Khotbah Jumat 2015-12-04 Hadhrat Masih Mau’ud as: Wahyu dan Para Sahabat

Tim Ahmadiyah.Id bertanggung jawab penuh atas kesalahan atau miskomunikasi dalam sinopsis Khotbah Jumat ini.

Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
04 Desember 2015 di Baitul Futuh, London

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم

]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ، آمين

Sesuai dengan janji Ilahi, seorang pecinta sejati Hadhrat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam yakni Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam diutus untuk memulai fase Islam yang kedua. Beruntunglah mereka yang mengalami masa turunnya wahyu-wahyu segar setelah 1400 tahun dan menjadi penerima keberkatan-keberkatan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam secara langsung setelah mengambil baiat di tangan beliau as. Begitu mengharukan jika membayangkan dan menggambarkan bagaimana para sahabat ini memuliakan Allah Ta’ala serta bersyukur kepada-Nya karena mendapati diri mereka berada dalam kedudukan yang sangat dekat dengan Hadhrat Masih Mau’ud as.

Allah Ta’ala menepati janji-Nya dan berfirman di dalam Al-Quran bahwa Dia akan mengutus orang-orang di antara umat akhir zaman yang akan bergabung dengan umat terdahulu dan Dia memperkuat keimanan para sahabat ini dengan memanifestasikan tanda-tanda yang segar bagi mereka melalui wahyu-wahyu yang diberikan kepada pecinta sejati Hadhrat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Setiap pagi mereka akan diawali dengan penantian yang penuh hasrat untuk mengetahui wahyu apa yang telah diterima pada malam hari.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa pada waktu senggang, para Ahmadi biasanya berkeliling-keliling seraya sangat berharap untuk mengetahui wahyu apa yang telah diterima pada malam sebelumnya. Mereka akan bertanya sehubungan dengan hal ini kepada siapa saja di antara anak-anak Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam yang mereka lihat. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu berkata bahwa beliau dan saudaranya juga akan segera melihat buku catatan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam untuk melihat wahyu apa yang telah ditulis ketika beliau ‘alaihis salaam pergi shalat atau mereka akan mendengarkan wahyu tersebut di mesjid dari mulut beberkat beliau as. Demikianlah semangat untuk memperkuat keimanan, untuk memuliakan serta bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan mereka taufik untuk menerima Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam tersebut.

Juga terjadi bahwa wahyu-wahyu tersebut diterima di hadapan para sahabat yang beruntung untuk mendengarkan wahyu ilahi secara pribadi. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu senantiasa bersabda bahwa seorang sahabat yang setia bernama Sayyed Fazal Shah Sahib menghabiskan banyak waktunya untuk mengkhidmati Hadhrat Masih Mau’ud as. Saudaranya yang bernama Syed Nasir Shah Sahib telah menasehatinya untuk tinggal di Qadian demi tujuan ini serta dapat memohon doa beliau as. Beliau telah bertekad untuk menanggung seluruh biaya saudaranya selama tinggal di Qadian.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu berkata bahwa beliau ingat suatu wahyu yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam ketika beliau ‘alaihis salaam sedang menderita penyakit sakit ginjal dan Fazal Shah Sahib sedang memijit beliau as. Beliau memperoleh kehormatan untuk hadir pada saat wahyu tersebut diterima yang kata-katanya mengalir dari lidah Hadhrat Masih Mau’ud as. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu masih sangat muda pada saat itu dan dengan ceroboh masuk ke suatu kamar dimana Fazal Shah Sahib sedang memijit kaki Hadhrat Masih Mau’ud as. Fazal Shah Sahib dapat merasakan sebuah wahyu akan diterima. Beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu (Fazal Shah) memberikan isyarah kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu untuk pergi.

Kemudian baru diketahui bahwa wahyu tersebut sangat panjang mengenai peristiwa Mirza Imamuddin yang mendirikan sebuah dinding (pagar pembatas arah menuju Masjid) agar orang-orang tidak dapat masuk ke mesjid. Sidang pengadilan berikutnya nampaknya mendukung Mirza Imamuddin. Namun perkara tersebut berakhir seperti yang Allah Ta’ala telah beritahukan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Bukti ditemukan pada menit-menit terakhir di dalam dokumen yang menunjukan kepemilikan bersama antara Ayahanda Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam dengan Mirza Imamuddin. Akhirnya pengadilan memberikan keputusan yang mendukung Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam dan meminta agar dinding tersebut diruntuhkan. Ini merupakan wahyu agung yang disebutkan di dalam Tadhkirah dan Haqiqatul Wahyi.

Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda sehubungan dengan hal ini: “Aku berkata kepada Tn. Sayyid (Fazal Shah) bahwa wahyu tersebut adalah mengenai kasus dinding dan beliau hendaknya mencatatnya ketika wahyu tersebut diterima. Beliau mengambil pena dan kertas. Setiap kali ada sedikit rasa kantuk, wahyu tersebut turun kalimat demi kalimat dan mengalir dari mulutku sebagaimana sunnatullah. Ketika satu kalimat selesai turun dan dicatat, diriku kembali dikuasai rasa kantuk dan kalimat wahyu berikutnya pun mengalir dari lidahku hingga semua wahyu tersebut selesai dan dicatat oleh Sayyed Fazl Shah Lahori. Aku diberikan pemahaman bahwa wahyu-wahyu ini berkaitan dengan kasus dinding yang dibangun oleh Imamuddin dan aku memahami bahwa pada akhirnya, keputusan kasus ini adalah mendukung diriku.

Karena itu, aku mengumumkan wahyu-wahyu ini ke sebagian besar pengikutku serta memberitahukan mereka maksud dari wahyu-wahyu tersebut serta kapan kebenaran wahyu tersebut akan zahir. Wahyu-wahyu tersebut diterbitkan di Al-Hakam dan saya berkata kepada setiap orang bahwa meskipun kasus ini nampaknya cukup merepotkan dan tidak ada harapan, namun Allah Ta’ala akan menciptakan beberapa sarana yang melaluinya kita akan memperoleh kemenangan; karena ini merupakan maksud dari wahyu tersebut.[11]

“الرحى تدور، وينـزل القضاء؛أي أن القضية سيتغيّر وَضْعُها، شَأْنَ الرَّحَى التي يختفى عند دورانها جُزْؤها الذي يكون أمام الأعين من قبل، ويظهر جزؤها الذي يكون محجوبا… هذا فضل الله الموعود، وسيأتي حتمًا، وليس بوسع أحد أن يمنعه…

Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam sendiri menerjemahkan wahyu bahasa Arab tersebut ke dalam bahasa Urdu. [Berikut adalah terjemahan bahasa Indonesianya]: “Penggilingan (gandum) akan berputar dan takdir samawi akan turun. Hal ini berarti bahwa kasus tersebut akan mengambil aspek baru sebagaimana penggilingan gandum berputar mengelilingi suatu bagian yang tampak lalu bergerak ke bagian yang tidak terlihat. Ini merupakan rahmat Allah Ta’ala yang telah dijanjikan; Rahmat Allah pasti akan datang dan tidak ada seorang pun yang bisa menolaknya.

قُلْ: أُقسِم بالله ربي أن هذا لهو الحق، ولن يتغير هذا الأمر ولن يخفى. سيظهر أمر يحيرك. هذا وحيٌ من ربّ السماوات العلى. إن ربي لا يحيد عن الصراط المستقيم الذي يسلكه عباده الأخيار، ولا ينسى عبادَه الذين يستحقون النصرة.

Katakanlah: ‘Demi Tuhan-ku, ini adalah kebenaran.’ Takdir ini tidak akan berubah dan tidak juga akan tetap tersembunyi. Suatu perkara akan muncul yang akan membuat kalian terheran-heran. Ini adalah wahyu dari Allah yang Maha Agung. Sesungguhnya Tuhan-ku tidak akan meninggalkan jalan yang lurus yang dilalui oleh para hamba pilihan-Nya, tidak pula Dia akan melupakan para hamba-Nya yang memerlukan pertolongan.

فاعلمْ أنه سيحالفك في هذه القضية ظفرٌ مبين، ولكن سيتأخر صدور هذا الحُكم إلى أجل قدّره الله… قُل إن الأمر كله بيد الله ربي، ثم ذرْ هذا المعارض سادرًا في غيّه وبطره واستكباره…

Jadi, engkau akan memperoleh kemenangan yang nyata dalam kasus ini namun akan tertunda hingga waktu yang telah ditentukan. Engkau beserta Aku dan Aku beserta engkau. Katakanlah: Segala perkara ada di tangan Allah; lalu tinggalkanlah musuh tersebut dalam kesalahan, ketakaburan dan kecongkakannya.

إن ذلك القادر معك، ويعلم الخفيّ بل الأخفى الذي يفوق إدراك البشر… إنه هو المعبود الحقيقي لا معبود سواه، فلا ينبغي للإنسان أن يثق بغيره بحيث يجعله إلهًا، إنما الله وحده المتصف بهذه الصفة. هو الذي يعلم كل شيء، ويرى كل شيء.

