Ikhtisar Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Khalifatul Masih al-khaamis
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (ayyadahullahu ta’ala bi nashrihil ‘aziz, aba) tanggal 28 Juni 2013
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلٰهَ إلا اللّٰهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فأعوذ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
Hadhrat Khalifatul Masih menyampaikan khotbah Jumat beliau dari Jerman. Beliau bersabda bahwa dengan karunia Allah hari ini Jerman Jalsah Salanah dimulai yang akan berlangsung selama tiga hari. Hari ini Jalsah Salanah juga mulai di beberapa negara lain, terutama Amerika Serikat dan Kababir (Haifa, Israel), dan amir dari negara-negara tersebut berharap Jalsah mereka disebutkan. Karena perbedaan waktu, waktu Shalat Jumat di Amerika Serikat dan Kababir tidak sama dengan Jerman, namun pidato penutupan [oleh Hudhur] pada hari ketiga Jalsa akan sesuai dengan selesainya Jalsah di Amerika Serikat dan mereka akan bergabung dalam pidato penutupan dan doa di akhir.
Jalsah Salanah dari berbagai negara jatuh pada tanggal yang sama memiliki keuntungan bahwa orang-orang yang berkumpul untuk Jalsah (dapat) bergabung dalam pada khotbah Jumat Live dan dengan cara ini pesan khotbah mencapai banyak pendengar. Walaupun sebagian besar anggota Jemaat mendengarkan siaran Live Jalsah Salanah ini tapi menurut perkiraan Hadhrat Khalifatul Masih bahwa banyak sekali yang tidak mendengarnya. Meskipun orang-orang di negara lain yang berkumpul untuk Jalsah Salanah berada di zona waktu yang berbeda perhatian mereka akan tertarik pada khotbah Jumat.
Khotbah Jumat hari ini adalah pengingat tentang tujuan Jalsah Salanah sebagaimana yang dimaksudkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam pengingat diperlukan supaya perhatian khusus selama hari-hari Jalsah dipertahankan dan hal-hal yang disampaikan selama Jalsah juga diikuti setelahnya. Hal ini tergantung pada perhatian dan konsentrasi masing-masing. Dewasa ini orang tertarik dengan hal-hal duniawi, dan ibadah fardhu dan nafal dan pekerjaan-pekerjaan lainnya agak diabaikan.
Banyak orang yang menulis surat setelah Jalsah mengenai perubahan besar yang mereka rasakan dalam diri mereka dan mengatakan bahwa mereka merasa seolah-olah mereka berada di dunia yang berbeda selama tiga hari Jalsah dan dipengaruhi oleh suasana kerohanian dari tiga hari tersebut. Mereka memohon doa supaya kondisi ini tetap bertahan.
Memang, hari-hari Jalsah memiliki efek seperti itu dan orang-orang mendapatkan pengaruh sesuai dengan kondisi keimanan masing-masing. Sebagian melupakan janji-janji yang mereka buat kepada Allah selama Jalsah, segera setelah itu. sebagian lupa setelah beberapa hari dan yang lainnya setelah beberapa minggu. Banyak yang mempertahankan pengaruhnya selama beberapa bulan. Ini adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ada beberapa yang pengaruh suasana suci Jalsa tetap bertahan padanya selama bertahun-tahun. Namun, karena mayoritas melupakannya dalam waktu singkat, Allah telah memerintahkan untuk mengingatkan.
Memulai Jalsah Salanah adalah kebaikan yang sangat besar dari Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam pada kita. Ini memberi kita kesempatan untuk ishlah bersama-sama dan kesempatan untuk meraih hidangan rohani serta kesempatan untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawab kita. Khotbah hari ini didasarkan pada tujuan Jalsah Salanah berdasarkan sabda-sabda dari Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda bahwa hati harus ditarik kepada akhirat dan rasa takut kepada Allah harus ditanamkan. Orang harus menjadi contoh kezuhudan, ketakwaan, kasih sayang, kesederhanaan, kelembutan dan saling menyintai. Kerendahan hati dan kejujuran harus ditanamkan, dan ketekunan untuk urusan agama harus ditumbuhkan.
