Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
4 Maret 2005 di Mesjid Basyarat ,Spanyol.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ،
وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً.فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
Rasul Allah membaca lembaran-lembaran suci yang di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang senantiasa tegak dan senantiasa menegakan . Al-Bayyinah 2-3
Al-Quran adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Allah memberikan kesaksian berkaitan dengannya bahwa ini merupakan kitab suci yang di dalamnya bersih dari kemungkinan adanya aib dan tidak hanya sekedar suci bahkan segala macam ajaran yang indah dan cantik- yang sama sekali tidak dapat ditandingi -terdapat di dalamnya. Di dalamnya dimasukkan semua keindahan yang di dalam kitab-kitab terdahulu terdapat kekurangan dan kini inilah ajaran yang bersih dari segala macam kekurangan. Bahkan dengan mengamalkan ajaran ini seorang akan dapat dilindungi dari segenap keburukan. Tidak hanya sekedar dilindungi atau diselamatkan bahkan dengan mengamalkan dan mengaplikasikan ajarannyalah seorang dapat memperbaiki dirinya sendiri dan dengan perantaraannyalah perbaikan dunia mungkin terjadi. Yakni, ajaran yang turun kepada Rasulullah saw , kini inilah yang dapat memberikan jaminan dapat terbentuknya perbaikan dunia, dapat menyerbarkan kebaikan-kebaikan dan rasa aman di dunia, dapat memberikan jaminan untuk dapat menciptakan hamba-hamba Allah yang setia beribadah pada Allah di dunia dan memiliki jaminan dapat membela hak-hak setiap kalangan masyarakat di dunia. Jadi kepada nabi mana ajaran sempurna dan ajaran yang disempurnakan ini turun,yakni turun kepada Hadhrat Muhammad saw yang disebut sebagai خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ khaatamannabiyyin – yang sesudahnya sama sekali tidak bisa datang lagi nabi pembawa syareat baru sesuai dengan apa yang Allah telah firmankan. Maka tidak dapat dibayangkan betapa hebatnya nabi saw sendiri sebagai orang yang paling sempurna mengamalkan syareat itu, membayangkan hal itu merupakan hal yang luar dari jangkauan fikiran manusia. Sebab, beliau saw lah yang dapat memahami kalam suci itu,beliaulah yang meraih pemahaman sempurna tentang kalam itu; hanya zat beliaulah yang dapat meraih pemahaman sempurna berkaitan dengan maksud-masud kalam Ilahi , dapat memahami berbagai arti dan berbagai rahasia terpendam kitab terakhir dan syareat terakhir yang turun pada beliau saw ini. Seolah-olah hanya zat
خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ khatamannabiyyin inilah yang memahami
خاتم الكتب khatamul kutub dan beliau memahami tidak hanya dengan sampai pada kedalaman lalu mengamalkannya bahkan kepada para sahabah pun beliau memberikan kesadaran yang tinggi sehingga mereka membacanya dengan memahaminya dan mereka berusaha untuk mengamalkannya. Sesudah membaca kitab terakhir ini, sama sekali tidak mungkin mengambil petunjuk dari syaerat yang lain atau dari kitab lain. Sebab, prihal orang-orang terdahulupun telah termasuk di dalamnya dan prihal perkara-perkara yang akan datang dan berita-berita yang akan datangpun telah terdapat di dalamnya.
Hadhrat Aqdas Masih Mauud a.s bersabda: Kata
خَاتًمَ الَنًبٍيٍٍيٍنَ –khatamunnabiyin yang digunakan bagi Rasulullah saw itu menunjukkan bahwa secara alami di dalam kata inilah diletakkan suatu rahasia bahwa kitab yang turun kepada Rasulullah saw pun jelas merupakan khatamul kutub dan segenap kesempurnaan terdapat di dalamnya. Sebab sudah menjadi kaidah umum bahwa turunnya kalam Ilahi adalah menunjukkan bahwa seberapa besar daya tarik dan kesempurnaan batin orang itu, sebesar itulah keagungan dan keluhuran terdapat di dalam kalamnya.
Kini, daya tarik pensucian Rasulullah saw setiap orang dapat mengetahui bahwa bagaimana beliau telah menciptakan perubahan suci di dalam diri para sahabah beliau. Perubahan-perubahan suci yang lahir di dalam diri para sahabah ialah orang-orang yang bangun di malam malam hari untuk mengadakan pesta-pesta keramaian dan berhura-hura,menuruti hawa nafsunya, kini pun mereka bangun pada malam –malam hari,tetapi bukan berkumpul untuk mendengar nyanyi-nyanyian dan pertunjukan –pertunjukan bahkan malam-malam mereka berlalu dalam keadaan mereka bersujud di hadapan Tuhan. Kemudian orang-orang yang meminum minuman keras dengan menganggapnya seperti air biasa tatkala mereka mendengan berita akan haramnya minuman tersebut dalam keadaan mabukpun mereka tidak mengatakan, pertama tanyakan dahulu apa yang tengah terjadi,apa yang tidak tengah terjadi, tetapi periuk-priuk minuman keras itulah yang terlebih dahulu mereka pecahkan. Jadi ini merupakan daya pensucian beliau saw lah yang telah menciptakan revolusi itu.
