Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad,
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
27 Juni 2003 di Masjid Baiturrasyid, Hambargh, Jerman
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ.ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Sungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga `Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ingatlah), ketika isteri `Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku diwakafkan untuk berbakti kepada Engkau . Karena itu terimalah dia daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.)Ali Imran 33
Pada khutbah yang lalu saya telah menerangkan terkait dengan mempertalikan corak pandangan jihad yang salah pada Islam, yang mana ajaran Islam yang sedemikian indah, penuh kasih sayang dan cinta, orang-orang kelompok radikal garis keras telah sajikan pada dunia dalam corak dan bentuk yang sangat mengerikan dan menakutkan demi untuk kepentingan pribdi mereka sendiri. Dan kemudian sedemikian rupa kondisi tidak adanya rasa malu, yang mana jika ada yang ingin memperbaiki mereka ,maka mereka akan mengatakan, ini adalah musuh Islam dan agent /mata-mata fulan dan mata-mata ini. Orang-orang tuna akal ini sama sekali tidak menyadari bahwa dengan sikap seperti ini disamping mereka memburukkan nama dan citra Islam, mereka juga tengah menghancurkan generasi-generasi muda . Dari pangkuan ibu-ibu mereka anak-anak tengah mereka rampas; dari saudara-saudara perempuan mereka , saudara-saudara laki-laki tengah merreka pisahkan; dan dengan memisahkan bapak-bapak dari tumpuannya di masa tua, itu tengah menjadi faktor ketersandungan bagi orang-orang itu dimana-mana. Sebab, anak-anak di bawah umur dan para pemuda tanggung itu sebelumnya mereka dorong untuk belajar agama, memasukkan mereka di madrasah-madrasah. Kemudian dengan mengiming-imingi akan mendapatkan ridha Ilahi dan akan masuk surga, setelah (Brain wash) mendoktrin mereka, anak-anak digunakan untuk maksud-maksud tertentu mereka. Dan seberapa banyak para pemimpin seperti itu, mereka tidak akan pernah menghiraukan anak-anak mereka untuk pekerjaan-pekerjaan seperti itu. Sama sekali tidak ada rasa takut pada Tuhan.
Tetapi sebaliknya ada satu lagi kelompok lain yang menyajikan ajaran Islam yang indah dan hakiki di hadapan dunia. Yang sesuai dengan nubuatan-nubuatan Rasulullah saw, sambil mengamalkan ajaran-ajaran Hadhrat Masih Mauud a.s. mengatakan:
Kini tinggalkanlah pandangan jihad; sebab kini, perang dan pembunuhan atas nama agama adalah haram.
Dengan menyatakan haram jihad dengan peperangan dan jihad dengan pedang beliau mengatakan bahwa datanglah pada jihad yang lebih besar dan zahirkanlah keindahan-keindahan Islam di hadapan dunia. Tampilkanlah dalil-dalil Al-Quran di hadapan dunia. Bungkamlah mulut dunia dengan argumentasi-argumentasi. Taklukkanlah hati dunia dengan dalil-dalil dan cinta. Dan ini bukanlah hanya sekedar ungkapan-ungkapan semata,bahkan telah membuktikan pada dunia bahwa kini keabadian /kelanggengan Islam dan kemajuannya adalah terkait dengan Masihnya Muhammad saw, yang setelah dengan dalil-dalil mengalahkan hati orang-orang , ia telah menaklukkannya seraya berkata: “ Kami telah memperlihatkan pekerjaan pedang dengan pena”.
Jadi, kini ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengimani Masih Mauud atas himbauan Khalifah, seiring dengan mengamalkan sunnah para nabi dan para pilihan Allah ,untuk memasukkan dalam tentara Masih Mauud telah mempersembahkan anak-anak sebelum kelahirannya dan hal ini akan terus dilakukan. Dalam kaitan ini Hadhrat Khalifatul Masih IV
bersabda bahwa ‘sebagaimana ibu Hadhrat Maryam telah memohon pada Tuhan:
رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ Wahai Tuhan-Ku apapun yang ada di dalam perutku (baik itu laki-laki atau perempuan) itu saya tengah persembahkan untuk Engkau. Saya tidak mengetahui apa barang/benda itu. Apakah itu perempuan atau laki-laki. Apakah itu bagus atau tidak. Apapun itu saya tengah serahkan pada-Mu
ئئتَقَبَّلْ مِنِّي ) ) terimalah dari ku إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ– Engkau Maha mendengar dan Maha mengetahui. …..Doa ini sedemikian rupa disenangi Tuhan sehingga itu telah diabadikan untuk generasi yang akan datang di dalam Al-Quran. Demikian pula doa Hadhrat Ibrahim a.s. berkenaan dengan keturunan beliau dan doa-doa para nabi lainnya berkenaan dengan keturunan mereka, semua ini terabadikan dalam Al-Qura’n. Terkadang secara zahir akan nampak pada kalian judul/bahasan mengenai wakaf dan terkadang di sebagian tempat itu tidak akan nampak sebagaimana tertera disini ( مُحَرَّرًا ) Wahai Tuhan ! saya dalam perlindungan Engkau tengah mewakafkan anak ini. Tetapi, terkadang akan nampak doa itu pada kalian : Wahai Tuhan ! ni’mat apa yang telah Engkau anugerahkan padaku, itu anugerahi pulalah pada anak-anakku dan di dalam diri mereka teruslah alirkan karunia /nikmat ini pada mereka….. Kemudian khaluat/bermunajat yang Hadhrat Masih Mauud a.s.telah lakukan itupun termasuk dalam bahasan ini. Beliau selama 40 hari siang malam terus berdoa bermunajat dengan khusyuk pada Tuhan bahwa: Wahai Tuhan, anugerahilah padaku keturunan yang menjadi sahaya-Mu, menjadi sebuah hadiah dari ku dihadapan-Mu. Nah, inilah sunnah para nabi dan sunnah para pilihan Tuhan.
