Khotbah Jumat 2004-01-09 Perjanjian Waqfi Jadid Pengorbanan Para Sahabat dan 10 Tahun MTA

Tim Ahmadiyah.Id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz pada 9 Januari 2004 di Baitul Futuh, London

“Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah”

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم

]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ، آمين

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Gerakan Waqfi Jadid merupakan sebuah gerakan dari dua gerakan-gerakan besar yang dimulai oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra.. Tahun (baru) Waqfi Jadid mulai dari tanggal satu Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Dalam khutbah sesudah tanggal 31 Desember pada umumnya diumumkan tahun baru Waqfi Jadid dan dalam khutbah Jumaah disampaikan mengenai pengorbanan-pengorbanan harta yang pada umumnya Jemaat telah persembahkan sepanjang tahun.

Pada tahun 1957 gerakan yang telah dimulai oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. ini sebagian besar hubungannya sampai beberapa lama adalah dengan Jemaat-jemaat/cabang-cabang Jemaat di Pakistan atau di Hindustan (India). Pada tahun 1985 Hadhrat Khalifatul-Masih IV rahiymahullaahu ta’ala telah meneruskannya atau membukanya untuk seluruh dunia. Dan Jemaat-jemaat di luar Pakistan pun sesudah itu mulai ikut berpartisipasi dengan sangat antusias dan memberikan pengurbanan-pengurbanan.

Sebelum Jumaah hari ini, ada satu Jumaah di dalam bulan ini yang telah berlalu, tetapi berhubung dari berbagai negara laporan-laporan dipastikan akan tiba dan supaya pemeriksaan [Waqfi Jadid] dapat disuguhkan (dikemukakan/dipaparkan), karena itu pada Jumaah yang lalu pemeriksaan [jumlah uang] itu tidak diumumkan, hari ini – insya Allah – akan diumumkan. Akan tetapi sebelum menyajikan pemeriksaan dan mengumumkan ini saya akan menyampaikan berkaitan dengan pengorbanan-pengorbanan harta.

Manfaat besar Pengorbanan Harta Di Jalan Allah

Dalam ayat yang saya bacakan tadi Allah berfirman: “Kalian sama sekali tidak akan mendapatkan kebaikan sebelum kalian membelanjakan sebahagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian belanjakan/nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

Hadhrat Khalifatul-Masih awal menerangkan tafsirnya seraya bersabda:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Di dalam Al-Quran, dalam surah Al-Baqarah dimana mulai ruku’ pertama, disana berkaitan dengan orang yang muttaqi Allah berfirman وَمِمَّارَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ yakni apa saja yang Allah anugerahkan mereka membelanjakan dari itu. Ini merupakan keterangan dalam ruku’ pertama. Kemudian dalam surah inilah di beberapa tempat terdapat penekanan yang sangat tegas mengenai membelanjakan harta di jalan Allah… [Berfirman], “Jadi kalian tidak akan dapat meraih kebaikan hakiki sebelum kalian membelanjakan dari harta kalian”. Menurut hemat saya arti مِمَّاتُحِبُّونَ (dari apa yang kalian cintai) adalah harta, sebab Allah berfirman وَاِنَّهُ لِحُبٌ الْخَيْرلشَدِيدٌ Al-‘Adiyaat 9, yakni manusia sangat mencintai harta. Jadi untuk meraih kebaikan hakiki perlu terus membelanjakan barang yang dicintai dari hartanya”. Lampiran Surat Kabar Badar Qadian 1 dan 8 Juli 1909 dengan rujukan Haqaaiqul-Furqan jilid 1 hlm.500-501

Ada sebuah riwayat dari Hadhrat Hasan ra.. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. dengan mengutip firman Tuhannya bersabda bahwa, “Allah Swt. berfirman: Wahai anak cucu Adam, raihlah ketenteraman dengan menyimpan harta kalian di sisi-Ku, yang di mana tidak akan ada bahaya terbakar api, tidak akan ada bahaya tenggelam dalam air dan tidak akan ada kekhawatiran akan kecurian oleh pencuri. Khazanah yang disimpan disisi- Ku, Aku akan berikan sepenuhnya kepada kalian, pada hari tatkala kalian merupakan orang yang paling memerlukan itu”. Thabrani.

Perhatikanlah, betapa murahnya jual-beli ini. Hari ini [jika] seperti itu ada yang terfikir mengumpulkan harta, ada kesadaran/gairat maka orang itu adalah hanya orang Ahmadi. Dialah yang memahami وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (Al-Baqarah 272), yakni Allah berfirman bahwa betapa (bagaimana) cara Allah memberikan metode penganugerahan bahwa “Harta baik manapun yang kalian belanjakan Dia akan mengembalikan sepenuhnya secara utuh kepada kalian”. Bahkan di tempat lain Dia berfirman bahwa “Akan dikembalikan setelah melipat gandakan beberapa kali lipat kepada kalian. Kalian menyangka bahwa itu tidak diketahui apakah ganjarannya dapat diperoleh ataukah tidak dapat diperoleh”. Berfirman, “Sebagai gantinya kalian pasti akan dapatkan, bahkan kalian akan mendapatkannya pada saat kalian sendiri yang paling besar kepentingan terhadap benda itu, kalian akan menjadi orang yang paling perlu itu. Oleh karena itu buanglah keraguan dari dalam hati kalian bahwa kezaliman (keaniayaan) akan terjadi pada diri kalian. Sama sekali tidak akan ada keaniayaan pada diri kalian”.

Di dunia, orang-orang takut menyimpan uang. Di bank juga orang-orang menyimpan, tetapi terus berpikir bahwa “jangan-jangan terjadi perubahan dalam kebijakan perbankkan, sehingga keuntungan saya juga akan menjadi berkurang”. Dan terkadang terdapat uang dalam jumlah banyak, kemudian timbul kekhawatiran “jangan-jangan mulai terjadi penyelidikan darimana uang ini didapatkan?” Karena itu kekhawatiran dan ketakutan senantiasa menghantui, setiap saat senantiasa timbul kekhawatiran karena uang-uang ini bukanlah uang-uang bersih, orang-orang yang mabuk akan dunia bukan merupakan uang yang bersih melainkan merupakan uang/harta yang didapat dengan cara yang tidak benar. Jika menyimpan di rumah maka timbul kekhawatiran jangan-jangan dibawa pergi oleh pencuri dan terjadi perampokan. Kemudian terdapat sejumlah orang meminjamkan uang riba. Memberikan utang riba beberapa ratus rupis (jutaan), tetap tidak tenteram. Di Sind, berkenaan dengan orang seperti itu seorang memberitahukan kepada saya bahwa orang-orang miskin, orang-orang lapar yang dilanda kelaparan akibat musim pacikelik. Orang-orang – kasihan – mereka datang membawa perhiasan, membawa emas dan lain-lain [untuk digadaikan/sebagai jaminan pinjaman] mereka mengambil uang dari orang-orang yang memberikan uang bunga/renten seperti itu untuk memenuhi keperluan makan-minum mereka, dan bunga uang sedemikian rupa banyaknya sehingga mereka tidak dapat mengembalikan utang, sebab membayar bunga sendiri sangat sulit, karena bunga demi bunga terus menumpuk. Maka seperti (dengan cara) emas itulah atau perhiasan itu menjadi milik orang yang memberi piutang.

