Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
24 Maret 2017 di Masjid Baitul Futuh, London, UK
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Kemarin, tanggal 23 Maret, adalah tanggal penting dalam sejarah Jemaat Ahmadiyah karena pada tanggal ini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihis salaam dari Qadian mendirikan Jemaat Ahmadiyah dengan mengambil baiat resmi. Beliau as mengumumkan bahwa diri beliau ialah Al-Masih yang dijanjikan dan Al-Mahdi yang dijanjikan yang mana kedatangan beliau as telah dijanjikan Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam dengan lisan beliau saw sendiri.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Saya diutus untuk menegakkan Tauhid Ilahi dan guna mengokohkan kecintaan kepada Allah Ta’ala ke dalam hati umat manusia.”
Beliau as juga bersabda,”Tuhan menghendaki agar semua ruh yang bertabiat baik yang tinggal di berbagai Negara di seluruh pelosok dunia, biar yang tinggal di Eropa, ataupun di Asia, semuanya Dia tarik kepada Tauhid dan Dia himpun kedalam satu Agama. Inilah kehendak Tuhan, untuk maksud mana saya telah diutus ke dunia. Oleh karena itu, ikutilah maksud ini oleh kalian, namun dengan lemah lembut, dengan akhlak dan budi-pekerti serta dengan memfokuskan diri dengan banyak-banyak memanjatkan doa.” [1]
Beliau as bersabda, “Saya mendapatkan derajat dan kedudukan ini sebagai hasil dari kepengikutan saya kepada Nabi Muhammad saw dan yang benar dan sungguh sungguh dari saya kepada beliau; dan atas hal itu sesungguhnya itu ialah pesan yang ditujukan kepada seluruh umat manusia di dunia agar mereka menyintai Rasul nan mulia ini dan mengikuti beliau saw; hal mana itu menguatkan hubungan mereka dengan Allah Ta’ala dan menjadikan mereka sebagai para Muwahhid (bertauhid) hakiki.”
Beliau as bersabda, “Bagi seluruh Bani Adam (umat manusia) kini tidak ada seorang rasul juru syafaat selain Muhammad Mustafa s.a.w.. Maka berusahalah untuk menaruh kecintaan yang setulus- tulusnya kepada Nabi agung itu, dan janganlah meninggikan seseorang selain beliau dalam segi apapun, agar di langit kamu dicatat di daftar orang-orang yang memperoleh keselamatan. Dan ingatlah, bahwa najat (keselamatan) bukanlah sesuatu yang akan nampak nanti sesudah mati, melainkan najat yang hakiki ialah yang memperlihatkan cahayanya di alam dunia ini juga. Siapakah yang memperoleh keselamatan? Ialah dia yang berkeyakinan bahwa Tuhan benar-benar ada, dan bahwa Muhammad s.a.w. adalah juru syafaat yang menjadi penengah antara Tuhan dan seluruh makhluk; bahwa di bawah bentangan langit ini tidak ada rasul lain somartabat dengan beliau, dan tidak ada Kitab lain semartabat dengan Alquran; bahwa Tuhan tidak menghendaki siapa pun untuk hidup selama-lamanya; akan tetapi Nabi pilihan ini hidup untuk selama-lamanya.”[2]
Inilah dia kedudukan Nabi Muhammad saw dan kecintaan mendalam yang selalu dinyatakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dengan kuat; dan beliau as menasehatkan kepada para pengikut beliau as agar selalu memelihara hal itu. Zalimlah orang-orang yang mengatakan Hadhrat Masih Mau’ud as dan pengikut beliau as mengurangi dan merendahkan status Baginda Nabi Muhammad saw dibawah status Hadhrat Masih Mau’ud as. Na’udzu biLlaah min dzaalik.
Saat ini, hal ini adalah tuduhan yang dilontarkan terhadap para Ahmadi di Algeria (Aljazair). Atas dasar tuduhan itu, para Ahmadi di sana dipenjarakan. Sedemikian rupa bahkan mereka menarget para wanita Ahmadi untuk dihadapkan ke tuntutan pengadilan. Mereka dipaksa untuk melakukan perjalanan berjam-jam dengan anak-anak mereka yang masih kecil dan menyusui, dibawa ke kota-kota yang jauh yang ada pengadilan untuk menghadapi tuntutan pengadilan di sana. Namun, wanita-wanita Ahmadi tersebut mengirimkan pesan yang sampai kepada saya adalah sebagai berikut, “Kami telah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as; dan setelah mengimani beliau as, kami telah mengetahui apa itu Tauhid (Ke-Esaan Tuhan) hakiki dan kami menjadi paham keluhuran derajat Hadhrat Rasulullah saw dan hakekat kecintaan yang sesungguhnya kepada beliau saw. Karena itu, setelah ini semua, tidak mungkin bagi kami untuk menarik diri mereka darinya.”
