Dilema Islam: Haruskah Kita Takut Pada Agama yang Damai?

haruskah takut pada islam damai

Dilema Islam: Haruskah Kita Takut Pada Agama yang Damai?

Pidato Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah, kepada para tamu Jerman pada hari kedua Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) Jerman, 6 Juni 2015

Setelah membaca Tasyahud, Ta’awudz dan Bismillah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), Khalifatul Masih V menyampaikan:

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua tamu non-ahmadi yang mengikuti Jalsah Salanah ini meskipun bukan termasuk komunitas kami.

Dalam pidato hari ini, saya akan menyampaikan secara singkat  tentang pendiri Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan upaya luar biasa beliau dalam membangun perdamaian dunia.

Anda mungkin cukup terkejut atau bahkan heran mendengar hal ini, mengingat saat ini kita menyaksikan banyak orang-orang yang mengaku Muslim yang merusak perdamaian dunia dan berusaha membenarkan tindakan ekstrem mereka atas nama Al-Qur’an dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka melakukan teror secara biadab seraya terus menerus mengklaim bahwa mereka melakukan hal itu atas dasar dasar ajaran Islam. Anda mungkin akan semakin terkejut juga ketika mendengar kekacauan dan kerusakan di dunia yang disebabkan oleh mereka itu merupakan sarana meningkatkan keimanan saya, dan juga keimanan setiap Muslim Ahmadi.

Mungkin Anda bingung dengan hal ini dan bertanya-tanya mengapa keimanan Muslim Ahmadi meningkatkan melihat tindakan-tindakan ekstrim sebagian Muslim lainnya (yang melakukan kekerasan). Anda bahkan mungkin mulai berpikir atau takut kalau Muslim Ahmadi sama saja dengan para Muslim yang mendukung tindakan-tindakan ekstremisme tersebut. Namun ini adalah asumsi atau keyakinan yang salah.

Maka pertama-tama izinkan saya menegaskan bahwa Muslim Ahmadi benar-benar tulus berupaya menyebarkan perdamaian dunia dan selalu berusaha mengamalkan apa yang mereka ajarkan. Amalan kami selaras dengan apa yang ada dalam hati dan kami menjalani hiudp sesuai dengan apa yang kami yakini, yakni ajaran Islam sejati.

Saya juga ingin memperjelas bahwa ketika Muslim Ahmadi menyebarkan ajaran perdamaian, keamanan, dan cinta kasih untuk semua, mereka tidak menyuguhkan hal baru, melainkan semata-mata menyebarkan Islam yang sejati. Dalam segala aspek, Islam adalah agama yang penuh kedamaian, kerukunan, toleransi dan kasih sayang.

Tentu saja Muslim Ahmadi menunjukkan cinta kepada semua orang, baik Muslim maupun non-Muslim, semata-mata karena ajaran Islam. Dan karena Islam lah kami berkeinginan kuat untuk menciptakan perdamaian sejati di dunia dan melakukan segala upaya untuk mewujudkannya.

Terkait dengan apa yang saya sampaikan sebelumnya, saya tidak ingin membuat Anda terus berada dalam kebingungan atau rasa penasaran yang tidak perlu atas kontradiksi atau dilema ini – dimana di satu sisi, Muslim Ahmadi mengatakan mereka mengutuk tindakan-tindakan ekstrim Muslim lainnya, namun di sisi lainnya mereka mengatakan bahwa tindakan-tindakan tersebut meningkatkan keimanan mereka pada Islam.

Untuk mengklarifikasi dan menjelaskan hal ini, saya ingin memutar kembali waktu ke masa 1400 tahun yang lalu, yaitu masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada saat itu beliau menyampaikan nubuatan besar tentang masa depan. Beliau mengatakan bahwa masa kegelapan rohani akan menimpa umat Islam dan keimanan mereka akan rusak. Pada saat seperti itu, perilaku umat Islam akan bertolak belakang dengan ajaran Islam yang hakiki. Beliau memperingatkan bahwa para ulama dan pemuka Islam akan menafsirkan ajaran Islam dengan cara yang keliru dan pemikiran mereka hanya akan menyebabkan kekacauan dan kezaliman.