Jadi seperti itulah ada seorang pemberi piutang riba/uang renten yang merasa khawatir bahwa dia tidak akan menyimpannya di bank, lalu di rumahnyalah, di kamarnya sendiri dia menggali lubang dan di situlah dia menyimpan brankas/kotak, yang mana semuanya dia simpan di sana, sehingga sampai empat puluh lima kilogram emas terkumpul, dan dia selalu tidur di atas tempat tidur yang senantiasa dia bentangkan di atasnya, karena khawatir akan bahaya jangan-jangan ada yang mengambilnya.

Bagaimana bisa tidur? Sebab tempat tidur terletak di atas emas. Akhirnya sepanjang malam dia terus jaga, tidak bisa tidur. Dalam kekhawatiran seperti itulah dia terkena serangan jantung lalu mati. Jadi harta itu untuknya sama sekali tidak berguna/tidak mendatangkan manfaat.

Nah di alam ukhrawi (akhirat) apa gerangan sikap Tuhan terhadap orang seperti itu, hanya Allah yang Maha mengetahui. Walhasil untuk orang-orang seperti itu Allah tidak memberikan jaminan, sementara bagi mereka yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah terdapat jaminan Allah karena apa yang kalian (manusia) ketahui apa-apa amal-amal yang di dalamnya kalian terlibat, apa-apa kesalahan-kesalahan serta kekurangan-kekurangan yang akan terjadi pada diri kalian. Akan tetapi jika kalian dengan niat yang tulus akan membelanjakan di jalan Allah maka ini merupakan sebuah jaminan bahwa apapun kekurangan yang terjadi dalam timbangan amal kalian yang mungkin kalian telah membelanjakan di jalan Allah maka tidak akan mungkin kalian akan diperlakukan dengan aniaya, bahkan pada waktu itu, serupa itulah kekurangan-kekurangan itu akan dipenuhi dan tidak akan ada keaniayaan.

Naungan Harta Yang Bersih

Dalam pertalian ini terdapat sebuah riwayat. Hadhrat Aqbah bin Amir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari Qiamat sampai pada saat selesai pemeriksaan perhitungan catatan amal, orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan tetap berada di bawah naungan hartanya yang telah mereka belanjakan”. Musnad Ahmad bin Hanbal.

Tetapi syaratnya adalah harta yang dibelanjakan itu merupakan harta yang bersih, dari penghasilan mata pencaharian yang bersih. Sebab, jika ingin meraih ganjaran dari singgasana Tuhan yang sedemikian rupa (banyak) dan ingin tinggal di bawah naungan bayangan hartanya maka terhadap kekotoran Tuhan tidak akan menganugerahi ganjaran yang tinggi sedemikian rupa. Dan bagi mereka yang memiliki harta yang kotor, orang seperti itu bukanlah orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah andaikata mereka sekalipun membelanjakannya.

Jika ada 100.000 ribu rupees di kantongnya lalu mengeluarkan 1 rupee sekali pun untuk diberikan maka dia akan memberitahukan kepada 100 orang bahwa “saya dia telah melakukan kebaikan ini”. Akan tetapi orang-orang yang saleh, orang yang memiliki rasa simpati terhadap agama, yang mata pencahariannya bersih dan mereka membelanjakan harta di jalan Allah dan berupa bahwa jangan sampai terdengar oleh siapapun maka Allah pun sangat menghargainya sebagaimana tertera dalam hadits.

Bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah ra. [bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membelanjakan sebiji kurma sekalipun dari penghasilannya yang bersih di jalan Allah dari penghasilannya yang bersih – dan Allah hanya mengabulkan sesuatu yang besih -maka Allah akan menerima kurma itu dengan tangan kanan-Nya, dan Dia akan terus memperbesarkannya (melimpah-ruahkannya) sehingga itu akan menjadi sebuah gunung besar. Sebagaimana seorang di antara kamu memelihara seekor anak sapi maka kalian memeliharanya sehingga itu menjadi seekor hewan yang besar”. Bukhari Kitabu-zzakat.

Dewasa ini, di dalam Jemaat, banyak sekali orang-orang yang memberikan kesaksian akan hlm. itu bahwa sesepuh-sesepuh (para pendahulu) mereka yang dengan bersusah-payah memberikan pengorbanan dari penghasilannya yang bersih maka Allah telah menganugerahi keberkatan yang tidak terhingga pada jiwa dan harta keturunan-keturunan mereka.

Pengorbanan Para Sahabah Rasulullah Saw.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Abu Bakar Shiddiq ra. berkata bahwa: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda di mimbar mesjid, “Hai orang-orang (manusia), hindarkanlah diri kalian dari api neraka jahannam meskipun kalian memiliki setengah biji kurma sekalipun, berilah/sedekahkanlah itu supaya kalian dapat selamat dari api neraka jahannam”. Oleh karena membelanjakan harta di jalan Allah memperbaiki kekejian manusia, menghindarkan dari kematian yang buruk dan memenuhi perut orang yang lapar.” Targib dengan referensi/rujukan Abu Wabzar.

Nah, akibat pengurbanan yang telah dilakukan karena Allah di dunia ini Allah melindungi orang itu menjadi tersesat dari jalan yang lurus dan dengan karunia Allah orang-orang semacam itu mereka terlibat dalam amal-amal yang hasil akhirnya pun baik.

Hadhrat Ibni Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah seyogianya menaruh rasa iri kepada siapapun kecuali kepada dua orang. Pertama terhadap orang yang Allah anugerahkan harta kemudian dia membelanjakannya di jalan kebenaran. Kedua adalah terhadap orang yang Allah anugerahkan pemahaman, kearifan, ilmu dan hikmat yang dengan pertolongan itu dia memberikan keputusan pada orang-orang dan dia juga mengajarkan kepada orang-orang”. Bukhari kitabuzzakat infaqulmaal fi haqqihi.

Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abdullah bin bin Al-As bahwa: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: الشخ – ssyukhkhu, yakni hindarilah bakhil/kikir, sebab bakhil (kikir) inilah yang telah menghancurkan bangsa-banga di masa lampau”. Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 3 hlm. 159 cetakan Bairut.

Alhamdulillaah, dewasa ini di dalam Jemaat kita dapatkan ratusan ribu orang-orang serupa itu, yang mana kikir jelas merupakan perkara yang sama sekali terpisah, bahkan dengan menimpakan kesusahan pada diri mereka pun mereka membelanjakan harta di jalan Allah. Dan mereka sama sekali tidak pernah membiarkan kebakhilan menyelimuti mereka.

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Saya benar-benar meyakini bahwa bakhil (kikir) dan iman tidak dapat menyatu dalam suatu hati. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dengan hati yang tulus dan dia menganggap hartanya tidak hanya apa yang ada di dalam brankasnya/kantongnya, bahkan segenap khazanah-khazanah Tuhan dia anggap sebagai khazanah-khazanahnya dan menahan jauh dari dirinya (yakni kekikiran jauh dari dirinya) sebagaimana kegelapan jauh dari cahaya”. Tabligh Risalat jilid 10 hlm.55.

