Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
29 April 2005 di Masjid Fadhl, Morden, London, UK.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ،
وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(Dan bagi tiap-tiap orang ada suatu tujuan sejati yang kepadanya ia menghadapkan perhatiannya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan-kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al-Baqarqah 149)
Pada ceramah kemarin saya telah menarik perhatian kalian pada bahasan maksud kedatangan para nabi dan untuk maksud mana Hadhrat Masih Mauud a.s telah dibangkitkan adalah untuk mempertemukan manusia dengan Allah, mengajarkan cara untuk selamat dari dosa dan memberitahukan jalan membawa ke arah kebaikan – kebaikan. Dari ini jangan hendaknya menjadi salah persepsi bahwa maksud ini kita dapat raih dengan sangat mudah. Apabila kalian mulai upaya untuk tegak dalam kebaikan-kebaikan dan mulai melakukan sedikit menjalankan kebaikan-kebaikan maka ini merupakan sebuah langkah atau beberapa langkah yang kita ayunkan di jalan ini. Ini bukanlah merupakan puncak terakhir yang seorang Ahmadi Muslim hendaknya sampai disitu dan tidak pula bisa menjadi yang terakhir, sebab di setiap jenjang atau tempat pemberhentian dapat diketahui jenjang –jenjang perjalanan tempat pemberhentian brikutnya yang untuk mana perlu penyuluh jalan.
Oleh karena itu Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Saya memberikan petunjuk ke arah bagaimana untuk selamat dari dosa. Dalam prihal agama dan keruhanian tidak ada yang dapat mencari jalan untuk meraih standar atau mutu yang tinggi dengan sendirinya selama dari pihak Tuhan tidak ada pilihan-Nya yang datang untuk memperlihatkan jalan itu. Dan pada zaman ini sebagaimana Hadhrat Masih Mauud a.s sabdakan bahwa hamba pilihan Allah itu adalah Hadhrat Masih Mauud a.s. Walhasil sebagaimana saya telah katakan bahwa untuk meraih kedekatan standar tinggi kedekatan Allah tidak dapat diraih dengan melakukan sedikit ibadah dan tidak pula kebaikan-kebaikan tingkat tertinggi dapat diraih dengan meraih sedikit kebaikan-kebaikan bahkan ini merupakan amal yang secara terus menerus dan merupakan perjalanan yang terus menerus. Yang dengan berjalan diatasnya apabila seorang mu’min menganggap pada pandangannya dia telah sampai pada tujuannya maka mulai terlihat puncak-puncak tertinggi atau puncak yang lain.
Jadi, merupakan kewajiban setiap Ahmadi mencari jenjang-jenjang kebaikan yang lain. Di dalamnya terdapat ibadat-ibadat, amal-amal baik yang seorang ahmadi senantiasa setiap saat terus berjalan diatasnya dan terus mencari jalan-jalan kebaikan. Terdapat mengenai akhlak-akhlak yang tinggi yang dimana setiap orang Ahmadi hendaknya meraih kemajuan di dalamnya. Dalam menunaikan hak-hak orang lain hendaknya berusaha dengan penuh perhatian/sekuat tenaga. Di hadapan
seorang Ahmadi Muslim terbentang satu medan yang luas/lapangan
yang dalamnya hendaknya setiap saat dengan satu kesungguhan dan perhatian dia berusaha maju ke depan dan terus menerus maju ke depan. Setelah memegang suatu pekerjaan/tugas lalu berfikir bahwa kami telah memenuhi standar atau mutu adalah benar-benar salah.
Tetapi jika kalian meraih kemajuan di dalam semua kebaikan yang Al-Quran sebutkan maka baru kalian akan bisa dikatakan mu’min yang benar. Dan ke arah inilah Allah telah menarik perhatian kita.
