Asmâ-ul-Husnâ: An-Nafi’

Khotbah Jum’at

Hadhrat Khalifatul Masih Vatba

Tanggal 1 Mei 2009/Hijrah 1388 HS

Di Baitul Futuh, London, U.K.

Di dalam khutbah yang lalu saya sedang menjelaskan fungsi sifat النَّافِعُAn-Nafi – yaitu sifat Allah Swt yang artinya Pemberi faedah atau Pemberi keuntungan. Telah saya jelaskan bahwa Dzat pemberi keuntungan adalah Allah Swt. Oleh karena itu sesuai dengan firman-Nya: “Ibadahlah hanya kepada-Ku.” Jadilah kita pewaris karunia-karunia-Nya di dalam kehidupan dunia ini juga dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, setelah kita meninggalkan dunia fana ini. Sambil menunaikan ibadah kepada-Nya, kita juga harus mengamalkan perintah-perintah lainnya yang untuk mengamalkannya telah ditegaskan oleh Allah Swt. Allah Swt tidak memerintah kita hanya untuk beribadah kepada-Nya, melainkan untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada-Nya juga, sebab segala jenis keuntungan sangat erat kaitannya dengan Tuhan. Dia berfirman bahwa, “Alam dunia ini dan segala jenis benda di dalamnya adalah ciptaan-Ku. Dan semua benda itu atas izin-Ku juga bisa mendatangkan faedah dan bisa juga mendatangkan mudharat kepada semua makhluk. Dan semua benda-benda itu menjadi sarana untuk kehidupan mereka. Dan Aku sendiri Pencipta benda-benda itu semuanya.” Tuhan berfirman: “Aku adalah Robbul ‘âlamîn. Dan jika Aku ini adalah Robbul ‘âlamîn maka tidak ada zat atau makhluk lain yang bisa menjadi pemberi keuntungan kepada semua makhluk.

Sehubungan dengan pembicaraan ini Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pernah bersabda sebagai berikut: “Rububiyyat Allah Swt atau Sang Pencipta Yang bisa menyampaikan manusia kepada tujuan yang dimaksud dengan lancar tanpa sesuatu hambatan. Rububiyyat Allah Swt bukan hanya sebagai Pencipta makhluk-Nya, melainkan Dia juga pemberi kesempurnaan kepada apa yang harus dicapai oleh hamba-hamba-Nya atau makhluk-makhluk-Nya sampai peringkat paling akhir. Dan karya kudrat Tuhan ini setelah penciptaan makhluk-makhluk-Nya setiap hari menampakkan keagungan-Nya. Di dalam fitrat manusia, Allah Swt menanamkan kekuatan untuk menyelidik dan menganalisa. Oleh sebab itu di dalam usaha penyelidikan apapun yang dilakukan manusia terhadap semua alam Allah Swt, menampakkan benda-benda baru sebagai hasil dari survei atau penyelidikan mereka. Di antara semua alam-raya itu adalah alam angkasa yang di dalamnya termasuk berbagai jenis bintang-bintang dan planet-planet, termasuk alam bumi, dan termasuk semua benda yang terkandung di dalamnya sebagai khazanah. Di dalam bumi juga terhampar sebuah alam, semua keadaan dunia di mana para pakar sains mengadakan penyelidikan, mereka mengetahui berbagai jenis benda yang sangat menakjubkan. Selain itu alam tumbuh-tumbuhan, berupa tanam-tanaman, pepohonan, sayur-mayur, akar-akaran dan sebagainya merupakan alam tersendiri juga. Begitu banyaknya alam sehingga tidak mungkin bisa dihitung. Dan di dalam setiap jenis benda itu tampak kekuasan (kudrat) Allah Swt. Selain dari tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan bahan makanan, tidak terhitung banyaknya jenis pepohonan dan rumput serta semak-belukar yang bisa juga dipergunakan sebagai bahan obat penyembuh berbagai jenis penyakit. Dan setelah diadakan penyelidikan, semua pengetahuan benda-benda itu bisa dikuasai oleh akal manusia. Bahkan sampai sekarang masih banyak macam tanaman yang perlu diteliti tentang jenis dan khasiatnya dari tanaman-tanaman itu. Selain itu juga banyak jenis ulat bumi, bermacam-macam jenis serangga dan binatang-binatang sejenisnya. Benda-benda ini juga mempunyai alam tersendiri. Pendeknya banyak sekali benda-benda atau makhluk-makhluk di dalam alam raya ini yang telah diciptakan oleh Allah Swt. Dan Allah Swt mempunyai maksud dan tujuan tertentu di dalam setiap penciptaan makhluk-Nya. Dan Allah Swt pun menyediakan sarana untuk memenuhi keperluan hidup setiap makhluk-Nya. Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’uda.s. bersabda: “Maka disebabkan Rububiyyat Ilahi meliputi semua jenis ruh dan jisim, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, termasuk benda-benda padat lainnya dinamakan Faizan-e-aam.  Yakni ruang lingkup Rububiyyat Allah Swt meliputi semua ruh-ruh, jisim-jisim, tumbuh-tumbuhan, berbagai macam tanaman, semua jenis hewan, semua jenis rerumputan dan semak belukar dan meliputi benda-benda tak bernyawa juga. Hal ini disebut Faizan-e-aam yakni kebaikan atau barkat meliputi semua makhluk-Nya. Sebab setiap wujud mendapat barkat dari pada-Nya. Dan dengan perantaraan-Nya setiap benda memperoleh wujud yakni ciptaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Benda apa pun yang wujud di dunia ini semuanya mendapat berkat daripada-Nya. Dan setiap wujud merupakan ciptaan-Nya. Namun manusialah yang terbanyak memperoleh faedah dan berkat dari segala kebaikan dan berkat yang Tuhan limpahkan kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Sebab manusialah yang mendapat faedah dari semua jenis makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. Oleh sebab itu manusia telah diperingatkan bahwa Tuhan kamu sekalian adalah Rabbul ‘Alamin. Agar manusia mempunyai banyak harapan dan merasa yakin bahwa demi kepentingan mereka, Allah Swt dengan kudrat-Nya yang sangat luas telah menciptakan alam asbaab yakni dunia penuh berbagai sarana. Jadi, Allah Swt memang benar-benar Robbul ‘âlamîn yakni Tuhan Sekalian Alam. Setiap benda yang ada di alam dunia ini, apakah kita mengetahuinya atau tidak semuanya adalah hasil ciptaan Tuhan. Dan kebaikan Tuhan Yang Robbul ‘âlamîn di atas kita semua adalah benda apa pun yang telah diciptakan oleh Allah Swt, seluruhnya demi faedah manusia sebagai asyraful makhluqôt (makhluk yang paling mulia). Semakin maju penyelidikan tentang makhluk ciptaan Tuhan dan banyak ilmu pengetahuan telah diperoleh, tampak semakin banyak faedahnya bagi kepentingan manusia. Hadhrat Masih Mau’uda.s. dengan mengingat kepada semua benda ciptaan Tuhan itu bersabda: “Benda-benda itu harus menjadi penggerak perhatian manusia bahwa Tuhan dengan kasih-sayang-Nya telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya yang tidak terhitung banyaknya itu, supaya mereka memperoleh banyak faedah dari padanya. Sesungguhnya Tuhan mempunyai segala kekuatan dan kekuasaan sehingga demi faedah hamba-hamba-Nya di masa datang pun Dia akan terus menciptakan lagi benda-benda lain bagi mereka. Atau dari benda-benda ciptaan-Nya yang sudah ada, yang mempunyai rahasia-rahasia masih tersembunyi, akan dizahirkan bagi faedah mereka. Maka betapa banyak kebaikan Robbul ‘âlamîn atas manusia, oleh karena itu manusia pun harus banyak bersyukur kepada-Nya, dan manusia harus menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan perintah-perintah-Nya. Dan secara keseluruhan manusia harus membersihkan diri dari bahaya syirik. Dan harus berusaha keras untuk meraih keridhaan Allah Swt. Allah Swt telah banyak mengingatkan di dalam Alqur’an bahwa: “Aku telah menciptakan banyak sekali benda dan barang-barang keperluan bagi faedah manusia. Bila saja manusia berusaha mencari faedah dan barkat dari benda-benda ciptaan-Ku itu, maka ingatlah baik-baik, bahwa pencipta benda-benda itu semua hanyalah Aku sendiri. Bahkan bukan hanya sekedar Pencipta, melainkan untuk menjaga agar wujud-wujud tetap terpelihara dan mengawasi hal itu semuanya ada di tangan Tuhan. Jika hal itu semua berada di tangan Dzat Yang Maha Tinggi, Yang Robbul ‘âlamîn, Yang Rahman juga, memberi faedah Rahmaniyyat-Nya kepada manusia. Dan orang-orang yang rajin dan tekun bekerja mendapat banyak faedah dari sifat Rahimiyyat-Nya. Jika ada manusia yang menganggap ada wujud tuhan lain selain dari pada Rabbul ‘Alamin itu adalah merupakan kebodohan manusia yang amat sangat.

