Pentingnya Memiliki Ketakwaan

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,

Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz

26 Maret 2004 di Dgadugu,Burkinapasu Afrika Barat

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Al-Hujurat 14)

Di dalam Al-Quran, ِAllah menggunakan kata takwa yang tiada batas sedemikian rupa sehingga mungkin saja ada kata lain yang banyak penggunaannya seperti itu. Dalam beragam cara dan berbagai bentuk ke arah itu ditarik perhatian kita. Bahkan apabila seorang muslim diikat dalam sebuah ikatan pernikahan, maka pada saat itu dalam khutbah nikah terdapat lima kali disebutkan mengenai takwa. Dari itulah dapat diperkirakan betapa pentingnya takwa. Sebab, dalam pernikahan pria dan wanita sedang memulai suatu kehidupan baru, dan tidak hanya seorang pria dan seorang wanita yang tengah menjalin ikatan perjanjian, bahkan perjanjian kesepakatan tengah dilakukan diantara kedua belah pihak keluarga. Andaikata tidak ada ketakwaan maka akan timbul kekacauan dalam masyarakat. Kemudian sebagai dampak terjdinya suatu ikatan dalam sebuah hubungan antara seorang pria dan wanita terjadi kedatangan/kelahiran wujud-wujud baru. Jika seorang muslim, bersetatus suami istri tidak tegak dalam ketakwaan maka tidak ada jaminan generasi yang akan datang akan menjadi orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu intisarinya ialah takwa merupakan suatu hal mendasar yang tampa itu pandangan perjumpaan dengan Allah dan gambaran mengikat perhubungan yang hidup dengan-Nya merupakan sebuah kekeliruan. Hari ini berkenaan dengan itulah saya akan katakan.

Di dalam Ayat yang saya tilawatkan ini Allah berfirman bahwah: hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Al-Hujurat 14

Jadi, Allah dengan jelas telah memfirmankan bahwa pembagian kamu dalam suku kecil atau suku besar ini hanya untuk ciri khas kalian.

Cermatilah, kini,di Afrika ini, seperti di negara kalian berada /terdapat kepala-kepala suku yang mengepalai wilayah-wilayah kecil dan kemudian banyak kepala-kepala suku kecil yang dibawahi kepala-kepala suku besar lalu semua ini menyatu menjadi satu bangsa sebuh negara. Demikian pula di negara –negara seluruh dunia juga seperti itulah pembagiannya. Oleh karena itu Allah berfirman bahwa pembagian ini janganlah kalian menyangka itu sebagai ciri atau pertanda kebesaran kalian. Keagungan atau kemuliaan kalian bukanlah karena besarnya suku dan lebih kayanya kalian. Bahkan, pada pandangan Allah orang yang besar , suku dan bangsa yang besar adalah bangsa yang paling depan dalam ihwal ketakwaan; dan ingatlah, standar takwa bukanlah dengan menzahirkan kebaikan-kebaikan, bahkan zat Allah-lah yang Maha mengetahui akan kondisi setiap gerakan dan amal perbuatan kita dan Dia memiliki ilmu tentang itu. Allah Maha megetahui segala sesuatu perbuatan mana yang dilakukan hanya untuk sekedar sikap pamer dan amal perbuatan mana yang dilakukan untuk menarik karunia-karunia Allah.

