Mengupayakan Perdamaian dan Kebaikan bagi Semua

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz

tanggal 31 Ikha 1393 HS/Oktober 2014

di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.

أَشْهَدُ أَنْ لا إِلٰهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ

وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ فأعوذ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)

Allah Yang Maha Agung berfirman di dalam Alquran, كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia (3:111) Kalianlah orang-orang tersebut yang telah diciptakan demi memberikan kebaikan dan kemurahan hati bagi orang lain. Tugas dan tanggungjawab besar dari sekian banyak tugas orang Muslim, adalah tanggungjawab memberikan manfaat bagi dunia. Dari merekalah dunia seharusnya dapat menerima kebaikan dan kemurahan hati, dan bukan keburukan atau kejahatan. Namun, pada saat ini, kita temui berbagai situasi di dunia, dimana pemerintah negara-negara Muslim, maupun orang-orang dan organisasi-organisasi Muslim telah menciptakan begitu banyak kekacauan, sehingga sebagian besar dunia takut terhadap nama Islam dan orang-orang Islam itu sendiri. Dan jika situasi ketakutan yang demikian terjadi, siapakah yang akan mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh orang Islam? Dan bagaimana mereka bisa terpikir bahwa mereka bisa mendapatkan kebaikan dan maanfaat dari Islam maupun orang-orang Islam?

Orang-orang yang memenggal leher dari kaumnya sendiri, dan membunuh banyak orang tak bersalah termasuk wanita, anak-anak dan orang tua tanpa ada rasa hormat, tanpa alasan, juga tanpa dasar hukum. Mereka yang memperbudak orang-orang lain yang mempunyai pemikiran berbeda dari mereka. Bagaimana bisa diharapkan dari mereka ini, bahwa mereka mengharapkan atau mendoakan hal-hal yang baik untuk orang-orang Non Muslim? Dengan demikian, apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang ini bisa, dan malahan memang sudah menyebabkan satu hal yang tidak bisa dihindari: yaitu dunia menjadi takut kepada orang-orang Muslim.

Bagi kita para Ahmadi, ada satu hal yang mana kita benar-benar merasa malu dan sedih – dimana Baginda Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, yang merupakan رحمةً للعالمين rahmatan lil ‘alamin, adalah sosok yang dikait-kaitkan oleh mereka ketika melakukan tindakan-tindakan kejahatan itu. Mereka telah membawa penghujatan dan keburukan kepada agama Islam dan mereka juga mengetengahkan Rasulullah saw pada dunia dalam cara yang benar-benar salah dan bertolak belakang dengan sifat teladan beliau yang nyata. Namun demikian, sebagai Ahmadi, kita tidak akan kecut hati ataupun kehilangan harapan melihat kejahatan dan keburukan mereka.

Ketika saya menyampaikan hal-hal ini (yaitu tindakan kejahatan dan keburukan mereka) kepada orang-orang Non Muslim, bahwa merupakan dalil akan kebenaran Rasululah saw dan Islam – dimana beliau saw mengabarkan akan ada masa dimana kondisi orang-orang Muslim adalah persis seperti ini – malahan beliau saw bahkan juga sudah menjelaskan periode masa kapan hal ini akan terjadi. Beliau sudah mengindikasikan tren kejatuhan ini akan dimulai setelah zaman yang tertentu dan juga mengabarkan berapa lama masa-masa kegelapan seperti ini akan berlangsung dan kemudian al-Masih al-Mau’ud (al-Masih yang Dijanjikan) diutus dan menyebarluaskan ajaran-ajaran yang benar dan indah dari Islam kepada dunia. Yaitu ajaran-ajaran yang masih dan tetap ada dalam bentuk yang benar dan hakiki seperti yang tertera di dalam Al-Quran suci, yang kita dapati secara tepat setiap huruf dan katanya terefleksikan di dalam teladan hidup Rasulullah saw. Kita para Ahmadi meyakini, Masih Mau’ud dan Mahdi Ma’hud telah datang di zaman yang penuh dengan kerusakan ini, sesuai dengan nubuatan Rasulullah saw. Beliau as tidak hanya membuat pernyataan bahwa beliau telah datang. Bahkan, dalam diri beliau as, dan turunnya beliau as, terpenuhilah tanda-tanda bumi dan langit yang telah disebutkan oleh Al-Quran dan dikabarkan oleh Nabi saw. Hadhrat Masih Mauud as dan Mahdi ini telah memperkenalkan kepada kita ajaran-ajaran Islam yang indah dan menyalakan hati kita dengan cahayanya. Saat ini, Jemaat Ahmadiyah bertindak dan berlaku sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang indah tersebut. Ketika orang-orang itu saya beritahukan dan jelaskan mengenai hal ini, mereka kemudian menjadi yakin bahwa Islam tidaklah salah; namun tindakan-tindakan dari orang-orang tersebutlah yang bersalah dalam menyebarkan kekacauan di dunia atas nama Islam.

