Khutbah tanggal 1-6-2001 Khu14 10 hal.
Topik sifat rahimiyat kini masih berjalan Dan di dalam ini di sebagian tempat kita akan melihat bahwa dalam pasangan kata itu ada terjadi perobahan,yaitu ganti gafuwru-rrahiym mulai rangkaian kata/ucapan/firman “’aziyzu-rrahiym” dan di dalam itupun terdapat hikmat yang besar,yang saya akan terangkan pada waktnya.
Ayat pertama adalah surah An-nur”Wala ya’tali ulul-fadhli minkum wassaa’ati an yu’tuw ulil- qurbaa wal masaakiyna wal muhaajiriyna fi sabilillah wal ya’fu walyashfahuw ala tuhibbuwna an yagfirallahu lakum wallahu gafururrahiym–dan diantara kamu orang yang mempunyai kelebihan dan yang mempunyai taufik, janganlah bersumpah untuk tidak memberikan sesuatu (bantuan)kepada kerabat yang miskin dan kepada orang yang berhijrah di jalan Allah. Jadi hendaknya mereka memaafkan dan berlapangdada .Apakah kamu tidak menyukai Allah memaafkan kamu dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.
Ini adalah ayat yang berkaitan dengan peristiwa ifik.Yang di dalam itu sebagian orang-orang zalim melemparkan tuduhan dusta kepada Hazrat Aisyah r.a. Hazrat Imam Bukhari dalam Kitabu-ttafsir berkenaan denagan peristiwa ifik menulis,yang merupakan riwayat yang panjang ,di akhirnya ada disebut bahwa ketika Allah membebaskan Hazrat Aisyah r.a. dari tuduhan, maka Hazrat Aisyah Siddiqah r.a. berkata,”Ibu bapak saya berkata kepada saya,pergilah kepada Rasulullah saw.dan berterima kasihlah pada beliau. .Atas itu saya berkata,”Demi Allah, saya sama sekali tidak akan melakukan seperti ini Saya kepada beliau tidak akan berterimakasih, dan tidak pula kepada tuan bahkan saya hanya akan brerterima kasih kepada Allah yang telah membebaskan saya dari tuduhan.Tuan-tuan jelasnya telah mendengar berkenaan dengan tuduhan itu, tapi tidak menyatakan itu dusta”.
Diantara orang-orang yang menyebarkan kebohongan ada seorang bernama Miftah bin Atsatsah juga, yang adalah keluarga Hazrat Abu Bakar Siddiq r.a. Hazrat Abu Bakar Siddiq r.a. biasa membantu dia. Ketika Allah swt membebaskan Hazrat Aisyah r.a. dari tuduhan maka Hazrat Abu Bakar r.a.bersumpah bahwa saya tidak akan membelanjakan sesuatu untuknya di waktu yang akan datang dan saya tidak akan memberikan bantuan materi. Atas itu turun ayat mulai dari,” walaa ya’tali ulul-fadhli minkum sampai ayat “alaa tuhibbuwna an yagfirallahu lakum wallahu gafuwru-rrahiym. Hazrat Abu Bakar r.a. atas hal itu bersabda,”Baiklah, kenapa tidak.Yakni,Allah adalah gafuwru-rrahiym(Maha Pengampun), demi Dia kenapa saya tidak memaafkannya. Hai Tuhan kami, keinginan kami adalah Engkau memaafkan kami.” Baru apa yang biasa beliau berikan kepada Miftah, semuanya mulai beliau berikan kembali.
Berkenaan dengan Miftah ada riwayat bahwa makanan dia ambil dari rumah(AbuBakar r.a.) dan selain itu juga beliau membantu dari segi materi.Dan Miftah ikut dalam orang-orang yang menuduh,mekipun beliau tidak menuduh, namun dengan mereka ada sedikit ikatan.
Dalam tafsir ayat ini Hazrat Masih Mauud a.s. bersabda,”Sebagaimana Allah telah memasukkan dalam sunnah/akhlak-Nya bahwa Dia menyingkirkan nubuatan ancaman dengan taubah, istigfar, doa dan sadaqah.-Maksud wa’iyd adalah peringatan/ancaman Tuhan. Bahwa kalian akan diperlakukan serupa ini,yang di dalamnya ada peringatan/ancaman dan tidak ada janji kedekatan.,Demikian juga kepada manusia inilah akhlak yang Dia ajarkan.Sebagaimana terbukti dari Al-quran dan hadist bahwa bekenaan dengan Hazrat Aisyah siddiqah r.a.yang orang-orang munafik melemparkan sebagian tuduhan kotor yang bertentangan dengan kejadian, dalam gunjingan/rumor ini sebagian sahabah juga ikut terlibat.Ada seorang sahabah yang mendapat makan dua waktu sehari dari rumah Hazrat Abu Bakar r.a. Hazrat Abu bakar atas kesalahannya(sahabah tadi) bersumpah dan sebagai ancaman dia berjanji,”Saya, sebagai hukuman tingkah lakunya yang tidak benar, saya tidak akan memberikan roti padanya”.Atas hal itu ayat ini turun.”Wal ya’fuw wal yasfahuw alaa tuhibbuwna an yagfirallahu lakum wallahu gafuwru-rrahim –hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada “ala tuhibbuna anyagfirallahu lakum-apakah kamu tidak menyukai bahwa Tuhan mengampunimu” wallahu gafuwrurrahiym -dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang”.