Tuhan Yang Maha Kuasa ada beserta engkau dan Dia mengetahui segala hal yang tersembunyi. Sungguh Dia mengetahui bahkan perkara-perkara yang paling rahasia dan di luar pemahaman manusia. Tiada yang lain yang patut disembah kecuali Dia; manusia hendaknya tidak bergantung kepada sesuatu apapun seolah-olah ia menyembah wujud tersebut. Ini merupakan suatu sifat yang hanya dimiliki-Nya. Dia adalah satu-satunya Dzat yang mengetahui segala hal dan melihat semuanya.

وإن الله مع الذين يتقونه ويخشونه، وإذا عملوا الخير عملوه بجميع لوازمه الدقيقة، ولا يعملون الصالحات بشكل سطحي ولا ناقص، بل يقومون بها بأدق جزئياتها وعلى أحسن وجه، وأولئك هُم الذين ينصرهم الله، لأنهم خدام سبل رضوانه، فيسلكونها ويجعلون غيرهم يسلكونها.

Allah beserta orang-orang bertakwa dan takut kepada-Nya. Ketika melakukan kebaikan, mereka melakukannya dengan memenuhi segala persyaratannya. Mereka tidak melakukan kebaikan dengan pura-pura dan tidak sempurna namun mereka melakukannya hingga ke perkara yang sangat halus dan bersikap adil terhadap segala hal tersebut. Demikianlah orang-orang yang Allah Ta’ala berikan pertolongan karena mereka berjalan di atas jalan yang diridhai-Nya, seraya membawa serta membimbing yang lain kepada mereka.

إنا أرسلنا أحمد –أي هذا العبدَ المتواضعَ- إلى قومه، فأعرَضوا عنه وقالوا كذّاب يريد حُطام الدنيا، أي أنه يريد متاع الدنيا بهذه الحِيَل. وشهدوا عليه في المحاكم ليُسجَن. إنهم ينهالون عليه بهجماتهم كسيلٍ عارمٍ آتٍ مِن علٍ، ولكنه يقول: إن حبيبي قريب مني جدا. إنه قريب ولكنه خفيّ عن أعين المعارضين.”

Kami telah mengutus Ahmad – yakni hamba yang lemah ini – bagi umatnya tetapi mereka berpaling daripadanya dan mereka mengatakan: ‘Ia adalah seorang pendusta yang licik, yang sibuk dalam urusan ketamakan duniawi’ yakni mengambil keuntungan dengan tipu muslihatnya. Mereka bersaksi di hadapannya agar dirinya ditangkap lalu menerkamnya seperti topan yang turun dari atas namun ia mengatakan: “Kekasih-ku dekat sekali, Dia itu dekat tetapi tersembunyi dari pandangan para musuh-Nya.”[12]

Setiap kali kasus pengadilan diajukan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as, kasus itu malah berbalik kepada musuh tersebut. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam yang beliau telah dengar secara langsung, kembali teringat beberapa tahun kemudian. Beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu ingat ketika masih kecil, beliau duduk di majelis Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam dan mendengar penjelasan dari berbagai macam permasalahan. Kemudian, ketika beliau membaca buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as, terasa bahwa beliau sudah pernah mendengar perkara-perkara tersebut sebelumnya. Hal ini adalah karena merupakan kebiasaan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam untuk memberikan ceramah di majelis pada malam hari sehubungan dengan apapun yang telah beliau ‘alaihis salaam tulis di siang hari.

Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam biasanya bersabda bahwa keimanan yang luarbiasa melindungi seseorang agar tidak tersandung. Inilah keyakinan yang didasari oleh kesaksian dan ketika seseorang dengan keimanan seperti ini mendengar pendapat yang berlawanan, mereka tidak akan terpengaruh karena ia telah melihat Allah Ta’ala dengan mata mereka sendiri.

Seraya menceritakan kisah seorang sahabat yakni Munshi Aroora Khan Sahib, Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa banyak orang mengatakan kepada Munshi Aroora Sahib bahwa jika beliau mendengar pidato Maulwi Sanaullah, maka beliau akan mengetahui apakah Mirza Sahib itu benar atau tidak. Lalu ketika ditanya apakah Munshi Aroora Sahib masih tetap menganggap beliau benar setelah mendengar dalil-dalil tersebut? Munshi Sahib menjawab bahwa beliau telah melihat wajah Mirza Sahib. Oleh karena itu, meskipun Maulwi Sanaullah menyampaikan pidato selama 2 tahun di hadapan beliau, beliau akan berkata bahwa Mirza sahib merupakan seorang yang benar.

