Tasyakur Kesuksesan Jalsah Salanah UK ke-44

Khotbah Jumat

Sayyidina Amirul Mu’minin 

Hadhrat Khalifatul Masih V ayyadahulloohu ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]

Hadhrat  Mirza Masroor  Ahmad 

tanggal 6 Zhuhur 1389 HS/Agustus 2010

di Masjid Baitul Futuh, London-UK

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)

 

Alhamdulillah pada hari Ahad lalu (1 Agustus 2010) dengan karunia Allah Ta’ala Jalsah Salanah Britania sudah berakhir. Hal pertama dari semuanya, kita menundukkan kepala kita dengan sangat merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala, dan memang harus menundukkan kepala di hadapan-Nya, sebab semata-mata dengan karunia-Nyalah semua tugas dan pekerjaan menyelenggarakan Jalsah Salanah telah selesai dengan sebaik-baiknya. Dan pernyataan syukur yang keluar dari dalam lubuk hati yang dalam dan ikhlas seperti itu harus menjadi adat kebiasaan orang-orang mu’min sejati. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk selalu memahami hal [syukur] yang sangat penting ini. Sejak awal permulaan Alqurán Allah Ta’ala telah menyebutkan bahwa orang-orang mu’min sejati apabila akan memulai setiap pekerjaan diawali dengan menyebut nama Allah Ta’ala supaya dari awal sampai akhir pekerjaan mereka selalu mendapat pertolongan Allah Ta’ala. Dan setiap saát Allah Ta’ala selalu diingat oleh mereka. Pada permulaan surah Alqurán diawali dengan basmalah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ merupakan sebuah pengumuman, aku mulai membaca Alqurán, Kitab yang agung ini dengan menyebut nama Tuhan, Yang telah menurunkannya (Kitab ini) kepada Nabi-Nya saw demi kekalnya kehidupan agama dan dunia kita.

Jadi inilah nasihat bagi setiap orang mu’min, pada awal setiap pekerjaan mulailah dengan membaca بِسْمِ اللهِ  ‘bismillaah’. Dan lalu dengan nama Allah Ta’ala. Setelah perkataan bismillah, sifat-sifat-Nya yang digunakan ada dua. Allah Ta’ala mempunyai kumpulan sifat-sifat. Pertama, Arrahmaan dan kedua Arrahiim. Arrahmaan adalah Dia Tuhan Yang kemurahan-Nya tidak terbatas dan kemurahan-Nya berulang kali turun terhadap makhluk-makhluk-Nya. Dia yang menyediakan dan mengatur adanya sarana dan keadaan bagi manusia untuk bekerja atau beramal tanpa ada upaya dari pihak manusia. Banyak sekali sifat Allah Ta’ala yang termanifestasi kepada kita berkat sifat Rahmaaniyyat-Nya ini. Ada pun sifat-Nya berupa Rahiimiyyat berbeda dengan sifat Rahmaaniyyat-Nya yang umum, secara khusus menunjukkan manifestasinya dengan jelas untuk ibadurrahman (hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih) Seorang mu’min tatkala menundukkan kepalanya demi meraih pertolongan dari Allah Ta’ala untuk memperoleh akhir urusannya yang baik dia sangat mengharapkan sekali dan mendambakan pertolongan-Nya. Maka Allah Ta’ala menurunkan pertolongan-Nya yang gemilang kepadanya dan manifestasi dukungan dan pertolongan-Nya terlihat jelas oleh kita pada saat Jalsah ini. Kita juga menyaksikan pemandangan Rahmaaniyyat Allah Ta’ala. Bahkan pada waktu ini kita menyaksikan Rahiimiyyat Allah Ta’ala juga. Setelah menyaksikan pemandangan itu semua timbullah rasa syukur sedalam-dalamnya dalam kalbu kita kepada Allah Ta’ala. Dan disebabkan rasa syukur dan menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala, pada setiap kesempatan kita memperoleh karunia-karunia dari pada janji Allah Ta’ala ini, لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  ‘la-in syakartum la-aziidannakum’ – “… jika kamu menjadi orang yang bersyukur maka Aku akan memberi lebih banyak lagi kepada kamu.” (Surah Ibrahim, 14 : 8) Pada hari-hari Jalsah juga setelah menyaksikan banyak sekali karunia Allah Ta’ala, kita runduk dan bersujud di hadapan Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala semata-mata dengan karunia-Nya telah menghapuskan keinginan-keinginan pribadi kita dan Jalsah telah berakhir dengan membawa banyak sekali berkat-berkat yang tak terhitung. Jadi, karunia-karunia, berupa pemandangan-pemandangan Rahmaaniyyat dan Rahiimiyyat Allah Ta’ala yang telah kita saksikan itu harus kita pertahankan untuk tetap turun kepada kita, sebab karunia ini memang perlu sekali agar tetap turun kepada kita. Dan kita harus terus berusaha tanpa putus mendapatkan karunia-karunia Allah Ta’ala itu.

Hadhrat Masih Mauúd as bersabda,

“Kedua sifat Rahmaaniyyat dan Rahiimiyyat demikian penting keadaannya bahwa tanpa kedua sifat ini pekerjaan apapun baik pekerjaan duniawi maupun pekerjaan rohani manusia tidak dapat mencapai penyelesaian dengan baik. Jika betul-betul direnungkan, akan nampak sekali bahwa kesudahan akhir yang baik bagi semua kegiatan kedua sifat ini bekerja setiap saát. Rahmaaniyyat Tuhan mulai nampak ketika manusia belum lahir kedunia. Sifat Rahmaaniyyat menyediakan sarana-sarana bagi manusia di luar kemampuannya. Hal itu sekali-kali tidak dapat dihasilkan melalui usaha manusia.” Bersabda, “Demikianlah, Rahiimiyyat Tuhan segera bergerak muncul apabila manusia mendapat taufik untuk menggunakan semua kemampuan yang telah Tuhan anugerahkan kepadanya. Dan seberapa banyak ia gunakan tenaga dan kekuatan untuk itu maka kebiasaan ilahiyyah akan bekerja sehingga Dia tidak membiarkan semua usahanya itu sia-sia. Bahkan, semua usaha itu berhasil laksana buah yang manis. Jadi hal itu semata-mata Rahiimiyyat Tuhan yang telah memberi nyawa terhadap usaha-usaha fana manusia.” [2]

