Teori Evolusi Menurut Al-Qur’an

Teori evolusi menurut Alquran

Menurut Al-Quran, evolusi kehidupan adalah hasil dari kehendak Ilahi dan bimbingan Ilahi. Al-Qur’an menyatakan bahwa keselarasan dan kompleksitas ciptaan tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Sebaliknya, seleksi alam yang menjadi dasar teori evolusi modern, mempercayai adanya mutasi acak untuk keberlangsungan hidup dan kompleksitasnya. Namun, teori ini gagal menjelaskan bagaimana kehidupan diciptakan dan bagaimana kebetulan-kebetulan dapat membawa kehidupan menuju kompleksitas.

Teori Evolusi Menurut Al-Qur’an

Penulis: Atif Munawar Mir, Mississauga, Kanada

Evolusi Kehidupan: Kehendak Ilahi, Seleksi Alam

Al-Qur’an menyatakan bahwa kehidupan terjadi karena evolusi. Namun, evolusi ini tidak terjadi secara buta atau acak. Sebaliknya, evolusi dikendalikan oleh tangan Ilahi. Tangan Ilahi ini bertanggung jawab atas permulaan, keanekaragaman, dan kompleksitas kehidupan di Bumi.

Namun, biologi modern, yang didasarkan pada teori evolusi Darwin, mengaitkan evolusi dengan prinsip seleksi alam. Menurut prinsip ini, manusia, hewan, dan tumbuhan, berkembang melalui kejadian-kejadian alamiah yang terjadi secara kebetulan. Evolusi tubuh manusia hanyalah hasil dari proses alam otomatis yang berlangsung selama miliaran tahun. Dalam perjalanan panjang ini, manusia berkembang dari organisme bersel satu tanpa bantuan ilahi, bimbingan, dan tujuan.

Seleksi alam adalah landasan dari teori Darwin. Berbeda dengan Al-Qur’an, prinsip seleksi alam tidak mengakui gagasan bahwa alam semesta dirancang oleh kecerdasan yang tinggi.

Perbedaan lain antara prinsip seleksi alam dan ajaran Islam adalah mengenai jalur evolusi. Seleksi alam menyatakan bahwa manusia dan kera berevolusi dari nenek moyang yang sama. Berdasarkan logika ini, para ahli biologi menganggap kera sebagai nenek moyang terdekat manusia. Akan tetapi, Al-Qur’an tidak mengemukakan gagasan tentang satu nenek moyang yang sama dan dengan demikian Al-Qur’an tidak menganggap kera sebagai bagian dari rantai evolusi manusia.

Seleksi Alam

Seleksi alam berarti bahwa alam, bukan Kehendak Ilahi, yang memandu arah evolusi.

Tiga Kondisi Seleksi Alam

Menurut neo-Darwin, ada tiga kondisi yang harus terpenuhi agar seleksi alam bisa terjadi. Syarat pertama adalah reproduksi, yaitu harus ada keturunan. Kedua, keturunan tersebut harus memiliki perbedaan dari induknya karena mutasi, meskipun mutasinya tidak terlalu signifikan. Terakhir, mutasi acak pada keturunan tersebut harus menghasilkan perbedaan dalam kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang biak lebih lanjut.[1]

Sebelum melangkah lebih jauh, ada satu klarifikasi penting. Darwin berpendapat bahwa variasi pada keturunan (kondisi kedua) mencerminkan dorongan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Namun, ahli biologi modern mengaitkan variasi tersebut dengan mutasi di dalam organisme hidup.[2] Misalnya, Darwin berpendapat bahwa leher Jerapah yang panjang merupakan hasil dari pohon-pohon yang tinggi di habitatnya. Ahli biologi modern mengaitkan leher panjang tersebut adalah hasil mutasi pada hewan yang awalnya berleher pendek.

Berikut ini adalah demonstrasi dari tiga kondisi yang berlaku.

Meskipun monyet tidak dapat melahirkan keturunan manusia, monyet dapat memiliki keturunan yang sedikit lebih mirip manusia. Nantinya, monyet yang mirip manusia ini akan melahirkan keturunan yang lebih mirip dengan manusia daripada induknya dan seterusnya. Dengan waktu yang cukup, bisa ada rangkaian perubahan kecil yang menghubungkan nenek moyang monyet dengan keturunan manusia.