Hadhrat Khalifatul Masih bersabda, beberapa kata dari Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam ini pada kenyataannya memberikan Ahmadi sejati pedoman untuk menjalami kehidupannya. Seandainya pun kita hanya merenungkan kata ‘zuhud’ kata itu mengandung nasehat yang sangat besar yang dengan mematuhinya membasmi segala keburukan. Ini menghentikan berkembangnya emosi yang salah dan sebagai akibatnya pintu semua keinginan buruk tertutup. Memang, orang tidak bisa sepenuhnya memutuskan diri dari dunia, namun, keinginan buruk dan tidak benar terhadap dunialah yang harus dia hindari dan menjaga dirinya dari itu. Sebaliknya, tentu saja kita tidak bersyukur kepada Tuhan jika tidak memanfaatkan karunia dunia-Nya yang berlimpah.
Hadis meriwayatkan bahwa suatu kali para sahabat mengatakan bahwa mereka akan terus berpuasa, tidak akan menikah dan tidak mendekati wanita. Menanggapi hal itu Hadhrat Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka bahwa beliau berpuasa, mendirikan Salat, tidur, melakukan pekerjaan rumah tangga dan telah menikahi perempuan dan siapa pun melakukan yang bertentangan dengan apa yang beliau lakukan bukanlah dari kalangan beliau. Beliau bersabda, beliau takut kepada Allah lebih dari para sahabat dan menjaga keinginan beliau sesuai dengan kehendak Allah.[1]
Zuhud sejati berarti bahwa pandangan seseorang tidak hanya terarah pada keinginan duniawi semata, dan dia menggunakan hal-hal duniawi tanpa berlebih-lebihan. Namun, jika ada yang tertarik pada semua kesenangan yang ditawarkan dunia Barat, maka datang ke Jalsah Salanah adalah sia-sia dan juga tidak ada gunanya Bai’at kepada Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Zuhud menanamkan pengetahuan ruh hakiki ketakwaan. sebenarnya, Taqwa berarti bahwa seseorang berhati-hati untuk tidak melakukan sesuatu yang akan menyebabkan Tuhan marah seperti seseorang berhati-hati untuk tidak mengecewakan kekasih atau temannya. Hal ini terjadi ketika kecintaan kepada Tuhan lebih besar daripada semua cinta lainnya dan ini pada gilirannya menjadi mungkin ketika seseorang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan dan memiliki makrifat ruhani tentang Dia.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam telah memberikan banyak nasihat tentang pencapaian standar ketakwaan ini. Beliau bersabda bahwa nasehat sangat penting bagi kesejahteraan Jemaat dan Tuhan tidak senang dengan apapun selain ketakwaan. Allah menyatakan: إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ ‘Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik. “(16:129)
Nasehat sering diberikan dan secara terus-menerus untuk memastikan bahwa ketika setelah Bai’at kita mengumumkan bahwa kita akan berusaha meraih keridhaan Allah dan akan berusaha dan mengikuti perintah-perintah-Nya, kita mengikutinya dengan amalan karena tanpa amal, pernyataan hanyalah kata-kata belaka. Ayat yang disebut diatas menguraikan tentang Taqwa, dimana ayat tersebut menyatakan bahwa orang yang berbuat baik memiliki ketakwaan. Artinya, mereka yang baik kepada orang lain dan yang memiliki pengetahuan dan pengetahuan mereka membuat mereka menjalankan ketakwaan. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam pertama menarik perhatian kita kepada zuhud dan kemudian kepada takwa dan memberi contoh dari Firman Allah yang menyatakan bahwa korbankanlah keinginan kalan sendiri untuk kepentingan orang lain.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda bahwa sangat penting bagi Jemaat beliau untuk menanamkan ketakwaan karena mereka mengikuti orang yang telah mendakwakan diri telah diutus oleh Tuhan. Dengan demikian, beliau bersabda bahwa Bai’at kepada beliau bukanlah masalah kecil karena beliau telah mendakwakan diri dari Tuhan. Beliau bersabda perbaikan manusia akan terjadi melalui beliau begitu juga pengenalan akan Tuhan dan hubungan dengan-Nya. Ini pada gilirannya akan menimbulkan standar tinggi akhlak yang diperintahkan oleh Alquran.