Kemudian bersabda: “Ummat seharusnya melakukan pengkhidmatan untuk Jemaat ini. Janganlah seyogianya terdapat kekurangan dari segi harta dalam melaksanakan pengkhidmatan. Lihatlah, di dunia tidak ada Jemaat yang dapat bergerak tanpa candah (iuran). Pada zaman Rasulullah saw., Hadhrat Musa as. Hadhrat Isa as. dan dalam zaman segenap Rasul dikumpulkan candah. Jadi warga Jemaat kitapun perlu perhatian terhadap perkara ini. Jika orang-orang ini setahun penuh dapat berikan uang sekali pun hanya 1 sen dengan teratur maka bisa menjadi sangat banyak jumlahnya. Ya, jika dia tidak dapat memberikan 1 sen sekalipun maka apa perlunya dia tinggal (berada) dalam Jemaat ini?“ Malfuzhat jilid 3 hlm. 358 –359 Cetakan Baru.

Tertera dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Mas’ud Ansari ra. bahwa: Apabila Rasulullah saw. menghimbau untuk memberikan sedekah maka di antara kami ada yang pergi ke pasar lalu di sana mereka berburuh (menjadi buruh), bekerja keras dan sebagai upahnya mereka mendapatkan seliter gandum dll maka dari itu mereka memberikan sedekah, dan kini kondisi mereka sebagian dari antara mereka memiliki harta beratus-ratus ribu dirham”. Bukhari Kitabulijarah bab “upah yang didapatkannya karena memikul lalu dia sedekahkan”.

Pengorbanan Para Sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as.

Dalam meniru sunah ini pun dewasa ini dalam Jemaat di dapatkan misal-misal (contoh-contoh) di mana para wanita dengan menjahit atau dengan menjual telur ayam tanpa menggunakan untuk dirinya mereka ikut dalam gerakan yang dihimbau oleh Khalifah. Dan dengan cara itu pun nubuatan [bahwa orang-orang akhirin] berjumpa dengan orang-orang awwalun pun mereka sempurnakan.

Peristiwa Hadhrat Khalifah awwal ra. yang Hadhrat Masih Mau’ud as. tulis dalam kaitan dengan beliau, tetapi setiap kali membacanya timbul rasa segar dalam iman dan timbul suatu ruh baru dalam pengorbanan. Beliau bersabda: “Jika saya mengijinkan maka dia (Mln. Nuruddin) setelah mengorbankan segala suatunya di jalan ini lalu seperti persaudaraan (kesetiaan) ruhaninya tinggal secara jasmani dan setiap saat menunaikan hak tinggal dalam pergaulan persaudaranpun, jika diizinkan akan dia lakukan. Beberapa baris sejumlah surat-suratnya sebagai contoh saya akan bacakan di hadapan para pendengar:

“Saya siap dikurbankan (berkurban) di jalan Tuan. Apapun milik saya itu bukanlah milik saya, tetapi milik Tuan. Saya katakan dengan sejujur-jujurnya bahwa andaikata semua harta saya dibelanjakan untuk penyebaran agama maka saya [mengganggap] telah mencapai cita-cita saya. Jika para pembeli Barahin Ahmadiyah resah akibat terhentinya penerbitan buku Barahin Ahmadiyah maka izinkanlah saya melakukan pengkhidmatan yang kecil/rendah ini, yakni semua harga yang mereka bayar itu saya kembalikan dengan uang saya sendiri.

Guruku/majikanku, dengan dipenuhi rasa malu serta rendah hati saya mohon bahwa jika [permintaan ini] diterima maka ini merupakan keberuntungan saya. Saya berkeinginan bahwa semua biaya penerbitan buku Barahin Ahmadiyah dibebankan kepada saya. Kemudian seberapa pun pembayaran harga yang diterima maka itu gunakanlah untuk keperluan-keperluan Tuan. Saya terhadap Tuan adalah sama seperti [sikap] Hadhrat Umar Faruq ra. dan segala-galanya saya siap kurbankan di jalan ini. Doakanlah supaya wafat (kematian) saya seperti kewafatan orang-orang yang saleh.“ Fatah Islam; Ruhani K Khazain jilid 3 hlm. 25-26. Yakni uang pun beliau berikan lalu bersabda bahwa “sesudahnya apa pun penghasilan/pemasukan yang ada itupun dibelanjakan untuk melanjutkan pekerjaan itu”.

Kemudian terdapat pula sebuah peristiwa pengurbanan Hadhrat Munsyi Zafar Ahmad. Beliau menerangkan bahwa: Pada suatu saat di zaman permulaan, Hadhrat Masih Mau’ud as. memerlukan 60 rupees untuk suatu penerbitan pamplet/brosur tabligh penting di Ludhianah. Pada saat itu tidak tersedia uang sejumlah itu pada Hadhrat Masih Mau’ud as. dan keperluanpun sangat mendesak. Munsyi Sahib berkata: Saya pada saat itu datang sendiri ke Ludhiana kepada Hadhrat Sahib. Hadhrat Sahib memanggil saya seraya bersabda: “Pada saat ini kita dihadapkan pada keperluan yang sangat penting. Apakah Jemaat Tuan akan dapat menyiapkan uang itu?” Saya katakan bahwa – insya Allah – itu akan dapat dilakukan. Dan saya pergi akan kemudian datang dengan membawa uangnya. Maka saya dengan segera pergi ke Kapurtala. Dan tanpa menyebutkan (memberitahukan) kepada seorangpun dari anggota Jemaat Kapurtala saya mendapatkan 60 rupees dengan menjual perhiasan istri saya. Saya lalu membawa uang itu kapada Hadhrat Sahib. Hadhrat Sahib sangat gembira dan beliau – [karena Hudhur menganggap bahwa uang itu dikumpulkan oleh Jemaat Kapurtala] – mendoakan untuk Jemaat Kapurtala.

Beberapa hari kemudian Munsyi Arura Sahib [yakni salah seorang anggota Jemaat Kapurtala] juga pergi ke Ludhiana maka Hadhrat Masih Mau’ud dengan nada penuh gembira menyambutnya sambil bersabda, “Munsyi Sahib, Jemaat Tuan telah memberikan bantuan pada saat uang itu sangat diperlukan.” Munsyi (Arura) Sahib dengan nada heran bertanya,

“Hadhrat (hadhur), bantuan yang mana? Saya tidak mengetahui apa-apa” Hadhrat Sahib bersabda: “Itu yang Munsyi Zafar Ahmad Sahib bawa dari Kapurtala sebanyak 60 rupee”. Munsyi Sahib berkata, “Hadhrat (Hadhur), Munsyi Zafar Ahmad tidak memberitahukan (menyinggung) itu kepada saya dan tidak pula dia menyebutnya kepada anggota Jemaat. Dan saya akan menanyakan kepadanya bahwa kenapa dia tidak memberitahukan kepada kami”.

Sesudah itu Munsyi Arura Sahib datang pada saya dan dengan nada yang sangat marah dia berkata bahwa “Hadhrat Sahib sedang sangat memerlukan, tetapi Tuan tidak memberitahukan kepada saya”. Saya katakan: Munsyi (Arura) Sahib, uangnya kan sedikit dan saya memenuhinya dengan [uang penjualan] perhiasan istri saya. Jadi apa alasan Tuan menjadi marah?