Kita berdoa kepada Allah agar Dia memudahkan bagi para Ahmadi di Negara itu untuk dilepaskan dari kesulitan-kesulitan, kita juga berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahi kaum Muslim kesempatan untuk mengimani pengabdi setia Hadhrat Rasulullah saw (yaitu Hadhrat Masih Mau’ud as) yang telah datang sesuai janji Allah Ta’ala sendiri guna menegakkan Tauhid dan menerbitkan lagi Islam.
Seseorang dapat menangkap dan mengukur kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada Allah Ta’ala dan keperihan hati beliau bagi manusia untuk mendirikan Tauhid dari kalimat beliau as berikut ini. Beliau as bermunajat kepada Tuhannya: “[Ya Tuhan], Jiwaku membubung tinggi menuju-Mu dengan penuh ketawakkalan (penyerahan diri), seperti layaknya seekor burung terbang membubung menuju sarangnya. Karena itu, hamba hasratkan dari Engkau agar Engkau menampakkan tanda atas Qudrat (kekuasaan) Engkau, bukan demi diri hamba dan kehormatan hamba atau alasan pribadi apapun, melainkan agar manusia dapat mengenali Engkau dan supaya mereka memilih jalan Engkau nan disucikan, agar jangan sampai mereka menyimpang dari bimbingan Engkau disebabkan pendustaan mereka terhadap yang Engkau telah utus. Hamba bersaksi bahwa Engkau telah mengutus hamba; dan Engkau telah menampakkan tanda-tanda yang banyak lagi perkasa guna mendukung hamba sampai-sampai Engkau telah perintahkan matahari dan bulan bergerhana di bulan Ramadhan pada hari-hari tertentu dalam nubuatan.
اللهم إني أعرفك حقا أنك أنت إلهي،لذا فإن روحي تتوثب إليك بسماع اسمك كما يتوثب الرضيع لرؤيةأمه،ولكن أكثر الناس لم يعرفوني ولم يقبلوني”.
‘Ya Allah, sesungguhnya hamba mengenal Engkau dengan hak bahwa Engkau ialah sesembahan hamba. Maka, ruh hamba melengket kepada Engkau dengan mendengar nama Engkau sebagaimana bayi yang menyusu melengket saat melihat ibunya. Namun, banyak orang yang belum mengenali hamba dan belum menerima hamba.’”[3]
Pada satu sisi, beliau as dipercayakan tugas mengokohkan kecintaan kepada Allah kedalam hati umat manusia dalam kapasitas beliau as sebagai khadim (pelayan) Nabi Muhammad saw sedangkan pada sisi lainnya pada diri beliau sendiri tenggelam dalam kecintaan Ilahi. Tampak dari sabda beliau as ini kecintaan beliau as yang mendalam kepada Allah Ta’ala dan kesadaran menegakkan keagungan Allah Ta’ala di satu segi, sementara pada segi lainnya terdapat keprihatinan mendalam guna menyelematkan umat manusia.
Beliau as bersabda mengenai hal itu: “Betapa malangnya manusia, yang bahkan hingga kini belum mengetahui juga bahwasanya ia mempunyai Satu Tuhan Yang berkuasa atas tiap sesuatu. Sorga kita adalah Tuhan kita. Puncak kelezatan kita terletak pada Tuhan kita, sebab kami telah melihat-Nya, dan segala kejuitaan tampak pada wujud-Nya. Harta itu patut dimiliki, walaupun untuk memilikinya harus dengan jalan mempertaruhkan jiwa. Ratna mutu manikam (intan) itu patut dibeli, sekalipun untuk memperolehnya harus dengan jalan meniadakan segala wujud kita. Wahai orang-orang yang merugi! Bergegaslah lari menuju sumber mata air ini, agar oleh mata air itu dahagamu akan dilepaskan. Inilah sumber mata air kehidupan yang bakal menyelamatkan kamu sekalian. Apakah gerangan yang harus kuperbuat, dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini kepada setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana jenisnya harus kuumumkan di pusat-pusat keramaian bahwa inilah Tuhan-mu, agar orang dapat mendengar? Dengan obat apakah harus kuobati telinga orang-orang agar jadi terbuka untuk mendengarnya?”
Maka, betapa kalimat-kalimat ini mengandung gejolak dan keprihatinan, bahkan kalimat dari antaranya penuh dengan sejenis gejolak semangat dan keperihan. Tiap kata pada kalimat tersebut mempunyai kandungan arti dan tiap kandungan arti diantara itu penuh dengan api semangat dan kepedulian penuh keperihan. Tiap orang mampu menyerapnya sesuai kemampuan pemahaman dan pengertiannya; dan tiap kali seseorang terperosok masuk ke dalam keperihan ini karena pemahamannya yang bertambah maka bertambah pula keruhaniannya secara luar biasa, “Jika kamu menjadi kepunyaan Tuhan, maka ketahuilah dengan seyakin-yakinnya bahwa Tuhan adalah kepunyaanmu sendiri. Di kala kamu sedang tidur, maka Tuhan akan menjagaimu. Di tengah kamu lengah dari musuhmu, Tuhan akan mengamat-amati musuhmu dan akan mematahkan siasat-siasatnya. Kamu sekalian sampai kini belum mengetahui, kodrat-kodrat apakah yang Tuhan-mu miliki. Sekiranya kamu mengetahui, tentulah tidak ada hari akan tiba kepadamu, bila kamu amat bersedih hati memikirkan urusan keduniaan. Seorang yang memiliki sejumlah harta-benda, maukah ia menangis dan meratap-ratap lalu membinasakan dirinya, hanya karena uangnya sesen telah hilang? Kemudian jikalau kamu maklum akan harta itu, dan kamu maklum bahwa Tuhan akan mencukupi segala keperluanmu; maka mengapakah kamu demikian asyik tenggelam dalam urusan duniawi?
