Al-qur’an yang Agung dan Keistimewaan Perwujudan Nabi Muhammad Saw

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz

4 Maret 2005 di Mesjid Basyarat ,Spanyol.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ،

 وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

 

رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً.فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ

 Rasul Allah  membaca lembaran-lembaran suci  yang di dalamnya terdapat ajaran-ajaran   yang senantiasa tegak dan senantiasa menegakan . Al-Bayyinah 2-3

          Al-Quran adalah  kitab yang diturunkan  kepada Rasulullah  saw. Allah  memberikan kesaksian berkaitan dengannya  bahwa  ini merupakan  kitab suci  yang di dalamnya  bersih dari kemungkinan adanya aib  dan tidak hanya sekedar suci  bahkan segala macam ajaran yang indah dan cantik- yang sama sekali tidak dapat ditandingi -terdapat  di dalamnya. Di dalamnya  dimasukkan semua keindahan yang di dalam kitab-kitab terdahulu  terdapat kekurangan  dan kini inilah ajaran  yang bersih dari segala macam  kekurangan. Bahkan dengan mengamalkan ajaran ini seorang akan dapat dilindungi  dari segenap keburukan. Tidak hanya sekedar  dilindungi atau diselamatkan  bahkan dengan mengamalkan dan mengaplikasikan  ajarannyalah seorang dapat memperbaiki dirinya  sendiri dan  dengan perantaraannyalah  perbaikan dunia mungkin terjadi. Yakni, ajaran yang turun kepada Rasulullah saw , kini inilah yang dapat memberikan jaminan dapat terbentuknya    perbaikan dunia, dapat menyerbarkan kebaikan-kebaikan dan  rasa aman di dunia, dapat memberikan  jaminan untuk dapat  menciptakan hamba-hamba Allah   yang setia  beribadah pada Allah di dunia dan memiliki  jaminan dapat  membela  hak-hak setiap kalangan masyarakat  di dunia. Jadi  kepada nabi mana  ajaran sempurna dan ajaran yang  disempurnakan ini  turun,yakni turun kepada  Hadhrat Muhammad saw yang  disebut sebagai خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ khaatamannabiyyin – yang sesudahnya sama sekali tidak bisa datang lagi nabi pembawa syareat baru sesuai dengan apa yang Allah  telah firmankan. Maka tidak dapat dibayangkan betapa hebatnya nabi saw  sendiri  sebagai   orang yang paling sempurna mengamalkan syareat itu,  membayangkan  hal itu  merupakan hal yang luar dari jangkauan fikiran manusia. Sebab, beliau saw lah  yang dapat memahami  kalam suci itu,beliaulah  yang meraih pemahaman sempurna tentang kalam itu; hanya zat beliaulah yang dapat meraih pemahaman sempurna berkaitan dengan maksud-masud kalam Ilahi , dapat memahami berbagai arti dan   berbagai rahasia  terpendam kitab terakhir dan syareat terakhir yang turun pada beliau saw ini.  Seolah-olah hanya  zat

خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ khatamannabiyyin inilah  yang memahami

خاتم الكتب khatamul kutub  dan beliau memahami tidak hanya dengan sampai pada kedalaman  lalu  mengamalkannya  bahkan kepada para sahabah pun  beliau memberikan kesadaran  yang tinggi   sehingga   mereka membacanya dengan   memahaminya  dan mereka berusaha untuk  mengamalkannya. Sesudah membaca kitab terakhir ini, sama sekali   tidak mungkin  mengambil petunjuk dari   syaerat yang lain  atau dari kitab lain.  Sebab, prihal orang-orang  terdahulupun telah termasuk  di dalamnya dan prihal perkara-perkara  yang  akan datang  dan berita-berita  yang akan datangpun telah terdapat di dalamnya.

          Hadhrat Aqdas Masih Mauud a.s bersabda: Kata

 خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ   –khatamunnabiyin  yang digunakan bagi Rasulullah saw itu menunjukkan bahwa  secara  alami di dalam kata inilah diletakkan suatu rahasia  bahwa kitab yang turun kepada Rasulullah saw  pun jelas  merupakan  khatamul kutub  dan  segenap kesempurnaan terdapat di dalamnya. Sebab sudah menjadi kaidah umum   bahwa turunnya kalam Ilahi adalah menunjukkan  bahwa seberapa besar daya tarik dan kesempurnaan batin orang itu,   sebesar  itulah  keagungan dan keluhuran  terdapat di dalam kalamnya.

          Kini,  daya tarik pensucian Rasulullah saw  setiap orang dapat mengetahui   bahwa bagaimana beliau telah menciptakan perubahan suci di dalam diri para sahabah beliau. Perubahan-perubahan suci yang lahir di dalam diri para sahabah  ialah orang-orang yang bangun  di malam  malam hari untuk mengadakan pesta-pesta keramaian dan berhura-hura,menuruti hawa nafsunya, kini pun mereka bangun pada malam –malam hari,tetapi bukan berkumpul  untuk mendengar nyanyi-nyanyian dan  pertunjukan –pertunjukan bahkan malam-malam mereka berlalu dalam keadaan mereka bersujud di hadapan Tuhan. Kemudian orang-orang  yang meminum minuman keras dengan menganggapnya seperti air biasa  tatkala  mereka mendengan berita akan haramnya minuman tersebut  dalam keadaan mabukpun mereka tidak mengatakan, pertama tanyakan dahulu apa yang tengah  terjadi,apa yang tidak tengah terjadi,  tetapi periuk-priuk  minuman keras itulah yang terlebih dahulu mereka pecahkan. Jadi ini  merupakan daya   pensucian beliau saw  lah  yang telah menciptakan revolusi itu.

