13 Sifat Hamba Allah yang Saleh

13 Sifat Hamba Allah yang Saleh

13 Sifat Hamba Allah yang Saleh

oleh Labeeda Rashid & Frasat Ahmad, USA. Diterbitkan dalam Review of Religions (24 Mei 2021)

Ada permata yang secara rohani telah tertanam dalam diri kita dan secara genetik kita diprogram untuk menemukannya.

Sifat alamiah kita menuntut kita untuk mencarinya. Hal tersebut adalah hasrat jiwa kita yang terdalam dan mahkota permata di singgasana hati kita. Apakah itu? Mencari Tuhan kita dan mencapai kedekatan-Nya, sedemikian rupa sehingga Dia dengan penuh kasih menganggap kita sebagai hamba-hamba pilihan-Nya.

Mengenai hal ini, Hadhrat Masih Mau’ud(as) menulis:

‘Ketika kita melihat kemampuan manusia dan mencoba menemukan apa jangkauan tertingginya, kita akan menemukan bahwa ia mencari Tuhan Yang Maha Esa. Ia ingin menjadi begitu berbakti kepada Tuhan sehingga ia tidak boleh menjadikan apa pun sebagai miliknya dan semua yang menjadi miliknya harus menjadi milik Allah… Oleh karena itu, jelaslah bahwa jangkauan tertinggi kemampuan manusia adalah untuk bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, tujuan sejati hidupnya adalah agar jendela hatinya terbuka terhadap Tuhan.” (Filsafat Ajaran Islam, hal, 160-161)

Meskipun keinginan yang hakiki ini ada dalam diri kita masing-masing, bagaimana kita benar-benar dapat meraih kedekatan dengan Allah? Langkah-langkah praktis apa yang dapat kita ambil agar dapat termasuk di antara hamba-hamba pilihan Sang Maha Pengasih?

Allah sendiri menguraikan langkah-langkah ini dalam Al-Qur’an saat Dia merinci tindakan apa yang harus dilakukan hamba-hamba-Nya agar mereka dapat dianggap sebagai orang-orang pilihan-Nya.

Dalam Khotbah Jumat yang disampaikan pada tanggal 25 September 2009, Khalifah Kelima dan Pemimpin Dunia Jemaat Muslim Ahmadiyah, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad(aba) menguraikan bagaimana Muslim Ahmadi dapat menerapkan langkah-langkah ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Oleh karena itu, dalam sabda Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad(aba) , berikut adalah 13 langkah yang dapat kita ambil untuk mencapai Kedekatan dengan Allah dan termasuk di antara orang-orang pilihan-Nya.

1. Berjalanlah di atas Bumi dengan Kerendahan Hati

وَ عِبَادُ الرَّحۡمٰنِ الَّذِیۡنَ یَمۡشُوۡنَ عَلَی الۡاَرۡضِ ھَوۡنًا

Dan hamba-hamba sejati Tuhan Yang Rahman ialah mereka   yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati.”(QS Al-Furqan [25]:64)

‘Setiap keputusan mereka didasarkan pada sikap moderat. Kemarahan atau kekasaran yang tidak semestinya, yang terkadang berkembang menjadi kesombongan, tidak ada dalam kepribadian mereka. Begitu pula, tidak boleh ‘terlalu lunak’ dalam sifat mereka, yang berakhir menjadi kelemahan dan rasa puas diri. Hal ini tidak hanya berlaku untuk individu, tetapi juga harus ada pada tingkat berjamaah, yang berarti, hamba-hamba Allah, sebagai sebuah jamaah, harus mengembangkan sifat ini.’

‘Terdapat pula sebuah nubuat mengenai hal ini [ayat Al-Qur’an] bahwa hamba-hamba Allah akan benar-benar mendapatkan kemenangan, dan ketika mereka mendapatkannya, mereka hendaknya tidak bersikap sombong dan mementingkan diri sendiri. Mereka hendaknya tidak membalas dendam dan melupakan Allah Ta’ala. Sebaliknya, mereka harus fokus pada sikap tawadhu (rendah hati) dan memenuhi hak-hak orang lain.’