Ringkasnya, setiap Ahmadi harus ingat bahwa adalah tanggungjawab setiap dari mereka untuk dapat memanggil dunia pada kebaikan dan berhasrat kebaikan untuk setiap orang. Hal demikian karena Allah, melalui rahmat dan nikmat-Nya telah memberikan kita karunia untuk menerima Hadhrat Masih Mau’ud as. Tugas kita bukanlah hanya berdiam diri hidup dalam kedamaian. Tugas kita bukanlah untuk hanya menghindar dan menjauhi keburukan dan kejahatan. Kita tidaklah dikehendaki begitu saja untuk menjauhi kekacauan. Tapi adalah tugas kita untuk bekerja dengan segenap daya upaya demi mewujudkan dan membawa kedamaian di dunia. Adalah tugas kita untuk berusaha dan menghentikan dunia dari berbuat keburukan dan melakukan tindakan kejahatan. Untuk menjauhkan dunia dari kekacauan dan fitnah serta menolong mereka menghindari hal-hal ini juga adalah tugas kita – karena tugas-tugas ini adalah bagian dari tugas Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau dikirimkan ke dunia untuk memperbaharui tradisi melakukan kebajikan dan menyebarkan kebaikan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Pendek kata, melakukan kebajikan kepada orang lain, baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, dan juga perintah Allah Ta’ala, menuntut kita untuk berbuat dan melakukan segala daya upaya agar dapat menjadi sumber kebaikan dan kemurahan hati bagi dunia serta untuk mencegah keburukan dan kejahatan bagi orang-orang di dunia. Kita adalah orang-orang yang mengharapkan kebaikan bagi para Muslim. Kita menginginkan hal-hal baik bagi mereka. Kita juga mengharapkan kebaikan bagi orang-orang non-Muslim dan menginginkan hal-hal baik bagi mereka. Kita mengharapkan kebaikan bagi umat Kristiani, umat Yahudi, dan juga umat Hindu, serta para pengikut agama lain. Bahkan, kita juga mengharapkan kebaikan bagi kaum atheis. Karena kita harus menunjukkan pada mereka semua jalan yang dapat membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan, kita juga mengharapkan kebaikan bagi orang-orang yang terkotori oleh setiap jenis kejahatan seperti pencuri, perampok dan orang zalim semuanya. Hal demikian karena mereka semuanya adalah hamba-hamba Allah, Rabbul ‘alamin dan kita mengharap kebaikan bagi semua hamba-hamba Allah. Kita harus menunjukkan kepada mereka jalan yang dapat menghantarkan mereka kepada kebaikan dan menghindari keburukan dan kejahatan.

Dengan mengatakan ‘ukh-ray-jat lin-naas’ [bagi seluruh manusia], Allah telah membuat wilayah tugas amal perbuatan kita sangat cepat. Jadi demi kebaikan kemanusiaan dan demi manfaat dan perbaikan bagi mereka, kita harus menunjukkan kepada mereka jalan yang benar yang menghantarkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita harus mendorong mereka untuk mengikuti dan berbuat sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita harus menjelaskan kepada mereka bahwa hidup ini pada akhirnya akan berakhir suatu hari, dan kemudian setiap orang akan menerima ganjaran ataupun hukuman atas perbuatan-perbuatannya. Jadi teguhkanlah hubungan kalian dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kalian dapat mempunyai akhir yang lebih baik. Tapi kita tidak dapat membuat siapapun memahami hal ini, jika kita sendiri tidak awas terhadap perbuatan dan tindakan kita sedemikian rupa, sehingga kita dapat mempunyai akhir yang baik. Hal ini adalah tugas yang sangat besar yang harus kita penuhi dan lakukan dengan sangat hati hati, baik dalam tingkatan pikir, maupun dalam tindakan kita.

Dalam melaksanakan tugas ini, kita harus menghadapi berbagai kesulitan. Dan sejarah Ahmadiyah menunjukkan kita telah sejak lama menghadapi berbagai kesulitan dan tentangan dari dunia di dalam setiap langkah kita. Namun hal ini bukan saja dihadapi oleh kita. Semua Nabi dan Rasul yang datang ke dunia pun, mereka dan para pengikut mereka juga menghadapi pertentangan yang demikian. Namun, karena para Nabi yang ada sebelumnya diutus bagi bangsa-bangsa tertentu dengan area yang terbatas, pertentangan terhadap mereka pun juga terbatas. Sedangkan, Rasulullah saw, ketika beliau dikirimkan ke dunia, beliau dikirim bagi seluruh dunia. Inilah sebabnya mengapa kita dapati bahwa seluruh dunia menentang beliau, dan hal ini terus terjadi. Hal yang sama (dalam hal tugas dan lingkup pekerjaan) juga berlaku untuk Hadhrat Masih Mau’ud as dalam hal penghambaan kepada Yang Mulia Rasulullah saw. Inilah juga sebabnya, ketika beliau mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih yang dijanjikan, beliau as ditentang oleh orang-orang dari semua agama dan keyakinan, juga dari berbagai negara dan mereka masih menentang beliau bahkan sampai sekarang. Di beberapa tempat, penentangan ini bersifat sedang-sedang saja, namun di tempat lain, pertentangannya sangat parah dan hal ini akan terus berlangsung, belum dan tidak akan usai.