Ketiga elemen seleksi alam ini menyediakan mekanisme di mana segala sesuatu dapat mengubah desainnya tanpa bantuan dari luar. Sebagai contoh, seorang pembuat jam tangan sungguhan merencanakan bentuk jam yang akan dibuatnya sebelum mulai bekerja. Di sisi lain, seleksi alam menghasilkan modifikasi kecil pada organisme tanpa tujuan akhir yang jelas. Perubahan-perubahan kecil dalam jangka waktu yang lama ini pada akhirnya dapat mengubah seekor monyet menjadi manusia.

Sejarah Evolusi Darwin

Prinsip seleksi alam dijelaskan secara lengkap oleh Charles Darwin dalam bukunya yang terkenal, On the Origin of Species. Buku ini diterbitkan pada tahun 1859 dan menimbulkan gelombang kontroversi. Darwin mendasarkan buku ini pada penemuan yang ia buat saat melakukan perjalanan di Amerika Selatan di mana ia mengumpulkan banyak spesimen tanaman, hewan, batu, dan fosil. Ia menemukan fosil-fosil hewan yang telah punah menyerupai spesies tertentu yang masih hidup. Ia juga melihat kasus-kasus yang menunjukkan adanya kemiripan di antara spesies yang masih ada. Temuan-temuan ini memaksanya untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Mengapa hewan-hewan punah? Mengapa ada kemiripan di antara berbagai spesies, yang masih hidup atau yang sudah punah?

Pada masa sebelum Darwin, terori evolusi sangat menonjol, namun bagaimana proses evolusi terjadi masih belum jelas. Darwin memperkenalkan konsep seleksi alam untuk menjelaskan proses evolusi.

Penemuan-penemuan Darwin, yang secara umum diterima dalam dunia biologi, menunjukkan bahwa evolusi telah terjadi sejak permulaan zaman dan masih terus berlangsung hingga sekarang. Seleksi alam menyimpulkan bahwa manusia adalah keturunan ikan bertulang yang pertama kali muncul di laut 400 juta tahun yang lalu. Dengan menggunakan sirip tulang mereka, ikan-ikan ini berhasil keluar dari laut dan perlahan-lahan beradaptasi untuk bertahan hidup di darat. Ikan bertulang ini adalah nenek moyang semua vertebrata (hewan bertulang belakang) amfibi, reptil, dan burung yang hidup di bumi 370 juta tahun yang lalu. Ketika beberapa reptil berevolusi menjadi burung, dua kaki depan perlahan-lahan menjadi sayap. Reptil lainnya berevolusi menjadi mamalia berkaki empat. Pada manusia, kaki depan berevolusi menjadi lengan. Pada paus, kaki-kaki mereka menghilang.

Monyet dan kera muncul 35 juta tahun yang lalu dan hidup di pepohonan. Menurut seleksi alam, karena beberapa alasan yang tidak diketahui, sekelompok kera tertentu akhirnya diusir dari hutan sekitar lima juta tahun yang lalu. Akhirnya, kera yang terbuang ini belajar berjalan tegak dan perlahan-lahan menjadi manusia.

Terkait:   Biologi Molekular - Skak Mat Bagi Kreasionisme

Islam dan Seleksi Alam

Salah satu sifat Allah, menurut Al-Quran, adalah Dia menciptakan secara bertahap. Manusia juga diciptakan secara bertahap. Al-Qur’an tidak memberikan rincian tentang tahapan-tahapan tersebut, tetapi memberikan prinsip-prinsip yang cenderung mengarah pada empat tahap utama dalam evolusi manusia.[3] Pada tahap pertama, manusia adalah materi yang tidak bernyawa. Pada tahap kedua, manusia secara fisik adalah manusia, tetapi secara mental mereka masih berada pada level hewan, mereka tidak memiliki bahasa, kemampuan berbicara, dan logika. Pada tahap ketiga, manusia mulai mengembangkan kemampuan berpikir, dan pada tahap terakhir, manusia belajar untuk hidup sebagai sebuah masyarakat. Jadi, Al-Quran memang berbicara tentang evolusi manusia, dari materi menjadi akal, secara bertahap. Namun, evolusi dari satu tahap ke tahap berikutnya ini terjadi di bawah bimbingan Ilahi.

