SIFAT ALLAH SWT “AN NUR”

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

  نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْعَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ  وَعَلَىعَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ

KHUTBAH JUM’AH

AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba

Tanggal  27 Nopember 2009  dari Baitul Futuh London UK`

 

اللّٰهُ وَلِىُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ‌ ؕ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيا ُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ‌ؕ اُولَئِكَ اَصْحٰبُ النَّارِ‌‌ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُونَ

Artinya : Allah itu Sahabat orang-orang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada Nur (Cahaya). Dan orang-orang kafir, sahabat-sahabat mereka adalah Syaitan yang mengeluarkan mereka dari Nur kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni Api, mereka tinggal lama didalamnya. (Al Baqarah 258)

 

Didalam ayat yang baru saya bacakan ini Allah swt berfirman : Allah swt adalah Wali bagi orang-orang beriman dan orang-orang yang memenuhi hak-hak sebagai wali Allah kemudian Allah swt mengeluarkan mereka dari kegelapan kedalam cahaya yang terang. Ayat ini sudah pernah saya singgung didalam khutbah-khutbah yang sudah lalu. Dan disitu telah disebutkan tentang Allah swt sebagai Wali atau Sahabat. Pada hari ini saya akan menerangkan mengenai perkataan Nur.

            Didalam Lughat Arab An Nur adalah salah satu sifat Allah swt.  An Nur adalah Zat yang dengan melalui Nur-Nya orang buta secara jasmani bisa melihat dan orang yang sesat dengan  anugerah Nur dari pada-Nya mendapat petunjuk. Menurut pendapat kebanyakan para ahli lughat yang dimaksud

dengan Nur adalah Zat yang telah zahir dengan sendirinya dan dengan perantaraan Nur itu semua benda nampak kepermukaan. Dan menurut pendapat para ahli lainnya Nur maksudnya adalah Zat Yang zahir didalam Zat-Nya sendiri dan dengan perantaraannya semua benda menjadi zahir atau nampak.

            Selanjutnya didalam Lisanul Arab An Nur adalah sifat Allah swt  sebagaimana Tuhan sendiri berfirman didalam Surah Nur ayat 36:    اللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَرْضِAllah adalah Nur langit dan bumi. Didalam tafsir ayat ini dikatakan bahwa; Tuhan adalah Pemberi hidayat terhadap makhluk yang tinggal diatas langit dan diatas bumi. Dan menurut pendapat beberapa ahli tafsir maksud dari ayat ini :    مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ  Perumpamaan hidayat didalam hati orang-orang mukmin seumpama nur yang diletakkan didalam sebuah gloge (relung) yang didalamnya ada suatu pelita.  An Nur dikatakan kepada Cahaya yang memancar dengan luas yang dengannya semua makhluk bisa melihat. Dan Nur atau Cahaya itu mempunyai dua jenis, Cahaya duniawi dan Cahaya ukhrawi (akhirat). Dikatakan lagi bahwa Nur (Cahaya) dunawi terdiri dari dua jenis lagi. Pertama Nur yang bisa dipantau (dijangkau) dengan pandangan baseerat, dan Nur ini tersebar luas didalam perkara Ilahi, misalnya nur akal.

            Para ahli lughat dalam memahami arti Nur ini mengambil rujukan dari ayat-ayat Al Qur’an misalnya mengenai Nur Ilahi merujuk kepada ayat berikut ini :

قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌ  Artinya : Telah datang kepadamu Nur dari Allah dan Kitab yang nyata. (Al Maidah : 16) Selanjutnya didalam firman-Nya :

وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِىْ بِهٖ فِىْ النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِىْ الظُّلُمٰتِ لَـيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا‌  Artinya : …dan Kami jadikan Cahaya baginya ia berjalan dengan cahaya itu, ditengah-tengah manusia, seperti keadaan orang yang berada didalam gelap gulita, tak dapat keluar dari

 

padanya. (Al; An’am 123)

Banyak orang mengatakan bahwa mengapa Allah swt telah memberi nama Nur pada Zat-Nya? Sebab Dia telah memancarkan cahaya-Nya dengan sangat luas sekali diatas segala jenis makhluk-Nya baik dilangit maupun dibumi. Sebagaimana Dia sendiri berfirman :                                      اللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَرْضِ     Allah adalah Nur langit dan bumi. Yakni Tuhanlah Yang melalui Nur-Nya memiliki hakikat ilmu pengetahuan Samawi dan pengetahuan Bumi dan dengan Nur itulah Dia menyinari ruhani para wali-Nya.