Terjemahan ayat yang telah saya bacakan tadi adalah: ” Bagi setiap orang memiliki satu tujuan sejati ke arah mana dia mengarahkan wajahnya. Maka berusaha berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan. Dimanapun kalian akan berada maka Allah pasti akan mengumpulkan kalian. Sesungguhnya kepada siapa yang Dia kehendaki Allah penguasa mutlak atas segala sesuatu. Jadi telah menjadi jelas bahwa maksud dan tujuan sejati kalian yang dengan meletakkannya di depan seorang menentukan jalan-jalan hidupnya adalah hendaknya dapat mencapai kemajuan dalam kebaikan-kebaikan. Dan jika setiap orang yang beriman atau setiap Ahmadi dengan satu kesungguhan, tekun dan dengan rasa antusiasme ikut serta dalam lomba ini bahwa dia harus mencapai kemajuan dalam kebaikan –kebaikan maka bayangkanlah bahwa dalam kondisi seperti ini betapa indahnya lingkungan social masyarakat yang akan lahir. Dimana akan tegak berdiri juga standar atau mutu ibadah-ibadah yang tinggi dan akan terdapat pula upaya-upaya untuk meraih standar kebaikan-kebaikan yang tinggi. Sebab, dengan melihat satu dengan yang lainnya mereka akan terwarnai atau terobsesi dengan pola fikir satu dengan yang lain bahwa kamipun harus meraih standar yang orang-orang lain raih itu. Di dalam diri mereka pun akan timbul pemikiran bahwa kamipun harus meraih standar tinggi kedekatan dengan Allah yang diraih saudara-saudara kami. Dengan melihat ibadah-ibadah dan kebaikan-kebaikan orang-orang lain tidak akan lahir perasaan hasad dan dengki bahkan timbul rasa iri terhadap mereka dan kemudian di dalam diri maereka sendiri akan timbul upaya untuk meraih kemajuan dalam kebaikan-kebaikan itu. Para sahabah benar-benar sangat memberikan perhatian ke arah itu dan dengan pemikiran yang sungguh-sungguh mereka memberikan perhatian pada hal ini.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat bahwa pada suatu kali para sahabah berkumpul dan hadir di hadapan Rasulullah saw lalu menyampaikan keluhan mereka sambil berkata:”Orang-orang kaya karena kekayaannya telah membawa pergi semua pahala atau telah mengambil lebih banyak pahala daripada kami. Mereka pun melakukan shalat sebagaimana kami melakukan shalat. Mereka pun melakukan puasa sebagaimana kami melakukan puasa. Mereka pun melakukan ibadah-ibadah lainnya sebagaimana kami melakukan ibadah-ibadah. Tetapi di dalam diri mereka ada hal lebih yang kami tidak dapat lakukan,yakni orang-orang kaya itu sejalan dengan melakukan kebaikan-kebaikan mereka juga membelanjakan harta mereka di jalan Allah. Namun, akibat kemiskinan, kendati adanya keinginan dalam medan itu, kami terbelakang dari mereka. Beritahukanlah juga suatu jalan kepada kami supaya kami juga ikut serta dengan mereka di dalam kebaikan-kebaikan itu. Maka Rasulullah saw bersabda,apakah Allah tidak memberikan harta kepadamu yang kamu dapat belanjakan sebagai sedekah ? Ini yang beliau tanyakan. Kemudian beliau bersabda, ingatlah setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah dan mengucapkan الحمد لله –alhamdulillah adalah sedekah serta mengucapkan لا اله الا الله laailaahaillallah adalah sedekah, memerintahkan pada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari keburukan adalah sedekah.
Di sebuah riwayat beliau bersabda bahwa bacalah سبحا ن الله –subhanallah 33 x setiap sesudah sembahyang, bacalah الحمدلله -33 kali dan bacalah الله اكبر allahu akbar 34 kali. Ini akan menjadikan kamu sama dengan orang-orang kaya yang melakukan sedekah dan infak dan membelanjakan harta mereka di jalan Allah. Maka para sahabah itu mulai melakukan wirid seperti itu. Tetapi beberapa lama kemudian para sahabah kaya ini melihat bahwa sahabah-sahabah yang miskin ini setelah shalat mereka duduk sambil membaca wirid. Sebab di dalam diri para sahabah itu terdapat satu sifat antusiasme untuk meraih peningkatan dalam kebaikan. Tidak seperti halnya orang-orang duniawi kaya yang akibat kekayaannya mereka menjadi buta,yakni mereka tidak menunaikan hak-hak Allah dan tidak pula mereka melunasi hak hamba-hamba-Nya. Bahkan orang-orang dunia yang kaya raya bukannya berlomba dalam kebaikan, tetapi justru mereka berusaha meraih kemajuan dalam hal keburukan.
