Fitnah dan Bahaya di Dalamnya

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz

26 Desember 2003 di Dgadugu,Burkinapasu Afrika Barat

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Al-hujuraat 12

Dalam masyarakat kita terdapat sejumlah keburukan- keburukan yang meskipun nampak kecil, tetapi pengaruh-pengaruhnya menimpa/menyebar segenap  kalangan masyarakat sehingga  timbul  suatu kekacauan. Dari antara keburukan-keburukan itulah disini setengahnya tersebut  dalam ayat ini. Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman ! jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu merupakan  dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan. Dan janganlah sebahagian dari kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

 Di dalam ini ada tiga hal yang  disebutkan, tetapi pada kenyataannya hanya dua  hal  pertama yang dilarang. Keburukan ketiga adalah gibat, yakni di dalam gunjinganlah sudah termasuk keduanya. Sebab jika ada prasangka /buruk sangka, maka (pasti) mencari-cari kesalahan  (memata-matai) akan  ada lalu  sesudah itu baru  gunjingan akan ada. Maka di dalam ayat ini Dia berfirman bahwa adapun gujingan   adalah sama dengan memakan daging saudara yang mati. Kini cermatilah bahwa seaniaya-aniaya seseorang, sekeras-keras hatinya seseorang, tidak pernah tega  memakan daging saudaranya. Dengan bayangan itu saja akan mulai timbul rasa muak dam mual  dalam diri manusia.

Tertera  sebuah hadis  yang diriwayatkan oleh  Hadhrat Qais yang bersumber dari Hadhrat  Umar bin Al-‘As r.a. bahwa beliau saw  tengah pergi berjalan bersama beberapa sahabah. Beliau lewat  pada  bangkai seekor  keledai yang perutnya sudah kembung”   Akibat  mati perutnya menjadi kembung dan sudah lama tergeletak disana. “ Demi Allah diantara kalian jika ada yang mamakan bangkai ini sekenyang-kenyangnya maka ini (lebih) baik daripada   dia memakan daging seorang muslim .(Yakni menggunjing dan menggibat /memfitnah  ).

 Al-adabumufrad lilbukhari baabulgiibah wa qaulullahi ta’ala wala yagtab ba’dukum ba’dha

 Nah, sejumlah  orang-orang bertabeat  sangat halus /sensitif. Terhadap hewan yang mati,  perutnya telah kembung, keluar  dari itu bau busuk yang sangat menusuk karena  sedang  benar-benar  busuk , dalam kondisi seperti itu sebagian  tabeat manusia  melihatnya pun tidak dapat  tahan jangankan  memakan dagingnnya. Tetapi serupa itulah,  meskipun tabeat-tabeat  yang  sensitif seperti itu,   bangkai hewan yang mati benar-benar dia tidak bisa tahan melihatnya,   tidak dapat tahan pada bau busuknya, lewat di dekatnya pun dia tidak dapat lakukan, tetapi sambil duduk di majlis-majlis mereka menggunjing dan memfitnah  sedemikian rupa  seolah-olah  sama sekali tidak   ada  apa-apa. Maka  ini merupakan prilaku yang menakutkan, setiap orang seyogianya senantiasa mengintrospeksi dirinya sendiri. Kini inipun merupakan kebaikan Tuhan bahwa betapa Dia menyayangi  hamba-hamba-Nya, yang mana Dia bersabda bahwa jika hal-hal seperti itu sebelumnya mereka pernah lakukan sekalipun, maka  beristigfarlah, bertakwalah kepada Tuhan, luruskanlah prilaku  kalian, Saya sesungguhnya  Maha  Maha penyayang,Saya Maha penerima taubat. Mintalah ampunan dari-Ku, maka Aku   akan datang padamu dengan  kasih sayang. Sejumlah orang tidak mengetahui akan kedalaman bahaya gunjingan dan memfitnah. Mereka tidak mengerti  apa itu  menceriterakan aib orang lain dan apa itu gunjingan. Terkadang mereka tidak memahami bahwa apakah ini merupakan  hal mencertakan aib orang lain /gunjingan atau tidak. Terkadang sejumlah perkara dianggap hanya sekedar senda gurau, namun itu termasuk dalam katagori  mencertakan kejelekan orang lain atau gunjingan. Oleh kaarena itu saya sedikit akan lebih mengupas hal itu lagi.

Allamah Ullusi dalam menafsirkan       وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا  :

Maksudnya ialah diantara kalian jangan ada orang  yang berbicara dengan orang lain sedemikian rupa yang dia sendiri jika itu dibicarakan  dalam ketidak hadirannya tidak akan suka  …… Dan hal yang  tidak disukai  secara umum, maksudnya, adalah  dilakukan pembicaraan terkait dengan  perkara-perkara /hal-hal yang berkenaan dengan agamanya, dunianya, atau  dibicarakan  berkenaan dengan  kondisi dunianya dan  hartanya, yakni  berkenaan dengan kekayaannya  dan kemiskinannya; atau dibicarakan berkenaan dengan anak-anaknya atau berkenaan dengan  istrinya atau dibicarakan berkenaan dengan sahaya atau pembantunya atau berkenaan  dengan pakaiannya atau apa-apa yang ada kaitan-kaitannya dengannya.” Ruhulmaani

Nah, ini merupakan semua hal yang jika ini dibicarakan dibelakangnya maka dia tidak menyukainya. Kini perhatikanlah bahwa poros semaraknya kebanyakan majlis-majlis  itu adalah perkara-perkara  seperti itu. Berkenaan dengan orang lain, itu mereka lakukan,   tetapi apabila dilakukan berkenaasn dengan dirinya, maka mereka  tidak akan senangi. Dan pabila sedang terjadi perbincangan   maka akan didapat   komentar yang tak terkendali  sebagaimana saya telah katakan bahwa jika berkenaan dengan dirinya sendiri itu mereka ketahui bahwa dalam majlis-majlis anu dan anu  berkenaan dengan dirinya juga dibicarakan,   maka dia tidak menyenangi hal itu dan tidak dapat menahan sabar, bahkan  segera dia  siap untuk mati dan memukul. Oleh karena hal-hal yang kalian tidak sukai untuk diri kalian,itu  untuk  saudara kalian sendiripun janganlah kalian sukai. Menyebut hal-hal yang untuk dirinya dia tidak anggap layak jika itu dibicarakan di majlis- majlis,maka  untuk saudara nya pun  seyogianya menyukai  jangan dilakukan di majlis-majlis menyebutnya  seperti itu.