            Didalam Al Qur’an Tuhan sendiri telah mengatakan Nur Langit dan Bumi terhadap Zat-Nya sendiri. Maksudnya hanya Tuhanlah yang menjadi Nur bagi seluruh Langit dan Bumi. Namun perlu diketahui bagaimana caranya Nur ini bisa membuat manusia menjadi bercahaya sebagaimana yang disebutkan didalam Surat An Nur yang telah saya jelaskan beberapa waktu sebelumnya. Allah swt berfirman :

اللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَرْضِ‌ؕ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ‌ؕ الْمِصْبَاحُ فِىْ زُجَاجَةٍ‌ؕ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لاَّ شَرْقِيَّةٍ وَّلاَ غَرْبِيَّةٍۙ يَّـكَادُ زَيْتُهَا يُضِىْٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ‌ؕ نُّوْرٌ عَلٰى نُوْرٍ‌ؕ يَهْدِىْ اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَآءُ‌ؕ وَ يَضْرِبُ اللّٰهُ اْلاَمْثَالَ لِلنَّاسِ‌ؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيْمٌۙ

Artinya : Allah adalah Nur seluruh langit dan bumi. Perumpamaan nur-Nya adalah seperti sebuah globe (relung) yang didalamnya ada suatu pelita. Pelita itu ada didalam suatu globe kaca (semprong kaca). Semprong kaca itu seperti bintang yang gemerlapan. Pelita itu dinyalakan dengan minyak dari sebatang pohon kayu yang diberkati-ialah pohon zaitun-yang bukan ditimur dan bukan dibarat, yang minyaknya hampir- hampir bercahaya walaupun api tidak menyentuhnya. Nur diatas nur ! Allah memberi bimbingan menuju nur-Nya kepada barang siapa yang Dia kehendaki.Dan Allah mengemu

kakan tamsil-tamsil untuk manusia, dan Allah Mengetahui segala sesuatu. (Surah An Nur : 36).

Merujuk kepada ayat ini Hazrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan tafsirnya dengan melukiskan kehidupan para sahabah Rasulullah saw. Perkataan nur didalam ayat ini mengisyarahkan kepada pribadi Rsulullah saw sendiri. Sesungguhnya nur Allah swt menerangi semua benda dan makhluk. Didalam ayat tersebut Allah swt mengumumkan bahwa Dia, Allah adalah Nur seluruh langit dan bumi, oleh sebab itu setiap benda mendapat barkat dari pada pancaran nur-Nya itu. Selain dari pada nur-Nya tidak ada yang bisa memperoleh nur lain sekalipun manusia menggunakan akal atau kemahiran dan segala kekuatan atau menggunakan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan nur itu. Bilamana saja Dia kehendaki Dia bisa menciptakan nur itu menurut cara-Nya sendiri. Mengapa atau bagaimana Allah swt disebut Nur ? Sebabnya adalah yang menciptakan langit dan bumi itu adalah An Nur. Apa yang telah Dia ciptakan Dia berikan nur kepadanya, baik secara ruhani maupun secara jasmani, sebagaimana Allah swt sendiri telah menjelaskannya diberbagai tempat didalam Kitab Suci Alqur’an, seperti didalam ayat berikut ini :    اَللّٰهُ الَّذِىْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَرْض  Artinya : Tuhan adalah Dia Yang telah menciptakan langit dan bumi. Dan Dia telah menciptakan semua benda yang ada didalam keduanya. Kemudian Dia memberi kekuasaan kepada manusia. Jadi nur hakiki itu adalah Allah swt sendiri. Nur-Nya itu nampak kepada manusia disetiap tempat pada setiap jasad atau ruh atau pada setiap benda. Akan tetapi orang yang mata ruhani-nya buta kepadanya nur itu tidak nampak. Akan tetapi orang mukmin tetap yakin bahwa dunia ini, berapapun luasnya dunia yang rahasianya dapat dijangkau oleh pengetahuan manusia ataupun tidak dapat dijangkau, Penciptanya, nurnya dan Zat yang menegakkannya adalah Allah swt. Dan untuk mengetahui rahasia nur-Nya itu Allah swt mengirim utusan-Nya kedunia. Dan utusan-Nya itu mendapat nur dari Allah swt

