Diterbitkan 29 Mei 2015
Masjid Baitul Wahid diresmikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad pada Hari Khilafah
Jamaah Muslim Ahmadiyah dengan gembira mengumumkan bahwa pada 27 Mei 2015, pemimpin dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah, Khalifah ke-5, Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba meresmikan masjid Baitul Wahid (Rumah Al-Wahid) di kota Hanau, Jerman.
Peresmian masjid baru ini berlangsung pada Hari Khilafah– menandai berdirinya 107 tahun institusi Khilafah dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah.
Saat kedatangannya, Khalifah secara resmi meresmikan masjid tersebut diawali dengan pembukaan plakat peringatan dan doa bersama yang beliau pimpin sebagai rasa syukur ke hadapan Allah Ta’ala. Khalifah selanjutnya mengimami shalat Zuhur dan Ashar dijamak di masjid baru ini, sebelum penanaman sebuah pohon di halaman masjid sebagai tanda atas peristiwa ini.
Pada siang harinya, sebuah resepsi khusus dihadiri oleh lebih dari 120 tokoh dan tamu untuk memperingati pembukaan masjid tersebut. Berbagai tokoh dan politisi seperti Lord Mayor Claus Kaminsky dan anggota-anggota Parlemen Nasional Jerman (Deutscher Bundestag) juga hadir .
Amir Jamaaah Islam Ahmadiyah Jerman Abdullah Wagishauser menyampaikan pidato sambutan, dilanjutkan penyampain pesan-pesan dari berbagai pembicara tamu.
Clause Kaminsky, Lord Mayor Hanau berkata:
“Saya menyaksikan semboyan ‘Love for All, Hatred for None’ terpampang di hall utama masjid ini dan saya yakin moto ini merupakan pesan damai yang tidak hanya anda sampaikan di kota ini namun faktanya ke seluruh dunia.”
Erich Pipa, Angota komisi distrik berkata:
“Jamaah Islam Ahmadiyah telah membuktikan dirinya damai dan toleran. Jamaah anda berada di garda terdepan menghapus keberatan-keberatan yang ditujukan terhadap Islam melalui dialog dan interaksi timbal balik.”
Bettina Muller, anggota parlemen mengatakan:
“Masjid ini menjadi nilai tambah yang positif bagi daerah kami, dan membuktikan bahwa kita bisa hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Kita semua bersama untuk Jerman dan hal ini penting bagi kita semua untuk memahaminya.”
Kordula Schulz-Asche, anggota parlemen berkata:
“Jamaah Islam Ahmadiyah terdaftar secara resmi memberikan pelajaran Islam di sekolah-seolah di Hessen dan ini membuktikan bahwa ada menentukan kemajuan dan perkembangan negara.”
Christine Bucholz, anggota parlemen menyatakan:
“Saya benar-benar merasa gembira, Muslim Ahmadi di daerah ini dapat menjalankan keyakinannya di masjid ini. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi kita semua.”
Dilanjutkan, pidato inti yang disampaikan Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba yang memuji masyarakat Hanau karena keterbukaan hati mereka dan beliau menyeru untuk menghormati semua pendiri agama.
Beliau pun menyampaikan penghargaan beliau kepada masyarakat Hanau, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:
“Peresmian masjid ini murni memiliki fungsi agama maka kehadiran anda di sini menjadi bukti bahwa anda adalah masyarakat yang menginginkan hidup berdampingan dengan damai. Saya hendak mengungkapkan rasa terimakasih saya yang tulus kepada anda semua. Dan ucapan terima kasih saya tak hanya sekedar ucapan belaka, namun sebenarnya bagian penting dari keyakinan kami karena Nabi Muhammad Saw bersabda, orang yang tidak berterimakasih kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Tuhan.”
Memuji masyarakat Hanau dalam sikap toleransi mereka, Hazrat Mirza Masroor Ahmad bersabda:
“Masyarakat yang tinggal di kota ini terdiri dari 127 ras dan suku berbeda. Dengan populasi hanya 90.000 jiwa, hal ini membuatikan bahwa masyarakat Hanau terbuka dan toleran. Ini nilai-nilai mulia dan saya berdoa semoga nilai-nilai yang dimiliki tersebut kekal selamanya.”
Huzur menceritakan, sebelum bangunan yang sekarang menjadi masjid ini sebelumnya merupakan sebuah supermarket, Hazrat Mirza Masroor Ahmad berkata:
“Bangunan ini sebelum dirubah menjadi masjid adalah bangunan swalayan dimana masyarakat setempat membeli kebutuhan sehari-harinya di sini. Namun, sekarang menjadi rumah Tuhan dimana orang-orang akan berkumpul untuk menyembah Tuhan, memedulikan manusia dan mengedepankan perdamaian. Maka selanjutnya bangunan ini menyediakan cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama dan kedamaian bagi tetangga kami dan tentunya bagi semua orang.”
Menyinggung perlunya perdamaian dalam masyarakat, Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba berkata:
“Apa yang telah dunia diperoleh melalui konflik dan kekisruhan? Selama masa Perang Dunia jutaan orang kehilangan nyawa. Lalu kita semua hendaknya menyadari bahwa tujuan bersama kita adalah mewujudkan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang dapat hidup berdampingan dalam damai dan harmoni.”
Berbicara tentang bagaimana kita hendaknya saling menghormati keyakinan masing-masing yang merupakan elemen utama penegakkan perdamaian, Hazrat Mirza Masroor Ahmad berkata:
“Menjadi kewajiban umat Muslim untuk menghormati para pendiri semua agama dan begitu pula kami menghendaki para penganut agama dan keyakinan yang lain menghormati pendiri Islam, Muhammad Saw. Nilai saling menghormati satu sama lain dan menimbang rasa hormat penganut lain kepada pendiri agamanya masing-masing sangat berarti bagi penegakkan perdamaian di dunia.”
Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba menutup pidato beliau berkata:
“Menara masjid ini tidak hanya tegak karena alasan keindahan atau estetikanya namun merupakan simbol perdamaian dan cinta kasih untuk semua umat manusia. Oleh karenanya saya mendoakan semoga masjid ini menjadi mercusuar perdamaian di dunia.”
Sesi acara formal ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Huzur dan dilanjutkan acara makan malam.
Kemudian Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba diwawancarai oleh penyiar nasional Jerman RTL Television. Dalam interview tersebut Huzur berkata, Jamaah Islam Ahmadiyah aktif dalam upaya-upaya mempromosikan dialog dan keharmonisan antar pemeluk agama di seluruh dunia. Pada tahun 2014 Jamaah Islam Ahmadiyah mengorganisir Konferensi Agama Dunia di the Guildhall di London dengan tujuan menggaungkan toleransi dan sikap hormat-menghormati antar agama di tingkat dunia.
Tel/Fax: 020 8544 7678 Email: press@amjinternational.org
Twitter: @AhmadiyyatIslam
Press Secretary AMJ International
URL sumber: alislam.org/e/3477