 Hadhrat Khalifatul-Masih I bersabda:

“ Sebagai nasehat saya katakan bahwa hindarilah prasangka ( Hindarilah buruk sangka)  Dari itu akan timbul kebiasaan /adat mencela dan mencar-cari kesalahan. ( Pabila kalian berburuk sangka maka kalian pun akan mulai mencar-cari kesalahan orang lain ) oleh karena itulah Allah berfirman

 وَلَا تَجَسَّسُوا  Janganlah mencari-cari kesalahan. Kebiasaan mencari-cari kesalahan adalah  lahir  dari prasangka buruk.  Apabila seseorang berpra sangka atau buruk sangka berkenaan dengan seseorang maka atas dasar  itu dia  membuat  penilaian atau  pandangan yang salah. Maka kemudian dia akan berusaha  bahwa  saya pun  sedikit banyak hendaknya dapat menangkap  aib-aibnya juga,sedikit banyak keburukannya pun seyogianya  nampak pada saya. Kemudian dia mulai mencari aib/kelemahan atau kesalahannya  dan dia senantiasa sibuk dalam upayanya itu.” Yakni sedemikian rupa tenggelamnya  dalam mencari aibnya seolah-olah  dia sedang melakukan pekerjaan yang sangat penting dan setelah  menzahirkan pandangan/pemikirannya  bahwa berkenaan dengannya pandangan /penilaian  telah saya  zahirkan,lalu  jika ada orang yang menanyakan maka apa jawaban saya padanya”  Yakni, dia terus berfikir bahwa pandangan yang  telah saya zahirkan jika ada yang meminta dalilnya bahwa padamu apa bukti akan keburukannya maka apa jawaban yang saya akan berikan. Jadi, untuk mencari jawaban itu dia akan terus menerus dalam pencaharian dan dalam upaya supaya ada lagi  nampak keburukannya. Bersabda: Untuk menyempurnakan prasangka buruknya dia akan terus mencari keasalahan  ,kemudian dari mencari kelemahan/kesalahan  akan lahir gunjijgan  sebagaimana Allah berfirman                  وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أ- Singkat kata ingatlah, dari prasangka buruk lahir mencar- cari kesalahan  dan dari mencar- cari kesalahan mulai lahir kebiasaan gibat/gunjingan. Jika seseorang berpuasa juga dan  melakukan gibat/gunjingan dan dia sibuk dalam melontarkan kritikan maka dia memakan daging dari saudaranya.sebagaimana berfirman

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ    Kini barangsiapa yang bergunjing,maka  apa artinya puasa yang dia lakukan, dia jelas tengah memakan daging kebab dan daging itu itupun adalah daging saudaranya yang mati dan ini sungguh merupakan hal yang benar bahwa orang yang menggunjing merupakan orang yang sedemikian buruk yang  memakan kebab saudaranya yang mati. Tetapi kebab ini tidak setiap orang  bisa  melihatnya.Ada seorang sufi melihat dalam kasyaf bahwa ada seorang yang telah menggunjing seseorang dan tatkala dia disuruh  muntah  maka dari dalam mulutnya keluar daging-daging  yang dari itu keluar bau yang sangat  busuk ”. Betapa hal ini merupakan perkara /benda  yang sangat tidak menyenangkan ,tetapi tatkala ini tengah dilakukan maka itu tidak dapat diketahui. Kemudian bersabda: Ingatlah, ini bukanlah kisah-kisah , ini  merupakan kenyataan fakta. Barangsiapa  yang berburuk sangka ,maka  dia tidak akan mati selama tidak mendengar buruk sangka mengenai  dirinya.

Kini apa yang Hadhrat Khalifatul-Masih I sabadakan  itu atas dasar  keterangan  hadis yang  Hadhrat Umar riwayatkan bahwa  pada suatu kali Rasulullah saw bediri di mimbar lalu  bersabda dengan suara yang lantang.bahwa : Hai orang-orang ! diantara kalian ada sebagian yang meskipun secara lahirnya mereka  adalah orang Islam  ,tetapi di dalam hati mereka iman  belum masuk, Kepada mereka saya memperingatkan bahwa janganlah menyakiti orang-orang muslim dengan mecaci maki dan mencela mereka dan jangan pula mencari-cari aib-aib atau kelemahan-kelemahannya. Kalau tidak ingatlah bahwa barangsiapa yang senantiasa dalam upaya mencari kelemahan seseorang maka Allah akan menghinakannya dengan  menzahirkan aibnya  yang tersembunyi  diantara orang-orang . Tirmidzi Abwabushilah bab ma jaa a fi ta’zhiimilmu’min

Kini, sejumlah orang mencari-cari kesalahan. Misalnya, kita ambil  kehidupan secara  umum, para karyawan di  kantor, orang-orang yang berkerja bersama-sama  berkenaan dengan rekan-rekan sekerjanya, atau di tempat pekerjaan  lain, para karyawan di  pabrik-pabrik dll mereka mencari-cari berkenaan dengan rekan-rekan kerjanya supaya  terlihat kelemahannya dan  menangkap kelemahannya lalu  menyampaikannya pada pimpinan,   supaya kita/dia sendiri pada  pandangan pimpinan dianggap sebagai orang yang khusus dan menjadi anak buah kesayangannya. Atau sejumlah orang  begitu saja sudah merupakan adat kebiasaannya, tampa sebab dia menjadi benci pada seseorang dan kemudian dia mulai mencari kelemahan-kelemahannya. Maka seyogianya diingat bahwa berkenaan dengan orang seperti itu Rasulullah saw bersadba:  Orang yang seperti itu tidak akan pernah masuk dalam surga,orang  seperti itu tidak akan pernah masuk ke dalam surga. Maka, siapakah orang yang bijak  yang untuk kelezatan sementara, untuk benda  dunia, hanya untuk sedikit mengambil kelezatan sesuatu , lalu dia kesana kemari menyia-nyiakan surganya.

Hadhrat Khalifatul-Masih I bersabda:

“ Oleh karena itu saya menasehatkan pada kalian dan dengan sangat pilu saya katakan bahwa tinggalkanlah gunjing-menggunjing.  Hindarilah dengki dan iri hati dan  hindarilah itu sepenuhnya dan menjauhlah sama sekali dari itu, itu akan sangat besar  faedahnya …. Manusia sendiri yang menjerat  dirinya  dalam perangkap, kalau tidak masaalahnya sangat sederhana. Anak-anak laki-laki yang mencari-cari kesalahan dan mggunjing  orang lain Allah Yang Maha mulia tidak menyenangi mereka. Jika kalian melihat kesalahan pada diri seseorang maka  berdoalah semoga Allah menaganugerahkannya taufik untuk berjalan pada jalan yang lurus. Ingatlah, Allah Yang Maha mulia juga adalah Dia Yang        تَوَّابٌ رَحِيمٌ   (Dia Maha pemaaf Maha penyayang) selama manusia tidak menahan  /bersabar atas  kerugiannya sendiri dan rela menimpakan kesusahan pada  dirinya sendiri  dia tidak akan dapat mendatangkan kebahagiaan pada orang lain. Oleh karena itu, menjauhlah sepenuhnyalah dari teman-teman yang buruk akhlaknya.