secara khas yang diturunkan dari langit. Kemudian nur itu beliau sebarkan kepada dunia. Dan nur yang turun dari langit itu kemudian menyebar kepenjuru dunia dengan perantaraan para Nabi. Perumpamaan nur itu telah dijelaskan didalam ayat tersebut diatas. Sebagaimana telah saya jelaskan beberapa waktu sebelumnya bahw nur itu telah bersinar cemerlang didalam wujud Rasulullah saw. Dan martabat nur itu sangat tinggi sekali nilainya sehingga ia akan tetap bersinar cemerlang sampai hari kiamat, dan ia telah berdiri tegak diatas dunia ini demi memantulkan nur Allah swt. Dan nur itulah yang telah disebar luaskan diatas muka bumi ini oleh Hazrat Rasulullah saw. Dan nur itu bukan hanya bersinar cemerlang sepanjang kehidupan beliau melainkan ia terus bersinar sepanjang masa sampai hari kiamat.

            Firman Allah swt  اَللّٰهُ الَّذِىْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَاْلاَرْض Artinya : Tuhan adalah Dia Yang telah menciptakan langit dan bumi, maka agar manusia memahaminya Dia telah menjelaskan permisalannya. Permisalannya itu ialah seprti sebuah misykat, seperti sebuah globe (relung atau semprong) yang terletak diatas bukit yang tinggi dari mana sinar itu memancar luas. Dan globe (relung) itu maksudnya adalah dada Rasulullah saw. Dan didalam globe (relung) itu terdapat sebuah pelita atau lampu. Dan pelita itu adalah wahyu Allah swt yang turun kepada Hazrat Rasulullah saw. Dan pelita ini terletak didalam sebuah zujajah atau globe yang terbuat dari kaca (glass), dan globe ini adalah kalbu atau jantung hati Rasulullah saw yang sangat suci-murni dan bersih dari setiap benda kotor. Dan zujajah atau globe ini bersinar cemerlang seperti bintang dilangit dan memancarkan cahaya terang gemerlapan. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Maksud dari pada itu adalah jantung hati Rasulullah saw, yang kerana sinar tajam yang memancar dari dalam kalbu beliau membersit keluar laksana air menyembur. Selanjutnya Allah swt menjelaskan perumpamaanya  lagi, yakni pelita itu bersinar memancar disebabkan minyak pohon zaitun yang sangat berberkat. Dan

yang dimaksud dengan pohon berberkat itu adalah wujud mubarak Rasulullah saw. Yang menjadi kumpulan semua berkat dan kamalaat (kesempurnaan) yang akan tetap lestari sampai hari kiamat. Ia lestari sampai kiamat karena hanya wujud Rasulullah sajalah yang patut menyandang pangkat insan kamil atau insan yang paripurna. Dan sampai kiamat tidak akan ada manusia lain lahir kedunia seperti beliau.” Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi: “ Dalam permisalan    شَرْقِيَّةٍ وَّلاَ غَرْبِيَّةٍ لاَّ La Syarqiyah dan La Gharbyah maksudnya adalah ajaran Islam, yang didalamnya tidak terdapat kesemrawutan, tidak condong kepada salah satu kelompok, baik kepada socialisme, kapitalisme maupun kepada komunisme, melainkan tegak lurus berada ditengah-tengah, yang mencerahkan hak-hak kemanusiaan. Ia menegakkan keamanan dan kedamaian diatas muka bumi.” Dan didalam   perumpamaan ini Tuhan berfirman:          يُضِىْ  يَّـكَادُ زَيْتُهَا