Jadi Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Seberapa banyak daya pesucian seseorang , sebanyak itulahnya kalamnya/ucapannya memiliki keagungan dan keluhuran. Kemudian beliau bersabda:
” Oleh sebab daya pensucian dan kesempurnaan batin Rasulullah saw adalah berada pada tingkat yang paling tinggi, yang mana lebih dari itu tidak pernah diraih oleh siapapun dari antara manusia dan tidak akan pernah pula di masa yang akan datang,karena itu Al-Quran juga berada pada kedudukan dan martabat paling tinggi dari kitab-kitab dan sahifah-sahifah yang terdahulu dimana kalam yang manapun tidak pernah mencapainya. Sebab, kemampuan dan daya pensucian Rasulullah saw adalah yang paling kuat dan semua martabat-martabah sempurna telah berakhir di dalam diri beliau dan beliau telah sampai pada titik puncak yang tertinggi dan pada kedudukan itu Al-Quran yang turun pada beliau telah sampai pada titik kesempurnaan. Dan sebagaimana halnya kesempunaan kenabian telah berakhir dalam diri beliau demikian pula kesempurnaan-kesempurnaan mukjizah-mu’jizah kalam Ilahiah juga telah sampai pada titik akhir di dalam diri beliau. Beliau dinyatakan sebagai خاتم النبيين –khatamunnabiyyin dan kitab beliau dinyatakan sebagai خاتم الكتب –khatamulkutub( kitab termulia). Seberapa banyak martabat-martabat dan sebab-sebab mu’jizah kalam bisa terjadi dari segi semua itu kitab beliau saw telah sampai pada titik tingkat yang tertinggi. Yakni, apakah dari segi kefasihan dan keindahan bahasa, apakah dari segi tertib bahasan-bahasannya, apakah dari segi kesempurnaan-kesempurnaan ajaran, apakah dari segi buah /hasil ajaran, singkatnya dari segi mana kalian melihatnya, dari segi itu akan nampak kesempurnaan Al-Quran dan akan terbukti mukjizahnya. Inilah sebabnya Al-Quran tidak meminta suatu perumpamaan /misal suatu perkara khusus bahkan pada umumnya inilah yang diminta bahwa dari segi manapun kalian ingin menandingi, tandingilah. Baik dari segi mantic dan balaghahnya, baik dari segi maksud dan tujuannya , baik dari segi ajaran dan nubuatan-nubuatan maupun dari segi perkara-perkara gaib yang terdapat di dalam Al-Quran itu sendiri. Walhasil dari segi corak apapun kalian melihatnya ini adalah mukjizah. Malfuzhat jilid 2 hlm 26-27 Edisi baru
Jadi, sebagaimana beliau a.s bersabda bahwa Al-Quran adalah mukjizah yang sempurna. Dan tidak hanya bahwa di dalamnya terdapat ajaran yang sempurna dan merupakan suatu mukjizah bahkan beliau saw telah menjadikan sebagai bagian kehidupan beliau setiap perintah mukjizah itu dan dengan pengamalan beliau telah menunjukkannya supaya beliau juga dapat memberitahukan kepada orang yang mengimani beliau bahwa saya pun adalah seorang manusia,sejauh berkaitan dengan tuntutan sebagai manusia. Tetapi saya merupakan manusia yang Tuhan telah jadikan sebagai kekasih-Nya;dan akibat tunduk kepada-Nya Dia telah jadikan saya sebagai seorang yang dikasihi-Nya. Kamupun amalkanlah ajaran itu,ikutilah sunnahku dan sesuai dengan keahlian – keahlian /kemampuan- kemapuan masing-masing jadilah kalian menjadi orang yang meraih kedekatan Allah.
