Ketika aku merenungkan keseluruhan firman Allah s.w.t., aku menemukan bahwa ajaran-ajarannya itu berusaha memperbaiki kondisi alamiah manusia dan mengangkatnya selangkah demi selangkah ke tingkat kerohanian yang lebih tinggi.
Pada tahap awal, Allah s.w.t. bermaksud mengajar manusia ketentuan-ketentuan yang bisa disebut dasar, melalui mana merubah kondisinya dari taraf binatang liar ke derajat akhlak tingkat rendah yang bisa dikatakan sebagai kebudayaan atau tamadhun.
Kemudian Dia melatih dan mengangkat manusia dari tingkat akhlak yang mendasar ke tingkatan akhlak yang lebih tinggi.
Sebenarnya perubahan kondisi alamiah demikian semua itu adalah satu kegiatan, hanya saja terdiri dari beberapa tingkatan. Allah Yang Maha Bijaksana telah memberikan sistem akhlak yang sedemikian rupa sehingga manusia bisa merambat dari tingkat akhlak yang mendasar ke tingkatan yang lebih tinggi.
Tingkat ketiga dari perkembangan demikian itu adalah manusia berupaya memperoleh kecintaan dan keridhoan Pencipta-Nya dimana keseluruhan wujud dirinya diabdikan kepada Allah s.w.t. Pada tingkat inilah keimanan para Muslim disebut sebagai Islam yang bermakna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t. tanpa ada yang tersisa.”
(Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Islami Usul ki Philosophy, Ruhani Khazain, vol. 10, hal. 324, London, 1984).