2. Apabila orang jahil menegur, katakanlah, “Damai sejahtera!

وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

Dan apabila orang-orang jahil menegur mereka, mereka mengucapkan, “Sejahtera”. (QS Al-Furqan [25]:64)

‘Setiap hamba Allah hendaknya menghindari pertikaian dan menasihati dengan lemah lembut orang-orang yang kasar dan suka membantah. Kedua, ketika kalian memperoleh kekuasaan, ingatlah kerendahan hati dan martabat yang kalian peroleh dengan menaati perintah Allah sebelumnya [berjalan dengan rendah hati] dan yang telah kalian tanamkan dalam Jamaah kalian. Akan ada rintangan di jalan kalian yang mungkin dapat membangkitkan emosi dan nafsu kalian. Lalu akan dikatakan tentang kalian, ‘Lihatlah betapa kejam dan tidak adilnya orang-orang ini!’ Dalam keadaan seperti itu kalian harus mengendalikan emosi kalian. Kalian harus mempertahankan teladan yang telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad (saw) dan para Sahabat beliau (ra).’

“Di sini juga terkandung nubuat bahwa keadaan Jamaah [Komunitas] di masa depan memang akan membaik. Namun, pada saat ini, situasi di beberapa negara, khususnya Pakistan, sedemikian rupa sehingga para Ahmadi teraniaya. Emosi mereka tersulut.”

‘Para musuh berusaha menghasut para Ahmadi untuk main hakim sendiri sehingga mereka akan terkena hukum dan menjadi sasaran kekejaman dan penganiayaan.

Kalian harus bertindak melawan rencana-rencana keji ini dengan tetap berada dalam penghambaan kepada Allah dan tetap berada dalam batas-batas hukum. Akan tetapi, kalian tidak boleh membalas kekotoran dengan kekotoran, agar tidak muncul lebih banyak masalah bagi Ahmadi lainnya dan bagi Jemaat. Oleh karena itu, terkait dengan keadaan saat ini, saya menasihati para Ahmadi agar berusaha menjadi orang-orang yang saleh sehingga mereka meraih keridhaan Allah.

Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya, Allah Yang Maha Kuasa telah memasukkan sebuah nubuat dalam [ayat] ini bahwa kalian sebagai sebuah Jamaah suatu hari akan menang, dan Insya Allah, pada saat itu kalian dapat menunjukkan kepada dunia apa itu keadilan sejati, apa artinya mempertimbangkan perasaan orang lain saat memegang kekuasaan, dan apa artinya mengendalikan emosi kalian sendiri.”

Terkait:   8 Dalil Keberadaan Tuhan

3. Habiskan Malammu Bersujud di Hadapan Tuhanmu

وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَامًا

“Dan orang-orang yang mempergunakan malam untuk bersujud dan berdiri di hadapan Tuhan mereka.” (QS Al-Furqan [25]:65)

‘Allah Ta’ala tidak di sini tidak mengatakan bahwa hamba-hamba-Nya yang saleh hanya menghabiskan beberapa hari saja [dalam ibadah], melainkan mereka secara konsisten mengisi malam-malam mereka dengan shalat dan doa. Ini adalah tanggung jawab yang sangat penting bagi seorang Ahmadi, bahwa dia tidak hanya berfokus pada shalat wajibnya, tetapi juga memperindah malam-malamnya dengan Nawafil [shalat sunnah atau tambahan] dan melaksanakan Tahajud terutama dalam kondisi di mana semua negara Muslim di dunia menciptakan hambatan dan kesulitan bagi Ahmadi.’

“Bangun di malam hari [untuk shalat] adalah cara untuk menundukkan ego seseorang, dan inilah yang Allah Ta’ala perintahkan. Jika kita dengan tulus memasuki Hadirat Allah dengan mendedikasikan malam-malam kita untuk beribadah kepada-Nya, maka perbuatan ini akan menjadi sarana untuk menghilangkan kesulitan yang dihadapi Jemaat. Hendaknya kalian ingat bahwa kalian tidak boleh sekadar bangun [untuk beribadah] di malam hari untuk alasan pribadi semata, tetapi juga untuk meraih keridhaan Allah dan berdoa untuk kemajuan dan perkembangan Jemaat.