Dan pada zaman ini, inilah amal ibu-ibu dan bapak-bapak Ahmadi dalam mengamalkan sunnah ini, amal yang cantik , yang mana anak-anaknya mereka persembahkan untuk pengorbanan. Mereka tengah berpartisipasi dalam jihad, tetapi dalam jihad ilmu dan pena ,dengan ikut bergabung dalam tentara Masih Mauud a.s. Dan –insyaallah -inilah orang-orang yang akan meraih kemenangan, yang di dalamnya tegak berdiri nizam dan khilafat, dan selain itu tidak ada metode lain yang akan meraih kesuksesan. Sebagaimana pamer dalam shalat-shalat adalah sebuah kehancuran, demikian pula dalam jihad pamer itupun kecuali kehancuran sedikitpun tidak akan memperoleh apa-apa. Tertapi ibu-ibu dan bapak- bapak yang setelah kalbunya penuh dengan ruh pengurbanan dan penuh dengan gejolak itu lalu mempersembahkan anak-anaknya untuk pengkhidmatan pada Islam, bagi mereka pun terdapat tanggung -jawab, sebab jika sedikit waktu saja tidak diingatkan, maka terkadang kedua orang tua lupa akan tanggung jawab atau tugas-tugas mereka, karena itu meskipun bidang Waqfi now terus mengingatkan,tetapi tetap saya merasakan bahwa perlu sedikit disampaikan mengenai hal ini.
Di dalam kaitan ini suatu hal yang sangat perlu mendapat perhatian. Saya ingin sampaikan dalam kata-kata Hadhrat Khalifatul-Masih IV r.h. :
“Jika kita lalai dalam perawatan dan pendidikan/tarbiat anak-anak Waqfi now itu, maka kita akan dinyatakan orang yang berbuat kesalahan di hadapan Tuhan dan kemudian sama sekali tidak dapat dikatakan bahwa secara kebetulan peristiwa-peristiwa ini terjadi ; karena itu seyogianya pertama-tama kedua orang tua berikanlah pengawasan sendiri pada anak-anak mereka dan jika mereka beranggapan bahwa anak dari segi fitratnya tidak layak untuk wakaf, maka mereka seyogianya dengan jujur dan takwa menginformasikan pada Jemaat bahwa saya tadinya dengan niat yang tulus ingin mempersembahkan hadiah di hadapan Tuhan, tetapi dengan sangat disesalkan di dalam diri anak terdapat hal-hal ini dan ini. Jika kendatipun demikian Jemaat siap untuk mengambilnya, maka saya hadir; kalau tidak, wakaf ini dimansukhkan. Khutbah tanggal 10 februari 1989
Kedua orang tua telah mempersembahkan anak-anaknya untuk pengurbanan dan Jemaat untuk tarbiat dan perkembangannya juga telah membuat perogram-perogram, tetapi anak-anak dalam tarbiat nizam Jemaat hanya berada dalam beberapa jam dalam seminggu. Dalam beberapa jam itu hak tarbiat mereka tidaklah bisa terpenuhi; karena itu,bagaimanapun juga ini merupakan tanggung jawab ke dua orang tua untuk menaruh perhatian pada pendidikan tarbiat mereka. Dan sejalan dengan itu sebagaimana dengan sedemikian tulus dan iringan doa sebelum kelahiran telah mempersembahkannya, teruslah lakukan rangkaian doa-doa berkesinabungan / permanent untuknya sehingga anak setelah menjadi wujud yang berguna dapat dimasukkan dalam nizam Jemaat. Bahkan sesudah itu pun sampai nafasnya yang terakhir seyogianya kedua orang tua terus mendoakan karena kerusakan /menjadi rusaknya (anak-anak) tidak dapat ketahuan;oleh sebab itu kedua orang tua senantiasa terus memanjatkan doa untuk kesudahan yang baik dan dapat memenuhi hak wakaf itu sampai akhir.
Ada beberapa hal yang untuk tarbiat merupakan hal yang penting. Kini, ke depan untuk pendidikan tarbiat anak-anak Waqfi now /wakaf baru, yang seyogianya kedua orang tua lakukan dan ini penting, itu saya akan sampaikan.