          Jadi Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Seberapa banyak daya pesucian  seseorang , sebanyak  itulahnya  kalamnya/ucapannya  memiliki  keagungan dan keluhuran. Kemudian beliau bersabda:

          ” Oleh sebab  daya pensucian dan kesempurnaan batin Rasulullah saw adalah berada pada  tingkat yang paling tinggi,   yang mana lebih dari itu tidak pernah  diraih oleh siapapun dari antara manusia  dan tidak akan pernah pula  di masa yang akan datang,karena itu Al-Quran  juga  berada pada  kedudukan dan martabat paling  tinggi dari kitab-kitab dan  sahifah-sahifah yang terdahulu  dimana  kalam yang manapun tidak pernah  mencapainya. Sebab, kemampuan dan daya pensucian Rasulullah saw adalah yang paling kuat  dan semua  martabat-martabah sempurna telah berakhir  di dalam diri beliau dan beliau telah sampai pada titik puncak yang tertinggi  dan pada kedudukan itu  Al-Quran yang turun pada beliau telah  sampai pada titik kesempurnaan. Dan sebagaimana halnya  kesempunaan kenabian telah berakhir dalam diri beliau  demikian pula kesempurnaan-kesempurnaan mukjizah-mu’jizah  kalam  Ilahiah juga  telah sampai pada titik akhir di dalam  diri beliau. Beliau dinyatakan sebagai   خاتم النبيين –khatamunnabiyyin  dan kitab beliau dinyatakan sebagai   خاتم الكتب –khatamulkutub( kitab termulia). Seberapa banyak martabat-martabat  dan sebab-sebab mu’jizah  kalam bisa terjadi  dari segi semua itu  kitab beliau saw telah sampai pada titik tingkat yang tertinggi. Yakni, apakah   dari segi kefasihan dan keindahan bahasa,  apakah dari segi tertib  bahasan-bahasannya,  apakah  dari segi kesempurnaan-kesempurnaan  ajaran, apakah  dari segi buah /hasil ajaran,  singkatnya  dari segi mana kalian melihatnya,  dari segi itu akan nampak kesempurnaan Al-Quran dan akan terbukti mukjizahnya. Inilah sebabnya Al-Quran  tidak meminta suatu perumpamaan /misal  suatu perkara  khusus  bahkan pada  umumnya  inilah yang diminta bahwa   dari segi manapun  kalian ingin menandingi,   tandingilah. Baik  dari segi mantic dan balaghahnya, baik dari segi   maksud dan tujuannya , baik dari segi ajaran  dan  nubuatan-nubuatan maupun dari segi perkara-perkara   gaib yang terdapat di dalam Al-Quran itu sendiri. Walhasil dari segi corak apapun  kalian melihatnya ini adalah mukjizah. Malfuzhat jilid 2 hlm 26-27 Edisi baru

           Jadi, sebagaimana beliau a.s bersabda bahwa Al-Quran adalah  mukjizah yang sempurna. Dan tidak hanya bahwa  di dalamnya  terdapat ajaran yang sempurna  dan merupakan suatu  mukjizah   bahkan beliau  saw  telah menjadikan sebagai bagian  kehidupan  beliau setiap perintah mukjizah itu dan dengan pengamalan beliau telah menunjukkannya   supaya beliau juga dapat memberitahukan kepada orang yang mengimani beliau  bahwa saya pun  adalah seorang manusia,sejauh berkaitan dengan tuntutan sebagai manusia. Tetapi saya merupakan manusia  yang Tuhan telah jadikan sebagai kekasih-Nya;dan akibat tunduk kepada-Nya Dia telah jadikan saya sebagai seorang yang dikasihi-Nya. Kamupun amalkanlah ajaran itu,ikutilah sunnahku  dan sesuai dengan keahlian – keahlian /kemampuan- kemapuan masing-masing  jadilah kalian menjadi orang yang meraih kedekatan  Allah.

           Rasulullah saw  sampai sejauh mana mengamalkan hukum-hukum Al-Quran,berkenaan dengan itu  jawaban Hadhrat Aisyah  semua sudah mengetahuinya   bahwa tatkala kepada beliau ditanyakan prihal akhlak Rasulullah saw, maka beliau menjawab, apakah kalian tidak membaca Al-Quran ? Orang yang menanya menjawab : Kenapa tidak. Maka  beliau menjawab فان خلق النبي صلى الله عليه وسلم  كا ن القر ان   bersabda:fainna khuluqanabiyyi sallallaahu alaihi wasallam  kaanal qura’anu. Akhlak Rasulullah saw adalah Al-Quran. Muslim kitabus shalaatul musaafirin bab jaamiusshalaatullail  waman naama anhu au maridha