Beliau berkata bahwa meskipun beliau tidak dapat menjawab dalil-dalil Maulwi Sanaullah tersebut, namun di dalam hati beliau mengetahui kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as. Keimanan yang sempurna tidak didasari oleh kecerdasan namun oleh kesaksian. Kita hendaknya berupaya untuk melihat Allah Ta’aka dengan mata rohani kita dan keyakian kita terhadap Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam juga akan sempurna ketika kita akan memahami bahwa Allah Ta’ala telah mengirim beliau ‘alaihis salaam untuk mengadakan perubahan dan zaman tersebut sedang menyeru untuk kedatangan beliau as.

Sungguh, kondisi dunia merupakan bukti kebenaran beliau ‘alaihis salaam bahwa beliau ‘alaihis salaam datang pada masa yang buruk ini, sesuai dengan nubuatan Hadhrat Rasulullah saw. Kedatangan beliau merupakan keharusan zaman dan setiap masa kehidupan beliau ‘alaihis salaam merupakan bukti kebenaran beliau as. Hal ini hendaknya selalu diingat dan hendaknya kita memperkuat keimanan kita dengan melihat kenyataan ini. Semoga orang-orang lain juga ditarik ke arah ini!

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu meriwayatkan bahwa Munshi Aroora Khan Sahib dijuliki Aroora sesuai adat pada zaman tersebut. Keluarga-keluarga yang mengalami kematian bayi/anak akan menarik anak-anak mereka di tempat yang kotor sebagai ritual supaya mereka akan bertahan hidup; inilah cara pikir mereka dan karena itu, mereka menamai sang anak ‘Aroora’. Kata Aroora mengandung arti tempat yang kotor. Orang tua Munshi Aroora Sahib juga telah memberinya nama dengan cara seperti ini. Akan tetapi dalam pandangan Allah Ta’ala, beliau tidaklah seperti itu. Allah Ta’ala membawa beliau kepada Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam dan menyelamatkan beliau dari kematian jasmani dan rohani, mensucikan hati beliau dan memberkatinya dengan keimanan. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda bahwa tiada artinya untuk memperoleh keselamatan tanpa adanya ketulusan.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa Munshi Aroora Sahib bekerja bagi seorang Hakim. Beliau mengunjungi Qadian sekali sebulan. Pada saat keberangkatannya ke Qadian, sang Hakim biasanya berkata kepada stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tidak membuat Munshi Sahib terlambat karena ia (sang Hakim) beranggapan jika ada keluhan dari Munshi Sahib karena tidak dapat berangkat ke Qadian tepat waktu, maka hal tersebut akan membuat kehancuran bagi dirinya. Ia seorang Hindu namun begitu terkesan sehingga ia akan memberikan kemudahan bagi Munshi Sahib untuk meninggalkan pekerjaan pada saat yang tepat pada hari ketika beliau harus pergi ke Qadian.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa Allah Ta’ala senantiasa membalas kebaikan manusia. Allah Ta’ala menanggapi dengan cara yang sama terhadap seseorang yang hatinya senantiasa meleleh bagi-Nya. Dunia menghina serta menganiaya orang seperti itu namun ia senantiasa bangkit kembali segala keterpurukan. Ini merupakan jemaat yang terdiri dari orang-orang yang senantiasa berkembang seperti itu. Jika kita menanamkan kecintaan demikian bagi jemaat kita, maka kita akan mendapati bagaimana Allah Ta’ala akan meninggikan derajat kita.

Terkadang, mereka yang menjadi milik Allah Ta’ala bahkan tidak harus meminta sesuatu kepada-Nya dan mereka dengan murah hati berkata bahwa mereka tidak akan meminta kepada-Nya. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu senantiasa bersabda bahwa beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu mendengar dari Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bahwa suatu kali seorang suci berada dalam kesulitan yang sangat pelik. Orang-orang bertanya kenapa ia tidak berdoa? Ia menjawab bahwa jika Tuhannya tidak ingin memberikan apa yang ia inginkan maka meminta kepada-Nya akan menjadi hal yang tidak pantas. Jika bukanlah keinginan Allah Ta’ala untuk memberinya sesuatu, lalu bagaimana ia dapat meminta.