Singkat kata para sahabah yang kaya itu pun setelah melihat orang-orang miskin itu melakukan zikir seperti itu timbul rasa keingin tahuan di dalam diri mereka bahwa apa zikir Ilahi yang mereka lakukan ini. Pada akhirnya mereka mengetahui bahwa setelah selesai shalat mereka ini melakukan zikir Ilahi seperti ini. Maka orang-orang kaya itupun mulai melakukan zikir seperti itu. Sebab mereka inilah merupakan orang-orang yang memahami akan arti mendahului/berlomba dalam kebaikan. Maka orang-orang miskin ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw dan menyampaikan bahwa para sahabah yang kaya itupun mengetahui dan mulia berzikir Ilahi dan membaca wirid seperti kami. Orang-orang ini kembali menjadi lebih duluan dari kami dalam kebaikan. Maka Rasulullah saw bersabda: Kini apa yang bisa saya lakukan. Barangiapa yang dengan karunia-Nya Allah telah anugerahkan untuk mendahului dalam kebaikan maka bagaimana saya bisa mencegah mereka. Sahih Muslim kitabul masaajid wa mawaadhi’ushalaat baab istihbaabuzzikir ba’da shallaatu wa bayaanu sifatihi
Jadi, perhatikanlah ini merupakan suri tauladan para sahabah yang saling berlomba dan mendahului satu dengan yang lain dalam kebaikan. Dan suri tauladan ini tidak hanya diberitahukan di hadapan kita supaya kita mendengar ini dan kita meraih bagian dari itu bahkan supaya kita menjadi orang-orang yang mengamalkannya. Di dalam diri para sahabah sedemikian rupa terdapat antusiasme untuk meraih kedekatan Allah dan sedemikian rupa terdapat rasa gemar untuk saling berlomba dalam kebaikan sehingga setelah hadir di hadapan Rasulullah saw dengan desakan keras mereka menanyakan akan hal ini di hadapan Rasulullah saw.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat Hadhrat Muaz r.a meriwayatkan bahwa saya telah menanyakan kepada Rasulullah saw , beritahukanlah kepada saya suatu amal yang akan memasukkan saya ke surga dan menjauhkan dari api neraka. Beliau saw bersabda: Kalian telah menanyakan sesuatu yang sangat besar dan sulit. Tetapi jika Allah memberikan taufik maka inipun juga mudah. Engkau beribadahlah kepada Allah, jangalah mempersekutukan-Nya dengan siapapun, lakukanlah shalat dan tunaikanlah zakat dengan teratur dan lakukanlah puasa di bulan Ramadhan dan jika tersedia bekal maka lakukan haji ke Baitullah.
Kemudian beliau bersabda: Apakah kini saya jangan beritahukan kepadamu prihal pintu-pintu kebajikan dan kebaikan-kebaikan ? Dengarlah, puasa adalah tameng untuk terhindar dari dosa –dosa. Sedekah sedemikian rupa memadamkan api dosa-dosa sebagaimana hal air memadamkan api. Menunaikan shalat pada pertengahan malam adalah merupakan penyebab untuk meraih ganjaran yang besar. Kemudian beliau membaca ayat ini تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ -Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, As-Sajadah 17
Kemudian beliau bersabda: Apakah saya jangan beritahukan kepadamu akar semua agama bahkan tiangnnya dan puncaknya ? Saya menjawab: Benar, ya Rasulullah saw ! Beliau bersabda: Akar agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat,dan puncaknya adalah jihad.
Kemudian beliau bersabda: Apakah saya jangan memberitahukan kepadamu ringkasan semua agama itu ? Ya, wahai Rasulullah saw , beritahukanlah kepada kami. Beliau memegang lidah beliau sambil bersabda, tahanlah ini. Saya bertanya wahai Rasul Allah ! Apakah yang kita bicarakan itupun akan dipertanggung jawabka oleh kami ? Beliau bersabda ibumu menghilangkan kamu ( Ini merupakan pribahasa Arab yang dipergunakan pada saat menyatakan paenyesalan ) Kemudian bersabda: Lidah orang-orang adalah merupakan sawahnya yang telah dipanen, yakni akibat perkataan kotor dan ungkapan yang tidak pada tempatnya mereka akan jatuh di dalam neraka Jahannam. Sunan Atirmidzi Abwaabul iman bab maa jaa a fi hurmatilshalat
Jadi, perhatikanalah, betapa besarnya kekhawatiran beliau bahwa jangan sampai ada amal perbuatan yang karenanya bau neraka sekalipun jangan sampai dapat menyentuh. Bahkan sedemikian rupa hendaknya pekerjaan baik dilakukan, sedemikian rupa berkecimpung dalam kebaikan yang mampu meraih keredhaan Allah. Ini merupakan sikap para sahabah. Tetapi perhatikanlah jawaban Rasulullah saw ‘ ini merupakan pekerjaan yang sulit ‘ tetapi jika kalian tegak dalam hal itu yakni harus mencari keredhaan Allah, maka Allah juga akan menganugerahkan karunia dan keinginan manusia untuk masuk ke dalam surga pun akan menjadi sempurna. Tetapi untuk itu harus melakukan sejumlah amal juga.