           Yakni, di dalam Al-Quran sebagaimana tertulis  bahwa beribadahlah kepada Allah,beliau saw telah melakukan ibadah. Sebagaimana tertulis  di dalam Al-Quran, tunaikanlah haquuqul ibaad, beliau saw telah menunaikan  huquuqul ibaad. Perkara apa yang Al-Quran telah perintahkan untuk mengamalkannya, Rasulullah saw  secara sempurna telah mengamalkan dan menunaikan  hal-hal itu dan  hukum-hukum itu. Terhadap hal mana Al-Quran telah menurunkan pelarangan untuk jangan melakukannya,beliau saw telah meninggalkan hal itu. Al-Quran telah memerintahkan untuk melakukan puasa, membayar zakat, melakukan puasa,memberikan sedekah dan membayar zakat. Maka beliau telah menegakkan  standar tertinggi   dalam prihal puasa,sedekah dan pembayaran zakat. Al-Quran telah memerintahkan  untuk berlaku lemah lembut di dalam masyarakat.Maka beliau telah berlaku  lemah lembut  sedemikian rupa   yang contohnya tidak didapatkan dimana-mana. Musuh berat  beliau sekalipun beliau telah maafkan. Jika  ada perintah Allah untuk menempuh sikap keras  dalam memperbaiki masyarakat,maka beliau pun mengikuti dan mentaati sepenuhnya. Singkatnya   perintah  Al-Quran yang  mana  yang tidak hanya sepenuhnya beliau  amalkan  dengan sebaik-baiknya  bahkan  beliau telah menunaikannya dengan menegakkan   standar yang  tertinggi.

          Hadhrat Muslih Mauud r.a telah menyajikan  misal yang sangat bagus antara  kaitan Rasulullah saw dengan  Al-Quran yang sangat dalam. Bahwa Rasulullah saw dan Al-Quran  merupakan dua mutiara  yang keluar secara bersama-sama dari satu kerang. Jika kalian ingin mengetahui ajaran Al-Quran  maka lihatlah kehidupan Rasulullah saw. Dan jika  ingin mendapat informasi  berkaitan dengan  kehidupan Rasulullah saw,  jika   ingin melihat pagi dan sore  beliau serta  hari   dan malam  beliau bagaimana  berlalu maka bacalah  semua hukum-hukum Al-Quran dan   bacalah   larangan dan perintah-perintah itu, maka kehidupan Rasulullah saw akan nampak di hadapan kalian.

          Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Lebih dari kehidupan suci dan bersih Rasulullah saw  dalil apa lagi yang bisa digunakan  sebagai dalil, sebab  Allah telah menetapkan beliau sebagai petunjuk  sempurna untuk seluruh dunia sampai hari kiamat. Namun  semua pristiwa-pristiwa kehidupan beliau merupakan kumpulan ajaran-ajaran  praktis.

 Sebagaimana halnya Al-Quran   merupakan kitab yang berisikan firman-firman   Allah maka  undang-undang alam/hukum-hukum alam adalah    kitab praktis-Nya, demikian pula  kehidupan Rasulullah saw   merupakan kitab praktis  yang seolah-olah merupakan penjelasan  dan tafsir Al-Quran”. Malfuzhat jilid  3 hal 34 Edisi baru.

          Keasyikan  dan rasa cinta  Rasulullah saw kepada Al-Quran,pengamalan pada perintah-perintah-Nya, rasa takut pada Allah,  berkenaan dengan itu, apa yang sejarah kehidupan beliau beritahukan kepada kita ? Berkenaan dengan  cara beliau membaca Al-Quran  bagaimana  caranya ?  Berkenaan dengan itu beberapa hadis saya akan sajikan.

          Hadhrat Abdullah bin Saib r.a meriwayatkan  bahwa Rasulullah saw mengimami shalat subuh di Mekah lalu beliau memulai mengimami shalat dengan  membaca  surah mu’min. Sehingga tatkala sampai pada sebutan Musa dan Harun,maka    akibat rasa takut kepada Allah yang menguasai diri beliau,beliau mulai batuk-batuk. Maka atas hal  itu  beliau ruku’ Muslim Kitabusshalat  bab Al-Qiraaatu fisshubuh

          Jadi, rasa takut ini sampai sedemikian rupa  sehingga mungkin beliau khawatir berkenaan dengan  kaum beliau juga. Sebab, hati beliau sangat lembut luar biasa  sedemikian rupa, yakni   sebagaimana Firaun dan kaumnya telah binasa   kerena keingkaran mereka, jangan-jangan mereka inipun akan menjadi binasa. Terhadap  hal itu  sedemikian rupa  yakinnya beliau  bahwa Allah yang menyebutkan ini, memberikan contoh-contoh,  maka artinya akibat  ingkar bisa juga akan terjadi peristiwa  seperti itu. Jangan sampai  kaum sayapun akibat  ingkar  mereka  menjadi binasa.