Sebaliknya ia berkata bahwa jika Allah Ta’ala ingin menganugerahinya sesuatu, maka termasuk ketidaksabaran jika meminta kepada-Nya. Kisah ini bukan berarti bahwa doa itu hendaknya tidak dipanjatkan. Namun berarti bahwa terkadang orang-orang mukmin berada dalam situasi dimana mereka merasa bahwa hendaknya mereka tidak berdoa pada Allah Ta’ala. Tentu Allah Ta’ala memerintahkan untuk menyampaikan permohonan. Hanya saja terkadang orang-orang yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah Ta’ala merasa sangat sabar disebabkan karena jalinan pribadi dengan Allah Ta’ala. Kedudukan ini tidak mudah diraih. Kedudukan ini tidak dapat diraih tanpa kerendahan hati yang mendalam saat shalat, tanpa memberikan sedekah atau dengan sikap lalai dalam memberikan pengorbanan harta di jalan Allah Ta’ala dan dengan senantiasa berdusta.

Qazi Amir Hussain Sahib merupakan seorang Wahabi yang sangat keras sebelum menjadi Ahmadi serta tidak dapat mematuhi suatu etika tertentu. Pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as, orang-orang biasa berdiri untuk menghormati beliau as. Qazi Sahib merasa bahwa hal ini tidak perlu dan merupakan bagian dari Syirik. Ia kemudian berdebat mengenai apa yang ia pikir tidak dapat diterima. Ketika Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu menjadi Khalifatul Masih, suatu kali Qazi Sahib berdiri memberikan penghormatan bagi beliau ra. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu mengingatkan beliau bahwa menurutnya hal tersebut adalah syirik.

Qazi Sahib tertawa dan menjawab bahwa dulu ia pikir ini adalah syirik namun ia tidak dapat mengendalikan dirinya dan berdiri secara tidak sadar. Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu mengatakan kepadanya bahwa di dalamnya terdapat jawaban bagi semua kritikan. Berdiri untuk memberikan penghormatan bagi seseorang atas dasar kepura-puraan (dibuat-buat) merupakan syirik namun berdiri atas dasar ketulusan dan spontanitas bukanlah termasuk syirik. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda bahwa terkadang jika timbul kepura-puraan dalam beberapa hal maka akan menjadikan kita berbuat syirik.

Suatu kali pada saat kewafatan saudaranya (Muhammad ibn Abu Bakar), Hadhrat Aisyah radhiyAllahu ta’ala ‘anhu secara spontan berteriak dan juga memukul wajahnya dengan tangannya. Ia berkata bahwa ini adalah reaksi spontan dan ia tidak melakukannya secara sadar.[13]

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda, “Saya mendengar Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam meriwayatkan bahwa pada masa seorang raja, yang saya menyangkanya Harun Rasyid, ada seorang Wali/suci, bernama Musa al-Ridha dari kalangan Ahli Bait (keturunan Nabi Muhammad saw) dipenjara dengan dalih bahwa ia dapat menciptakan kekacauan. Perintah untuk melepaskannya pun datang pada malam hari dengan tiba-tiba.[14]

Ia/sang Wali itu merasa heran. Ketika ia bertemu dengan raja, ia bertanya kenapa ia tiba-tiba dilepaskan? Raja berkata padanya bahwa ia telah bermimpi saat tertidur lalu dibangunkan di dalam mimpi oleh Hadhrat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang bertanya kepadanya, “Wahai Harun Rasyid! Bagaimana dengan yang terjadi bahwa anakku sedang dipenjara sementara engkau tidur dengan tenang!” Mimpi ini mendorong sang raja untuk segera mengeluarkan perintah untuk melepaskan orang tersebut.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu meriwayatkan bahwa Munshi Aroora Sahib, seorang pengikut Hadhrat Masih Mau’ud as, biasa mengunjungi Qadian setiap minggu. Beliau akan berjalan untuk menghemat biaya yang kemudian dapat beliau persembahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau memiliki penghasilan yang sedikit dan Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu melihatnya mengenakan satu jas selama masa hidupnya dan pakaiannya biasanya sangat biasa dan sederhana. Adalah keinginannya untuk terus menyimpan uang lalu memberikannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.