Jika setiap Ahmadi di dunia ini dengan tulus mewajibkan atas dirinya minimal dua rakaat Nafl [shalat sunnah] demi mencari keridhaan Allah dan berdoa untuk kemajuan Jemaat, maka kita benar-benar akan menyaksikan bagaimana pertolongan Allah meroket dari sebelumnya, dan bagaimana Allah akan menghapus permusuhan para penentang…’

4. Berdoalah agar api neraka tidak menyentuhmu

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

“Dan orang-orang yang berkata, ‘Wahai Tuhan kami, jauhkanlah dari kami azab nereka Jahanam; karena sesungguhnya azabnya itu merupakan kebinasaan yang besar.” (QS Al-Furqan [25]:66)

‘Neraka itu ada dua macam, yaitu neraka di akhirat yang di dalamnya seseorang akan menerima hukuman atas dosa-dosanya, dan neraka dunia yang di dalamnya seseorang akan menghadapi akibat-akibat negatif dari perbuatan-perbuatannya yang jahat. Oleh karena itu, hamba-hamba Allah yang saleh harus senantiasa bertaubat dan beristighfar. Mereka harus berusaha untuk tetap berada dalam perlindungan Allah. Mereka harus berdoa kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka dari kehinaan dunia ini dan akhirat.’

‘Semoga Allah melindungi kita dari segala macam kesulitan duniawi. Semoga Allah menyelamatkan kita dari menjadi budak hawa nafsu dan kecenderungan dunia, agar hawa nafsu tersebut tidak menjauhkan kita dari Allah Ta’ala di dunia ini dan menjerumuskan kita ke dalam neraka akhirat. Kita juga harus berdoa agar kekhawatiran kita tentang anak-anak kita dihilangkan dan hati kita tidak terbakar oleh api kegelisahan dan kekhawatiran karena mereka.’

5. Janganlah berlebih-lebihan

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta tidaklah boros.” (QS Al-Furqan [25]:68)

‘Mereka tidak menghambur-hamburkan harta pribadi mereka untuk barang-barang yang bersifat pamer, dan tidak pula mereka menghambur-hamburkan dana Jemaat dengan boros. Salah satu contoh utama pemborosan harta pribadi untuk pamer yang semakin marak adalah pesta pernikahan. Demi memamerkan kekayaan dan menarik perhatian, berbagai jenis makanan dimasak dan berbagai acara pernikahan yang mewah diadakan, baik di sini [di Barat] maupun di Pakistan. Kemudian acara walimah juga diadakan [secara berlebihan]. Tidak ada salahnya mengadakan acara, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Saat ini, tradisi mehndi telah menjadi populer, di mana anggota keluarga pengantin wanita mengadakan suatu acara [untuk menghias pengantin wanita dengan henna] dengan dalih merayakan kebahagiaan mereka.’

“Dalam hal ini, banyak uang dihabiskan, kartu undangan dibuat dan dibagikan, dan orang-orang diundang untuk sebuah acara. Jika Anda ingin mengadakan mehndi, maka sebaiknya hanya perempuan atau teman-teman perempuan mempelai wanita yang berkumpul untuk acara tersebut. Namun, bahkan dengan [kelonggaran ini, terlihat bahwa] gaya hidup pamer dan ajang pameran semakin diperbesar dan diperluas setiap harinya.

‘Kebiasaan lain yang muncul [di antara perayaan-perayaan ini] adalah bahwa keluarga mempelai pria mengadakan sebuah acara sebelum pernikahan dengan dalih untuk merayakan kebahagiaan mereka. Saya melihat bahwa kebiasaan ini salah, bahkan bid’ah, bahkan orang-orang yang tulus dan ahli dalam agama pun ikut terlibat di dalamnya. Dan orang-orang yang tidak mengadakan acara-acara seperti itu (dan kita seharusnya berpikir bahwa mereka tidak melakukannya demi kebajikan), maka orang-orang mulai bergosip tentang mereka, dengan mengetakan bahwa mereka pelit atau kikir.

Khususnya, orang-orang yang pergi ke Pakistan dari luar negeri menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk acara, perhiasan, pakaian, dan hadiah, di mana setiap orang berlomba-lomba menghabiskan lebih banyak dari yang lain. Ini semua adalah pemborosan. Semua uang ini bisa disimpan dan digunakan untuk kepentingan mereka yang membutuhkan. Bisa digunakan untuk membantu orang miskin agar dapat menikah. Kekayaan ini bisa digunakan untuk mengurus anak yatim dan untuk perbuatan baik lainnya. Dengan cara ini, jika Anda memiliki kebijaksanaan untuk menyimpan uang ini [dan menggunakannya untuk perbuatan baik], maka hal ini dapat menjadikan seseorang sebagai hamba Allah yang saleh.’