Baru Hazrat Abu Bakar r.a. memutuskan janjinya ini dan beliau mulai memberikan roti secara teratur.Atas asas itu termasuk dalam akhlak Islamy bahwa jika ada yang berjanji dalam bentuk peringatan/ancaman, maka memutuskannya termasuk dalam akhlak yang mulia Misalnya, berkenaan dengan pelayannya ada yang bersumpah bahwa saya pasti akan memukulnya dengan sepatu lima puluh kali pukulan,maka memaafkannya karena taubah dan rintihannya adalah sunnah Islam, supaya menjadi penunadaan yang berakhlak baik.Namun penundaan janji adalah tidak benar.Tidak menepati janji akan diminta pertanggung jawaban, namun tidak menepati janji ancaman, tidak(dimintai pertanggung jawaban).Disini maksud meninggalkan janji dan meninggalkan janji ancaman adalah sebagaimana telah di zahirkan seberlumnya bahwa jika seseorang di ancam dan sambil bersumpah diancam bahwa saya pasti akan melakukan ini kepada kamu, maka melanggar sumpah itu bukan hanya sekedar boleh, bahkan ini sesuai dengan sunnat Allah.Sebagaimana dalam peristiwa Hazrat Yunus a.s. bahwa meskipun dengan terang sekali Allah menubuatkan bahwa kaum ini akan dihancurkan, namun karena rintihan/permohonan kaum itu mereka terhindar dari kehancuran itu.Maka ini merupakan sunnah Tuhan bahwa Dia tidak menyempurnakan ancaman-Nya jika ampunan Allah dimohon dengan taubah, istigfar dan sedekah.Namun yang Dia janjikan, itu Dia tidak pernah ingkari.Sehingga kadang-kadang kalau bangsa menjadi hancur sekalipun, pasti Dia akan menyempurnakan janji itu.Sebagaimana janji kemengan kepada Hazrat Masih,kaum beliau sesudahnya menjadi hancur, namun Allah tetap memenuhi janji-Nya .Dan kini saudara- saudara melihat kaum Hazrat Isa a.s.yang menjadi penguasa di seluruh dunia..Maka oleh karena itu perhatikanlah perbedaan antara janji dan ancaman ini. Jika mengancam kepada seseorang dan bersumpah sekalipun maka itu jangan tepati/inkarilah itu dan gantilah kaffarahnya dan jika berjaji baik bahwa saya pasti akan melakukan ini terhadap kamu,saya akan memberikan ini untukmu, maka ingatlah hadist “‘iddatul-mu’min ka akhadzil kaffi-bahwa janji orang mu’min adalah sepeerti ada sesuatu yang diletakkan di telapak tangan, itu tidak bisa diingkari, apa yang telah diberikan itu telah diberikan .
Kedua, adalah ayat surah An-nur “wal yasta’fifilladziyna la yajiduwna nikahan hatta yugniyahumullahu min fadhlih walladziyna yabtaguwnalkitab min maa malakat aimaanukum fakaatibuwhum in ‘alimtum fihim khaera wa aatuwhum min maalillahi lladziy aataakum walaa tukrihuw fatayaatikum ‘alal bigaa in aradna tahassunan litabtaguw ‘aradhal-hayaatiddunya waman yukrihhunna fainnallaha minba’di ikraahihinna gafuwrur-rahiym-Dan orang-orang yang tidak memperoleh taufik untuk menikah,mereka hendaknya selalu menjaga dirinya, sehingga Allah dengan karuni-Nya menjadikannya berkemampuan(punya haarta). Dan sahaya-sahaya kamu yang ingin mengadakan perjajnian dengan kamu untuk bebasnya mereka secara tertulis–itu disebut mukatibah(perjanjian tulis menulis). Kadang-kadang sahaya/budak tidak mempunyai kemampuan memberikan uang lebih dahulu untuk dia babas. Seberapapun harganya hakim tetapkan,berkenaan dengan itu dia tidak medapatkan taufik karena apapun yang dia hasilkan itu menjadi milik majikan. Oleh karena itu, di hadapan hakim dia berjaji,”Bebaskanlah saya,dan kini apapun yang saya hasikan yang semuanya itu akan merupakan milik saya, dari itu saya pasti akan membayar hutang. Oleh karena itu, itu disebut mukatabah .Maka orang-orang yang menuduh Islam memperbolehkan perbudakan,melakukan perjanjian semacam itu di zaman moderen inipun mereka tidak mendapatkan taufik. Berapa banyak budak-budak yang mereka kirim ke Amerika. Seluruh Amerika di huni budak-budak. Dan begitu juga Amerika latin, setiap tempat mereka memperjualbelikan budak-budak dan dengan keaniayaan mereka memperjualbelikan.Dan urusan mukatabah/ perjanjian untuk bebas tidak pernah terlintas. Kapanpun sampai mati mreka tidak bisa bebas/merdeka.Dan apapun yang mereka hasilkan semua itu menjadi milik majikannya. Maka inipun merupakan ayat yang sangat agung untuk menzahirkan bahwa Islam mengajarkan ajaran yang sangat agung tentang kebebasan dari perbudakan, yang sepersepuluhnya pun tidak ada didapatkan dalam mazhab/agama lain.
