Khotbah Idul Adha: Syarat Diterimanya Pengorbanan Kita Adalah Ketakwaan

Khotbah Idul Adha pengorbanan ketakwaan

Syarat Diterimanya Pengorbanan Kita Adalah Ketakwaan

Khotbah Idul Adha Sayyidinā Amīrul Mu’minīn, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalīfatul Masīḥ al-Khāmis (أيده الله تعالى بنصره العزيز, ayyadahullāhu Ta’ālā binashrihil ‘azīz) pada 17 Juni 2024 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford (Surrey), UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَأَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ۝١ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ۝٢ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ۝٣ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ۝٤ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ۝٥ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ۝٦
 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ۝٧

Hari ini, dengan Karunia Allah Taala, Idul Adha dirayakan di berbagai belahan dunia. Di negara-negara seperti Pakistan dan India, hari raya ini juga dikenal sebagai “Idul Qurban”. Pada kesempatan Id ini, sesuai dengan sunah Hazrat Ibrahim a.s., tidak terhitung hewan yang dikurbankan. Demikian pula, mereka yang pergi untuk berhaji, mereka mengurbankan ratusan ribu hewan di Makkah pada saat haji. Pengorbanan ini adalah sebuah amalan untuk mengingat contoh pengorbanan Hazrat Ibrahim a.s. dan Hazrat Ismail a.s. dan kesetiaan serta ketaatan penuh di mana seseorang bersedia mengorbankan nyawanya sendiri dan seorang lainnya bersedia mengorbankan putranya atas perintah Allah Taala. Berdasarkan mimpinya, sang ayah bersiap untuk menyembelih anaknya, dan sang anak bersiap membiarkan hal ini terjadi dalam kenyataan, maka Allah Taala berfirman, “Cukup! Engkau telah memenuhi sumpah kesetiaan dan ketaatan engkau.” Tujuan Allah Taala adalah semata-mata untuk menguji apakah beliau a.s. setia atau tidak, bukan untuk benar-benar mengambil nyawa putra beliau. Ya, untuk terus mengingatnya, maka beliau harus mengorbankan seekor domba jantan agar semangat pengorbanan ini dapat dikenang dalam sejarah agama hingga akhir zaman.

Oleh karena itu, umat Islam mengorbankan ratusan ribu hewan pada kesempatan haji untuk menyegarkan memori akan pengorbanan tersebut. Pengorbanan-pengorbanan ini baru akan dianggap sebagai pengorbanan yang hakiki di sisi Allah Taala ketika seseorang memiliki semangat kesetiaan yang sama seperti ayah dan anak tersebut, dan ketika satu-satunya tujuan adalah mencapai keutamaan hanya demi Allah Taala, yaitu seraya menapaki jalan ketakwaan, seseorang berketetapan hati untuk mengorbankan segala sesuatunya demi Allah Taala. Tanpa ruh ini, pengorbanan lahiriah tidaklah ada artinya.

Namun, jika kita sekarang merenungi hal ini dengan saksama, maka berkenaan dengan ratusan ribu orang yang melakukan pengorbanan, kita menemukan bahwa mereka masih kurang dalam hal kesetiaan, kesalehan, dan ketakwaan. Di beberapa negara, hewan-hewan kurban dihias dan dipajang lalu dilelang kepada penawar tertinggi, lalu mereka dengan bangga menunjukkan bahwa mereka telah membeli hewan tersebut dengan harga sekian ribu atau ratusan ribu rupees. Intinya, semangat pengorbanan pun menjadi tersembunyi di balik tabir keangkuhan. Inilah keadaan orang-orang duniawi, mereka bahkan tidak mempunyai pemahaman sedikit pun tentang ruh pengorbanan.