Tetapi kemarahan Munsyi Arura tidak berkurang dan sambil terus mengatakan bahwa “Hadhrat Sahib memerlukan sesuatu keperluan dan Anda dengan tidak memberitahukan kepada saya Anda telah melakukan kezaliman (keaniayaan)!” Kemudian Munsyi Arura Khan Sahib sampai 6 bulan terus marah kepada saya.

Allah! Allah! inilah orang-orang yang penuh dengan jiwa pengorbanan yang Allah anugerahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.. Coba sedikit renungkan, bahwa Hadhrat Sahib meminta bantuan dari Jemaat tetapi ada seorang bangkit dan diapun merupakan seorang yang miskin dan tanpa menyebut kepada Jemaatnya dia menjual perhiasan istrinya lalu mencukupkan (memenuhi keperluan) uang itu. Dan kemudian pada saat menyerahkan uang di hadapan Hadhrat Masih Mau’ud as. beliau tidak menyebutkan bahwa uang ini dirinya atau Jemaat yang memberikannya, supaya doa Hadhrat Sahib sampai kepada seluruh warga Jemaat.

Dan sebaliknya, seorang yang memiliki jiwa pengorbanan (Munsyi Arura) setelah mengetahui itu bahwa Hadhrat memerlukan sesuatu keperluan dan dirinya mahrum (luput) dari pengkhidmatan itu telah sedemikian rupa menyesalnya/marahnya sehingga 6 bulan tidak bicara dengan temannya bahwa “Anda kenapa tidak menyebutkan akan keperluan Mirza Sahib kepada saya?!” Al-Fazal 4 September 194, dari buku Ashhabi Ahmad Riwayat Hadhrat Munsyi Zafar Ahmad Sahib. Penduduk Kapurlala hlm. 61-62.

Ganjaran Langsung

Kini, seorang yang kaya maka pasti akan menjadi marah atas hal itu, yaitu bahwa, “Anda setiap hari datang untuk meminta uang kepada saya”. Tetapi di sini seorang yang berjual beli demi untuk kebaikan di alam akhirat kelak dan untuk kebaikan masa depan generasinya/anak keturunannya cara pemikirannya benar- benar jauh berbeda. Mereka tidak tengah marah kepada kalimat “kenapa engkau minta uang?”, melainkan dia marah pada perkara, “kenapa saya tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pengurbanan?”

Kemudian ada sebuah peristiwa yang Hadhrat Khalifatul-Masih II terangkan sambil bersabda berkenaan dengan Chaudri Rustam Ali dari Madar kabupaten Jalandhar/Julundhur bahwa: “Dia di sana sebagai inspektur pengadilan, gajinya 80 rupees. Hadhrat Masih Mau’ud as. sedang ada keperluan uang untuk keperluan agama. Beliau as. menulis surat kepadanya bahwa, “Saat ini merupakan waktu yang khas dan candah sedang diperlukan”. Maka pada hari itulah turun surat keputusan pemerintah bahwa yang tadinya sebagai pejabat inspektur pengadilan itu supaya dijadikan sebagai inspektur. Yang akibatnya beliau mendapatkan posisi kedudukan baru dan dengan demikian secara tiba-tiba gaji beliau yang tadinya 80 rupees itu menjadi 180 rupees.

Sehubungan dengan hal itu beliau menulis surat kepada Mirza Sahib (Masih Mau’ud) bahwa, “Begitu surat Tuan sampai maka gaji yang saya peroleh menjadi 180 rupiees. Oleh karena itu yang 100 rupees ini bukanlah milik saya, ini didapatkan karena Hadhrat Sahib”. Sejak itu beliau senantiasa mengirim 100 rupees kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.” Surat kabar Harian Al-Fazal Rabwah 15 Mei 1922 hlm. 2.

Kemudian ada sebuah peristiwa Dr Khalifah Rasyiduddin. Saya sedikit ingin memperkenalkan mengenai beliau. Beliau adalah ayahanda dari Ummi Nasir yang merupakan istri pertama Hadhrat Khalifatul-Masih II ra. dan merupakan kakek dari Hadhrat Khalifatul-Masih III. Nah berkenaan dengan beliau Hadhrat Khalifatul-Masih II ra. menulis: “Tatkala beliau mendengar akan pedakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as. dari salah seorang rekan beliau maka begitu beliau mendengar segera berkata bahwa seorang yang begitu besar pendakwaannya itu tidak mungkin dusta dan dengan sangat cepat beliau baiat di tangan Hadhrat Masih Mau’ud as.. Hadhrat Masih Mau’ud as. mencatat nama beliau dalam nama 12 hawari (murid utama) beliau dan pengorbanan harta beliau sedemikian majunya sehingga Hadhrat Masih Mau’ud as. memberikan surat tanda penghargaan tertulis kepada beliau bahwa, “Tuan telah memberikan sedemikian besar pengurbanan harta untuk Jemaat sehingga untuk yang akan datang Tuan tidak perlu [lagi memberikan] pengorbanan”.

Saya masih ingat zaman Hadhrat Masih Mau’ud as. tatkala sidang pengadilan terhadap beliau ada di Gurdaspur dan pada waktu itu beliau sangat perlu uang. Hadhrat Sahib menyampaikan himbauan kepada para sahabat beliau bahwa oleh sebab pengeluaran terus bertambah dan Langgar Khanah/dapur umum sudah berada di dua tempat – sebuah berada di Qadian dan sebuah berada di Gurdaspur – dan selain itu untuk sidang juga perlu pengeluaran biaya oleh karena itu para rekan/sahabah harus menaruh perhatian untuk memberikan bantuan.

Tatkala himbauan dana Hadhrat Sahib sampai kepada Dr. Sahib maka secara kebetulan pada hari itu beliau mendapatkan gaji 450 rupiee. Kesemua gaji itu beliau serahkan pada saat itu juga kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.. Seorang teman bertanya kepada beliau, “Apakah Tuan menyimpan sedikit untuk keperluan-keperluan rumah?” Maka beliau menjawab bahwa, “Masih Mau’ud Allah menulis bahwa perlu [uang] untuk agama, maka untuk siapa lagi [uang gaji] itu saya bisa simpan?” Walhasil Dr. Sahib untuk agama sedemikian rupa majunya dalam pengorbanan-pengorbanan sehingga Masih Mau’ud as. sendiri merasa perlu untuk menahannya dan harus mengatakan kepada beliau bahwa “kini Tuan tidak perlu memberikan pengurbanan”. Ceramah-ceramah Jalsah Salanah 1926; Anwarul-’Ulum.

Semoga Allah juga menganugerahi keturunan-keturunan beliau taufik untuk memberikan pengurbanan-pengurbanan dengan ikhlas dan setia seperti beliau. Keturunan-keturunan beliau kini telah tersebar di banyak negara-negara di dunia dan dengan karunia Allah sangat maju juga dalam keikhlasan dan kesetiaan, semoga Allah tambah lebih memberikan kemajuan lagi kepada mereka.

Mereka Yang Dalam Kerugian & Pentingnya Menyambut Seruan Imam Zaman

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Saya benar-benar meyakini bahwa yang ada dalam kondisi rugi adalah mereka yang pada kesempatan-kesempatan pamer maka mereka membelanjakan beratus-ratus rupees, namun jika di dalam jalan Tuhan maka mereka berfikir (mengemukakan) berbagai alasan. Oleh karena itu merupakan perkara yang memalukan apabila seorang yang setelah masuk dalam Jemaat ini lalu dia tidak meninggalkan kebakhilan (kikir).