Di dalam hal itu,perkara yang paling penting adalah masaalah kesetiaan, yang tampa itu tidak ada pengurbanan yang dapat disebut sebagai pengorbanan. Berkenaan dengan ini, dalam kata-kata Hadhrat Khalifatul-Masih IV ada beberapa hal yang saya akan sampaikan. Beliau dalam menasehati ke dua orang tua ( waqfi now ) bersabda:
“Ajarkanlah sifat setia pada anak-anak yang mewaqafkan diri. Hubungan setia dengan orang yang mewakafkan diri merupakan ikatan yang sangat erat. Seorang pewakaf diri yang tidak berpegang teguh pada wakafnya sampai akhir,dia telah terpisah,kendatipun Jemaat menghukumnya atau tidak, dia telah melekatkan /menempelkan noda pembangkangan pada ruhnya sendiri dan ini merupakan noda yang sangat besar. Karena itu kalian yang telah mengambil keputusan untuk mewakafkan anak-anak kalian, ini merupakan keputusan yang sangat besar. Sebagai hasil pengambilan keputusan mewakafkan anak itu ataukah anak menjadi waliullah yang agung atau dari kondisi umumpun mereka terus jatuh dan merupakan kemungkinan besar kerugian yang besar akan jatuh menimpa mereka. Seberapa tinggi ketinggian, begitulah tambah lebih besarnya bahaya untuk jatuh dari ketinggian itu . Oleh karena itu dengan penuh hati-hati didiklah mereka dan ajarkankanlah pada mereka tarbiat kesetiaan dan lakukanlah berkali-kali. Dan selamatkanlah anak-anak kalian dari kelicikan-kelicikan sederhana. Sejumlah anak-anak melakukan kenakalan-kenakalan dan kelicikan-kelicikan dan mereka menjadi terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Dia, kemudian di dalam agamapun mereka terus menerus melakukan kenakalan dan kelicikan seperti itu. Dan sebagai dampaknya terkadang karena seringnya melakukan kenakalan-kenakalan, kenakalan itu sendiri yang menghancurkan jiwa mereka. Oleh karena itu perkara wakaf merupakan hal yang sangat penting. Berilah pengertian pada anak-anak wakaf bahwa kita telah melakukan janji dengan Tuhan yang kita kita lakukan dengan tulus,tetapi jika kamu tidak bisa mampu memikulnya maka kamu diizinkan untuk kembali/tidak meneruskan wakaf. Akan tiba lagi sebuah pintu gerbang lain. Yakni tatkala anak-anak ini sampai pada umur baligh/mereka dewasa, pada waktu itu Jemaat kembali akan menanyakan pada mereka apakah kamu ingin masih tetap dalam wakaf atau tidak ingin tetap dalam wakaf. ? Wakaf ialah dimama seorang sampai nafas terakhir /sampai mati tetap teguh dengan setia pada wakaf. Meskipun adanya segala macam luka, manusia sambil menyeret tertatih-tatih terus melangkah maju di jalan ini, tidak pernah kembali . Khutbah khutbah tanggal 10 februari 1989
Selain itu ada lagi suatu hal lain yang penting dan ini menurut saya merupakan salah satu dari perkara yang paling penting, bahkan hal yang paling penting,yaitu tanamkanlah kebiasaan pada anak-anak untuk melaksanakan shalat lima waktu; sebab, di dalam agama mana tidak ada ibadat, maka itu bukanlah agama. Kebiasaan itu seyogianya tanamkanlah pada anak-anak dan yang paling penting untuk itu ialah contoh kedua orang tua. Jika mereka sendiri adalah orang yang itaat beribadah maka anak-anak pun akan menjadi orang yang taat melakukan salat; namun jika tidak, maka nasehat-nasehatnya yang kosong tidak akan ada pengaruhnya pada anak-anak.
Hadhrat Khalifatul-Masih IV bersabda:
“ Mulai dari sejak kanak-kanak tarbiat diperlukan,adat kebiasaan ini pada anak-anak tidak begitu saja dengan tiba-tiba dapat tumbuh. Metodenya Rasulullah saw telah memberikan arahan bahwa dari umur tujuh tahun sayogianya mulailah mengajarkan pada mereka untuk melakukan shalat dan lakukanlah seperti itu dengan cinta dan kasih sayang. Tidak perlu bersikap keras,tidak perlu memukul,ajarkanlah pada mereka dengan cinta dan kasih saayang, maka mereka akan menjadi terbiaasa. Pada prisipnya ibu bapak yang rajin melaksanakan shalat, anak-anak mereka yang baru berumur tujuh tahun pun akan mulai melakukan shalat. Kami telah melihat di rumah-rumah kami, cucu-cucu kami dan lain-lainnya benar-benar anak-anak umur satu tahun setengah –satu tahun setengah bersama dengan yang berumur dua-dua tahun begitu datang mereka langsung melakukan niat dan mereka berdiri untuk melakukan shalat, sebab bagi mereka suatu hal menarik melihat itu, berdiri di hadapan Tuhan, duduk,rukuk menarik bagi mereka dan mereka ikut serta berdiri. Tetapi itu bukan shalat,hanya sebuah upaya tiruan yang merupakan tiruan yang baik. Akan tetapi apabila anak sampai pada umur tujuh tahun maka berilah pada mereka pendidikan shalat secara teratur/disiplin. Beritahukanlah pada mereka bagaimana berwudhu, berdiri itu seperti ini, berdiri duduk,sujud dllnya semuanya berilah pengertian pada mereka. Sesudah itu apabila anak itu sampai pada umur sepuluh tahun,dia belajar dengan cinta dan kasih sayang, maka berilah pendidikan shalat pada mereka secara taratur,kemudian diantara sepuluh dan dua belas tidak apa-apa bersikap keras pada mereka. Sebab umur senang main seperti itu merupakan umur yang dimana adanya hukuman-hukuman ringan ,menyatakan perkataan yang sedikit agak keras, ini selalu penting untuk pendidikan anak-anak. Maka apabila dia mencapai umur baligh,sampai pada umur duabelas tahun, maka tidak perlu lagi bersikap keras padanya. Kemudian urusannya dan urusan Allah dan seberapa Ia menghendaki maka Dia dapat memperlakukannya. Jadi lingkaran tarbiat manusia mulai dari tujuh tahun, bahkan sebagaimana saya telah terangkan itu (tarbiat shalat) juga mulai dari sebelumnya (hingga) dua belas tahun,yakni membentang sampai mencapai usia baligh. Sesudah itu tarbiat itu tetap berjalan tetapi dalam corak lain. Tanggung jawab seseorang pada anak-anaknya sampai umur dua belas tahun yakni sampai umur baligh.