           Kemudian tertera dalam sebuah riwayat  Hadhrat Ibnu Abbas  r.a  meriwayatkan  bahwa Hadhrat Ummul mu’mini Hadhrat Aisyah  memberitahukan kepada saya   bahwa beliau  menanyakan kepada Rasululah saw berkenaan dengan ayat

 وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka tidak menghargai  Allah sebagaimana  semestinya  harus menghargai-Nya padahal bumi seluruhnya akan berada dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit akan tergulung di tangan kanan-Nya. (Maha Suci Allah  dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.) Az-Zumar 68. Maka Rasulullah saw bersabda: Alah berfirman:Saya adalah Jabbar(Maha perkasa/keras dalam memberikan hukuman), Saya adalah ini,Saya adalah ini,  Allah menerangkan akan kesucian-Nya. Perawi meriwayatkan   bahwa Rasulullah saw menerangkan ini dengan sedemikian bersemangat  sehingga mimbar Rasul sedemikian rupa  bergerak hingga kami  khawatir,  jangan-jangan Rasulullah saw jatuh bersama mimbar. Al-Mustadrak lilhaakim kitabuttafsir

          Dalam menerangkan akan kebesaran Tuhan  biasanya semangat beliau  menjadi sangat luar biasa. Sebab, zat beliaulah  yang mengetahui secara benar  akan keperkasaan  dan kekuasaan Allah, mengetahui betul  dan dapat  sampai pada ke kedalaman  yang benar. Dan pada zat / pribadi beliau-lah   dengan  cara yang paling besar zahir Zat Allah. Jadi beliau mengetahui bagaimana   kekuasaan-kekuasaan  dan kekuatan-kekuatan Allah. Dan jika tidak ada kasih sayang Allah   maka orang-orang ini yang kian tambah jauh dari firman-firman-Nya,  tidak  mengamalkan  hukum-hukum-Nya dan  menganggap bahwa kami memiliki  kekuatan-kekuatan   yang dahsyat, sangat bangga akan hal itu,  menganggap diri mereka besar dan  hebat  maka orang-orang seperti itu akan  dihancurkan  dan dibinasakan  sebagaimana halnya  seekor  cacing memiliki nilai, mungkin merekapun tidak seperti itu nilainya.

 Tatkala Al-Quran turun  maka beliau yang paling baik  dan dengan cara yang sangat mudah dapat membacanya  dan disamping  beliau dapat membacanya  dengan mudah  beliau pun mengerti betul akan maknanya. Kendati demikian bagaimana  cara beliau membaca Al-Quran. Berkenaan dengan itu Hadhrat Qatadah r.a meriwayatkan  bahwa saya telah menanyakan cara Rasulullah membaca Al-Quran kepada Hadhrat Anas r.a  maka beliau menjawab  bahwa Rasulullah saw membaca Al-Quran dengan berhenti-berhenti. Sunan Abi Daud kitabul witr

          Berkenaan  dengan cara  beliau membaca Al-Quran apa   cara beliau, terkait dengan itu banyak sekali riwayat-riwayat. Yang mana orang-orang yang menerangkan itu  telah menerangkan sesuai dengan corak  mereka masing-masing. Dari itu keidahan bacaan beliau saw tambah lagi menjadi lebih jelas.

          Satu riwayat diantaranya adalah riwayat Bakli bin Mamlak   bahwa saya menanyakan kepada ummulmu’minin Ummi Salma r.a  mengenai  tilawat Rasulullah saw  maka beliau menjawab  bahwa qiraat Rasulullah saw adalah merupakan qiraat yang ditafsirkan/diperjelas, yakni dengan membaca satu-satu huruf  orang-orang  yang mendengar menjadi  dapat memahami Misykatul mashaabih  kitab fazaailul Quran

           Kemudian Hadhrat Ummi Salma di satu tempat meriwayatkan. Seraya menerangkan cara beliau membaca beliau berkata  bahwa Rasulullah saw   membaca Al-Quran dengan  terhenti  terhenti. Sesudah membaca الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  beliau berhenti. Kemudian membaca

 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   lalu beliau  berhnti. Misykatul masaabih  kitab fazaailul Quran  Jadi beliau tengah  merenungkan sedemikian rupa. Sebab, di dalam setiap kata  terkandung makna,  karena  itu dengan benar-benar berhenti  lalu berhenti  sambil merenungkan beliau berlalu dari itu.

          Kemudian tertera sebuah riwayat  dari Hadhrat  Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw  kadang membaca  dengan suara keras dan kadang dengan suara rendah.  sunan Abu Daud kitabuttathawwu’ dan suara tinggi ini juga dan dengan suara pelan-pelan juga inipun berada dalam  batas yang seharusnya  sebagaimana sesuai dengan perintah Allah.

          Kemudian tertera sebuah riwayat  yang dari itu  dapat diketahui  bahwa  bagaimana Allah melihat tilawat beliau. Inipun  dari riwayat Abu Hurairah  r.a bahwa Rasulullah saw bersabda,  Allah tidak sedemikian rupa mendengar dengan penuh perhatian kepada suatu perkara  sebagaimana  Dia mendengar seorang   nabi membaca Al-Quran dengan suara merdu.  Sunan Abu Daud kitabulwitir

           Jadi, perhatian  Allah pada nabi kesayangan-Nya  pada saat itu  menjadi lebih besar dari sebelumnya,yakni manakala  Dia mendengar kalam-Nya dibaca dengan suara merdu dari mulut nabi yang dikasihinya bahwa lihatlah bagaimana kekasih-Ku, betapa dengan suara merdu, betapa dengan penuh cinta  sepenuhnya  dan dengan fana dia tengah membacanya.