Al-Qur’an tidak setuju dengan aspek buta dari seleksi alam dan jalurnya, yang menempatkan manusia dan kera dalam rantai evolusi yang sama. Kesenjangan yang sangat besar antara manusia dan hewan dalam hal potensi mental dan keterampilan sosial memunculkan masalah missing link (mata rantai yang hilang), yang akan dibahas nanti.

Kitab suci Al-Quran berulang kali menyatakan bahwa pada setiap langkah penciptaan, pilihan-pilihan secara sengaja telah dibuat. Pilihan-pilihan itu tidak dibuat oleh operator seleksi alam yang buta, tetapi oleh Allah, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui.[4] Namun, Dia tidak hanya menciptakan alam, tetapi Dia juga secara aktif terlibat dalam pemilihan spesies mana yang akan punah dan mana yang akan bertahan hidup. Penciptaan dan kelangsungan hidup semua spesies bergantung pada kehendak Allah.

Namun, menurut seleksi alam, manusia hanyalah hasil dari triliunan peristiwa evolusi yang terjadi secara acak dalam proses evolusi. Mereka tidak memiliki tujuan khusus di alam semesta. Keberadaan mereka bersifat kebetulan.

Hal ini sangat kontras dengan posisi Al-Quran yang menyatakan bahwa manusia adalah tujuan utama penciptaan.

Implikasi dan Analisis Seleksi Alam

Kompleksitas: Perubahan Mutatif, Kontrol Ilahi

Salah satu elemen kunci dari seleksi alam adalah keturunan terkadang berbeda dari induknya. Sebagai contoh, kupu-kupu kuning bisa saja memiliki keturunan yang berwarna hitam. Variasi dan mutasi semacam ini, meskipun jarang, cenderung terjadi pada semua spesies. Dalam jangka waktu yang lama, efek kumulatif dari mutasi tersebut akan menghasilkan spesies yang benar-benar baru.

Teori perubahan mutatif ini telah melahirkan gagasan bahwa mutasi memainkan peran penting dalam membangun, memperbaiki, dan mengembangkan semua makhluk hidup secara perlahan menjadi entitas biologis yang rumit namun harmonis.

Al-Qur’an tidak setuju bahwa seleksi alam dengan sendirinya menghasilkan evolusi. Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Kehendak Ilahi yang memandu evolusi, bukan secara kebetulan. Jika alam memandu evolusi, kehidupan lebih mungkin mengalami kemerosotan daripada berevolusi. Mutasi yang sembarangan dapat menyebabkan kematian yang tak terhitung jumlahnya.

Menurut seleksi alam, semua makhluk hidup termasuk manusia berevolusi dari satu sel tunggal. Satu sel tunggal tersebut akhirnya berevolusi menjadi tubuh manusia dengan triliunan sel khusus yang mengatur berbagai fungsi tubuh manusia. Seberapa besar peluang satu sel yang kompleks berevolusi menjadi triliunan sel khusus yang sangat rumit secara kebetulan? Peluangnya sangat kecil.

Perjalanan dari satu sel yang sangat kompleks menjadi triliunan sel khusus yang tidak dapat diduga, kemungkinan besar membutuhkan pemandu, seorang perancang. Tanpa pemandu, sel-sel itu cenderung mengacaukan diri mereka sendiri. Para ilmuwan sepakat bahwa kemajuan bertahap dari satu sel menjadi sel-sel khusus lebih mungkin terhenti atau mundur jika perjalanannya tidak memiliki peta yang telah dirancang sebelumnya.

Allah telah menciptakan langit dan bumi secara bertahap seperti yang dinyatakannya dalam Al-Quran.[5] Allah-lah yang menciptakan, mengembangkan, dan memelihara kehidupan, serta memastikan keselarasan dan keberagaman dalam segala hal, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Semua ini tidak mungkin terjadi hanya melalui pilihan adaptasi yang acak.