Kini sesudah ini ada ayat yang sedikit sulit dan itu perlu dimengerti.(ayat 34)Berfirman,”Budak-budak perempuan kalian,jika mereka ingin kawin maka dengan mencegahnya janganlah kamu memaksanya untuk maksiat yang terselubung.” Bukanlah maksudnya bahwa budak-budak perempuan jangan digunakan bisnis/untuk mencari uang. (Untuk maksiat ) dalam bentuk apapun tidak diperbolehkan. Maksudnya adalah jika kamu tidak memberikan izin padanya untuk kawin,maka tidak jauh dari kemungkinan bahwa dia akan melakukan kejahatan secara terselubung. Mafhum ini hendaknya saudara-saudara mengerti dengan baik.Oleh karena itukah kamu menahannya bahwa kalau dia merdeka maka faedah apa yang kamu peroleh dari perbudakan terhadapnya itu tidak akan diperoleh. Serupa itu janganlah sama sekali lakukan. Dan jika ada yang menjadikan mereka tidak berdaya, yakni mereka menjadi terpaksa untuk melalkukan kejahatan terselubung,maka Allah sesudah itu Maha Pengampun Maha Penyayang.Yakni kepada budak-budak perempuan itupun Allah memperlakukan dengan baik dan akan memaafkan mereka.
Dalam menafsirkan ayat ini Hazrat Masih Mauud as. bersabda,” Orang yang tidak mampu untuk menikah,yang merupakan sarana sejati untuk tetap suci, maka hendaknya mereka dengan upaya-upaya lain mereka mencari kesucian.Oleh karena itu dalam hadis Bukhari dan Muslim Hazrat Rasulullah saw. bersabda,”Orang yang tidak mampu menikah berpuasa untuknya merupakan upaya untuk tetap suci..Nikah bukanlah maksudnya untuk melampiaskan nafsu,bahkan maksudnya adalah untuk menghidarkan diri dari khayalan-khayalan buruk,pandangan-pandangan buruk, peerbuatan maksiat dan juga untuk menjaga kesehatan “
Kini saya akan menyampaikan satu ayat lagi dari surah An-nur (ayat 63)yang di dalamnya ada pengulangan “gafuwrur-rahiym”. ”Innamal-mu’minuwna lladziyna aamanuw billahi wa rasuwlihi wa idza kaanuw ma’ahu ‘ala amrin jaami’in lam yadzhabuw hatta yasta’dzinuwhu innaladziyna yasta’dzinuwnaka ulaa ikalladziyna yu’minuwna billahi wa rasuwlihi fa idzasta’ dzanuw ka liba’dhi sya’nihim fa’dzan liman syi’ta minhum wastagfir lahum ullah innallaha gafuwru-rrahiym. Di dalam ayat ini juga “gafuwr” dan “rahiym” kedua-dua sifat Tuhan ini disebut bersama. Terjemahnya,”Orang mu’min yang benar adalah yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka berkumpul bersamanya (Rasulullah saw.) berkumpul untuk memecahkan suatu masalah penting, maka selama tidak meminta izin darinya, janganlah berdiri untuk pergi”.-Inilah sunnah yang kita amalkan dalam musyawarah.Dalam musyawarah orang-orang memang di undang untuk datang, tapi ketika seseorang ingin pergi keluar karena ada keperluan, maka dia mengangkat tangan untuk meminta izin dari pimpinan sidang kemudian baru keluar. Maka peraturan Jemaat Ahmadiyah ini, bukanlah bertentangan dengan sunnah bahkan sesuai benar dengan sunnah. Bukanlah maksudnya kedudukan dan tingkatan pimpinan sidang itu dianggap sama dengan kedudukan Rasulullah saw. Dia meskipun tidak sama dengan debu sepatu Muhammad saw. sekalipun,namun sunnah akan tetap berjalan dan tuntutan pengamalan sunnah adalah kapan saja ada urusan bersama,ada urusan penting, .bukan pertemuan umum bahkan ada urusan yang penting yang dimana semua bersatu untuk memikirkan, maka tampa izin siapapun tidak ada izin keluar.