Adapun mereka yang menyebut dirinya maulwi, merekalah yang telah meracuni pikiran masyarakat dengan mengatasnamakan agama. Di Pakistan, para maulwi telah semakin berani karena mereka sedemikian rupa memiliki monopoli atas agama sehingga mereka bisa melakukan kekerasan apa pun, dan para Ahmadi khususnya dijadikan sasaran atas kekerasan ini. Menurut ulama di sana, para Ahmadi yang melaksanakan salat Id dan menyembelih hewan kurban adalah melakukan kejahatan yang berbahaya dan mereka dapat melakukan apa saja untuk menghukumnya. Hal ini tidak hanya sebatas kata-kata mereka saja, bahkan kebencian ini disebarluaskan, sehingga masyarakat Muslim pun diberitahu bahwa mereka tidak hanya diperbolehkan melakukan tindakan apa pun terhadap para Ahmadi yang menjalankan salat Idul Adha atau menyembelih hewan kurban, mereka bahkan dijanjikan surga karena melakukan hal tersebut – yaitu jika dapat membunuh mereka. Akibatnya, para Ahmadi sering kali disyahidkan. Hal ini tidak berhenti sampai disini saja, bahkan di beberapa tempat, pihak berwenang yang ada di bawah pengaruh para ulama ini memasukkan para Ahmadi yang terlihat melaksanakan salat Id dan melakukan kurban, ke dalam penjara. Hal ini telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tahun ini, meskipun tampaknya pemerintah cenderung melunakkan kebijakannya, namun masih ada di beberapa tempat di mana pihak berwenang bersikap tidak adil terhadap Ahmadiyah. Di beberapa tempat, para ulama telah mempengaruhi pihak berwenang sedemikian rupa sehingga mereka percaya bahwa dengan bersikap kejam terhadap para Ahmadi, maka jalan masuk surga akan terbuka bagi mereka. Oleh karena itu, orang-orang ini mengerahkan segala upaya untuk menghentikan para Ahmadi dari beribadah dan berkurban.

Namun, orang-orang ini tidak mengetahui bahwa hanya Allah Taala lah Wujud yang menerima pengorbanan. Saat ini, jika mereka menghentikan para Ahmadi untuk berkurban, maka para Ahmadi yang tidak dapat menjalankannya itu, sesungguhnya mereka mengorbankan gejolak perasaan mereka. Jadi, sebagaimana Allah Taala adalah Wujud yang dapat melihat apa yang ada di dalam hati, Dia mengetahui kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh para Ahmadi karena hal ini; dan Dia sesungguhnya pasti akan menerima semangat pengorbanan dari para Ahmadi ini.

Oleh karena itu, kepada mereka yang seperti ini, mereka harus mempersembahkan pengorbanan perasaan mereka kepada Allah Taala lebih dari sebelumnya supaya Dia segera memandang kita dengan kasih sayang dan karunia-Nya. Allah Taala pasti mendengar tangisan orang-orang yang teraniaya. Dia akan meninggikan niat pengorbanan kita sampai ke tingkat pengorbanan yang hakiki dan Dia pasti akan menerima niat pengorbanan kita, dan Dia akan menolak pengorbanan orang-orang itu, yang mengatakan bahwa mereka telah berkurban dan Dia akan mengembalikannya kepada mereka. Jika Allah saja dapat menerima haji seseorang yang tidak sanggup berangkat hanya berdasarkan niatnya dan suatu amalannya, sementara Dia tidak menerima haji ratusan ribu jamaah yang berhaji saat itu, maka pada hari ini, Tuhan itu jugalah yang akan menerima gejolak ketulusan kita para Ahmadi, menerima pengorbanan yang dilakukan oleh ratusan dan ribuan Ahmadi, dan Dia dapat mengembalikkan pengorbanan-pengorbanan lahiriah yang dilakukan oleh para ulama itu dan juga para pengikutnya, kembali ke wajah mereka.

Terkait:   Khotbah Idul Adha: Esensi Pengorbanan adalah Ketakwaan

Oleh karena itu, para Ahmadi harus menanggung masa-masa sulit ini dengan menjalani ketakwaan seraya tekun memanjatkan doa. Allah Taala dengan jelas telah berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Ingatlah, daging dan darah kurban kalian tidak akan pernah sampai kepada Allah Taala. Sebaliknya, ketakwaan di dalam kalbu kalianlah yang akan sampai kepada-Nya. (Al-Hajj: 37)

Jadi, Sangatlah penting bagi kita untuk memahami bahwa pada hakikatnya, yang akan sampai kepada Allah Taala adalah ketakwaan; daging dan darah kurban kita tidak sampai kepada Allah Taala. Inilah ruh yang benar-benar dipahami oleh para Ahmadi saat ini. Baik mereka diperbolehkan atau tidak untuk berkurban, mereka terus mengerahkan daya upaya untuk dapat unggul dalam ketakwaan, dan inilah semangat yang harus ada dalam seluruh Ahmadi. Walaupun secara lahiriah mereka merasa sedih karena dilarang untuk berkurban, namun jika mereka mempunyai ketakwaan, maka Allah Taala akan menerima niat mereka dan akan memberi ganjaran kepada mereka.