Hal utama adalah:Beribadahlah kepada Allah dalam arti yang sebenar-benarnya, janganlah menyekutukan-Nya dengan siapapun. Terkait dengan waktu-waktu shalat sebagaimana perintah Allah berilah perhatian sepenuhnya pada shalat. Pekerjaan kamu dan alasanmu yang lainnya janganlah mencegah kamu dari melakukan shalat. Jangalah meninggalkan shalat karena pekerjaan tetapi tinggalkan pekerjaan demi karena shalat. Kalau tidak inipun juga merupakan syirik yang terselubung. Sebab manalala kalian meninggalkan shalat demi karena pekerjaan maka maksudnya adalah menurut kalian pekerjaan dunia kalian lebih penting daripada melakukan ibadah pada Tuhan.Maksudnya adalah bahwa pekerjaan kalian telah kalian tegakkan untuk menandingi Tuhan. Pada zaman ini dimana keduniaan sangat menonjol. Perhatikanlash, nampak jelas betapa secara khusus syirik semacam ini berkembang dengan pesatnya. Dalam urusan-urusan dunia dan kesibukannya sedemikian rupa manusia tenggelam sehingga ibadat kepada Allah dan status shalat telah memiliki status nomer dua dan barangsiapa yang menjalankan shalat pada zaman ini dengan perhatian khusus dan senang hati maka sesuai dengan janji Allah dia merupakan orang yang akan meraih kedekatan-Nya.
Jadi, setiap Ahmadi hendaknya mencamkan bahwa jika dia ingin mencari keredhaan Allah, dan ingin meraih surganya maka hendaknya dia harus dawam dalam menunaikan sembahyangnya bahkan sebagaimana Rasulullah saw bersabda bahwa untuk masuk dalam pintu-pintu kebaikan dapat menjadi tambah lebih maju lagi maka perlu bangun di malam hari untuk melakukan tahajjud yang karenanya langkah akan menjadi tambah lebih maju lagi dalam kebaikan, akan lahir lebih banyak lagi kegemaran untuk melakukan ibadah,akan timbul upaya lebih banyak lagi untuk meraih kedekatan Allah. Dengan demikian akan mulai lahir suatu perubahan ruhani di dalam diri kita yang akan terus membawa kita untuk menembus jenjang-jenjang kemajuan dan setiap hari langkah kita akan bangkit dalam suatu corak yang baru ke arah meraih keredhaan Ilahi.