Sejumlah hal-hal kecil yang nampak kecil jika diucapakan,tetapi sangat penting untuk memperbaiki akhlak, misalnya, adab tata cara makan,ini perlu seyogianya diajarkan. Kini ini merupakan perkara yang di rumah hanya kedua orang tua saja yang dapat melakukannnya atau sekolah-sekolah atau sekolah tingkat SMU di mana ada asrama dan disana ada pengawasan yang ketat,disana adab tata kerama ini diajarkan pada anak-anak, tetapi pada umunya banyak sekali sekolah-sekolah di dunia ketiga dimana hal-hal itu tidak diamalkan seperti itu, karena itu ini mutlak /bagaimanapun merupakan tanggung jawab/kewajiban orang tua. Tetapi disini secara sekilas saya ingin sebutkan,misalnya, Sekolah Hafiz Al-Quran dimana setelah tamat kelas lima anak-anak masuk disana. Dari berbagai rumah (tangga) ,dari berbagai keluarga,dari berbagai lingkungan ,dari berbagai kampung dan berbagai kota anak-anak datang,tetapi disana saya lihat bahwa tarbiat mereka sedemikian bagusnya dan sedemikian tinggi standar pengawasannya dan sedemikian bagusnya akhlak yang diajarkan sejalan dengan kegiatan mereka menghafal Al-Quran. Anak-anak makan dengan sedemikian rapi sehinga kita heran karenanya. Kendatipun anak-anak yang beragam lingkungan bahwa ,misalnya, bacalah bismillah dulu baru makan,makanlah apa yang di depan,apabila memasukkan lauk-pauk dari piring besar maka masukkanlah sesuai takaran yang bisa dihabiskan. Apabila perlu lagi maka ambillah untuk kedua kalinya. Makan dengan tangan kanan, doa setelah selesai makan (hal-hal itu yang diajarkan, di Rabwah) Jadi, inilah barang-barang /pelajaran-pelajaran kecil yang bagaimanapun juga dari sejak dini kepada anak-anak waqfi now khususnya, dan kepada setiap orang pada umumnya itu diajarkan. Nah, contoh Madrasah hafal Al-Quran yang telah saya berikan semoga rangkaian pendidikan yang mereka telah mulai ini terus berlanjut dan kedua orang tua pun berilah pendidikan tarbiat pada anak-anak sesuai dengan metode seperti ini.
Kemudian ada juga sejumlah anak-anak yang dimasa kecil mereka memiliki adat istiadat dan ini merupakan hal yang sedemikian kecil yang mana sebagian ibu bapak tidak memperhaatikan hal itu, yang mana anak-anak setelah makan dengan tangan yang kotor mereka memegang beberapa barang-barang lainnya,kepada mereka berilah pengertian dengan cara yang baik. Maka, ini merupakan adat kebiasaan yang bisa ditiadakan pada masa kanak-kanak dan setelah besar maka ini akan terhitung dalam akhlak yang tinggi.
Hadhrat Khalifatul-Masih IV mengenai pentingnya mengairi akhlak yang mulia di dalam diri anak-anak bersabda: Setiap anak yang ikut dalam wakafnow dari sejak kecil seyogianya mereka cinta pada kebenaran dan benci pada berkata dusta. Dan kebencian ini seolah-olah seyogianya mereka dapatkan dari air susu ibunya/secara alamiah. Sebagaimana radiasi mengalir masuk ke dalam sesuatu benda, seperti itulah dari seorang (ibu) yang merawat/memelihara anak-anak dalam bimbingan bapak kebenaran itu seyogianya tertanam dalam hati anak-anak. Maksudnya, ialah kedua orang tua lebih dari sebelumnya harus menjadi orang yang benar/jujur. Bagi kedua orang-orang tua anak-anak wakaf now hal ini perlu di catat bahwa kedua orang tua lebih dari sebelumnya mereka harus menjadi orang yang benar/jujur. Tidak penting bahwa semua orang tua orang-orang yang mewakafkan diri berdiri tegak pada standar yang tinggi yang diperlukan untuk orang –orang mukmin yang berada pada martabat yang tinggi. Oleh karena itu kini demi untuk tarbiat anak-anak itu mereka (orang tua) pun mulai harus menaruh perhatian pada tarbiat diri mereka sendiri. Dan di rumah mau tidak mau harus memiliki cara bicara yang jauh lebih hati-hati dibandingkan dengan sebelumnya dan seyogianya hati-hati pada hal yang sia-sia, sebagai senda gurau sekalipun dimasa yang akan datang mereka tidak akan berdusta. Sebab, amanat Tuhan yang suci kini tengah dipelihara di rumah kalian dan amant suci itu memiliki beberapa tuntutan yang kalian harus penuhi. Oleh karena itu, lingkungan rumah-rumah seperti itu, dari segi kebenaran seyogianya menjadi sangat bensih dan suci.
Kemudian beliau bersabda:
“ Berkenaan dengan merasa puas dengan apa yang ada telah saya katakan bahwa dengan anak-anak waqaf sangat erat kaitannya. Dari sejak kecil anak-anak itu dijadikan menjadi anak yang puas /cukup dengan apa yang ada dan seyogianya menciptakan rasa tidak tertarik pada keserakahan dan mengikuti hawa nafsu. Jika dengan akal dan pengertian kedua orang tua dari sejak awal memeberikan tarbiat seperti itu maka anak-anak menjadi seperti itu tidaklah sulit. Walhasil, penting menyampaikan anak-anak itu pada martabat yang paling tinggi dalam hal kejujuran dan ( pandai memegang) amanat.