Tuhan adalah suatu Khazanah kesayangan, maka hargailah Dia! Sebab, Dia adalah Penolong-mu dalam tiap langkah tindakanmu. Tanpa Dia kamu sekalian tak berarti sedikit pun; begitu pula daya-upayamu tiada berarti.
Janganlah engkau meniru kaum lain yang sepenuhnya menggantungkan diri pada sarana-sarana duniawi (artinya, mereka yang tidak tertarik kecuali pada kenikmatan duniawi dan memanjakan diri pada sarana materi) dan mereka bergantung pada sarana duniawi yang rendah itu sebagaimana seekor ular menjilati debu-debu tanah. Bagai seekor burung nasar dan anjing makan bangkai, mereka membenamkan rahang untuk menggigiti bangkai… Aku tidak melarang kamu sekalian dari mempergunakan sarana-sarana kebendaan sampai batas keseimbangan tertentu (artinya, tidak kularang kalian memanfaatkan kenikmatan duniawi hingga ke batas yang seimbang). Sesungguhnya yang kularang ialah kamu menjadi budak sarana-sarana kebendaan semata-mata seperti kaum lain, lalu melupakan Tuhan Yang mengadakan sarana-sarana itu juga. (maknanya, Allah Ta’ala Sendiri Yang menyediakan bagimu sarana-sarana dan faedah-faedah material ini, maka, janganlah memanjakan diri di dalamnya, melainkan senantiasalah memandang kepada Allah Yang telah menciptakan itu semua bagi kalian) Jika sungguh kamu punya mata, niscaya kamu akan menyaksikan, bahwa hanyalah Tuhan yang berwujud; dan segala yang lain tidak ada artinya samasekali.”
Ini adalah hubungan kedekatan yang harus kita bangun dengan Allah Ta’ala dan ini adalah standar yang diharapkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dari para pengikutnya.
Dalam satu kesempatan, Hadhrat Masih Mau’ud as membacakan untaian syair di dalam masjid Mubarak dan air mata mengalir dari mata beliau. Untaian syair tersebut ditulis oleh Hasan bin Tsabit dan ditulis dalam memuji Rasulullah saw dimana beliau menulis:
كُنْتَ السـَّوَادَ لِنَاظِرِي
‘Kuntas sawaada lin naazhirii.’ – “Engkau (Wahai Muhammad saw) dahulu adalah biji mataku,
فَـعَمَى عَلَيْـكَ النَّاظِرُ
‘Fa’amiya ‘alayyan naazhiru.’ – Kini (setelah kewafatan engkau) mataku menjadi buta.
مَن شَـاءَ بَعْدَكَ فَلْيَمُتْ
‘Man syaa-a ba’daka falyamut.’ – “Sekarang setelah engkau, aku tak peduli siapa pun yang mati,
فَعَـلَيْكَ كُنْتُ أُحَـاذِرُ
‘Fa’alaika kuntu uhaadziru.’ (namun yang) aku cemaskan hanyalah kewafatan engkau saja. “[4]
Artinya, “Wahai Rasul Allah tercinta, mata hamba telah menjadi buta karena kewafatan engkau hari ini. Tidak kupedulikan sekarang siapa yang mati setelah engkau karena yang kutakutkan kewafatan engkau hari ini.”
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda ketika beliau membaca untaian syair ini, کاش یہ شعر میری زبان سے نکلتا ۔ ‘Kaasy! Yeh sye’er meri zaban se nikalta.’ Aduhai! Andai saja bait puisi ini datang dari lidahku”.[5]
Mengalirnya air mata dengan deras dari mata Hadhrat Masih Mau’ud as ketika mengulangi bait-bait syair ini merupakan bukti jelas emosi dan perasaan yang ada di denyut hatinya.
Mereka yang menuduh Hadhrat Masih Mau’ud as (na’udzu billah min dzaalik) bahwa beliau menganggap diri beliau lebih tinggi kedudukannya dibanding Hadhrat Rasulullah saw tidak bisa mendekati keasyikan dan kecintaan sejati Hadhrat Masih Mau’ud as bagi Hadhrat Rasulullah saw.