           Sebagaimana sebelumnya juga saya telah katakan bahwa sejumlah orang hanya untuk sekedar senang –senang mereka duduk dalam majlis- majlis seperti itu. Pada permulaannya  mereka hanya sekedar mendengar  dan pada hal-hal (dapat menjadikan) tertawa dan mencemohkan mereka hanya tertawa dan lama kelamaan menjadi terbiasa pada hal-hal seperti itu dan kemudian dia sendiri yang terlibat di dalamnya. Jadi, para pemuda secara khusus seyogianya menghindari  hal-hal itu.  Dari permulaan sekali, mulai dari sejak kanak-kanak sebagai anggota athfal juga dan di kalangan khuddam pun  kebiasaan ini seyogianya ditanamkan  bahwa tidak akan menjelek-jelekkan orang lain.

           Kemudian beliau bersabda:  Jika kalian mulai dekat sekalipun dengan perasangka  maka hindarilah itu, sebab dari itu akan lahir mencari-cari kesalahan/ memata-matai. Dan jika kalian telah sampai pada mencari-cari kesalahan  maka tetap saja berhentilah,sebab  kalian akan  sampai pada menggunjing. Dan ini merupakan keburukan akhlak yang sangat berat  dan seperti  memakan bangkai.

ُ وَاتَّقُو االلَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ      Bertakwalah pada Allah dan jadilah kalian  sepenuhnya menjadi orang yang senantiasa hati-hati dan beersih  dan ini semua dapat diraih pabila Allah menganugerahkan taufik. Al-Hakam 31 oktober 1907 hal 908  rujukan haqaaiqulfurqan jilid 4 hal. 706

 Oleh karena itu dalam masyarakat ini dimana di setiap tempat   ada yang kotor , di setiap tempat terdapat kekotoran. dalam hal ucapan-ucapan /perkataan-perkataan juga ….? Untuk terhindar dari itu kita senantiasa tunduk hendaknya pada Tuhan. Kepada-Nya-lah kita seyogianya memohon barulah kita akan dapat terhindar dari itu.

           Hadhrat Aqdas Masih Mauud a.s. bersabda:

   وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا

     Yakni seyogianya seorang dari kalian  janganlah menggunjing  seorang yang lainnya. Apakah kamu menyukai memakan daging saudaramu yang telah mati. Pidato  Lahore Ruhani Hazain jilid 20 hal no. 156

 Kini,  mengadu  /melapor pun  merupakan perkara yang termasuk gunjingan /gibat juga. Sebab, pabila sekali duduk di kerumunan/majlis  rekan-rekan dan   mulai terjadi  pengaduan- pengaduan maka lama kelamaan inilah pengaduan- pengaduan  akan terus  bertambah/berkembang  dan kemudian akan timbul kebiasaan bergunjing. Oleh karena itu yang seringan-ringannya sekalipun dimana terdapat/timbul keraguan  terjadinya  gunjingan itu seyogianya jangan dibicarakan.

Kemudian Hadhrat Masih Mauud a.s. bersabda:

“ Di dalam Al-Quran terdapat terkait dengan orang-orang yang  melakukan gunjingan /gibat bahwa dia memakan daging sudaranya yang mati. Penyakit ini terdapat sangat banyak di kalangan perempuan. Sampai tengah malam mereka duduk  melakukan gunjingan dan tatkala bangun pada waktu subuh  inilah pekerjaan  yang mereka mulai. Maka  seyogianya menghindar dari itu.  Di dalam Al-Quran terdapat surah yang khusus mengenai perempuan-perempuan. Di dalam hadis Rasulullah saw bersabda: Saya telah melihat yang paling banyak dalam surga adalah orang miskin dan di neraka yang banyak saya lihat adalah perempuan-perempuan .” Yakni,orang-orang miskin lebih banyak  di surga sementara dalam neraka  orang-orang perempuan yang banyak. Kemudian beliau bersabda bahwa di kalangan perempuan ada beberapa aib yang sangat berbahaya   dan itu sangat banyak sekali.  Dari antara itu adalah berbangga  bahwa kami seperti ini  dan kami seperti ini, kemudian membanggakan suku/keturunan  bahwa si perempuan fulan adalah perempuan sukunya rendah atau si fulan adalah lebih rendah golongan keturunan atau sukunya dari kita. Dan kemudian jika ada perempuan yang miskin  duduk diantara mereka  maka mereka mulai jijik padanya  dan mereka mulai menunjuknya bahwa bagaimana dia mengenakan  pakaian kotor seperti ini ,sama sekali tidak ada perhisannya dll.dll. Malfuzhat jilid 48 hal. 441  cetakan baru

Ini merupakan kondisi perempuan- perempuan pada zaman itu/ini. Al-hamdulillah, setelah bergabung dalam Jemat Imam mahdi,maka  dalam jumlah yang banyak perempuan –perempuan bersih dari  penyakit ini dan mereka menyuguhkan diri mereka untuk berkhidmat pada agama dan beberapa  dari mereka dalam urusan pengkhidmatan terhadap  agama  semangat dan gejolak mereka pun jauh  lebih maju  dari kaum bapak. Akan tetapi kinipun di sejumlah kampung-kampung, di sejumlah kota-kota, di mana perempuan-perempuan tidak mengkhidmati agama dan mereka tidak ada pula pekerjaan lain yang mereka kerjakan,maka  mereka  terperangkap  dalam penyakit bergunjing ini.

Demikian pula datang pula  pengaduan-pengaduan mengenai laki-laki.Mereka duduk di pertemuan-pertemuan lalu mereka mulai membicarakan mengenai orang lain. Nah ada pula  laki-laki seperti itu  Inilah mereka yang mempunyai kebiasaaan duduk sia-sia. Anak-anak dan istri orang-orang seperti itu –kasian- mereka susah payah mencari rezeki untuk  dapat menjalankan kendali /membiayai pengeluaran biaya rumah tangga. Dan rasa  malu orang-orang  seperti itu pun tidak ada. Walhasil ini merupakan penyakit, baik itu ada pada laki-laki maupun itu ada pada perempuan seyogianya menghindar dari itu.  Nizam Jemaat juga hendaknya baik itu mereka selaku  khuddam ataupun lajnah dll dalam hal itu seyogianya menjadi pro aktif. Sebab, penyakit ini banyak terdapat di kalangan perempuan-perempuan  kampung, orang – orang   tuna ilmu dan pada wanita- wanita yang banyak waktu senggang, karena itu, khusunya, lajnah imaillah seyogianya untuk menanggulangi hal-hal itu mereka membuat rancangan  program yang berbobot.