Oleh karena itu setiap Ahmadi hendaknya berusaha meningkatkan standar dan mutu ibadah mereka. Kemudian, oleh sebab seorang mu’min tidak hanya bertanggaung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab juga untuk anak , istri dan juga lingkungan yang berada di bawah pengaruhnya, karena itu untuk memperoleh standar ibadah-ibadat itu dan untuk menegakkan masyarakat yang bersih dari syirik kita harus juga mengawasi anak istri kita bahwa apakah mereka menaruh perhatian kepada ibadah atau tidak. Dan manakala kalian menegakkan suri tauladan suci kalian maka pasti generasi kalian juga akibat dari suri tauladan suci itu setelah melihat hujan karunia Ilahi di atas diri kalian mereka akan berupaya untuk menjadi orang yang menyembah Allah. Dan dengan demikian mereka juga akan ikut dalam perlombaaan maju dalam ibadah-ibadah dan sejalan dengan menegakkan standar yang tinggi dalam shalat-shalat mereka juga akan memberikan perhatian untuk meraih kemajuan dalam ibadah-ibadah dan pengorbanan-pengorbanan lainnya. Dan dengan demikian di dalam jemaat akan mulai rangkaian perlombaan menegakkan kebaikan dan tidak hanya menegakkan kebaikan bahkan akan mulai rangkaian meraih kemajuan dan rangkaian saling susul menyusul alam kebaikan-kebaikan satu dengan yang lainnya akan terus menerus berlanjut. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: Pintu-pintu kebaikan dan yang membawa kepada surga diantaranya satu pintu adalah sedekah. Membelanjakan harta di dalam jalan Allah juga yang memadamkan api dosa-dosa. Sedemikian rupa dia memadamkan sebagaimana api itu dipadamkan air. Jadi apabila manusia sambil merasakan akan dosa-dosa, sambil memohon maaf pada Allah, sambil tunduk dihadapan-Nya bertaubah untuk seterusnya mereka tunduk kepadanya dan mereka bernjanji bahwa untuk yang akan datang mereka akan menghindar dari dosa dan apabila kesadaran seperti itu timbul maka akan menarik karunia Allah dan tidak akan hanya terhindar dari dosa bahkan akan mempunyai perhatian juga pada kebaikan. Dan kemudian tidak hanya mempunyai perhatian pada kebaikan tetapi di dalam itupun akan terdapat perhatian untuk meraih kemajuan.
Seorang yang miskin bisa terfikir bahwa bagaimana kita memberikan sedekah. Bagaimana kita membelanjakan harta di jalan Allah. Mereka hendaknya ingat bahwa untuk meraih kedekatan dengan Tuhan dan untuk pengembangan agama hendaknya harus memberikan sedikit banyak sesuai dengan taufik. Sebab dari rezeki yang Allah telah berikan sambil mengurbankan jiwa kita harus mengorbankan sesuatu di jalan-Nya maka dari itu akan terbuka lebih banyak lagi jalan-jalan untuk maju dalam kebaikan –kebaikan.
Kedua, bagi orang-orang yang taufiknya sedikit hendaknya mereka ingat sebagaimana saya telah beritahukan dalam hadis Rasulullah saw tasbih dan tahmid dan zikir Ilahi juga Rasulullah saw telah nayatakan sebagai sedekah. Inipun juga merupakan harta yang hendaknya harus diberikan di jalan Allah. Jika seorang Ahmadi berzikir Ilahi dengan pandangan ini seperti ini bahwa satu adalah bahwa kita akan menazarkan/memanjatkan doa-doa di hadapan Allah dan kita berharap pada Allah dan kita berdoa bahwa Allah akan memperbanyak taufik kita supaya kitapun menjadi orang yang memperoleh taufik untuk membelanjakan harta di jalan Allah maka Allah akan sangat menghargai keinginan mendahului dalam prihal kebaikan itu dan kemudian akan memberikan sarana-sarana sedemikian rupa yang mana manusia sama sekali tidak dapat bayangkan.