Rasulullah saw sampai sejauh mana mengamalkan hukum-hukum Al-Quran,berkenaan dengan itu jawaban Hadhrat Aisyah semua sudah mengetahuinya bahwa tatkala kepada beliau ditanyakan prihal akhlak Rasulullah saw, maka beliau menjawab, apakah kalian tidak membaca Al-Quran ? Orang yang menanya menjawab : Kenapa tidak. Maka beliau menjawab فان خلق النبي صلى الله عليه وسلم كا ن القر ان bersabda:fainna khuluqanabiyyi sallallaahu alaihi wasallam kaanal qura’anu. Akhlak Rasulullah saw adalah Al-Quran. Muslim kitabus shalaatul musaafirin bab jaamiusshalaatullail waman naama anhu au maridha
Yakni, di dalam Al-Quran sebagaimana tertulis bahwa beribadahlah kepada Allah,beliau saw telah melakukan ibadah. Sebagaimana tertulis di dalam Al-Quran, tunaikanlah haquuqul ibaad, beliau saw telah menunaikan huquuqul ibaad. Perkara apa yang Al-Quran telah perintahkan untuk mengamalkannya, Rasulullah saw secara sempurna telah mengamalkan dan menunaikan hal-hal itu dan hukum-hukum itu. Terhadap hal mana Al-Quran telah menurunkan pelarangan untuk jangan melakukannya,beliau saw telah meninggalkan hal itu. Al-Quran telah memerintahkan untuk melakukan puasa, membayar zakat, melakukan puasa,memberikan sedekah dan membayar zakat. Maka beliau telah menegakkan standar tertinggi dalam prihal puasa,sedekah dan pembayaran zakat. Al-Quran telah memerintahkan untuk berlaku lemah lembut di dalam masyarakat.Maka beliau telah berlaku lemah lembut sedemikian rupa yang contohnya tidak didapatkan dimana-mana. Musuh berat beliau sekalipun beliau telah maafkan. Jika ada perintah Allah untuk menempuh sikap keras dalam memperbaiki masyarakat,maka beliau pun mengikuti dan mentaati sepenuhnya. Singkatnya perintah Al-Quran yang mana yang tidak hanya sepenuhnya beliau amalkan dengan sebaik-baiknya bahkan beliau telah menunaikannya dengan menegakkan standar yang tertinggi.
Hadhrat Muslih Mauud r.a telah menyajikan misal yang sangat bagus antara kaitan Rasulullah saw dengan Al-Quran yang sangat dalam. Bahwa Rasulullah saw dan Al-Quran merupakan dua mutiara yang keluar secara bersama-sama dari satu kerang. Jika kalian ingin mengetahui ajaran Al-Quran maka lihatlah kehidupan Rasulullah saw. Dan jika ingin mendapat informasi berkaitan dengan kehidupan Rasulullah saw, jika ingin melihat pagi dan sore beliau serta hari dan malam beliau bagaimana berlalu maka bacalah semua hukum-hukum Al-Quran dan bacalah larangan dan perintah-perintah itu, maka kehidupan Rasulullah saw akan nampak di hadapan kalian.
Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Lebih dari kehidupan suci dan bersih Rasulullah saw dalil apa lagi yang bisa digunakan sebagai dalil, sebab Allah telah menetapkan beliau sebagai petunjuk sempurna untuk seluruh dunia sampai hari kiamat. Namun semua pristiwa-pristiwa kehidupan beliau merupakan kumpulan ajaran-ajaran praktis.
Sebagaimana halnya Al-Quran merupakan kitab yang berisikan firman-firman Allah maka undang-undang alam/hukum-hukum alam adalah kitab praktis-Nya, demikian pula kehidupan Rasulullah saw merupakan kitab praktis yang seolah-olah merupakan penjelasan dan tafsir Al-Quran”. Malfuzhat jilid 3 hal 34 Edisi baru.
Keasyikan dan rasa cinta Rasulullah saw kepada Al-Quran,pengamalan pada perintah-perintah-Nya, rasa takut pada Allah, berkenaan dengan itu, apa yang sejarah kehidupan beliau beritahukan kepada kita ? Berkenaan dengan cara beliau membaca Al-Quran bagaimana caranya ? Berkenaan dengan itu beberapa hadis saya akan sajikan.