Karena kejujurannya, dari waktu ke waktu beliau selalu dipromosikan dan penghasilannya bertambah. Suatu kisah terkenal mengenai diri beliau setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam adalah bahwa beliau suatu kali mengunjungi Hadhrat Mushlih Mau’ud dan menangis sejadi-jadinya. Beliau mengambil beberapa koin emas dan berkata bahwa beliau ingin mempersembahkan ini kepada Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam namun tidak diberikan taufik untuk itu. Seraya berkata demikian, beliau pun kembali menangis dengan sejadi-jadinya.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa ini merupakan kecintaan dan kesetiaan yang sejati. Ada banyak kenikmatan di dunia ini yang dapat memberikan kenyamanan. Namun hati seorang mukmin sejati senantiasa sakit untuk menggunakan kenikmatan-kenikmatan tersebut dengan pikiran bahwa semua itu seharusnya adalah bagi Hadhrat Rasulullah saw. Suatu riwayat menceritakan bahwa Hadhrat Aisyah menangis ketika ia makan roti yang terbuat dari tepung yang digiling halus karena teringat bahwa Hadhrat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam hanya pernah memakan roti yang terbuat dari tepung yang digiling kasar.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa ketika masih kecil, beliau tertarik untuk berburu dan biasanya menggunakan senapan angin. Sebagai seorang anak muda, beliau sadar bahwa ayah beliau as, Hadhrat Masih Mau’ud as, kurang dalam hal makan namun tetap melakukan pekerjaan yang sangat menguras pikiran. Beliau telah mendengar bahwa binatang buruan baik bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang menguras pikiran. Jadi apapun yang beliau buru, beliau akan berikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam dan tidak pernah beliau memakannya sendiri. Demikianlah kecintaan dan kesetiaan yang sempurna sehingga beliau ra ingin memberikan segala kesenangan dan kenyamanan bagi seseorang yang dicintainya.

Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda bahwa Allah Ta’ala membentangkan dan membuka banyak khazanah ilmu pengetahuan Al-Quran kepada beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu dan berkali-kali beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu merasakan bahwa jika ilmu pengetahuan tersebut telah diberikan kepada beliau pada masa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam atau masa Hadhrat Khalifatul Masih I ra, maka beliau akan mempersembahkannya di hadapan mereka untuk membuat mereka senang. Beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu bersabda tentu Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam memiliki kedudukan yang zahir namun beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu juga memikirkan Hadhrat Khalifatul Masih I radhiyAllahu ta’ala ‘anhu karena telah mengajarkan Al-Quran kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu dan memberikan beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu kecintaan yang besar terhadap Al-Quran dan menginginkan beliau radhiyAllahu ta’ala ‘anhu untuk mempelajarinyadan menemukan maknanya.

Berlawanan dengan jiwa-jiwa suci yang rindu untuk berada di Qadian, juga ada beberapa orang yang baginya suasana Qadian ini menjadi musibah: Seseorang datang ke Qadian pada masa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam namun pergi sehari kemudian. Orang yang telah mengirimnya ke Qadian berpikir bahwa ia akan menetap di sana dan mendengarkan ceramah Hadhrat Masih Mau’ud as. Ia pun ditanya mengenai alasan kepergiannya yang tiba-tiba. Orang tersebut menjawab, “Bukankah Qadian merupakan tempat untuk orang-orang yang baik saja?”

Ketika diminta untuk menjelaskan, ia berkata, “Saya sampai di Qadian pada pagi hari dan kemudian dilayani dengan baik. Saya katakan kepada mereka bahwa saya telah berpergian dari Sind dan tidak mendapatkan kesempatan untuk merokok selama perjalanan. Lalu saya ingin merokok dan bersantai. Saya pun menunda untuk merokok ketika ada seseorang yang berkata bahwa Hadhrat Maulana Nuruddin hendak memberikan daras hadits. Lalu saya pun pergi mendengarkan daras tersebut seraya berpikir bahwa saya akan merokok pada waktu luang setelah daras tersebut.

Setelah daras selesai, seseorang berkata bahwa makan siang telah siap, makanlah terlebih dahulu. Saya pikir tidak apa-apa, saya akan bersantai setelah santap siang lalu merokok. Setelah santap siang, terdengar azan dhuhur dan saya diminta untuk ikut shalat dhuhur. Setelah shalat, Mirza Sahib mengadakan majelis. Saya pikir, baiklah saya akan mendengarkan Mirza Sahib lalu merokok. Kemudian, setelah pergi ke toilet, saya menyalakan rokok dan baru saja menghisap 2 kali, waktu ashar pun tiba. Saya pikir saya akan bebas merokok pada sore hari.

Setelah itu, seseorang berkata bahwa Maulana Nuruddin sedang memberikan daras Al-Quran. Segera setelah daras, azan Maghrib pun dikumandangkan dan saya pun tidak sempat merokok. Setelah shalat, Mirza sahib mengadalkan majelis lagi. Saya pikir mungkin saya akan merokok setelah ini namun setelah itu pun ada makan malam. Setelah makan malam, saya pikir sekarang adalah saatnya saya merokok namun orang-orang mengajak saya untuk shalat Isya. Setelah shalat Isya, saya bersyukur pada Allah Ta’ala bahwa sekarang tidak ada lagi yang harus dilakukan dan saya akhirnya bisa menikmati rokok saya.