Evolusi seperti yang dipaparkan oleh Al-Qur’an menyatakan bahwa kehidupan berkembang selangkah demi selangkah dari debu, air, tanah liat, dan juga dari lumpur kehitaman yang berfermentasi, yang kemudian berubah menjadi tanah liat kering yang berdenting.[6]

Salah satu ciri yang menarik dari seleksi alam adalah bahwa mutasi acak pada umumnya menghasilkan desain yang luar biasa. Dengan bantuan mutasi acak, seekor monyet yang tidak memiliki kemampuan logika atau berbicara, akhirnya menjadi manusia yang memiliki kemampuan bahasa dan penalaran. Tampaknya, seleksi alam selalu bergerak ke arah kemajuan. Menurut beberapa kritikus seleksi alam, menyebut kemajuan seperti itu sebagai kebetulan sama saja dengan berharap seekor monyet yang mengetik sembarangan di atas papan ketik bisa menghasilkan sebuah karya drama Shakespeare.

Yang juga mencengangkan adalah fakta bahwa ketika kelangsungan hidup suatu spesies terancam, sering kali terjadi mutasi pada spesies tersebut yang memastikan kelangsungan hidupnya. Ambil contoh kupu-kupu hijau yang menggunakan pepohonan hijau sebagai kamuflase. Namun karena polusi yang disebabkan oleh pabrik-pabrik batu bara di dekatnya, daun-daun pohon umumnya menjadi lebih gelap. Akibatnya, kupu-kupu hijau sulit bersembunyi dari mangsanya. Namun, secara tidak sengaja, kupu-kupu ini melahirkan keturunan berwarna hitam, yang memungkinkannya untuk menggunakan pohon-pohon gelap sebagai kamuflase. Akhirnya, kupu-kupu hijau, yang tidak lagi dapat bersembunyi dari mangsanya, mulai menghilang, sementara kupu-kupu hitam semakin banyak. Begitulah cara mutasi acak membantu spesies ini untuk berubah dan bertahan hidup.

Terkait:   Biologi Molekular - Skak Mat Bagi Kreasionisme

Seleksi alam mengandaikan jutaan mutasi acak semacam itu dalam menjelaskan ‘desain yang lebih baik’ dan kelangsungan hidup spesies. Namun, yang perlu direnungkan di sini adalah kenyataan bahwa triliunan mutasi acak atau langka tersebut terjadi dengan sangat tepat waktu sehingga mencegah kepunahan banyak spesies sepanjang sejarah evolusi.

Jika satu mutasi saja, di antara triliunan lainnya, terjadi secara berbeda, maka manusia tidak akan ada. Mungkin mamalia masih akan menguasai bumi. Satu kesalahan kecil bisa saja menyebabkan kehidupan tidak pernah ada sama sekali. Namun, menurut seleksi alam, kehidupan berhasil menghadapi bahaya-bahaya tersebut dan berkembang menjadi lebih beragam dan kompleks dengan cara yang luar biasa.

Para ilmuwan menjelaskan hal ini sebagai serangkaian kebetulan yang didorong oleh mutasi. Namun, Fred Hoyle, seorang ilmuwan, berpendapat bahwa terjadinya kebetulan semacam itu sangat tidak mungkin terjadi. Ia menyamakan terjadinya kompleksitas melalui pilihan acak seperti sebuah tornado yang berputar di tempat rongsokan dan secara kebetulan merakit sebuah pesawat 747.[7]

Jika seleksi alam bekerja sendiri, ia akan menyebabkan perubahan mutatif yang acak. Namun, mutasi tidak hanya terjadi pada waktu yang tepat, tetapi sifat mutasi tersebut juga sangat penting untuk kelangsungan hidup pada waktu itu. Satu mutasi yang tepat waktu bisa dijelaskan sebagai suatu kebetulan, namun terjadinya mutasi yang terus-menerus dan tepat waktu selama jutaan tahun membutuhkan pengawasan terhadap evolusi. Jika tidak, kemungkinan besar spesies akan punah atau mengalami kemunduran.