yang minyaknya hampir-hampir bercahaya. Tentang ini  Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Maksud dari perumpamaan ini adalah akal halus dan nurani Hazrat Rasulullah saw. Demikian juga maksudnya adalah semua ahlaq fadillah beliau saw yang telah menjadi bahagian dari fitrat suci beliau. Dan yang dimaksud dengan نُّوْرٌ عَلٰى نُوْر adalah semua keistimewaan yang diberikan kepada beliau yakni Allah swt telah mencurahkan nur kepada beliau, yakni nur wahyu, maka timbullah didunia ini nur ruhani yang tidak ada bandingannya didunia ini.” Demikianlah ringkasan dari tafsir Hazrat Masih Mau’ud a.s. tentang ayat tersebut.

Sekarang yang dimaksud dengan Nur hakiki itu hanyalah syari’at kamil yang telah turun kepada Hazrat Rasulullah saw dan uswah hasanah (tauladan yang indah) beliau saw. Dan setelah kedatangan syariat nur ‘ala nur ini maka syariat-syari’at sebelumnya menjadi kedaluarsa dan berakhir tidak berlaku lagi. Dan inilah ajaran dan inilah nur yang bisa meraih barakat dari pada nur Allah swt. Terhadap

kedudukan atau martabah Rasulullah saw sebagai insan kamil Hazrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan : “ Nur yang maha luhur dan tinggi mutunya telah dianugerahkan kepada seorang manusia, yakni kepada insan kamil ini, bukan kepada malaikat, bukan kepada bintang-bintang, bukan kepada rembulan, bukan kepada sang surya, bukan kepad samudera atau sungai yang luas, bukan kepada permata, bukan kepada permata jambrud dan tidak juga kepada mutiara, pendeknya bukan kepada benda lain dilangit maupun dibumi, ia hanyalah bagi wujud manusia yakni insan kamil, yang kesempurnaannya, kemuliannya, keagungannya, ada pada junjungan kita, sayyidul anbiya (Penghulu semua Nabi), sayyidul ahya (Penghulu semua makhluq hidup), Muhammad Mustafa saw. Nur itu telah dikaruniakan kepada manusia suci ini. Keagungan dan kemuliaan demikian yang paling sempurna hanya terdapat didalam wujud penghulu, junjungan dan pembimbing kita yang paling suci Muhammad Rasulullah saw.

           Allah swt berfirman: اِنَّ اللّٰهَ يَاْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوْا اْلاَمٰنٰتِ اِلَي اَهْلِهَا  Artinya : Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya menyerahkan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya (An Nisa 59)   Martabat nur yang luhur yang telah diberikan kepada Hazrat Muhammad saw adalah dari pada Nur Tuhan kemudian beliau pancarkan atau beliau salurkan nur itu kepada para sahabah beliau membina dan menegakkan akhlak yang sangat luhur dikalangan mereka sehingga Rasulullah saw memberi misal tentang mereka  laksana bintang-bintang cemerlang dilangit. Siapa saja yang kalian ikuti akan mendapat cahaya daripadanya, yakni dengan mengikuti jejak langkah mereka kalian akan mendapatkan petunjuk jalan menuju Allah swt. Orang-orang Arab yang pada waktu itu sangat buta huruf, setelah mereka menerima nur dari Nabi Muhammad saw mereka menjadi contoh dan tauladan yang indah dalam menjalin hubungan dengan Allah swt dan dalam menampilkan akhlak yang sangat terpuji. Mereka telah mendapat bahagian nur Allah swt demikian hebatnya sehingga