Baru saja saya menyalakan rokok, saya mendapati Maulana Nuruddin memberikan nasehat kepada orang-orang yang datang dari luar Qadian setelah shalat isya. Maulana Nuruddin pun mulai memberikan ceramah. Perjalanan saya sangat melelahkan dan oleh karena itu, saya tertidur sembari masih duduk dan tidak tahu dimana saya berada dan dimana rokok saya. Ketika bangun di pagi hari, saya mengumpulkan perlengkapan saya lalu kabur seraya berpikir bahwa Qadian adalah tempat tinggal bagi seorang yang baik!”

Kemudian, saya ingin menyampaikan secara singkat sehubungan dengan kondisi dunia saat ini. Para anggota Jemaat perlu terlibat dalam memanjatkan doa secara luar biasa karena melihat kondisi dunia yang bergerak cepat ke arah kehancuran. Segera setelah peristiwa barbar di Prancis, pemerintah-pemerintah negara Barat mengambil langkah-langkah keras melawan mereka yang mengaku sebagai Negara Islam yang berada Suriah dan Iraq dan sekarang pemerintah-pemerintah negara Barat merencanakan serangan udara di sana. Bahkan mereka telah memulai serangan udara tersebut.

Jika pemerintah-pemerintah ini ingin melakukan serangan udara, mereka hendaknya menargetkan mereka yang berbuat dzalim. Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang tidak berdosa dari serangan tersebut. Sebagian besar orang yang tinggal di Suriah sedang menanggung penderitaan yang tak dapat diungkapkan. Mereka tidak memiliki jalan keluar. Negara-negara Islam tetangga juga tidak serius untuk membendung kejahatan ini. Apa yang perlu diharuskan bagi negara-negara tetangga ialah bersatu dan memberikan pertolongan kepada pemerintah-pemerintah di sana untuk memberantas kejahatan.

Akan tetapi kedzaliman sedemikian rupa diperbolehkan untuk tumbuh sehingga menjadi berkembang ke seluruh dunia. Juga dikatakan bahwa beberapa negara-negara Islam tetangga sedang melakukan perdagangan dengan negara Islam tersebut (ISIS). Mereka membeli minyak dari mereka. Rusia telah menuduh Turki sehubungan dengan hal ini meskipun Turki sendiri menyangkalnya dan sebaliknya malah menuduh Rusia berbuat demikian. Bagaimanapun juga, sesuatu hal sedang terjadi dan perdagangan sedang berlangsung. Saya telah mengatakan hal ini selama bertahun-tahun.

Rusia juga telah bergabung dengan negara-negara Barat dalam melancarkan serangan udara meskipun Rusia sendiri tidak sepaham dengan mereka. Rusia berada di pihak pemerintah Bashar Al-Assad sementara seluruh dunia menentangnya. Namun demikian, pada saat ini kedua pihak menjadikan Daesh sebagai target mereka. Terlepas dari hal ini, sebagaimana yang saya sebutkan di atas, ada perselisihan di antara mereka. Jika situasi menjadi serius, China mengumumkan akan mendukung Rusia. Pemerintah Suriah berkata bahwa serangan udara negara-negara Eropa tidak akan memberikan manfaat jika tidak dilakukan bersama dengan mereka. Turki menembak jatuh pesawat Rusia dan dampaknya adalah munculnya pernyataan dan maklumat permusuhan.

Juga telah disebutkan bahwa jika mereka yang mengaku Negara Islam itu harus meninggalkan Iraq dan Suriah, maka mereka berencana akan membuat pangkalan dan pusat pemerintahan di Libya. Lalu apa dampak yang akan terjadi? Jelas, jika mereka diberantas bukanlah suatu kemungkinan yang kecil bahwa serangan udara akan mulai dilancarkan di Libya dan lagi-lagi warga sipil akan terbunuh.

Negara-negara Barat sebelumnya senantiasa memberikan pertolongan kepada pemerintah-pemerintah ini tetapi sekarang berpaling melawan mereka lalu mengubah rezim tersebut atau berupaya untuk mengubahnya. Kekacauan yang terjadi di dunia saat ini disebabkan oleh kurangnya keadilan yang dilakukan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Malangnya, pemerintah-pemerintah Islam juga melakukan ketidakadilan dan kekajaman tersebut di negara-negara mereka sendiri.