Hadhrat Abdullah bin Saib r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw mengimami shalat subuh di Mekah lalu beliau memulai mengimami shalat dengan membaca surah mu’min. Sehingga tatkala sampai pada sebutan Musa dan Harun,maka akibat rasa takut kepada Allah yang menguasai diri beliau,beliau mulai batuk-batuk. Maka atas hal itu beliau ruku’ Muslim Kitabusshalat bab Al-Qiraaatu fisshubuh
Jadi, rasa takut ini sampai sedemikian rupa sehingga mungkin beliau khawatir berkenaan dengan kaum beliau juga. Sebab, hati beliau sangat lembut luar biasa sedemikian rupa, yakni sebagaimana Firaun dan kaumnya telah binasa kerena keingkaran mereka, jangan-jangan mereka inipun akan menjadi binasa. Terhadap hal itu sedemikian rupa yakinnya beliau bahwa Allah yang menyebutkan ini, memberikan contoh-contoh, maka artinya akibat ingkar bisa juga akan terjadi peristiwa seperti itu. Jangan sampai kaum sayapun akibat ingkar mereka menjadi binasa.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Ibnu Abbas r.a meriwayatkan bahwa Hadhrat Ummul mu’mini Hadhrat Aisyah memberitahukan kepada saya bahwa beliau menanyakan kepada Rasululah saw berkenaan dengan ayat
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak menghargai Allah sebagaimana semestinya harus menghargai-Nya padahal bumi seluruhnya akan berada dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit akan tergulung di tangan kanan-Nya. (Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.) Az-Zumar 68. Maka Rasulullah saw bersabda: Alah berfirman:Saya adalah Jabbar(Maha perkasa/keras dalam memberikan hukuman), Saya adalah ini,Saya adalah ini, Allah menerangkan akan kesucian-Nya. Perawi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menerangkan ini dengan sedemikian bersemangat sehingga mimbar Rasul sedemikian rupa bergerak hingga kami khawatir, jangan-jangan Rasulullah saw jatuh bersama mimbar. Al-Mustadrak lilhaakim kitabuttafsir
Dalam menerangkan akan kebesaran Tuhan biasanya semangat beliau menjadi sangat luar biasa. Sebab, zat beliaulah yang mengetahui secara benar akan keperkasaan dan kekuasaan Allah, mengetahui betul dan dapat sampai pada ke kedalaman yang benar. Dan pada zat / pribadi beliau-lah dengan cara yang paling besar zahir Zat Allah. Jadi beliau mengetahui bagaimana kekuasaan-kekuasaan dan kekuatan-kekuatan Allah. Dan jika tidak ada kasih sayang Allah maka orang-orang ini yang kian tambah jauh dari firman-firman-Nya, tidak mengamalkan hukum-hukum-Nya dan menganggap bahwa kami memiliki kekuatan-kekuatan yang dahsyat, sangat bangga akan hal itu, menganggap diri mereka besar dan hebat maka orang-orang seperti itu akan dihancurkan dan dibinasakan sebagaimana halnya seekor cacing memiliki nilai, mungkin merekapun tidak seperti itu nilainya.
Tatkala Al-Quran turun maka beliau yang paling baik dan dengan cara yang sangat mudah dapat membacanya dan disamping beliau dapat membacanya dengan mudah beliau pun mengerti betul akan maknanya. Kendati demikian bagaimana cara beliau membaca Al-Quran. Berkenaan dengan itu Hadhrat Qatadah r.a meriwayatkan bahwa saya telah menanyakan cara Rasulullah membaca Al-Quran kepada Hadhrat Anas r.a maka beliau menjawab bahwa Rasulullah saw membaca Al-Quran dengan berhenti-berhenti. Sunan Abi Daud kitabul witr
Berkenaan dengan cara beliau membaca Al-Quran apa cara beliau, terkait dengan itu banyak sekali riwayat-riwayat. Yang mana orang-orang yang menerangkan itu telah menerangkan sesuai dengan corak mereka masing-masing. Dari itu keidahan bacaan beliau saw tambah lagi menjadi lebih jelas.
Satu riwayat diantaranya adalah riwayat Bakli bin Mamlak bahwa saya menanyakan kepada ummulmu’minin Ummi Salma r.a mengenai tilawat Rasulullah saw maka beliau menjawab bahwa qiraat Rasulullah saw adalah merupakan qiraat yang ditafsirkan/diperjelas, yakni dengan membaca satu-satu huruf orang-orang yang mendengar menjadi dapat memahami Misykatul mashaabih kitab fazaailul Quran
Kemudian Hadhrat Ummi Salma di satu tempat meriwayatkan. Seraya menerangkan cara beliau membaca beliau berkata bahwa Rasulullah saw membaca Al-Quran dengan terhenti terhenti. Sesudah membaca الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ beliau berhenti. Kemudian membaca
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ lalu beliau berhnti. Misykatul masaabih kitab fazaailul Quran Jadi beliau tengah merenungkan sedemikian rupa. Sebab, di dalam setiap kata terkandung makna, karena itu dengan benar-benar berhenti lalu berhenti sambil merenungkan beliau berlalu dari itu.
Kemudian tertera sebuah riwayat dari Hadhrat Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw kadang membaca dengan suara keras dan kadang dengan suara rendah. sunan Abu Daud kitabuttathawwu’ dan suara tinggi ini juga dan dengan suara pelan-pelan juga inipun berada dalam batas yang seharusnya sebagaimana sesuai dengan perintah Allah.
Kemudian tertera sebuah riwayat yang dari itu dapat diketahui bahwa bagaimana Allah melihat tilawat beliau. Inipun dari riwayat Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, Allah tidak sedemikian rupa mendengar dengan penuh perhatian kepada suatu perkara sebagaimana Dia mendengar seorang nabi membaca Al-Quran dengan suara merdu. Sunan Abu Daud kitabulwitir
Jadi, perhatian Allah pada nabi kesayangan-Nya pada saat itu menjadi lebih besar dari sebelumnya,yakni manakala Dia mendengar kalam-Nya dibaca dengan suara merdu dari mulut nabi yang dikasihinya bahwa lihatlah bagaimana kekasih-Ku, betapa dengan suara merdu, betapa dengan penuh cinta sepenuhnya dan dengan fana dia tengah membacanya.