Jadi, Tuhan Yang demikianlah Tuhan Yang patut disembah dan di-puja, Yang Rabb juga, Rahman juga dan Rahim juga. Dan Dia pemilik sifat-sifat yang tak terhitung banyaknya. Allah Swt berfirman:

Inna fî kholqis-samâwâti wal-ardhi wakhtilâfil-layli wan-nahâri wal-fulkil-latî tujrî fil-bahri bimâ yanfa’un-nâsa wa mâ anzalal-Lôhu minas-samâi mim-mâ-i fa-ahyâ bihîl-ardho ba’da mawti-hâ wa batsa fîhâ min kulli dâbbah, wa tashrîfir-riyâhi was-sahâbil-musakh-khori baynas-samâ-i wal-ardhil-âyâtil-liqowmi ya’qilûn —

 

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi dan pertukaran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di lautan dengan membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan dari air yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan itu Dia menghidupkan bumi sesudah matinya dan Dia menyebarkan di dalamnya segala macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang ditugaskan di antara seluruh langit dan bumi, sesungguhnya ada Tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akal. (Al Baqarah : 165)

Di dalam ayat ini, Allah Swt menjelaskan ihsan-Nya (kebaikan-kebaikan-Nya) atas manusia dengan firman-Nya: “Jika kalian mempunyai akal tentu pikiran kalian tidak akan berkelana ke sana-kemari melainkan setiap kalian melihat ciptaan Allah Swt yang dari padanya kalian mengambil banyak faedah akan membuat kalian tunduk di hadapan Allah Swt.

Di dalam ayat sebelumnya Allah swt berfirman:

— Wa Ilâhu-kum Ilâhuw-Wâhid, lâ ilâha illâ Huwar-Rohmânur-Rohîm –

 

Artinya : Dan, Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. (Al-Baqarah:164) tanpa diminta Dia menurunkan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamaba-Nya. Apabila manusia mengambil faedah dari nikmat-nikmat-Nya itu dengan penuh rasa syukur kepada-Nya, maka mereka akan selalu menjadi pewaris nikmat-nikmat-Nya.