Ini adalah merupakan sunah Allah bahwa segenap kelompok para kekasih Allah pada masa permulaannya mereka memerlukan candah. Nabi kita saw. pun beberapa kali menghimbau para sahabah untuk memberikan candah yang mana Hadhrat Abu Bakar ra. yang paling depan dari antara mereka semua… Barangsiapa yang memberikan bantuan kepada kami mereka pada akhirnya akan melihat pertolongan Tuhan.” Tabligh Risalat jilid 8 hlm. 66.

Di dalam Jemaat banyak sekali keluarga-keluarga yang menjadi saksi akan hal itu, yang karena pengurbanan-pengurbanan dan bantuan orang-orang tua mereka seperti itu dewasa ini mereka dari segi kelapangan harta entah dari mana sampai ke mana. Jika kita ingin melihat anak-anak keturunan kita sejahtera dari segi dunia dan agama maka kitapun seyogianya menegakkan standar pengurbanan-pengurbanan ini dan terus menerus mempertahankan ini dan pada generasi-generasi kitapun kita tanamkan hal itu”.

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Untuk menggapai maksud yang sebenarnya sarana kelima yang Allah nyatakan (tetapkan) adalah mujahadah, yakni dapat dicari dengan perantaraan membelanjakan harta di jalan Allah, dengan perantaraan membelanjakan semua potensi yang dimiliki di jalan Allah, dengan perantaraan mengurbankan jiwa di jalan Allah dan dengan membelanjakan akal di jalan Allah, sebagaimana Dia berfirman, “Belanjakanlah di jalan Allah harta kalian, jiwa kalian dan segenap diri pribadi kalian dengan segenap potensi yang ada dan apa pun akal, ilmu, daya pemahaman, keahlian dll yang Kami telah anugerahkan kepada kalian, itu semua kerahkanlah untuk berkhidmat di jalan Allah. Barangsiapa yang berupaya dengan segala daya di jalan Kami, Kami senantiasa memperlihatkan jalan Kami kepada mereka”. Filsafat Ajaran Islam; Ruhani K Khazain jilid 10 hlm. 418-419.

Kemudian beliau bersabda: “Wahai rekan-rekanku! Saya meyakinkan kepada kalian bahwa Allah telah menganugerahkan kepada saya rasa gejolak sejati untuk bersimpati terhadap kalian, dan saya dianugerahi suatu makrifat sejati untuk penambahan iman dan kearifan kalian, yang mana kearifan/makrifat ini sangat penting untuk diri kalian dan anak keturunan kalian. Jadi oleh karena itulah saya tegak berdiri di sini supaya kalian dengan harta kalian yang bersih memberikan bantuan untuk kegiatan-kegiatan program-program agama kalian. Dan setiap orang sejauh mana Allah menganugerahkan kelonggaran kepadanya dalam hal harta, kekuatan dan kemampuan, janganlah takut untuk membelanjakannya di jalan Tuhan. Dan jangalah menganggap hartanya lebih utama dari Allah dan Rasul-Nya dan kemudian sejauh memungkinkan saya dengan perantaraan penerbitan-penerbitan/karangan-karangan ilmu-ilmu dan berkah-berkah yang mana ruh Tuhan yang suci telah anugerahkan kepada saya itu saya sebarkan di negara-negara Eropa dan Asia” Izalah Auham; Ruhani Khazain jilid 3 hlm. 512.

Bersabda: “Seyogianya setiap orang dalam Jemaat kita berjanji bahwa ‘saya akan memberikan candah dalam jumlah sekian’. Barangsiapa yang berjanji untuk Allah maka Allah memberkati rezekinya. Pada saat seorang melakukan perjalanan tabligh yang sangat berat seharusnya dia membawa juga bersamanya buku catatan juga, di mana apabila ada yang ingin baiat maka seyogianya dicatat nama dan perjanjian candahnya”.

Pentingnya Mengikut-sertakan Para Mubaayi’in baru Dalam Pengorbanan harta Secara bertahap & Rukya

Kini, hal ini dari hari pertama sekali seharusnya memberikan pengertian kepada orang yang baru baiat. Jika sejak awal dia tidak (belum) bersedia memberikan sesuai dengan candah ‘am dan lain-lain, atau dia tidak dapat memberikan candah, maka ambillah dalam himbauan/gerakan yang manapun, misalnya, dalam gerakan Waqfi Jadid atau dalam candah Tahrik Jadid, maka secara perlahan-lahan/lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan kemudian merekapun akan mulai terasa lezat/enak dalam membayar candah-candah dan akan timbul suatu rasa kekhawatiran, sebagaimana diantara kita banyak sekali yang telah merasakan ada rasa khawatir [jika tidak dapat membayar].

Banyak orang-orang yang menulis dalam surat-surat bahwa “kami sedemikian resah bahwa kami telah berjanji candah Waqfi Jadid sekian atau candah Tahrik Jadid dan itu kami harus lunasi, dan batas waktu [perjanjian] telah lewat, doakanlah supaya itu dapat dilunasi”. Jadi sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Rasa simpati ini seyogianya ada di kalangan para mubaayi’in baru juga dan seharusnya merekapun seharusnya menanamkan kebiasaan membayar candah.

Kemudian [Hadhrat Masih Mau’ud as.] bersabda: “Banyak sekali orang-orang serupa itu yang tidak mengetahui bahwa adanya pengumpulan candah. Orang yang seperti itu seyogianya diberikan pemahaman bahwa: Jika kalian mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan maka tetapkanlah perjanjian bahwa ‘saya pasti akan memberikan candah sekian’, demikian juga kepada orang-orang yang tidak mengenalpun diberikan pemahaman bahwa mereka akan mentaati/memenuhi itu sepenuhnya. Jika mereka tidak dapat melakukan janji seperti itu maka apa perlunya ikut bergabung dalam Jemaat? Seorang yang sangat kikir sekalipun jika 1 sen sekalipun setiap hari mereka pisahkan dari harta mereka maka akan banyak yang dapat dia berikan. Dari setetes demi setetes akan menjadi aliran sungai. Jika ada yang makan roti 4 potong maka seharusnya dalam perhitungan sepotong roti dia pisahkan untuk Jemaat ini dan biasakanlah pada diri sendiri bahwa untuk pekerjaan-pekerjaan seperti itu keluarkanlah dengan cara serupa itu….” Al-Badar, jilid 2 hlm. 26 tanggal 17 Juli 1902.

Kemudian dalam mengomentari sebuah rukya dan ilham beliau, beliau bersabda: “Saya melihat sebuah rukya bahwa seekor ayam duduk di atas sebuah tembok. Dia mengeluarkan beberapa kalimat (ucapan). Semua kalimatnya (ucapannya) saya tidak ingat, tetapi kalimah terakhir yang masih teringat adalah: انكنتم مسلمين (inkuntum muslimiin – jika kalian benar-benar orang muslim). Sesudah itu saya terbangun. Terfikir oleh saya dalam rukya itu bahwa apa yang ayam ini telah ucapkan.