Terkait:   Konsep Wahyu dalam Islam

6. Janganlah kikir

وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Dan tidak pula kikir, melainkan mengambil jalan tengah di antara kedua keadaan itu. (QS Al-Furqan [25]:68)

‘Ada orang yang sangat kikir sehingga mereka bahkan tidak mau mengeluarkan uangnya pada saat yang tepat dan perlu. Mereka mencapai puncak kekikiran demi mengumpulkan uang. Ada yang sangat pelit sehingga mereka tidak akan membelanjakan uang untuk kebutuhan pribadi mereka sendiri atau membantu orang yang mereka cintai atau yang membutuhkan. Sifat mereka sedemikian rupa sehingga mereka bahkan tidak mau berkorban demi Jemaat.

Jadi orang-orang yang kaya dan mampu membelanjakan uang tetapi tidak melakukannya, tidak termasuk sebagai hamba-hamba Allah yang saleh. Ketika Allah Ta’ala telah menyatakan ketidaksenangan-Nya bagi orang-orang yang boros dan telah mengeluarkan mereka dari golongan hamba-Nya yang saleh, Dia juga telah menyatakan ketidaksenangan-Nya yang sangat besar terhadap orang-orang yang kikir.’

7. Jauhi Kesyirikan

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ

Dan orang-orang yang tidak menyeru tuah yang lain bersama Allah. (QS Al-Furqan [25]:69)

‘Kesyirikan adalah dosa yang paling berat di mata Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman bahwa semua dosa dapat diampuni, tetapi syirik tidak dapat diampuni. Hamba-hamba Allah yang saleh tidak hanya menjauhi kemusyrikan yang nyata, seperti menyembah patung-patung fisik, tetapi mereka juga menghindari penyembahan berhala yang tidak tampak. Ibadah mereka dan pekerjaan-pekerjaan lain yang mereka lakukan sejalan dengan perintah Allah, dan mereka dengan sangat hati-hati memastikan bahwa tidak ada tindakan mereka yang mengandung jenis kesyirikan tersembunyi. Mereka juga memastikan bahwa pekerjaan atau karier mereka tidak menjadi penghalang dalam ibadah mereka kepada Allah…’

8. Jangan Membunuh

وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ

“Dan mereka tidak membunuh jiwa yang telah dilarang oleh Allah, kecuali dengan alasan yang benar.” (QS Al-Furqan [25]:68)

‘Jika Nabi Muhammad (saw) berperang, atau jika para Sahabatnya, Khulafa Rasyidin dan kaum Muslimin di kemudian hari berperang dengan tetap menjaga standar ketakwaan, mereka hanya melakukannya karena pelanggaran yang dilakukan pihak lawan dan untuk menghentikan penganiayaan yang mereka derita di tangan musuh-musuh mereka. Mereka semua berupaya, bahkan Nabi Muhammad (saw) dan para Khalifah memerintahkan bahwa tidak boleh membunuh anak-anak, perempuan, pemuka agama, pendeta, pertapa, dan lain-lain yang tidak terlibat dalam perang peperangan. Sebaliknya, kita melihat bahwa dalam Perang Dunia Kedua, ratusan ribu warga sipil Jepang yang tidak bersalah dibunuh.’

‘Bahkan saat ini, dengan kedok menegakkan perdamaian, nyawa-nyawa tak berdosa dilempar ke tepi jurang kematian melalui serangan-serangan pesawat tempur. Begitulah keadaan orang-orang yang melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap Islam. Akan tetapi orang-orang yang dalam hatinya meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah juga menumpahkan darah orang-orang tak berdosa melalui serangan-serangan bunuh diri mereka. Akan tetapi, pertumpahan darah yang terjadi atas nama Islam dan agama adalah kisah lain yang menyakitkan dan mengkhawatirkan [yang akan diceritakan di lain waktu]. Sesungguhnya, Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa orang-orang seperti itu tidak dapat dianggap sebagai hamba-hamba-Nya yang sejati.’

9. Jangan Berzina atau Berbuat Mesum

وَ لَا یَزۡنُوۡنَ

‘Mereka tidak berzina (atau berbuat mesum).’ (QS Al-Furqan [25]:68)

‘Ini mencakup perzinaan dalam arti praktik langsung maupun mendapatkan kenikmatan dari tayangan atau adegan tidak senonoh. Saat ini, internet dan beberapa program yang ditayangkan di televisi memicu perzinaan mental dan visual. Oleh karena itu, Ahmadi harus secara khusus menjauhi hal-hal tersebut.’