Jadi, berkaitan dengan pekerjaan Jalsah Sebagaimana manusia menyusun suatu rencana untuk menjalankan suatu pembangunan, berkat usaha dan kerja keras para pekerja ia mendapat kemajuan dalam menjalankan pembangunannya itu, maka keberhasilan dan karunia-karunia Allah Ta’ala pun tercurah turun terhadap seorang mu’min yang bekerja keras seperti itu. Namun demikian, dia tidak akan menghubungkan semua keberhasilannya yang sangat baik itu sebagai hasil usaha dirinya pribadi, melainkan ia menyatakannya semata-mata karunia Allah Ta’ala sehingga ia menjadi hamba Tuhan yang sangat bersyukur kepada-Nya. Demikianlah haqiqi ‘abd syakuur (hamba yang sebenarnya dari Tuhan yang asy-Syakur) yang melewatkan hidupnya dalam kesyukuran kepada Allah Ta’ala atau  melewatkan hidupnya dalam kesyukuran kepada Tuhan yang membuatnya menjadi ‘abd Syakuur.

Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya firman Tuhan ini, “Jika kamu menjadi orang yang bersyukur maka akan Aku berikan lebih banyak lagi kepada kamu.” Demikian pula masih banyak lagi terdapat di beberapa tempat [dalam Alqur’an] Allah Ta’ala mengarahkan kita mengenai bahasan syukur bahwa bersyukur inilah yang merupakan tanda (ciri khas) orang-orang mu’min. Akan tetapi ghair mu’min (orang-orang yang tidak beriman) tidak mengenal rasa syukur. Di satu tempat Allah Ta’ala sambil menjelaskan karunia dan ihsan-Nya menyebut mengenai manusia yang tidak bersyukur,

 اِنَّ اللّٰہَ لَذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی النَّاسِ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا یَشۡکُرُوۡنَ

‘innallaha ladzuu fadhlin ‘alan naasi walaakinna aktsaran naasi laa yasykuruun’ – ”Sesungguhnya Allah Pemilik karunia bagi manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Surah Al-Baqarah, 2 : 244). Setelah menerima demikian banyak kebaikan dan karunia dari Allah Ta’ala yang berhak disyukuri akan tetapi manusia tidak menghiraukannya sedikitpun. Semata-mata karunia Allah Ta’ala bahwa Dia menyediakan bahan-bahan atau sarana-sarana bagi kemajuan rohani manusia dan juga menyediakan bahan-bahan kemajuan duniawi atau materi [bagi makhluk-Nya]. Jadi seorang mu’min apabila menyaksikan derasnya turun kedua macam karunia itu dari Allah Ta’ala maka ia sangat bersyukur lebih dari sebelumnya. Dan cara yang paling baik untuk mensyukuri karunia Allah Ta’ala adalah melakukan ibadah yang harus diingat setiap waktu oleh setiap orang mu’min. Bersujud kepada-Nya dan setiap mencapai hasil yang baik dalam suatu pekerjaan harus menghubungkan kepada Zat Allah Ta’ala, harus menisbahkan kepada fadhl (karunia)-Nya. Maka orang seperti itulah yang disebut orang mu’min hakiki. Dan dia inilah yang setiap memulai suatu pekerjaan selalu Bismillah menyebut nama Allah Ta’ala. Dan dia menganggap sifat Rahmaaniyyat dan Rahiimiyyat Allah Ta’ala inilah sebagai penyebab berhasilnya pekerjaan dia hingga sempurna. Apabila seorang mu’min telah mencapai pengertian seperti itu maka tidak ada jalan lain untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah Ta’ala sambil banyak memuji dan menyanjung-Nya selain dari jalan itu. Dan untuk menyampaikan puji dan sanjung terhadap Tuhan telah dijelaskan didalam Kitab Suci Alqurán. Bahwa didalam surah Alfatihah telah dijelaskan, apabila kalian memulai suatu pekerjaan sambil menyebut nama-Ku dan menyaksikan keagungan-Ku maka umumkanlah oleh kalian didalam salat lima waktu dan dalam  setiap rakaát salat kalian, didalam salat-salat nafal kalian begitu juga didalam duá-duá kalian yaitu, اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ‘alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin’ – “segala puji bagi Allah, Rabb sekalian Alam, Yang telah menyediakan semua sarana kehidupan bagiku.” Jadi seorang mu’min, seorang hamba yang bersyukur sejati terhadap setiap anugerah dan karunia Allah Ta’ala yang tengah nampak kepadanya sebagai natijah dari Rahmaaniyyat dan Rahiimiyyat-Nya, yang membuat dia semakin runduk kepada-Nya. Timbul pengertian didalam pikirannya tentang pujian yang sesungguhnya terhadap Allah Ta’ala. Sambil menjelaskan bahwa Allah Ta’ala menggunakan perkataan hamd bukan tsana, Hadhrat Masih Mauúd as bersabda,

“Allah Ta’ala telah mengawali Kitab-Nya dengan perkataan hamd bukan dengan syukr atau madah (tsanaa, pujian). Sebab, perkataan hamd telah mencakup kedua makna itu, dan hamd merupakan pengganti kedua perkataan itu. Namun dalam perkataan hamd itu terdapat kelebihan dari segi ishlaah (perbaikan, ketinggian), keindahan dan keserasian.” [3]