Kemudian tertera sebuah riwayat dari Hadhrat Huzaifah r.a bahwa beliau telah menunaikan shalat di belakang Rasulullah saw . Ketika beliau rukuk maka beliau membaca سبحان ربى العظيم subhaana rabbiyal’azhiimi dan apabila beliau sujud maka beliau membaca سبحان ربى الاعلى – subhaana rabbial ‘ala Dan apabila beliau membaca ayat tentang rahmat maka beliau berhenti pada saat tilawat dan beliau memohon rahmat dan apabila ada ayat azab maka beliau terhenti dan memohon perlindungan Allah. sunan abu daud kitabusshalat dan tertera dalam sebagian riwayat-riwayat bahwa pada saat beliau saw tengah memohon rahmat dan perlindungan terkadang dalam keadaan demikian beliau menangis sedemikian rupa sehingga suara beliau menjadi terisak-isak. Di dalam diri beliau rasa takut pada Allah, kecintaan dan kefanaan sedimikian rupa sehingga sama sekali tidak dapat dibayangkan.
Kemudian Hadhrat Ibni Abbas r.a meriwayatkan bahwa Abu Bakar r.a berkata,ya Rasulullah saw, di wajah Tuan mulai nampak tanda-tanda ketuaan . Maka Rasulullah saw menjawab : Saya telah dijadikan tua oleh surah Hud,surah Wakiah ,surah Mursalat,surah
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ dan إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ surah takwiir yang telah menjadikan saya tua. Sunan Tirmidzi kitabuttafsir Al-Quran bab min suuratil waaqiah
Di dalam surah Hud disebutkan juga mengenai kaum yang karena keingkaran mereka terhadap para nabi, mereka telah dihancurkan dan beliau yang adalah sebagai rahmarullilaalamiin, hati beliau senantiasa gelisah bahwa kini jangan-jangan akibat keingkaran, azab itu datang pada ummat beliau. Para nabi sebelumnya adalah ditugaskan untuk kaumnya masing-masing,beliau adalah nabi untuk seluruh dunia. Jadi beliau pada zaman itu khawatir akan kaum beliau yang ada pada saat itu dan generasi –generasi yang akan datang dan semua kaum seluruh dunia berkenaan dengan semua itu beliau juga khawatir bahwa jangan-jangan orang-orang ini dijerumuskan dalam azab. Kemudian oleh sebab itulah beliau memohon di hadirat Allah, menangis di hadirat Allah dan memohon belas kasih-Nya. Kemudian ayat surat ini juga telah memberikan tanggung jawab yang sangat besar kepada beliau bahwa : فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan mereka pun yang telah taubat beserta kamu hendaknya menjadi tegak dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Hud 13
Berkenaan dengan hal itu Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Lihatlah Rasulullah saw, hanya satu perintah فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ (Hud 113) itu telah menjadikan beliau menjadi tua. Berapa besarnya kesadaran beliau akan maut, kondisi beliau ini kenapa terjadi seperti ini ? Ini tidak lain supaya kita dapat mengambil pelajaran dari itu; kalau tidak, lebih dari kehidupan bersih dan suci Rasulullah saw bisa dalil apa lagi, yaitu Allah telah menetapkan beliau sebagai pemberi petunjuk yang sempurna untuk seluruh dunia sampai hari kiamat. Namun kendati demikian seluruh peristiwa dalam kehidupan beliau merupakan suatu kumpulan ajaran-ajaran praktis. Jadi kehidupan beliau sendiri suci, dalam memikirkan itu menjadikan beliau menjadi tua,yaitu pemikiran apakah orang lainpun dapat meraih standar itu atau tidak. Apakah merekapun sesuai dengan kemampuan-kemampuan mereka masing-masing dapat mengamalkan perintah-perintah Allah atau tidak, apakah orang-orang lain juga sesuai dengan perintah Allah dapat tegak atau tidak pada kebaikan-kebaikan yang terdapat perintah untuk mengamalkannya,apakah mereka dapat terhindar atau tidak dari keburukan-keburukan yang diperintahkan untuk meninggalkannya ? Dalam kekhawatiran itu timbul dalam diri beliau kondisi yang sangat aneh/sangat merisaukan. Kemudian seperti itulah surah-surah yang lain yang di dalamnya terkandung bahasan-bahasan mengenai kebesaran Allah, berita-berita zaman akhir, berita mengenai kehacuran –kehancuran akibat tidak lurusnya kondisi kehidupan orang-orang dan mengenai dajjal dan semuanya yang terjadi. Jadi, Rasulullah saw yang sesungguhnya Allah memberitahukan kepada beliau berita-berita yang akan datang dan