Allah swt telah memberi penghormatan dengan julukan    رَضَيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ Allah telah ridha kepada mereka dan mereka telah sama-sama ridha kepada-Nya. Sehingga mereka telah menjadi sarana bagi orang-orang mukmin yang akan datang kemudian untuk meraih nur Allah swt itu. Tentang para sahabah itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Mereka telah fana dalam menta’ati dan mencintai Rasulullah saw. Nur yang terdapat didalam wujud Rasulullah saw telah mengalir melalui saluran itha’at itu masuk kedalam kalbu para sahabah radhiallahu ‘anhum, sehingga telah menyapu bersih khayalan-khayalan yang menghalangi kerinduan terhadap Allah swt. Kegelapan didalam dada mereka telah bersih dihalau kemudian dipenuhi dengan nur Allah swt yang terang-benderang. Didalam sebuah hadis Rasulullah saw telah bersabda :              “  الله ! الله ! فيْ اَصْحَابِيْ !!Didalam hati para sahabat-ku tiada lain hanya Allah bersemayam didalamnya. Artinya setiap sa’at pikiran mereka selalu tercurah kepada Zat Allah swt.

Nur itu telah diraih Rasulullah saw dari Allah swt. Dan ia telah menjadi sumber mata air yang mengalir untuk selama-lamanya. Dan hanyalah Syari’at Islami yang terus berlaku hingga hari Kiamat. Dan melalui tenggelamnya kecintaan dan fana terhadap Rasulullah saw Allah swt telah mengutus Hazrat Masih Mau’ud a.s. pada zaman ini dengan anugerah nur itu kepada beliau a.s. yang merupakan nur ruhaniyyat samawi, supaya pemahaman dan pengertian nur Allah swt itu bisa tertanam didalam kalbu-kalbu kita. Hazrat Masih mau’ud a.s bersabda : “ Saya sedikitpun tidak bisa mengatakan, amal perbuatan apa yang telah menyebabkan anugerah ini telah saya terima dari pada Allah swt. Memang ada yang dapat saya rasakan bahwa secara alami hati saya telah rujuk dengan daya tarik yang bergelora disertai penuh keta’atan kepada Allah swt sehingga tidak dapat ditahan atau dihentikan.” Selanjutnya beliau bersabda       :“Pada suatu ketika dalam sebuah mimpi saya telah berjumpa dengan seorang suci yang telah berusia

lanjut, mukanya nampak cerah dan jernih sekali. Dan pada waktu itu dia tengah mengatakan bahwa amalan untuk meraih nur-nur samawi adalah ibadah puasa yang merupakan sunnah keluarga Anbiya. Dan ia mengisyarahkan agar saya-pun melaksanakan sunnah rasul itu. Maka saya-pun menganggap  hal itu baik sekali dan siap-siap untuk melakukan ibadah puasa untuk beberapa waktu lamanya.”

Setelah melihat mimpi itu Hazrat Masih Mau’ud-pun mulailah berpuasa, namun beliau lakukan puasa itu secara diam-diam agar tidak ada seorangpun yang tahu. Lalu beliau pindah kedalam sebuah bilik (kamar) yang terletak disebelah luar rumah beliau. Disitulah dihantar makanan setiap hari kepada beliau. Sebagian besar dari makanan yang beliau terima setiap hari dibagi-bagikan kepada anak-anak yatim, sedangkan beliau sendiri hanya mengambil sedikit saja dari pada makanan itu. Didalam masa hari-hari puasa itu beliau telah menyaksikan berbagai jenis pengalaman, diantaranya beliau ceritakan sebagai berikut : “  Dengan ibadah puasa itu saya telah menyaksikan pengalaman-pengalaman berupa latif mukasyifaat yakni pemandangan-pemandangan yang sangat halus sekali, yang pada zaman itu juga telah terbuka rahasianya kepada saya. Diantaranya, saya sering bertemu dengan para Anbiya yang sudah berlalu dan dengan para wali yang bermartabat sangat luhur yang telah berlalu didalam ummat ini. Pada suatu hari dalam keadaan sungguh-sungguh terbangun saya berjumpa dengan Rasulullah saw bersama Hasan, Husain dan Ali radhiallahu ‘anhum dan juga Fatimah radhiallahu ‘anha. Dan selain dari itu pemandangan nur-nur ruhani secara kiasan nampak berupa tiang-tiang menara yang berwarna-warni hijau dan merah yang sangat indah dan sangat menawan hati, sehingga untuk menceritakannya diluar kemampuan lidah saya. Tiang-tiang nurani yang menjulang tegak lurus kearah angkasa, diantaranya ada beberapa yang berwarna putih berkilau-kilauan dan banyak diantaranya yang berwarna hijau dan berwarna merah sangat cerah. Menyaksikan hal itu terpaut hubungan