Di dalam ayat ini Allah Swt menunjukkan sifat Rahmaniyyat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Firman-Nya: “Di dalam penciptaan langit dan bumi ini merupakan salah satu anugerah nikmat dari pada-Ku. Dan penciptaan ini bukan begitu saja tanpa faedah, melainkan bumi ini dan bulan serta berbagai jenis bintang yang bertebaran di atas langit dan berbagai jenis gas atau hawa yang terdapat di angkasa, semuanya ini telah diciptakan demi faedah manusia. Sebagaimana telah jelas dari sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s bahwa di dalam bumi kita terdapat berbagai jenis alam yang tidak terhitung banyaknya. Terdapat banyak sekali jenis makhluk, yang setiap jenis makhluk itu mempunyai dunianya masing-masing. Dan semuanya itu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga banyak faedahnya bagi manusia. Selain itu pertukaran malam dan siang dalam tempo dua puluh empat jam sangat diperlukan bagi manusia untuk menjalani kehidupan mereka. Selain itu menyediakan masa untuk istirahat dan untuk aktif bekerja juga sangat perlu sekali. Selain itu ada lautan yang salah satu faedahnya untuk tempat berlayarnya perahu dan sampan serta kapal-kapal laut untuk mengangkut manusia atau barang-barang dari satu tempat ke tempat lain. Sampai sekarang juga manusia tidak bisa mengingkari nikmat-nikmat Allah Swt itu. Sebagian besar barang-barang perniagaan diangkut dengan perahu-perahu atau sampan-sampan itu dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan salah satu faedah dari lautan atau samudera adalah dengan pantulan panas matahari, Allah Swt menciptakan uap kemudian daripadanya menjadi awan, akhirnya dari awan itu diturunkan air hujan. Dengan demikian terciptalah sarana kehidupan bagi manusia. Manusia dan hewan-hewan juga sangat bergantung kepada air itu. Jika tidak ada air, usaha pertanian tidak mungkin berjalan. Jika terjadi kekurangan air sedikit saja, timbullah kegelisahan di kalangan para petani sehingga menimbulkan kecemasan di kalangan mereka. Jika kekurangan air untuk waktu yang cukup panjang, maka timbullah bahaya kelaparan yang membuat putus asa di kalangan mereka. Dalam keadaan demikian Allah Swt menjelaskan pentingnya air itu, seperti yang difirmankan di dalam Surah Muluk ayat 31 sebagai berikut:

— Qul  aro-aytum in ashbaha mâ-ukum ghowron famay-ya-tîkum bimâ-im ma’în –

Artinya: Katakanlah! Beritahukanlah kepada-ku, jika semua airmu hilang meresap ke dalam bumi, maka siapakah selain Allah yang akan mendatangkan kepadamu air mengalir dengan bersihnya?

Jadi, air yang keluar dari dalam bumi dan air yang Allah Swt turunkan dari atas langit membawa kehidupan bagi manusia. Kemudian mengenai pengaruh cuaca terhadap manusia dan tanaman-tanaman ‑yang mana para petani mengetahui betul tentang ini, baik di Pakistan, India dan tempat di mana para petani belum begitu maju dan masih terbelakang, bahkan di negara-negara lain juga yang belum maju‑ mereka tahu bahwa arah berlalunya cuaca memberi pengaruh kepada perkembangan pertanian. Ke mana jalannya arah cuaca dan hawa sejuk di sana akan memberi faedah kepada tanaman yang akan mulai panen dan jika bertiup pada kesempatan lain akan menimbulkan kebinasaan terhadap tanaman pertanian. Maka perkara itu semua yang telah Allah Swt ciptakan bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan atas kehendak Allah Swt dan sebagai bukti Wujud Dzat-Nya. Dengan merenungkan terjadinya alam semesta, langit dan bumi dan pertukaran siang dan malam dan perubahan cuaca, menimbulkan keyakinan kuat terhadap Wujud Allah Swt.

Setelah menjelaskan hal itu semua, Allah Swt berfirman bahwa Aku bukan hanya menciptakan semua benda itu bahkan Aku menjaga dan mengawasinya juga. Di mana Aku menunjukkan keagungan sifat Rahmaniyyat-Ku secara umum dan luas, Aku memberikan faedah dari ciptaan-Ku itu semua kepada dunia, di sana juga dibawah sifat Rahimiyyat Aku memperlihatkan juga Tanda-tanda yang luar biasa kepada dunia.