Kemudian Rasulullah saw bersabda: Puncak agama Islam adalah jihad. Kini pada zaman in jihad dengan pedang dan senapan adalah telah berakhir. Sebab sesuai dengan nubuatan Rasulullah saw bersamaan dengan kedatangan Masih jihad dengan pedang itu telah berakhir. Dan Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Sesudah kedatangan saya kini jihad dengan pedang tidak hanya sekedar telah berakhir bahkan kini itu telah haram. Sesudah itu apakah ini difahami bahwa apakah untuk sampai ke puncak Islam itu semua jalan telah habis ? Tidak, jihad dengan pedang adalah merupakan satu macam jihad yang mana dari segi zaman itu Allah telah memberikan izin. Bahkan pada zaman itupun Rasulullah saw telah menyatakan bahwa tarbiat dan tabligh itu adalah jihad Akbar /jihad paling besar. Bahkan di dalam Al-Quran juga Allah berfirman menutup mulut lawan dengan Al-Quran dan menyampaikan amanat (tabligh) itu telah Dia nyatakan sebagai jihad. Sebagaimana Dia berfirman وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا- Yakni lakukanlah jihad besar dengan dalil-dalil Al-Quran ini . Al-Quran 53
Jadi memberitahukan akan keindahan-keindahan Islam dengan dalil-dalil dan argumentasi-argumentasi menyampaikan tabligh Islam adalah merupakan jihad yang sebenarnya. Dan ini merupakan kewajiban setiap Ahmadi bahwa mereka harus menyampaikan amanat Islam dan Ahmadiyah. Sesungguhnya sebagai konsekwensinya pengurbanan-pengurbanan pun harus diberikan. Tetapi akibat pengorbanan- pengorbanan inilah Rasulullah saw telah nyatakan jihad sebagai puncak Islam. Dan di dalam kebaikan itu secara khusus orang-orang Ahmadi hendaknya satu dengan yang lain harus berlomba. Luruskanlah juga amal-amal kalian yang karena melihatnya orang-orang akan memberikan perhatian ke arah kalian dan kemudian terjunlah kalian ke medan tabligh. Kecintaan kalian ke tanah air kaliapun menuntut hal ini bahwa kepada mereka sampaikanlah pesan Ahmadiyah yakni Islam yang hakiki, beritahukanlah kepada mereka keindahan-keindahan Islam. Keabadian atau keberlangsungan hidup ummat manusiapun juga adalah bergantung pada manusia mempercayai Tuhan yang Esa dan mereka berkumpul di bawah panji-panji Muhammad saw . Jadi untuk meraih puncak itu hendaknya setiap ahmadi satu dengan yang lain berusahalah saling menyusul (satu dengan yang lain dalam kebaikan) . Kalau tidak pendakwaan ini akan tidak benar /salah bahwa kita adalah merupakan orang-orang yang maju dalam medan kebaikan-kebaikan dan inilah tujuan hakiki kita dan inilah maksud kita.
Kemudian Rasulullah saw untuk menegakkan satu masyarakat yang indah ada satu hal penting yang beliau telah beritahukan kepada kita yang dengan mengamalkannya kita akan menjadi pewaris dari surga-Nya. Di dunia ini juga dan setelah mati juga dan itu adalah mengekang atau mengendalikan lidah kita. Jika dari antara kita setiap orang mempunyai khayalan/pemikiran yang baik tidak pernah terfikir dalam hati kita untuk mengatakan hal yang salah,senantiasa mempunya cita rasa atau perasaan –perasaan yang baik terhadap satu dengan yang lain. Terkadang seorang tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pantas kepada orang lain ,suatu ungkapan yang melukai perasaan orang lain,yang kepada siapa hal itu dikatakan jika untuk sementara dia diam sekalipun namun di dalam hatinya dia akan merasakannya dan di dalam hatinya akan timbul /berdiri tembok kebencian yang lama kelamaan akan menimbulkan kekacauan yang akan menimbulkan rasa ketidak nyamanan /kebencian di dalam masyarakat. Dan sejauh hal-hal seperti ini menjadi factor rasa tidak nyaman dalam masyarakat disana Rasulullah saw memperingatkan kepada orang-orang yang mengatakan hal –hal yang pahit dan pelik seperti itu bahwa orang seperti itu akan jatuh tertelungkup di dalam neraka jahannam. Jadi perhatikanlah dimana tujuan sejati orang-orang mu’min bahwa mereka menyusul mendahului dalam kebaikan-kebaikan; dan tidak hanya maju dalam kebaikan-kebaikan tetapi kepada yang lainnya pun juga dia menggugah mereka untuk melakukannya,menyatukan mereka juga bersamanya dalam kebaikan-kebaikan. Dan dimana perbandingannya dengan prilaku/amal yang tidak memperhatikan akan perasaan-perasaan orang lain, maka orang orang seperti itu tidak akan pernah bisa dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tujuannya hakikinya adalah menyusul atau mendahului dalam kebaikan-kebaikan.