Kemudian berfirman,” Apabila mereka meminta izin dari kamu untuk sebagian urusan penting mereka, maka dari antara mereka berilah izin siapa yang engkau inginkan.- Yakni Rasulullah saw.pun punya wewenang untuk tidak memberikan izin. Dan bersama itu pula “minta ampunlah untuk mereka” yakni untuk suatu urusan penting, untuk sedikit lama mereka pergi keluar, maka hai Rasul engkau dalam waktu ini, ketika mereka di luar mintalah selalu ampunan untuknya karena bisa jadi mereka menjadi mahrum dari mendengarkan hal-hal yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.
Kini saya akan membacakan dihadapan kalian ayat 7 surah Al-furqan.”Qul anzalahulladziy ya’lamu- ssirra fissamawati wal-ardh innahuw kaanaa gafuwrarrahiyma-Katakanlah, bahwa Al-quran Dialah yang menurunkan Yang mengetahui rahasia langit dan bumi.Sesungguhnya Dia Maha Pengampun Maha Penyayang”.
Apa kaitan “mengetahui rahasia langit dan bumi.” Dengan “gafuwrurrahiym”(Maha Pengampun Maha Penyayang). Pada hakekatnya jika kalian merenungkan langit dan bumi, maka banyak hal-hal yang kalian tidak ketahui. Di dalam itu orang-orang juga melakukan kesalahan-kesalahan dan di langit dan bumi, makhluk manapun,dimanapun berada selalu terlibat dalam kesalahan-kesalahan. Dari “ma fissamawaatiwal ardh” bahwa Al-quran empat belas abad yang lampau telah mengumumkan bahwa diantara langit dan bumi tidak ada tempat yang kosong, di dalam itu pasti ada sesuatu/benda-benda yang ada dan yang bernyawapun ada. Kalau ada kesalahan yang mereka perbuat, mereka akan melihat bahwa Allah Maha Pengampun maha Penyayang.
Ada satu ayat lain dalam surah Al-furqan ayat 69 sampai 71.”Walladziyna la yad ’uwna ma’allahi ilahan aakhara walaa yaqtuluwnannafsallatiy harramallahu illabilhaq walaa yaznuwn –Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak menyeru selain Allah wala yaqtuluwnannafsallatiy harramallahu -dan sama sekali tidak membunuh jiwa yang Allah haramkan untuk mmbunuhnya, namun “bilhaqqi –namun dengan kebenaran”,yakni dengan izin Allah dan dalam urusan-urusan yang dimana Allah memperbolehkan pembunuhan jiwa manusia.”wala yaznuwn-dan mereka juga tidak berzina” “waman yaf ’al dzaalika yalqa atsaama-dan yang mengerjakan pekerjaan ini dia melakukan dosa yang besar.”Yudhaa’af lahul ‘adzaabu yaumal qiyaamati -pada hari qiamat azabnya akan ditambah wa yakhlud fiihi muhaana-di dalam itu mereka akan tinggal dalam waktu yang lama dalam kondisi yang sangat hina. Meskipun dosa yang begitu besar “illa man taaba wa aamana wa ’amila ‘amalan shaalihan -ya, kecuali yang sebelum mereka diazab mereka bertaubah dan beriman dan malakukan amal yang baik faulaaika yubaddilullahu sayyiaatihim hasanaat-.maka seasungguhnya inilah orang-orang yang keburukan-keburukan mereka Allah secara berangsur-angsur akan menggantikannya dengan kebaikan-kebaikan wakaanallahu gafuwra-rrahiyma- dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.