Menurut Al-Quran, ‘kebetulan’ tidak berperan dalam kelangsungan hidup suatu spesies. Semua spesies, termasuk manusia, terlindungi dengan baik dari sejumlah bahaya mengancam yang terus mengepung mereka, yang mengancam kepunahan setiap saat dalam hidup mereka… ini adalah sebuah desain perlindungan yang telah dirancang dengan baik, dipelihara dengan baik, dan diimplementasikan dengan baik, yang telah berjalan sepanjang sejarah kehidupan.[8]

Mutasi memang terjadi, tetapi bukan mutasi yang menggerakkan proses evolusi. Jika mutasi adalah kekuatan di balik evolusi, mengapa beruang kutub di wilayah Arktik semuanya berwarna putih? Tidak ada satu pun fosil yang ditemukan di Arktik yang menunjukkan bahwa beruang kutub, pada suatu waktu, secara kebetulan melahirkan beruang berwarna kuning, biru, atau hitam. Berdasarkan logika teori Darwin, beruang kutub di Arktik seharusnya juga hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Seharusnya ada beruang kutub kecil, beruang kutub raksasa, beruang kutub kelas berat, dan beruang kutub kelas menengah. Namun, tidak ada jejak beruang bervariasi seperti itu yang ditemukan di Arktik, padahal kondisi atmosfer sangat mendukung pelestarian fosil.[9]

Alam penuh dengan berbagai contoh yang menunjukkan bahwa ada lebih banyak hal dalam evolusi daripada yang bisa dijelaskan oleh mutasi. Misalnya, bagaimana mutasi secara logis menjelaskan mengapa dua spesies ikan listrik yang berbeda, yaitu ikan listrik Amerika Selatan dan Afrika, mengembangkan fitur listrik yang sama ketika hidup di dua lokasi geografis yang berbeda? Salah satu penjelasannya adalah karena Pencipta kedua ikan tersebut adalah sama. Penjelasan kedua yang ditawarkan oleh seorang pendukung seleksi alam, Richard Dwarkins, adalah bahwa secara menarik kedua ikan tersebut telah menemukan solusi yang sama persis (untuk masalah yang berbeda yang mereka hadapi).[10]

Membayangkan bagaimana perangkat listrik yang sangat canggih ini terbentuk di laut, tanpa tujuan, tanpa desain, dan tanpa pengetahuan tentang cara kerja listrik, kita dapat membayangkan bahwa pada suatu masa di masa lalu, seekor ikan mungkin akan terkejut dengan kemunculan organ aneh (seperti alat listrik) di dalam perutnya.[11]

Awal kehidupan: Peluang, Desain

Bagaimana kehidupan dimulai di Bumi? Menurut seleksi alam, beberapa bahan anorganik secara tidak sengaja bergabung membentuk bahan organik (seperti protein), yang kemudian, melalui lebih banyak kebetulan, berevolusi menjadi DNA dan RNA.

Kecelakaan kimiawi lebih lanjut akhirnya menghasilkan kehidupan. Dalam hal ini, ada dua tantangan yang dihadapi oleh seleksi alam: Pertama, bagaimana bahan organik dihasilkan dari bahan anorganik dalam kondisi yang tidak terkendali? Kedua, bagaimana elemen kehidupan yang sangat kompleks seperti DNA dan RNA berevolusi dari bahan organik?

Dalam kondisi laboratorium, telah ditemukan bahwa bahan organik dapat muncul dari reaksi kimia bahan anorganik. Namun hal ini dicapai dalam lingkungan yang terkendali, di bawah pengawasan para ilmuwan. Produksi bahan organik di laboratorium membutuhkan pengawasan dan kontrol yang tepat. Jika pengawasan dan kontrol seperti itu diperlukan untuk memproduksi bahan organik di laboratorium, mengapa hal tersebut tidak diperlukan ketika fondasi kehidupan diletakkan di Bumi?

Berapa peluang bahan-bahan anorganik yang berbeda bisa bercampur dengan sendirinya dalam proporsi yang tepat untuk menghasilkan bahan organik? Untuk memungkinkan transformasi ini, atmosfer harus bebas oksigen, yang memang sesuai dengan temuan ilmiah terbaru tentang kondisi saat itu. Setelahnya, atmosfer berubah menjadi kaya oksigen, yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Kecelakaan kimia yang terjadi tepat waktu dan menghasilkan bahan dasar kehidupan di kondisi yang sama sekali tidak diawasi namun atmosfernya berubah dan mendukung, tampaknya sulit dianggap sebagai kebetulan.