Pada suatu ketika di Makkah terjadi musim kelaparan selama tujuh tahun, suatu masa yang cukup panjang. Keadaan demikian gawat sehingga orang-orang pada waktu itu terpaksa memakan kulit dan tulang-tulang binatang. Pada waktu itu para pemimpin kota Mekkah datang menghadap Hadhrat Rasulullah saw, meminta pertolongan untuk berdo’a kepada Allah Swt, maka beliau sebagai pantulan dan bayangan sifat-sifat Allah Swt memanjatkan do’a kepada-Nya, maka serentak keadaan berubah sehingga keadaan musim kemarau telah sirna dan mereka mulai mendapatkan bahan-bahan makanan. Setelah itu suatu ketika beliau saw berdo’a kepada Allah Swt atas permintaan penduduk kota Madinah supaya turun hujan, beliau pun berdo’a maka tiba-tiba awan berkumpul dan bergumpal menjadi gelap sehingga hujan pun mulai turun dan terus-menerus turun dengan lebat, sehingga seminggu kemudian para sahabat berdatangan kepada beliau memohon do’a agar hujan berhenti. Kemudian beliau berdo’a: “Ya Allah turunkanlah hujan ini di sekitar perkampungan kami, jangan menurunkan hujan ini di atas kami sebab rumah-rumah penduduk mulai roboh berjatuhan. Wahai Allah di mana hujan membawa faedah kepada manusia turunkanlah ia di sana.” Maka Allah Swt mengabulkan do’a beliau itu. Demikianlah Allah Swt selalu memberi barang-barang yang mendatangkan faedah kepada hamba-hamba-Nya, sehingga Dia membuktikan Qudrat Kuasa-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan barang-barang yang mendatangkan faedah itu. Dan pada zaman sekarang juga kita menyaksikan bahwa di dalam kehidupan Hadhrat Masih Mau’uda.s. penuh dengan peristiwa-peristiwa seperti itu. Di mana orang-orang mendapat banyak faedah dari pada do’a-do’a beliau a.s. Maka Allah Swt berfirman: ”Setelah kamu menyaksikan sesuatu yang telah Aku ciptakan dan diserahkan bagi kamu semua untuk memanfaatkannya, maka hal itu semua harus menggugah perasaan dan harus meningkatkan iman kamu. Dan Allah Swt telah membuat permisalan nyata dan duniawi serta permisalan materi itu sesuai betul dengan keadaan ruhani. Bahkan nizam/peraturan ruhani lebih luas lagi dari pada nizam duniawi itu. Sebab faedah dan keuntungan duniawi ini akan tinggal di atas dunia ini. Akan tetapi faedah dan keuntungan ruhaniyyat yang telah diusahakan di dunia ini akan dirasakan di hari akhirat nanti. Jadi, orang mukmin tidak menganggap penciptaan langit dan bumi ini hanya untuk memperoleh faedah bagi kehidupan dunia ini saja, melainkan setelah merenungkan penciptaan-Nya itu, keyakinan dan iman kepada ke-Esa-an Tuhan dan hari akhirat semakin bertambah kuat. Sebagaimana didalam pertukaran siang dan malam dan dalam barang-barang keperluan manusia terdapat faedah secara nyata, maka setelah menunjukkan permisalan siang dan malam itu AllahSwt berfirman: “Secara ruhani juga setelah suasana kegelapan, Aku ciptakan sarana cahaya yang terang, sehingga kegelapan ruhani hilang sirna. Dan Aku sediakan sarana untuk menyingkirkan kegelapan itu dengan perantaraan para malaikat dan para utusan-Ku.Di zaman mana pun juga dengan zahirnya nur itu, Allah Swt tidak menunjukkan putusnya hubungan dengan hamba-hamba-Nya. Bahkan sebaliknya, setiap zaman Dia selalu mengirimkan nur-Nya ke atas dunia ini. Pada zaman sekarang juga, sesuai dengan janji-Nya, Allah Swt telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ke dunia dan beliau telah memperkenalkan nur yang hakiki kepada kita. Kemudian sebagaimana bagi kesenangan hidup hamba-hamba-Nya secara materi, Allah Swt menciptakan sarana untuk berpindah-pindah tempat menggunakan bahtera-bahtera atau perahu-perahu dengan penjagaan dan perlindungan yang sangat baik; demikianlah juga untuk kehidupan ruhani manusia, Allah Swt selalu mengirim hamba-hamba-Nya yang khas yang mempersiapkan bahtera-bahtera ruhani bagi hamba-hamba pilihan dan menyampaikan mereka ke tempat tujuan sambil mengarungi bala dan musibah samudra yang sangat berbahaya. Dan harus diingat bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah meraih keridhaan Allah Swt di dunia dan di akhirat juga. Kita menyaksikan bahwa kebaikan Allah Swt ini tidak akan berakhir kepada hamba-hamba-Nya di mana pun dan kapan pun juga masanya. Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya, bila saja Allah Swt melihat keadaan dunia seperti digambarkan dalam firman-Nya :    ظَهَرَ اْلفَسَادُ فِى اْلبَرِّ وَ اْلبَحْرِ –zhoharol-fasâdu fil-barri wal-bahr(i) — (nyatalah sudah kerusakan dan kebinasan (moral) di daratan dan di lautan) dan apabila keadaannya sudah melampaui batas, maka untuk menyelamatkan hamba-hamba-Nya, semua manusia dan semua makhluk-Nya Tuhan mengutus hamba-Nya yang terpilih ke dunia yang akan mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan orang-orang beriman kepadanya dari bahaya taufan yang melanda mereka. Dan bahtera pada zaman ini adalah bahtera yang telah dipersiapkan oleh Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Dan orang-orang yang berada di dalam bahtera itu akan dianggap penumpang yang sejati yang benar-benar menunaikan hak-hak kewajibannya. Atau orang-orang yang berusaha keras untuk menunaikan kewajiban mereka. Dan untuk menunaikan hak-hak kewajiban mereka itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menulis sebuah kitab bernama Kisyti Nuh (Bahtera Nuh). Didalamnya telah dijelaskan bahwa di zaman beliau, wabah ta’un telah tersebar, maka untuk menyelamatkjan diri dari wabah ta’un itu beliau telah memberi tahu pengobatan secara ruhani. Di dalam kitab itu beliau menulis sebagai berikut: “Jika timbul pertanyaan, apakah ajaran yang dengan mengikutinya secara sempurna dapat menyelamatkan diri dari serangan wabah ta’un itu, maka akan kutuliskan dengan ringkas beberapa baris berikut ini.” Setelah itu beliau menulis nasihat dengan judul Ajaran(ku). Di dalamnya beliau memberi peringatan dan bersabda: “Ikrar bai’at secara lisan saja tidak berarti, selama bai’at itu tidak dihayati dengan sesempurna-sempurnanya disertai kebulatan tekad dalam hati.” Yakni berusaha dengan hati yang sungguh-sungguh untuk mengamalkannya. “Dan janganlah mengira bahwa secara zahir kami telah bai’at. Keadaan zahir tidak ada artinya, Tuhan melihat sampai ke dalam lubuk hati kalian. Dan sesuai dengan keadaan di dalam hati kalian, Allah Swt akan berurusan dengan kalian.” Selanjutnya beliau a.s. bersabda: “Kalian adalah Jema’at Tuhan yang terakhir. Maka tunjukkanlah amal saleh kalian yang kedudukannya mencapai martabat yang paling tinggi.”