Memang benar di dunia ini ada orang-orang yang memuji apa yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah dalam usahanya untuk mendorong perdamaian. Namun jika menyangkut masalah iman dan keyakinan, ketika kita akan dikaruniai dengan kemajuan yang luar biasa, kita pun tetap akan mendapat penentangan dari dunia Barat juga. Atau, setidaknya kita akan mendapatkan pertentangan dari mereka yang merupakan praktisi agama atau orang yang bergerak di bidang keagamaan. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa di negara-negara [Eropa] ini yang mempunyai warga negara berpendidikan tinggi, perbuatan baik dan kebajikan kita akan selalu dibalas dengan kebaikan pula. Bahkan, sekarang ini ada gereja-gereja yang pastor-pastornya menentang kita; maupun pihak-pihak berwenang [di pemerintahan] yang bahkan tidak ingin duduk bersama kita.

Di bulan Februari, konferensi agama yang diadakan di sini, orang-orang dari Gereja Inggris (Anglican) juga diundang. Tapi mereka bahkan tidak memberikan respon apapun dan tidak ada yang datang. Ada banyak tempat yang kita kirimkan tim misi kita untuk menjangkau ke sana, juga di luar negeri, dimana pada awalnya mereka mengizinkan untuk menggunakan fasilitas mereka di tempat-tempat kecil untuk mengumpulkan orang-orang dan menyatakan tujuan, niat serta sasaran kita. Namun ketika mereka melihat bahwa kita pergi ke tempat yang sama berkali kali, dan orang-orang di sana mulai tertarik akan pesan yang kita sampaikan, maka orang-orang itu mulai muncul menentang kita. Perilaku yang sama ditunjukkan oleh pihak-pihak berwenang yang atheis ataupun yang merupakan pemeluk agama tertentu ketika mereka menyaksikan bahwa kita menulis untuk membela Islam. Mereka bereaksi dengan pertentangan yang ganas. Seiring dengan akan bertambahnya jumlah Jemaat, penentangan ini juga akan terus timbul. Namun Para Nabi dan Rasul terdahulu juga yakin bahwa pada akhirnya, merekalah yang akan menang – karena Tuhan telah menanamkan keyakinan dan kepastian ini kepada mereka.

Hadhrat Masih Mau’ud as juga memiliki keyakinan ini – karena Tuhan Yang Maha Kuasa telah dengan jelas berfirman kepada beliau bahwa beliau-lah yang pada akhirnya akan menang. Dan kita juga yakin berdasarkan hal ini – bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as akan menang (Insha Allah). Karena kita yakin Allah tidak akan melanggar janji-Nya. Dan kemudian ada juga tindakan tindakan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya, juga tanda tanda nyata dari dukungan Tuhan yang bersaksi bahwa Tuhan bersama beliau (Hadhrat Masih Mau’ud as). Jadi tidak ada alasan apapun untuk menyangsikan atau mengkhawatirkan dakwa beliau; ataupun melabuhkan keraguan tentang dukungan Tuhan.

Jemaat ini telah melewati hal-hal yang mengerikan yang telah membuat para musuh kita percaya bahwa Jemaat ini sebentar lagi akan habis. Namun apa hasilnya? Setiap kali, musuh, meskipun mereka memiliki kekuasaan dan keperkasaan – telah gagal. Dan Jemaat, dengan rahmat Allah Yang Maha Agung, keluar dengan kepala terangkat, dan berjaya. Jadi bagaimanapun perlakuan dunia kepada kita, ini adalah sifat dasar mereka, pekerjaan mereka. Namun karena pertolongan Tuhan, dan karena kita yakin bahwa kita harus memenuhi segala perintah-Nya yang telah Dia berikan, maka kita harus dalam setiap kesempatan, terus melakukan perintah perintah ini, dan berharap kebaikan kepada semuanya dan terus menerus memperbaiki kerja kita. Sentimen kita terhadap seluruh dunia haruslah baik dan tentu saja harapan kita kepada mereka adalah kebajikan dan kebaikan. Namun jikapun dengan harapan kebaikan dan kebajikan kepada mereka, dunia masih menyebabkan kesakitan dan kepedihan kepada kita, maka meskipun demikian, kita tidak akan membiarkan kerja yang kita lakukan mengendur dan melemah karena kita telah dikaruniai tugas untuk merawat dunia.