Namun, setelah memperingatkan kondisi umat Islam yang menyedihkan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberikan kabar suka bahwa di saat kekacauan dan perselisihan seperti itu, Allah Ta’ala akan mengutus seseorang untuk mengembalikan keadaan Islam dan menyebarkan ajarannya yang hakiki. Ia akan diutus sebagai Almasih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi dan ia akan menegakkan kembali ajaran Islam yang asli dan damai kepada seluruh dunia. Ia akan menanamkan cahaya rohani Islam yang sejati kepada umat manusia.

Dengan Rahmat Allah, hari ini kita melihat bahwa kedua nubuatan agung ini telah tergenapi. Di satu sisi, Islam telah rusak dan ajarannya telah diselewengkan. Sedangkan di sisi lainnya, Masih Mau’ud dan Imam Mahdi telah diutus oleh Ta’ala dalam wujud pendiri Jamaah Ahmadiyah, yaitu Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as). Selama hidupnya, beliau memancarkan cahaya Islam sejati, dan menunjukkan betapa luar biasanya ajaran tersebut kepada dunia. Beliau membuktikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sungguh pejuang dan pembawa obor perdamaian terbesar dalam sejarah manusia. Oleh karena itu, penggenapan nubuatan agung ini lah yang menjadi alasan mengapa keimanan Muslim Ahmadi meningkat ketika melihat tindakan-tindakan buruk yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Muslim saat ini.

Terkait:   LENTERA PERDAMAIAN

Setelah memberikan pengantar ini, sekarang saya ingin menyampaikan secara singkat ajaran sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memperlihatkan upaya beliau yang luar biasa untuk membangun perdamaian jangka panjang di dunia. Satu hal mendasar dan sangat penting yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita adalah pola pikir dan prioritas setiap orang di dunia ini berbeda-beda. Walaupun benar sebagian besar orang menginginkan kedamaian, tapi juga benar banyak orang yang hanya mengutamakan kedamaian dan keamanan untuk mereka sendiri. Mereka kurang atau bahkan tidak peduli dengan kesejahteraan orang lain. Sebuah studi tentang psikologi manusia mengungkapkan bahwa meskipun setiap orang menginginkan dirinya hidup dalam kedamaian dan kepuasan, kebanyakan orang tidak menginginkan lawan atau musuh mereka hidup bahagia dan damai.

Merupakan sebuah kebenaran juga bahwa orang-orang menghargai berbagai jenis kedamaian. Misalnya, sebagian orang hanya peduli dengan kedamaian dan kepuasan hati dan mereka mereka sendiri. Sebagian mengutamakan kedamaian rumah tangga mereka, sementara yang lain mendambakan kedamaian di lingkungan sekitar mereka. Sebagian orang lagi mengutamakan kedamaian kota atau wilayah mereka dan yang lain menginginkan kedamaian negara mereka. Namun, di luar lingkup minat pribadi mereka, banyak orang tidak peduli dengan apa yang terjadi terhadap orang-orang yang tinggal di kota atau negara yang berbeda. Mereka tidak merasakan belas kasihan atau cinta kepada orang-orang di belahan dunia lain yang sedang menderita atau menghadapi cobaan dan kesengsaraan.

Di masa lalu, ketidakpekaan dan kurangnya empati ini dapat dibenarkan karena masyarakat dan bangsa yang berbeda tidak saling terhubung seperti saat ini. Sarana komunikasi terbatas dan membutuhkan waktu yang lama untuk menerima suatu berita tentang situasi di negara atau wilayah lain. Di masa itu, berita seringkali sudah kadaluarsa karena situasi telah berubah lagi. Jadi, pada masa-masa itu, sulit untuk dapat langsung merasakan penderitaan orang lain dan berusaha membantu mereka.  Namun, saat ini dunia sudah sangat jauh berbeda dan telah menjadi seperti desa global. Namun, meskipun dunia telah menyatu dan sudah tidak ada lagi jarak serta hambatan komunikasi, masih ada penyangkalan bahwa kita di dunia sudah saling terhubung.