Hazrat Imam Bukhari menulis riwayat ini dalam kitab beliau.”Hazrat Sayyid bin Zubeir menerangkan bahwa Ibni Abzah berkata,”Tanyakanlah kepada Ibni Abbas berkenaan dengan ayat “waman yaqtul mu’minan muta’ammidan fa jazaa-uhu jahannam khaalidan fiihaa” dan ayat suci “walaa yaqtuluwnannafsa-llatiy harramallahu illa bil haqqi. Baru saya bertanya kepada Hazrat Ibni Abbas.Maka beliau berkata,”Ketika ayat ini turun maka penduduk Mekah mengatakan bahwa sebelumnya kami menyatakan Allah mempunyai sekutu dan jiwa yang Allah haramkan membunuhnya kami selalu membunuhnya.Dan kami juga terperosok dalam kekejian ,oleh karena itu apa yang akan terjadi dengan kami.Baru Allah menurunkan ayat suci “illa man taaba wa aamana wa’amila ‘amalan shalihan faulaaika yubaddilullahu sayyiaatihim hasanaat wakaanallahu gafuwra-rrahiyma. Ayat ini merupakan ayat yang coraknya kekal. Ini adalah merupakan masaalah yang jika orang Arab tidak juga tanyakan, tetap saja ayat suci yang abadi ini pasti akan akan turun. Namun sesuai dengan peluang dan kondisi Allah memunculkan pertanyaan ini dengan perantaraan(menggerakkan)mereka dan pada waktu Al-quran sedang turun pada waktu itu jawaban pertanyaan itu sesuai dengan Al-quranlah pasti diberikan.Maka oleh karena itu ini merupakan peraturan al-quran yang perlu diperhatikan bahwa seandainya orang-orang tidak bertanya,maka banyak ayat-ayat Al-quran yang pasti akan turun, karena itu merupakan corak yang kekal. Masaalah ini bukan hanya empat belas abad yang lalu saja, kini pun juga. Jadi, Allah telah menjadikan pertanyaan itu sebagai alasan untuk waktu itu,untuk memberikan pengertian kepada orang-orang itu bahwa pada kesempatan ini ,ini hendaknya yang harus dikerjakan.
Kemudian ada satu ayat surah Syu’araa’(ayat 8) “awalam yaraw ilal ardhi kam anbatna fiiha min kulli zaujin kariym innafiy dzalika la aayatan wamaa kaana aktsaruhum mu’miniyn wa inna rabbaka lahuwal aziyzu-rrahiym.”disini coba lihat, bukannya Dia berfirman ,“gafuwrurrahiym”,bahkan azizurrahiym. Aziz artinya, Maha Perkasa dan Maha Mulia/terhormat Apakah mereka tidak melihat di bumi bahwa berapa banyak jodoh-jodoh mulia yang kami ciptakan.Kariym artinya, “terhormat” juga dan “darjah tertinggi” juga. Hendaknya dikatakan,”Kami telah menumbuhkan di bumi pasangan-pasangan unggul”. Coba perhatikan, pohon mempunyai berbagai macam buah.Kalian memakannya maka kalian tidak membayangkan bagaimana dari tanah semua ini tumbuh tinggi dengan sendirinya dan bagaimana dengan sendirinya meskipun terairi dari satu jenis air,ini menjadi berbagai macam buah-buahan,yang saripatinya berguna bagi kalian. Biji-bijinya yang sangat kecil dilempar untuk hewan-hewan kemudian itu dimakan, namun tetap setelah keluar dari perut hewan itu kembali biji itu tumbuh dan menjadi pohon. Dan sekiranya hewan tidak juga memakannya, maka tetap saja itu akan tersebar di bumi.Sistim yang Allah telah jalankan ini merupakan sistim yang sangat mengherankan.Karena kalau manusia tidak memakan ini, maka semua biji-bijian itu hanya akan jatuh di satu tempat. Saripatinya sedemikian rupa Dia jadikan indah untuk manusia yang mana dia terpaksa untuk memakan itu. Dan ketika makan maka disana dia tidak makan di mana ada pohon itu, sangat jauh dimana dia makan. Dewasa ini ,misalnya,banyak buah-buahan yang berbiji misalnya,sawi datang dari berbagai negara ini dan tidak diketahui itu mungkin tumbuh di kejauhan ribuan mil,namun itu datang disini. Dan sesuatu yang tumbuh disini, itu pergi di kejauhan ribuan mil. Jadi, dengan demikian biji-bijian terus menjadi menyebar.Dan inipun merupakan dampak dari hikmat yang sangat dalam.Di dalam ini kenapa difirmankan,”azizurrahiym.” “Innafi dzaalika la aayatan wamaa kaana aktsaruhum mu’miniyn”.Disini berkenaan dengan aktsaruhum mu’miniyn perlu direnungkan bahwa meskipun melihat semua hal-hal itu kebanyakan orang-orang tidak menjadi mu’min.Namun hendaknya mereka mengetahui bahwa Allah pasti akan memenagkan agama-Nya dan mereka tidak akan bisa melemahkan Rasul Allah dan hamba-hamba-Nya (sahabah-sahabah). Maka aziz mengisyarahkan bahwa Tuhan adalah Perkasa (unggul).Mereka tidak berimanpun tidak akan ada bedanya,Agama Tuhan pasti akan menang, Dan Dia adalah rahiym dan nabi dari Yang Maha Penyayang Dan lihatlah pula biji-bijian, dalam setiap musim ketika itu tumbuh maka musim berlalu. Rahimiyat kemudian membawa musim itu kembali,kemudian itu lewat dan tahun depan kemudian rahimiyat mendatangkan musim itu kembali. Maka seperti Allah kamu/kalianpun berusahalah menjadi rahiym. Teruskanlah berkat-berkat kalian pada orang-orang.Bukan hanya satu kali bahkan lakukanlah itu berkali-kali, maka kalian pun akan mendapatkan Allah rahiym(Maha Penyayang).