Kemudian kembali turun ilham انفقوفي سبيل الله انكنتم مسلمين (anfiquw fiy sabilillaahi inkuntum muslimiin – belanjakanlah di jalan Allah jika kalian benar-benar orang Islam)”. Bersabda, “Sapaan (ucapan) ayam dan sapaan (ucapan) ilham adalah dari pihak dua Jemaat. Kedua kalimat itu tertuju kepada Jemaat kita. Sebab, dewasa ini kita sedang memerlukan uang. Dapur umum pun perlu biaya banyak, untuk bangunanpun sedang diperlukan biaya karena itu Jemaat seyogianya memberikan perhatian terhadap perintah itu (ru’ya atau ilham itu)”.

Kemudian beliau (Hadhrat Masih Mau’ud as.) bersabda: “Ayam mempertunjukkan dengan amalnya bahwa bagaimana membelanjakan harta di jalan Allah, sebab demi untuk manusia ayam mengurbankan segenap jiwanya dan dia disembelih demi untuk manusia. Demikian pula ayam dengan penuh tekun dan kerja keras setiap hari mengeluarkan telur untuk manusia.

Pengkhidmatan Sepasang Burung

Demikian pula terdapat sebuah kisah penerimaan tamu dua ekor burung bahwa terdapat dua ekor burung yang bersarang di atas sebatang pohon. Di bawah pohon itu duduk seorang musafir yang kemalaman. Hutan sunyi sepi sementara musim dingin yang menusuk. Di atas pohon itu terdapat sarang burung. Di antara burung jantan dan betina mulai terjadi perbincangan bahwa orang musafir ini hari ini menjadi tamu kita dan musim sangat dingin. Untuknya apa yang kita lakukan? Setelah memperbincangkannya akhirnya disepakati sebuah keputusan bahwa kita akan mematahkan sarang kita lalu kita lemparkan supaya sang tamu dengan membakar itu dia dapat berdiang diri. Setelah melemparkan sarang itu maka mereka berkata bahwa dia ini sedang kelaparan. Untuknya apa hidangan yang dapat disiapkan? Jelasnya, tidak ada yang lain yang dapat dihidangkan. Lalu kedua ekor burung itu menjatuhkan diri mereka ke dalam api supaya dagingnya menjadi santapan makanan malam tamu mereka. Seperti itulah mereka telah menegakkan sebuah contoh penerimaan tamu”.

Maka atas hal itu Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Jadi, orang-orang mukmin dalam Jemaat kita, jika mereka tidak mendengar suara kita/saya maka dengarlah suara unggas/ayam itu. Tetapi semuanya tidak sama. Betapa banyak orang mukhlis yang berkhidmat lebih dari kemampuan. Semoga Allah menganugerahi ganjaran kepada mereka.” Malfuzhat jilid 4 hlm. 586 587 Cetakan Baru.

Kini pun mereka yang berpartisipasi dalam pengurbanan-pengurbanan melebihi kemampuan mereka dan mereka tengah ikut serta mengambil bagian, semoga Allah menjadikan mereka menjadi waris doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud as.

Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Bagi kalian tidaklah mungkin bahwa terhadap harta pun kalian cinta dan juga terhadap Allah. Hanya kepada satu saja kalian dapat cintai. Maka beruntunglah orang yang mencintai Allah, dan jika ada di antara kalian yang karena mencintai Allah dia membelanjakan harta di jalan-Nya, maka saya yakin dibandingkan dengan orang lain di dalam hartanya juga akan lebih dianugerahi keberkatan. Sebab, harta tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi itu datang dengan kehendak Tuhan. Jadi barangsiapa untuk Tuhan dia melepaskan sebagian hartanya maka dia pasti akan mendapatkannya. Tetapi (sebaliknya, barangsiapa yang karena mencintai harta lalu dia tidak melakukan pengkhidmatan di jalan Allah sebagaimana yang seyogianya dia harus lakukan maka pasti dia akan kehilangan harta itu. Janganlah kalian sangka bahwa harta itu datang dengan upaya kalian, bahkan datang dari Tuhan dan janganlah kalian menyangka bahwa dengan memberikan sebagian harta atau dengan melakukan suatu pengkhidmatan dalam corak apapun lalu kalian menyangka bahwa kalian melakukan kebaikan kepada utusan-Nya, bahkan ini merupakan kebaikan-Nya (ihsan-Nya) bahwa dia memanggil kalian untuk pengkhidmatan itu. Dan saya katakan dengan sebenar- benarnya bahwa jika kalian semua meninggalkan saya dan kalian menghindarkan diri dari pengkhidmatan dan memberikan bantuan maka Dia akan menciptakan suatu kaum [lain] yang akan melaksanakan pengkhidmatan-Nya. Kalian sungguh-sungguh yakinilah bahwa pekerjaan ini turun dari langit dan pengkhidmatan kalian hanyalah untuk kebaikan kalian.

Jadi janganlah pernah terjadi timbul ketakabburan di dalam diri kalian dan kalian menyangka bahwa: ‘kami telah melakukan pengkhidmatan harta, atau kami telah melakukan suatu corak pengkhidmatan’. Saya berkali-kali telah katakan kepada kalian bahwa Tuhan sedikitpun tidak perlu terhadap pengkhidmatan-pengkhidmatan kalian. Ya, ini merupakan karunia-Nya kepada kalian bahwa Dia menganugerahkan kepada kalian peluang melakukan pengkhidmatan”. Majmu’ah Isytiharat jilid 3 hlm. 497-498.

Semoga Allah jangan menjadikan satupun dari antara kita menjadi orang yang berfikiran serupa itu yang setelah mendapatkan cahaya kebenaran lalu mereka tersesat di jalan kegelapan dan mati dalam kesesatan. Semoga Allah melindungi kita dari itu.

Laporan Pelunasan Perjanjian Waqfi Jadid & Peringkatnya

Kini, saya mengemukakan hasil pemeriksaan pengurbanan – pengurbanan harta dalam bidang Waqfi Jadid pada tahun yang lalu. Perkenalan singkat Waqfi Jadid, pada awalnya telah saya sampaikan. Hadhrat Khalifatul-Masih IV rahimahullaah pada tahun 1984 telah membuka/memulainya untuk segenap negara dan mulai saat itulah terjadi perlombaan di antara negara-negara, dan kini dengan karunia Allah ada 124 negara ikut serta dalam gerakan ini. Dan sebagaimana sebelumnya saya telah beritahukan bahwa pada tanggal 31 Desember 2003 berakhir tahun ke 46 Waqfi Jadid dan dari tanggal 1 Januari telah mulai tahun yang ke 47. Maka perhitungan jumlah tahun yang baru lalu sesuai dengan itu jumlah keseluruhan penerimaan Waqfi Jadid adalah 1.880.000 poundsterling. Dan – Alhamdulillah – dalam penerimaan ini dengan karunia Allah terdapat penambahan sebanyak 370.000 poundsterling dibandingkan tahun lalu, dan para mukhlisin yang ikut dalam Waqfi Jadid juga telah sampai mencapai 408.000 orang. Dan, Alhamdulillah, dibandingkan dengan tahun lalu lebih dari 28.000 orang yang turut ambil bagian.