Untuk memenuhi hak-hak hamba seseorang harus meninggalkan segala macam kebencian dan kedengkian dan menjadikan hatinya sebagai bersih dan cemerlang seperti cermin, bebas dari segala jenis syirik (menyekutukan Allah). Kecenderungan pada dunia menjadikan orang jauh dari Tuhan. Oleh karena itu kecuali dia menghindarinya dia tidak akan berhak menyatakan sebagai orang yang telah Bai’at, dan hal ini tidak mungkin tanpa ketakwaan.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam menasehatkan dengan kata-kata yang sangat keras bahwa Allah Rahiim dan Karim (Maha Pengasih dan Maha Mulia), tetapi Dia juga Qahhaar dan Muntaqiim (Maha Perkasa dan Penghukum). Ketika Dia melihat bahwa sebuah Jemaat membuat pendakwaan besar tetapi tidak mengikutinya dengan amalan, ini mendatangkan kemurkaan-Nya.
Hadhrat Khalifatul Masih bersabda semoga kita tidak pernah merasakan kemurkaan Tuhan, sebaliknya, semoga kita selalu berusaha dan memohon kemurahan Tuhan.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda bahwa amal saleh ada dua macam; fardhu dan nafal. Fardhu termasuk memenuhi utang dan berbuat baik sebagai balasan perbuatan baik. Setiap kebajikan memiliki nafal, misalnya berbuat baik sebagai balasan perbuatan baik dan kemudian melakukan kebaikan lebih, selain memenuhi zakat juga memberikan sedekah. Allah menjadi Sahabat orang-orang yang mengamalkan hal ini dan menjadi tangan dan kaki mereka, begitu rupa sehingga Dia menjadi lidah yang dengannya mereka bicara.
Kedudukan ini dicapai ketika seseorang mengembalikan kebaikan dengan lebih kebaikan yang lebih besar. Jika setiap orang dalam masyarakat mengikuti amalan ini tidak akan ada keegoisan dalam masyarakat. Sebaliknya, masyarakat seperti ini akan penuh dengan cinta dan perdamaian. Ketika hal ini dilakukan untuk meraih keridhaan Allah, Allah menganugerahkan karunia tak terbatas dengan cara yang berada di luar bayangan manusia. Ruh ini harus ditanamkan. kita juga harus mengerjakan shalat-shalat nafal bersama dengan shalat fardhu untuk meraih keridhaan Allah. Semua ini harus tanpa niat lain, kecuali untuk membuat Allah ridha karena Allah tidak tertarik dengan ibadah dan pengorbanan lahiriah (saja).
Allah menyatakan: وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون ‘Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku’ (51:57)
Namun, kadang-kadang shalat itu sendiri yang menjadi sumber kehancuran bagi manusia. Patut direnungkan mengapa kebajikan dapat menjadi sumber kehancuran. Jawaban sederhana untuk hal ini adalah bahwa Allah telah memerintahkan setiap hal baik berdasarkan ketakwaan. Artinya, Taqwa adalah isi, substansi nyata dibandingkan dengan kulit luar.
Jika ibadah kepada Tuhan tidak menanamkan rasa simpati dan kasih sayang kepada umat manusia, maka amalan secara lahiriah tidak menghasilkan ruh yang diinginkan. Hal ini mirip dengan buah yang terlihat sangat menarik dari luar tetapi ketika dipotong isinya tidak terbentuk atau dimakan oleh ulat, atau ketika seseorang membuka (buah) badam/almond dengan penuh harapan tapi mendapatinya pahit. Kita harus menyelamatkan isi ini, intisari ibadah kepada Tuhan dan ini akan terjadi ketika, bersamaan dengan hubungan dengan Tuhan kita juga merasakan kasih sayang yang tulus untuk umat manusia.