Jadi, apabila kita melakukan hamd kepada Allah Ta’ala, bukan sekedar ucapan rasa syukur sederhana, melainkan sebuah iqraar (pernyataan), “Pertama, dengan karunia-Nya, Allah Ta’ala telah menyediakan segala macam barang-barang keperluan hidup kita, kemudian kerja keras kita atau usaha apapun yang kita lakukan, dan sebatas apa pun yang kita lakukan dengan mengabulkan doa-doa kita Allah Ta’ala menganugerahkan hasilnya. Bukan hanya sekedar itu bahkan Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya sebagai bukti terkabulnya doa-doa kita. Lebih dari itu dimana terdapat kelemahan-kelemahan dalam usaha kita dan terdapat kekurangan dalam doa-doa kita, Allah Ta’ala sendiri memperbaikinya, kemudian Dia menganugerahkan hasil yang sangat baik, sangat bermutu dan sangat indah sekali kepada kita.” Jadi, pernyataan rasa syukur seorang hamba sejati Allah Ta’ala tidak seperti pernyataan rasa syukur manusia biasa. Bahkan dengan menyatakan hamd itu Allah Ta’ala menutupi kekurangan kita, menjauhkan kelemahan kita, Tuhan tidak hanya menutupi kekurangan dan memperbaikinya sendiri, bahkan, Dia memberikan standar hasil yang bermutu terhadap usaha-usaha kita. Begitu sangat baiknya hasil yang dianugerahkan itu sehingga tidak mungkin diperoleh hanya menggunakan kekuatan dan kemampuan kita tanpa bantuan dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Jadi, apabila manusia mengucapkan hamd terhadap Allah Ta’ala dengan pengertian seperti itu, maka Allah Ta’ala memberi khabar suka kepada hamba-Nya, bahwa setelah memahami betul pernyataan rasa syukur kepada-Ku, telah menjadi hamba-Ku yang bersyukur karena memperoleh hasil yang sangat baik, telah menisbahkan semua perolehan itu kepada-Ku, maka Aku menurunkan banyak anugerah kepada-nya. Pendeknya, pembahasan mengenai hamd terhadap Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada manusia untuk memahami semua Qudrat Allah Ta’ala dan semua Kekuasaan dan semua Sifat-sifat Allah Ta’ala secara mendalam. Yang mana kita perlu sekali memusatkan perhatian setiap saát terhadap semua hal itu.

Kemudian setelah menyatakan syukur kepada Allah Ta’ala, memuji-Nya dengan ucapan hamd (Alhamdulillaah), Allah Ta’ala telah menasihati kita untuk memusatkan perhatian agar menjadi hamba-Nya yang satu dengan yang lain saling bersyukur dan melewatkan hidup dalam kesyukuran adalah hak hamba-hamba (manusia). Setiap manusia yang telah berbuat sesuatu apapun untuk kita, maka merupakan haknya agar kita menyatakan rasa syukur kepadanya dan inilah bukti kelebihan orang yang disebut Ibaadur Rahman. Hadhrat Masih Mauúd as juga telah bersabda, “Tanpa memenuhi hak-hak sesama manusia maka hak-hak terhadap Allah Ta’ala tidak mungkin dapat dipenuhi dengan benar.” [4]

Dalam hal memberikan syukr (penghargaan, terima kasih) dan [membalas] ihsaan (kebaikan) orang, Hadhrat Nabi saw telah sampai ke martabat yang paling tinggi. Tidak ada manusia lain yang dapat mencapainya. Beliau bersabda, ‘Man lam yasykurin naasa lam yasykurillaah.’ – “Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia ia tidak dapat menyatakan rasa syukur terhadap Allah Ta’ala.” [5]

Beliau menyampaikan syukur (penghargaan dan terima kasih) tak terhingga (demikian tingginya) kepada siapa saja yang berbuat sekecil apa pun untuk beliau saw, atau seseorang berkhidmat kepada beliau. Semata-mata karena rasa syukur terhadap orang-orang Ansar Madinah, setelah Fatah Mekkah pun Rasulullah saw memutuskan untuk tinggal di Madinah dan beliau saw menyatakan Madinah sebagai ‘wathan tsaniyah’ negeri kedua beliau saw. Kehidupan sehari-hari beliau penuh dengan berbagai macam peristiwa sehingga orang-orang lain (para sahabat) menyaksikan pemandangan indahnya semangat pernyataan syukur beliau saw. Jadi, pernyataan rasa syukur beliau saw juga merupakan sebuah teladan yang sangat agung. Oleh sebab itu setiap orang mu’min hakiki harus mengikuti jejak langkah beliau itu. Setiap waktu harus selalu mengingat dan mengedepankannya. Sebagaimana telah saya katakan bahwa dengan karunia Allah Ta’ala, Jalsah Salanah UK telah berakhir dengan membawa banyak berkat dan kenangan manis yang sangat berharga, dimana kita sangat bersyukur kepada Allah Ta’ala, di sana kita juga bersyukur kepada para petugas yang telah menjalankan semua pekerjaan dan urusan [Jalsah] siang-malam dengan penuh semangat dedikasi. Beberapa panitia Jalsah menjalankan tugas mereka beberapa hari sebelum Jalsah berlangsung, mereka menjalankan wiqar-e-amal (kerja bakti) berjam-jam lamanya. Di Hadiqatul Mahdi mereka mendirikan ‘aarizhi syehr’ – “kota sementara” dan sampai sekarang wiqar-e-amal masih berlangsung untuk membongkar kembali bangunan-bangunan sementara lalu mengangkut barang-barang dari sana, membersihkan semua lokasi bekas Jalsah. Memang betul semua marki (tenda) dibuka dan dibereskan sendiri oleh para karyawan dari perusahaan bersangkutan (penyediaan tenda) namun pekerjaan lainnya juga banyak sekali macamnya, untuk itu memakan waktu sampai beberapa hari lamanya. Oleh sebab itu mereka ini mustahaq (patut, berhak) menerima ucapan syukur dan terimakasih dari kita semua.

Kita harus bersyukur dan terimakasih kepada para tamu yang mengikuti Jalsah juga, kepada para panitianya dan kepada seluruh bagian kepanitiaan Jalsah lainnya juga.