Misalnya, banyak orang yang percaya bahwa situasi yang terjadi di Timur Tengah atau Afrika tidak berdampak pada masyarakat di Eropa atau Amerika Utara. Demikan pula orang-orang yang tinggal di Australia atau Timur Jauh tetap percaya bahwa kekacauan yang terjadi di belahan dunia lain, tidak akan berdampak pada kehidupan mereka atau negara mereka. Secara umum, masih ada keyakinan bahwa meningkatnya kekacauan dan kegelisahan yang kita lihat sekarang hanya terbatas pada wilayah yang terdampak dan tidak akan menyebar lebih jauh.

Namun, setelah menyampaikan hal ini, ada satu isu hangat yang menyebabkan pergeseran sikap dan pemahaman. Isu yang dimaksud adalah imigrasi dan isu integrasi yang lebih luas. Di beberapa negara kita bisa melihat adanya peningkatan rasa frustasi dan kegelisahan di kalangan pemuda dari komunitas imigran. Sebagian dari rasa frustasi ini kemudian memuncak hingga beberapa imigran muda menjadi radikal dan bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis. Hal ini menimbulkan ketakutan yang nyata, karena negara-negara maju menyadari bahwa beberapa di antara pemuda mereka sendiri telah mendapat pengaruh negatif, dan ini merupakan bahaya besar bagi negara.

Menanggapi hal itu, pemerintah dan lembaga penegak hukum di negara maju bergerak untuk melakukan pembatasan terhadap kehidupan orang-orang keturunan Asia, dengan keyakinan bahwa hal ini akan menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat lokal. Tetapi, ini adalah pendekatan yang salah dan bukan jawaban tepat untuk masalah serius ini. Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah solusi nyata yang komprehensif. Oleh karena itu, saya harus menyampaikan kepada anda sekalian apa yang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah berikan sebagai solusi dan jawaban dari masalah-masalah ini.

Terkait:   Nabi Muhammad (saw): Rasul Pembawa Damai dan Kerukunan

Melalui ajarannya yang cemerlang, beliau telah memberikan kita kunci emas menuju perdamaian. Beliau telah menjelaskan bahwa kedamaian dunia tidak akan pernah bisa tercapai hanya dengan pendekatan duniawi atau hanya berfokus pada keinginan materialistis semata. Beliau mengajarkan kita bahwa hanya ada satu jalan bagi semua orang, baik Muslim atau non-Muslim, untuk terbebas dari kekacauan dan terlindungi dari api kebencian dan keputusasaan.

Beliau bersabda bahwa supaya perdamaian sejati dapat ditegakkan, manusia harus mengenali Penciptanya dan tunduk di hadapan-Nya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahwa akan tiba suatu masa dimana umat Islam sendiri akan melupakan ajaran agama mereka yang hakiki dan mereka tidak lagi memberikan perhatian yang semestinya kepada Allah Yang Maha Esa, dan mereka hanya memberikan perhatian pada agama di bibir saja. Demikian pula, umat-umat dari agama lain juga akan gagal dalam mengakui Tuhan Yang Mahakuasa, sementara mereka yang tidak percaya pada agama bahkan tidak akan mengakui keberadaan Tuhan.

Dan Wujud Tuhan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Tuhan yang merupakan Pencipta Semesta Alam. Tuhan yang di antara sekian banyak sifat-Nya adalah ‘Salaam’ – yaitu ‘Sumber Kedamaian’. Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an surah 59, ayat 24, Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberi tahu kepada dunia bahwa mereka harus menyembah kepada Allah yang Maha Berdaulat, Maha Suci, dan Sumber Kedamaian. Arti dari ‘Salaam’ adalah Dia yang memberikan kedamaian kepada dunia dan merupakan cahaya yang memancarkan kedamaian.