Ayat surah sya’ra’ 66-69.”wa anjaiyna Musa waman ma’ahu ajma’iyna –kami telah menyelamatkan Musa dan yang bersamanya secara keseluruhan .tsumma agraqnal aakhariyn-kemudian kepada yang lain yakni Firaun dan teman-temannya kami telah tenggelamkan inna fi dzaalika la aayah -di dalam ini sesungguhnya ada satu tanda yang sangat besar wamaa kaana aktsaruhum mu;miniyn-dan dari antara mereka kebanyakan orang-orang yang tidak beriman. Dan disini pun inilah yang disebut bahwa mereka itu bukan orang yang beriman, tapi mereka tidak bisa merusak agama Tuhan. Mereka tidak bisa mengalahkan orang-orang lemah, Yang Allah Tuhan Yang Perkasa ingin memberikan kemenangan padanya.Yakni kepada Bani israiyl yang bersama Musa a.s.wa inna rabbaka lahuwal ‘azizu-rrahiym-sesungguhnya Tuhan engkaulah Yang Maha Perkasa /unggulYang abadi lagi Maha Penyayang. Yakni kepada orang-orang itu juga telah diberikan peluang berkali –kali. Ini merupakan satu tanda besar untuknya dalam hal ini bahwa kapan saja mereka ingkar pada janjinya, maka Allah kembali memperlihatkan tanda,kemudian mereka ingkar janji maka Allah kembali memperlihatkan tanda dan kemudia mereka kembali mengingkari maka Allah kembali memperlihatkan tanda.Sehingga ketika hujjat menjadi sempurna, baru Allah mengazab. Dan memberikan berkali-kali peluang, ini adalah tuntutan rahimiyat. Allah mengasihani kemudian mengasihani. kemudian mengasihani,namun mereka tidak behenti dari dosa-dosa dan ketakabburan mereka .
Surah syu’araa’ ayat 101 sampai 105 “wama lana min syaafiyn-kini tidak ada orang yang akan memberikan syafaat kepada kami.wa la shadiyqin hamiym- dan tidak ada teman setia dan akrab falau anna lana karratan fanakuwna minal mu’’iniyn. Pembicaraan ini, orang orang kafir pada hari qiamat akan lakukan diantara mereka..Mereka akan berkata bahwa hari ini tidak ada yang memberikan syafaat kepada kami. Kami biasa menganggap bahwa akan ada orang-orang yang akan memberikan syafaat kepada kami..Tidak ada teman akrab/setia.( shadiyqin hamiym).Ya, jika sekali saja kami kembali, sekali saja Allah mengembalikan kami, fanakuwna minal mu’miniyn- maka pasti kami akan menjadi orang-orang mu;min yang benar”.Hal ini tidak akan pernah terjadi. Ketika memperoleh keselamatan maka manusia kembali terperosok ke dalam benda-benda itu juga. Yang di benda-benda mana sebelumnya mereka terlibat/terperosok.Yakni, bukan setiap orang,tapi mereka yang sial. Maka, setelah wafat pun tidak ada keselamatan dan tidak ada kemungkinan untuk kembali.Di dunia inipun inilah yang terjadi.Ketika manusia berkali-kali berkali-kali manusia terlibat dalam dosa dan tidak jera, maka pada akhirnya setelah sampai pada satu waktu, Allah kemudian menunjukkan Kemaha-perkasaan diri-Nya dan memperlihatkan padanya kemenangan-Nya. wa inna rabbaka lahuwal azizurrahiym-sesungguhnya Tuhan engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Disini kata “inna rabbaka-sesungguhnya Tuhan engkau ” perlu direnungkan. Berkali-kali disini kata“sesungguhnya Tuhan engkau” diulang. Maksudnya adalah Tuhan Muhammad saw. Hai Muhammad, Tuhan engkau tidak akan pernah membiarkan terlepas(tidak sempurna) janji kemenangan yang telah dijanjikan kepada engkau. Apa pun yang musuh ingin lakukan, Tuhan engkau adalah Yang Maha Perkasa,Yang Maha Kuasa, Maha Mulia,Maha Unggul. Jadi, jika mereka ini tidak mengimani, Tuhan engkaupun Rahiym dan engkaupun rahiym. Maka engkau berkali-kali memberikan peluang pada mereka dan mengasihani mereka ,tapi mereka ini adalah orang yang sial dan dari belas kasihan Tuhan dan dari belaskasihan engaku mereka tidak mengambil faedah.