Berkaitan dengan kejadian ini, Hadhrat Mirza Bashir Ahmad ra melukiskan secara menyenangkan gambaran perasaan-perasaan yang meluap dari hati Hadhrat Masih Mau’ud as, “Beliau telah mengalami setiap jenis kesulitan dan kekejaman. Angin badai penentangan menerpa beliau sangat sering. Berbagai jenis bahaya dan kedukaan telah beliau terima. Tuduhan pembunuhan diajukan kepada beliau di pengadilan. Telah beliau lihat pemandangan kematian orang-orang yang dikasihi, kerabat, dan orang yang disayangi bahkan putra-putri beliau. Namun, seiring dengan itu, beliau tidak pernah menunjukkan atau mengekspresikan emosi kesedihan atau duka beliau pada raut muka beliau. Namun, jika berkaitan dengan Rasulullah saw, maka beliau akan penuh dengan emosi dan air mata akan mengalir dari kedua bola mata beliau dengan deras.”
Kita akan dapati contoh-contoh tak terhitung lainnya di dalam buku-buku beliau juga pada berbagai sabda dan ujaran Hadhrat Masih Mau’ud as yang mengilustrasikan cinta kasih yang amat dalam yang beliau miliki kepada Rasulullah saw.
Suatu kali beliau as menulis setelah mendengar ada orang non Islam yang sedang melancarkan serangan yang amat menyakiti hati terhadap pribadi suci Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. Dengan hati yang tidak sanggup menahan lidah kasar dan penghinaan serta celaan mereka, beliau as bersabda, “Tidak ada yang yang sangat melukai hati saya seperti penghinaan mereka terhadap pribadi al-Mushthafa (yang terpilih) saw itu dan dan celaan yang dilancarkan oleh mereka kepada makhluk terbaik itu. Demi Tuhan, jika semua anak-anakku dan anak dari anak-anakku dibunuh di hadapan mataku, begitu juga demikian semua sahabatku dan semua orang yang membantu dan menolongku dan jika kaki dan tanganku sendiri dipotong, bola mataku dikeluarkan dan semua maksud tujuanku dimahrumkan, semua kebahagiaan dan sarana-saranaku hilang, maka dibandingkan dengan semua itu pun kesedihanku jauh lebih besar apabila dilakukan serangan-serangan kotor seperti demikian terhadap Rasul Akram saw. ربِّ انظُرْ إلينا وإلى ما ابتُلينا ونجنا منه Ya Tuhanku, pandanglah kami dan apa-apa yang menguji kami dan sukseskanlah kami melaluinya.”[6]
Hadhrat Masih Mau’ud as pernah bersabda bahwa jika seluruh anak keturunan beliau dibunuh di depan matanya dan kedua tangan dan kaki beliau dipotong dan kedua biji mata beliau dicungkil keluar, maka semua itu tidak menyakiti hati beliau seperti halnya sakitnya serangan pada akhlak mulia Rasulullah saw.
Redaksi suratkabar ‘Wakil’ di Amritsar yang bukan Ahmadi telah menulis menjelaskan hal itu pada waktu kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as, “Kewafatan Tn. Mirza mengejutkan umat Muslim. Ya! Umat Muslim yang terpelajar dan tercerahkan. Mereka menyadari meski terdapat perbedaan-perbedaan tajam seputar akidah dan dakwanya, tetaplah pria agung di kalangan mereka telah wafat. Dengan kewafatannya terputuslah pekerjaan pembelaan agung terhadap Islam yang berkaitan dengan pribadi beliau as.
Tidak diragukan lagi hari ini telah ditakdirkan bahwa Tn. Mirza yang terhormat – setelah beliau selesaikan misinya – telah menuliskan karya-karya tulis yang mana kami akui keagungannya dari hati kami terdalam. Dan, seberapa pun luas dan kuat pembelaan kami di masa mendatang akan mustahil dilakukan bila jahil (tidak paham) akan tulisan-tulisan Tn. Mirza.” (Artinya, pembelaan terhadap Islam takkan bisa dilakukan tanpa tulisan-tulisan beliau itu)
Setiap pekerjaan yang Hadhrat Masih Mau’ud as lakukan ialah guna membuktikan Islam itu agama terakhir dan sempurna dari Allah; dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad saw supaya itu menjadikan umat manusia mengakui keagungan beliau saw. Dan juga, untuk memberitahukan kepada dunia bahwa maqam Rasulullah saw itulah yang pokok (paling penting). Beliau as telah menjelaskan kepada para pengikut semua agama di dunia bahwa tidak ada agama yang seperti agama Muhammad saw. Para pengkritik seyogyanya membaca pernyataan beliau as betapa dalam kecintaan beliau as kepada Rasulullah saw. Renungkanlah itu yang jika tidak maka mengajukan kritik ialah tanda kejahilan semata.
Hadhrat Masih Mau’ud as senantiasa bersabda selamanya bahwa beliau as ialah murid baik dan pelayan penuh syukur dan segala yang telah beliau raih adalah dengan keberkahan Rasulullah saw, junjungan beliau as, yaitu Muhammad al-Mushthafa saw dan karena mengikuti contoh mulia beliau saw saja.