Oleh karena itu, sebagai sumber dari segala kedamaian, Tuhan menginginkan terciptanya kedamaian dan keharmonisan untuk seluruh manusia. Sebagaimana orangtua yang tidak suka bila anak mereka bertengkar atau berkelahi satu sama lain dan menyebabkan keributan di rumah, demikian pula Allah Ta’ala juga tidak menyukai kekacauan atau pertikaian di antara ciptaan-Nya. Orangtua selalu lebih mencintai anak mereka yang baik hati dan cinta damai, dan demikian pula, hukum di negeri ini berpihak kepada orang-orang yang cinta damai.

Demikian juga, menurut keyakinan kami, Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang mampu mengendalikan emosi mereka dan bersikap damai. Jika kita merenungkan hal ini, maka akan menjadi sangat jelas bahwa orang-orang yang mengaku Muslim yang mengikuti ideologi ekstremis sepenuhnya salah ketika mereka mengklaim bahwa Allah Ta’ala menghendaki agar Muslim terlibat dalam jihad pedang atau pertempuran darah.

Peperangan yang terjadi pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam harus ditempatkan pada konteks yang benar. Tidak dapat disangkal bahwa selama tahun-tahun pertama Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikut beliau menjadi sasaran penganiayaan sangat brutal dan tanpa ampun. Setelah bertahun-tahun menahan diri, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diberikan izin oleh Allah Ta’ala untuk berperang secara defensif melawan musuh-musuh Islam. Izin ini diberikan dalam Al-Qur’an surah 22, ayat 40, dimana Allah berfirman bahwa Dia memberikan izin karena perang telah dipaksakan kepada umat Islam, sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain merespon dan membela diri.

Adapun alasan mengapa diperlukan perlawanan, Allah Ta’ala telah menjelaskannya ayat berikutnya, ayat 41. Allah berfirman bahwa para umat Islam telah diusir dari tempat tinggal mereka sendiri oleh para penyerang yang kejam, dan jika Dia tidak mengizinkan mereka untuk menghentikan para penindas dari penganiayaan dan kekerasan, maka tidak akan ada satu orangpun yang bisa hidup dengan tenang. Jika umat Islam tidak membela diri, maka tidak ada umat beragama atau siapa pun dapat hidup dengan aman setelahnya.

Pada ayat yang sama, Allah Ta’ala berfirman bahwa jika umat Islam tidak membela diri, maka tidak akan ada gereja, kuil maupun masjid  yang aman – meskipun tempat itu merupakan tempat ibadah yang menyatukan orang-orang untuk menyebut nama Tuhan, menyebarkan kedamaian dan menyingkirkan segala bentuk kejahatan dari hati dan pikiran mereka. Jadi Allah Ta’ala memberikan izin untuk menghentikan tangan-tangan penindas yang mengobarkan perang, karena jika tidak, semua tempat beribadah dan kedamaian dunia akan binasa.

Terkait:   Menyebarkan Perdamaian dan Keamanan (Pidato Peresmian Masjid Baitul Ahad, Jepang)

Maka Allah Ta’ala mengizinkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan peperangan defensif semata-mata demi mengakhiri kekejaman dan kezaliman. Izin ini diberikan untuk menghentikan orang-orang yang ingin merampas hak-hak dasar dan kebebasan semua orang. Izin ini diberikan untuk menghentikan orang-orang yang berusaha menghancurkan fondasi kebebasan beragama, dan izin diberikan bukan hanya untuk melindungi Islam tapi juga untuk melindungi semua agama dan segala bentuk keyakinannya.

Dari ayat ini kita juga belajar bahwa masjid dan tempat-tempat ibadah agama lainnya dibangun sebagai mercusuar perdamaian untuk menyebarkan ajaran cinta dan kasih sayang, dan tidak pernah untuk menyebarkan ekstremisme maupun kebencian dalam bentuk apapun. Lebih lanjut lagi, di dalam surah 8, ayat 62, Allah Ta’ala menganugerahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah ajaran yang benar-benar indah yang mencerahkan para Muslim tentang cara membangun perdamaian dan keamanan bahkan ketika dalam kondisi perang atau konflik.