Kemudian selain hal-hal  yang Hadhrat Masih Mauud a.s. telah  indikasikan inipun  merupakan penyakit  yang telah terjadi bahwa pada saat senggang  seperti itulah mereka pergi ke rumah-rumah tidak pada waktunya. Dan jika ada seorang miskin yang baik, lugu dan sederhana maka sedemikian rupa  mereka masuk di rumah-rumahnya hingga   sampai ke  dapur-dapur mereka lalu mencari tau  apa yang dia masak dan apa yang tidak dia masak. Dan bukannya menunjukkan simpati padanya atau menolongnya atau sekurang-kurangnnya mendoakan mereka,namun  mereka membicarakan kondisi mereka  di majlis-majlis  bahwa si miskin itu pekerjaannya hanya menimbun  uang,bukannya memasak  lauk-pauk hanya makan dengan  sambal saja,atau  sedemikian sedikitnya lauk –pauk atau itunya begitu sedikit, dia begini, dia itu begitu, dia  itu kikir dll. Dia itu adalah kikir, atau bagaimanapun dia  menjalankan rumah tangganya/mengayuh bahtera rumah tanggganya dan bagaimanapun dia menjalankan kendali rumah tangganya, apa urusan kamu masuk dalam rumah  seseorang lalu kalian mencari kelemahannya.  Dan kemudian apabila di rumah-rumah orang yang lugu sederhana seperti itu datang orang untuk mencari jodoh maka perempuan-perempuan seperti itu  mulai menjadi  aktif,dia mulai menjadi giat dan pro aktif dan darimanapun datang permintaan  jodoh maka dia sampai disana lalu  mengatakan bahwa di rumahnya sama sekali tidak ada apa-apa. Dari sana kamu tidak akan mendapatkan jahiz,pada diri perempuan itu terdapat  kekurangan ini dsan ini.  Maka saya membertahukan bahwa pada si fulan ada  jodoh yang baik untuk kamu, jangan lakukan itu disini, lakukan itu disana. Meskipun jumlah orang –orang  seperti itu dalam Jemaat sungguh sangat kurang sekali ,sedikit sekali,namun ini   tetap menjadi bahan pemikiran  kita; sebab, di dalam masayarakat mana kita tengah tinggal di dalamnya,masyarakat ini seperti  itulah kondisinya dan  masyarakat ini-walhasil- berpengaruh  dan hal-hal ini dikhawatirkan akan terus   berkembang seperti ini.

Ada sebuah hadis yang memang berkenaan dengan orang-orang seperti ini. Bersumber dari Hadhrat Abdurrahman bin Ganam dan Hadhrat Asma’ binti Yazid   bahwa Rasulullah saw bersabda:  Hamba-hamba  Allah yang disukai  adalah mereka yang  apabila mereka  dilihat maka  akan menjadi timbul ingatan pada Allah dan hamba-hamba Allah yang buruk adalah  yang kesana kemari   mereka bergunjing, dan mereka menciptakan  perpecahan di kalangan  rekan-rekan  dan sahabat-sahabat  dan mereka memasukkan orang-orang yang saleh  dalam  penderitaan , kekacauan, dosa dan kehancuran”  Musnad Ahmad Bin Hanbal dan musnad Asysyamilin . Semoga Allah menjadikan orang –orang Ahmadi laki-laki dan perempuan terlindungi dari itu.

Kemudian tertera sebuah hadis dari Hadhrat Abu Hurairah r.a.  bahwa Rasulullah saw bersabda:  Diantara kalian yang paling saya cintai  adalah mereka yang paling baik  akhlaknya , lembut prilakunya, mereka sayang pada orang-orang dan orang-orang pun sayang  padanya dan diantara kalian orang-orang yang paling dibenci adalah  penggunjing  dan yang menciptakan perpecahan diantara orang-orang dan mereka yang memfitnah orang-orang yang tidak berdosa.” Targib wa tarhib.

 Kemudian bersumber dari Hadhrat Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda: “ Ketika  dalam mi’raj maka dalam  kasyaf saya melihat diri saya lewat pada suatu kaum  yang kukunya terbuat dari tembaga dan dengan kukunya itu dia menggaruk-garuk muka dan dadanya.  Saya bertanya, hai Jibril ! siapa ini, ? Beliau berkata, orang-orang ini adalah orang yang memakan daging-daging orang lain dengan menggaru-garuknya  dan mereka bermain dengan  kehormatan mereka. ( Yakni, orang-orang ini menggunjing dan memfitnah orang-orang  dan memandang  orang-orang dengan pandangan hina.” Abu Daud  Kitabul-adab bab filgaibati

Coba perhatikanlah, betapa mengerikannya  pemandangan  orang yang bergunjing , dan setelah  mati  betapa mengerikannya hukuman terhadap mereka. Manusia terkadang dalam keadaan tidak sadar  secara spontanitas mereka tiba-tiba harus  berbicara. Terkadang niatnya juga tidak ada untuk memfitnah dan menggunjing akan tetapi dalam masaalah ini Rasulullah saw sedemikian rupa hati-hati dan  sedemikian rupa beliau menerobos masuk sampai pada hal yang sedemikian dalam dan  halusnya  sehingga jika sedikit saja keraguan bahwa perkara ini mendekati gibat/gunjingan  maka beliau menjadi sangat tidak senang  dan dengan segera beliau langsung memperingatkan.

Hadhrat Aisayah meriwayatkan bahwa saya pada suatu saat   berkata di hadapan Rasulullah saw berkenaan dengan seorang perempuan  bahwa dia adalah orang yang   pendek . Maka beliau segera berrsabda:Kamu telah menggunjingnya.” Ihya ‘ulumuddin Allamah gazali jilid no. 3 hal 178

 Nah, sampai   pada hal yang sedemikian halus pun betapa beliau   memperingatkan. Sungguh merupakan hal  yang menakutkan. Dan betapa perlunya hati-hati dalam hal itu. Apabila kita tidak  berupaya  menghindar hingga  pada ketinggian  itu atau hingga  pada kehalusan yang sedemikian rupa  dari bergunjing,maka   sampai pada saat itu  kita tidak akan dapat menegakkan masyarakat Islam yang elok dan cantik, yang maana kita bangkit dengan mendakwakan itu  dan demikian pula kita tidak akan dapat memperbaiki hasil akhir kita. Kondisi orang yang bergunjing kalian jelas telah melihat, mendengar dan bagaimana mereka.

 Kemudian bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda: Manusia terkadang tampa disadari dia sepontan membicarakan sesuatu yang menyenangkan Tuhan yang karenannya Tuhan meninggikan derajatnya dengan tidak terhitung. Dan terkadang dalam keadaan  lalai dia membicarakan sesuatu yang mengundang  kemarahan Tuhan yang  karenanya dia terjerumus  ke dalam neraka. Bukhari kitaburriqaq  bab hifzullisan

 Hadhrat Abu Umamah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Pada hari qiamat catatan amal manusia secara terbuka akan dibawa  di hadapannya. Dia akan membacanya, kemudian akan mengatakan, hai Allah ! saya di dunia telah melakukan amal baik ini dan ini, kenapa itu tidak terdapat di dalamnya. Maka Allah akan menjawab bahwa akibat kamu menggunjingkan orang-orang maka kebaikan-kebaikan kamu itu   dihapuskan dari catatan amal kamu.” Targib wa tarhib

 Lihatlah, akibat dari gibat semua amal kebaikan seperti  shalat, puasa, sedekah, mengkhidmati orang  miskin semua kebaikan-kebaikan itu  dihapuskan dari catatan amalnya hanya karena dia menggunjingkan orang-orang.