beliau yang adalah merupakan rahmat bagi setiap orang ,dengan hal itu beliau menjadi gelisah,yaitu apa yang akan terjadi dengan dunia,dan apa yang akan terjadi dengan ummat ini jika mereka tidak mengamalkan perintah-perintah Allah. Apakah ada orang yang pernah melihat orang yang berbuat kebaikan kepada ummat manusia seperti (Rasulullah saw)ini ? Yang akibat memahami Al-Quran seperti itu, setelah melihat kondisi (yang diperlihatkan oleh Allah) ratusan tahun yang akan datangpun dia dapat menjadi gelisah sedemikian rupa ? Beliau bersabda, saya tidak khawatir mengenai diri saya sendiri. Saya telah dijadikan tua oleh hal-hal yang tengah terjadi dan akan terjadi dimasa yang akan datang di dunia akibat tindakan pembangkangan terhadap Allah. Hal-hal itulah yang menjadikan saya tua dan kekhawatiran itulah yang menjadikan saya tua, dan kesedihan akan hal itulah yang menjadikan saya gelisah,yaitu kenapa manusia tidak kembali kepada Tuhan yang menciptakan mereka ? Kemudian banyak lagi surah-surah yang lain yang mana beliau baca dengan sangat teratur yang di dalam disebutkan mengenai kehancuran bangsa-bangsa, menyebarnya syirik/membudayanya syirik di antara ummat manusia , bergesernya manusia jauh dari tauhid, disebutkan mengenai tingginya martabat beliau saw , disebutkan bahasan mengenai datangnya hari Qiamat,disebutkan bahasan mengenai pengurbanan-pengurbanan harta dan jiwa; kemudian, kepada beliau terdapat nasehat bahwa hendaknya beliau terus menerus memberikan nasehat karena tugas beliau adalah memberikan nasehat. Jadi surah-surah inipun banyak sekali yang kebanyakan beliau biasa membacanya bahkan terdapat dalam sejumlah riwayat bahwa setiap hari beliau membacanya. Dan dalam riwayat-riwayat sebelumnya kita telah baru saja membaca bahwa bagaimana cara membaca beliau. Kapan saja sampai bacaan beliau pada ayat-ayat atau kata-kata yang mengenai azab maka beliau menjadi gemetaran, rasa takut kepada Allah menguasai diri beliau. Dan sungguh tentu dalam kondisi seperti itu beliau pasti tentu mendoakan bagi ummat beliau. Manakala setelah mendengar ayat mengenai nikmat-nikmat Ilahiah atau sesudah membacanya maka beliau memuji Allah. Singkatnya sangat aneh sekali cara dan metode beliau saw membaca Al-Quran, cara beliau membaca ,memahami dan mentilawatkannya.
Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abdullah bin Mugfal r.a. bahwa saya melihat Rasulullah saw sambil menunggang unta beliau membaca surah Al-Fatah. Beliau berkali-kali mengulangi setiap ayat-ayat itu ( Sunan Abu Daud kitabul witir) Pada saat itu gejolak atau semangat beliau penuh dengan pujian dan rasa syukur pada-Nya. Kepala beliau sujud di hadapan Allah. Tertera dalam sebuah riwayat bahwa unta mana yang beliau tunggangi kepala beliau menyentuh bagian depan tempat duduk beliau. Sebab, dengan kemenangan itu nampak pada beliau tanda-tanda kemenangan yang akan datang. Dari itu gejolak pujian dan rasa syukur kepada Tuhan menjadi bertambah besar.
Kemudian pada saat tidur pun setelah menyerahkan diri beliau pada perlindungan Allah maka baru beliau tidur. Misalnya, ummulmu’minin Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Hadhrat Rasulullah apabila beliau tidur setiap malam di tempat beliau maka beliau mempertemukan kedua telapak tangan beliau lalu beliau meniupnya dan membaca
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد ٌ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Kemudian manakala sejauh itu bisa maka beliau mengusap tangan beliau di badan beliau dan beliau memulai dari kepala lalu mulut dan dari bagian tubuh bagian depan dan tiga kali beliau melakukan seperti itu. (Bukhari kitabul fazaailul Quran bab fazlul mau’udzaat) Seolah-olah merupakan satu tameng untuk masuk di dalam perlindungan Allah yang beliau bentangkan /selimutkan di atas diri beliau. Padahal tertera dalam sebuah riwayat bahwa tidur beliau pun adalah seperti bangun/sadar beliau. Sementara ada beberapa orang yang dalam keadaan sedang bangun pun mereka tengah tidur. Jadi inilah kondisi beliau bahwa dalam keadaan tengah tidur pun secara terus menerus beliau tengah memanjatkan doa kepada Allah.