Selain itu, dari sejak kanak-kanak pada pembawaan anak-anak seperti itu seyogianya diciptakan jiwa/ watak periang/ceria. Sifat pemurung tidak dapat berjalan beriringan dengan seorang yang mewakafkan diri. Seorang pewakaf diri yang berwatak pemurung /tidak periang senantiasa menciptakan masaalah dalam Jemaat dan terkadang fitnah yang sedemikian berbahaya pun mereka timbulkan. Oleh karena itu watak periang dan bersama dengan itu jiwa tabah/lembut ,yakni dapat bersabar menahan kata orang lain , kedua sifat ini sangat penting ada pada anak-anak yang mewaqakafkan diri.
Selain itu menanamkan kebiasaan bekerja keras pada anak-anak wakaf, menanamkan keitatan dari sejak kecil pada nizam Jemaat,menghubungkan mereka dengan Athfalul-Ahmaddiyah, mengaitkan mereka dengan Nasirat, dan mempertalikan mereka dengan Khuddamul-Ahmadiyah pun merupakan hal yang sangat penting. Kutipan dari khutbah Jumaah Khalifatul-Masih IV 10 Januari 1989
Kini, ini merupakan barang-barang/hal dimana sejumlah anak-anak wakaf now beranggapan bahwa kami merupakan Badan yang terpisah seperti halnya Badan-badan lain di bawah jemaat, anak-anak wakaf now pun juga merupakan bagian dari /di bawah Badan-badan Jemaat yang sudah ada juga.
Kemudian sambil mengingatkan untuk memberikan perhatian pada pembentukan karakter mereka Hudhur bersabda: Saya bersama ini memberikan refrensi-refrensi Hudhur rahmatullah ‘alahi karena ini merupakan gerakan yang sangat luhur ,yang Hudhur rahmatullah telah dirikan. Dan faedah-faedahnya pun kini sudah mulai tampak dan dimasa yang akan datang kalian –insyaallah-akan melihat bahwa betapa dengan sedemikian banyak dan sampai dalam jangka waktu yang panjang faedah-faedahnya akan tampak. Insyaallah.
Bersabda: Karakter dibentuk di masa kecil. Jika terjadi keterlambatan maka terpaksa harus bekerja keras. Ada sebuah pribahasa bahwa bila besi itu panas maka seyogianya itu diputar. Tetapi ini merupakan besi masa kanak-kanak yang mana Tuhan tetap membiarkannya tetap lunak sampai masa yang panjang. Dan dalam kondisi lunak ini gambar-gambar/bekas-bekas yang ingin kalian torehkan itu biasanya menjadi permanent/kekal. Oleh karena itu ini adalah saat -saat tarbiat dan di dalam bahasan tarbiat hal ini seyogianya diingat bahwa kedua orang tua seberapapun mereka memberikan tarbiat lisan,bila karakter mereka tidak sesuai dengan amalnya maka anak-anak akan mengambil kelemahannya dan sisi yang teguh/positif itu mereka akan tinggalkan. Disini bagi kedua orang tua merupakan bahan renungan,bahwa ini merupakan sebuah peraturan pada saat hubungan dua generasi (saat interaksi antara ibu dan bapak) yang mana banyak bangsa-bangsa menjadi hancur karena melupakannya dan karena memegang teguh/ mengingatnya bangsa memperoleh kemajuan. Sebuah generasi yang meninggalkan pengaruhnya pada generasi mendatang di dalam itu pada umumnya perturan –peraturan inilah yang berlaku bahwa anak-anak lebih cepat meniru kelemahan-kelemahan orang tuanya dan perhatian mereka kurang pada kata-katanya. Jika perkataan itu merupakan karakter yang luhur dan kemudian di tengah –tengah ada kelemahannya, maka anak akan memegang sisi kelemahan yang ada di tengah. Oleh karena itu ingatlah, untuk tarbiat anak-anak kalian harus melakukan tarbiat untuk diri kalian sendiri. Kalian tidak akan bisa mengatakan pada anak-anak: Wahai anak-anak, senantiasalah berkata jujur ,sebab kalian akan menjadi muballigh. Kalian janganlah menjadi orang yang tidak jujur karena kalian akan menjadi muballigh. Janganlah menggibat ,janganlah berkelahi dan bertengkar karena kalian adalah anak wakaf dan kemudian ke dua orang tua setelah mengatakan ini baru mereka sedemikian rupa berkelahi ,bertengkar,lalu sedemikian rupa mengeluarkan kata-kata kotor diantara satu dengan yang lain dan mereka sedemikian rupa saling menghina lalu mengatakan bahwa kami telah menasehatkan pada anak-anak; kini kami tengah menjalani kehidupan kami, ini tidak akan bisa. Apapun kehidupannya itu itulah kehidupan anak-anak. Kehidupan khayali yang mereka telah buat bahwa lakukanlah ini, anak-anak sedikitpun tidak akan menghiraukannya. Ibu bapak yang berdusta seperti itu seratus ribu kali (seribu kali) mereka katakan pada anak-anak bahwa tatkala kalian ini berdusta maka kami sangat terpukul, kamu berkata benarlah demi untuk Tuhan, di dalam kebenaran itu terdapat kehidupan. Anak mengatakan betul hal ini, tetapi dari dalam, dia yakin bahwa ibu bapak itu dusta,maka dia pasti berdusta. Oleh karena itu pada saat hubungan dua generasi peraturan-peraturan ini berlaku dan akibat tidak menghiraukan itu diantara sesama mereka terjadi kekosongan. Dari kutipan khutbah Hadhrat Khalifatulmasih IV tanggal 8 Desember 1989
Nah, orang-orang tua anak-anak wakaf, dari itu mugkin telah dapat diperkirakan pentingnya fungsi mereka bahwa seyogianya bagaimana perhatian itu di arahkan ke arah mentarbiat diri sendiri.