 Dalam kaitan  dengan itu seberapapun hadis-hadis  kita baca rasa takut kita akan terus  bertambah dan  hanya satu obatnya,yaitu  manusia setiap saat senantiasa harus beristigfar.

“ Hadhrat Imam Gazali r.h berkata ( ringkasannya) ialah: Bahwa orang   yang kepadanya dilakukan gunjingan maka seyogianya dia jangan membenarkan  sang penggunjing  dan janganlah berburuk sangka pada orang yang  digunjingi”. Fathulbari jilid 10 hal. 437

 Kini, ini merupakan hal yang sangat tepat apa  yang Hadhrat Imam Gazali terangkan. Dan para  pemimpin dan para  pengurus seyogianya memperhatikan hal itu. Jangan seyogianya pernah dengan mendengar pengaduan dari sepihak lalu  melakukan tindakan yang  bertentangan dengan seseorang, jangan seyogianya berprasangka   pada seseorang dan seyogianya senantiasa menyelidiki  dan seyogianya dilakukan  penelitian dengan cara yang benar, dan hendaknya penyelidikan dilakukan sampai ke kedalaman suatu  kasus  baru lalu  kesimpulan diambil. Dan pada umumnya dari kebanyakan penyelidikan diketahui  bahwa orang-orang yang melakukan gunjingan,yakni dari laporan-laporan penggunjing memang seperti itulah keadaan si penggunjing juga . Semuanya adalah salah, dia hanya menjadi sasaran gunjingan, dia difitnah dan maksudnya hanya  bagaimana caranya  ditimpakan kerugian padanya. Kemudian untuk yang akan datang waspadalah terhaap  orang yang seperti itu. Janganlah menerima kesaksian mereka, janganlah menaruh  perhatian pada laporan mereka.

Hadharat Muslih Mauud r,a, bersabda:

“ Terkait dengan perintah pelarangan gibat/gunjingan  yang Islam berikan,  di dalamnya terdapat hikmah bahwa terkadang manusia  membuat suatu penilaian berkenaan dengan seseorang  dan dia  menganggap bahwa dia   benar dalam penilaiannya  itu “ Dia menyangka  bahwa benar pendapat  yang  telah saya pilih   ”  tetapi pada hekekatnya pendapat/pandangannya ini tidaklah  benar. Bersabda, kami  berpuluh-puluh kali  telah melihat bahwa berkenaan dengan seseorang suatu pendapat telah diberikan bahwa  akan terjadi seperti ini  dan diyakini juga bahwa pendapat saya  benar , namun ternyata  salah.  Dan jika dalam bentuk  seperti itu jika  ada orang lain yang duduk di depannya. Atau jika orang  kedua yang berkenaannya  penilaian telah  dinyatakan dia ada duduk di depan dan ditanyakan padanya  maka pasti dia akan berusaha untuk menzahirkan ketidak ikut sertaannya dan akan mengatakan  bahwa kamu telah salah persepsi mengenai diri saya, di dalam diri saya tidak terdapat kelemahan ini. Jadi beliau bersabda bahwa  meskipun pada seseorang suatu perkataan/perkara  itu benar   pabila  itu dia terangkan pada saat tidak hadirnya orang yang dibicarakan dan hal itupun  merupakan hal yang dari itu kehormatan saudaranya menjadi tercemar/ terhina ,kemuliaan dan  ilmu saudaranya menjadi tercemari atau  martabat saudaranya menjadi direndahkan, maka dari segi itu , menurut Al-Quran dan hadis, dia itu melakukan dosa; sebab, dengan cara seperti itu dia telah memahrumkan saudaranya dari hak mengemukakan (argumentasi) kebebasan  dirinya . Tafsir kabir jilid 9 hal 575

Bersumber dari Hadhrat Abdullah bin Umar  bahwa Rasulullah saw melarang menggunjing /bergunjing dan mendengar orang yang menggunjing. Majmauzzawaaid jilid 8 hal 91

Sebagaimana sebelumnya telah saya katakan bahwa sejumlah orang-orang menjadi terbiasa  duduk di majlis-mejlis seperti itu  untuk mendengar gelak tawa dan cemohan seperti itu dan lama kelamaan dia menjadi terbiasa  bergunjing. Jadi oleh karena itu beliau saw pun melarang untuk mendengarkan gunjingan orang.

Kemudian Abdullah bin Busr meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Pendengki, penggunjing dan tukang sihir  bukanlah dari saya dan saya bukanlah dari mereka. Majmauzawaaid jilid 8 hal 91

 Kemudian sebuah hadis  yang bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda: Terlihat oleh  manusia ranting kecil yang ada di pelupuk mata saudaranya, tetapi  dia lupa akan Kayu sebesar anak panah  yang ada di pelupuk matanya. Attarhib wattargiib mannaanu ya’muru bilma’ruf wayanhauna ‘anilmunkari wa yanha nafsahu , yakni keburukan-keburukan saudaranya yang sekecil-kecilnya nampak terlihat olehnya tetapi tidak terlihat   keburukan-keburukan besar miliknya.

 Dewasa inipun perhatikanlah, orang yang suka bergunjing atau yang suka menggunji orang lain ,orang –orang yang berbicara dengan melebih-lebihkan, mereka sendiri  yang terlibat dalam  keburukan-keburukan itu, bahkan lebih dari mereka mereka itu sendiri yang lebih terlibat  dalam keburukan-keburukan  yang mereka sendiri terangkan berkenaan dengan saudaranya. Dan kemudian rasa tidak bermalunya sampai sedemikian rupa halnya sehingga    keburukan-keburukan mereka itu terkadang secara terbuka sejumlah orang-orang mengetahuinya, tetapi mereka    tidak merasa malu . Mereka seyogianya menyadari  bahwa sebelumnya  kita perbaikilah  diri kita sendiri daripada  menceriterakan  keburukan-keburukan  saudara kita sendiri.

 Hal yang terbaik ialah jika  ada rasa perih/simpati pada   masyarakat, ingin memperbaiki masyarakat, tidak  hanya sekedar untuk meraih kelezatan, tidak pula  merupakan hal-hal ingin  untuk menarik kaki-kaki  orang -orang supaya mereka   saya jatuhkan dari   pandangan atau penilaian  orang banyak, atau  saya jatuhkan mereka  dari penilaian -penilaian para pimpinan lalu  saya  membuat /memperkuat posisi saya ( di mata pimpinan). Maka orang-orang seperti itu pun sebagaimana tertera dalam hadis bahwa  mereka mengamalkan nasehat itu  bahwa “ Hadhrat Ibnu Abbas berkata bahwa jika kalian ingin menerangkan aib-aib salah seorang dari teman-teman kalian sendiri maka pandanglah secara sekilas  pada aib-aib kalian  sendiri. Ihyaulumuddin jilid 3 hal 177  Lihatlah pada  aib-aib diri sendiri sebelum melihat pada aib-aib orang lain.