Tantangan lain yang dihadapi para ilmuwan adalah bagaimana bahan organik berubah menjadi molekul yang sangat kompleks seperti DNA dan RNA? Seleksi alam mengaitkan perubahan bahan organik menjadi DNA ini dengan peluang (kebetulan).

Profesor Edwin Conklin, seorang ahli biologi terkemuka di Universitas Princeton, berpendapat bahwa kemungkinan kehidupan yang berasal dari ketidaksengajaan sebanding dengan kemungkinan kamus lengkap tercipta dari sebuah ledakan di percetakan.[12]

Seorang ilmuwan Inggris, J.D. Bernal, bahkan menyatakan bahwa menganggap kehidupan muncul karena kebetulan jauh lebih tidak masuk akal daripada kisah Adam dan Hawa.[13] Dengan kata lain, Bernal berpendapat bahwa penjelasan Alkitab tentang asal mula kehidupan jauh lebih bisa dipercaya daripada teori kebetulan.

Terkait:   Biologi Molekular - Skak Mat Bagi Kreasionisme

Frank Allen, Profesor Biofisika di Universitas Manitoba, menemukan bahwa untuk satu molekul protein—yang mendukung dan membangun kehidupan—terbentuk secara kebetulan, akan memerlukan waktu 10 pangkat 248 tahun. Jumlah ini jauh lebih besar dari usia alam semesta yang diperkirakan secara ilmiah, yaitu 4,5 miliar tahun.[14] Jika satu molekul protein saja memerlukan waktu yang sangat lama, berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum protein tersebut berubah menjadi manusia?

Lebih jauh lagi, ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa setelah bahan organik tercipta dari bahan anorganik, bahan tersebut harus berada dalam kondisi kering untuk mencegahnya kembali ke bentuk dasarnya. Al-Qur’an, yang merupakan pendukung kehendak Ilahi, secara eksplisit berbicara tentang penemuan-penemuan ilmiah terkini sejak 1400 tahun yang lalu. Al-Quran menyatakan,

…Dengan air Kami ciptakan segala sesuatu yang hidup…[15]

Al-Qur’an lebih lanjut menyatakan,

…Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering yang terbuat dari lumpur hitam yang menggenang…[16]

Gambaran air dan tanah liat yang dijelaskan dalam Al-Qur’an tampaknya konsisten dengan proses bahan anorganik yang berubah menjadi bahan organik, diikuti dengan tahap pengeringan agar bahan organik tersebut menjadi kokoh dan tidak mudah berubah kembali.

Mata Rantai yang Hilang: hilang atau tidak ada?

Pendukung teori seleksi alam berpendapat bahwa spesies manusia dihasilkan dari mutasi monyet. Penjelasan ini didasarkan pada kesamaan struktur biologis keduanya. Namun jika seleksi alam didasarkan pada perubahan kecil yang terkumpul dalam jangka waktu yang lama, maka kita akan menemukan spesies yang sangat mirip dengan manusia dan monyet. Jika tidak, kesenjangan besar antara manusia dan monyet dalam pola perilaku dan potensi mental mereka tidak dapat dijelaskan. Perbandingan antara manusia dan monyet di semua bidang ini akan menunjukkan bahwa potensi manusia milyaran kali lebih besar daripada monyet.[17]

Evolusi tidak bisa dikaitkan dengan mutasi tanpa menjelaskan kesenjangan antara manusia dan hewan lainnya.

Ketiadaan spesies perantara ini dijelaskan dengan asumsi bahwa catatan tentang tahap-tahap peralihan telah hancur. Dikatakan bahwa penelitian selanjutnya akan memulihkan perantara yang hilang ini melalui temuan fosil. Hal ini belum terjadi. Kesenjangan dalam kecerdasan manusia dan monyet menunjukkan bahwa manusia mungkin telah berevolusi dengan cara yang berbeda.

Gambaran evolusi ini bertentangan dengan asumsi dasar seleksi alam, yang mengidentifikasi satu nenek moyang yang sama untuk semua spesies.