Pada satu kesempatan beliau bersabda, “Saya bersumpah atas nama Allah Ta’ala bahwa sebagaimana Allah Ta’ala telah menganugerahi karunia kehormatan mukalamah dan mukhathabah kepada Ibrahim dan kemudian pada Nabi Ishak, Ismail, Ya’kub, Yusuf, Musa dan Isa putra Maryam dan kemudian kepada Rasulullah saw, yang mana Dia anugerahkan wahyu-Nya yang paling bercahaya dan paling murni, demikian pula dengan cara yang sama Dia telah menganugerahkan karunia kehormatan mukalamah dan mukhathabah kepada saya. Namun, ini benar-benar murni karena sikap kepengikutan saya secara sempurna kepada Majikan kami, Muhammad saw. Jika saya bukanlah diantara para pengikut beliau saw dan tidak mengikuti contoh mulia beliau, maka bahkan jika amalan-amalan luhur saya adalah seberat semua gunung di dunia, saya tidak akan pernah selamanya dianugerahi karunia kehormatan mukalamah dan mukhathabah dari Allah Ta’ala.”[7]
Jika seseorang tetap melancarkan tuduhan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as hatta bahkan setelah menyimak semua ini maka ini murni merupakan bentuk kezaliman dari mereka dan dilakukan karena kebodohan dan kejahilan. Kita tak bisa berkata selain itu. Urusan mereka hanya kepada Allah, artinya tentang mereka yang mendakwakan diri sebagai tokoh-tokoh dari para Ulama. Tujuan Hadhrat Masih Mau’ud as tidak hanya – pada satu segi – datang untuk menegakkan Tauhid dan memberitahukan kepada dunia mengenai kedudukan dan pangkat hakiki agung Hadhrat Rasulullah saw serta menghimpun mereka di bawah liwa (panji dan bendera) beliau saw, namun – pada segi lainnya – beliau as juga datang untuk membuat kuat pemahaman dalam hati umat manusia untuk memenuhi hak sesama makhluk ciptaan Allah Ta’ala dan juga untuk menanamkan kasih sayang untuk mereka serta berperilaku sesuai hal itu.
Karena itu, dalam syarat-syarat baiat, ada dua syarat yang secara langsung terhubung dengan tema itu. Syarat nomor 4 mengatakan: bagi orang yang berbaiat ia berjanji untuk tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga.
Syarat nomor 9: Akan selamanya sibuk dalam menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya.
Berkaitan dengan hal ini, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Agama mempunyai dua aspek. Pertama, kecintaan kepada Allah dan kedua kecintaan terhadap umat manusia sampai tingkat menganggap penderitaan mereka sebagai penderitaannya lalu berdoa untuk mereka.”
Lalu, beliau as bersabda, “Agama dan Islam sesuai ajaran Islam terdiri dari dua aspek saja atau dapat kita katakan dalam istilah lain, ajaran ini mempunyai dua tujuan agung, pertama, mengenali Allah Ta’ala dengan pengenalan yang sebenarnya dan larut dalam menaati-Nya dengan kepatuhan yang benar sebagaimana tuntutan ketaatan dan kecintaan. Yang kedua, untuk melakukan segala usaha, kemampuan, kualitas dan anugerah karunia untuk melayani ciptaan Allah Ta’ala dan memperlakukan mereka dengan rasa simpati; bersikap syukur (berterima kasih, menghargai), berbuat baik kepada tiap orang yang berbuat baik kepadanya mulai dari tingkatan Raja hingga level terendah dari manusia.”
Begitulah ajaran mengenai perlakuan terhadap sesama makhluk setelah menyintai Allah; dan dapat kita katakan ajaran ini mengarahkan perhatian kita pada pemeliharaan makhluk Allah dengan kecintaan pada Allah. Maka, apa amal perbuatan pribadi beliau as terkait hal ini dan bagaimana beliau berlaku? Berkaitan dengan hal ini, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Saya ingin menegaskan kepada semua umat Muslim, Kristiani, Hindu dan Arya bahwa saya tidak memiliki permusuhan melawan siapapun di dunia ini. Cinta kasih yang saya miliki untuk seluruh umat manusia adalah jauh lebih besar dari cinta kasih seorang Ibu yang baik hati kepada anak-anaknya bahkan lebih dari itu. Saya memusuhi doktrin-doktrin salah yang mematikan kebenaran. Bersikap simpati kepada umat manusia merupakan tugas kewajiban saya; sebagaimana itu adalah prinsip saya untuk membenci kepalsuan dan kebohongan, syirk, kekejaman, tiap perbuatan yang merupakan kebejatan moral, ketidakadilan dan perilaku buruk.”
Hadhrat Masih Mau’ud as menjelaskan hal ini bukan hanya dengan tulisan dan pidato saja dan tidak cukup hanya melakukan pernyataan saja bahwa beliau menyintai umat manusia lebih banyak dibanding selain beliau as; bahkan kita lihat penampakkan itu pada kenyataan yang sebenarnya dari perilaku beliau selama hidup beliau. Beliau telah menyatakan diri sebagai Al-Masih yang dijanjikan dan Allah Ta’ala memperlihatkan tanda-tanda pembenaran atas pendakwaaannya itu, yang diantaranya ialah dalam corak bencana-bencana kepada umat manusia. Maka atas hal itu, beliau as merasa sangat tertekan demi untuk solusi keselamatan mereka.