Mengenai tamu dari Luar Jemaat yang datang dari berbagai Negara, secara khusus mereka telah menyatakan terima kasih kepada saya bahwa mereka tidak menyangka [akan mendapat pelayanan sejauh itu]. Makanan, minuman, tempat tinggal yang nyaman, kemudahan transportasi dan apapun yang berkaitan dengan kemudahan-kemudahan mereka. Mereka semua tanpa kecuali telah menyampaikan pujian dan apresiasi yang mengesankan. Dan seperti pada tahun-tahun yang sudah lalu mereka menyatakan sangat terkesan atas segala yang telah mereka saksikan tentang orang-orang yang mempunyai kedudukan berbagai jenis tingkat kehidupan, dengan sangat senang hati dan dengan lapang dada disertai penampilan yang sangat baik melaksanakan tugas mereka.

Jalsah pada tahun ini terdapat perkara yang sangat menggembirakan juga yaitu, banyak orang yang mempunyai kemahiran dalam segi kekritisan, sedikit banyak jeli melihat hal-hal yang merupakan kekurangan dan kelemahan [dalam pelaksanaan Jalsah]. Bagaimanapun setiap pekerjaan tidak dapat dilaksanakan secara sempurna (perfection). Bagaimana pun ini hal yang baik, sektor-sektor dalam panitia Jalsah telah memperoleh bimbingan kearah perbaikan dalam pekerjaan mereka masing-masing. Saya tidak berkeberatan atas kebiasaan itu atau menilainya sebagai suatu kelemahan, sebagaimana saya katakan, penilaian seperti itu baik, dapat memberi suatu bimbingan kearah perbaikan dan kata ‘kebiasaan’ yang saya gunakan pun juga digunakan bahwa banyak orang yang melakukan kritikan sebagai adat kebiasaan yang dilemparkannya ke sana kemari. Kritikan sedikit banyak ada bagusnya. Adat kebiasaan mereka juga dapat memberi faedah kepada Panitia. Sebenarnya, saya telah mengatakan, pada tahun ini saya telah menerima surat-surat yang memberitahukan beberapa kelemahan disamping mereka menyampaikan juga pujian atas pelaksanaan dan pengaturan Jalsah. Mereka menulis, “Di beberapa sektor yang dalam batas tertentu dapat diupayakan perbaikan sudah nampak ada usaha kearah itu akan tetapi dikeluhkan adanya beberapa orang yang berjalan ke sana kemari dan melewatkan waktu dalam obrolan bersifat gosip.” Disamping itu dia menulis, “Pada tahun ini para peserta Jalsah nampak serius dalam menyimak dan mengikuti program-program Jalsah, mereka mendengarkan ceramah-ceramah dengan tekun. Demikian juga nampak penuh perhatian terhadap ibadah, zikir dan memanjatkan doa-doa juga.” Oleh sebab itu, kepada para peserta Jalsah juga patut disampaikan rasa syukur dan terima kasih kita karena mereka telah berusaha penuh untuk menyempurnakan maksud dan tujuan mereka datang menghadiri Jalsah ini. Dan demikianlah maksud Jalsah seperti yang telah saya sampaikan dan memang mereka harus berlaku demikian. Semoga Allah Ta’ala membuat perubahan yang nampak pada para peserta Jalsah berlaku untuk selamanya.

Orang-orang Ahmadi yang tinggal di berbagai Negara di dunia pada umumnya menunggu waktunya Jalsah UK dan penuh perhatian menyaksikan dan mendengarkan setiap acara Jalsah dan para Ahmadi terutama yang menunggu tiba waktunya Jalsah UK dan juga Jalsah di Jerman. Untuk menyaksikan dan mendengarkan Jalsah, dengan karunia Allah Ta’ala telah menjadi mudah melalui siaran MTA. Kalau tidak ada siaran MTA Jemaat di Pakistan akan merasa mahrum (kehilangan) yang sangat dalam terhadap Jalsah Salanah sebab sudah lama Jalsah Salanah tidak dapat  dilaksanakan di sana. Sesungguhnya, tatkala melalui MTA, siaran-siaran Jalsah dapat disaksikan atau didengarkan, maka MTA menerima kiriman surat-surat dan email berisi ucapan terima-kasih dan pujian dari berbagai Negara. Para pengurus MTA memberitahukan,”Surat-surat yang diterima begitu banyak jumlahnya dan setiap tahun datangnya namun pada tahun ini jumlahnya bertambah sehingga tidak mungkin untuk menjawab semuanya.” Sesungguhnya, semua penyampaian rasa terimakasih ini merupakan penghargaan kepada usaha dan karya para petugas MTA. Selain kiriman penghargaan kepada MTA, kepada saya pun banyak sekali orang yang mengirimkan surat berisi ucapan ‘mubarak’ – “selamat” dan ‘syukriyah’ – “terima kasih” yang di dalamnya juga menyebut-nyebut tentang para petugas MTA juga, “Mohon disampaikan salam dan ucapan terima kasih kami kepada MTA.” Masya Allah pekerja yang berkhidmat di MTA sebagian besar secara sukarela. Hal itu mereka lakukan sudah bertahun-tahun lamanya dengan semangat yang tidak pernah luntur. Mereka semua patut menerima ucapan syukriyah’ – “terima kasih”. Saya atas nama Jemaat dan atas nama pribadi mengucapkan terima kasih kepada mereka.

Orang-orang yang bekerja untuk MTA Internasional di UK ini dan selain itu juga di banyak negara lain di dunia juga bekerja secara sukarela (volunteers). Kepada mereka juga saya mengucapkan banyak terima-kasih. Selain itu, kepada para pengelola website Jemaat yang bernama alislam.org yang telah menampilkan program-program Jalsah dan berkarya cukup banyak. Dalam website ini juga tak terhitung Ahmadi yang bekerja secara sukarela, mereka mengorbankan waktu berjam-jam lamanya untuk itu. Diselenggarakan dari Amerika dibawah tanggungjawab Dr Naseem Rahmatullah. Beliau melaporkan, “Pada tahun ini begitu banyak jumlah orang-orang yang menggunakan website ini sehingga mereka-pun sangat terkesan atas baiknya penyelenggaraan website ini, namun banyak juga pesan-pesan kritik yang membangun agar website ini ditingkatkan lagi mutunya.” Memang mulanya hal itu untuk memenuhi keperluan yang terbatas, namun mulai tahun ini telah diperluas lagi pengelolaannya. Para pengelola alislam.org tidak usah berkecil hati bahkan harus semakin giat berusaha untuk meningkatkan mutu yang lebih baik agar semakin banyak orang-orang yang mengambil faedah daripadanya.