Pendek kata, segala urusan negara begitu kompleks sehingga menyerupai kondisi perang dunia meskipun hendaknya dikatakan bahwa perang dunia telah terjadi pada skala yang kecil. Banyak para analis/pengamat di sini telah mulai mempelajari kondisi ini dan menulis bahwa perang dunia telah terjadi. Namun yang masih tampak ialah bahwa tidaklah negara-negara digdaya maupun pemerintahan Muslim akan tertarik untuk bersikap adil. Untuk menghadapinya, tampaknya setiap orang hendaknya bersama-sama mengambil sikap untuk melawan mereka yang mengaku sebagai Negara Islam ini sehingga dapat dimusnahkan dan kedamaian pun dapat terjaga.

Namun demikian, beberapa perkara tertentu mengindikasikan bahwa situasi tidak akan membaik meskipun kejahatan tersebut dihapuskan. Hal itu karena kemudian negara-negara digdaya akan memulai pertempuran dan menyerupai terjadinya perang. Hal tersebut adalah disebabkan oleh perselisihan antara Rusia dan kekuatan-kekuatan Barat sedang meningkat dan akibatnya sekali lagi akan terjadi hilangnya banyak nyawa warga sipil. Inilah apa yang telah kita lihat pada peperangan di masa lalu bahwa sebagian besar nyawa yang hilang adalah warga sipil yang tidak bersalah.

Oleh sebab itu diperlukan banyak doa sehubungan dengan hal ini. Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan dunia dari kehancuran! Sebagai tambahan, beberapa tahun yang lalu, saya menarik perhatian Jemaat untuk mengambil langkah-langkah atau upaya-upaya berjaga-jaga/antisipasi dalam kondisi genting (precautionary measures). Hendaknya perhatian diberikan ke arah tersebut. Saya secara singkat dan jelas telah mengindikasikan beberapa masalah di sini. Bersamaan dengan itu, saya sekali lagi menarik perhatian untuk berdoa. Semoga Allah Ta’ala memberikan pemahaman kepada berbagai pemerintah dan negara-negara digdaya untuk tidak membawa dunia kepada kehancuran.

Penerjemah: Hafizurrahman; Editor: Dildaar Ahmad


[1] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud as, vol II hal 769]

[2] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud as, vol II hal 768]

[3] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud as, vol II hal 770]

[4] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam vol II hal 770]

[5] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam vol II hal 770]

[6] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam vol II hal 770]

[7] [Al-Masih di Hindustan, hal 10-11]

[8] [Al-Masih di Hindustan, hal 11]

[9] [Sitara-e-Qaisariyah, Bintang Sang Ratu/Kaisar Wanita, hal 11]

[10] [Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud as, vol I hal 747]

[11] [Tadhkirah hal 450-451]

[12] (Tadhkirah hal 451-453)

[13] Muhammad bin Abu Bakar, termasuk terlibat dan ikut serta dalam rombongan pemberontak terhadap Khalifah Utsman ra. Beliau mundur dari usaha dan upaya melukai Khalifah Utsman ra segera setelah sang Khalifah menasehatinya. Bertahun-tahun kemudian, ia ikut di barisan Khalifah Ali ra dan mendapat tugas sebagai Amir wilayah Mesir. Muawiyah bin Abu Sufyan, yang menentang Khalifah Ali ra satu demi satu mengutus pasukannya keluar wilayah Syam guna memperkuat pendukungnya di berbagai wilayah dan sekaligus mengusir dan memerangi para pendukung Khalifah Ali ra. Muhammad bin Abu Bakar terbunuh (syahid) setelah kalah berperang melawan Amr ibn Ash dan Muawiyah ibn Hudaij, panglima perang kiriman Muawiyah. Jenazahnya diperlakukan dengan tidak hormat. Hal inilah yang membuat bersedih saudarinya, Hadhrat Aisyah binti Abu Bakar rha.

[14] Di website resmi Jemaat, teks terjemahan bahasa Arab dari Khotbah ini menuliskan nama Musa ar-Ridha. Untuk diketahui bahwa menurut catatan sejarah, dua raja yaitu Harun ar-Rasyid dan anaknya, Ma’mun ar-Rasyid dari dinasti Abbasiyah pada saat memerintah di masa yang berlainan, memang memenjarakan Musa al-Kazhim, putra Ja’far ash-Shadiq, putra Muhammad al-Baqir, putra Ali Zainul Abidin, putra Husain, putra Ali ibn Abi Thalib. Hadhrat Musa al-Kazhim keturunan Siti Fatimah, istri Ali ibn Abi Talib. Beberapa tahun kemudian putra Musa al-Kazhim, Ali ar-Ridha bin Musa al-Kazhim juga dipenjara saat putra Harun ar-Rasyid memerintah.

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.