Kemudian surah syu’araa’ ayat 140-141 “fa kadzdzabuwhu fa ahlaknaahum-maka mereka mendustakan nabi pada waktunya “hu/dia “ maksudnya nabi pada waktunya.fa ahlaknaahum-maka kami menghancurkannya innafi dzaalika la-aayah-sesungguhnya di dalam ini ada satu tanda besar wa maa kaana aktsaruhum mu’miniyn-dan di dalam itu kebanyakan bukanlah orang-orang yang beriman,sedikit sekali yang mengimani nabi pada waktunya. wa inna rabbaka lahual azizu-rrahiym-dan sesungguhnya Tuhan engkaulah hai Muhammad,Tuhan engkaulah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia dan Maha Penyayang”.
Kini ayat surah syu’araa’ 156-160 “qaalaa haadzihi naaqatun lahaa syirbun walakum syirbu yaumin ma’lum-nabi pada waktunya berkata,”Bahwa ini adalah unta betina untuknya telah ditentukan juga waktu tertentu untuk minum dari sumber mata air wa lakum syirbuyaumin ma’luwm –dan untuk kamu juga pada waktu yang telah ditentukan kamu memberikan minum unta-unta dan hewan-hewan kamu wa laa tamssuwhaa bi suw’in- maka apabila unta yang saya tunggangi untuk keperluan tablihg ini datang untuk meminum air, maka janganlah menjadi penghambat untuknya,.janganlah menagkapnya dengan niat buruk. Jika kamu melakukan serupa itu maka pasti azab hari yang besar akan mencengkaeram kamu. Meskipun demikian apa yang terjadi ? fa akhadzuwha-maka mereka memotong urat keting unta itu fa ashbahuw naadimiyn-dan sebagai hasilnya kemudian mereka terpaksa menjadi menyesal. ()Yakni ketika azab turun maka yang tertinggal hanya sekedar keinginan/penyasalan belaka disini maksud dari “nidaamat” adalah penyesalan/keinginan belaka.Yakni untuk mereka kecuali penyasalan tidak ada yang tersisa lagi..fa akhadzahumul ‘azab- maka sebagaimana Hazrat saleh telah janjikan fa akhadzahumul adzab-maka azab mencengkeram mereka inna fi dzaalika la aayatan –sesungguhnya di dalam itu ada satu tanda besar wamaa kaana aktsaruhum mu’miniyn-dan di antara mereka kebanyakan orang yang tidak beriman..Kemudian lihatlah, inna rabbaka lahuwal ‘azizurrahiym Dimana kata “aziz” disambung dengan kata “rahiym” di sana sambil menujukan kepada Rasulullah saw., tampa terkecuali, setiap berfirman selalu berfirman,”Tuhan engkau Maha Perkasa/unggul lagi Maha Penyayang. Jadi, kepada Rasulullah saw.pun dua sifat ini diberikan .’aziyzun ‘alaihi maa ‘anittum bil mu’miniyna rauwfurrahiym,Jadi, Rasulullah saw. sangat perkasa/kuat dalam cengkeraman beliau dan memiliki kemuliaan dan kesusahan orang-orang mu’min menimbulkan kesusahan terhadap Rasulullah saw.
Disini satu arti ‘aziz juga adalah merasakn penderitaan/kesusahan. Bil mu’minyina rauwfu-rrahiym. aziyzun ‘alaiyhi ma ‘anittum -Merupakan kesusahan bagi diri beliau jika orang-orang menderita kesusahan. Disini arti ‘aziz tidak hanya Maha Perkasa saja bahkan ikut terlibat dalam penderitaan/kesusahan juga. Dari segi ini maksudnya adalah bahwa penderitaan dan kedukaan kalian hai orang-orang mu’min menimpakan kedukaan bagi diri beliau. Kesulitan datang kepada kalian dan yang paling lebih banyak menderita adalah Rasulullah saw. inna rabbaka lahuwal ‘azizu-rrahiym –tapi, hai Muhammad ingatlah Tuhan engkaulah Yang kekal keunggulan-Nya/Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Dan pada akhirnya ada tiga ayat.dalam surah Syu’araa’,dari ayat 174-176 “wa amtharna ‘alaihim mathara fa saa’ matharul mudzariyn-dan kami menurunkan satu macam hujan. Maksud “matharan” adalah “satu hujan” juga atau “satu jenis/macam hujan” juga. Karena hujan ini bukanlah ‘hujan air’ bahkan ‘hujan batu’.wa amtharna ‘alihim mathara-maka kami menghujankan di atas mereka “satu macam hujan” fa saa matharul mundzaryn- kepada siapa yang diperingatkan hujan yang turun di atas mereka itu sangat buruk sekali. Inna fi dzaalika la aayatan-dan di dalam ini ada tanda yang sangat besar wama kaana aktsaruhum mu’miniyn-dan di antara kebanyakan adalah orang-orang yang bukan briman”.