Jika Allah Yang Maha Agung telah mengaruniai kita julukan “Khaira Ummah”, atau “Orang-orang Terbaik”, agar kita tidak akan pernah mundur dari menyebarkan kebaikan dan manfaat. Dan kebaikan ini adalah menyampaikan pesan tentang Islam -yaitu untuk memanggil dunia kepada Allah Yang Maha Agung. Kebaikan apalagi yang lebih besar dari hal ini? Dengan banyaknya kejahatan, kemesuman, rayuan dan pikatan, serta banyaknya hinaan dan ejekan terhadap perintah-perintah Allah Yang Maha Agung, hal mana hal-hal tersebut terjadi di masa ini, dan dengan cara yang mana pemerintahan dan media juga menyebarkannya, dunia tidak pernah melihat (kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan) sebelumnya. Saat ini, kekuatan dan serangan Setan sedemikian rupa, dan mungkin belum pernah terjadi sebelumnya, dimana gambar-gambar atau foto-foto yang tidak patut maupun tidak senonoh dikirimkan dari satu ujung dunia ke ujung dunia lainnya hanya dalam hitungan detik. Dan cerita cerita maupun suara suara yang demikianpun bisa dikirim untuk menjangkau ke mana saja.

Ketika kita menaikkan suara kita dalam mendorong kebaikan, mayoritas orang-orang sama sekali tidak tergerak sedikitpun. Sedangkan suara-suara kejahatan memberikan dampak yang langsung terasa. Melainkan, jika seseorang memperhatikan apa yang kita katakan, sebagian dari mereka (sebagian besar malahan) memperlakukan kita seperti layaknya anak kecil, yaitu mereka memuji kita dengan mengatakan “Bagus, Anda sudah melakukan pekerjaan yang bagus sekali”. Tapi kemudian mereka hilang kontak dengan kita dan terlibat di dalam hal-hal yang menjauhkan mereka dari kebaikan.

Pendeknya, kita harus mengerti, mendapat pujian layaknya anak kecil dipuji bukanlah tujuan; dimana kita kemudian berpuas diri dan lantas duduk diam. Ataupun setelah menyampaikan pesan kita kepada hanya sedikit orang, kita merasa seolah-olah telah mencapai prestasi yang luar biasa. Malahan, agar dapat mempersembahkan dan menghantarkan kebaikan kepada dunia, kita harus berupaya untuk menghilangkan kejahatan dan keburukan dalam tingkatan yang sangat ekstrim. Jika ada tentangan dan halangan duniawi, entah dari kaum Muslim ataupun Non Muslim, atau dari siapapun asalnya, bahkan jika dari kaum Atheis, kita harus berusaha untuk menghilangkannya dari jalan kita dengan cara layaknya angin yang kuat meniup batang-batang jerami kering. Dari hal ini kita harus bisa memperhitungkan seberapa komprehensif, seberapa solid dan seberapa bergairahkah usaha-usaha yang diperlukan dari diri kita. Bersamaan dengan ini, adalah perlu agar setiap Ahmadi, sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing berkontribusi dalam hal ini.

Tugas Hadhrat Masih Mau’ud as adalah untuk menyampaikan kepada seluruh dunia pesan tentang Islam. Dan untuk membagikan kebaikan dan manfaat ini kepada mereka semua. Jadi, ini juga adalah tugas kita. Kita tidak usah khawatir misalnya dunia tidak memberikan perhatian atas panggilan kita kepada mereka, dan tidak mendengarkan kita. Kita memanggil mereka pada kebaikan dan mereka menjadi bahkan semakin tenggelam dalam kejahatan. Dan keburukan keburukan ini mendatangi kita dari keempat penjuru.

Khususnya pada saat ini, tentangan dari kaum Muslim kepada kita sedemikian besar sehingga melewati semua batasan. Tidak diragukan bahwa ada juga orang-orang yang membela kita. Ada juga yang ketika mereka mengenali kebenaran adalah memang kebenaran, dan walaupun begitu banyak tentangan, mereka menerima Ahmadiyah, Islam yang sesungguhnya. Di lain pihak, juga jelas bahwa orang-orang yang mengabdikan diri mereka untuk menciptakan perselisihan dan menyebarkan kerusakan dan kejahatan jumlahnya sangat banyak. Atau setidaknya orang-orang yang berperilaku baik tidak tampil ke depan karena takut pada orang-orang pembuat onar ini, yang tampil dan bertindak seenak mereka sendiri.