Kemudian sebagaimana saya telah sebutkan dalam kata-kata Hudhur . Lingkungan rumah tangga kalian seyogianya jadikanlah sedemikian rupa damai dan penuh dengan cinta sehingga anak-anak pada waktu-waktu senggang, bukannya melewati waktunya di luar dari rumah,tetapi mereka menyukai melewatkan waktunya dengan ke dua orang tua mereka. Terlahir sebuah lingkungan persahabatan. Anak-anak dengan terbuka/transparan dapat juga bertanya pada orang tua dan sembari tetap berada pada koridor adab tata krama, anak-anak dapat membicarakan segala macam perkara. Oleh karena itu ibu bapak berdua seyogianya harus memberikan pengorbanan. Janji yang kedua orang tua telah jalin dengan Tuhan, untuk memenuhi janji, bagaimanapun juga kedua orang tua harus siap memberikan pengeorbanan. Dan inipun sebelumnya kalian telah dengar dan inilah Hudhur telah nasehatkan pada kedua orang tua, sayapun inilah yang saya katakan. Terkadang sejumlah orang tua tidak mau meninggalkan haknya,bahkan mereka berupaya merampas secara tidak benar lalu menekan pula bahwa oleh sebab anak kami masuk dalam wakafnow, karena itu jika kami melakukan kesalahan sekalipun,maka kami seyogianya diperlakukan dengan lemah lembut. Ini tentu tidak bisa.
Kemudian hal ini saya perjelas bahwa keburukan macam apapun juga baru mendapat tempat di dalam hati apabila hilang pengecualian akan baik dan buruknya. Terkadang secara zahir seorang tengah melakukan segala macam kebaikan. Shalat-shalat juga dia lakukan, pergi ke mesjid, dengan orang-orang dia bersikap sopan santun, tetapi apabila terjadi pengaduan /keluahan yang ringan sekalipun dengan /dari seorang individu nizam Jemaat karena suatu sebab atau tidak ada keputusan yang sesuai dengan keinginannya, maka pertama terhadap pengurus itu di dalam hatinya timbul rasa tidak senang. Kemudian berkenaan dengan nizam terlontar entah dimana kalimah yang ringan,akibat dari pengurus itu. Kemudian di rumah di hadapan anak-anak dengan istri atau dengan keluarga terdekat lainnya ada sesuatu yang dia ucapkan, maka dengan cara seperti itu dalam lingkungan itu dari benak anak-anak akan hilang kehormatan nizam Jemaat. Untuk menegakkan kemuliaan / rasa hormat pada nizam Jemaat benar-benar sangat perlu kehati-hatian. Di dalam kata-kata Hadhrat Khalifatul-Masih IV nasehat ini saya sampaikan pada kalian.
“ Sangat penting diajarkan hormat pada nizam pada ( anak-anak waqfinow). Kemudian di dalam rumah-rumah masing-masing jangan seyogianya mengatakan perkataan-perkataan yang dari itu dapat menganggap enteng pada nizam Jemaat atau terjadi pengaduan terhadap seorang pengurus . Jika itu benar juga sekalipun namun tetap saja apabila kalian melakukan itu di rumah, maka anak-anak kalian dari itu akan terluka/kecewa untuk selama-lamanya. Kalian sekalipun mengadukan , dapat menjaga iman kalian,tetapi anak-anak kalian akan merasakan luka yang lebih dalam. Ini selalu merupakan luka yang mana bagi yang terkena, dia tidak begitu terkena /tidak sedemikian rupa merasakan, tetapi orang yang melihat dari dekat akan lebih terasa. Oleh karena itu orang-orang yang tidak hati-hati mengomentari nizam jemaat, anak-anak mereka kurang lebih pasti akan mengalami kerugian. Dan sejumlah /sebagian mereka rusak /sia-sia untuk selama-lamanya. Terhadap anak-anak wakaf seyogianya diberikan pengertian bahwa jika dari seseorang ada pengaduan, meskipun harapan-harapan kamu berkenaan dengan itu betapapun besarnya, sebagai dampaknya kamu jangan menyia-nyiakan dirimu … berilah pengertian pada mereka bahwa kecintaan yang sebenarnya ialah kepada Allah dan agama-Nya. Jangan seyogianya mengatakan sesuatu yang dapat merugikan Nizam Jemaat. Jika kalian mendapat kesusahan atau kerugian dari zat /pribadi seseorang maka sama sekali sebagai dampaknya bukanlah bahwa kalian mempunyai hak untuk mulai melukai lingkungan kalian (bicara sana sini),teman-teman kalian ,anak-anak kalian dan iman-iman anak-anak kalian. Rasa luka kalian dengan penuh ketabahan batasilah hanya pada diri kalian dan sarana-sarana yang Allah telah sediakan secara tertib untuk pemulihannya upayakanlah itu. Khutbah Jumaah tanggal 10 Januari 1989