Coba prhatikan, dimana di setiap tempat ada ‘azizurrahiym, maka di sana pasti ada kata “inna rabbaka”. Ini merupakan keagungan aneh Al-Quran,di dalam ini tidak ada kontradiksi,tidak ada perselisihan,dan dengan penuh hikmah/bijaksana sifat-sifat itu di sambung dan itu seperti itulah diulangi..”wa inna rabbaka lahuwal ‘azizurrahiym -dan ingatlah, Tuhan engkau lah “lahua-Dialah” Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa.Mempunyai kemuliaan dan khormatan abadi dan rahiym – Maha Penyayang. Jadi,kita pun merupakan hamba-hamba/budak-budak Muhammad Rasulullah saw.. Kepada kita pun ini dijanjikan. Selama kita berjalan mengikuti jeja- jejak Rasulullah saw., kita, karena Tuhan Muhammad saw adalah Maha Perkasa, maka kita pun akan menjadi “ ‘aziz- maha perkasa” dan sesungguhnya dengan kemuliaan kita akan meraih kemenangan abadi dan terus menerus akan meraih kemenangan, Tidak ada yang dapat mencegah ketentuan ini, karena janji Tuhan adalah kepada hamba-Nya Muhammad saw dan befirman,”Hai Muhammad, Tuhan engkau adalah Maha Perkasa” Dan kitapun adalah budak dari Muhammad saw itu, yang Allah telah janjikan kemengan abadi dan dewasa ini perlakuan Tuhan terhadap Jemaat Ahmadiyah sedang menzahirkan dan terus menerus menzahirkan dan untuk yang akan datang pun akan terus menerus lebih dari itu akan menzahirkan bahwa setiap tahun kemenangan Jemaat Ahmaadiyah akan terus bertambah. Sedemikian rupa akan terus bertambah yang seolah-olah kini untuk menghitungnya pun telah menjadi satu masaalah. Bagaimana kita akan mengumpulkan baiat-baiat kita. Dan baiat-baiat massal terjadi dan secara keseluruhan peroses pemabaitan diterima bahwa sekian banyak baiat yang terjadi. Semua formulir baiat itu semuanya tidak dikirim ke pusat. Berpuluh-puluhan juta formulir baiat bagaimana dikirim ke Pusat dan bagaimana akan dikumpulkan. Jadi, kepada Hazrat Masih Mauud a.s. Allah telah berjanji bahwa akan datang satu waktu dimana daftara registrasi akan terpaksa ditutup. Akan sedemikian banyak sehingga engkau tidak akan bisa mengurusnya. Dialah Tuhan ‘azizurrzhiym-Yang Maha Perkasa Maha Penyayang adalah Tuhan kita juga, Rab kita juga,karena Dia adalah Rab junjungan dan majikan kita Hazrat Muhammad saw. dan hal itu berkali-kali terus menerus akan Dia sempurnakan. Dan ditahun yang akan datang pun kalian akan melihat, betapa dengan penuh keagungan Dia akan terus menyempurnakan janji-janji itu. Kalian pun jadilah “‘azizurrahiym/maha perkasa maha penyayang” Raihlah kemenangan yang mulia ,bukan kemenagan yang aniaya. Kini pun di dalam Jemaat kita banyak orang yang bernasib sial yang memperoleh kemenangan paksaan dan aniaya. Kepada mereka ayat hendaknya cukup untuk memberikan pengertian pada mereka. Namun sangat disayangkan mereka tidak mengambil nasehat/pelajaran. Mereka aniaya kepada istri-istri mereka ,mereka aniaya kepada keluarga, aniaya terhadap kerabat mereka, aniaya terhadap orang lain, aniaya terhadap saudara mereka. Namun kemengan itu bukanlah kemengan yang mulai, tapi itu adalah kemengan yang hina. Maka kalian ingatlah dengan baik, jika kalian ingin menjalinikatan dengan ‘azizurrahiym, maka hendaknya kalian harus meraih kemenangan yang mulia/terhormat, yang dengan perantaraan memerintah di hati orang-orang. Sebagaimana Rasulullah saw. telah memperolehnya Beliau telah memerintah di hati orang-orang dan sebagai hasilnya kepada beliau dianugerahi kemenangan yang sangat mengherankan dan kemenangan ini terus berkembang dan berkembang sampai keseluruh penjuru dunia. Jadi semoga Allah bersama kita semua dan semoga Allah bersama kalian dan Dia menganugerahi kemengan yang mulia kepad kalian.
Qamaruddin Syahid