Hadhrat Masih Mau’ud as menunjukkan belas kasih sayang yang amat besar bahkan kepada para penentang beliau – dalam cara yang menakjubkan. Tn Maulvi Abdul Karim yang pernah tinggal di bagian rumah Hadhrat Masih Mau’ud as mengisahkan: “Selama hari hari ketika wabah merajalela dimana-mana, dan setiap hari tak terhitung jumlah orang yang menjadi korban wabah epidemic tersebut dan wafat, saya mendengar Hadhrat Masih Mau’ud as berdoa dalam cara yang mencengangkan saya. Sedemikian bersemangat, dan penderitaan yang melelehkan hati dalam permohonan beliau yang membuat bahkan orang yang mendengarnya berada dalam keadaan emosi yang luar biasa. Beliau akan meratap dan menangis dalam sujud beliau di ambang pintu Illahi, dan suara beliau dipenuhi dengan sedemikian rasa sakit dan penderitaan yang terdengar seperti suara seorang wanita yang sedang melahirkan”
Tn Maulvi berkata: “Saya mendengarkan dengan seksama dan mendengar beliau berdoa agar umat manusia diselamatkan dari hukuman wabah dan beliau berdoa “Ya Tuhan! Jika semua orang ini binasa dari murka wabah ini, maka siapa yang akan tertinggal untuk menyembah Engkau?”
Perhatikanlah sekarang! Sebuah adzab akan turun pada para penentang sesuai nubuatan. Namun, beliau as berdoa agar itu dihapuskan. Sementara itu, terbuka kemungkinan pula para penentang melontarkan ejekan bila nubuatan tersebut dibatalkan dengan berkata, ‘Nubuatannya batal dan pergi.”
Tetapi, beliau as tidak mempedulikannya karena sifat kasih sayang beliau bagi umat manusia bahkan beliau as berdoa kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka dari adzab dan membimbing mereka ke jalan lain untuk keselamatan iman mereka. Jadi, para penentang tidak bisa mengatakan bahwa beliau as tidak bersimpati pada saat itu diperlukan. Melainkan, terdapat banyak peristiwa di kehidupan beliau yang mengisyaratkan pada sifat simpati beliau bagi umat manusia. Saya akan menyampaikan satu peristiwa diantaranya sebagai berikut:
Peristiwa pada tahun 1903. Hadhrat Masih Mau’ud as berniat untuk membangun sebuah menara di mesjid Aqsa dengan tujuan untuk menyempurnakan secara lahiriah salah satu nubuwatan Hadhrat Rasulullah saw. Atas hal itu beberapa orang penentang mengajukan komplain kepada Deputi Comissioner Gurdaspur agar hendaknya pembangunan menara itu dihentikan. Alasan mereka, dengan itu kaum perempuan mereka menjadi tidak terpardahi [dapat terlihat dari tingkat atas menara]. Atas pengaduan itu Deputi Hakim Qadian datang dan menemui beliau as bersama dengan orang-orang yang mengajukan pengaduan. Sembari menjawab pengaduan mereka beliau as dengan sungguh-sungguh mengatakan, “Kami tidak membangun menara ini untuk senang-senang dan pamer, melainkan hanya karena suatu tujuan keagamaan. Pengaduan ini dilakukan hanya karena permusuhan kepada kami. Jika tidak, dalam hal ini tidak ada permasalahan mengenai tidak terpardahi. Kalaulah akan tak terpardahi, maka sebagaimana pengaruh kepada mereka, seperti itu pula pengaruhnya akan terkena kepada kami juga.”
Seraya mengisyaratkan kepada Lala Budhamal Arya Sahib yang merupakan penentang Hudhur paling terdepan, beliau bersabda kepada Deputi Hakim : “Lala Budhamal ini tinggal di sini. Tanyakanlah oleh Anda kepadanya, ‘Semenjak masa kanak-kanak sampai saat ini apakah pernah terjadi dia mendapatkan kesempatan untuk memberikan manfaat kepada saya dan ada kekurangan saya dalam memberikan manfaat kepadanya?’ Lalu tanyakanlah kepadanya, ‘Apakah pernah terjadi demikian, yakni pernah ada kesempatan dimana saya memberikan kesusahan kepadanya dan dia meninggalkan kekurangan dalam memberikan kesusahan pada saya?’”
Hadhrat Hafidz Rosyn Ali (perawi) menjelaskan bahwa saat itu Lala Budhamil duduk di samping, tetapi karena rasa malu dan penyesalan, dia tidak berani untuk menjawab perkataan Hadhrat Masih Mau’ud as, atau mengangkat mata untuk melihat ke arah beliau as. Sebenarnya ini merupakan salah satu contoh agung dari kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang tentangga yang selalunya memberikan kesusahan.
Ringkasnya, inilah salah satu contoh upaya yang dilakukan oleh banyak kalangan ulama Muslim untuk menghentikan misi Hadhrat Masih Mau’ud as. Banyak orang yang menganggap diri Ulama dan yang mengeluarkan fatwa kafir menentang beliau as bahkan masih saja ada. Sebagai dampak dari itu, kita menghadapi penentangan di berbagai Negara di dunia, khususnya di Negara-negara Muslim.