Sementara para ulama yang malang itu tidaklah mempunyai hal ini. Tindakan mereka menunjukkan dengan jelas bahwa hati mereka kosong dari ketakwaan. Mereka menganggap bahwa menyakiti, dan bahkan membunuh para Ahmadi adalah na’ūżubillāh bentuk pengabdian kepada Islam. Mereka sama sekali jauh dari menjalani perintah Allah Taala. Allah Taala berfirman bahwa barangsiapa yang mengucapkan Kalimah Syahadat, maka ia adalah seorang Muslim. Namun mereka justru berkata, “Tidak, para Ahmadi tidak mengikrarkan kalimat syahadat dari hati mereka.”

Apakah mereka telah membuka dada seorang ahmadi untuk mengetahui apa isi hatinya? Rasulullah saw. sendiri bersabda kepada seorang Sahabat, “Apakah kamu telah membedah hati orang yang telah kamu bunuh itu untuk melihat apakah ia mengucapkan kalimat syahadat dengan jujur atau karena takut?” Namun, orang-orang ini tidak dapat memahami hal ini, karena mereka alih-alih mengikuti perintah Rasulullah saw., mereka justru menyebarkan agama ciptaan mereka sendiri.

Kemudian, Allah Taala juga telah berfirman bahwa siapa saja yang membunuh orang yang mengucapkan kalimat syahadat dan mengaku muslim, maka ia akan dicengkeram oleh Allah Taala dan dimasukkan ke dalam neraka. Oleh karena itu, dapatkah mereka selamat dari murka Allah Taala? Seandainya saja mereka menggunakan akal dan mendengarkan firman Allah Taala dan sabda Rasul-Nya saw. dan mengamalkannya. Orang-orang Ahmadi yang teguh dalam keimanannya dan menyerahkan nyawa, harta, dan perasaannya dengan niat yang suci, maka amalan mereka pasti akan akan mendapat kemakbulan pada pandangan Allah Taala. Ini juga merupakan era pengorbanan yang insya Allah juga akan terlewati.

Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini, kita harus semakin bersujud di hadapan Allah Taala, dan kita meningkatkan rintihan doa-doa kita sedemikian rupa agar rahmat Allah Taala segera turun untuk membantu orang-orang yang terzalimi dan mencengkeram mereka yang zalim. Berdoalah kepada Allah Taala dan sampaikan, “Kami menaati perintah-perintah-Mu dan mengikuti teladan Hazrat Ibrahim a.s., dan kami siap untuk mempersembahkan pengurbanan apa pun coraknya dengan ketaatan penuh kepada Hazrat Muhammad Rasulullah saw., baik itu berarti mengorbankan hidup kami, atau kekayaan kami, atau perasaan kami. Sekalipun kambing dan domba kami tidak disembelih, kami siap mempersembahkan kurban tersebut.”

Alhasil, sesuai janji-Nya dan terkabulnya doa kita, Allah Taala memang akan menerima niat saleh kita untuk berkurban. Namun syaratnya adalah kita menunjukkan ketakwaan. Jika kita menjalani hidup kita dengan ketakwaan dan memenuhi hak-hak Allah Taala dan hak-hak ciptaan-Nya, maka Insya Allah kita akan mewujudkan transformasi revolusioner di dunia ini. Hal itu tidak akan dilakukan oleh para ulama yang materialistis tersebut. Sesuai dengan janji Allah Taala dan nubuatan Hazrat Rasulullah saw., Jemaat kitalah yang akan membawa revolusi di dunia ini di bawah baiat kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s.. Kita harus selalu ingat bahwa tujuan pengorbanan Hazrat Ibrahim a.s. dan Hazrat Ismail a.s. adalah untuk mewujudkan sebuah revolusi, sebuah revolusi yang akan terjadi melalui kedatangan Hazrat Rasulullah saw. dan sepenuhnya mengubah dunia. Jika tidak, pengorbanan seekor domba jantan menggantikan Hazrat Ismail a.s. tidak akan membawa revolusi. Pengorbanan domba jantan merupakan ekspresi simbolis, dan memiliki makna yang sama saat ini, [yakni] agar orang-orang beriman tidak melupakan semangat dan tujuan sebenarnya di balik pengorbanan tersebut.