10. Jangan berbohong atau memberikan kesaksian palsu

وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَ

“Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu.” (QS Al-Furqan [25]:73)

‘Ketidakjujuran memainkan peran besar dalam kehancuran dan kejatuhan bangsa-bangsa. Hamba-hamba Allah yang saleh dan jema’at-jema’at-Nya yang diberkati Allah harus berusaha menuju puncak kemajuan, karena Allah Ta’ala telah menjanjikan kepada mereka puncak-puncak kesuksesan yang harus mereka perjuangkan untuk dicapai. Jika ketidakjujuran merasuki mereka, maka mereka tidak lagi menjadi hamba-hamba Allah yang istimewa yang Allah limpahkan Rahmat-Nya dan yang Allah telah janjikan untuk terus limpahkan Rahmat-Nya. Oleh karena itu, para Ahmadi harus berpegang teguh pada kejujuran penuh saat memberikan kesaksian dan saat menyampaikan kasus atau kisah mereka, misalnya dalam masalah keluarga dan perkawinan.’

‘Pada saat nikah, kedua pihak bersatu di bawah sumpah bahwa mereka akan mematuhi Qaulun Sadiid [ucapan yang benar]. Mereka akan berbicara dengan kejujuran sedemikian rupa sehingga tidak ada kecurigaan atau keraguan dalam kata-kata mereka, dan kata-kata tersebut tidak dapat diartikan atau dimaknai lain. Kata-kata mereka sederhana dan bersih. Akan tetapi, [kami mendapati bahwa] kedua mempelai tidak jujur ​​satu sama lain, dan mertua mereka saling menipu, sehingga menyebabkan keretakan dalam hubungan dan akhirnya mengakhiri hubungan tersebut.

Keluarga hancur hanya karena ego dan keinginan pribadi. Jika pasangan-pasangan ini memiliki anak, maka keturunan mereka juga menjadi korban kehancuran. Saya telah berbicara berkali-kali tentang ini. Oleh karena itu, mutlak diperlukan bagi seorang mukmin untuk memiliki kebencian yang mendalam terhadap setiap bentuk ketidakjujuran agar dapat terhitung di antara hamba-hamba Allah yang saleh, untuk memberikan hak-hak kepada Allah, dan untuk memberikan hak-hak kepada ciptaan-Nya.’

Terkait:   Dalil-Dalil Adanya Tuhan

11. Jangan Terjerumus dalam Hawa nafsu Duniawi

وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا

“Dan apabila mereka melalui suatu hal yang sia-sia, mereka berlalu dengan sikap yang mulia.” (QS Al-Furqan [25]:73

‘Mereka tidak terbebani oleh keinginan duniawi dan tidak menjadi korban kesia-siaan dunia ini. Kesia-siaan dunia ini, sebagaimana telah saya sebutkan, adalah saluran internet dan televisi yang menyiarkan program-program yang tidak wajar. [Kita juga melihat bahwa] para pemuda dan pemudi berbaur bebas satu sama lain di perguruan tinggi, sekolah, dan dalam kelompok-kelompok. Mereka pergi ke klub dan menari bersama. Mereka membuat program sosial bersama, dan membuat rencana untuk pergi ke konser bersama. Semua ini adalah kesia-siaan bagi orang beriman.

Kita berjanji untuk melakukan Bai’at kepada Hadhrat Masih Mau’ud(as) dan menjadi hamba Allah yang saleh, namun meskipun demikian, kita menenggelamkan diri kita dalam kesia-siaan seperti itu yang pasti merusak akhlak kita. Oleh karena itu, seorang Ahmadi sejati harus menjauhi hal-hal ini. Kesia-siaan juga mencakup pertengkaran dan perdebatan… Sesungguhnya, segala sesuatu yang menghalangi dan menghambat kedamaian suatu masyarakat adalah kesia-siaan…’

12. Bacalah Al-Qur’an dan amalkanlah ajaran-ajarannya

وَالَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوْا عَلَيْهَا صُمًّا وَّعُمْيَانًا

“Dan orang-orang yang apabila diperingatkan tentang tanda-tanda Tuhan mereka, tidak akan terjerumus ke dalamnya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (QS Al-Furqan [25]:74)