Bagaimanapun keadaannya telah dijelaskan secara ringkas. Di dalam kitab itu telah diberitahukan standar atau kedudukan yang harus diusahakan untuk meraihnya. Seorang insan, seorang mukmin, seorang Ahmadi dapat menyelamatkan diri di dalam Bahtera itu yang telah dibuat oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Semoga Allah Swt selalu memberi taufik kepada kita untuk menjalani kehidupan kita sesuai dengan ajaran beliau tersebut. Supaya kita menjadi orang-orang yang mampu meraih berkat dari pada ajaran-ajaran Imam Zaman yang telah diutus oleh Allah Swt pada zaman ini. Sekarang juga musibah-musibah telah mengepung di sekeliling dunia, sedang timbul penyakit-penyakit baru, misalnya sekarang sudah merebak sebuah flu yang disebut Swine Flu (flu babi). Perkara-perkara yang tengah timbul sekarang di dunia ini, bala dan musibah, semuanya mengundang kita untuk berpikir, memaksa kita untuk berpikir, sambil memeriksa keadaan diri masing-masing apakah kita benar-benar telah menjadi orang-orang yang patuh-taat mengamalkan ajaran Allah Swt dan ajaran Rasul-Nya serta ajaran utusan yang telah dilantik-Nya pada zaman sekarang ini. Dan jika kita berusaha dengan penuh perhatian maka kita akan mendapat barkat-barkat ruhani, yang tentangnya Allah Swt berfirman seperti berikut ini:

فَاَحْيَا بِهِ اْلا َرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا

Fa-ahyâ bihil-ardho ba’da mawtihâ

Artinya : Dia menghidupkan bumi ini sesudah matinya.

Sebagaimana keadaan di dunia ini, apabila bumi yang sudah mati itu mengalami kehidupan setelah turun hujan di atasnya, timbul lagi tumbuh-tumbuhan di atasnya, demikianlah juga setelah turun air hujan ruhani yang dikirim oleh Allah Swt melalui utusan dan rasul-rasul-Nya [maka] terciptalah kehidupan ruhani baru. Akan tetapi yang mengambil faedah dari pada air ruhani ini hanyalah orang-orang yang mempunyai kemampuan di dalam diri mereka seperti keadaan bumi yang mempunyai potensi untuk menyerap air hujan tersebut. Untuk pertumbuhan kehidupan jasmani dan ruhani, Allah Swt menurunkan air demi faedah masyarakat awam. Akan tetapi setelah menyerapnya untuk mengambil faedah dari padanya diperlukan kesuburan hati nurani manusia. Hadhrat Rasulullah saw telah menjelaskan dengan memberikan misal, beliau bersabda:

“Ada tiga macam manusia, yang pertama keadaannya seperti sebidang tanah subur, yang mempunyai kemampuan untuk menyerap air hujan dan tanah yang telah menyerap air itu mengambil faedahnya sehingga tumbuhlah tanaman yang subur di atasnya. Jadi apabila hujan turun di atas sebidang tanah yang demikian keadaannya; dengan menyerap air hujan itu membuat tanah itu penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan di atas tanah subur itu mendatangkan hasil panenan yang memuaskan sehingga mampu menyediakan sumber makanan bagi manusia.

Jenis tanah yang kedua adalah tanah yang keras dan tidak bisa menyerap air hujan. Akan tetapi ia menampung air itu di dalamnya. Seperti kolam atau danau-danau. Air itu secara langsung tidak memberi suatu faedah kepada tanah itu. Tidak timbul tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat di atasnya. Akan tetapi dengan air yang terkumpul di atasnya itu berfaedah bagi minuman hewan-hewan, manusia juga bisa mengambil faedah dari padanya, dan selain untuk minum air itu bisa juga dipergunakan untuk mengairi sawah-ladang dan sebagainya.

Jenis tanah yang ketiga adalah tanah yang keras dan mengandung batu dan kerikil. Tanahnya rata dan menghampar, apabila turun hujan tidak bisa menampung air sehingga air pun melimpah ke mana-mana. Ia tidak mampu menyerap air itu dan tidak pula bisa menahan air di atasnya. Tanah yang demikian keadaannya, ia tidak bisa mengambil faedah dari pada air itu dan tidak pula ia mampu menyerapnya yang bisa mendatangkan faedah kepada tumbuh-tumbuhan lain.”

Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa perumpamaan sebidang tanah yang pertama itu, dengan menyerap air di dalamnya, kemudian menumbuhkan tanaman pertanian, mendatangkan faedah bagi manusia, adalah seperti saorang yang ‘alim (orang berilmu) yang tidak hanya ia sendiri menghasilkan ilmu itu bahkan ia memberi faedah juga kepada orang lain dari ilmu yang telah ia hasilkan itu. Dan Rasulullah s.a.w menjelaskan tentang keadaan orang yang ketiga, seperti tanah yang penuh dengan batu-batuan dan kerikil yang tidak bisa menampung air dan tidak bisa pula menyerapnya. Hujan ruhani tidak bisa mendatangkan faedah kepadanya walaupun sedikit dan tidak bisa pula orang lain mengambil sesuatu faedah dari padanya. Dan perumpamaan sebidang tanah yang kedua beliau saw tidak menjelaskannya. Akan tetapi dengan memberikan misal dengan airnya itu, jelaslah maksudnya bahwa air yang ada di dalamnya tidak bisa memberikan sesuatu faedah kepada tanah itu sendiri, akan tetapi ia memberi faedah kepada yang lain. Keadaannya seperti orang yang belajar ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain, akan tetapi ia sendiri tidak mengamalkan sesuai dengan ilmu yang telah ia peroleh itu, akan tetapi dari ilmu yang telah ia pelajari itu diajarkan kepada orang lain dan dengan ilmunya itu banyak orang lain menjadi baik dan beramal soleh.