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda,

“Pengorbanan yang sejati adalah penyucian hati, bukan mempersembahkan daging dan darah. Orang-orang pada umumnya menyembelih hewan, namun yang luar biasa adalah mereka yang menyerahkan hatinya untuk dikorbankan. Namun, Tuhan tidak melarang pengorbanan lahiriah seperti itu ( misalnya hewan) agar manusia dapat mengetahui bahwa pengorbanan tersebut juga ada hubungannya dengan manusia.”

Terkait:   Khotbah Idul Adha: Esensi Pengorbanan adalah Ketakwaan

Pada kesempatan lain, Hazrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan,

“Allah Taala telah memberikan contoh bagi banyak perintah penting dalam Syariat Islam. Manusia diperintahkan, dengan segala kemampuan dan wujudnya, mengorbankan dirinya demi Allah Taala. Oleh karena itu, pengorbanan lahiriah telah dijadikan contoh untuk tujuan ini. Namun demikian, pengorbanan sejati adalah pengorbanan hati .”

Jadi inilah ruh yang harus kita ciptakan di dalam diri kita, keluarga kita, anak keturunan kita. Kemudian kita dapat mewujudkan semangat ini sebagai sebuah jemaat dan mewujudkan revolusi yang untuknya Allah Taala telah mengutus Hazrat Masih Mau’ud a.s. di zaman ini, yang datang dengan tunduk sepenuhnya kepada Hazrat Rasulullah saw. Kita, insyaallah, tidak akan memperdulikan para ulama ini dan taktik mereka yang bersifat sementara ini, dan kita akan terus tumbuh semakin kokoh. Ini adalah janji Allah Taala kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s., dan Dia pasti menepati janji-Nya.

Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir jika beberapa pihak berwenang yang kejam telah bekerja sama dengan para maulwi dan menggunakan kewenangan mereka untuk mencegah kita melakukan kurban atau melaksanakan salat Idul Adha, atau kita pernah dilarang melakukan hal tersebut di masa lalu. Atau mereka telah menciptakan lingkungan yang berbahaya sehingga Muslim Ahmadi tidak bisa beribadah secara terbuka atau berkurban. Jika berbicara tentang pengorbanan hewan secara lahiriah, kaum-kaum lain juga memiliki konsep ini. Namun apakah dengan itu mereka dapat meraih keridhaan Allah Taala? Tentu tidak. Hal ini karena mereka kehilangan ketakwaan. Seperti itulah keadaan mereka yang menyebut dirinya ulama, mereka telah menampilkan agama Islam – agama yang damai dan harmonis – sebagai agama yang berideologi ekstrim demi mewujudkan agenda mereka. Bagaimanapun, orang-orang ini tidak takut kepada Allah.

Seperti yang saya telah sebutkan, suatu saat Tuhan pasti akan meminta pertanggungjawaban mereka. Semakin Allah Taala memberikan penangguhan bagi mereka, semakin berat pula penghisaban-Nya. Orang-orang ini mencoba berperan sebagai Tuhan. Namun seperti yang telah saya sebutkan, dalam situasi ini, kita harus terus berusaha untuk meningkatkan standar ketakwaan kita dan semakin cenderung kepada-Nya, karena dengan cara inilah kita dapat menjaga ruh pengorbanan Hazrat Ibrahim a.s. dan Hazrat Ismail a.s. tetap hidup. Faktanya, ini juga merupakan sarana untuk mencapai tujuan Allah Taala mengangkat Rasul agung, Nabi Muhammad saw., dari keturunan Hazrat Ismail a.s., yaitu untuk menegakkan kerajaan Tuhan Yang Maha Esa di dunia.

Untuk mencapai standar ketakwaan yang tinggi, Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda menasihati Jemaatnya,

“Merupakan kewajiban yang khas bagi jemaatku untuk menempuh ketakwaan, terutama mengingat fakta bahwa mereka mengasosiasikan diri mereka dan berbaiat kepada seseorang yang mendakwakan diri sebagai utusan Allah. Dengan cara ini, mereka akan terbebas dari berbagai bentuk kebencian, dendam, syirik, dan keterikatan duniawi yang mungkin mengganggu mereka.”

Hazrat Masih Mau’ud a.s. kemudian bersabda: “Sudah menjadi rahasia umum bahwa terlepas dari apakah seseorang menderita penyakit ringan atau penyakit yang lebih serius, penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan sebelum obatnya dicari dan dilakukan upaya untuk menemukan obatnya. Sekalipun noda hitam kecil muncul di wajah seseorang, hal ini menimbulkan kekhawatiran yang serius, jangan sampai noda tersebut menyebar hingga menutupi seluruh wajah. Demikian pula dosa adalah noda yang menghitamkan hati seseorang.”