Begitu juga peristiwa yang berkaitan dengan penentang sengit Hadhrat Masih Mau’ud as yaitu Maulwi Muhammad Hussain Batalvi. Maulwi ini tidak melewatkan apapun untuk menyalakan api kebencian di seluruh negeri melawan Hadhrat Masih Mau’ud as. Namun Hadhrat Masih Mau’ud as menunjukkan belas kasih bahkan kepada penentang beliau tersebut. Selama berlangsungnya sebuah kasus pengadilan, pengacara Hadhrat Masih Mau’ud as, seorang bukan Ahmadi, berkehendak untuk menggunakan kata-kata yang meremehkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan nasab keturunan keluarga Maulvi Hussain Batalvi; namun pengacara tersebut dilarang keras oleh Hadhrat Masih Mau’ud as melakukan hal itu. Sang pengacara tersebut berkata, “Tn. Mirza membuat saya takjub. Beliau memiliki standar akhlak yang unik. Saat saya sedang berusaha untuk mengajukan pertanyaan yang membuat lemah kesaksian si penentang yang menyerang beliau bahkan kehidupan beliau; namun beliau menghentikannya segera dengan berkata, ‘Tidak saya ijinkan Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam ini.’”
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda tentang Maulwi Muhammad Husain Batalwi pribadi dalam syair yang terdapat bahasa Arabnya, قطعتَ ودادًا قدغرسناه في الصبا … وليس فؤادي في الوداد يقصِّر
“Telah kau potong jalinan kasih sayang yang telah kita tanam sejak kanak-kanak
Namun, di hatiku kasih sayang ini tidak berkurang.”
Ini merupakan pengaruh ajaran-ajaran Hadhrat Masih Mau’ud as yang memungkinkan kita semua Ahmadi untuk tidak menerapkan standar-standar akhlak yang buruk bahkan ketika menghadapi penentang dan kita juga tidak mengambil hukum di tangan kita sendiri. Jika saja mereka memahami bahwa Hakam (Hakim) yang adil yang juga Masih Mau’ud dan Mahdi ialah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian. Misi untuk menyebarkan Islam, mendirikan Tauhid dan menegakkan pemerintahan sejati dari Hadhrat Rasulullah saw yang akan berkuasa atas hati orang-orang dan bukan dengan memenangkan (merebut atau menguasai) suatu wilayah di dunia; hanya akan tercapai melalui Hadhrat Masih Mau’ud as dan Jemaatnya dan bukan melalui pedang, senjata atau paksaan kekuatan atau terorisme atau membunuh orang-orang tak bersalah.
Peristiwa-peristiwa terorisme bermunculan di Eropa atas nama Islam oleh individu maupun kelompok. Di London, beberapa hari yang lalu, orang orang tak bersalah diserang dan dibunuh dengan cara yang barbar dan kejam. Orang-orang yang hanya berjalan di jalan dirobohkan oleh sebuah mobil dan seorang polisi juga terbunuh. Semua ini terjadi karena yang disebut para ulama Muslim telah memimpin orang-orang kedalam kesesatan. Bukannya menanamkan pada mereka dengan ajaran-ajaran Islam yang Indah, mereka memasukkan pengaruh dalam diri orang orang dengan pemikiran kejam dan juga tindakan-tindakan barbar (buas).
Seperti juga yang telah sering saya katakan sebelumnya, dalam situasi seperti ini, adalah tugas seorang Ahmadi untuk menunjukkan keindahan Islam di hadapan dunia. Penentangan terhadap Jemaat takkan mampu merugikan Jemaat selamanya. Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud as untuk memenangkan dan menyebarkan Islam di dunia. Maka, kita harus menyebarkan Islam dan kita harus menolak keras apa-apa yang dilakukan berupa pembunuhan, perusakan dan pembunuhan orang-orang tak bersalah; kita harus mengangkat suara kita keras-keras menentang itu di mana pun; termasuk kewajiban kita memberikan salep penghiburan bagi mereka yang terluka.
Beliau as bersabda, “Dengarkanlah baik-baik, wahai manusia semuanya! Sesungguhnya, itu adalah sebagian yang telah dinubuwatkan oleh Pencipta semua langit dan bumi, bahwa sesungguhnya, Dia akan membentangkan Jemaat-Nya ini di semua negara, dan Dia akan menjadikan mereka menang di atas semuanya dengan hujjah (argumentasi) dan burhaan (bukti). Dan sungguh, hari-hari kemenangan akan datang, bahkan sesungguhnya, kemenangan itu adalah dekat, ketika Jemaat ini, satu-satunya yang akan diingat di jagat raya ini dengan keperkasaan dan kemuliaan. Sesungguhnya, Allah akan memberikan banyak berkat yang besar ke dalam Jemaat dan Dakwah ini, secara luar biasa yang menyalahi kebiasaan, dan Dia akan menggagalkan setiap keputusan orang yang berpikiran akan menghabisinya, dan kemenangan ini akan berlangsung hingga hari kiamat.
