Selasa, 25 Oktober 2016
Hazrat Mirza Masroor Ahmad berpidato dalam Simposium Perdamaian Nasional Pertama
di Kanada
Pada tanggal 22 Oktober 2016, Pemimpin Dunia Jemaah Muslim Ahmadiyah, Khalifah Kelima, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan pidato utama pada Simposium Perdamaian Nasional Pertama yang diselenggarakan oleh Jemaah Muslim Ahmadiyah Kanada.
Acara yang bertempat di Masjid Baitul Islam, Peace Village, Vaughan tersebut, dihadiri lebih dari 600 tamu yang terdiri dari pejabat pemerintah seperti Walikota Vaughan, Hon. Maurizio Bevilacqua, Anggota Parlemen, Deb Schulte, serta Dewan Kota, Marilyn Iafrate.
Dalam pidatonya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan bahwa Jemaah Muslim Ahmadiyah adalah kelompok Islam yang sepenuhnya damai, sebab ia mengikuti ajaran Islam yang sebenarnya. Dengan demikian, kelompok ini jangan dikategorikan sebagai kelompok ‘liberal’ atau ‘reformis’.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:
“Benar sekali bahwa kami, Muslim Ahmadi, cinta perdamaian, juga membangun jembatan kasih sayang dan harapan antara agama dan kelompok yang berbeda. Hal tersebut bukan karena kami menyimpang atau ‘memodernisasi’ Islam. Namun, ini adalah karena kami mengikuti ajaran Islam yang sebenarnya.”
Beliau mengacu kepada sabda Rasulullah saw, bahwa umat Muslim harus mencintai sesamanya seperti mereka mencintai diri sendiri. Rasulullah saw bersabda ini adalah dasar perdamaian dan umat Muslim wajib merenungi hal ini.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:
“Apakah kita ingin terperosok dalam kemiskinan atau tidur dalam keadaan lapar setiap malam? Apakah kita mau anak-anak kita terkena wabah penyakit, tidak berpendidikan, atau tinggal di tempat bahaya? Tentu tidak ada manusia normal yang mengharapkan hal-hal tersebut. Karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus mewujudkan kesejahteraan tidak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk orang lain.”
Beliau mengatakan bahwa konflik yang timbul antar manusia dan negara dari waktu ke waktu, sebaiknya mengesampingkan kepentingan diri sendiri, dan mengedepankan prinsip keadilan.
Khalifah mengacu kepada surah Al-Quran, Annisa ayat 136 yang menghendaki seorang Muslim mampu bersaksi terhadap dirinya sendiri, orang tuannya atau pun orang-orang yang dikasihinya demi menegakan keadilan.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengemukakan:
“Islam mengajarkan bahwa kesetiaan utama dari seorang Muslim adalah kepada kebenaran dengan demikian ia tidak boleh menyembunyikan kebenaran atau memberi kesaksian palsu. Seseorang tidak boleh dikuasai nafsu pribadinya karena hal itu dapat membawanya kepada prasangka dan kecurigaan, lalu menjauhkannya dari keadilan dan kebenaran. Prinsip yang mencerahkan ini merupakan cara untuk menyelesaikan masalah di dunia serta untuk merubah segala bentuk kebencian menjadi perdamaian, toleransi dan saling menghormati.”
Beliau mengatakan bahwa sebenarnya umat Muslim diperintahkan lebih dari sekedar melaksanakan keadilan. Al-Quran mengemukakan bahwa setiap orang harus “memberi seperti kepada keluarga”.
Menjelaskan hal ini, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:
“Maksudnya adalah seseorang harus bersimpati, memiliki rasa iba dan melayani orang lain tanpa mengharapkan apa pun, seperti halnya seorang ibu yang melayani dan mengasuh anaknya tanpa mengharapkan penghargaan atau balasan apa pun. Ini adalah ruh yang penuh kebajikan yang didorong serta diajarkan dalam Islam, yang mana Muslim dipanggil untuk membuka hati untuk kebaikan manusia.”
Berkaitan dengan perlakuan terhadap tawanan perang, beliau mengatakan bahwa di zaman modern ini seringkali tawanan diperlakukan dengan keji dengan penanganan proses pengadilan yang terbatas atau tidak ada sama sekali.
Penuh perbedaan, beliau menceritakan saat Perang Badar, ketika umat non-Muslim Mekah mengadakan perlawanan terhadap Islam.