Pada Jalsah tahun ini banyak sekali dikhawatirkan mengenai Security (keamanan), namun semata-mata karunia Allah Ta’ala bahwa Dia telah menjauhkan semua kekhawatiran itu. Dan kekhawatiran itu timbul bukan hanya berupa khayaali fikr (pikiran dan perasaan kekhawatiran yang dibuat-buat), atau bukan takut dan gentar karena telah terjadi peristiwa di Pakistan, melainkan kekhawatiran yang sungguh-sungguh. Dan telah terjadi juga sebuah peristiwa, sebagaimana para saksi memberitahukan bahwa ada orang yang dicurigai telah berniat jahat, dengan tangkas para petugas Security telah menangkap dan mengamankannya dan dengan karunia Allah Ta’ala kita terjaga dari kejahatan. Oleh sebab itu mereka yang bertugas dalam Bidang Security (Keamanan) yang telah meningkatkan kewaspadaan dan kerja keras mereka secara khusus pada Jalsah tahun ini, patut mendapat ucapan ‘syukriyah’ – “terima kasih” dari kita semua. Banyak sekali dari antara para petugas Security mungkin dengan kesulitan hanya dua atau tiga jam saja mendapat waktu istirahat setelah bekerja keras secara terus-menerus sepanjang hari dan malam. Sektor hifaazhat (penjagaan) dan khidmat khalq pun telah melaksanakan tugas yang sangat baik sebagaimana sebelumnya pun telah saya jelaskan. Namun telah terjadi dua kali peristiwa yang bersangkutan dengan petugas penjagaan dan khidmat khalq, disebabkan ghalath fahmi (salah paham) telah mengakibatkan orang-orang telah mendapat kesusahan. Sebagaimana telah saya sampaikan, disebabkan salah paham telah mengakibatkan satu dua keluarga telah mengalami kesusahan, oleh sebab itu kami minta maaf kepada mereka. Sebenarnya disebabkan pressure (tekanan) keadaan para petugas bekerja dan mereka juga tidak mendapat waktu cukup untuk istirahat. Dalam keadaan demikian dapat terjadi perkara yang biasa oleh sebab itu permintaan saya adalah maafkanlah petugas itu, hendaknya perkara itu tidak membuat mereka memendam perasaan tidak enak kepada petugas itu. Sebenarnya, para petugas [penjagaan dan khidmat khalq] itu telah melaksanakan tugas-tugas yang sangat luar biasa cermat dan waspada, dan bekerja sambil melemparkan pandangan mata kesana-kemari untuk menjaga keselamatan semua. Dan mereka telah menjalankan tugas jauh lebih baik di luar batas perkiraan saya. Khuddam yang menjalankan tugas dalam Jalsah UK ini diantara mereka ada yang menjalankan tugas itu secara tetap. Bukan hanya untuk selama beberapa hari Jalsah saja bahkan mereka sejak 26 tahun yang lalu menjalankan tugas seperti ini. Dengan ini saya ingin menyatakan terimakasih kepada mereka. Terutama mereka yang bertugas di Masjid Al-Fadhl London (the Fazl Mosque, London) yang menjalankan tugas mereka dengan semangat 24 jam setiap hari. Mereka meninggalkan pekerjaan sendiri kemudian menjalankan tugas disini, terutama yang di sekitar Masjid Al-Fadhl, semoga Allah Ta’ala melimpahkan balasan terbaik kepada mereka.

Pada waktu ini sehubungan dengan soal penjagaan (berjaga, keamanan) telah disaksikan banyak sekali pelaksanaan tanggung jawab yang menakjubkan. Seorang anggota pengurus Lajnah Imaillah telah menulis kepada saya, ketika ia bersama teman-temannya pergi kearah sebuah Market (Pasar) pada waktu itu hujan pun sedang turun, kami pikir tidak akan ada pemeriksaan. Tatkala sedang keluar [dari tempat Jalsah], seorang Khadim [petugas pemeriksa pintu masuk-keluar tempat Jalsah mencegah sambil] berkata, “Kami harus melakukan pemeriksaan tas anda!” Para pengurus Lajnah itu berkata, “Kami berkata banyak kepadanya bahwa kami sedang cepat-cepat dan dalam menjalankan tugas.” Dia [khadim] berkata, “Tanpa pemeriksaan tas dan lain-lain bawaan anda, saya tidak akan memberi anda izin keluar dari sini.” Dia (LI) berkata, “Kami bertanya kepada khadim itu, siapa yang mengatakan kepada anda agar mengadakan pemeriksaan seperti ini?” Maksudnya, adakah secara terpisah adanya petunjuk khusus mengenainya. Dia menjawab dengan tenang dengan merujuk kepada saya (Hudhur atba), “Di dalam khotbah, Hudhur telah memerintahkan kepada para petugas keamanan untuk memeriksa setiap orang yang keluar dari sini. Oleh sebab itu cukuplah perintah Hudhur ini bagi saya, tanpa pemeriksaan tas saya tidak akan memberi izin keluar dari sini baik pun officer [atasan panitia] mengatakan hal ini atau tidak” Demikianlah semangat para Petugas dalam menjalankan kewajiban mereka. Dengan adanya kejadian ini, saya teringat kepada sebuah peristiwa. Suatu waktu di Qadian pada masa Hadhrat Khalifatul Masih II ra disebutkan, ketika orang-orang Ahrar bermaksud melakukan kejahatan dan keadaan sangat berbahaya. Beliau ra secara khusus telah menugaskan beberapa orang untuk menjaga Bahisyti Maqbarah [Pekuburan untuk Para Musi/Musiah]. Setiap orang diberi tahu sebuah code tertentu yang tanpa menggunakan code ini siapapun tidak boleh diizinkan masuk. Pada suatu malam Hadhrat Khalifatul Masih ats-Tsaani radhiyallahu ‘anhu pergi sendirian ke sana untuk mengadakan checking (memeriksa keadaan). Para petugas menghentikan beliau sambil menyebut nama-nama mereka. Salah seorang berkata, “Hudhur, saya mengenal betul Hudhur. Akan tetapi Hudhur telah memerintahkan kami, tanpa kode siapapun tidak boleh diizinkan masuk ke sini. Oleh karena itu Hudhur tidak boleh pergi.” Dengan kejadian ini Hadhrat Khalifah Tsani ra sangat memujinya. Jika seorang petugas dapat menahan [melarang] Khalifa-e-Waqt atas petunjuk dari Khalifa-e-Waqt itu sendiri, maka untuk menghentikan seorang anggota Pengurus tidak perlu dipermasalahkan.