Pada tahun yang lalu, yakni pada tahun yang ke 46 dari antara Jemaat-jemaat seluruh dunia, Jemaat Amerikalah yang terdepan. Dengan demikian Jemaat Amerika awwal, Pakistan menempati nomer urut kedua. Tetapi pada tahun yang telah berlalu Pakistan adalah awwal dan Amerika pada posisi kedua dari setahun sebelumnya juga Amerika menempati nomer satu dan Pakistan nomor dua. Persaingan di antara keduanya sungguh sangat ketat. Tetapi pada tahun ini Amerika sangat jauh memimpin di depan. Semoga Allah meneguhkan mereka. Pada tahun ini dibandingkan tahun yang lalu penerimaan mereka lebih dari 70%.

Pakistan meskipun merupakan negara miskin dalam perbandingan itu dan dari segi itu mereka (Jemaat Pakistan) pun meraih kemajuan karena penerimaan mereka lebih dari 12%. Sementara dari dua tahun yang lalu, yakni pada tahun yang lalu Jemaat Inggris berada di posisi ketiga dan pada tahun inipun mereka berada pada posisi ketiga. Mereka tetap mempertahankan itu, semoga Allah menganugerahi mereka taufik untuk lebih memajukan langkah-langkah mereka.

Kini secara keseluruhan 10 besar Jemaat di dunia adalah: 1. Amerika, 2. Pakistan, 3. Inggris, 4. Jerman, 5. Kanada, – cabang-cabang Jemaat di Kanada jika berupaya maka mereka dapat menjadikan posisi mereka lebih baik – 6. India, 7. Indonesia, 8. Belgia, 9. Switzerland, dan 10. Australia.

Kini, dari segi memberikan/pemberian candah Amerika menempati posisi pertama dan sebagaimana saya telah katakan bahwa Jemaat-jemaat yang lain mereka tinggalkan jauh di belakang. Perhatian mereka kini mengarah pada pembangunan mesjid. Dalam lingkungan masyarakat Amerika, timbul ruh perlombaan dalam pengorbanan-pengorbanan dan kebaikan di kalangan warga Jemaat yang mukhlis, semoga kondisi ini tetap tetap bertahan. Dan sambil memohon kepada Tuhan semoga kepala mereka tetap tunduk di hadapan Allah dan tetap tunduk memohon di hadapan singgasana-Nya dan langkah yang telah maju ke depan ini jangan mundur ke belakang.

Di cabang-cabang Jemaat di Amerika juga saya beritahukan bahwa terkadang cabang-cabang juga sangat gemar dan gembira apabila kita/mereka pun disebutkan dalam khutbah. Nah di antara cabang-cabang Jemaat di Amerika cabang pertama adalah cabang Silicon Valley, kedua Los Angeles, Maryland, menempati posisi ketiga.

Waqfi Jadid & Atfhal

Kemudian di Pakistan Hadhrat Khalifatul-Masih III pada tahun 1966 telah menyerahkan tugas Waqfi Jadid kepada Athfal juga supaya mereka juga ikut serta memberikan candah. Dan dari waktu itu dalam catatan pembukuan Waqfi Jadid Athfal berjalan terpisah. Maka perbandingan mereka secara terpisahpun saya sajikan. Candah yang sudah baligh, yakni yang dewasa posisi pertama direbut oleh Lahore, dan kedua Karachi, dan ketiga Rabwah. Dan di Athfal pertama adalah Karachi, kedua Lahore, ketiga Rabwah.

Demikian pula pengorbanan-pengorbanan tingkat kabupaten di Pakistan. Di dalam itu kabupaten Islamabad pertama, kedua Rawalpindi, dari segi pengorbanan-pengorbanan Rawalpindi secara keseluruhan dengan karunia Tuhan dengan sangat cepat langkah mereka terus maju ke depan. Semoga Allah memberikan keberkatan supaya langkah ini terus maju. Kemudian nomor ketiga adalah Sialkote, keempat Faisalabad, kelima Gujranwala, keenam Mirpurkhas, ketujuh Syikhapura, kedelapan Sargoda, kesembilan Gujrat, dan yang kesepuluh adalah Bahawalnagar.

Demikian pula Athfal tingkat kabupaten: 1. Islamabad, 2. Sialkote, 3. Gujranwala, 4. Faisalabad, 5. Rawalpindi, 6. Syikhapura, 7. Mirpurkhas, 8. Sargoda, 9. Naroal, dan 10. Bahawalnagar.

Semoga Allah menurunkan berkat yang tak terhingga pada harta dan jiwa orang-orang yang memberikan pengorbanan harta, dan mereka terus maju dan terus bertambah maju dalam medan pengurbanan harta. Bersama itu pula saya mengumumkan tahun yang 47 Waqfi Jadid.

10 Tahun MTA & Pengkhidmatan Para Pelaksananya

Selain itu hari ini berkenaan dengan MTA juga saya ingin sampaikan sesuatu. Sebagaimana dari program-program juga mungkin semua telah memperkirakan bahwa pada 7 Januari dengan karunia Tuhan penayangan MTA secara teratur telah cukup 10 tahun. Nah dalam masa itu para sukarewan telah menjalankan program itu dengan sangat baik dan dunia menjadi heran bahwa semua pekerjaan ini secara sukarela tanpa training (pelatihan) khusus bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana ini dapat berjalan. Tetapi keikhlasan, semangat, kesetiaan dan kerja keras di dalam diri orang-orang yang tidak berpengalaman itu apa yang dapat diketahui oleh orang-orang dunia bahwa dengan membelanjakan ribuan poundsterling kalian tidak akan dapat membelinya.

Untuk itu perlu janji ini bahwa “saya akan siap setiap saat untuk mengurbankan jiwa, harta, kehormatan dan waktu”. Maka ini merupakan manusia-manusia kesayangan yang merupakan penjelmaan kasih-sayang yang utuh yang tidak melihat siang dan malam. Di antara mereka terdapat anak laki-laki juga, perempuan-perempuan juga, pria juga dan mahasiswa dan mahasiswi dari perguruan tinggi juga dan karyawan-karyawan swasta dan orang-orang yang memiliki pekerjaan mapan yang mengurbankan libur-libur mereka untuk MTA dan mereka gembira bahwa mereka tengah mendapat taufik untuk memenuhi janji setia mereka. Di antara mereka banyak sekali ruh-ruh yang contohnya telah saya berikan bahwa (seperti perkataan Munsyi Arura) kenapa 60 puluh rupees dia belanjakan dari kantongnya sendiri dan kesempatan berkurban kenapa tidak dia berikan kepada kami?.

Dari antara mereka itu sebagian terlihat di hadapan kita – seperti pembawa kamera, yang kini pun terlihat oleh Saudara-saudara – dan khutbah-khutbah mereka sampaikan kepada Saudara-saudara [di seluruh dunia]. Banyak sekali seperti itu yang tinggal di belakang/di balik layar mereka melakukan pengkhidmatan dan mereka tengah membuat program, sebagian dari mereka tengah melakukan editing dll., dan ada yang melakukan rekording. Mereka duduk di kamar yang kecil menyampaikan siaran-siaran itu ke seluruh dunia. Nah, ini merupakan orang- orang tim pusat di sini.