‘Ketika ayat-ayat Allah dibacakan, orang-orang seperti itu tidak menjadi buta dan tuli terhadapnya; sebaliknya, mereka membuka telinga mereka dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an. Mereka berusaha untuk memperkuat kerohanian mereka. Oleh karena itu, untuk menjadi hamba Allah yang saleh, penting untuk berusaha memenuhi setiap bentuk petunjuk yang baik… Janganlah mementingkan siapa yang memberi nasihat. Berikanlah perhatian pada fakta bahwa kalian harus mengamalkan perintah Allah Ta’ala dan hikmah Nabi Muhammad (saw). Jika tidak, menolak untuk mengamalkan hikmah [karena tidak menyukai orang yang menyampaikannya] dapat menyebabkan seseorang tersandung dan menyimpang [dari jalan yang benar]. Orang seperti itu tidak hanya akan disingkirkan dari antara hamba-hamba Allah, tetapi orang seperti itu juga pasti akan menjadi jauh dari Jemaat’

13. Berdoalah agar Pasangan dan Anak-anak Kalian menjadi Penyejuk Mata

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Dan orang-orang yang ber kata, “Wahai Tuhan kami, anu-gerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami penyejuk mata kami; dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan [25]:76)

‘Ini adalah resep [rohani] yang sangat penting untuk menjaga [keberhasilan] generasi mendatang. Di mana ada rencana dan upaya yang nyata dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak kita mencapai kesuksesan duniawi dan rohani, di situ juga harus ada doa. Tidak diragukan lagi, Allah Ta’ala-lah yang memberikan hasil terbaik dari setiap usaha. Jika seseorang membayangkan bahwa mereka membesarkan anak-anak mereka dengan baik hanya karena usaha mereka sendiri, maka pikiran ini sepenuhnya keliru. Orang-orang yang condong ke dunia yang melihat anak-anak mereka meraih kesuksesan, hendaknya mengetahui bahwa hal itu pasti karena Rahmaniyat [Rahmat yang Meliputi Segalanya] yang telah dilimpahkan Allah Ta’ala kepada mereka. Namun, orang-orang seperti itu hanya melihat kesuksesan duniawi. Mereka tidak dapat dihitung sebagai hamba-hamba Allah yang saleh, karena Allah Ta’ala tidak menganugerahkan mereka kehormatan sebagai pemimpin orang-orang beriman.’

‘Akibatnya, perhatian mereka tidak terfokus pada peningkatan ketakwaan mereka. Namun, mereka yang berdoa dengan sungguh-sungguh agar anak-anak mereka bertambah saleh – tidak hanya berdoa untuk keberhasilan duniawi anak-anak mereka, mereka juga berdoa untuk keberhasilan rohani anak-anak mereka. Orang seperti itu [yang berdoa untuk kerohanian anaknya] juga akan berusaha untuk meningkatkan kerohanian mereka sendiri dan akan memperoleh berkah Allah.’

Dalam menjelaskan 13 sifat ini, Hazrat Mirza Masroor Ahmad(aba) telah menjabarkan langkah-langkah praktis yang diperlukan untuk menemukan dan mencapai permata, yaitu Allah Ta’ala. Langkah-langkah ini akan membantu semua pencari mengembangkan kemampuan untuk melihat Allah di dunia ini.

Sebagaimana yang ditulis oleh Masih Mau’ud(as):

“Ketika seseorang dikuasai oleh cinta kepada Allah hingga tingkat ini, semua hasratnya terbakar oleh api cinta, dan terjadi revolusi besar dalam sifatnya. Ia dianugerahi hati yang sebelumnya tidak ia miliki, dianugerahi mata yang sebelumnya tidak ia miliki, dan ia begitu tenggelam dalam keyakinan sehingga ia mulai melihat Allah di dunia ini.’  (Chashma-e-Ma’rifat, Ruhani Khaza’in, vol. 23, hal. 47-48)

Tentang Penulis:

Labeeda Rashid memiliki gelar sarjana dengan kehormatan di bidang Bahasa Inggris dan Sejarah, serta gelar Sarjana Pendidikan. Beliau pernah menjabat sebagai presiden Asosiasi Mahasiswi Muslim Ahmadiyah di Universitas York, Kanada.

Frasat Ahmad adalah seorang Imam yang melayani di Kantor Pusat Nasional Komunitas Muslim Ahmadiyah di Amerika Serikat.

Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Nafilatun Nafiah

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.