Ada beberapa sektor pengaturan baru yang salah perencanaan dan dalam perencanaan ada kekurangan. Dan jika terdapat kekurangan-kekurangan didalam suatu perkiraan, sudah dianggap biasa. Di pintu masuk (Gate) menuju Jalsah Gah dikarenakan scanner (alat untuk pengecekan identitas) masih terbatas [jumlahnya] sehingga bagian kaum perempuan terpaksa harus lama menunggu, yang tentang ini telah saya sampaikan dalam khotbah yang lalu. Beberapa panitia wanita telah menulis kepada saya, “Disebabkan kepadatan dan panjangnya antrian [lama menunggu], kaum perempuan beserta anak-anak mereka harus menunggu di tempat berteduh yang kurang sampai dua hingga dua setengah jam lamanya di bawah terik matahari. Akan tetapi para wanita beserta anak-anak mereka dengan sabar dan tenang menunggu giliran, tanpa memperlihatkan kemarahan. Anak-anak merasakan susah namun mereka (kaum perempuan) tetap menunjukkan kesabaran tanpa memberikan kesan apa-apa terhadap anak-anak mereka.” Seorang wanita anggota panitia Jalsah menulis, “Menyaksikan keadaan kaum ibu dan anak-anak mereka yang demikian membuat saya sempat menangis. Melihat anak-anak dalam kesulitan, melihat kaum ibu Ahmadi itu dan anak-anak itu yang datang untuk menyimak [acara] Jalsah. Dan oleh karena itulah para wanita itu memperlihatkan kesabaran dan harapan tinggi karena kedatangan mereka kesini untuk maksud dan tujuan agama. Sesungguhnya, beberapa orang petugas Jalsah dari kalangan wanita (LI) sempat mencucurkan air mata mereka menyaksikan keadaan seperti itu, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Sebab, mereka tengah menjalankan tugas masing-masing. Selanjutnya telah diatur lebih baik sedemikian rupa dan apa-apa yang terjadi pada hari pertama (Jum’at) tidak terjadi pada hari selanjutnya (Sabtu dan Ahad). Pada hari Jum’at sangat sibuk dimana para pengurus secara khusus turun tangan untuk membantu meringankan beban perasaan kaum wanita yang memiliki anak-anak kecil itu dan juga menyampaikan penghargaan kepada mereka. Dalam hal ini para wanita Ahmadi itu juga telah memberikan pemandangan penuh kesabaran mereka. Sebab jika di kalangan kaum perempuan sedikit saja tidak menunjukkan kesabaran, maka dapat dipastikan pengatuan masuk, semua pengaturan, situasi pada waktu itu akan mengalami ketidakberesan.” Keberhasilan tersebut dapat dilaksanakan karena adanya kerja sama dari para peserta Jalsah semua. Atas hal itu, telah berjalan mazhmun (topik) tentang hamd (puji syukur) kepada Allah Ta’ala. Sebab Dialah yang telah menanamkan hal itu semua didalam kalbu hamba-hamba-Nya, bahwa kalian mempersembahkan pengorbanan demi Jemaat. Para tamu non Jemaat secara istimewa telah mencatat hal ini, bahwa ketenangan sempurna dari sebuah antrian [dalam Jalsah padahal yang hadir puluhan ribu orang] yang mana keadaan seperti ini ajaib (mengherankan mereka).

Demikian juga dalam sektor lainnya nampak jelas adanya pertolongan khusus dari Allah Ta’ala. Sektor transportasi pada tahun yang lalu pengaturannya baik. Namun, pada tahun ini lebih baik lagi. Bagian Langgar Khana, penyediaan makanan dan pengaturan serta pelayanan bidang makanan sangat baik dan teratur sekali. Begitu juga sektor-sektor lainnya semua patut mendapat ucapan syukur dan terima kasih. Semoga Allah Ta’ala menambahkan keimanan dan keikhlasan mereka. [Aamiin]

Jalsah, polisi juga telah menanggapi pelaksanaan dan pengaturan Jalsah Salanah dengan mengatakan, “Semua pekerjaan dilakukan dalam ketenangan yang luar biasa dan semuanya dapat menjadi contoh bagi kami.” Sebuah Jawatan Pemerintah Health and Safety pada tahun lalu berdasarkan undang-undang telah menerapkan suatu peraturan terhadap Jemaat. Pada tahun ini bukan hanya semua kelemahan telah dapat diatasi, bahkan Jawatan Pemerintah itu mengomentari pengaturan [Jalsah], ”Pelaksanaan semua pekerjaan anda [Jemaat] dapat menjadi teladan bagi yang lain, kumpulan laporan yang dibuat oleh kami ini akan dicetak untuk diberikan kepada organisasi lain sebagai contoh untuk diamalkan.”