Kemudian di berbagai negara terdapat orang-orang [MTA] yang membuat program. Kepada berbagai negara dengan memanfaatkan kesempatan ini dan kepada Jemaat-jemaat juga saya katakan sebagaimana dari pihak Jemaat-jemaat program-program yang sudah siap tayang seyogianya datang (dikirimkan) tetapi tidak datang seperti itu. Di Negara-negara (Jemaat-jemaat) Afrika program sangat kurang sekali. Dari Eropa tidak datang seperti seharusnya datang. Di Asia banyak sekali negara-negara (Jemaat-jemaat) di mana dapat dibuat berbagai macam program, bisa dibuat dokumenter/dokumentasi. Di sana banyak sekali program-program lain, dan di negara-negara itu yang ahli untuk membuat barang-barang/benda. Di banyak sekali tempat-tempat terdapat orang-orang seperti itu dimana orang-orang Ahmadi kenal mereka, atau di beberapa tempat terdapat juga tinggal di sana orang-orang Ahmadi sendiri, dari mereka dapat di manfaatkan, dengan mereka dapat dilakukan musyawarah, di dalam program-program dapat dilakukan penyegaran, dapat dibuat program-program yang baru, seyogianya dibuat berbagai macam program.

Nah di sini (dalam hal ini), sebagaimana tim London bekerja, jika di negara-negara lain di dunia seperti itulah mereka hendaknya – selain itu dengan karunia Tuhan di Amerika juga ada tim yang tengah bekerja, mereka sebatas menyampaikan untuk selanjutnya/merelay bukan dalam kapasitas membuat program. Jadi jika negara-negara lain di dunia memulai pekerjaan secara teratur maka persis mungkin sekali terjadi kita memiliki waktu (jam tayang) kurang sedangkan pekerjaan banyak.

Dukungan Allah Ta’ala dan Penyempurnaan Janji Allah Ta’ala Kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.

Walhasil pekerjaan ini – insya Allah – akan berkembang dan bertambah banyak, sebab di dalamnya terdapat kehendak Ilahi dan keinginan-Nya. Dan pekerjaan ini Allah telah memulaikannya pada zaman Khalifatul-Masih IV yang dari mulut beliau Dia (Allah Ta’ala) menjadikannya melafazkan ungkapan, “Bersama saya dukungan Tuhan [dan] segenap makhluk dan – insya-Allah – dukungan Tuhan ini sebagaimana sebelumnya senantiasa beserta kita demikian pula akan terus bersama Jemaat dan ini merupakan janji Tuhan yang pasti akan sempurna. Ini merupakan janji Tuhan dengan Masihuz-Zaman kesayangan-Nya, yakni “Aku akan menyampaikan tabligh engkau ke segenap penjuru/pelosok dunia”.

Jadi, Allah telah mengambil alih pekerjaan ini di tangan-Nya. Jadi Dia berfirman, “Aku yang akan melakukan pekerjaan/tugas ini, sementara kalian hanya setelah menyentuhkan tangan lalu dapat meraih gajaran”. Jadi seperti sebuah ungkapan “Sesudah menyentuh darah lalu masuk menjadi orang-orang yang mati syahid.” Dan pemandangan pertolongan Allah inilah yang kita tengah lihat setiap saat. Dan dengan perantaraan MTA pesan ini kini tengah sampaikan ke seluruh penjuru dunia. Dan kekurangan yang terjadi itu dengan perantaraan AsiaSat 3 tengah sempurna.

Sebelumnya [penerimaan] di Asia kurang dan di Amerika juga seperti itu. Di tempat-tempat mana program tidak sampai atau yang signalnya tidak begitu baik. Pada hari-hari yang lalu topan (badai) yang melanda Amerika mengkibatkan setelit yang ada hubungan dengan kita di sana menjadi rusak total sistimnya. Dan untuk beberapa hari program terus menerus tidak dapat ditangkap. Sesudah itu perusahaan itu mengatakan/memberitahukan kepada kita bahwa “kami tidak dapat menjalankan program itu, Tuan silahkan carilah satelit yang lain”. Dan dengan karunia Tuhan kesepakatan kita terjadi dengan perusahaan yang jangkauan satelitnya lebih luas/jauh dari satelit yang lama dan signalnya pun lebih kuat. Demikian pula biaya yang sebelumnya kita keluarkan untuk itu lebih banyak kini lebih sedikit dari perjanjian yang kita lakukan sebelumnya.

Jadi, di sini merupakan misal (contoh) yang benar-benar mengacu “kube ko ras agai”. Yakni memang betul harus menderita 4 hari, tetapi dengan itu pengeluaran biaya kitapun menjadi berkurang dan jangkuannyapun menjadi lebih banyak. Jadi teruslah berdoa kepada Allah semoga Dia terus senantiasa menutupi kelemahan kita dan terus memberikan pertolongan kepada kita. Karyawan MTA juga seyogianya berdoa untuk diri mereka sendiri dan Jemaat. Doakanlah juga untuk mereka, semoga Allah terus menganugerahkan karunia kepada mereka untuk dapat berkhidmat dan Dia menjadikan pekerjaan mereka menjadi lebih baik.

Dengan karunia Allah mereka melaksanakan tugas dengan penuh ketekunan dan dengan penuh kerja keras. Dan di tim pusat juga terdapat berbagai macam orang dari berbagai bangsa. Mereka terdiri dari orang-orang Arab, orang-orang Bosnia, orang-orang lain dari Eropa juga, orang-orang berkebangsaan Pakistan yang bermukim di sini dan orang-orang dari Afrika juga. Jadi seperti itulah orang-orang dari setiap bangsa tengah melakukan tugas dengan gejolak pengkhidmatan seperti itu.

Berita Duka Dari Bangladesh

Ada sebuah berita yang menyedihkan datang. Di Bangladesh sejak beberapa lama para mullah (kyai) tengah menebar fitnah dalam upaya menentang Jemaat dan tengah terjadi juga penyerangan terhadap mesjid-mesjid Jemaat. Demikian pula dalam bulan Ramadhan seorang Ahmadi disyahidkan. Kini nampak bahwa pemerintahpun ikut tengah bertekad membela para mullah itu dan mereka berupaya untuk mengeluarkan undang- undang anti orang-orang Ahmadi.

Semoga Allah melindungi segenap Ahmadi dan meneguhkan langkah-langkah mereka dan semoga makar orang itu dikembalikan pada mereka sendiri. Wahai Allah! Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Hari inipun perlihatkanlah kepada kami pemandangan pertolongan Engkau. Untuk orang-orang Ahmadi di Bangladesh ini merupakan sebuah pesan bahwa bersabarlah, teguhkanlah hati kalian dan berdoalah. Sandaran kita satu-satunya hanyalah Zat Allah. Tunduklah di hadapan-Nya dan senantiasalah tunduk kepada-Nya, sehingga menjadi mulai nampak pemandangan dukungan dan pertolongan-Nya.

Semoga Allah jangan memanjangkan masa cobaan ujian ini dan semoga Dia dengan secepat-cepatnya mencengkeram musuh-musuh itu. Pemerintah di sana pun hendaknya mengambil pelajaran dari tatangga mereka dan pekerjaan mereka yang menjalankan pemerintahan jalankanlah itu. Janganlah ikut campur dalam urusan mazhab (agama) siapapun. Merekapun seyogianya takut kepada cengkeraman Tuhan.

Pent. Mln Qomaruddin S

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.