Kemudian ada suatu hal umum yang perlu diingatkan pada kedua orang tua. Mereka seyogianya menciptakan rasa takut pada Allah dalam diri anak-anak, jadikanlah mereka orang-orang yang bertakwa. Dan ini tidak akan bisa selama kedua orang tua sendiri tidak menjadi orang yang muttaqi atau tidak berupaya menjadi orang yang muttaqi. Sebab, selama kalian tidak mengamalkan, ucapan-ucapan di mulut belaka tidak akan ada pengaruhnya. Jika seorang anak melihat ibu bapaknya tidak menjaga hak-hak tetangga-tetangganya,mereka tengah merampas hak-hak saudara-saudara perempuannya. Dalam hal-hal kecil diantara suami istri ,diantara ibu bapak timbul kesalah fahaman dan mulai terjadi pertengkaran. Maka memberikan tarbiat pada anak-anak dan menciptakan ketakwaan dalam diri mereka menjadi sangat sulit. Oleh karena itu demi untuk tarbiat anak-anak kita pun penting perbaikan pada diri kita sendiri. Dalam kaitan ini Hadhrat Khalifatul-Masih IV bersabda:
Jadikanlah anak-anak wakaf itu menjadi anak-anak yang bertakwa dari sejak kanak-kanak. Ciptakanlah lingkungan mereka itu bersih dan suci. Jangalah membuat gerakan-gerakan, yang karenanya hati mereka bergeser dari agama lalu mulai cenderung pada dunia.Berilah perhatian penuh sedemikian rupa pada mereka sebagaimana sesuatu barang diserahkan pada orang lain,takwa merupakan suatu barang yang dengan perantaraannya anak-anak ini mulai dari sejak dini dapat menyerahkan mereka pada Tuhan dan segenap perantara dan tahapan-tahapan dari tengah-tengah akan menjadi bergeser. Secara umum Waqfi Now akan berhubungan juga dengan Tahrik Jadid dan akan tetap berhubungan dengan nizam Jemaat. Tetapi pada hakekatnya anak-anak yang kalian serahkan pada pangkuan Tuhan dari sejak dini Tuhan sendiri yang akan memeliharanya,Dia sendiri yang akan mengurusnya,Dia sendirilah yang akan mengawasinya, sebagaimana Allah telah memelihara Hadhrat Masih Mauud a.s. beliau menulis:
Dari sejak permulaan, hari-hari saya dilalui di bawah naunngan-Mu ,saya tinggal menetap di pangkuan-Mu bagaikan seorang bayi menyusu
Jadi, jalan yang ada hanya satu dan hanya satulah jalan itu bahwa wujud kita dan wujud anak-anak yang kita wakafkan hanya kita serahkan di tangan Tuhan dan mereka mulai bermain bersuka ria di tangan-tangan Tuhan. Khutbah Jumaah 1 Desember 1989
Kemudian tanamkalah perasaan pada anak-anak itu bahwa kamu adalah seorang anak yang mewakafkan diri dan di zaman ini tidak ada lagi barang /hal yang lebih besar dari ini. Ciptakanlah rasa puas pada yang ada di dalam diri kalian, dalam urusan kebaikan lihatlah orang-orang yang lebih dewasa dari kalian dan berupayalah maju tampil ke depan . Tetapi kekayaan dunia atau kepemimpinan seseorang jangan mempengaruhi kamu,bahkan dalam masaalah itu lihatlah orang yang lebih rendah dan bergembiralah bahwa Tuhan telah menganugerahkan taufik pada kalian untuk mengkhidmati agama. Dan dengan harta itu Dia telah menjadikan kalian kaya raya . Janganlah mengharapkan dari siapapaun. Mintalah segala sesuatu dari Tuhan kalian. Dalam suatu jumlah besar-masyaallah- anak-anak wakaf telah sampai pada umur baligh. Mereka sendiripun seyogianya menaruh perhatian pada hal ini.
Secara isyarah /sepitah saya juga memberitahukan bahwa Hudhur rahimahullah juga telah mengutarakan bahwa dalam jumlah besar anak-anak waqf e nau tarbiat mereka seyogianya dilakukan dalam corak dan di dalam benak mereka ditanamkan bahwa mereka akan menjadi muballigh. Pada masa yang akan datang keperluan akan muballigh akan dialami, akan sangat banyak sekali jumlah mubaligh-muballigh yang diperlukan,karena itu didiklah/berilah tarbiat pada mereka dalam cara sehingga anak-anak mengetahui bahwa kebanyakan dari mereka akan pergi ke medan tabligh karena itu dari segi itulah seyogianya tarbiat diberikan.
Kini saya akan membacakan kutipan-kutipan Hadhrat Masih Mauud a.s.. Beliau bersabda:
“ Mewakafkan kehidupan /diri di jalan Allah, yang merupakan hakekat Islam,terdiri atas dua macam. Pertama, hanya Allah sematalah yang dinyatakan sebagai sembahan,maksud dan kekasih sejati dan juga dalam ibadat pada-Nya, cinta ,takut dan dalam hal menggantungkan harapan pada-Nya tidak lagi ada sekutu lain yang menandingi. Dan dalam daya pengkudusan dan pensucian-Nya, dalam ibadat dan segenap tata kerama penghambaan pada-Nya,dalam hal hukum-hukum dan perintah-perintah –Nya, dalam segenap batasan-batasan dan perkara –perkara menyangkut keputusan dan ketentuan samawi diterima dengan sepenuh hati dan lapang dada. Dan dengan penuh ketulusan dan kerendahan serta dengan tekad yang sempurna segenap hukum-hukum ,batasan-batasan,peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan dipikul olehnya; Dan segenap kebenaran-kebenaran suci,makrifat-makrifat suci yang merupakan perantara pengenalan kekuasaan-kekuasaan-Nya yang luas dan merupakan alat /jalan untuk mengetahui ketinggian martabat kerajaan dan pemerintahan-Nya dan merupakan penyuluh jalan bangsa untuk menyampaikan karunia-karunia dan nikmat-nikmat-Nya dapat diketahuinya dengan sebaik-baiknya.