Jadi, hal itu semua semata-mata karunia Allah Ta’ala, bukan usaha kita sendiri, segala macam orang yang berkaitan [dengan Jalsah] telah memberi perhatian penuh kepada kita. Maka semua pandangan mata kita, semua pikiran kita selalu tertuju kepada Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa. Dan memang harus demikian. Dan kita memuji dan menyanjung Allah Ta’ala yang telah menurunkan banyak karunia-Nya kepada kita semua dan juga Dia selalu menutupi kekurangan-kekurangan kita. Dan Dia telah menciptakan hasil-hasil yang lebih baik bagi kita. Dan Dia telah meleburkan rencana-rencana musuh-musuh Jemaat. Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala yang dengan tangan-Nya yang istimewa dan pertolongan-Nya, dan telah memberi taufik kepada setiap petugas [Jalsah] di semua sektor untuk melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik sekali. Sebagaimana telah saya katakan, semua orang yang telah mengambil bagian dan orang-orang yang menyaksikan melalui MTA juga telah menyaksikan hujan karunia dari Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala dengan karunia-Nya kepada kita selalu membuat kita terus berjalan maju. Dan apa saja kebaikan yang diharapkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dari kita, semoga kita semua senantiasa berusaha menyempurnakannya. [aamiin]

Beliau as bersabda, “Kemajuan dan perubahan apapun yang terdapat didalam Jemaat kita selamanya tidak terdapat di dalam golongan manapun diatas dunia ini.”

Kita terus melangkah ke depan dalam hal kemajuan dan perubahan-perubahan yang berarti, Insya Allah Ta’ala dan kita akan menjadi orang-orang yang selalu memuji Allah Ta’ala, agar karunia-Nya turun kepada kita lebih banyak dari sebelumnya. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita semua. Aamiin

Saat ini ada kabar duka. Yang terhormat tuan Mustafa Tsabit Ahmadi kita asal Mesir kemarin telah wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun. Shalat jenazah untuk beliau insya Allah kemungkinan besar akan dilaksanakan pada hari Senin. Beliau lahir di Mesir pada bulan Februari tahun 1936. Jadi, umur beliau sekitar 74 tahun. Dengan karunia Allah Ta’ala, beliau seorang Musi. Sejak tahun 1971 beliau tinggal di Kanada. Beliau baiat pada tahun 1955. Bagaimana beliau telah baiat masuk Jemaat ceritanya panjang sekali, dan kisah tentang baiat beliau itu telah dimuat dalam mingguan Al Fazl Internasional yang ditulis oleh Tahir Nadim, seorang Ahmadi bangsa Arab. Istri beliau sebelumnya sudah wafat. Beliau meninggalkan dua orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki. Beliau bekerja di berbagai oil company (perusahaan minyak). Beliau juga mendapat tugas di Jemaat. Berkhidmat di Kanada sebagai Sekretaris Tabligh Nasional dan di sini sejak tahun 1985 tahun selalu menjadi chairman (ketua) dari international comitte (internasional). Beliau memiliki semangat yang tinggi untuk berkhidmat terhadap Jemaat. Selalu menyiapkan kaset audio [bahan tabligh] untuk bangsa Arab. Beliau telah mengumpulkan banyak sekali bahan-bahan untuk siaran MTA. Beliau juga telah menyelesaikan banyak program. Sangat terkemuka dalam setiap pengorbanan harta. Beliau telah mempersembahkan untuk Jemaat bagian besar dari harta beliau. Pada suatu ketika Hadhrat Khalifatul Masih ar-Raabi’ (IV) rahimahullahu ta’ala ‘anhu bersabda, “Tuan Mustafa Sabit pada suatu waktu menyerahkan 70% dari penghasilannya.” Seorang pengorban harta yang banyak. Beliau juga telah menyumbangkan harta cukup banyak untuk Printing Press (percetakan, penerbitan) di Markaz dan di Mesir pada ‘Darut Tabligh’ – “Bagian Tabligh”. Beliau telah menulis beberapa buku. Buku berbahasa Arab ‘Muhakkimah al-Fikri’ adalah karya beliau. Buku karya beliau yang lain yaitu ‘Ajwibah ‘anil Iimaan’ (Tanggapan perihal Keimanan), ‘al-Islam ad-Diin al-Hayy’ (Islam agama yang Hidup), ‘Mu’jizah al-Falakiyah’ (Mukjizat Astronomi), ‘as-Sirah al-Muthahharah’ (Peri Kehidupan yang Disucikan), ‘Dalaa-il Shidqil Anbiyaa-i’ (Dalil-dalil Kebenaran Semua Nabi) dan juga menerjemahkan sejumlah buku Jemaat ke dalam Bahasa Arab seperti karya Sir Choudhri Muhammad Zafrullah Khan berjudul ‘Nuruddin’ berisi tentang riwayat hidup Hadhrat Khalifatul Masih Awwal, Hakim Nuruddin ra; buku Hadhrat Khalifatul Masih IV rha, ‘Revelation, Rationality, Knowledge and Truth’ [‘al-Wahyu, al-Aqlaaniyatu, al-Ma’rifatu wal Haqq’]. Beliau pernah datang kepada saya pada tahun 2003 sambil membawa volume pertama terjemahan yang terkomputerisasi dari lima volume [terjemah dan tafsir Alquran dalam bahasa Inggris ‘The Holy Quran’ dengan nama ‘at-Tafsir al-Wasiith’] dan pada waktu itu beliau telah cukup sakit sambil berkata, “Semoga saya mendapat taufik agar menyempurnakan terjemahannya serta menerbitkannya.” Allah Ta’ala dengan karunia-Nya memberikannya taufik sehingga dalam 4-5 bulan dapat menerbitkannya. Beliau juga menerjemahkan ‘Pengantar Tafsir Alquran’ [karya Hudhur II ra] bersama dengan teman-teman beliau lainnya. Beliau sangat mahir menyampaikan pidato dalam Jalsa Salanah. Beliau ambil bagian dalam setiap gerakan yang diprogramkan Jemaat. Untuk pertama kali saya berjumpa dengan tuan Mustafa Sabit pada tahun 1984 di Ghana. Hadhrat Khalifatul Masih lV rha mengirim beliau ke Ghana pada tahun itu. Pada waktu itu orang-orang non Ahmadi di Ghana mengira bahwa orang-orang Arab Muslim tidak ada yang menjadi Ahmadi sehingga Hadhrat Khalifatul Masih lV rha mengirim beliau ke Ghana sambil bersabda, “Pergilah! Kaum Muslimin di sana terkesan dengan bangsa Arab sampaikanlah tabligh Ahmadiyah kepada mereka!” Dengan karunia Allah Ta’ala, di sana saya berjumpa dalam beberapa kesempatan dan setelah itu pada tahun 1984 ketika Hadhrat Khalifatul Masih lV rha hijrah (ke London) beliau juga datang ke sini dan berkhidmat di bagian Penerbitan dan Pernaskahan. Dengan adanya sedikit cobaan yang terpaksa beliau alami tetapi dengan karunia Tuhan, beliau memperlihatkan keikhlasan dan kesetiaan. Allah Ta’ala kemudian menganugerahkan balasan yang besar kepada beliau. Tujuh atau delapan bulan sebelum sekarang, beliau telah jatuh sakit untuk beberapa bulan lamanya dan menulis surat kepada saya (Hudhur) “Saya ingin datang ke tempat Hudhur (London). Seberapa pun waktu yang ada, saya ingin menghabiskan umur dekat dengan Hudhur.” Saya lalu membalas, “Datanglah kemari dan tinggallah di sini!” Tempat tinggal beliau di sebuah Guest House dan hari ketika beliau datang (ke London dari luar Inggris) masih dalam kondisi sakit maka tatkala mengetahuinya saya hendak menjenguknya. Beliau segera saja entah bagaimana mengetahui hal ini bahwa saya akan mendatanginya. Dengan segera, beliau keluar dari kamar dan menemui saya di kantor saya. Saya bertanya kepadanya, “Saya sendiri yang akan datang ke tempat tuan.” Beliau menjawab, “Tidak. Tidak bisa demikian. Saya sendiri yang datang. Saya datang untuk bertemu tuan kemari.” Demikianlah keadaan beliau. Beberapa hari sebelum ini, sakitnya bertambah parah sehingga harus masuk ke rumah sakit dan sakitnya pun bertambah yang membuat beliau wafat. Beliau memegang peranan penting dalam program berbahasa Arab di MTA ‘Al-Hiwar Al-Mubasyar’ – ‘Dialog Langsung’ beliau menunaikan tugas dengan benar sebagai pelayan sejati dari Hadhrat Masih Mau’ud as yang bertugas mematahkan salib. Beliau sangat menguasai ilmu soal Bibel sehingga para pendeta besar menghormatinya. Beliau bertahan dengan penuh sabar menghadapi penyakit kanker dan selama belum memuncak sakitnya, beliau senantiasa sedang berkhidmat dan tidak memperlihatkan kepada kawan-kawan bagaimana kerasnya sakit yang sedang dideritanya. Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat-derajat beliau. Aamiin. Insya Allah Ta’ala seperti telah saya sampaikan bahwa kemungkinan besar kita akan melaksanakan shalat jenazah ghaib untuk almarhum hari Senin karena pada hari itu putra dan putri almarhum akan datang ke sini (London).