Kemudian, beliau sangat luar biasa menghargai orang-orang yang mengetahui ilmu Al-Quran dan juga orang-orang yang menghafal Al-Quran karena mereka ini telah menempatkan kalam Ilahi di dalam hati dan fikiran mereka. Pada Zaman itu tatkala banyak terjadi peperangan,di Perang Uhud banyak sekali orang-orang menjadi syahid. Di dalam itu banyak orang-orang yang hafal Al-Quran, yang mengetahui Al-Quran dan mengerti ilmu Al-Quran yang menjadi syahid. Pada saat sampai pada urusan bagaimana penguburan mereka semuanya maka untuk menguburkan mereka ada satu cara yang beliau tetapkan yang riwayatnya disebutkan demikian : ” Pada perang Uhud tatkala para sahabah yang begitu banyak terluka di perang Uhud menyampaikan akan keterpaksaan mereka terkait prihal penggalian liang lahat untuk para syuhada yang begitu banyak jumlahnya bahwa menggali liang lahat untuk masing-masing orang yang syahid merupakan hal yang sangat sulit, tidak ada kemampuan untuk itu. Maka beliau bersabda, galilah kuburan yang lebar dan buatlah itu dengan cara yang baik dan kuburkanlah dua dua tiga tiga di dalam satu liang lahat dan dari antara para syuhada itu dahulukanlah yang lebih banyak mengetahui Al-Quran ( Sunan Attirmidzi kitabul jihad bab dafnisysyuhada ) Jadi pada saat itupun mereka dihormati. Semuanya memang adalah syahid tetapi dahulukanlah orang yang lebih banyak mengetahui Al-Quran. Memang rasa cinta dan fana pada Al-Quran adalah di dalam diri beliau sendiri sebab itu turun kepada beliau,yang untuk menandinginya merupakan suatu hal tidak mungkin, ya untuk meraih standar ini setiap orang hendaknya mengerahkan upayanya masing-masing. Sebab, beliau saw mencintai setiap orang yang membaca Al-Quran dengan baik dan menghafalnya. Kemudian untuk memciptakan/dan mendorong orang-orang untuk membaca Al-Quran, gemar membaca Al-Quran dan dengan senang hati membaca Al-Quran beliau saw biasa mendengar Al-Quran dari para sahabah.
Sebagaimana Hadhrat Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada saya bahwa perdengarkanlah Al-Quran kepada saya. Perawi mengatakan,saya bertanya, apakah saya membacakan kepada Tuan Al-Quran ? padahal Al-Quran diturunkan kepada Tuan ? Mendengar jawaban saya ini Rasulullah saw bersabda: Saya menyukai bahwa selain dari saya pun saya mendengar Al-Quran dari orang lain. Maka Hadhrat Hadhrat Abdullah mengatakan maka saya mulai membaca surat Nisa’ hingga ketika sampai pada ayat
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
(An-Nisaa’ 42 ) Maka Rasulullah saw bersabda, berhentilah. Hadhrat Abdullah mengatakan, maka saya melihat kepada Rasulullah saw yang pada saat itu mata beliau tengah mencucurkan linangan air mata. Bukhari Kitanbul fazaailul Quran yang terjemahannya : Maka apa yang akan terjadi tatkala Kami akan mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkanmu (Wahai Muhammad saw ) sebagai saksi untuk semuanya.Jadi beliau terhadap kesaksian beliau sendiri setelah mendengar kedudukan beliau di hadapan Tuhan maka timbul kondisi rasa takut di hadapan Allah dan kemudian bahwa akibat dari kesaksian saya yang tentu akan memberikan kesaksian yang benar, jangan sampai siapapun ummat saya ada yang mendapatkan hukuman. Beliau sama sekali tidak bangga pada kesaksian itu bahwa saya meraih kedudukan yang sedemikian tinggi,tetapi sebaliknya justru beliau khawatir. Dan akibat kesedihan itu di dalam diri beliau timbul juga keinginjan keras yang dibarengi rasa sedih supaya di dalam ummat ini lahir orang yang membaca Al-Quran dan lahir orang-orang yang mengamalkan itu,yang untuk itu beliau senantiasa memberikan penekanan.
Misalnya, tertera dalam sebuah riwayat. Beliau saw bersabda: Wahai orang –orang yang mempercayai Al-Quran ! janganlah menjadikan Al-Quran itu sebagai bantal; bacaalah itu pada siang dan malam hari dengan benar dan jadikanlah membaca dan mengajarkannya itu menjadi suatu tradisi, budaya dan kebiasaan. Dan bacalah kata-katanya dengan cara yang benar dan renungkanlah apa yang diterangkan di dalam Al-Quran dengan maksud untuk meraih petunjuk supaya kamu meraih kesuksesan.Janganlah dengan perantaraan itu kamu menginginkan untuk meraih faedah dunia. Bahkan bacalah itu untuk meraih keredhaan Allah (Misykatul masyaabih) Yakni, janganlah jadikan hanya untuk dibaca secara lisan belaka,yakni Al-Quran ada lalu dibaca. Tetapi bacalah itu dan berusahalah untuk mengamalkan itu. Renungkanlah kata-kata dan artinya dan kemudian bacalah itu untuk mencari keredhaan Allah,bukan utnuk meraih faedah pribadi yang mana sebagaimana sejumlah orang dewasa ini lakukan.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Ubaidah r.a meriwayatkan dari antara para sahabah bahwa Rasulullah saw bersabda: wahai ahli Quran, jangganlah tidur tampa membaca Al-Quran dan bacalah Al-Quran siang dan malam sedemikian cara membacanya sebagaimana seharusnya membaca itu. Dan sebarkanlah itu dan bacalah itu dengan suara yang merdu dan renungkanlah topic bahasannya maka kalian meraih kesuksesan. Rowahul baihaqi fi sya’bi-limaan dengan hawalah misykaatul mashaabih kitab fazhazailul quran yakni bacalah Al-Quran dan sebarkanlah itu dan amalkan itu dan beritahukanlah kepada orang lain.