Jadi merupakan kewajiban setiap Ahmadi bahwa untuk kemajuan dalam kebaikan tingkatkanlah standar ibadat-ibadat. Tingkatkanlah mutu pengurbanan demi untuk Jemaat. Sambil menyampaikan amanat Ahmadiyah, yakni amanat Islam hakiki tunaikanlah hak tabligh; dan sejalan dengan itu memenuhi hak-hak makhluk Allah juga merupakan hal yang penting. Segala sesuatu yang menjadi penyebab/ factor untuk menyebarkan keamanan dan kedamaian dalam masyarakat adalah kebaikan. Dan kepada kita terdapat perintah bahwa hendaknya mendahului dan berlomba dalam kebaikan itu kita nyatakan sebagai maksud dan tujuan kita. Jadi menjadi jelas bahwa apabila kita mengambil keputusan bahwa kita akan melakukan kebaikan-kebaikan dan inilah merupakan maksud kehidupan kita maka banyangan melakukan keburukan pun tidak akan pernah bisa terbetik di dalam hati kita. Di dalam hati kita tidak akan pernah terfikirkan bahwa kita tidak akan berkerja dengan tekun atau kerja keras an tidak pula terfikir untuk tidak akan menunaikan hak perkejaan kita. Tidak akan pernah terfikir dalam hati kita bahwa kita akan merampas hak orang lain. Di dalam hati kita tidak akan paernah terfikir bahwa kita akan melakukan suatu sikap prilaku dan tutur kata yang tidak baik. Tidak akan pernah terfikir bahwa kita akan melakukan dusta atau dengan mengambil faedah dengan mengatakan hal yang tidak benar. Sejumlah orang menganggap bahwa berdusta atas hal-hal yang besar adalah dosa besar, tetapi berdusta pada hal-hal yang kecil-kecil adalah tidak salah. Semua ini merupakan tipuan nafsu belaka. Setiap Ahmadi hendaknya menghindar dari itu.Dan tidak hanya sekedar menghindar bahkan kita menginginkan bahwa kita tidak akan melakukan sesuatu kecuali kebaikan-kebaikan dan manakala mereka ini melakukan kebaikan-kebaikan maka kemudian di dalam diri mereka akan terdapat perlombaan untuk saling menyusul dan meraih kemajuan kalau tidak mereka bukanlah merupakan orang-orang yang meraih maksud yang demi untuknya kalian telah menerima Ahmadiyah. Semoga Allah memberikan taufik kepada semuanya.
Disini saya akan menyampaikan kutipan Hadhrat Masih Mauud a.s :
” Di dalam Islam Allah telah membagi tingkatan manusia pada tiga bagian: ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ , مُقْتَصِدٌ , سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ itu adalah seorang yang terperangkap dalam hawa nafsu ammarah dan itu berada pada tingkat pertama. Sejauh ada kemungkinan dari pihak dia bisa terjadi kemungkinan dia berusaha untuk dapat terlepas dari kondisi itu.
مُقْتَصِدٌ adalah yang disebut berada pada jalan tengah. Sampai pada sisi dia selamat dari nafsu ammarah tetapi kadang-kadang terjadi serangan kepadanya dan dia menjadi menyesali juga dengan adanya serangan(manakala setelah terlibat dalam hal itu) dia sepenuhnya belum bisa selamat dari itu.
Tetapi سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ adalah orang-orang yang hanya terlibat /berkecimpung dalam kebaikan dan dia senantiasa paling depan dan paling maju dari semuanya. Gerak dan diamnya secara alami adalah dalam corak hanya amal baik saja dilakukan olehnya. Seolah-olah di dalam nafsu ammarahnya kematian telah tiba dan mereka berada dalam kondisi nafsu muthmainnah. Di dalam diri sedemikian rupa amal –amal baik itu dilakukan seolah olah itu merupakan perkara yang biasa saja. Karena itu pada pandangan mereka terkadang perkara itupun menjadi dosa yang sampai batas itu orang lain menganggap hal itu merupakan kebaikan. Sebab di dalam pandangan mereka makrifat dan basyirat mereka telah sedemikian pesat berkembangannya. Inilah sebabnya yang orang sufi katakan حسنا ت الابرار سيئات المقربين hasanatul abraar wa syyiaatul muqarrabin Al-hakam jilid 9 no.39 tanggal 10 1905 hlm 5-6
Mudah-mudahan k ita melakukan kebaikan sesuai dengan itu dan kita menjadi orang-orang yang maju dan berlomba dalam kebaikan-kebaikan dan setiap orang Ahmadi menjadi orang yang berlomba dalam kebaikan supaya manakala kita hadir di hadapan Tuhan maka Allah tidak akan mengatakan kepada kita bahwa ketika kamu diperintahkan untuk maju satu dengan yang lain dalam kebaikan maka kenapa kamu tidak mengamalkannya. Semoga Allah mengasihi kita dan memperoleh taufik untuk mengamalkan hukum-hukumnya.