Alihbahasa oleh Mln. Hasan Basri, Shd

Khotbah ke-II

اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ‑ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ‑ عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ‑ أُذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

AlhamduliLlâhi nahmaduHû wa nasta’înuHû wa nastaghfiruHû wa nu-minu biHî wa natawakkalu ‘alayHi wa na’ûdzubiLlâhi min syurûri anfusinâ wa min sayyi-âti a-’mâlinâ may-yahdihil-Lâhu fa lâ mudhilla lahû, wa may-Yudhlilhû fa lâ hâdiya lah – wa nasyhadu al-lâ ilâha illal-Lôhohu wa nasyhadu annâ muhammadan ‘abduhû wa rosûluHû – ‘ibâdal-Lôh! Rohimakumul-Lôh! Innal-Lôha ya-muru bil‘adli wal-ihsâni wa iytâ-i dzil-qurbâ wa yanhâ ‘anil-fahsyâ-i wal-munkari wal-baghyi ya’idzukum la’allakum tadzakkarûn – udzkurul-Lôha yadzkurkum wad’ûHu Yastajiblakum wa ladzikrul-Lôhi akbar.

“Segala puji bagi Allah Ta’ala. Kami memuji-Nya dan meminta pertolongan pada-Nya dan kami memohon ampun kepada-Nya dan kami beriman kepada-Nya dan kami bertawakal kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari kejahatan-kejahatan nafsu-nafsu kami dan dari amalan kami yang jahat. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang dinyatakan sesat oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Dan kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Ta’ala dan kami bersaksi bahwa Muhammadsaw. itu adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai hamba-hamba Allah Ta’ala! Semoga Allah Ta’ala mengasihi kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala menyuruh supaya kalian berlaku adil dan ihsan (berbuat baik kepada manusia) dan îtâ-i dzil qurbâ (memenuhi hak kerabat dekat). Dan Dia melarang kalian berbuat fahsyâ (kejahatan yang berhubungan dengan dirimu) dan munkar (kejahatan yang berhubungan dengan masyarakat) dan dari baghyi (pemberontakan terhadap pemerintah). Dia memberi nasehat supaya kalian mengingat-Nya. Ingatlah Allah Ta’ala, maka Dia akan mengingat kalian. Berdo’alah kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan do’a kalian dan mengingat Allah Ta’ala (dzikir) itu lebih besar (pahalanya).”

 

[1] Semoga Allah yang Mahaluhur menolongnya dengan kekuatan-Nya yang agung

[2] Baraahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain, jilid 1, halaman 421-422, catatan kaki nomor 11

[3] Karaamatush Shaadiqiin, Ruhani Khazain, jilid 7, h. 107, tarjemahan dari bagian bahasa Arab karya Hadhrat Masih Mau’ud as jilid I h. 76

[4] Malfuzhaat jilid 4 halaman 216, edisi baru

[5] Sunan at-Tirmidzi Kitab al-birri wa ash-shilah baab maa jaa-a fisy syukri liman ahsana ilaika, hadits ini juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad. [Hadits lengkapnya,عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ ‏”‏ “Dari Abu Sa’id berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Man lam yasykurin naasa lam yasykurillaah.’ Pada bab yang sama juga terdapat riwayat عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ مَنْ لاَ يَشْكُرِ النَّاسَ لاَ يَشْكُرِ اللَّهَ ‏”‏ ‏.‏  “Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Man laa yasykurin naasa laa yasykurillaah.’ – Redaksi]

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.