Dalam kaitan ini  Hadhrat Masih Mauud a.s dalam sebuah syairnya  bersabda:

 Setiap saat pandangan/penilaian  senantiasa tertuju pada keburukan orang lain,  tetapi pandangan tidak tertuju pada  keburukan diri sendiri.

Nah, apabila kalian melihat  aib diri sendiri, yang merupakan pekerjaan  penuh keberanian, sangat jarang  sekali yang perhatiannya senantiasa tertuju pada aib-aibnya sendiri  sedemikian rupa sebagaimana disabdakan bahwa, merupakan hal yang sangat sulit sekali terlihat batang kayu sebesar anak panak  di pelupuk mata sendiri. Keburukan pribadi yang sebesar-besarnya pun tidak terlihat. Dan jika itu akan mulai tampak  maka keburukan  kecil dan keburukan  besar,segenap  keburukan akan mulai terlihat. Dan sebelum menjelek-jelekkan orang-orang lain pertama   orang seperti ini  akan berfikir dan kemudian setelah niatnya menjadi  baik dia  pertama-tama akan berupaya  memperbaiki dirinya sendiri, kemudian akan berupaya  memperbaiki rekan-rekannya  supaya berdiri tegak masyarakat yang indah ,cantik dan bersih. Semoga Allah menganugerahi setiap orang diantara kita taufik untuk senantiasa mengintrospeksi kelemahan diri kita sendiri.

Hadhrat Abu Hurairtah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda : Hindarilah prasangka buruk sebab prasangka merupakan   kebohongan yang sangat berat. Janganlah berupaya mencari –cari aib  satu dengan yang lain, janganlah mencari-cari kesalahan  saudaranya sendiri, janganlah iri  hati ingin menyingkirkan  barang baik milik orang lain , janganlah bermusuhan, jangalah memperlakukan  tampa belas kasih, sebagaimana Dia telah perintahkan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang  bersaudara. Orang Islam  merupakan saudara orang Islam lainnya dan dia tidak berlaku aniaya padanya, dan  tidak menghinakannya, dan tidak menganggapnya hina ,sambil mengisyarahkan pada dadanya beliau bersabda:  Takwa itu ada disini,takwa  itu ada disini.( Yakni, kedudukan takwa berada di dalam  kalbu) Dan yang paling besar yang merupakan kedudukan takwa   dan di dalam kalbu  mana terdapat ketakwaan,  itu adalah kalbu Hadhrat  Rasulullah saw . Dan kemudian setiap orang seyogianya mengintrospeksi hatinya sendiri dan seyogianya tetap tegak pada ketakwaan. Maka ” Untuk seorang manusia cukuplah suatu  keburukan baginya  apabila dia menghinakan saudaranya yang Muslim. Ada tiga hal milik setiap muslim haram bagi  Muslim lainnya. Darahnya ,kehormatannya dan hartanya. Allah tidak melihat kecantikan tubuhmu, tidak pula melihat bentuk-bentukmu dan tidak pula harta-hartamu,bahkan  pandangan-Nya hanya tartuju pada kalbu-kalbumu. Dan di suatu riwayat Hudhur bersabda:  Janganlah saling dengki mendengki satu dengan yang lain, ,janganlah memata-matai saudaramu/mencari-cari kesalahan saudaramu dan janganlah berupaya mencari aib-aib saudara-saudaramu,dan  janganlah merusak jual beli  satu dengan yang lain” . Kini disini dalam kalimah merusak jual beli termasuk juga di dalamnya bahwa  jodoh-jodoh yang terjalin/terpaut  antara laki-laki  dan perempuan di dalam  itupun sejumlah orang-orang  membuat kekacauan  sebagaiaman saya sebelumnya telah terangkan. Maka inipun jangan seyogianya dilakukan. Perempuan-perempuan  sampai, datang untuk memberitahukan akan hal  jahiz (barang bawaan perempuan dari keluarganya saat rukhstaanah) dan untuk memberitahukan akan barang-barang yang lain supaya  jangan di tempat fulan, di tempat si fulan jodoh bagus . Kemudian bersabda:” Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang mukhlis dan jadilah kalian (menjadi seperti)s  bersaudara diantara kalian .” Muslim kitabul adab bab tahriimuzhzhan wa bukhari kitabul-adab

 Hadhrat Masih Mauud a.s. dalam  menasihati perempuan-permpuan  bersabda: “ Jangalah berkhianat, jangalah mengeluh/mengadu ,dan jangalah seorang  perempuan memfitnah perempuan yang lainnya. Bahtera  Nuh Ruhani Hazain jilid 19 hal 81 Kini disini bukanlah maksudnya bahwa laki-laki pergi lalu terus  memberikan pengertian pada istri-istrinya. Mereka (para wanita) sendiri seyogianya berupaya untuk memahami.

 Kemudian seorang perempuan mengadukan/mengeluhkan   perempuan lainnya, maka beliau bersabda:

” Ada seorang yang setelah melihat seorang yang berdosa dia lalu mencelanya /membeberkan keburukannya dan berkata bahwa dia akan masuk neraka. Pada hari qiamat Tuhan akan menanyakan padanya bahwa kenapa ?  Siapakah  yang memberikan pada kamu wewenang Saya ? Mengirim orang ke neraka atau ke surga adalah pekerjaan saya. Wujud yang mengirim orang ke surga dan ke neraka adalah Saya, kamu siapa ?  Jadi siapa yang mencela dan  menganggap diri lebih baik,maka   kepada orang itu Dia berfirman  “ Pergilah, Saya telah memasukkan kamu ke dalam neraka  dan ini  hamba ( Saya) yang berdosa  yang kamu cela  bahwa dia begini dan begitu dan dia akan masuk  neraka, dia kini Saya telah kirim  ke surga. Maka bersabda,” Setiap manusia  seyoginya memahami bahwa jangan-jangan saya sendiri yang sebaliknya akan   menjadi mangsa”. Malfuzhat jilis 5 hal 10-11 Cetakan Rabwah