Hazrat Masih Mau’ud a.s. selanjutnya menyatakan, “Janganlah kamu mengira bahwa Allah Taala itu lemah. Sesungguhnya Dialah Pemilik Kekuasaan Yang Maha Besar. Ketika kamu bertawakal kepada-Nya untuk memberikan dukungan dalam segala hal, Dia akan datang membantumu.

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. (Aṭ-Ṭalāq: 4)

“Namun, orang-orang yang pertama kali disinggung dalam ayat-ayat ini adalah orang-orang yang beriman. Segala pemikiran mereka berkisar pada agama dan mereka menyerahkan urusan dunianya kepada Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Allah Taala meyakinkan mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa Dia adalah penopang mereka. Maka salah satu nikmat ketakwaan adalah Allah Taala memberikan keselamatan kepada orang yang bertakwa dari berbagai musibah yang mengganggu urusan agamanya.”

Hazrat Masih Mau’ud a.s. kemudian bersabda, “Mereka harus menempuh ketakwaan karena hanya ketakwaan sajalah yang dapat dikatakan sebagai rangkuman syariat. Jika dideskripsikan secara singkat apa yang dimaksud dengan syariat, maka dapat dikatakan bahwa intinya adalah ketakwaan. Ketakwaan itu ada banyak tingkatan dan tahapannya. Namun, jika seorang pencari dengan setia melintasi tingkat dasar dan tingkat ketakwaan dengan ketabahan dan ketulusan, mereka pada akhirnya mencapai nilai tertinggi karena kebajikan dan keinginan mereka untuk mencari kebenaran. Allah Taala menyatakan:

 اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Allah Taala mengabulkan [doa] orang-orang yang bertakwa. (Al-Maidah: 28)

Ini adalah janji Ilahi dan Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya. Dalam konteks ini, Dia menyatakan:

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 9)

Ketakwaan merupakan prasyarat yang diperlukan untuk diterimanya doa. Sekarang, jika seseorang ingin doa doanya terkabul, namun ia lalai dan salah arah, bukankah orang tersebut bodoh dan tidak berakal? Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi jemaat kita bahwa sebisa mungkin, setiap anggota harus mengikuti jalan ketakwaan sehingga mereka dapat merasakan nikmat dan lezatnya pengabulan doa, dan ikut serta dalam peningkatan keimanan.”

Terkait:   Khotbah Idul Adha: Esensi Pengorbanan adalah Ketakwaan

Ini adalah topik yang perlu kita jadikan bagian dari hidup kita. Hanya jika kita mencapai hal ini maka kita akan mampu memenuhi misi Hazrat Masih Mau’ud a.s., yaitu menyebarkan risalah Rasulullah saw. ke seluruh dunia. Untuk itu kita harus siap untuk mempersembahkan segala jenis pengorbanan. Para maulwi ini tidak pernah bisa menghentikan ikhtiar kita melalui perbuatan tercela mereka. Ingatlah selalu bahwa kita mempunyai tujuan tertentu dan setiap Ahmadi harus berusaha keras untuk mencapainya. Badai rintangan dan penentangan hadir untuk mengangkat kita ke tingkat yang lebih tinggi dan membuat kita semakin bersujud di hadapan Allah Taala.

Mayoritas orang di belahan dunia lain yang mampu berkurban harus mengingat tujuan ini, yaitu membawa transformasi revolusioner pada diri mereka sendiri dan dunia. Mereka yang dilarang melakukan kurban – seperti yang saya sebutkan di Pakistan – mereka harus bersujud di hadapan Allah Taala lebih dari sebelumnya. Semoga Allah Taala menerima pengorbanan perasaan dan pengorbanan harta kita dan segera menunjukkan kepada kita sebuah transformasi revolusioner di dunia ini.