Pada ayat ini, Allah berfirman jika musuhmu mengulurkan tangannya untuk berdamai, maka kamu harus menerimanya tanpa penundaan dan selebihnya bertawakal kepada Allah. Dengan demikian, umat Islam diperintahkan untuk bertawakal kepada Allah, daripada menganggap bahwa musuh akan menipu mereka atau mereka tidak tulus dalam keinginan untuk berdamai. Allah telah mengajarkan bahwa umat Islam selalu berusaha membangun hubungan dengan orang lain dan sedapat mungkin mengembangkan perdamaian sekalipun terhpada orang-orang yang tidak beragama, yang tidak percaya kepada Tuhan atau yang menaruh kebencian di dalam hati mereka terhadap Islam.

Pada kenyataannya, Allah dengan tegas telah memerintahkan umat Islam untuk menyambut dengan penuh semangat setiap kesempatan untuk menyelamatkan perdamaian dan keharmonisan dunia. Lebih lanjut lagi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyampaikan perintah Allah yang diberikan dalam Al-Qur’an surah 41, ayat 35, dimana Allah Ta’ala berfirman bahwa demi perdamaian, Anda harus menanggapi kejahatan hanya dengan kebaikan dan kesalehan. Hikmah yang mendasari hal ini adalah jika Anda menanggapi kebencian dengan cinta, maka akan ada kesempatan munculnya persahabatan dan persatuan di tengah permusuhan dan perpecahan.

Sungguh suatu ajaran yang sangat indah! Tentu saja masih banyak contoh-contoh yang membuktikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam membawa ajaran kedamaian, kerukunan, keamanan, cinta kasih, dan saya hanya menyampaikan beberapa di antaranya saja. Semua ini membuktikan bahwa Tuhannya Islam – Allah Yang Maha Kuasa – adalah Wujud yang menghendaki perdamaian, kasih sayang, dan cinta kasih bagi makhluk-Nya.

Oleh karena itu, mereka yang percaya bahwa ajaran Islam menyebarkan ekstremisme atau kebencian harus menghilangkan ketakutan atau kesalahpahaman tersebut dari hati dan pikiran mereka untuk selamanya.

Keberatan terhadap kekerasan dan pertumpahan darah yang kita saksikan hari ini tidak bisa diarahkan kepada Islam atau ajarannya; melainkan akibat dari tindakan orang-orang yang mengaku sebagai Muslim, yang dipenuhi dengan kebencian dan keegoisan, dan telah merusak hakikat Islam yang sejati, hanya untuk memuaskan kepentingan pribadi mereka.

Hari ini, sesuai dengan janji Allah Ta’ala, hanya Jamaah Muslim Ahmadiyah yang mencerahkan dunia dengan ajaran Islam yang sejati. Inilah alasan mengapa setiap tahun, ratusan ribu orang yang cinta damai – baik dari kalangan Muslim dan non–Muslim – bergabung dengan Jamaah Muslim Ahmadiyah. Mereka menjadi Muslim Ahmadi hanya karena keinginannya untuk mendapatkan keridhaan Allah demi mencapai kedamaian dan kepuasan sejati.

Mereka tidak seperti orang-orang frustasi yang tidak bisa mengendalikan emosi atau reaksi mereka sehingga bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis yang menghancurkan nama baik Islam di dunia. Meskipun saat ini Islam terus digambarkan dengan cara sangat keliru, kami Muslim Ahmadi tidak akan menyerah maupun patah semangat. Kami sangat yakin bahwa kami akan berhasil suatu hari nanti, realitas Islam akan menyinari dunia dan ajaran indahnya akan dipahami oleh orang-orang di semua bangsa.

Terakhir, sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Anda semua yang telah meluangkan waktunya untuk bergabung dengan kami dan mendengarkan apa yang saya sampaikan pada hari ini. Semoga Allah memberkati Anda semua. Terima kasih banyak.”

Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Asifa Syarif

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.