ (QS.18 Al-Kahf:110)

mendukung pendapat tersebut karena sesungguhnya seluruh ciptaan ini adalah Firman-firman Tuhan.”

“Ayat itu mengandung arti bahwa sifat-sifat dari semua ciptaan tersebut adalah tanpa batas dan tanpa akhir. Kalau semua benda ciptaan Tuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas dan tanpa akhir serta mengandung keajaiban dan mukjizat yang tidak terhitung, lalu bagaimana mungkin Kitab Suci Al-Quran yang merupakan Firman Suci dari Allah Yang Maha Kuasa dibatasi hanya dalam beberapa pengertian sebagaimana diuraikan dalam empat puluh, lima puluh atau seribu kitab tafsir, atau juga bisa selesai disampaikan oleh Junjungan dan Penghulu kita Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dalam kurun waktu yang demikian terbatas? Jika ada yang menganggapnya demikian, sama saja sepertinya sudah mendekati kekafiran.”

“Memang benar bahwa apa yang telah dikemukakan oleh Yang Mulia Rasulullah s.a.w. sebagai penafsiran dari Al-Quran adalah betul adanya, namun tidak berarti bahwa Al-Quran tidak lagi memiliki wawasan di luar dari yang telah disampaikan beliau. Ungkapan para lawan kita mengenai hal ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mengimani ketidak-terbatasan keagungan dan sifat-sifat dari Al-Quran. Ucapan mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran diwahyukan bagi mereka yang tidak terpelajar atau buta huruf, lebih menegaskan lagi bahwa mereka itu sesungguhnya luput dari pengenalan Nur Al-Quran karena mereka melupakan bahwa Yang Mulia Rasulullah s.a.w. tidak saja diutus bagi mereka yang bodoh, tetapi juga bagi segenap manusia dari segala tingkatan. Allah s.w.t. telah berfirman:

يا أَيُّهَا النّاسُ إِنّي رَسولُ اللَّهِ إِلَيكُم جَميعًا

‘Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul kepada kamu sekalian”’ (QS.7 Al-Araf:159)

“Ayat ini menunjukkan bahwa Kitab Suci Al-Quran diwahyukan bagi semua tingkatan. Ayat yang menyatakan:

 وَلٰكِن رَسولَ اللَّهِ وَخاتَمَ النَّبِيّينَ ۗ

‘Tetapi ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi’ (QS.33 Al- Ahzab:41)

juga mensiratkan hal tersebut.”

“Anggapan yang menyatakan bahwa tafsir Al-Quran tidak bisa melampaui sebatas apa yang telah disampaikan oleh Yang Mulia Rasulullah s.a.w. jelas adalah suatu pandangan yang salah. Kami telah menegaskan argumentasi mengenai hal ini secara konklusif dan pasti bahwa sepatutnyalah yang namanya Firman dari Allah Yang Maha Kuasa mempunyai sifat yang tidak terbatas dan tanpa tandingan dalam keajaiban dan mukjizat yang dikandungnya. Jika ada dari antara mereka yang merasa berkeberatan dan mengatakan bahwa jika Kitab Suci Al-Quran memang demikian banyak mukjizat dan sifatnya, lalu mengapa umat terdahulu oleh Allah s.w.t. tidak diberikan kemaslahatan pengetahuan mengenai hal itu, maka jawabannya adalah bahwa mereka itu bukannya tidak memperoleh manfaat dari mukjizat-mukjizat Al-Quran, tetapi sesungguhnya mereka itu memperoleh pengetahuan sampai dengan apa yang menurut Tuhan cukup bagi mereka, sedangkan apa yang dibukakan pada masa kini adalah untuk kemaslahatan manusia sekarang ini.”

“Segala hal yang menjadi dasar keimanan, yang melalui penghayatan dan pengamalannya seseorang disebut Muslim, telah dinyatakan secara tegas di setiap zaman. Aku sendiri tidak habis pikir, dari manakah para ulama atau maulvi yang jahil itu mendapat kesimpulan kalau Allah s.w.t. terikat oleh ketentuan bahwa segala rahmat dan berkat-Nya yang akan diwujudkan di masa depan harus dibuktikan bahwa hal itu telah pernah ada di masa lalu.”

(Karamatus Sadiqin, Ruhani Khazain, vol. 7, hal. 60-62, London, 1984)


 [box icon=”info”]Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 458-461, ISBN 185372-765-2[/box]

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.