Jadi apabila Allah Swt mengutus seorang utusan-Nya ke dunia, maka tiga macam golongan manusia timbul di hadapan kita. Maka seorang mukmin sejati harus berusaha untuk menjadi orang yang termasuk ke dalam golongan yang pertama di atas. Di samping mendapat faedah bagi diri sendiri dari pada air itu, ia harus berusaha untuk memberi faedah kepada orang lain juga. Hendaklah menanamkan benih-benih yang baik di antara keturunan sendiri dan juga di kalangan masyarakat sekitar, yang membawa faedah bagi kemanusiaan. Semoga kita menjadi orang-orang yang mampu meraih karunia dari Tuhan Yang ) النَّافِعُ An-Nâfi’Pemberi Keuntungan/faedah) dalam arti yang sesungguhnya. Allah Swt selanjutnya berfirman     وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ کُلِّ دَآبَّة  —  wa batsa fîhâ min kulli dâbbah  — artinya: Dia menyebarkan di dalamnya segala macam binatang yang akan memberi faedah kepada kalian semua. Menyebar luaskan binatang-binatang juga merupakan satu jenis ihsan atau kebaikan Tuhan bagi manusia, tentang mana Allah Swt telah menjelaskan di dalam berbagai tempat di dalam Kitab Suci Alqur’an. Seperti firman-Nya di dalam Surah An-Nahal ayat 6 sebagai berikut:

— Wal-an’âma Kholaqohâ, lakum fîhâ dif-uw-wamanâfi’u wa minhâ ta-kulûn. Wa lakum fihâ jamâlun hîna turîhûna wa hîna tasrohûn.

Artinya: Dan binatang ternak-pun telah Dia jadikan, kalian peroleh dari padanya kehangatan serta manfaat-manfaat lainnya; dan dari pada daging sebagiannya kalian makan. Dan padanya terdapat keindahan dan kemegahan bagi kalian, ketika kalian menggiring-nya di waktu petang pulang ke kandang dan ketika kalian melepaskan-nya di waktu pagi ke padang penggembalaan. (An Nahl [16] : 6,7)

Dengan perantaraannya dapat diperoleh faedah dari binatang-binatang, menggunakan dagingnya, menggunakan bulunya, menggunakan kulitnya bahkan tulangnya juga dapat digunakan untuk campuran makanan binatang lainnya. Selain itu sebagai sarana harta kekayaan juga, binatang-binatang ternak dipelihara untuk keperluan perniagaan.

Ayat pertama yang telah dibacakan pada permulaan dari Surah Albaqarah terdapat perkataan: دَابَةْDâbbah —  dan di dalam surah An Nahal disebut perkataan  َاْلاَنْعَامَ  — Al-an’âm — artinya hewan berkaki empat. Akan tetapi di dalam Alqur’an disebutkan bahwa دَابَةْ dipergunakan untuk berbagai jenis binatang dan hewan berkaki empat juga. Maka yang dimaksud dengan دَابَةْ adalah setiap jenis binatang, sebagaimana Allah Swt berfirman:

— Wa law tu-âkhidzul-Lôhun-nâsa bizhulmihim mâ Taroka ‘alayhâ min dâbbah —

Artinya: Jika Allah hendak menghukum manusia disebabkan perbuatan aniaya mereka, niscaya tidak akan Dia tinggalkan sesuatu makhluk hidup [di atas muka bumi ini]. (Al Nahal : 62) Artinya jika bukan sunnah Allah Swt bahwa Dia segera menghukum orang yang berdosa dan tidak memberi tangguh untuk bertobat, maka di atas muka bumi ini tidak akan dibiarkan sebarang makhluk-pun tinggal hidup. Jadi, karena Allah Swt tidak ingin memberi hukuman dengan segera kepada orang yang berdosa, karena hal itu bukan kebiasaan-Nya untuk segera menghukum hamba-Nya, oleh sebab itu demi faedah hamba-Nya semua binatang telah dibiarkan tinggal hidup di atas bumi ini, di antaranya binatang-binatang besar maupun binatang-binatang kecil. Setelah bumi mengalami kematian disebabkan kekeringan, setelah Allah Swt menghidupkan bumi itu kemudian memberi permisalan dengan menyebarkan berbagai jenis binatang di atasnya Dia berfirman: “Bahwa di dalam kehidupan yang ada di atas bumi ini, binatang-binatang itu mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi manusia.” Sebab firman-Nya: “Jika Aku bermaksud untuk menghabiskan kehidupan di atas bumi ini, maka binatang-binatang lainnya akan dihapuskan sehingga tamatlah riwayat kehidupan manusia di atas bumi ini. Demikian-lah tentang kehidupan ruhani manusia juga terdapat دَابَةْ daabbah, yaitu orang-orang mukmin yang setelah mendapat berkat dari air ruhani itu menciptakan suasana yang hidup bergairah di atas bumi dan dalam jumlah yang banyak mereka menyampaikan amanah dari Allah Swt ke seluruh dunia. Jadi hal itu merupakan tanggung jawab yang sangat besar dan luas yang dibebankan di atas pundak para utusan Allah Swt, yaitu dengan menyebarkan amanah Allah Swt menciptakan sarana kehidupan dan kedamaian di atas dunia ini.