Sebelum menyelesaikan hal/khutbah ini kembali saya meminta kepada kalian bahwa apapun perkara-perkara kebaikan yang kalian pelajari itu jadikanlah itu sebagai bagian kehidupan kalian. Dan demikian juga mesjid yang sampai di rumah kalian janganlah melupakan akan kebaikan-kebaikan ini bahkan pada anak dan istri kalianpun berusahalah untuk melaksanakan itu. Semoga semua memperoleh taufik untuk melakukan ini. Semoga Allah menjadikan kalian menjadi waris dari semua doa-doa itu yang Hadhrat Masih Mauud a.s telah lakukan untuk orang-orang yang datang di dalam Jalsah. Semoga Allah senantiasa menjadikan kalian di dalam perlindungan-Nya Segenap kesedihan kalian dan duka kalian dan segenap keletihan mereka Allah akan jauhkan. Dan untuk kemajuan Negara ini Allah membukakan jalan baru. Dan Allah terus mengembangkan kecintaan, kesetiaan dan kecintaan kepada nizam Khilafat.Amin.
Pada akhirnya sebelum khutbah kedua saya ingin menyebutkan dua orang yang wafat. Satu adalah Maulana Muhammad sahib Jalil ini adalah merupakan khadim Jemaat yang sudah lama. Beliau di dalam Jemaat menduduki jabatan di berbagai bidang dan di Jamiah Ahmadiyah juga beliau mengajar banyak sekali murid-murid beliau yang tersebar di seluruh dunia dan mereka tengah melakukan pengkhidmatan agama. Beliau ini lama sekali juga menjadi mufti Jemaat. Beliua merupakan sosok yang senantiasa senyum dan berwajah ceria. Merupakan sosok yang rendah hati. Senantiasa berlomba dalam kebaikan-kebaikan dan merupakan sesepuh yang berhati bersih Setelah melalui sakit yang panjang dua tiga hari yang lalu beliau wafat. Semoga Allah meninggikan derajat beliau.
Kedua, adalah yang mulia Mirza Idris Ahmad sahib dua hari yang lalu beliau wafat. Akibat kanker di paru-paru beliau sejak lama sakit Sesudah operasi, kesehatan beliau terus menerus menurun. sejak beberapa bulan yanag lalu sejak diketahui akan penyakitnya dengan sangat berani beliau menghadapi penyakit bahkan keluarga yang lainnyapun beliau hibur. Beliau seorang yang tidak egois dan memiliki keindahan yang sangat baik.
Semoga Allah memperlakukan beliau dengan ampunan dan kasih sayang-Nya dan memberikan tempat pada-Nya di tempat orang-orang yang suci Inipun juga doakanlah bahwa kedua orang yang wafat ini keturunannya juga senantiasa mempunyai ikatan yang kuat dengan jemaat dan Khilafat. Kini setelah shalat Jumaah dan Asar shalat jenazah gaib nya juga akan saya shalatkan.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mauud a.s bersabda: Satu tujuan dari Jalsah itu adalah juga bahwa teman-teman yang wafat dalam tahun yang berjalan hendaknya dipanjatkan juga untuk ampunan mereka. Jadi di Negara Kenya ini juga para sesepuh jemaat wafat, untuk ampunan bagi mereka ikutkanlah mereka dalam shalat Jenazah ini.
Amir sahib menyampaikan jumlah yang hadir bahwa dari jalsah yang pertama di dalam itu terdapat lima belas ratus yang hadir . Kini dengan karuni Allah saat ini 7200 orang Dan banyak sekali yang akibat kemiskinan banyak yang tidak bisa datang . Insyaallah, di daerahaya juga saya akan pergi tourni juga kesana. Walhasil dari itu akan banyak sekali yang akan hadir.
Qamaruddin Syahid
Ralat:Ummul mu’minin Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Di biji jinten ini yakni Klaunji (biji hitam yang biasa dimasukkan di acar atau untuk campuran obat) diletakkan kesembuhan untuk memberikan kesembuhan dari setiap penyakit kecuali maut. Bukhari kitabuttib bab aljannatu assawa Jadi beliau biasa memberikan resep untuk sejumlah penyakit bahwa makanlah ini. Telah didengar bahwa ini merupakan obat yang sangat bermamfaat untuk menghilangkan rasa sakit dan mungkin untuk penyakit-penyakit lainnya juga sebagaimana Rasulullah saw pernah sabdakan.