Kedua,mewakafkan kehidupan di jalan Allah ialah mewakafkan diri demi untuk pengkhidmatan hamba-hamba-Nya,simpati,mendengar keluhan dan pengaduan dan melakukan sesuatu demi rasa solidaritas yang sejati, menahan segenap penderitaan demi untuk memberikan ketenteraman pada orang lain dan memilih bagi dirinya rasa duka demi untuk kesenangan orang lain. Ainah Kamalati Islam, ruhani Hazain jilid 5 hal 60
Kemudian Hadhrat Aqdas Masih Mauud a.s. bersabda:
“ Seorang Islam ialah yang menyerahkan segenap wujudnya di jalan Allah,yakni mewakafkan wujudnya untuk Allah, untuk taat pada kehendak-kehendak-Nya dan untuk meraih keridhaan-Nya. Dan kemudian dia tegak dalam pekerjaan-pekerjaan baik demi untuk Allah;dan mengerahkan segenap potensi-potensi amaliah wujudnya di jalan-Nya. Maksudnya ialah secara i’tikad dan amaliah dia menjadi milik Tuhan.
Secara I’tikad dengan cara bahwa segenap weujudnya dia anggap merupakan suatu benda yang dibuat /diciptakan untuk itaat pada-nya,fana dan cinta pada-Nya serta untuk meraih keredhaan-Nya dan secara amaliah/praktis ialah melaksanakan dengan cara tulus /murni karena Allah kebaikan-kebaikan hakiki yang berkaitan dengan setiap potensi dan yang berkait dengan segenap taufik yang Allah telah anugerahkan. Tetapi dengan girang, senang hati dan khusyuk seolah-olah di dalam cemin kesetiaannya dia tengah melihat wajah kekasihnya Yang Hakiki. Ainah Kamalati Islam Ruhani Hazain jilid 5 hal 57-58
Kemudian beliau bersabda:
“ Saya menganggap merupakan kewajiban saya memberikan nasehat pada Jemaat saya dan menyampaikan hal ini. Untuk yang akan datang setiap orang memiliki wewenang untuk (mau) mendengarnya atau tidak mendengarnya bahwa jika ada yang menghendaki keselamatan dan ingin meraih kehidupan murni dan kehidupan kekal abadi, maka seyogianya dia mewakafkan dirinya untuk Allah dan setiap orang seyogianya senantiasa sibuk dalam upaya dan pemikiran untuk mencapai derajat dan martabah itu yang karenannya dia dapat mengatakan bahwa kehidupanku,matiku ,pengorbananku, shalat-shalatku adalah semata-mata untuk Allah dan seperti Hadhrat Ibrahim ruhnya serta merta berkata-kata : أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
(Saya menyerahkan diriku untuk Tuhan sekalian alam) Selama manusia tidak sirna dalam Tuhan, tidak mati melebur dengan Tuhan, dia tidak akan dapat meraih kehidupan baru. Jadi kalian yang memiliki ikatan dengan saya,kamu/kalian melihat bahwa wakaf kehidupan/diri untuk agama saya anggap merupakan tujuan saya yang sejati dan utama. Kemudian lihatlah dalam diri kalian bahwa diantara kalian berapa banyak orang-orang yang menyukai pekerjaan saya ini untuk dirinya sendiri dan mencintai mewakafkan kehidupan/ diri untuk Tuhan. Al-Hakam jilid 4 nomer 31 tanggal 31 Agustus 1900 haal 4
Kemudian beliau bersabda:
Jalan yang benar-benar aman ialah manusia seyogianya memurnikan tujuannya dan murni arahnya pada Tuhan. Membersihkan hubungan-hubungannya dengan-Nya dan tingkatkanlah keteguhan jalinan itu dan berlari-larilah pada وجه الله wajah Allah-untuk Allah dan Dialah seyogianya menjadi maksud dan kekasih hatinya; dan dengan melangkahkan kakinya pada kebenaran dia terus melakukan amal-amal saleh. Kemudian baru sunnah Allah akan mulai bergerak melakukan pekerjaannya. Pandangannya jangan seyogianya hanya tertuju pada hasil-hasil semata, bahkan pandangan/tujuannya hanya pada yang satu point itu,untuk sampai pada batas itu jika terdapat syarat bahwa setelah sampai di sana akan mendapatkan hukuman yang paling berat, maka dia tetap pergi hanya ke arah itu. Yakni, tidak ada maksud pergi ke arah sana itu untuk tujuan ganjaran dan azab,hanya Allah ta’ala-lah yang menjadi tujuan sejatinya. Apabila dengan tulus dan setia dia datang ke arah itu dan kedekatan-Nya diraih, maka dia ini akan melihat segala-galanya yang mana sama sekali tidak pernah terlintas dalam fikirannya dan kasyaf-kasaf dan mimpi-mimpi tidak akan ada artinya apa-apa . Jadi saya ingin menjalankan (membawa orang melalui jalan ini ) pada jalan ini dan inilah tujuan utama( saya). Al-Hakam jilid 10 tanggal 10 Desember 1906hal 4
Qamaruddin Syahid