Kemudian tertera sebuah riwayat  dari Hadhrat Huzaifah r.a bahwa beliau telah menunaikan shalat di belakang  Rasulullah saw . Ketika beliau rukuk maka beliau membaca  سبحان ربى العظيم subhaana rabbiyal’azhiimi dan apabila beliau sujud maka beliau membaca  سبحان ربى الاعلى  – subhaana rabbial  ‘ala Dan apabila beliau membaca  ayat tentang  rahmat maka beliau berhenti  pada saat tilawat  dan beliau memohon  rahmat  dan apabila ada ayat azab maka beliau terhenti dan memohon  perlindungan Allah.  sunan abu daud kitabusshalat  dan tertera dalam sebagian  riwayat-riwayat  bahwa pada saat beliau saw  tengah memohon  rahmat dan   perlindungan terkadang dalam keadaan demikian beliau  menangis  sedemikian rupa sehingga suara  beliau menjadi terisak-isak.  Di dalam diri beliau rasa takut pada Allah, kecintaan dan kefanaan sedimikian rupa  sehingga  sama sekali tidak dapat dibayangkan.

Kemudian Hadhrat Ibni Abbas r.a meriwayatkan  bahwa Abu Bakar r.a berkata,ya  Rasulullah saw,  di wajah Tuan mulai nampak tanda-tanda ketuaan . Maka Rasulullah saw menjawab : Saya telah dijadikan tua oleh surah Hud,surah Wakiah ,surah Mursalat,surah

 عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ dan إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ   surah takwiir yang telah menjadikan saya tua. Sunan Tirmidzi kitabuttafsir  Al-Quran bab min suuratil waaqiah

Di dalam surah Hud disebutkan juga mengenai  kaum  yang karena keingkaran mereka terhadap para nabi,  mereka telah dihancurkan  dan beliau yang adalah sebagai rahmarullilaalamiin,  hati beliau senantiasa gelisah  bahwa kini jangan-jangan akibat keingkaran,  azab itu datang pada ummat beliau. Para nabi sebelumnya adalah ditugaskan  untuk kaumnya masing-masing,beliau adalah nabi untuk seluruh dunia. Jadi beliau pada zaman itu  khawatir akan kaum beliau yang ada pada saat itu dan generasi –generasi yang akan datang  dan semua kaum seluruh dunia berkenaan dengan semua itu beliau juga  khawatir bahwa jangan-jangan  orang-orang ini dijerumuskan  dalam azab. Kemudian oleh sebab itulah beliau memohon di hadirat Allah, menangis di hadirat Allah dan memohon belas kasih-Nya. Kemudian  ayat surat ini  juga telah memberikan tanggung jawab yang sangat besar kepada beliau bahwa : فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan  mereka pun  yang telah taubat beserta kamu hendaknya menjadi tegak dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Hud 13