dengan kalbu yang sangat dalam sekali sehingga dengan menyaksikannya terasa sangat senang dan bahagia sekali didalam hati sanubari. Dan tidak ada suatu kelezatan dapat dirasakan  didunia ini seperti lezatnya ruh dan hati menyaksikan pemandangan itu. Saya punya perkiraan bahwa tiang-tiang itu telah dizahirkan dalam bentuk tamsil hubungan kecintaan antara hamba dan Khaliq-nya. Yakni sebuah nur yang keluar membersit dari dalam kalbu hamba-Nya dan sebuah nur lagi yang turun memancar dari langit kemudian kedua nur itu bertemu dan bersatu-padu hingga membentuk sebuah tiang menara berwarna-warni yang sangat indah sekali.”

Kedudukan dan martabah serta nur yang telah Allah swt anugerahkan kepada beliau itu adalah berkat keta’atan beliau yang sangat kamil terhadap Rasulullah saw. Dalam kesempatan lain beliau a.s. bersabda : “ Pada suatu waktu sebuah ilham Ilahi yang maksudnya adalah begini; para Malaikat tengah bertukar pikiran tentang sesuatu dan mereka tengah bermusyawarah satu dengan lainnya. Sebagai penjelasannya Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda ; Pada waktu itu kehendak Allah swt sedang bergelora untuk menghidupkan agama Islam. Namun sampai sa’at itu para Malaikat masih bertanya-tanya siapa yang akan diputuskan Tuhan untuk melaksanakan ihyai-e-din (menghidupakan agama) itu, oleh sebab itu para Malaikat itu sedang menunggu. Dalam pada itu orang-orangpun mulai mencari-cari siapa gerangan yang akan ditetapkan untuk melaksanakan tugas menghidupkan agama itu. Salah seorang dari mereka tampil kemuka dan sambil memberi isyarah kepada saya ia berkata   هَذَا رَجُلٌ يُحِبُّ رَسُولَ اللهِ inilah orang yang mencintai Rasulallah !  Hal ini mengisyarahkan bahwa untuk meraih kedudukan itu syaratnya adalah kecintaan terhadap Rasulullah saw. Maka orang yang ditunjuk ini telah memenuhi syarat dan mempunyai hak untuk meraih kedudukan itu.

            Jadi pada zaman ini Allah swt menurunkan nur-Nya

kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. dan Dia telah melantik beliau untuk menyebar luaskan nur ini keseluruh dunia, yaitu nur yang telah lama diturunkan Tuhan kepada Hazrat Rasulullah saw. Dan semua yang telah beliau peroleh itu adalah berkat kecintaan beliau yang kamil terhadap Rasulullah saw. Jadi disebabkan kecintaan beliau a.s. terhadap Rasulullah saw itu Allah swt-pun telah mencintai beliau a.s. Dan setelah Rasulullah saw nur yang telah menerangi langit dan bumi seluruhnya itu, yang telah menjadi sarana reformasi ruhani besar bagi umat manusia didunia, pancaran nur itu telah dianugerahkan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. berkat menjadi hamba Rasulullah saw yang sangat setia. Ruh dan ma’arif dari wahyu suci yang telah turun kepada Rasulullah saw telah dibukakan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga  dan beliau memberitahu kepada dunia :  “ Inilah tafsir sejati dari ajaran Islam yang telah dijelaskan oleh Hazrat Rasulullah saw.”  Hazrat Masih Mau’ud a.s. tidak menghendaki kemasyhuran dunia. Akan tetapi apabila nur Allah swt telah dianugerahkan kepada seseorang, maka Allah swt sendiri yang memperkenalkan-nya kepada dunia sehingga namanya menjadi masyhur, dan orang itu menjadi perantara atau menjadi sarana bagi tersebar luasnya nur Allah swt itu. Allah swt berfirman kepada beliau a.s. melalui ilham :  “ Keluarlah engkau daripadanya dan engkau  telah dipilih untuk dunia seluruhnya. Engkau adalah Nur bagi alam semesta, engkau adalah orang terhormat disisi Tuhan. Maka engkau tidak akan ditinggalkan. Wahai manusia !! Telah datang nur Tuhan kepada kamu sekalian. Maka janganlah kamu sekalian ingkar kepadanya.”