Umat Muslim memperoleh kemenangan dan Rasulullah saw memerintahkan para tawanan yang bisa membaca dan menulis untuk mengajar para Muslim yang buta huruf. Ini adalah cara untuk mendapatkan kebebasan mereka.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Ini merupakan suatu contoh luar biasa bagaimana pahitnya sebuah perang dan konflik pada akhirnya kebaikan dapat diupayakan. Mereka yang menunjukkan sikap sewenang-wenang kepada umat Muslim diperlakukan dengan kasih-sayang dan perhatian serta dijadikan guru.”
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:
“Contoh ini memperlihatkan dua aspek indah dari karakter Rasulullah saw. Pertama, beliau bukan pendendam atau jahat kepada mereka yang menganiaya dirinya dan para pengikutnya. Kedua, hal ini membuktikan betapa tinggi beliau menilai pendidikan. Beliau menginginkan umatnya menjadi lebih baik dan maju dalam semua bidang dan pendidikan adalah kuncinya.”
Menyoroti ajaran Al-Quran yang berkaitan dengan tidak iri terhadap kekayaan orang lain, beliau mengatakan, mengabaikan ajaran ini dapat mengakibatkan rusaknya kedamaian di dunia dari waktu ke waktu.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
Beberapa penguasa negara mengabaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di beberapa negara karena mereka ingin akses untuk mendapatkan minyak bumi atau sumber daya dari negara tersebut. Namun, masyarakat umum tidak buta, tuli atau bodoh. Mereka dapat melihat kebijakan tersebut tidak berdasarkan keadilan sehingga sewajarnya mengakibatkan keputusasaan dan kemarahan.”
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:
“Negara-negara harus adil dalam membuat kesepakatan serta tidak dikuasai oleh kepentingan diri sendiri yang sempit, melainkan harus kepada yang benar, yang adil, dan demi kepentingan dunia.”
Menutup pidatonya, beliau mengingatkan akan kemungkinan Perang Dunia Ketiga dalam waktu dekat.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:
“Kita tidak dapat melupakan malapetaka dan kehancuran yang diakibatkan oleh perang dunia. Konsekuensi dari perang tersebut tidak dapat dibayangkan. Kesengsaraan, ketakutan dan kehancurannya berlanjut sampai ke generasi mendatang. Karena itu, kita hanya bisa berharap dan berdoa agar Allah Ta’ala menganugrahkan kebijaksanaan dan rasa kemanusiaan”
Sebelum pidato utama, beberapa pejabat memberikan sambutan berkenaan dengan pentingnya perdamaian dan usaha yang telah dilakukan oleh Jemaah Muslim Ahmadiyah.
Lal Khan Malik, Pimpinan Jemaah Muslim Ahmadiyah Kanada mengatakan:
“Simposium ini dilaksanakan untuk memperkenalkan pemahaman mendalam tentang Islam serta menginspirasi upaya bersama demi sebuah perdamaian abadi. Kehormatan bagi kami, pada Simposium Perdamaian Nasional pertama kami di sini, pidato utama diisi oleh Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Pemimpin Dunia Jemaah Muslim Ahmadiyah.”
Hon. Maurizio Bavilacqua, Walikota Vaughan mengatakan:
“Saat saya berpikir tentang Anda, Yang Mulia, saya berpikir tentang pesan Anda yang luar biasa; pesan tentang perdamaian, cinta dan kasih sayang, serta sesuatu yang dibutuhkan lebih di dunia – yakni, dialog dan keselarasan antaragama.”
Deb Schulte, MP mengatakan:
“Saya sangat berterima kasih kepada Yang Mulia karena telah menyempatkan diri datang ke Parlemen Hill (pada tanggal 17 Oktober). Beliau memberikan pidato yang indah dengan sebuah pesan cinta untuk semua, benci tidak kepada siapapun serta fokus kepada toleransi keagamaan di seluruh dunia. Beliau juga memberikan beberapa saran berkaitan dengan langkah kebijakan yang akan kami ambil. Kami sangat menghargai waktu yang beliau berikan untuk berbagi pengetahuan kepada kami.”
Dewan Kota, Marilyn Lafrate mempersembahkan sebuah tanda mata kepada Yang Mulia untuk memperingati 50 tahun Jemaah Muslim Ahmadiyah di Kanada serta mengatakan:
Sebagian besar orang mungkin tahu bahwa saya adalah pendukung setia Jemaah Muslim Ahmadiyah. Kelompok yang menyuarakan kasih-sayang, toleransi, serta saling-memberi kepada masyarakat.”
Selesai acara, Yang Mulia menemui para tamu dan undangan satu-persatu.
22 Deer Park Road, London, SW19 3TL UK
Tel/Fax: (44) 020 8544 7678 Email: media@pressahmadiyya.com
Ahmadiyya Muslim Community
Press & Media Office
URL sumber: pressahmadiyya.com