Kemudian beliau bersabda: Barangsiapa yang membaca Al-Quran dan menghafalnya, maka dia akan beserta juru tulis-juru tulis yang sangat mulia dan sangat saleh. Dan seorang yang membaca Al-Quran dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengasn teguh maka dia akan mendapatkan dua kali lipat ganjaran/pahala. Bukhari kitabuttafsir tafsir suratul abasa. Jadi, ganjaran yang banyak adalah dengan mengamalkan ajarannya. Dan amal pun baru akan dapat dilakukan manakala dapat memahami akan mahumnya. Dan karena itulah beliau berkali-kali menekankan bahwa bacalah Al-Quran dan fahamilah itu dan janganlah kalian jadikan Al-Quran menjadi hiasan belaka di rumah-rumah kalian dan tidak hanya sudah dia baca lalu tidak diamalkan bahkan dengan pengamalanlah derajat-derajat itu akan menjadi tinggi.
Kemudian seraya memberikan dorongan lagi beliau bersabda: Orang yang membaca Al-Quran dengan suara yang tinggi adalah sama dengan orang yang memberikan derma atau infak di hadapan orang-orang dan orang yang membaca Al-Quran dengan suara pelan-pelan sama dengan orang yang memberikan infak dengan sembunyi-sembunyi. Sunan Abu daud kitabuttahatwwu’ bab fi raf’ishshauth bil qiraatil fi shalatillail,
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkannya maka pada hari kiamat ibu bapaknya akan dipakaikan dua mahkota yang sinarnya akan lebih terang dari sinar matahari ,yang ada di rumah-rumahnya di dunia. Kemudian apabila derajat ibu bapaknya seperti ini keadaannya maka bayangkanlah bagaimana derajat orang yang mengamalkan Al-Quran. Sunan Abu Daud kitabul witir bab tsawaabu qiraatil quran
Perhatikanlah, beliau setiap saat sibuk supaya ummat beliau senantiasa membacanya dan mengamalkannya. Jangan sampai terjadi ummat beliau meninggalkan itu. Dan sungguh beliau pun senantiasa berdoa untuk itu. Dan adapun yang berkaitan dengan tingginya kedudukan yang beliau sampaikan inipun tentu Tuhan juga yang memberitahukan kepada beliau. Mudah-mudahan ummat memahami akan keinginan hati beliau itu. Dan banyak lagi misal-misal dimana beliau menasehatkan kepada ummat beliau untuk membaca dan mengamalkannya agar mereka dapat tegak dalam akhlak yang mulia yang Rasulullah saw telah jadikan sebagai bagian dari kehidupan beliau dan beliau menghendaki supaya ummat beliaupun mengamalkan itu dan ajaran Al-Quran menjadi tersebar membudaya di seluruh dunia.
Hadhrat Masih mauud a,s bersabda:
Hadhrat Masih Mauud bersabda: Dalam kaitan ini tidak ada keraguan bahwa Al-Quran adalah wahyu yang dibacakan dan setiap bagiannya adalah mutawattir dan mutlak tidak berubah baik titik dan hurufnya sekalipun. Tuhan dengan sangat luar biasa dan dengan penuh perhatian sempurna telah menurunkannya dalam penjagaan para malaikat dan pengawalan malaikat. Kemudian Rasululah saw sedikitpun tidak ada yang beliau tinggalkan dari itu dan beliau senantiasa berupaya dawam dalam pengamalannya sehingga setiap ayat-ayatnya ditulis seperti itu di hadapan beliau sebagaimana itu diturunkan. Sehingga beliau mengumpulkan semua Al-Quran dan beliau sendiri yang menyusun ayat-ayatnya. Beliau senantiasa membacanya di dalam shalat hingga beliau pergi dari dunia ini lalu berjumpa dengan kekasih beliau yang Maha luhur”.Terjemah dari Hamamatul busyra dari bahasa Arab ruhani Hazain jilid 7hal 217
Semoga Allah menganugerahi taufik pada kita untuk membaca, memahmi dan mengamalkannya. Amin.
Qamaruddin Syahid