            Jadi Allah swt sendiri yang telah menurunkan nur itu kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. dan disebabkan fitrat beliau yang suci itu telah terjalin hubungan beliau a.s. dengan Allah swt sangat erat sekali. Dan berkat kecintaan beliau a.s. terhadap Rasulullah saw dan berkat quwat qudsiyah Rasulullah saw nur yang telah tercurah laksana air terhadap para sahabah beliau saw, setelah 1400 tahun nur itu-pun telah dilimpahkan

kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. bahkan Allah swt telah-pun memberi kedudukan kepada beliau a.s. sebagai penyebar-luas nur itu keseluruh penjuru dunia.

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Sesungguhnya bagi saya sudah cukuplah jika Allah swt gembira dengan saya. Sekali-kali saya tidak mengharapkan untuk menjadi Masih Mau’ud atau saya lebih baik dari Isa Ibnu Mariyam a.s. Saya sedang menyendiri disebuah bilik (kamar) dan tidak ada seorangpun yang mengenal saya, dan tidak pula saya menginginkan agar ada orang yang mengenal saya. Tuhan telah memaksa saya keluar dari tempat saya menyendiri, padahal saya ingin agar saya tetap tersembunyi dan mati secara tersembunyi pula. Namun Tuhan berfirman padaku : “ Aku akan membuat engkau masyhur dimuka bumi secara terhormat. Aku akan membuat engkau terkenal didunia dengan penuh hormat.”  Itulah cara Allah swt, apabila Dia menganugerahkan nur kepada salah seorang hamba-Nya, Dia tampilkan orang itu kepada dunia. Apabila manusia membuat cahaya tentu cahaya itu bersinar terang dihadapan manusia, sekarang bagaimana nur Allah swt bisa disembunyikan? Apabila Allah swt menganugerahkan nur-Nya kepada seorang hamba-Nya dan apabila Dia mengumumkannya kepada dunia, maka nur itu yakni nur Allah swt itu akan bersinar terang nenyinari semua langit dan bumi. Hal itu bisa juga diartikan bahwa dari setiap barkat-Nya yang turun dari langit kepada hamba-Nya yang khas sekarang jangkauannya telah berkembang luas kepada masyarakat awam. Maka jalinlah hubungan yang erat dengan hamba Tuhan yang khas itu tentu kalian akan memperoleh barkat dari pada nurnya itu hingga wujud kalian juga akan memantulkan cahaya terang, baik dengan cara menjadi relung atau globe-globe kecil, atau menjadi orang-orang mukmin yang mampu menjadi sarana untuk menyalurkan nur itu sehingga orang-orang yang menjalin hubungan dengan kalian akan memperoleh bahagian dari pada nur itu. Akan tetapi apabila nur Allah swt itu telah

diterima oleh seseorang, maka barkat-barkat yang telah diperoleh dari padanya pasti akan menjadi sarana baginya untuk menyampaikan nur itu kepada orang lain. Jadi untuk meraih nur itu dan untuk memperoleh barkat-barkatnya sebanyak mungkin dari nur itu harus berusaha keras untuk mengikuti uswah hasanah Rasul yang paling dicintai oleh Allah swt yaitu Hazrat Muhammad saw, baik dalam segi ibadah, dalam segi akhlaq, atau dalam segi adat. Dan jika patuh tha’at kepada beliau saw secara sempurna telah dilaksanakan seseorang sesuai dengan perintah Allah swt, maka Allah swt mengumumkan melalui Rasulullah saw sebagai berikut :        قُلْ اِنْ  كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ

 Artinya : Katakanlah !! Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencintai kamu. (Ali Imran : 32). Seperti itulah kecintaan para sahabah terhadap Rasulullah saw. Mereka itu juga telah dianugerahi nur oleh Allah swt sehingga akhlaq mereka sangat luhur dan terpuji dan perilaku mereka sangat cemerlang. Dan kecintaan hakiki seperti itulah pula yang telah ditegakkan oleh Hazrat Masih Maud a.s. terhadap Rasulullah saw setelah beliau menjadi mahbub (kekasih) Allah swt pada zaman ini sehingga beliau telah menjadi penyebar luas nur Allah swt keseluruh pelosok dunia. Maka sekarang juga jika ada orang yang mendakwakan diri sebagai pencinta hakiki Allah sawt dan Rasul-Nya maka bagi dia wajib sekali untuk menjalin hubungan erat dengan Hazrat Masih Mau’ud a.s. sebab hal itu merupakan perintah Allah swt dan juga salah satu perintah dari Rasulullah saw. Sekarang hanyalah Jema’at Ahmadiyah yang disebabkan adanya hubungan dengan silsilah ini telah terjalain dengan Khilafat. Dan Jema’at ini tengah menerima limpahan barkat dari pada nur, yang berupa nur ruhani para Anbiya. Namun standar serta kedudukan yang paling agung adalah Zat Rasulullah saw, yang kebangkitannya kembali tengah dikerjakan oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. sebagai Asyiq Sadiq sejati Rasulullah saw. Sekarang sejauh mana kemajuan ruhani

sangat erat kaitannya dengan Hazrat Masih Mau’ud a.s. maka tegaknya keamanan dunia juga sangat erat kaitannya dengan Hazrat Masih Mau’ud a.s., sebab beliaulah yang ditugaskan Allah swt untuk menyempurnakan amanat Rasulullah saw ini untuk mengajak dan menasihati manusia kepada kedamaian dan menegakkan hak-hak Allah swt diatas dunia ini. Dan berdasrkan ajaran serta petunjuk-petunjuk Rasulullah saw lembaga Khilafat Ahmadiyya terus dikembangkan secara tetap dan berterusan.

            Hazrat Khalifatul Masih II r.a. dalam menjelaskan tentang nur didalam tafsir beliau dikatakan bahwa untuk mengembangkan nur ini diseluruh dunia diperlukan tiga macam perkara. Pertama, Uluhiyyat atau Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua Nubuwwat, dan yang ketiga Khilafat. Dan selama orang-orang mukmin menaruh perhatian khas terhadap perbaikan iman didalam diri mereka, maka silsilah turunnya nur akan terus berjalan untuk selamanya. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua agar kita semua selalu meraih barkat-barkat Nur Allah swt dan jangan sampai kita terlepas dari Nur Allah swt itu. Pada zaman sekarang jika saudara-saudara Muslim yang lain bersatu memahami hal ini maka gerakan anti Islam di negara-negara Barat yang selalu bangkit, dimasa yang akan datang mereka tidak akan mempunyai keberanian lagi untuk melawan Islam. Didalam persatuan terletak kekuatan. Dan untuk menegakkan persatuan dan kesatuan ummat Islam pada zaman ini Allah swt telah mengutus Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. kedunia.

Beberapa hari yang lalu di Switzrland telah terjadi keributan tentang pembuatan menara mesjid. Gangguan apa yang mereka rasakan dengan dibangunnya menara mesjid itu, Tuhanlah Yang maha mengetahi apa maksud mereka itu. Mereka juga sedang membuat menara digereja-gereja. Apakah dengan merobohkan menara mesjid itu akan tercapai tujuan mereka untuk meredakan kegiatan umat Islam? Usaha mereka ini juga sebagian dari persekongkolan anti Islam. Nampaknya

dibelakang gerakan ini terdapat persekongkolan anti Islam dan hal ini merupakan permulaan mungkin kemudian akan diteruskan dengan usaha lainnya lagi. Semoga Allah swt Yang memiliki segala kekuasaan melindungi kita dan ummat Islam lainnya dari kejahatan orang-orang seperti itu. Kita harus berdo’a semoga Allah swt menggagalkan semua usaha busuk persekongkolan musuh-musuh Islam itu. Amin !!!

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.