Selain itu Tuhan berfirman, bahwa untuk orang-orang mukmin Dia telah menugaskan jalannya hawa (angin). Supaya dengan hawa keruhanian memberikan faedah dan berkat kepada dunia. Dengan karunia-Nya, Allah Swt meniupkan hawa ruhani di atas dunia. Dan Dia menolong para utusan-Nya dan juga menolong para Jema’at-Nya. Jika taufan perlawanan dilancarkan oleh musuh, maka Allah Swt melindungi dan menyelamatkan mereka dari bahaya itu. Dengan karunia-Nya, Allah Swt juga mengalihkan arah angin perlawanan itu. Bukan saja Dia mengubah arah angin itu, bahkan Dia memperjalankan angin itu demi faedah orang-orang beriman yaitu orang-orang yang berhati lurus, yang condong kepada kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Saya sering menjelaskan bahwa di antara sejumlah banyak surat yang saya terima selalu terdapat surat-surat yang isinya mengatakan bahwa mereka mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt, khususnya surat-surat yang datang dari negara-negara Arab. Orang-orang itu disebabkan fasih dan paham betul Bahasa Arab, dan juga keadaan tabiat dan budi pekerti mereka, pernyataan ketika mereka bai’at, bagaimana Allah Swt telah memberi bimbingan dan hidayah kepada mereka. Hal itu sesuai betul dengan perumpamaan tentang hawa yang sejuk dan segar. Demikianlah karya Allah Swt bahwa Dia mengirim hujan dan hawa sejuk kepada orang-orang mukmin. Demikianlah perlakuan Tuhan النَّافِعُ  (Pemberi Keuntungan/Manfaat) Yang setiap saat memberi keuntungan dan faedah kepada kita. Sekarang Tuhan Yang Rabbul ‘Alamin Yang untuk meneruskan turunnya barkat-barkat ruhani di zaman ini telah membangkitkan utusan-Nya dan dengan karunia-Nya kita semua telah menggabungkan diri ke dalam Jama’at-nya. Mula-mula para penentang kita dengan keras berusaha menghadang dan membendung gerak langkah Jama’at kita, sebagai natijahnya membuat kita menjadi peraih banyak berkat dari padanya, sehingga kita berusaha menyampaikan banyak hasil dan kebaikan kepada mereka, supaya mereka juga mengambil faedah dari barkat-barkat itu dan sekarang juga sedang dilakukan terhadap mereka, dan bagi mereka dipanjatkan juga do’a Rasulullah saw sejak dahulu sampai sekarang yaitu  اَللهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَاِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنََ  – Allôhummahdi qowmî fa-innahum lâ ya’lamûnartinya: Ya Allah!! Berilah petunjuk kepada kaumku sesungguhnya mereka itu tidak paham!! Semoga Allah Swt menyediakan sarana hidayah bagi mereka! Akan tetapi sekarang mereka meningkatkan cara-cara lain perlawanan mereka, mula-mula tidak begitu keras namun sekarang semakin keras, mereka berkata: Hai orang-orang Qadiani! Ingkarlah kepada Mirza Ghulam Ahmad(a.s.) dan bergabunglah dengan kami, pasti kami akan merangkul kalian! Seolah-olah kita harus meninggalkan Jama’at Utusan Tuhan Yang النَّافِعُ  (Pemberi Keuntungan) lalu bergabung dengan mereka, di mana kegiatan mereka hanyalah melakukan fitnah dan kerusuhan satu sama lain. Di satu pihak mereka mendakwakan diri sebagai umat, di pihak lain mereka membunuh dan memotong leher sesama umat. Bagaimanapun Allah Swt tidak hanya memberi hidayah kepada kami bahkan di dalam Alqur’an Tuhan berfirman: “Jawablah kepada orang-orang demikian bahwa hidayah yang sesungguhnya adalah yang ada pada kami, bukan yang ada pada kalian. Oleh sebab itu jika kalian juga ingin terselamat dari fitnah dan kerusuhan, maka ikutilah Imam Mahdi ini yang telah diutus oleh Allah Swt”. Allah Swt berfirman di dalam Alqur’an surah An‘am ayat 72 sebagai berikut:

–Qul anad’û min dûnil-Lâhi mâ lâ yanfa’unâ wa lâ yadhurrunâ wa nuroddu ‘alâ a’qôbinâ ba’da idz hadâ-nâl-Lôhu kal-ladzîs-tahwathusy-syaythonu fil-ardhi hayrôn, lahû ash-hâbuy-yad’ûnahû ilal-hudâ-tinâ, qul inna hudal-Lôhi huwal-hudâ, wa umirnâ linuslima li-Robbil’alamîn–

 

Artinya: Katakanlah! Apakah kita akan menyeru selain Allah yang tidak memberi manfaat kepada kita dan tidak pula mendatangkan mudarat kepada kita, dan adakah kita akan dikembalikan atas tumit kita, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita? Seperti seorang yang telah diperdayakan oleh Syaitan di muka bumi dan meninggalkannya dalam kebingungan, dan mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada petunjuk, mengatakan, “Datanglah kepada kami!” Katakanlah! Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar dan kami diperintahkan supaya tunduk kepada Tuhan semesta alam.

Dalam menjelaskan bahagian dari ayat tersebut Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda sebagai berikut: ” اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى قُلْ اِنَّ هُدَى Katakanlah! Apa yang terdapat pada pikiran kalian? Hidayat adalah yang diberikan langsung oleh Allah Swt kepada yang beriman. Jika tidak, manusia dengan pengertian yang salah bisa memutar-balikkan pengertian Kitab Allah. Dan pemahamannya sangat berlainan. Hanya Tuhanlah Yang tidak akan melakukan kesalahan. Oleh sebab itu hidayah yang hakiki adalah yang datang dari pada-Nya. Pengertian sendiri tidak layak untuk dipercayai. Demikianlah hidayat hakiki dan ajaran Islam yang sejati.

Hal itulah yang telah diingatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kepada kita. Sekarang jika hidayah ini ditinggalkan, lalu kita ikut di belakang orang-orang itu yang sampai sekarang mereka tengah pening hanya memikirkan pengertian ayat nasikh-mansukh. Atau mereka mula-mula menunggu abad ke empat belas di mana Masih dan Mahdi akan datang. Sekarang abad keempat belas-pun sudah lewat jauh di belakang. Dengan tidak sadar mereka telah mengingkari nubuwatan Hadhrat Rasulullah saw. Yang sekali pun beriman kepada satu kitab dan satu rasul yang sama, mereka melemparkan fatwa kufur kepada kami. Maka, pengertian yang diberikan Allah kepada kami adalah kami telah mendapatkan Masih dan Mahdi yang telah dijanjikan oleh Hadhrat Rasulullah saw. Kami telah menerima pengertian dari Allah Swt melalui Nabi Muhammad s.a.w. yang telah diutus ke dunia oleh Allah Swt sebagai nabi syar’I (Pembawa syariat) terakhir. Yang telah menurunkan Kitab Suci Alqur’an kepada beliau saw yang menjadi sumber semua hidayah. Dan pemahaman seperti itu, Allah Swt telah memberikan kepada kami melalui Hadhrat Imam Akhir Zaman, Masih Mau’ud a.s.