Tapi apa kita bisa menghentikan kerja kita karena penentangan ini? Karena takut terhadap penentangan duniawi, bisakah kita kembali mundur dari membawa perintah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menyebarkan kebaikan? Seperti yang telah saya katakan, ada orang-orang di dunia yang berani menghadapi segala penentangan dan mengatasi semua halangan kejam, dan kemudian menerima Ahmadiyah. Ada orang-orang diantara mereka yang mengatakan kepada kita sambil menceritakan bagaimana mereka menerima Ahmadiyah, bahwa justru penentangan-penentangan terhadap Ahmadiyah-lah yang menuntun mereka ke jalan menuju Ahmadiyah.

Di dalam khotbah saya sebelumnya, saya menyebut tentang seorang penyair dengan mengacu kepada Hadhrat Khalifatul Masih II ra – bahwa orang tersebut, demi menemukan alasan untuk menolak Hadhrat Masih Mau’ud as, membaca beberapa buku beliau, terutama buku berbahasa Persia “Durr-e-Sameen (kumpulan puisi-puisi beliau) – dan akhirnya kemudian menerima Ahmadiyah. Ia mengatakan bahwa hal tersebut telah menjadi jelas bagi beliau, seterang hari yang cerah dan benderang bahwa tidak ada pecinta Rasulullah saw yang lebih besar dari Mirza Ghulam Ahmad Qadiani as.

Jadi sudah ditetapkan secara pasti bahwa kita akan membalas kejahatan dengan kebaikan. Dan kemudian, dari orang-orang ini juga, tetesan kasih sayang akan mulai jatuh kepada kita dan orang-orang yang demikian akan menyambut dan merengkuh penghambaan kepada Masih-nya Nabi Muhammad saw. Kita telah diajarkan oleh Hadhrat Masih mau’ud as bahwa kita harus berdoa bahkan untuk musuh kita sekalipun dan mengharapkan kebaikan untuk mereka, menghantarkan kebaikan bagi mereka, dan menjadi manfaat bagi mereka.

Peristiwa ini juga diketahui oleh Anda sekalian. Ini merupakan gambaran kepedihan yang Hadhrat Masih Mau’ud as rasakan demi keyakinan dan iman di dalam hati beliau. Telah saya sebutkan di Khotbah saya sebelumnya – bahwa meskipun faktanya adalah bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah mengirimkan wabah sebagai tanda untuk mendukung pendakwaan beliau, namun, ketika orang-orang mulai tewas karena wabah tersebut, beliau menjadi khawatir bahwasanya jika semua orang tewas, maka siapa yang akan hidup untuk menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa? Siapa nanti yang akan beriman dan percaya? Jadi beliau mulai berdoa untuk menghilangkan siksaan ini dengan penderitaan dan rasa sakit sehingga bagi yang mendengar beliau, mereka mengatakan bahwa beliau menangis seperti layaknya wanita-wanita yang tengah melahirkan. Jadi ini adalah contoh dan standar yang telah ditetapkan sebelum kita oleh pelayan dari Rasulullah saw pada zaman ini, mengenai bagaimana menjadi pemberi selamat bagi orang-orang di dunia.

Bukannya menginginkan kehancuran dunia, Hadhrat Masih Mau’ud as mengharapkan kebaikan bagi dunia – yang mana Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Pemilik Segala Kuasa; dan Dia dapat merubah hati orang-orang tanpa memilih menghancurkan. Jadi, usaha-usaha kita haruslah juga mengikuti jejak Hadhrat Masih Mau’ud as dan tuan beliau yaitu Rasulullah saw – yang mana orang-orang dapat selamat dari kehancuran sehingga mereka menjadi saudara dan kerabat kita. Kita harus berdoa untuk hal ini, juga dengan hati kita. Kita juga harus mengerahkan setiap usaha. Kita harus mengatur dengan tepat dan benar kehidupan orang-orang secara material dan spiritual, dengan membimbing dunia kepada jalan jalan rohani yang benar.

Tentu saja kita harus mengatur jalan rohani yang benar bagi orang-orang. Namun saya ingin menyampaikan kepada kalian bahwa kita juga bertanggungjawab untuk menghantarkan kebaikan dan mengurus kesejahteraan mereka secara materi juga. Di dalam Al Quran ada juga perintah-perintah mengenai hal ini. Kita tidak diperintahkan untuk hanya mengurus kebaikan bagi kaum kita sendiri. Kita diperintahkan tidak hanya untuk menghentikan kelaparan, menyediakan tempat berlindung, dan merawat penyakit dari kaum kita sendiri saja. Kita diperintahkan untuk juga menolong orang lain, yaitu setiap orang yang membutuhkan.

Walaupun topik kali ini sebagian besarnya adalah tentang kebaikan rohani, saya telah belajar satu hal dan saya ingin membaginya juga di sini. Selama beberapa waktu terakhir ini, seorang Ahmadi pergi dari sini (Inggris) ke Turki dan di daerah sekitar Lebanon untuk mempelajari apa-apa yang dibutuhkan oleh para pengungsi yang hidup di area-area tersebut. Kondisi orang-orang mereka begitu buruk. Mereka membutuhkan pakaian, dan pendidikan bagi anak-anak mereka yang terdampak buruk. Memang ada pihak-pihak yang berusaha untuk menolong mereka. Namun kebutuhan mereka amatlah besar.