 Dewasa inipun orang-orang berbicara seperti ini bahwa si fulan  sangat kotor, berdosa , penghuni neraka . Kemudian sejumlah orang untuk memberitahukan kelebihan   kesuciannya mereka  melakukan  hal-hal seperti itu bahwa pertama-tama mereka dengan mengorek-korak/menanyakan dengan mendetail  berkenaan dengan seseorang  bahwa kebaikan ini  yang kamu telah lakukan dan  itu yang kamu telah lakukan, shalat kamu lakukan, ini yang kamu lakukan, itu yang kamu lakukan, di dalam shalat-shalat  kamu berdoa, bagaimana kamu melakukan itu , apakah kamu melakukan itu dengan  khusuk  atau tidak, kamu sampai menangis atau tidak, (lalu) dia memberikan refrensi/rujukan bahwa barangsiapa yang tidak menangis (artinya) hatinya telah menjadi keras.  Nah, inilah hal-hal yang mereka tanyakan sambil  mengorek-ngorek  yang merupakan hal yang sama sekali tidak benar. Ini merupakan urusan antara hamba dan Tuhan , tidak ada hak seseorang untuk menanyakan pada siapapun secara peribadi. Secara umum  suatu yang dinasehatkan itu ( dilakukan )di pertemuan-pertemuan, di dalam khutbah-khutbah, bahwa seperti ini shalat dilakukan, shalat seperti ini seyogianya harus dilakukan  dan sujud itu seyogianya sepenuhnya di hadapan Tuhan. Jadi,  bukanlah merupakan pekerjaan setiap orang bahwa pertama-tama  menanyakan dengan mendetai/mengorek-ngortek  dan kemudian apabila telah mengetahui akan kondisinya  lalu mengatakan bahwa sekian hari kamu tidak menangis dalam shalat, kamu seyogianya melakukan shalat dengan  khusyuk. Kamu telah menghancurkan dirimu sendiri atau kamu telah memasukkan dirimu dalam kehancuran. Jadi orang-orang  seperti itu seyogianya mengingat sabda Hadhrat Masih Mauud a.s. bahwa wewenang Tuhan tidak ada pada mereka. Bisa saja terjadi  bahwa Tuhan menolak tangismu dan tidak menangisnya dia /si fulan di hadapan  Tuhan  itu yang diterima di hadapan-Nya.

Kemudian   beliau bersabda:  Kalbu adalah kotak kecil Allah dan kuncinya berada pada-Nya. Siapakah  yang mengetahui apa yang ada di dalamnya. Maka apa faedahnya  sejadi-jadinya memasukan diri sendiri dalam dosa. Di dalam hadis tertera bahwa akan ada seorang yang sangat banyak berbuat  dosa besar. Tuhan akan berfirman  padanya, dekatlah pada Saya,  sehingga Dia akan meletakkan tangan-Nya diantara dia dan orang-orang  sebagai  hijab dan akan bertanya padanya bahwa kamu telah malakukan dosa  anu, telah melakukan dosa anu, tetapi Dia hanya menghitungkan  dosa-dosa yang kecil-kecil. Dia akan berkata bahwa, ya, saya telah terjerumus pada  dosa-dosa ini. Tuhan akan berfirman, baikalah, hari ini Saya memaafkan semua dosa dosamu dan sebagai ganti setiap dosa Dia  mengganjar dengan sepuluh,sepuluh   kebaikan. Baru seorang hamba itu akan berfikir bahwa apabila  dosa-dosa kecil itu mendapat ganjaran sepuluh-sepuluh kali lipat,  maka mungkin saja dosa-dosa yang besar pasti  akan mendapat ganjaran-ganjaran  yang lebih besar.  Maka setelah berfikir ini maka hamba itu sendiri yang menghitung  dosa-dosa yang besar bahwa, hai Tuhan ! dosa ini juga yang telah saya lakukan.  Baru Allah akan tertawa setelah mendengar kata-katanya dan akan berfirman bahwa akibat kasih sayang Saya hamba Saya ini  sedemikian rupa menjadi  berani sehingga  dia sendiri yang memberitahukan akan dosa-dosanya. Kemudian baru Tuhan akan memerintahkannya  bahwa pergilah  masuk dari kedelapan pintu surga,masuklah kamu  dari mana yang kamu inginkan “.  Jadi, ini merupakan rahmat Tuhan, karena itu  hak kita  sama sekali tidak ada untuk mengangkat telunjuk kita kesana kemari pada seseorang/untuk menujuk seseorang/menjelek-jelekkan seseorang. ” Mana kita mengetahui apa  perlakuan Tuhan padanya  atau apa yang ada di dalam hatinya.   Oleh karena itu seyogianya harus sepenuhnya menghindar dari bergunjing/gibat. Badar jilid no. 10  tanggal 9 Maret 1906 hawalah malfuzhat jilid 8 hal 417  Cetakan baru

 Kemudian beliau bersabda:Sejumlah dosa sedemikian rupa  halusnya  yang mana manusia terperangkap  di dalamnya dan sama sekali manusia tidak dapat memahami.  Dari pemuda seorang menjadi tua, tetapi dia tidak mengetahui bahwa dia melakukan dosa, misalnya, kebiasaan mengadu.(kebiasaan mengadukan orang lain )  Orang-orang  semacam itu hal itu sama sekali  mereka anggap hal kecil dan sebagai hal yang biasa-biasa saja  Padahal Al-Quran menganggap itu sebagai sesuatu yang sangat buruk. Oleh karena itu Tuhan berfirman

         أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا  Tuhan marah pada orang yang  mengatakan kata-kata  sedemikian rupa yang akibatnya saudaranya menjadi terhina. Atau melakukan tindakan   yang mengakibatkan saudaranya menderita kerugian. Menceriterakan sesuatu  berkenaan dengan seorang saudaranya,  yang dari menjadi  terbukti  akan  kejahilan dan kebodohannya atau secara terselubung  timbul rasa tidak ada gairat dan timbul rasa permusuhan berkaitan dengan prilakunya. Ini   semua merupakan   pekerjaan  buruk. Al-Hakam jilid  no. 10 no.22 hal.3 tanggal 24 Juni 1906  Rujukan Tafsir Hadhrat Masih Mauud a.s. jilid 4 hal 218-219

Kemudian beliau bersabda:  Jemaat kita seyogianya berdoa  setelah melihat aib saudaranya, tetapi jika dia tidak berdoa dan setelah mengomentarinya lalu dia   meneruskannya sampai jauh  maka dia  melakukan dosa. Merupakan sebuah aib yang  sedemikian rupa yang tidak bisa hilang . Oleh karena itu senantiasa dengan perantaraan doa seyogianya  menolong saudaranya yang lain”.  Bersabda: Ada seorang sufi yang mempunyai dua orang murid.  Yang seorang   minum minuman keras lalu pingsan  jatuh ke parit. Yang satu mengadu pada sang sufi /orang suci . Maka  orang suci itu berkata  bahwa kamu ini sungguh tak bermoral sebab mengadukannya. Kenapa kamu tidak pergi lalu kamu   membawanya. Maka bersabda, bahwa maksud sufi itu adalah,  kenapa kamu menggunjing saudara kamu. Seorang bertanya kepada Rasulullah saw bekenaan dengan menggunjing,maka beliau  bersabda: Menerangkan perkara  seseorang yang benar pada saat ketidak hadirannya (tidak adanya) sedemikian rupa mengomentarinya  yang jika  diterangkan dalam  saat orang itu  hadir  maka dia tidak menyukainya.”  Membicarakan dari belakang perkara siapapun , apakah itu benar sekalipun menerangkan itu sedemikian rupa ,yang jika dilakukan di hadapannya maka dia merasakan  itu buruk  adalah merupakan gibat/gunjingan. Dan jika hal itu tidak ada padanya(pada orang itu) maka  ini adalah   fitnah, kedustaan dan ,  merupakan  tuduhan palsu padanya.