Kebutuhan akan Pencipta

Masalah mendasar lainnya dengan seleksi alam adalah bahwa seleksi alam tidak dapat disebut sebagai Pencipta, karena seleksi alam tidak menciptakan, tetapi bekerja pada apa pun yang sudah ada.[18]

Jadi, pertanyaan yang sangat mendasar perlu dijawab. Dari mana asal materi anorganik yang kemudian berubah menjadi molekul DNA dan RNA, fondasi kehidupan? Seleksi alam gagal menjelaskan hal ini. Seleksi alam hanya menjelaskan perkembangan kehidupan setelah penciptaan.

Ilmu pengetahuan modern, meskipun memiliki prestasi luar biasa, belum mampu menciptakan satu pun sel manusia atau enzim hidup. Bahkan penciptaan atom berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan modern. Apa pun yang lebih rumit, seperti gen, kromosom, sel, atau mikroba, sangatlah kompleks sehingga para ilmuwan sulit memahami bagaimana proses pembuatannya, bahkan dalam tingkat yang paling sederhana sekalipun.[19]

Kesimpulan

Al-Quran Suci menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil evolusi. Akan tetapi, Al-Quran mengidentifikasi keselarasan dan kompleksitas penciptaan dan menyatakan bahwa semua ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Seleksi alam gagal menjelaskan penciptaan kehidupan. Menurut seleksi alam, evolusi kehidupan menghasilkan kompleksitas dan keselarasan melalui kebetulan dan mutasi. Kehidupan telah berevolusi secara progresif, dari kehidupan yang sederhana menjadi kehidupan yang kompleks, tanpa bimbingan supranatural apa pun.

Evolusi kehidupan yang sangat kompleks selama 4,5 miliar tahun karena kebetulan demi kebetulan sangat bergantung pada banyak sekali peluang. Oleh karena itu, setiap langkah yang diambil kehidupan, bisa saja bergerak ke arah mana pun. Satu langkah yang diambil ke arah yang benar tanpa bimbingan adalah peluang yang tidak mungkin. Untuk setiap langkah yang selalu bergerak ke arah yang benar, berulang kali hingga miliaran kali yang dapat mengarah pada penciptaan manusia adalah hal yang aneh dan tidak realistis.[20]


[1] Charlesworth, Deborah and Brian. (2003) Evolution. Oxford University Press: 7

[2] Hoyle, Fred. (1983) The Intelligent Universe, Holt, Rinehard and Winston: 32

[3] Ahmed, Hazrat Mirza Bashirrudin Ahmed (Khalifa Sani (PBUH). (1954) Sairay Rohani: First Part. Alshirkatul Islamia Ltd. 18-23

[4] The Holy Quran: Chapter 56, Verses 58-74

[5] Holy Quran: Chapter 67, Verses 2-4

[6] Ahmad, Hazrat Mirza Tahir (Khalifa Rabia (PBUH)). (1998). Revelation, Rationality, Knowledge and Truth. Islam International Publications Ltd. 344 (Quotation based on Chapter 15, Verses 27, 29 & 34)

[7] Ibid. 474

[8] Ibid. 345 (Quotation based on Chapter 13, Verses 9-12

[9] Ibid. 439

[10] Ibid. 537

[11] Ibid. 537

[12] Ibid. 475

[13] Ibid. 360

[14] Ibid. 472

[15] Holy Quran, Chapter 21, Verse 31

[16] Holy Quran, Chapter 15, Verse 27

[17] Ahmad, Hazrat Mirza Tahir (Khalifa Rabia (PBUH)). (1998). Revelation, Rationality, Knowledge and Truth. Islam International Publications Ltd. 524

[18] Ibid. 528

[19] Khaleel, Dr. Kasem. (2003), Science and Religion, Knowledge House, 26

[20] Ahmad, Hazrat Mirza Tahir (Khalifa Rabia (PBUH)). (1998). Revelation, Rationality, Knowledge and Truth. Islam International Publications Ltd. 409

Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Nafilatun Nafiah

Comments (1)

Tim Ahmadiyah.Id
03/11/2024, 17:33
Alhamdulillah that's best.

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.