Jadi, apabila pada zaman ini Allah Swt telah membangkitkan Hadhrat Rasulullah saw yang kedua kali untuk hidayah kita, untuk menyampaikan faedah kepada kita dan untuk keuntungan kita, apa perlunya kita meninggalkan Allah Swt lalu mengambil tuhan lain sebagai sembahan? Jika sekarang kita merasa ragu mengenai dakwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. maka apa yang akan dikatakan oleh dukungan ardhi dan samawi (dukungan bumi dan langit) yang telah sempurna demi kebenaran beliau. Dan sampai sekarang Allah Swt terus menunjukkan kesempurnaannya sesuai dengan janji-janji-Nya. Dia terus-menerus memperlihatkan tanda-tanda yang jelas sesuai dengan janji-janji-Nya. Jika perkara ini bukan pekerjaan Allah Swt, maka sejak 120 tahun yang lalu para penentang sudah berhasil menghancurkan Jama’at ini, namun Allah Swt selalu memperlihatkan kemenangan yang semakin meyakinkan. Dan kita menyaksikan keadaan para penentang, mereka semakin resah dan marah melihat kemenangan dan kejayaan Jema’at. Dengan menyaksikan keadaan mereka itu keimanan kita terhadap utusan yang telah dilantik oleh Allah Swt, yakni Asyiq Shadiq Rasulullah saw ini semakin kukuh kuat. Maka dari pada kalian mengajak kami, sesungguhnya kami mengajak kalian, marilah datang kepada kami dan masuklah ke dalam Jama’at Masih dan Mahdi ini, sebab di dalam Jama’at inilah kalian akan mendapat kehidupan dan kebahagiaan yang kekal. Semoga Allah Swt memberi taufik dan hidayah kepada mereka itu!

Akhirnya saya bacakan kutipan sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai berikut: “Betapa agungnya Tanda yang datang dari Tuhan ini untuk mendukung kebenaran kami, sebab telah difirmankan di dalam Kitab Suci Alqur’an :  وَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِىْ الاَ رْضِwa ammâ mâ yanfa’un-nâsa fa-yamkutsu fil-ardh(i) — artinya : Apa yang bermanfa’at bagi manusia akan tinggal tetap di atas bumi. (Ar Ra’d: 18).” Bersabda lagi, “Pasalnya, jika Silsilah Ahmadiyah ini seperti yang digembor-gemborkan oleh para penentang bahwa Jema’at ini bukan Jema’at dari Allah Swt, maka sepatutnya seorang penentang bernama Faizi yang pekerjaannya untuk mendatangkan faedah bagi orang lain harus mendapat dukungan dan bantuan dari Allah Swt, akan tetapi sebaliknya dia telah mati dalam keadaan masih muda. Dengan demikian jelas membuktikan bahwa usaha mengangkat pena untuk melawan Silsilah atau Jama’at Ilahi ini, bukan pekerjaan yang membawa faedah bagi masyarakat ramai. Sekurang-kurangnya para penentang harus mengakui dengan jujur bahwa niat orang muda itu tidak baik, jika tidak mengapa Allah Swt tidak mendukung-nya dan Dia tidak memberi tangguh atau memberi umur panjang kepada-nya, supaya pekerjaan-nya bisa tercapai dengan sempurna. Sebuah ilham yang telah turun kepada saya adalah  وَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِىْ الاَ رْضِ  Apa yang bermanfa’at bagi manusia akan tinggal tetap di atas bumi. Sejak tiga puluh tahun lamanya saya merasa sakit yang cukup menyusahkan. Begitu kerasnya demam panas telah menimpa saya seakan-akan di dalam dada saya terpendam bara api yang menyala-nyala. Di sekitar waktu itu turunlah ilham kepada saya   وَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِىْ الاَ رْض  Apa kritikan yang dilemparkan kepada saya oleh para penentang ialah katanya, ‘Banyak para penentang Islam juga yang diberi umur panjang. Mengapa terjadi demikian?’ Menurut pendapat saya sebabnya ialah, wujud penentang itu dalam segi tertentu berfaedah juga. Tengoklah Abu Jahhal hidup sampai terjadi perang Badar. Sebenarnya, jika para penentang tidak mengadakan tuduhan dan kritikan, mengapa Alqur’an telah turun begitu panjang sampai mencapai 30 juz. Mereka mengajukan berbagai macam tuntutan dan keberatan-kebaratan, Allah Swt menurunkan hukum-hukum sesuai dengan tuntutan mereka itu. Wujud siapa yang dianggap berfaedah oleh Allah Swt bagi kemajuan agama, dia diberi tangguh oleh-Nya. Para penentang kita juga yang sampai sekarang masih hidup dan melakukan perlawanan, wujud mereka juga mendatangkan faedah bagi Jema’at. Dengan itu Allah Swt menganugerahkan kebenaran dan pengatahuan Kitab Suci Alqur’an kepada Jama’at. Apabila terjadi perlawanan yang keras terhadap Jama’at, maka Allah Swt menganugerahkan hakikat dan pengetahuan ilmu Alqur’an kepada kita. Sekarang jika musuh tidak mengadakan perlawanan, bagaimana sebuah kitab seperti Kitab Nuzulul Masih bisa disusun. Begitu juga agama-agama yang masih tetap kekal, seperti itulah sebabnya supaya keunggulan hukum-hukum Islam dari agama-agama lain tampak dengan jelas kepada dunia. Agama-agama lain di dunia ini akan tetap ada dan akan tersedia bahan-bahan perbandingan, sehingga keindahan dan kemuliaan Islam akan nyata dengan cemerlang jika betul-betul diperiksa dan dibandingkan dengan sebaik-baiknya.” Semoga Allah Swt memberikan taufik kepada kita semua untuk memahami sifat-sifat-Nya dan memahami reformasi ruhani yang telah ditaqdirkan melalui Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Semoga kita juga mendapat bagian dari padanya. Amin!!

Alih bahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.