Jemaat Jerman mendapat taufik untuk membangun empat sampai lima masjid setiap tahun dan ketika Hadhrat Khalifatul Masih mendapat kesempatan untuk meresmikannya, beliau mengingatkan Jemaat bahwa tanggung jawab mereka meningkat setelah membangun masjid. Tidak cukup hanya membangun masjid dan mendatanginya untuk shalat. Tujuan utamanya adalah supaya jamaah saling menyintai dan menghormati, yang juga menjadi bukti bagi orang-orang di sekitarnya.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam berharap anggota Jemaat beliau memiliki kelembutan dan kecintaan satu sama lain dan kerukunan yang akan menjadi teladan bagi orang lain. Teladan kecintaan satu sama lain dan kerukunan akan menarik kecintaan Tuhan dan meningkatkan ketakwaan dan juga menarik perhatian orang lain. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam berdoa agar Allah dapat menyucikan hati Jemaat beliau dan menarik mereka kepada-Nya dan menjauhkan mereka dari keburukan.
Dalam kutipan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam yang dibaca di awal, beliau juga menarik perhatian pada kerendahan hati. Memang, kerendahan hati menambah kerukunan dan juga menarik perhatian orang lain. Allah telah menyatakan hal itu sebagai tanda hamba-Nya bahwa mereka: يمشون على الأرض هونا ‘… berjalan di bumi dengan cara yang rendah hati bermartabat … “(25:64).
Kerendahan hati ini menciptakan ruh dalam diri manusia yang membawanya lebih dekat kepada Tuhan dan meningkatkan keindahan masyarakat.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam juga menarik perhatian pada kebenaran dan kejujuran. Memang, orang yang menjalankan ketakwaan mengerjakan semua kebajikan, karena itulah pengertian takwa, tetapi penting untuk menekankan beberapa hal karena itu meningkatkan ketakwaan. Itulah sebabnya Allah secara khusus memerintahkan kebenaran dan qaul Sadiid (perkataan yang benar): يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولاً سديدا ‘Hai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah kata yang tepat. “(33:71).
Hadhrat Khalifatul Masih bersabda baru-baru ini beliau menyampaikan khotbah tentang qaul Sadiid berdasarkan ayat ini.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam secara khusus telah memerintahkan orang-orang supaya datang ke Jalsah Salanah demi kemajuan rohaniah untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keterbukaan. Ketika kejujuran setiap Ahmadi memiliki standar tinggi, kata-kata mereka akan berpengaruh dan mereka akan dapat memajukan misi mereka. Memang, misi Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam terdiri dari dua tugas penting: membuat manusia mengenal Tuhan dan menjalin hubungan dengan Tuhan, dan kedua untuk memenuhi hak-hak umat manusia. Kedua tugas ini menuntut kita untuk membuat perubahan murni dalam amalan kita.
Kita tidak dapat mempertemukan dunia dengan Tuhan kecuali kita sendiri memiliki ikatan yang kuat dengan-Nya, dan kita tidak bisa memenuhi hak-hak umat manusia kecuali kita menanamkan ghairat kerendahan hati, kejujuran, cinta, persatuan dan pengorbanan. Kita harus merenungkan hubungan/ikatan dan ghairat ini dalam tiga hari ini dan meningkatkannya sehingga kita dapat memenuhi harapan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Setiap Ahmadi harus berusaha meningkatkan ketakwaannya dalam tiga hari ini, semoga Tuhan memberi kita taufik untuk melakukannya.
[1] Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: Ada sekelompok orang datang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mereka diberitahu, lalu mereka merasa bahwa amal mereka masih sedikit. Lalu mereka berkata, “Dimana kedudukan kita dari Nabi SAW, sedangkan Allah telah mengampuni (melindungi, menjaga) beliau dari [melakukan] dosa-dosa di masa terdahulu dan yang kemudian”. Seseorang diantara mereka berkata, “Adapun saya, sesungguhnya saya akan shalat malam terus”. Yang lain berkata, “Saya akan puasa terus-menerus”. Yang lain lagi berkata, “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya”. Kemudian Rasulullah SAW datang kepada mereka dan bersabda, “Apakah kalian yang tadi mengatakan demikian dan demikian ?. Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian, dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah diantara kalian. Sedangkan aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku, bukanlah dari golonganku”. [HR. Bukhari, dan lafadh ini baginya, Muslim dan lainnya]