Kini, saya beritahukan makna ketakwaan secara singkat. Maksud takwa adalah melindungi diri/jiwa dari bahaya; dan dalam istilah syareat, maksud takwa adalah melindungi diri dari segenap benda yang membuat manusia menjadi pelaku tindakan dosa dan ini baru dapat terealisasi apabila terlindung dari segenap benda terlarang, bahkan untuk itu terkadang harus meninggalkan barang-barang yang diperbolehkan. Misalnya, dalam bulan Ramadhan orang mu’min tertahan dari memakan barang-barang yang halal dan tayyib karena perintah Tuhan. Oleh karena itu pada hakekatnya asal takwa adalah menghindarkan diri dari segenap barang yang membawa manusia pada dosa. Dan ini wajib bagi segenap ummat Islam, baik dia dari kaum manapun. Allah tidak akan menanyakan bahwa kamu dari kaum fulan yang kaya, karena itu kamu sedikit diberikan keringanan. Atau kamu dari kaum fulan yang masih terbelakang karena itu kamu dibebaskan. Tidak. Bakkan Allah berfirman bahwa alasan kamu itu tidak akan diterima disisi-Nya. Oleh karena itu setiap orang seharusnya berupaya melindungi dirinya dari segenap keburukan; dan untuk melaksanakan segenap kebaikan seyogianya terus berupaya menggunakan segenap keahlian yang dimiliki. Baru kita dapat mengatakan bahwa kita ikut serta masuk dalam Jemaat imam zaman. Ingatlah, bahwa manusia baru dapat terhindar dari segenap keburukan apabila di dalam hati terdapat rasa takut pada Allah; timbul rasa takut pada Allah sedemikian rupa yang dari mana zahir juga kecintaan-Nya. Hal-hal ini baru didapatkan apabila manusia setia /tunduk dihadapan-Nya,dan memanjatkan doa pada-Nya. Dan doa yang dipanjatkan adalah wahai Tuhan ! karena cinta kepada-Mu, saya ingin meninggalkan segala sesuatu yang Engkau telah perintahkan untuk meninggalkanya dan saya ingin mengamalkan segala perkara yang Engkau telah perintahkan untuk mengamalkannya..Tapi untuk meraih qurub-Mu-pun perlu karunia-Mu. Hai Allah ! dengan karunia-Mu anugerahilah ketakwaan padaku.

Andaikata kita menangis memohon doa ke hadirat-Nya dalam shalat-shalat kita maka sesuai dengan janji-janji-Nya niscaya Dia akan mendengarkan doa-doa kita. Oleh karena itu pertama-tama seiring dengan tunduk pada Allah kita harus dengan ikhlas menjalankan shalat dan memanjatkan doa-doa pada-Nya. Dan inilah merupakan perkara yang mendasar. Andaikata dalam shalat-shalat, sudah dapat timbul kegemaran dan ketenteraman, maka anggaplah bahwa semuanya telah diraih. Khususnya dalam shalat-shalat panjatkanlah doa-doa yang Rasulullah saw secara khusus ajarkan kepada kita .Tertera dalam hadis-hadis bahwa Rasulullah saw senantiasa membaca doa ini :

اللهم ات نفسى تقوها وزكها وانت خير من زكها allahumma aati nafsi takwaaha wa zakkiha wa anta khairu man zakkaaha Hai Allah anugerahilah jiwaku ketakwaannya dan bersihkanlah itu sebersih- bersihnya dan Engkaulah yang terbaik yang membersihkan.( Hatipun dengan karunia Allah-lah dapat menjadi bersih) Shahih Muslim kitabuzzikir wa-ddu’a ) Semoga Allah menganugerahi kita taufik untuk membersihkan kalbu kita.

Untuk memenuhi hati dengan nur Allah , untuk melihat hal-hal apa saja yang Allah telah larang dan hal-hal apa-apa saja yang Allah perintahkan untuk mengamalkannya kita seyogianya harus belajar Al-Quran dan membacanya. Bagi mereka yang mengerti terjemah Al-quran ajarkanlah pada orang lain. Galakkanlah menyampaikan dares –dares Al-Quran di cabang-cabang, kendatipun hanya beberapa menit sekalipun, supaya mereka yang tidak dapat membaca dan memahami sendiri ajaran yang cantik inipun dapat sampai dengan terang dan jelas kepada mereka pun. Adapun membaca Al-Quran bagaimanapun juga seyogianya setiap ahmadi harus melakukannya setiap hari, supaya berkat-berkat Al-Quran turun dan hatisanubari terus menerus penuh dengan ketakwaan. Bahkan Hadhrat Masih Mauud a.s. sampai bersabda bahwa andaikata ada seorang yang tidak mu’min sekalipun danhanya dengan rasa adil dia melihat Al-Quran, bukan dengan niat kejahilan,kebencian dan kebakhilan, maka ini pun merupakan sutu bentuk awal dari ketakwaan; oleh karena itu andaikata ada yang membaca Al-Quran dengan rasa adil maka Allah akan memberikan padanya nur petunjuk. Maka barangsiapa yang beriman dan membaca Al-Quran dengan kacamata takwa maka bagaimana bisa Al-Quran tidak akan memberikan petunjuk dan tidak membimbingnya pada ketakwaan. Jika setelah membaca Al-Quran dan mendengar Al-Quran di dalam hati sanubari orang-orang yang beriman gejolak nur petunjuk tidak timbul, maka seyogianya timbul rasa curiga bahwa pasti terdapat cacat pada ketakwaan mereka. Seyogianya berfikir bahwa kebesaran-kebesaran/rasa angkuh kita dan rasa egois kita tengah membawa kita jauh dari ajaran yang sebenarnya dan di dalam diri kita tidak ada ketakwaan. Sebab, Al-Quran telah memberitahukan bahwa di dalamnya terdapat petujuk bagi orang-orang yang bertakwa.Andaikata kita tidak tengah mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran, maka ini merupakan kekeliruan kita dan ini untuk kita merupakan hal yang sangat berbahaya bagi kita. Allah swt jelas telah berjanji pada kita untuk memberikan ganjaran dengan syarat sesuai dengan ajaran-Nya tegak dalam petujuk dan menjadi orang-orang yang melakukan kebaikan sebagaiman Dia berfirman

وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ

Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali berkenaan dengan itu mereka tidak akan diperlakukan dengan sikap tidak berterima kasih/tidak menghargai ; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. Ali –imran 116 . Semoga Allah dengan karunia-Nya menganugerahi kita taufik untuk tetap tegak dalam ketakwaan dan tetap teguh dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan dan kita menjadi orang-orang yang dapat berpartisipasi dalam setiap anugerah-anugerah/hadiah-hadiah yang merupakan yang terbaik untuk kita pada pandangan-Nya.

Hadhrat Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada beliau bahwa dimanapun kamu berada bertakwalah kepada Allah dan setelah (melakukan) keburukan lakukanlah kebaikan, kebaikan akan menghapuskan pengaruh keburukan .musnad Ahmad bin Hanbal dan musnad alanshar hadis abi dzar algaffari

Sama sekali bukanlah maksudnya bahwa seorang dengan sengaja melakukan keburukan kemudian dengan menganggap melakukan sedikit kebaikan lalu keburukan menjadi habis begitu saja. Bahkan maksudnya ialah apabila dalam kondisi tidak sadar terlahir keburukan dalam diri seseorng lalu dia menyadari, dan timbul rasa malu dalam dirinya, timbul rasa takut pada Allah, maka beristigfarlah dan berjanjilah untuk tidak melakukan keburukan , maka pengaruh-pengaruhnya akan hapus/hilang. Oleh karena itulah sebelunya Dia berfirman bahwa bertakwalah kepada Allah, yakni berupayalah terus menerus untuk terhindar dari keburukan-keburukan,maka baru kemudian Allah akan mamaafkan lupa.

Kemudian bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah r.a. bahwa kepada Rasulullah saw ditanyakan berkenaan dengan amal yang akan merupakan faktor yang banyak memasukkan orang-orang ke dalam surga. Maka beliau menjawab, takwa pada Allah dan akhlak yang mulia.

Adalah merupakan hal yang sangat mulia orang-orang di negeri ini menampilkan akhlak yang sangat luhur. Jika sesudah menyatakan diri sebagai Ahmadi timbul juga ketakwaan di dalam diri kalian dan mengamalkan hukum-hukum-Nya kalian jadikan sebagai bagian dari hidup kalian maka Allah dan Rasul-Nya akan memberikan habar suka tentang surga kepada kalian.

Hal berikutnya adalah membentuk kehidupan selaras dengan jiwa takwa dan hanya membatasi itu pada diri semata tidaklah cukup, bahkan harus menciptakan sifat ini pada generasi yang akan. Sebab,jika kita tidak berupaya menjalankan /mendidik anak-anak kita sesuai dengan perintah-perintah Allah maka ketakwaan kita hanya terbatas pada diri kita semata dan setelah wafat tidak akan dapat berjalan dalam generasi kita, Jika kita tidak mendidik generasi kita dengan baik dan kita tidak menegakkannya pada ketakwaan, maka generasi kita akan hancur lalu akan seperti generasi sebelumnya yang di mana di dalamnya tidak ada lagi agama yang tersisa. Oleh karena itu bagi setiap ahmadi yang telah meraih nur hidayah /petunjuk teruskanlah itu pada generasi berikutnya, supaya setiap generasi berikutnya menjadi orang yang berjalan pada ketakwaan lebih dari sebelumnya.