Lantas kemudian ada kritik dari seorang Ahmadi di sana yang mempertanyakan kenapa Jemaat Ahmadiyah menolong orang-orang Eropa, padahal seharusnya menolong mereka. Mungkin acuan pendapat orang ini adalah uang yang kita berikan pada badan-badan amal yang ada di Eropa. Dapat dikatakan juga di sini, bahwa sesuai dengan perintah Quran, bahwasanya pelayanan, maupun pertolongan pembekalan rohani dan jasmani harus disediakan tanpa membedakan siapapun. Allah Yang Maha Kuasa telah berfirman bahwa kalian harus memberi makan mereka yang kelaparan. Tidak dikatakan di sana bahwa yang lapar haruslah seorang Ahmadi, atau seorang Muslim, namun dikatakan, setiap orang yang kelaparan haruslah diberikan makanan. Allah telah memerintahkan agar kita memenuhi kebutuhan orang-orang yang miskin atau yang membutuhkan. Jadi ini juga adalah kewajiban kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan setiap orang miskin dan yang membutuhkan. Kita harus memenuhi kewajiban kewajiban ini. Pertanyaan atau perkataan yang dilontarkan tadi adalah tidak pantas bagi seorang mu’min, dimana orang tersebut berkeliling untuk mempertanyakan kenapa orang tertentu diberikan, sedangkan yang lainnya tidak. Sesungguhnya, adalah tanggung jawab orang mu’min untuk melayani semua orang tanpa membeda-bedakan.

Hal yang kedua, amal-amal pengkhidmatan yang kita lakukan di sini, banyak pihak lain yang ikut bergabung, dan ini adalah dana yang diberikan pada badan-badan amal. Pihak-pihak lain yang ikut bergabung bersama kita, juga memberikan kontribusi kepada amal kita. Dari sudut pandang ini, adalah merupakan hak dari badan-badan amal lokal. Juga, kerja yang mereka lakukan untuk melayani kemanusiaan, kita juga bergabung bersama mereka dalam melakukan pekerjaan tersebut. Kita lihat dari contoh Baginda Nabi Muhammad saw, bahwa bahkan setelah beliau saw dikaruniai gelar kenabian, beliau mengatakan: “Jika saat ini aku diminta untuk menolong orang-orang Non Muslim, aku siap menolong mereka. Beliau mengacu kepada perjanjian yang beliau buat bersama orang-orang lain di masa-masa muda beliau di Makkah, untuk menjawab panggilan minta tolong dari siapapun yang telah diperlakukan tidak adil.[1]

Ringkasnya, seperti yang telah saya sampaikan, kita harus terus memperluas jangkauan untuk melakukan kebaikan bagi orang lain, lebih luas dan lebih luas lagi, dan bukan malah membatasinya. Kita tidak melihat dunia dengan mengharapkan balasan dengan bantuan materi yang kita sediakan bagi mereka, ataupun kita mengharapkan balasan sesuatu untuk menyebarkan kebaikan rohani diantara mereka. Jika pun kita memiliki kepedihan atau merindukan serta menghasratkan sesuatu, itu adalah agar dunia dapat mengenal Sang Pencipta – Zat yang membawa mereka menjadi seseorang. Dan dengan membagikan kebaikan dan menyebarkannya diantara orang-orang, karena ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh para Rasul Allah, berikut adalah jawaban dari Para Nabi dan inilah yang diajarkan pada kita; yaitu bahwa ganjaran bagiku adalah Allah Yang Maha Agung. Aku tidak mencari balasan atau ganjaran apapun dari kalian.

Pendek kata, inilah jawaban yang juga harus diberikan oleh Jemaat. Kita juga harus tetap ingat, meskipun Para Nabi Tuhan mengatakan hal tersebut (bahwa ganjaran bagi mereka adalah Allah Yang Maha Agung), setelah membagikan kebaikan, namun tetap saja masih banyak yang terus menentang para Nabi tersebut dan jumlah mereka semakin meningkat sampai hari ini. Karena itu, kita harus ingat, sebagai hasil dari kebaikan kita, kita mungkin juga akan menerima balasan dari para penentang kita yang sakit hati berupa kehilangan dan penderitaan, yang kerap juga terjadi. Malahan, beberapa dari mereka melihat kita bagaikan singa melihat seekor kambing dan berpikir bagaimana caranya mangsa ini datang ke jangkauan mereka. Situasi kita seperti seseorang yang membesarkan seekor cheetah (singa), namun entah bagaimana cheetah tersebut melarikan diri. Sang pemilik berusaha sedemikian rupa untuk menangkapnya kembali tanpa melukai cheetah itu. Namun cheetah itu akan berusaha untuk menyerang dan membunuh pemiliknya.