Berkenaan dengan hal itu Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Lihatlah Rasulullah saw, hanya  satu perintah      فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ  (Hud 113) itu  telah menjadikan beliau menjadi tua. Berapa besarnya    kesadaran beliau akan maut,  kondisi beliau  ini kenapa  terjadi seperti ini ?   Ini tidak lain  supaya kita dapat mengambil pelajaran dari itu; kalau tidak, lebih dari kehidupan bersih dan suci  Rasulullah saw    bisa  dalil apa lagi, yaitu Allah telah menetapkan beliau sebagai pemberi petunjuk yang sempurna   untuk seluruh dunia sampai hari kiamat. Namun kendati demikian  seluruh peristiwa dalam kehidupan beliau  merupakan suatu kumpulan ajaran-ajaran  praktis. Jadi kehidupan beliau sendiri  suci, dalam memikirkan itu  menjadikan  beliau menjadi tua,yaitu pemikiran apakah  orang lainpun dapat meraih standar itu atau tidak. Apakah merekapun  sesuai dengan kemampuan-kemampuan mereka masing-masing dapat mengamalkan perintah-perintah Allah atau tidak, apakah orang-orang  lain juga sesuai dengan perintah Allah dapat tegak atau tidak pada  kebaikan-kebaikan yang terdapat perintah untuk mengamalkannya,apakah mereka  dapat terhindar   atau tidak dari keburukan-keburukan yang diperintahkan  untuk meninggalkannya ? Dalam kekhawatiran itu timbul dalam  diri beliau kondisi yang sangat aneh/sangat merisaukan. Kemudian seperti itulah surah-surah yang lain  yang di dalamnya terkandung  bahasan-bahasan mengenai kebesaran Allah, berita-berita zaman akhir, berita mengenai kehacuran –kehancuran akibat tidak lurusnya kondisi kehidupan orang-orang  dan mengenai dajjal dan semuanya yang terjadi. Jadi, Rasulullah saw  yang sesungguhnya Allah memberitahukan kepada beliau berita-berita yang akan datang dan beliau yang adalah merupakan rahmat bagi setiap orang ,dengan   hal itu  beliau menjadi gelisah,yaitu  apa yang akan terjadi dengan dunia,dan apa yang akan terjadi dengan ummat ini  jika mereka tidak mengamalkan perintah-perintah Allah. Apakah ada orang yang pernah  melihat orang yang berbuat  kebaikan kepada ummat manusia seperti (Rasulullah saw)ini  ?  Yang akibat  memahami Al-Quran seperti itu,  setelah melihat kondisi (yang diperlihatkan oleh Allah) ratusan tahun yang akan datangpun dia  dapat menjadi gelisah sedemikian rupa ? Beliau bersabda, saya tidak khawatir mengenai diri saya sendiri. Saya telah dijadikan tua oleh hal-hal   yang  tengah  terjadi  dan akan terjadi dimasa yang akan datang di dunia akibat tindakan pembangkangan terhadap Allah.  Hal-hal itulah yang menjadikan saya  tua  dan kekhawatiran itulah  yang menjadikan saya tua,  dan kesedihan  akan hal itulah yang menjadikan saya gelisah,yaitu  kenapa manusia tidak kembali kepada Tuhan yang menciptakan mereka ?  Kemudian banyak lagi surah-surah yang lain yang mana  beliau  baca dengan sangat teratur  yang di dalam disebutkan mengenai kehancuran bangsa-bangsa, menyebarnya syirik/membudayanya syirik di antara ummat manusia ,  bergesernya manusia   jauh dari tauhid, disebutkan  mengenai tingginya martabat beliau saw , disebutkan bahasan mengenai   datangnya hari Qiamat,disebutkan bahasan mengenai pengurbanan-pengurbanan harta dan jiwa; kemudian, kepada beliau terdapat nasehat  bahwa  hendaknya  beliau terus menerus memberikan nasehat karena  tugas  beliau adalah memberikan nasehat. Jadi surah-surah inipun banyak sekali yang kebanyakan beliau biasa membacanya bahkan   terdapat dalam sejumlah riwayat  bahwa setiap hari beliau membacanya. Dan  dalam riwayat-riwayat  sebelumnya  kita telah baru saja  membaca   bahwa bagaimana cara  membaca beliau.  Kapan saja sampai bacaan beliau pada ayat-ayat atau kata-kata yang mengenai azab maka beliau menjadi  gemetaran, rasa takut kepada Allah menguasai diri beliau. Dan sungguh tentu   dalam kondisi seperti itu   beliau pasti tentu mendoakan  bagi ummat beliau. Manakala  setelah mendengar ayat mengenai nikmat-nikmat Ilahiah atau sesudah membacanya  maka beliau  memuji Allah. Singkatnya sangat aneh sekali cara dan metode beliau saw membaca Al-Quran, cara beliau  membaca ,memahami dan mentilawatkannya.

Tertera dalam sebuah riwayat  yang bersumber dari Abdullah bin Mugfal r.a. bahwa saya melihat Rasulullah  saw sambil menunggang unta beliau membaca surah Al-Fatah. Beliau berkali-kali mengulangi setiap ayat-ayat itu ( Sunan Abu Daud kitabul witir) Pada saat itu gejolak atau semangat beliau penuh dengan pujian  dan rasa syukur pada-Nya. Kepala beliau sujud di hadapan Allah. Tertera dalam sebuah riwayat  bahwa unta mana yang beliau tunggangi kepala beliau menyentuh  bagian depan tempat duduk beliau. Sebab, dengan kemenangan itu nampak pada beliau tanda-tanda kemenangan yang akan datang. Dari itu gejolak pujian dan rasa syukur kepada Tuhan menjadi bertambah besar.

 Kemudian pada saat tidur pun  setelah  menyerahkan diri beliau pada  perlindungan Allah maka baru  beliau tidur. Misalnya,  ummulmu’minin  Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Hadhrat Rasulullah apabila beliau tidur setiap malam di tempat beliau  maka beliau mempertemukan kedua telapak tangan beliau  lalu beliau meniupnya dan  membaca

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد ٌ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ        قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

 Kemudian manakala sejauh itu bisa maka   beliau mengusap tangan beliau di badan beliau  dan beliau memulai dari  kepala lalu mulut dan dari bagian tubuh bagian  depan dan tiga kali beliau melakukan seperti itu. (Bukhari kitabul fazaailul Quran bab fazlul mau’udzaat) Seolah-olah merupakan satu tameng  untuk masuk di dalam perlindungan Allah  yang beliau bentangkan /selimutkan di atas diri  beliau. Padahal tertera dalam sebuah riwayat bahwa tidur beliau pun adalah seperti bangun/sadar  beliau. Sementara ada beberapa orang  yang dalam keadaan sedang bangun pun mereka tengah tidur. Jadi inilah kondisi beliau  bahwa dalam keadaan  tengah tidur pun  secara terus menerus beliau tengah memanjatkan doa kepada Allah.