            Hadhrat Masih Mauud a.s. bersabda:

“Selama keinginan untuk memperoleh keturunan tidak untuk tujuan supaya menjadi anak yang saleh dan menjadi orang yang bertakwa dan menjadi orang yang setia pada Allah dan menjadi pengkhidmat agama-Nya, maka sama sekali merupakan hal yang sia-sia,bahkan merupakan sebuah corak kemaksiatan. Dan daripada menyebutnya

باقيات الصالحات baaqiyaatushshaalihaat- keturunan yang saleh akan lebih tepat menyebutnya

با قيات السيات –baaqiyaatussayyiaat-generasi /keturunan yang buruk

(yakni bukan keturunan yang baik ,tetapi keturunan yang buruk) Akan tetapi, jika ada orang yang mengatakan bahwa saya mengingikan keturunan yang saleh, keturunan muttaqi dan keturunan pengkhidmat agama, maka ucapannya inipun hanya semacam sebuah pendakwaan dusta belaka. Sebelum adanya keinginan memperoleh keturunan yang saleh dan muttaqi perlu terlebih dahulu melakukan islah pada diri sendiri. Baru keinginannya seperti itu akan berdampak positif dan keturunan seperti itu akan menjadi layak kita sebut sebagai penyempurnaan dari باقيات الصالحات -baaqiyaatushshaalihaat/keturunan yang baik”.

Kemudian Hadhrat Masih Mauud a.s.dalam menasehatkan pada segenap Ahmadi secara khusus beliau bersabda:

“Seiring dengan tujuan-tujuan baiat yang tulus, yang berasas pada kekhusukan dan ketakwaan pada Allah , sama sekali jangan mencampurinya dengan tujuan-tujuan dunia. Berdisiplinlah dalam menunaikan shalat dan senantiasa sibuklah dalam taubah dan istigfar, lindungilah hak-hak ummat manusia, jangalah menyakiti siapapun, melangkah majulah terus dalam hal kejujuran dan kesucian, maka Allah akan menganugrahi segenap macam karunia, Nasihatilah para wanita untuk tetap berdisiplin dalam shalat di rumah-rumah mereka. Dan cegahlah mereka dari sikap suka menggunjing dan melakukan gibat. Ajarkanlah pada mereka kesucian dan ketulusan ( Jelas benar bahwa apabila kalian tidak mengamalkan sendiri maka kalian juga tidak akan dapat mengajarkannya.) Dari pihak kami hanya sekedar memberikan pengertian,sementara memperaktikakannya merupakan pekerjaan kalian.” Malfuzhaat jilid 5 hal 146

Semoga Allah menegakkan kita pada takwa dalam arti yang benar, dan kita dapat memberikan tarbiat sedemikian rupa pada generasi muda kita sehingga mereka pun dapat menjadi orang yang menegakkan standar ketakwaan dalam standar yang benar. Kita semua menjadi orang-orang yang mengamalkan nasehat-nasehat Hadhrat Masih Mauud a.s. Menjadi orang –orang yang tunduk setia di hadapan Allah. Menjadi orang yang senantiasa memohon karunia-Nya.Untuk tujuan mana kita berkumpul, disini, dalam jalsah ini kita menjadi orang-orng yang meraih maksud itu. Semoga Allah menganugrahkan kita taufik untuk tetap sibuk dalam doa-doa dalam perjalanan kita. Menganugerahi kemajuan dalam bidang keruhanian dan ketakwaan dan tatkala kita sampai di rumah-rumah kita kita merasakan suatu perubahan di dalam diri kita. Menjadi orang yang menyebarkan syareat yang dibawa oleh Rasulullah saw. Semoga Allah menganugerahi taufik pada kita untuk mengamalkan itu.

Qamaruddin Syahid

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.