Ringkasnya, di Pakistan dan di beberapa negara lainnya, memang ada orang-orang seperti itu. Semua mullah dan orang-orang di dalam pengaruh mereka adalah orang-orang yang menujukan kebohongan kepada kita, dan mengharapkan kita hancur. Namun usaha-usaha kita semuanya ditujukan demi berusaha menyelamatkan mereka sehingga mereka tidak lagi berada di bawah kutukan dan rampasan Tuhan Yang Maha Perkasa. Para penentang yang ditunjukkan oleh orang-orang ini kepada kita tidaklah berdasarkan alasan pribadi. Para Ahmadi di daerah-daerah yang berbeda terus menerima ancaman baik siang maupun malam – dimana mereka mengancam, “Kami akan melakukan ini dan itu, jadi yang terbaik adalah kalian bertobat dari Ahmadiyah dan bergabung bersama kami!” Jadi permusuhan mereka bukanlah berdasarkan pribadi kita, tapi karena ketaatan dan kesetiaan kita kepada Ahmadiyah. Permusuhan mereka terhadap Ahmadiyah adalah karena mereka dapat melihat kenyataan dimana kemajuan Ahmadiyah bertentangan dengan kepentingan pribadi mereka, dan juga perhatian orang-orang yang mulai memudar kepada mereka saat ini.

Seiring dengan kemajuan Ahmadiyah, orang-orang ini akan menderita kemunduran. Orang-orang ini dapat melihat dengan jelas, “Cara dan pola Jemaat dalam membuat kemajuan seakan-akan mereka bisa menguasai kita esok.” Dan seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa di negara negara Barat ini, atau di negara-negara yang berada dalam pengaruh mereka, kemajuan Jemaat akan membuat mereka menentang Jemaat. Di dalam pemikiran mereka mungkin ada prasangka bahwa Jemaat Ahmadiyah ingin mengambil alih pemerintahan dan negara. Padahal penyebaran Ahmadiyah sama sekali bukan ke arah pemilikan dan penguasaan suatu negara. Penyebaran Ahmadiyah di dalam negara negara ini akan jadi lantaran dari tegaknya dan tersebarnya kedamaian, hukum dan peraturan.

Di negara-negara Muslim, bahkan ketika kita mengatakan kepada kaum Muslim untuk bergabung dengan pelayan sejati Rasulullah saw, kita mengatakan hal tersebut demi menghilangkan kesakitan dan penderitaan duniawi untuk hasil akhir mereka yang lebih baik. Hal yang sama kita katakan kepada para pengikut agama lain di dunia – yaitu, kita ingin menyelamatkan mereka dari murka Tuhan Yang Maha Kuasa. Hadhrat Masih Mau’ud as tidak ingin melihat dunia di bawah kekuasan dan kontrol beliau. Beliau tidak menyebut kebesaran beliau adalah untuk tujuan ini. Pun beliau tidak berdoa untuk dapat mendominasi seperti itu. Tidak juga Jemaat dalam penyatuan di bawah Khilafah berbicara tentang mengambil alih pemerintahan di dunia dan menguasai mereka. Tujuan kita adalah menegakkan pemerintahan Tuhan di dunia dan untuk menyebarkan ajaran-ajaran murni dan suci dari Rasulullah saw ke seluruh dunia.

Kita harus selalu memperhatikan hidup Rasulullah saw dan juga sejarah umat Islam. Bahwa meskipun pesan-pesan kebaikan dan kemurahan hati dari beliau, pertentangan tetap muncul melawan beliau dan juga Para Sahabat dan mereka terpaksa berperang. Namun, meskipun dengan semua ini, Rasulullah saw yang beliau cari hanya petunjuk dan ampunan kepada orang-orang tersebut. Beliau berusaha sebisa mungkin agar dunia menerima hanya kebaikan saja dari beliau. Jika perang dipaksakan pada beliau, beliau hanya melakukannya sebagai pilihan terakhir dan berusaha untuk selalu menghindari perbuatan yang keterlaluan dan selalu mengambil tindakan demi mempertahankan diri dan demi perbaikan. Hal ini pun pada kenyataannya, adalah ditujukan untuk menganugerahkan kebaikan bagi orang-orang tersebut. Kendati fakta yang kita lihat di Taurat, dimana disebutkan mengenai permusuhan dari Bani Ishaq (keturunan Ishaq) terhadap Hadhrat Ismail.[2] Yahudi serta Nasrani juga menentang Rasulullah saw bersama dengan alasan yang sama. Meski faktanya Yahudi dan Nasrani bertentangan satu sama lain, namun dalam menghadapi Rasulullah saw mereka dapat bersatu dan bahkan sekarang pun mereka melakukan hal yang sama. Dengan alasan dan pemikiran inilah para Yahudi di Medinah mengakibatkan begitu banyak kesulitan kepada Rasulullah saw. Namun beliau selalu mendoakan dan menginginkan kebaikan bagi mereka, kecuali jika harus melakukan tindakan yang diharuskan oleh hukum pemerintahan dan hukuman wajib diberlakukan. Namun hal ini adalah demi kebaikan orang-orang lainnya.