Kemudian, beliau sangat luar biasa menghargai orang-orang yang mengetahui ilmu Al-Quran dan juga orang-orang  yang menghafal Al-Quran  karena  mereka ini telah menempatkan   kalam Ilahi di dalam hati dan fikiran  mereka. Pada Zaman itu tatkala banyak  terjadi peperangan,di Perang Uhud banyak sekali orang-orang menjadi  syahid. Di dalam itu banyak orang-orang yang hafal Al-Quran,  yang mengetahui Al-Quran dan  mengerti ilmu Al-Quran yang menjadi syahid. Pada saat sampai pada urusan bagaimana penguburan mereka  semuanya  maka  untuk menguburkan mereka   ada satu cara yang beliau tetapkan   yang riwayatnya disebutkan demikian : ” Pada perang Uhud tatkala para sahabah yang begitu banyak terluka di perang Uhud menyampaikan akan keterpaksaan mereka terkait  prihal penggalian liang   lahat untuk para syuhada yang begitu banyak jumlahnya bahwa menggali liang lahat  untuk masing-masing orang yang syahid  merupakan hal yang sangat sulit,  tidak ada kemampuan untuk itu. Maka beliau bersabda, galilah kuburan yang lebar  dan buatlah itu  dengan cara yang baik dan kuburkanlah dua dua tiga tiga di dalam satu liang lahat  dan dari antara   para syuhada itu dahulukanlah yang lebih banyak mengetahui Al-Quran ( Sunan Attirmidzi  kitabul jihad  bab dafnisysyuhada ) Jadi pada saat itupun  mereka dihormati. Semuanya memang adalah syahid  tetapi dahulukanlah orang yang lebih banyak mengetahui Al-Quran. Memang rasa cinta dan fana  pada Al-Quran adalah di dalam diri  beliau sendiri  sebab itu turun kepada beliau,yang untuk menandinginya merupakan suatu hal  tidak mungkin,  ya untuk meraih standar ini setiap orang hendaknya  mengerahkan upayanya masing-masing. Sebab, beliau saw  mencintai setiap orang  yang membaca   Al-Quran dengan baik dan menghafalnya. Kemudian untuk memciptakan/dan mendorong orang-orang untuk membaca Al-Quran, gemar membaca Al-Quran dan dengan senang hati  membaca Al-Quran beliau saw biasa  mendengar Al-Quran dari para sahabah.

 Sebagaimana  Hadhrat Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw   bersabda kepada saya bahwa  perdengarkanlah Al-Quran kepada saya. Perawi mengatakan,saya bertanya, apakah saya membacakan kepada Tuan Al-Quran ? padahal  Al-Quran diturunkan  kepada Tuan ?  Mendengar jawaban saya ini Rasulullah saw bersabda: Saya menyukai bahwa selain dari saya pun saya  mendengar Al-Quran dari orang lain. Maka Hadhrat Hadhrat Abdullah mengatakan maka saya mulai membaca surat Nisa’ hingga ketika  sampai pada ayat

 فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

(An-Nisaa’ 42 ) Maka Rasulullah saw bersabda, berhentilah. Hadhrat Abdullah mengatakan,  maka saya melihat kepada Rasulullah saw yang pada saat itu  mata beliau tengah mencucurkan linangan  air mata. Bukhari Kitanbul fazaailul Quran yang terjemahannya : Maka apa yang akan terjadi  tatkala  Kami akan mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkanmu (Wahai Muhammad saw ) sebagai saksi untuk semuanya.Jadi beliau terhadap kesaksian beliau  sendiri setelah  mendengar kedudukan beliau di hadapan Tuhan maka  timbul kondisi rasa takut di hadapan Allah dan kemudian  bahwa akibat dari kesaksian saya   yang tentu akan memberikan   kesaksian yang benar, jangan sampai siapapun ummat saya  ada yang mendapatkan hukuman. Beliau sama sekali tidak bangga  pada kesaksian itu bahwa saya  meraih kedudukan yang sedemikian  tinggi,tetapi sebaliknya justru beliau khawatir. Dan akibat  kesedihan  itu  di dalam diri beliau timbul juga keinginjan keras yang dibarengi rasa sedih   supaya   di dalam ummat ini  lahir orang yang membaca Al-Quran  dan lahir orang-orang  yang mengamalkan itu,yang untuk itu  beliau senantiasa memberikan penekanan.

 Misalnya, tertera dalam sebuah riwayat. Beliau saw bersabda:  Wahai orang –orang yang mempercayai Al-Quran ! janganlah menjadikan Al-Quran itu sebagai bantal; bacaalah itu  pada siang dan malam hari   dengan benar   dan jadikanlah membaca dan mengajarkannya itu menjadi suatu tradisi, budaya dan  kebiasaan. Dan bacalah kata-katanya dengan cara yang benar  dan renungkanlah  apa yang diterangkan di dalam Al-Quran  dengan maksud untuk meraih petunjuk  supaya kamu meraih kesuksesan.Janganlah dengan perantaraan itu kamu menginginkan untuk meraih faedah dunia. Bahkan bacalah  itu  untuk meraih keredhaan Allah (Misykatul masyaabih) Yakni, janganlah  jadikan hanya untuk dibaca secara lisan belaka,yakni Al-Quran ada lalu dibaca. Tetapi bacalah itu dan berusahalah untuk mengamalkan itu. Renungkanlah kata-kata dan artinya  dan kemudian bacalah  itu untuk mencari keredhaan Allah,bukan  utnuk meraih  faedah pribadi yang mana sebagaimana sejumlah orang dewasa ini lakukan.