Jika mereka mengejekku maka ejekan mereka itu sedikit pun tidak akan merugikanku. Tidak ada seorang Nabi pun yang ia tidak diejek. Pada akhirnya orang orang akan menyadari bahwa hal ini tidak akan pernah terjadi. Telah ditakdirkan bahwa Al-Masih yang dijanjikan akan diejek dan dicemoohkan. Allah Ta’ala berfirman, يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ ۚ مَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ ‘Alangkah sayangnya, hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada mereka kecuali mereka mengolok-olok dan mencemoohkannya.’ (Surah Yaasin, 36:31)
Allah Ta’ala telah membuat tanda bagi setiap Nabi yang benar-benar Nabi bahwa ia akan diperolok-olokan. Namun, siapa yang akan mencemoohkan seseorang yang secara harfiah (benar-benar) turun dari langit dengan dukungan para malaikat dilihat di depan mata-mata manusia? Seorang yang berakal waras akan dapat memahami satu saja dalil ini bahwa pemikiran turunnya Al-Masih yang dijanjikan dari langit itu pemikiran yang sungguh bathil (salah).
Ketahuilah oleh kalian baik-baik bahwa sesungguhnya tidak akan ada seorangpun yang turun dari langit. Sesungguhnya, semua penentang kami yang ada pada zaman ini akan menemui kematian, namun tidak akan ada seorangpun dari mereka yang melihat Isa Ibnu Maryam turun dari langit selama-lamanya, kemudian anak-anak mereka yang menggantikan mereka akan mati juga. Namun selamanya, tidak akan ada seorangpun dari mereka melihat Isa Ibnu Maryam turun dari langit, kemudian anak-anak mereka yang akan menggantikan mereka akan mati, namun tidak seorangpun juga dari mereka yang melihat Isa Ibnu Maryam turun dari langit, kemudian anak-anak dari anak-anak mereka akan mati, namun mereka juga tidak akan melihat Ibnu Maryam turun dari langit dan ketika itu Allah menaruh kekacauan dalam hati mereka, lalu mereka merenungkan bahwa hari-hari kemenangan Salib telah sempurna, dan sesungguhnya dunia ini benar-benar telah berubah dengan sempurna, namun sesudah itu Isa Ibnu Maryam tidak turun; maka, pada saat itulah orang-orang yang berakal lari dari akidah ini sebagai satu penolakan, dan sebelum habis masa tiga abad dari zaman sekarang, kecuali datang rasa bosan dan keputusasaan yang sangat menguasai setiap orang yang menunggu-nunggu kedatangan Al-Masih Isa, baik ia seorang Muslim maupun seorang Kristen, lalu mereka menolak akidah yang palsu ini; lalu satu agama dan satu pimpinan akan ada di dunia ini. Dan sesungguhnya, aku tidak datang kecuali untuk menanam benih ini, dan sungguh benih ini ditanam dengan tanganku, dan sekarang akan tumbuh lebih besar dan berkembang, dan tidak akan ada seorangpun berkuasa membelokkan jalannya”.[8]
Namun Hadhrat Masih Mau’ud as dicemoohkan dan diperolok oleh semua, namun hal ini tidak pernah menghambat atau merintangi misi beliau. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa tiga abad tidak akan lewat sejak beliau menuliskan hal ini, ketika umat Kristiani dan umat Muslim akan menghapuskan kesalahan konsep dari mereka yang berkaitan dengan putra Maryam dan akan tersisa satu agama yang benar.
Benih yang ditabur oleh Hadhrat Masih Mau’ud as ini tumbuh dan berkembang dengan karunia Allah. Jika kita ingin cabang-cabang pohon itu subur menghijau maka kita harus – sebagaimana terbukti dari tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as dan amal perbuatan beliau – menjadikan kecintaan kita kepada Allah dan kecintaan kepada Rasulullah saw dan simpati kepada sesame makhluk Allah dan kecintaan kita pada mereka dapat disaksikan dari amal perbuatan kita. Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik melakukan hal itu. (آمين)
Penerjemah : Dildaar AD; Ratu Gumelar
Rujukan : www.alislam.org dan http://ahmadiyah.id/imam-mahdi-dan-masih-mauud/nabi-isa-sudah-datang
[1] Al-Wasiyyat, Ruhani Khazain, jilid 20, halaman 206-307, London
[2] Kisyti Nuh (Bahtera Nuh)
[3] Tiryaqul Quluub
[4] Kitab Diwan Hasan ibn Tsabit al-Anshari.
Tuhfah Gaznawiyah, Ruhani Khazain jilid 15 halaman 583
[5] Siratul Mahdi, vol.2, p. 22
[6] Ainah Kamalat e Islam bahasa Arab, Ruhani Khazain jilid 5, hal. 15
[7] Tajalliyat Ilahiyyah; Ruhani Khazain, jilid 20, halaman 411-412
[8] Tadzkiratu’sy-Syahaadatain, halaman 66-67