Ingatlah selalu bahwa dalam 135 tahun sejarah Jemaat kita, penentangan-penentangan ini hanya menjadi sarana untuk mendorong kemajuan Jemaat dan insyaallah hingga saat ini pun kemajuannya akan terus berlanjut. Pengorbanan hidup, harta, waktu dan kehormatan kita selalu membuahkan hasil dan bahkan hingga saat ini akan terus membuahkan hasil, insyaallah. Ruh ini juga harus Anda tanamkan pada keturunan Anda agar mereka tidak mudah cemas ketika menghadapi penentangan dan justru bersujud di hadapan Allah Taala dengan hati yang ikhlas. Peraihan keridaan Allah Taala harus menjadi perhatian setiap saat. Karena jika itu berhasil, kita akan dapat menyaksikan kerajaan Tuhan Yang Maha Esa ditegakkan di dunia dan kita akan menjadi orang-orang yang mengibarkan bendera Rasulullah saw.. Ulah para maulwi ini dan orang-orang yang menyalahgunakan nama Rasulullah saw. justru malah menjauhkan dunia dari Rasulullah saw. dan Islam. Kenyataannya, kitalah yang mengumpulkan orang-orang di bawah panji Rasulullah saw.. Semoga Allah Taala memberikan taufik kepada kita untuk mencapai tujuan kita dengan memahami hakikat pengorbanan dan ketakwaan.

Semoga Allah Taala menjadikan Idul Adha ini sebagai hari raya yang penuh berkah bagi para Ahmadi di seluruh dunia dan semoga kita segera melihat perubahan revolusioner terjadi di dunia ini berkat pengorbanan kita. Saya mengucapkan selamat Idul Adha kepada para Ahmadi di Pakistan. Selama beberapa hari terakhir, perhatian saya tertuju kepada mereka karena keadaan mereka menjadi sangat memprihatinkan. Semoga Allah Taala segera memberikan buah atas pengorbanan mereka. Faktanya, bahkan hari ini, pada hari Idul Adha, di Kotli, sekelompok massa menyerang dan merusak masjid tadi malam dan di beberapa tempat bahkan menghalangi para Ahmadi untuk melaksanakan salat Idul Adha. Hal ini terjadi karena kegagalan pemerintah atau alasan lain, karena dilaporkan bahwa pemerintah saat ini telah mengatakan bahwa [para Ahmadi] harus diberikan perlindungan, namun pemerintah daerah di berbagai tempat memaksakan kehendak mereka sendiri.

Bagaimanapun, kita bertawakal sepenuhnya hanya kepada Allah Taala dan kita bersujud di hadapan-Nya. Semoga Allah Taala segera merubah kesedihan para Ahmadi menjadi kebahagiaan. Di mana pun di dunia ini, para Ahmadi yang melewati masa masa ini dengan penderitaan dan pengorbanan, semoga mereka segera diberikan sarana kemudahan. Ingatlah selalu satu hal, apapun keadaannya, tetaplah bersujud di hadapan Allah Taala dan tinggikan standar ibadah anda.

Doakanlah juga untuk keluarga para syuhada. Semoga Allah Taala memberikan pandangan penuh kasih-Nya pada setiap tetes darah mereka dan membawa transformasi revolusioner. Semoga pengorbanan para syuhada ini membawa transformasi revolusioner pada keturunan mereka dan semoga mereka semakin melekat dengan agama mereka lebih dari sebelumnya. Juga, doakan agar mereka yang dipenjara [karena status mereka sebagai Ahmadi] segera dibebaskan, khususnya doakan untuk seorang wanita yang dipenjara di Yaman dan yang lainnya juga. Semoga Allah Taala melimpahkan pertolongan-Nya dan segera membebaskan mereka.

Semoga Allah Taala memberi pahala yang tak terhingga kepada setiap Ahmadi yang berkurban dalam bentuk apa pun dan semoga setiap Ahmadi tetap tegak di atas ketakwaan. Berdoalah untuk rakyat Palestina, semoga Allah Taala segera membebaskan mereka dari penindasan ekstrem yang mereka alami. Semoga Allah Taala melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka. Semoga Allah Taala menjadikan Id kali ini menjadi sumber keberkahan bagi setiap Ahmadi. Berdoalah agar secara umum agar tercipta kedamaian dan ketenangan di dunia dan semoga dunia mengenal Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan itulah perdamaian dapat ditegakkan di dunia. Sekarang mari kita berdoa.[1]

Khotbah II:

اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهٗ وَنَسْتَعِيْنُهٗ وَنَسْتَغْفِرُهٗ وَنُؤْمِنُ بِهٖ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهٗ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ – وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ -عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ أُذكُرُوْ االلهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


[1] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Shd. dan Mln. Fazli Umar Faruq, Shd.. Editor: Mln. Muhammad Hasyim

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.