 Kemudian tertera dalam sebuah riwayat  Hadhrat Ubaidah r.a meriwayatkan dari antara para sahabah  bahwa Rasulullah saw bersabda: wahai ahli Quran, jangganlah tidur tampa membaca Al-Quran  dan bacalah Al-Quran  siang dan malam sedemikian cara membacanya    sebagaimana seharusnya membaca itu. Dan sebarkanlah  itu dan bacalah itu dengan suara yang merdu dan renungkanlah topic bahasannya maka  kalian meraih kesuksesan. Rowahul baihaqi  fi sya’bi-limaan  dengan hawalah misykaatul mashaabih  kitab fazhazailul quran yakni bacalah Al-Quran dan sebarkanlah itu dan amalkan   itu  dan beritahukanlah kepada orang lain.

 Kemudian beliau bersabda: Barangsiapa yang membaca Al-Quran  dan menghafalnya,   maka dia akan beserta juru tulis-juru tulis   yang sangat mulia dan sangat saleh. Dan seorang yang membaca Al-Quran  dan  mengamalkan ajaran-ajarannya  dengasn teguh  maka dia akan mendapatkan  dua kali lipat ganjaran/pahala. Bukhari kitabuttafsir  tafsir suratul abasa. Jadi, ganjaran yang banyak adalah dengan mengamalkan ajarannya. Dan amal pun baru akan dapat dilakukan   manakala dapat memahami akan mahumnya. Dan karena itulah beliau berkali-kali menekankan   bahwa  bacalah Al-Quran  dan fahamilah itu  dan janganlah kalian jadikan Al-Quran menjadi  hiasan belaka di rumah-rumah kalian  dan  tidak hanya sudah dia baca lalu  tidak diamalkan  bahkan dengan pengamalanlah derajat-derajat  itu akan menjadi tinggi.

Kemudian seraya memberikan dorongan lagi    beliau bersabda:  Orang yang membaca Al-Quran dengan suara yang tinggi  adalah sama dengan orang yang  memberikan derma atau infak  di hadapan orang-orang  dan orang yang membaca Al-Quran dengan suara pelan-pelan sama dengan orang yang memberikan infak dengan sembunyi-sembunyi.  Sunan Abu daud  kitabuttahatwwu’  bab fi raf’ishshauth  bil qiraatil fi shalatillail,

 Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkannya  maka pada hari kiamat ibu bapaknya akan dipakaikan dua mahkota  yang sinarnya akan lebih terang dari sinar matahari ,yang ada di rumah-rumahnya di dunia. Kemudian apabila derajat ibu bapaknya seperti ini  keadaannya maka bayangkanlah   bagaimana derajat orang   yang mengamalkan Al-Quran. Sunan Abu Daud kitabul witir  bab tsawaabu qiraatil quran

 Perhatikanlah,  beliau setiap saat sibuk supaya   ummat beliau  senantiasa membacanya   dan mengamalkannya. Jangan sampai  terjadi ummat beliau meninggalkan itu. Dan sungguh beliau pun  senantiasa berdoa untuk itu. Dan adapun yang berkaitan dengan tingginya kedudukan yang beliau sampaikan  inipun tentu Tuhan juga  yang memberitahukan kepada beliau. Mudah-mudahan ummat memahami akan keinginan hati beliau itu. Dan banyak lagi misal-misal   dimana beliau  menasehatkan kepada ummat beliau untuk  membaca dan mengamalkannya agar  mereka dapat tegak dalam akhlak yang mulia  yang Rasulullah saw telah jadikan sebagai bagian dari kehidupan beliau  dan beliau menghendaki  supaya  ummat beliaupun  mengamalkan itu  dan ajaran  Al-Quran menjadi tersebar membudaya  di seluruh dunia.

Hadhrat Masih mauud a,s bersabda:

Hadhrat Masih Mauud bersabda:  Dalam kaitan  ini tidak ada keraguan   bahwa Al-Quran adalah wahyu yang dibacakan  dan setiap bagiannya adalah mutawattir dan mutlak  tidak berubah baik  titik dan  hurufnya sekalipun. Tuhan dengan  sangat luar biasa dan dengan penuh perhatian sempurna  telah menurunkannya dalam penjagaan para malaikat dan pengawalan malaikat. Kemudian Rasululah saw sedikitpun tidak ada yang beliau tinggalkan dari itu  dan beliau senantiasa berupaya dawam dalam pengamalannya sehingga setiap ayat-ayatnya ditulis seperti itu di hadapan beliau sebagaimana itu diturunkan. Sehingga beliau mengumpulkan semua Al-Quran dan  beliau sendiri yang menyusun ayat-ayatnya. Beliau senantiasa membacanya di dalam shalat hingga beliau pergi dari dunia ini lalu  berjumpa dengan  kekasih beliau yang Maha luhur”.Terjemah dari Hamamatul busyra dari bahasa Arab ruhani Hazain jilid 7hal 217

Semoga Allah menganugerahi  taufik pada kita untuk membaca, memahmi dan mengamalkannya. Amin.

                                                      Qamaruddin Syahid

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.