Maka beliau bersabda bahwa Tuhan berfirman :

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا  Al-Hujurat 13  Di dalam ayat ini  menggunjing  dinyatakan  sama dengan memakan daging saudaranya  dan dari ayat ini terbukti pula bahwa di dalam Jemaat  samawi juga pasti  ada orang-orang yang bergunjing. dan jika ini /orang yang melakukan gibat tidak ada maka ayat ini menjadi sia-sia “ .  Oleh karena itu perlu juga adanya  nasehat . ” Dan jika orang-orang mu’min  tadinya menjadi sedemikian rupa hati-hati dan  tidak  terlibat dalam dosa seperti itu, maka dalam kondisi  seperti itu apa perlunya ayat manapun seperti ini. Ada sejumlah orang  lemah, bagaikan seorang yang bangun  dari  suatu penyakit berat, di sejumlah orang ada yang sedikit pulih  kekuatannya. Oleh karena itu seyogianya barangsiapa yang mendapatkan seorang itu lemah maka nasehatilah dia pada saat dia sendiri. Dan jika dia tidak mau mengikuti maka doakanlah untuknya. Dan jika dengan kedua hal ini tidak memberikan faedah maka anggaplah itu merupakan ketentuan  Allah. Apabila Tuhan telah menerimanya maka hendaknya  kamu janganlah  ditunjukan  gejolak amarahmu  karena  melihat aib seseorang. Mungkin saja dia bisa menjadi benar…. Dengan cepat dan tergesa-gesa melepaskan seseorang  bukanlah cara kita. Seseorang pabila anaknya rusak maka untuk perbaikannya  dia akan berupaya sepenuhnya.  Seperti itulah jangan hendaknya  meninggalkan saudara yang manapun, bahkan berupayalah  untuk memperbaikinya sepenuhnya.  Bukanlah merupakan ajaran  Al-Quran  bahwa begitu  melihat aib seseorang segera menyebarkan itu  lalu kesana kemari membeberkannya  pada orang lain. Bahkan Dia berfirman : وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ Al-Balad 18  Bahwa dia memberikan nasehat dengan sabar dan kasih sayang.   بِالْمَرْحَمَةِ marhamah adalah  setelah melihat aib orang lain lalu diberikan nasehat padanya dan untuknya juga dipanjatkan doa. Di dalam doa terdapat pengaruh yang besar dan orang yang   sepatunya  disesalkan adalah orang yang mengomentari  aib seseorang  seratus kali,tetapi sekalipun dia  tidak pernah mendoakan. Aib seseorang seyogianya baru diterangkan/dikomentari  pabila   sebelumnya dia telah menangis mendoakannya selama empat puluh hari. Sa’di berkata:  Tuhan dengan mengetahui aib seseorang   Dia lalu menutupinya,  tetapi tetangga mengtahui pun tidak, tetapi dia terus berteriak- teriak kemana-mana.

 Nama Allah adalah sattar-Maha menutupi.  Kamu seyogianya jadilah menjadi تخلقوا باخلا ق الله-takhallaqu biakhlaaqillah(Berprilakulah seperti akhlak Allah. Bukanlah maksud kita supaya kalian  menjadi pembela /penolong aib, bahkan maksudnya ialah janganlah menyebarkannya, bergunjing dan melakukan gibat,sebab  sebagaimana tertera dalam kitab Allah bahwa  ini merupakan  dosa jika itu disebarkan  dan digunjingkan. Syekh Sa’di mempunyai dua orang murid. Satu diantaranya  menerangkan hakekat-hakekat  dan makrifat sementara  yang lain  mengatakan kata-kata yang  luar dari dugaan. Pada akhirnya yang satu menerangkan pada Sa’di bahwa pabila saya menerangkan sesuatu maka yang satu menjadi marah dan benci. Syekh berkata bahwa yang satu telah memilih jalan menuju neraka karena dia berlaku dengki dan kamu menggunjingnya. Walhasil rangkaian/rantai/Jemaat ini tidak dapat berjalan selama diantara sesama kalian tidak ada kasih sayang, doa,sattari –menutupi kelemahan dan marhamah . Malfuzhat jilid 4 hal 60-61 Cetakan baru.

Bersabda: Orang yang memfitnah  saudara-saudara laki-laki dan saudara perempuannya , yang tidak bertaubah dari perbuatan-perbuatan  buruknya  dan tidak meninggalkan majlis-majlis yang buruk mereka bukanlah dari Jemaatku. Bahtera Nuh ruhani Hazain jilid 19 hal. 19

“Dengan tujuan-tujuan baiat yang  murni yang berasas  pada takwa dan takut pada Allah,janganlah sama sekali mencampuri   maksud-  maksud /tujuan-tujuan dunia, berdisiplinlah dalam shalat dan sibukkanlah diri dalam taubah dan istigfar. Lindungilah hak-hak ummat manusia dan janganlah menyakiti siapapun. Majulah  dalam kesucian dan kejujuran ,maka Allah akan menganugerahkan segenap karunia.  Nasehatilah pula para wanita di rumah-rumah mereka supaya mereka dawam /berdisiplin  melaksanakan shalat dan cegahlah mereka dari mengadu  dan  bergunjing. Ajarkanlah pada mereka kesucian dan kejujuran,  dari pihak kami  hanya memberikan pengertian yang merupakan syarat,   sementara melaksanakannya  merupakan tugas  kalian. Malfuzhat jilid 5 hal. 146

 Semoga Allah menganugerahi kita taufik untuk mengamalkan nasehat itu. Dan bergunjing /gibat yang merupakan sebuah penyakit yang terkadang dengan cara tampa terasa merenggut dalam cengkeramannya semoga  semua kita  dihindarkan dari itu. Walhasil sebagaimana bersabda istigfar merupakan hal yang sangat penting. Dan semoga Allah menciptakan sarana pengampunan kita dan  menerima taubah kita. Di Qadian hari ini Jalsah tengah mulai .Ini merupakan jalsah yang ke 112 ,berdoalah untuk itu semoga Allah mensukseskan acara jalsah ini . Besok lusa-insyaallah – akan selesai, semoga Jalsah ini dianugerahi keberkatan dari segala segi.

Qamaruddin shahid

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.