Kita harus ingat bahwa pada zaman ini, ketika Hadhrat Masih Mau’ud as dikirim sebagai wakil dari Rasulullah saw, sudah pasti hubungan dengan kesulitan dan penentangan juga terbentuk. Jadi kita (orang-orang yang berbai’at kepada Hadhrat Masih Mau’ud as) harus menghadapi penentangan. Namun meskipun demikian, kita harus mengikuti teladan dari Rasulullah saw dan hanya mengharapkan kebaikan di dunia. Mendengarkan semua ini beberapa orang mungkin berpikir kita akan selalu menghadapi pertentangan. Bukan begitu juga. Saya telah mengatakan sebelumnya, janji kemenangan diberikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as dan kita Insya Allah diberikan dominasi dan kemenangan ini. Namun, memenuhi tugas-tugas kita dengan mengandalkan dunia, bagaimana kita dapat mengandalkan kemunduran dunia, karena kitalah yang disebut dengan “خير أمة” ‘Khaira ummah’ “Umat Terbaik”. Kita yang harus membagi kebaikan kepada orang lain, dan bukan sebaliknya.

Jadi, seperti yang telah saya katakan, kita akan mendapatkan kemenangan dan dominasi ini. Namun untuk mendapatkan rahmat ini, kita harus berusaha keras. Dan untuk tugas yang diberikan kepada kita oleh Allah Yang Maha Kuasa, kita harus melakukannya dengan usaha yang keras, pada tingkatan tertinggi yang kita bisa. Apapun yang kita lakukan, kita harus mengandalkan pada usaha usaha kita dan dengan meraih Rahmat Allah Yang Maha Agung. Mengandalkan pada hal lain, atau memiliki pemikiran untuk mengandalkan pada kekuatan kekuatan duniawi hanya akan menjadi penyebab dari kejatuhan kita. Dan kita harus ingat hal ini. Umat Ilahi tidak mencari pertolongan dari kekuatan kekuatan duniawi. Usaha-usaha apa yang dapat membuat kita meraih keberhasilan? Itu adalah pesan-pesan kebaikan yang telah saya sebutkan sebelumnya. Kebutuhan-kebutuhan ini harus disebarkan kepada semua orang di dunia oleh setiap Ahmadi, terlepas dari kalangan apapun di masyarakat. Kita harus menempatkan diri ke dalam kerja dan tugas untuk menjangkau dunia dengan tabligh, menyampaikan pesan. Para buruh, pedagang, dokter, pengacara, ilmuwan, guru, petani… semuanya. Memanfaatkan kebijaksanaan harus membawa kebaikan pada orang-orang di kalangan mereka sendiri sehingga dunia mengetahui tentang Ahmadiyah, Islam sejati. Dan ini harus dilakukan sebelum benih-benih pertentangan mulai tumbuh di tempat tempat yang belum terdatangi mereka – sehingga kita bisa memiliki akar yang kuat yang tumbuh di tempat tempat tersebut. Sebelum gerombolan Setan menyadari apa yang terjadi, ajaran-ajaran Islam yang indah tentang kebaikan dan kemurahan hati harus sudah menjadi hal yang mengakar di tempat-tempat tersebut.

Jadi, saat ini hal ini adalah tugas dan pekerjaan dari para pelayan Masih-nya Muhammad saw, yaitu dengan menggunakan kebijaksanaan dan usaha yang keras, dan dengan meraih rahmat Allah Yang Maha Kuasa, mereka pergi dan menanamkan ajaran-ajaran Islam tentang kebaikan dan kemurahan hati di hati semua orang. Lakukan dengan tingkatan tertinggi yang kalian bisa. Hal ini sangat perlu. Dan untuk bisa meraih hal ini, kita harus meningkatkan jumlah Da’iyyiin ilaLlah [dai dan penyampai pesan Tuhan] dimana saja dan membuat semua orang aktif dalam kerja mereka. Semoga Allah mengkaruniai Jemaat dan juga Nizam Jemaat untuk memberikan perhatian penuh akan hal ini. Aamiin. (ratu gumelar)

[1] As-Sirah an-Nabawiyah karya Ibn Hisyam, bab Hilful Fudhul, Darul Kutubil Arabi, Beirut, 2008.

[2] Kejadian, pasal 16: 10-12; lalu kata Malaikat Tuhan itu itu kepadanya (Hajar, istri Hadhrat Ibrahim as) “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”  Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.